Negara: Ukraina

  • Zelensky Tepis Klaim Rusia: Moskow Jago Propaganda, Pasukan Ukraina Masih Bertempur di Kursk  – Halaman all

    Zelensky Tepis Klaim Rusia: Moskow Jago Propaganda, Pasukan Ukraina Masih Bertempur di Kursk  – Halaman all

    Zelensky Tepis Klaim Rusia, Pasukan Ukraina Masih Ada dan Bertempur di Kursk 

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Minggu (27/4/2025) mengatakan tentara Ukraina masih bertempur di Kursk Rusia.

    Pernyataan Zelensky ini menepis klaim Rusia yang sehari sebelumnya mengklaim kalau Moskow sudah melakukan “pembebasan penuh” wilayah barat wilayah tersebut.

    “Militer kami terus secara aktif mempertahankan wilayah yang ditentukan di wilayah Kursk dan Belgorod,” kata Zelensky di Telegram, Minggu.

    Pun begitu, Zelensky mengakui kalau situasi sulit memang dihadapi Pasukan Ukraina di banyak wilayah, termasuk Kursk.

    Rusia mengatakan pada Sabtu bahwa mereka telah merebut Gornal, pemukiman terakhir yang berada di bawah kendali Ukraina di wilayah perbatasan Kursk, tempat Kiev melancarkan serangan mendadak pada bulan Agustus 2024.

    Namun beberapa jam kemudian, militer Ukraina membantah kalau pasukannya telah dipaksa keluar, dan menyebut klaim Rusia sebagai “trik propaganda.”

    “Situasi di garis depan dan aktivitas nyata tentara Rusia membuktikan bahwa tekanan saat ini terhadap Rusia untuk mengakhiri perang ini tidak cukup,” kata Zelensky.

    Dia juga menyerukan peningkatan tekanan terhadap Rusia untuk menciptakan lebih banyak peluang bagi “diplomasi nyata.”

    KURSK DIREBUT – Tangkapan layar dari video akun YouTube Shanghai Eye memperlihatkan situasi di Kota Sudzha, Kursk, Rusia. Pasukan Ukraina di sana dikabarkan terkepung. (Tangkapan layar YouTube Shanghai Eye)

    Pertemuan Trump dan Zelensky di Pemakaman Paus

    Komentarnya muncul sehari setelah Zelensky bertemu Presiden AS Donald Trump di sela-sela pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan untuk membahas kemungkinan gencatan senjata.

    Setelah pembicaraan singkat mereka di Basilika Santo Petrus, Trump meragukan apakah Presiden Rusia Vladimir Putin ingin perang yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun ini berakhir.

    Zelensky kemudian menggambarkan pertukaran tersebut sebagai “pertemuan yang sangat simbolis yang berpotensi menjadi bersejarah.”

    Kiev berharap dapat menggunakan tanah di wilayah Kursk sebagai alat tawar-menawar dalam perundingan perdamaian di masa mendatang dengan Rusia, yang telah merebut wilayah Ukraina timur dan selatan sejak melancarkan serangannya pada Februari 2022.

    Kepala Staf Rusia Valery Gerasimov secara khusus memuji “kepahlawanan” tentara Korea Utara yang bertempur dalam kampanye Kursk, mengakui partisipasi mereka dalam konflik tersebut untuk pertama kalinya.

    Beberapa blogger militer Rusia yang memantau konflik tersebut dengan cermat mengatakan pertempuran masih berlangsung di sekitar hutan di perbatasan antara Rusia dan Ukraina.

    Seorang komandan tentara Rusia setempat di Kursk juga mengatakan tentara masih melakukan operasi di wilayah tersebut, menurut siaran TV pemerintah yang ditayangkan pada hari Minggu.

  • Trump-Zelensky Mojok Berdua Bahas Strategi Perdamaian Ukraina di Sela Pemakaman Paus – Halaman all

    Trump-Zelensky Mojok Berdua Bahas Strategi Perdamaian Ukraina di Sela Pemakaman Paus – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kepergok mojok berduaan di sela prosesi pemakaman Paus Fransiskus, Sabtu (26/4/2025).

    Hal ini terungkap setelah kepresidenan Ukraina merilis foto-foto pertemuan antara Trump dan Zelensky tanpa didampingi ajudan di kawasan Basilika Santo Petrus.

    Dalam cuplikan foto tersebut, keduanya terlihat berdiskusi serius sembari duduk di bangku merah.

    Adapun pembicaraan tersebut digelar keduanya selama sekitar 15 menit sebelum misa pemakaman Paus Fransiskus dimulai.

    Pertemuan di Vatikan ini, menjadi yang pertama bagi Trump dan Zelensky sejak pertemuan penuh ketegangan di Kantor Oval, Washington, pada Februari lalu.

    Direktur Komunikasi Gedung Putih Steven Cheung menyatakan bahwa diskusi tersebut berlangsung “sangat produktif”, tanpa merinci lebih lanjut hasil konkret dari pertemuan itu.

    Sementara itu, Presiden Zelensky mengatakan bahwa itu adalah “pertemuan yang baik,” seraya menambahkan bahwa keduanya telah “membahas banyak hal secara pribadi.”

    Diantaranya mencakup perlindungan rakyat Ukraina, gencatan senjata tanpa syarat, hingga upaya menciptakan perdamaian yang langgeng.

    “Kami mendiskusikan banyak hal, berdua. Saya berharap ada hasil dari semua yang kami bahas bersama,” tulis Zelensky, seperti dikutip CNN International.

    “Berharap ada hasil dari semua yang telah kami bahas,” tambahnya.

    Pasca pembicaraan singkat itu rampung digelar, mereka terlihat bergabung dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Presiden Prancis Emmanuel Macron di luar Basilika Santo Petrus.

    Sebelum akhirnya, Trump dan istrinya, Melania, terbang meninggalkan Roma dengan pesawat kepresidenan AS, Air Force One, pada Sabtu (26/4/2025) siang waktu setempat.

    Trump Siapkan Sanksi Baru Untuk Rusia

    Setelah menggelar pertemuan yang berlangsung sekitar 15 menit dengan Zelensky disela prosesi pemakaman Paus Fransiskus, mengatakan bahwa dirinya merasa Presiden Rusia Vladimir Putin tak serius untuk berdamai dengan Ukraina.

    Lantaran selama beberapa hari terakhir Rusia terus melakukan serangan-serangan ke wilayah Kiev.

    Menurut Trump, tindakan agresif semacam itu memperlihatkan bahwa Putin lebih fokus pada melanjutkan agresi ketimbang melakukan negosiasi yang dapat mengarah pada perdamaian.

    Dia juga menyinggung soal kemungkinan akan memberikan sanksi baru terhadap Rusia.

    Sanksi-sanksi tersebut, meskipun berat, tampaknya tidak mempengaruhi Putin secara signifikan, yang membuat Trump merasa bahwa langkah lebih lanjut mungkin diperlukan.

    Ini adalah pandangan yang mencerminkan keyakinan bahwa tekanan ekonomi dan diplomatik melalui sanksi tambahan bisa menjadi cara untuk memaksa Rusia menghentikan serangannya.

    “Tidak ada alasan bagi Putin untuk menembakkan rudal ke wilayah sipil, kota-kota, dan desa-desa selama beberapa hari terakhir,” tulis Trump di Truth Social, dilansir dari The Guardian,

    “Itu membuat saya berpikir bahwa mungkin dia tidak ingin menghentikan perang, dia hanya memanfaatkan saya, dan harus ditangani dengan cara yang berbeda, melalui Perbankan atau Sanksi Sekunder? Sudah terlalu banyak orang yang meninggal” lanjutnya.

    Kesepakatan Ukraina Hadapi Rintangan

    Terpisah, sebelum meninggalkan Kyiv menuju Roma pada hari Jumat, Zelensky menyarankan sejumlah kompromi kepada Trump dengan tujuan memajukan perundingan damai.

    “Dalam beberapa hari ke depan, pertemuan-pertemuan yang sangat penting mungkin akan terjadi — pertemuan-pertemuan yang seharusnya membawa kita lebih dekat ke arah keheningan bagi Ukraina,” katanya.

    “Kami siap berdialog, saya tegaskan lagi, dalam format apa pun dengan siapa pun,” tegas Zelensky.

    Pernyataan itu disampaikan Zelensky lantaran kerangka Kerja Kesepakatan Ukraina masih hadapi rintangan.

    Rusia diketahui telah mengajukan empat tuntutan utama sebagai prasyarat perdamaian, diantaranya meminta AS menangguhkan rencana Ukraina untuk bergabung dengan NATO.

    Presiden Putin juga mendesak agar publik mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia, mengingat wilayah itu sempat dianeksasi secara ilegal oleh Moskow pada tahun 2014.

    Namun permintaan tersebut ditolak keras oleh Ukraina, Zelensky mengatakan tidak ada yang perlu dibicarakan karena pengakuan tersebut akan melanggar konstitusi Ukraina.

    Menurutnya menyetujuinya Krimea sebagai bagian dari Rusia sama dengan menyerah dan mengkhianati kedaulatan negara.

    (Tribunnews.com/Namira)

  • Trump-Zelensky Mojok Berdua Bahas Strategi Perdamaian Ukraina di Sela Pemakaman Paus – Halaman all

    Trump Curiga Putin Tak Berniat Akhiri Konflik Ukraina usai Berbicara dengan Zelensky di Roma – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Donald Trump pada hari Sabtu (26/4/2025), mempertanyakan komitmen presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakhiri perang di Ukraina setelah bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di sela-sela pemakaman Paus Fransiskus di Roma.

    Melalui sebuah posting di Truth Social, Trump mengkritik serangan terbaru Rusia terhadap Ukraina yang menargetkan wilayah sipil.

     “Tidak ada alasan bagi Putin untuk menembakkan rudal ke wilayah sipil, kota-kota, dan desa-desa selama beberapa hari terakhir,” tulis Trump, dikutip dari NBC News.

    Atas kejadian tersebut, Trump kemudian mempertanyakan niat Putin untuk mengakhiri konflik Ukraina yang telah berlangsung selama bertahun-tahun ini.

    Ia menduga Putin sengaja memanfaatkan Trump selama ini.

    “Hal itu membuat saya berpikir bahwa mungkin dia tidak ingin menghentikan perang, dia hanya memanfaatkan saya,” katanya.

    Trump juga menyarankan bahwa Putin mungkin perlu ditangani secara berbeda, seperti melalui ‘Perbankan’ atau ‘Sanksi Sekunder’.

    Sebelumnya, Trump mengatakan bahwa Rusia dan Ukraina ‘sangat dekat dengan kesepakatan’ setelah utusannya, Steve Witkoff, mengadakan pembicaraan selama tiga jam dengan Presiden Putin. 

    Senada dengan hal tersebut, Kremlin juga menyatakan bahwa Putin telah menyampaikan kesiapan Rusia untuk menggelar pembicaraan langsung dengan Ukraina tanpa prasyarat.

    Pernyataan Trump yang meragukan niat Putin ini tepat setelah ia mengadakan pertemuan dengan Zelensky di Roma.

    Pertemuan antara Trump dan Zelensky diadakan di Basilika Santo Petrus sebelum kebaktian pemakaman dimulai.

    Gedung Putih menggambarkan pertemuan 15 menit itu sebagai ‘sangat produktif’, dikutip dari BBC.

    Sementara Zelensky menyebutnya ‘berpotensi menjadi bersejarah’.

    Ini menjadi pertemuan tatap muka pertama mereka sejak pertikaian sengit di Ruang Oval pada Februari lalu.

    Trump, yang dalam beberapa kesempatan sebelumnya menyalahkan Ukraina sebagai penghalang perdamaian, kembali menegaskan pandangannya minggu ini.

    Ia menilai bahwa Zelensky ‘tidak punya kartu untuk dimainkan’.

    Foto-foto yang dirilis memperlihatkan Trump dan Zelensky duduk berhadapan dalam percakapan intens di Basilika Santo Petrus.

    Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Syibiha juga mengunggah gambar tersebut di platform X.

    Menurutnya, pertemuan ini menjadi awal perdamaian yang baik.

    “Tidak perlu kata-kata untuk menggambarkan pentingnya pertemuan bersejarah ini. Dua pemimpin bekerja untuk perdamaian di Basilika Santo Petrus,” katanya.

    Dalam foto lain, Trump dan Zelensky terlihat berdiri bersama Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

    Kehadiran kedua pemimpin Eropa itu mempertegas pentingnya momen diplomatik di tengah suasana duka pemakaman.

    Setelah pertemuan tersebut, Trump dan Zelensky menuruni tangga Basilika

    Di mana Zelensky mendapat sambutan tepuk tangan dari para hadirin. 

    Mereka kemudian duduk di barisan depan selama kebaktian berlangsung, meskipun dipisahkan oleh beberapa kepala negara lainnya.

    Usai upacara, Trump langsung meninggalkan Roma dan kembali ke Amerika Serikat.

    Sementara Zelensky melanjutkan pertemuan diplomatiknya dengan Presiden Macron, Perdana Menteri Starmet an Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen di berbagai lokasi di Roma.

    Zelensky mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Trump.

    Ia menyebut pertemuan itu ‘baik’ dan ‘simbolis’.

    Kemudian ia berharap bahwa apa yang telah dibahas dapat membuahkan hasil nyata untuk melindungi rakyat Ukraina dan menciptakan perdamaian abadi. 

    Sebagai informasi, Trump sendiri telah berulang kali mendorong tercapainya kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina.

    Termasuk mendorong pembicaraan ‘tingkat tinggi’ untuk perdamaian Rusia dan Ukraina.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Donald Trump, Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky

  • Saat Pemakaman Paus Fransiskus, Donald Trump Terekam Main Ponsel dan Bisik-bisik dengan Melania – Halaman all

    Saat Pemakaman Paus Fransiskus, Donald Trump Terekam Main Ponsel dan Bisik-bisik dengan Melania – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Misa pemakaman Paus Fransiskus telah dilangsungkan pada Sabtu (26/4/2025) kemarin waktu Vatikan.

    Dalam video yang beredar luas di platform X (sebelumnya Twitter), akun @KremlinTrolls memposting rekaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang sibuk memeriksa dan mengetik di ponselnya selama bagian tengah misa pemakaman Paus Fransiskus.

    Sesaat setelah mengetik, Trump cepat-cepat menyelipkan ponselnya ke dalam jas.

    Sayangnya, aksinya sudah terlanjur terekam dan viral.

    Menurut laporan Huffington Post Spanyol, banyak warganet yang mengecam perilaku tersebut sebagai “kurang ajar”,

    “Bahkan di saat duka dunia, dia masih tidak bisa melepaskan ponselnya,” bunyi salah satu komentar.

    Bisik-Bisik Trump dan Melania di Tengah Doa

    Tidak hanya sibuk dengan ponselnya, Trump tertangkap kamera berbicara dengan Melania Trump selama bagian homili misa, tepat saat para pelayat lain sedang terdiam khusyuk.

    Mengutip laporan Page Six, Trump tampak membisikkan sesuatu yang membuat Melania tersenyum kecil, meskipun suasana misa penuh duka dan kesunyian.

    Adegan ini menimbulkan kesan bahwa pasangan itu kurang menghargai kekhidmatan misa.

    Melania tampil dalam balutan busana hitam dengan mantilla renda klasik, mengikuti protokol Vatikan.

    Ekspresi senyum kecilnya saat misa menjadi bahan perdebatan publik.

    Tak sedikit yang menilai sikapnya tidak selaras dengan nuansa prosesi pemakaman.

    Trump Juga Langgar Aturan Berbusana Vatikan?

    Selain insiden ponsel dan bisik-bisik, Trump dikritik karena pilihannya memakai dasi berwarna biru muda.

    Menurut laporan Cadena SER, protokol Vatikan menganjurkan para pria mengenakan setelan gelap dan dasi hitam dalam acara pemakaman Paus.

    Dasi biru muda Trump dianggap mencolok dan “melanggar kode kesopanan” tradisional Vatikan.

    Meskipun pelanggaran ini tidak separah insiden ponsel, banyak analis menilai Trump kembali menunjukkan “ketidakpekaan diplomatik” di panggung internasional.

    Kritik Pedas

    Respons global terhadap aksi Trump di Vatikan sangat beragam.

    Sebagian besar pengguna media sosial mengecam keras.

    Banyak yang menganggap insiden ini memperkuat reputasi Trump sebagai tokoh yang “tidak bisa membaca suasana” dan “menempatkan egonya di atas penghormatan publik.”

    Sejumlah pendukung Trump membela tindakan tersebut.

    Mereka mengeklaim Trump, “mungkin harus menangani urusan darurat negara” atau “berkomunikasi dengan timnya” bahkan saat menghadiri pemakaman.

    Sampai saat ini belum ada pernyataan resmi dari kantor Donald Trump maupun Melania Trump mengenai insiden ini.

    Patut dicatat, kehadiran Donald Trump di pemakaman Paus Fransiskus juga memiliki dimensi diplomatik penting.

    Mengutip Reuters, sebelum misa dimulai, Trump bahkan sempat melakukan pertemuan singkat dan berjabat tangan dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.

    Momen ini mengundang spekulasi tentang kemungkinan “rekonsiliasi diam-diam” setelah ketegangan politik di beberapa waktu lalu.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Beberapa Sistem Pembayaran Elektronik di Ukraina Mengalami Gangguan

    Beberapa Sistem Pembayaran Elektronik di Ukraina Mengalami Gangguan

    JAKARTA – Beberapa sistem pembayaran elektronik di kantor pos, restoran, dan sistem metro dilaporkan lumpuh di Ukraina pada Sabtu pagi 26 April.  

    Meskipun Ukraina sebelumnya sering menjadi target serangan siber dari Rusia, hingga kini belum ada indikasi langsung bahwa gangguan ini disebabkan oleh tindakan permusuhan.

    Pihak berwenang di Kota Kyiv mengungkapkan bahwa gangguan pada sistem pembayaran di transportasi metro disebabkan oleh masalah teknis yang terjadi pada bank pengelola sistem tersebut.

    Di sebuah restoran McDonald’s di pusat Kyiv, para staf memberitahu pelanggan bahwa terminal pembayaran elektronik tidak berfungsi dan hanya dapat menerima pembayaran tunai.

    Sementara itu, anggota Komite Keamanan Nasional Parlemen Ukraina, Oleksandr Fediyenko, mengunggah sebuah video di akun Telegram pribadinya yang menunjukkan dirinya berada di kantor pos dan diberitahu bahwa sistem pembayaran di seluruh negeri sedang tidak berfungsi.

    “Ini bukan serangan siber, ini masalah teknis,” tulis Fediyenko.

    Wartawan Reuters juga melaporkan bahwa beberapa aplikasi perbankan komersial tidak dapat diakses, dan aplikasi Diya — yang menyediakan akses daring bagi warga Ukraina untuk layanan pemerintah — juga mengalami gangguan.

    Situasi ini terjadi di tengah kondisi negara yang masih waspada terhadap potensi ancaman siber, khususnya di tengah ketegangan yang terus berlangsung dengan Rusia.

  • Pakaian Donald Trump Disorot Saat Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus, Bagaimana dengan Jokowi? – Halaman all

    Pakaian Donald Trump Disorot Saat Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus, Bagaimana dengan Jokowi? – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, VATIKAN – Pada pemakaman pemimpin Katolik Paus Fransiskus pada Sabtu (26/4/2025) kemarin, pakaian yang dikenakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Pangeran William dari Inggris menarik perhatian publik.

    Hal ini kemudian memicu diskusi tentang kepatuhan berbusana sesuai sistem protokoler yang telah digariskan oleh Vatikan.

    Apa yang Perlu Diketahui

    Donald Trump tiba di upacara khidmat di Lapangan Santo Petrus tempat upacara pemakanan Sri Paus   mengenakan setelan jas biru yang dipadukan dengan dasi biru muda dan pin kerah khas bendera Amerika miliknya.

    Pangeran William, mewakili Raja Charles III dari Inggris, yang tidak hadir karena alasan kesehatan memilih setelan jas gelap klasik dan dasi.

    PEMAKAMAN PAUS FRANSISKUS – Ribuan orang menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Roma, Italia, pada Sabtu (26/4/2025).  

    Busana yang lebih sesuai dengan yang diharapkan Vatikan untuk acara-acara seperti itu.

    Pakaian Pangeran William dikenal karena kesopanannya dan menghormati kekhidmatan acara.

    Namun jas yang dipakai Donald Trumo kritik karena berwarna biru tua dan bukan hitam.

    Mantan Presiden AS Joe Biden yang juga hadir dalam upacara pemakaman Paus ikut disorot karena  menyimpang dari norma, memilih mengenakan dasi biru padahal idealnya warna hitam.

    Ketiga busana tersebut menyimpang dari aturan berpakaian tradisional Vatikan, yang mengharuskan jas hitam formal, dasi hitam, dan pin kerah hitam untuk peserta pria di pemakaman paus.

    Jokowi terlihat di antara para pemimpin dunia yang hadir di Lapangan Basilika Santo Petrus, Vatikan.

    Jokowi duduk di barisan depan bersama para pemimpin negara lainnya yang hadir.

    Bagaimana dengan Jokowi?

    Seperti diketahui, Presiden RI Prabowo Subianto mengutus Presiden ke-7 RI Jokowi, Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono, dan Ignasius Jonan untuk menjadi wakil Indonesia untuk menghadiri prosesi pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan.

    Presiden mengutus delegasi karena berhalangan hadir langsung pada acara pemakaman Paus Fransiskus.

    Busana yang dikenakan Jokowi, Thomas, dan Jonan sudah sesuai dengan aturan berpakaian yang ditetapkan Vatikan.

    Yakni menggunakan pakaian serba hitam, jas, dasi, celana hingga kopiah hitam.

    PAUS FRANSISKUS WAFAT – Momen Utusan Presiden Prabowo Subianto yang juga Presiden Ketujuh RI, Joko Widodo (Jokowi) disapa Presiden Perancis, Immanuel Macron saat menghadiri prosesi pemakaman Paus Fransiskus, Sabtu (26/4/2025). (Istimewa)

    Mengapa Hal Ini Penting

    Il Messaggero , sebuah surat kabar nasional Italia terkemuka yang berkantor pusat di Roma, melaporkan bahwa pakaian dan tata cara pemakaman Paus Fransiskus, menurut protokol Vatikan, adalah sebagai berikut:

    Untuk pria, jas gelap dengan dasi hitam panjang dan kancing berwarna sama di kerah jas sebelah kiri, di mana hanya tanda kehormatan Vatikan yang boleh ditaruh.

    Untuk wanita, gaun hitam, sebaiknya panjang dengan warna yang sama dengan sarung tangan dan kerudung di kepala, dengan satu-satunya hiasan yang diperbolehkan adalah untaian mutiara.

    “Ini adalah aturan bagi mereka yang menghadiri pemakaman Paus, sesuai dengan manual protokol yang ditetapkan dengan baik yang juga menentukan pengaturan tempat duduk bagi pejabat tinggi dan kepala negara.”

    Sebaliknya, Ibu Negara Melania Trump mematuhi norma-norma yang diharapkan, mengenakan gaun hitam lengan panjang dan kerudung mantilla hitam tradisional.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengenakan busana serba hitam tanpa dasi saat upacara tersebut.

    Kontroversi mengenai pakaian Volodymyr Zelensky kerap dipertanyakan.

    Sejak perang Ukraina dengan Rusia, dia jarang menggunakan pakaian formal seperti jas di depan publik.

    Zelensky dikritik dan disebut tidak sopan oleh seorang reporter di Gedung Putih karena tidak mengenakan jas selama kunjungannya ke Ruang Oval beberapa waktu lalu.

    Apa Kata Orang

    Kritikus Trump Ron Filipkowski mengomentari sebuah artikel Newsweek di X , yang sebelumnya bernama Twitter.

    Kepada 976 ribu pengikutnya dia mengatakan “Seorang pria muncul dengan setelan jas biru di pemakaman Paus. Anda tidak akan pernah bisa menebak siapa,” mengacu pada presiden AS.

    Namun, beberapa pengguna X berkomentar di bawah, dengan menunjukkan bahwa Pangeran William juga mengenakan setelan jas biru.

    Analis politik Molly Ploofkins mengatakan di X: “Menurut aturan berpakaian yang diwajibkan oleh pejabat Vatikan untuk pemakaman Paus Fransiskus, pria diharuskan mengenakan setelan jas gelap, disertai dasi hitam panjang. Trump muncul dengan pakaian biru.”

    Ahli strategi politik Joey Mannarino mengomentari X kepada 613 ribu pengikutnya: “Trump di pemakaman Paus benar-benar memancarkan kelas yang lengkap dan total. Benar-benar citra yang seharusnya ditampilkan Amerika kepada dunia.”

    Mengenai pakaian Zelensky, ia berkata: “Zelensky bahkan tidak bisa mengenakan jas untuk pemakaman Paus Fransiskus. Dan orang-orang bodoh yang hadir tetap bertepuk tangan untuknya. Kurangnya rasa hormat itu tidak dapat dipercaya.”

    Lebih jauh, tempat duduk Trump di pemakaman itu melanggar protokol Vatikan yang berlaku. Secara tradisional, bangsawan Katolik duduk di baris depan, diikuti oleh bangsawan non-Katolik, lalu kepala negara dalam urutan abjad. Namun, Trump diberi tempat duduk di baris depan bersama Zelenskyy, sebuah penyimpangan yang mencolok dari norma.

    Apa selanjutnya

    Penyimpangan gaya berpakaian dan protokol yang dilakukan Trump ini kontras dengan kepatuhan yang ditunjukkan oleh pejabat tinggi lainnya dan mungkin menjadi titik fokus liputan media seputar pemakaman Paus Fransiskus.

    Sumber: Newsweek/Tribunnews.com

     

     

  • Jokowi Disapa Macron Saat Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus di Santo Petrus

    Jokowi Disapa Macron Saat Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus di Santo Petrus

    Jakarta

    Presiden ke-7 Indonesia Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Vatikan. Keduanya bertemu di sela menghadiri pemakaman Paus Fransiskus.

    Dalam video yang diterima detikcom, Minggu (27/4/2025), Jokowi dan Macron bertemu pada Sabtu (26/4) waktu setempat. Pertemuan keduanya terjadi di lapangan Basilika Santo Petrus, tempat dilaksanakan misa pemakaman Paus Fransiskus.

    Jokowi tampak mengenakan setelan jas dan peci berwarna hitam. Dia dan Macron terlihat saling berjabat tangan dan terlibat obrolan hangat.

    Jokowi diketahui hadir di pemakaman Paus Fransiskus sebagai utusan Presiden Prabowo Subianto. Dia ditemani oleh tiga utusan presiden lainnya yaitu Menteri HAM Natalius Pigai, Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono hingga ketua panitia penyambutan kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia tahun 2024 lalu, Ignatius Jonan.

    Saat misa pemakaman Paus Fransiskus berlangsung, Jokowi terlihat duduk di deretan paling depan sejajar dengan pemimpin dunia lain. Dalam tayangan misa yang disiarkan Vatikan, Sabtu (24/6), Jokowi tampak berada di samping Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

    Deretan kursi yang ditempati Jokowi dikhususkan oleh perwakilan sejumlah pemimpin dunia. Jokowi berada dalam satu deretan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump hingga Presiden Prancis Emmanuel Macron.

    Di area lapangan Santo Petrus, Jokowi menyampaikan pesan Prabowo. Dia mengatakan Indonesia merasakan kehilangan atas wafatnya Paus Fransiskus.

    “Pertama-tama kami ingin menyampaikan ucapan duka cita yang mendalam atas wafatnya Yang Teramat Suci Paus Fransiskus. Dan juga menyampaikan pesan dari Presiden Prabowo Subianto serta seluruh umat Katolik yang menghadiri pemakaman di Vatikan,” ujar Jokowi.

    Jokowi turut menyampaikan ucapan doa agar Paus Fransiskus beristirahat dalam damai. “Akhirnya kami semua berdua agar Yang Teramat Suci Paus Fransiskus beristirahat dalam damai abadi dan semoga jiwanya diterima di pangkuan Tuhan Yang Maha Kasih,” kata Jokowi.

    Prosesi pemakaman Paus Fransiskus telah dilaksanakan pada Sabtu (26/4) waktu setempat. Jenazah Paus Fransiskus dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, Italia.

    ‘Lihat juga Video Duka Pemimpin Dunia Atas Meninggalnya Paus Fransiskus’

    (ygs/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pertemuan Trump-Zelensky di Sela Pemakaman Paus Fransiskus

    Pertemuan Trump-Zelensky di Sela Pemakaman Paus Fransiskus

    Jakarta

    Misa pemakaman pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia sekaligus Kepala Negara Vatikan Paus Fransiskus telah digelar. Di sela misa, ternyata Presiden Amerika Serikat Donald Trump bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

    Dirangkum detikcom dilansir CNN, Sabtu (26/4/2025), Donald Trump dan Volodymyr Zelensky melakukan pertemuan di Roma, Italia. Pertemuan keduanya itu dilakukan sebelum menghadiri misa pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan pada Sabtu (26/4) waktu setempat.

    Pertemuan kedua kepala negara itu diungkapkan oleh juru bicara kepresidenan Ukraina, Sergii Nykyforov.

    Zelensky sebelumnya menyatakan kesediaannya untuk bertemu dengan Trump saat kedua pemimpin sama-sama berada di Roma untuk menghadiri misa pemakaman Paus Fransiskus.

    Namun Trump, yang mendarat di Roma bersama istrinya, Melania, sama sekali tidak memberitahu wartawan soal rencana pertemuannya dengan Zelensky.

    Pertemuan Terakhir Trump dan Zelensky

    Foto: Donald Trump dan Volodymyr Zelensky (AFP/SAUL LOEB).

    Pertemuan terakhir Trump dan Zelensky terjadi di Ruang Oval Gedung Putih pada Februari lalu, yang diwarnai cekcok bersejarah yang menghebohkan dunia.

    Pada saat itu, Trump menegur Zelensky karena tidak pernah menunjukkan rasa terima kasih yang cukup atas dukungan AS dalam perjuangan Ukraina melawan invasi Rusia.

    Sejauh ini belum ada komentar langsung dari Gedung Putih soal pertemuan kedua pemimpin. Tidak diketahui secara jelas apa saja yang menjadi topik pembicaraan keduanya saat bertemu di Roma.

    Trump dan Zelensky tiba secara terpisah di Alun-alun Santo Petrus sesaat sebelum misa pemakaman Paus Fransiskus digelar pada Sabtu (26/4) pagi waktu setempat.

    Vatikan telah mengumumkan bahwa total 130 delegasi asing, termasuk 55 kepala negara, 14 kepala pemerintahan dan 12 raja yang berkuasa dari berbagai negara menghadiri misa pemakaman Paus Fransiskus.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump-Zelensky Mojok Berdua Bahas Strategi Perdamaian Ukraina di Sela Pemakaman Paus – Halaman all

    Di Tengah Melayat Paus Fransiskus, Trump dan Zelensky Bertemu Bahas Perang Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Di tengah-tengah acara pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melakukan pertemuan, Sabtu (26/4/2025).

    Pertemuan itu terjadi di Basilika Santo Petrus, tempat kedua pemimpin tiba untuk berpartisipasi dalam Misa untuk menghormati kenangan akan Paus Fransiskus.

    Mengutip laman Kantor Kepresidenan Ukraina, Donald Trump dan Volodymyr Zelensky bertemu untuk membahas isu penting dan mendesak.

    Zelensky mencatat bahwa ini adalah pertemuan simbolis dengan potensi menjadi bersejarah jika hasil bersama tercapai, dan menyampaikan rasa terima kasih kepada Donald Trump.

    Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Kepresidenan Ukraina, tampak Trump dan Zelensky duduk berhadapan di aula basilika, berjarak sekitar dua kaki, dan saling mencondongkan tubuh untuk berbincang.

    Dalam foto kedua, dari lokasi yang sama, Zelensky, Trump, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron terlihat berdiri dalam kelompok yang rapat.

    Setelah Trump dan Zelensky bertemu di basilika, keduanya bergabung dengan para pemimpin dunia lainnya di luar di Lapangan Santo Petrus pada upacara pemakaman Paus Fransiskus.

    Kardinal Italia, Giovanni Battista Re, yang menyampaikan khotbah pada upacara pemakaman, mengenang bagaimana Paus Fransiskus tidak berhenti meninggikan suaranya untuk menyerukan negosiasi guna mengakhiri konflik.

    “Perang selalu membuat dunia menjadi lebih buruk daripada sebelumnya: perang selalu menjadi kekalahan yang menyakitkan dan tragis bagi semua orang,” kata kardinal, dikutip dari Reuters.

    Sanksi Baru Rusia

    Setelah melakukan pertemuan dengan Zelensky, Trump mengunggah postingan di Truth Social yang mengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin atas serangan rudal baru-baru ini terhadap Ukraina.

    “Tidak ada alasan bagi Putin untuk menembakkan rudal ke wilayah sipil, kota-kota, dan desa-desa selama beberapa hari terakhir,” tulis Trump, dikutip dari Axios.

    “Hal itu membuat saya berpikir bahwa mungkin dia tidak ingin menghentikan perang, dia hanya memanfaatkan saya, dan harus ditangani dengan cara yang berbeda, melalui ‘Perbankan’ atau ‘Sanksi Sekunder?’ Terlalu banyak orang yang sekarat!!!” lanjut Trump.

    Sementara itu, Zelensky melalui akun X mengatakan, pertemuannya dengan Trump berjalan dengan sangat baik.

    Ia menekankan perlunya gencatan senjata penuh dan tanpa syarat serta perdamaian yang dapat diandalkan dan abadi yang akan mencegah pecahnya perang lain.

    “Pertemuan yang sangat simbolis yang berpotensi menjadi bersejarah, jika kita mencapai hasil bersama,” ungkap Zelensky.

    Trump telah mendesak Moskow dan Kyiv untuk menyetujui gencatan senjata dan kesepakatan damai.

    Sebelumnya, ia telah memperingatkan bahwa pemerintahannya akan menghentikan upayanya untuk mencapai perdamaian jika kedua pihak tidak segera menyetujui kesepakatan.

    Setelah putaran diplomasi bolak-balik minggu ini, perbedaan telah muncul antara posisi Gedung Putih Trump mengenai pembicaraan damai dan sikap Ukraina dan sekutu-sekutunya di Eropa, menurut dokumen dari pembicaraan yang diperoleh Reuters.

    Washington mengusulkan pengakuan hukum bahwa Krimea, semenanjung Ukraina yang dianeksasi oleh Moskow pada tahun 2014, adalah wilayah Rusia.

    Usulan itu yang menurut Kyiv dan sekutunya di Eropa sebagai garis merah yang tidak akan mereka lewati.

    Ada pula perbedaan mengenai seberapa cepat sanksi terhadap Rusia akan dicabut jika kesepakatan damai ditandatangani, jaminan keamanan seperti apa yang akan diperoleh Ukraina, dan bagaimana Ukraina akan diberi kompensasi finansial.

    Trump dan Zelensky memiliki hubungan pribadi yang tidak harmonis.

    Dalam pertemuan mereka di Ruang Oval, Trump menuduh pemimpin Ukraina itu “berjudi dengan Perang Dunia Ketiga”.

    Sejak saat itu, Kyiv telah mencoba memperbaiki hubungan, tetapi sindiran terus berlanjut.

    Zelensky mengatakan Trump terjebak dalam “gelembung disinformasi” yang menguntungkan Moskow, sementara pemimpin AS menuduh Zelensky menunda-nunda kesepakatan damai dan membuat pernyataan yang “menghasut”.

    Namun, kedua pemimpin negara tersebut saling membutuhkan.

    Trump membutuhkan dukungan Zelensky untuk mencapai ambisinya untuk membawa perdamaian cepat antara Rusia dan Ukraina.

    Sementara Kyiv membutuhkan Trump untuk menekan Moskow agar melonggarkan beberapa persyaratan yang lebih berat yang telah ditetapkannya untuk gencatan senjata.

    Pada pertemuan di Ruang Oval pada bulan Februari, seorang reporter yang hadir dari jaringan berita konservatif AS menuduh Zelensky tidak menghormati acara tersebut dengan tidak mengenakan jas.

    Zelensky, sejak dimulainya invasi besar-besaran Rusia pada tahun 2022, telah menghindari jas dan lebih memilih pakaian bergaya militer.

    Ia mengatakan itu adalah caranya menunjukkan solidaritas dengan rekan senegaranya yang berjuang untuk membela Ukraina.

    Di Roma pada hari Sabtu, Zelensky kembali memutuskan untuk tidak mengenakan jas, dan malah mengenakan kemeja gelap, dikancingkan sampai ke leher tanpa dasi, dan mengenakan jaket bergaya militer gelap di atasnya.

    (*)

  • Jokowi Duduk Sederet dengan Trump-Zelensky saat Hadiri Pemakaman Paus

    Jokowi Duduk Sederet dengan Trump-Zelensky saat Hadiri Pemakaman Paus

    Jakarta

    Presiden ke-7 Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) telah mengikuti prosesi pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan. Jokowi yang diutus Presiden Prabowo Subianto itu terlihat duduk di deretan paling depan sejajar dengan pemimpin dunia lain.

    Pemakaman Paus Fransiskus diawali dengan misa di Basilika Santo Petrus di Vatikan. Misa itu diikuti oleh ribuan orang mulai dari rakyat biasa, pemimpin dunia, hingga uskup dan kardinal dari seluruh dunia.

    Dalam tayangan misa yang disiarkan Vatikan, Sabtu (24/6/2025), Jokowi terlihat mengenakan jas dan peci serba hitam. Dia tampak berada di samping Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

    Deretan kursi yang ditempati Jokowi dikhususkan oleh perwakilan sejumlah pemimpin dunia. Jokowi tampak berada dalam satu deretan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump hingga Presiden Prancis Emmanuel Macron.

    Prabowo diketahui mengutus empat orang mewakili pemerintah Indonesia untuk menghadiri pemakaman Paus Fransiskus. Empat orang utusan Prabowo itu adalah Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi), Menteri Hak Asasi Manusia Natalius Pigai, Wakil Menkeu Thomas Aquinas Djiwandono, dan Ketua Panitia Penyambutan Paus Fransiskus di Indonesia 2024 Ignasius Jonan.

    Utusan khusus Presiden Indonesia adalah salah satu dari sekitar 170 delegasi negara dan organisasi internasional, yang akan menghadiri misa pemakaman Paus Fransiskus. Yang akan hadir antara lain Presiden AS Donald Trump, Pangeran William dari Inggris dan PM Keir Starmer, Raja dan Ratu Spanyol, juga dari Kerajaan Belgia, Swedia, Norwegia, dan Monako.

    (ygs/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini