Negara: Ukraina

  • Hasil Riset: Kenyataan Menyedihkan, Prancis Negara Adikuasa Eropa Cuma Bertahan 3 Hari Lawan Rusia – Halaman all

    Hasil Riset: Kenyataan Menyedihkan, Prancis Negara Adikuasa Eropa Cuma Bertahan 3 Hari Lawan Rusia – Halaman all

    Hasil Riset: Kenyataan Menyedihkan, Negara Adikuasa Eropa Cuma Bertahan 3 Hari Lawan Rusia

    TRIBUNNEWS.COM – Lembaga penelitian militer dan keamanan, Institut Hubungan Internasional Prancis (IFRI) mengeluarkan hasil riset terbaru mereka yang terbilang mengejutkan seputar kekuatan tempur Angkatan Udara Prancis dalam konteks ancaman keamanan dari Rusia.

    Situs militer DSA, menyebut, laporan IFRI itu mengungkapkan kenyataan yang mengkhawatirkan mengenai kemampuan kekuatan tempur udara Prancis.

    Prancis dianggap sebagai satu di antara kekuatan utama NATO, aliansi keamanan negara-negara Atlantik Utara yang tengah cemas pada agresi Rusia ke Ukraina yang berlarut-larut sehingga mengancam negara-negara lain di sekitarnya.

    Studi yang disusun oleh para ahli militer, termasuk mantan perwira senior Angkatan Udara Prancis , menggambarkan gambaran suram tentang “negara adikuasa Eropa” tersebut yang sekarang kepayahan untuk bersaing dalam lanskap peperangan udara modern yang berkembang pesat.

    “Di tengah krisis ini adalah armada pesawat tempur Prancis , yang masih bergantung pada teknologi generasi keempat, sementara pesaing utama mereka maju dengan pengembangan pesawat tempur generasi kelima,” kata ulasan tersebut.

    Pesawat Dassault Rafale , yang telah lama dianggap sebagai tulang punggung kekuatan udara Prancis dan kebanggaan teknik negara, kini semakin kurang kemampuannya di era peperangan yang didominasi oleh teknologi siluman dan peperangan elektronik.

    Meskipun Rafale sering dipuji sebagai salah satu pesawat tempur multiperan terbaik di kelasnya, pesawat ini tidak pernah dirancang dengan fitur siluman, sebuah kekurangan kritis dalam lingkungan pertempuran udara modern yang semakin kompleks.

    Kelemahan ini berasal dari keputusan strategis Prancis di awal tahun 2000-an, ketika negara itu memilih untuk meningkatkan pesawat tempur yang ada daripada mengembangkan pesawat siluman sepenuhnya.

    BUATAN PRANCIS – Jet tempur pabrikan Dassault Rafale M dari Prancis. India menjadi satu di antara negara yang mengandalkan jet tempur ini untuk menjaga keamanan negaranya. (DSA/Tangkap Layar)

    Saat itu, Amerika Serikat (AS) telah mengambil langkah maju yang besar dengan memperkenalkan F-22 Raptor dan kemudian F-35 Lightning II , yang sepenuhnya mengubah lanskap dominasi udara global.

    Meskipun Rafale telah menerima berbagai peningkatan yang menempatkannya dalam kategori pesawat tempur generasi 4,5 , ia masih kekurangan ” teknologi yang dapat diamati secara rendah”  yang diperlukan untuk menghindari deteksi oleh radar canggih dan sistem pertahanan udara modern.

    “Di era di mana negara pesaing seperti Rusia dan China semakin memperkuat sistem pertahanan anti-akses/penolakan area (A2/AD) mereka, pilot Prancis mungkin menemukan diri mereka terjebak dalam zona bahaya , terpapar sistem rudal permukaan-ke-udara berkinerja tinggi dan generasi baru pesawat tempur yang jauh lebih canggih,” kata ulasan tersebut menjelaskan kekuarangan dari jet Rafale yang selama ini jadi andalan Prancis. 

    “Situasinya memburuk karena Moskow dan Beijing terus agresif memperluas kemampuan militer mereka,” tambah ulasan tersebut.

    TEMBAKKAN RUDAL UDARA – Jet tempur Rafale Prancis meluncurkan rudal udara-ke-udara BVR, Meteor. Prancis dianggap tertinggal dari segi peralatan tempur dalam konteks munculnya ancaman keamanan regional dari Rusia.

    Hanya Bertahan Tiga Hari Lawan Rusia

    Rusia kini memiliki berbagai sistem persenjataan termasuk rudal hipersonik, pesawat tempur tak berawak canggih, dan sistem perang elektronik , sementara China semakin dekat untuk mengejar kemampuan Barat dengan jet tempur J-20.

    “Dominasi udara Barat , yang telah menjadi pilar keamanan global sejak Perang Dunia II, kini berada dalam kondisi krisis,” tulis laporan DSA.

    Karena sangat tergantungan pada Rafale, Prancis sekarang berada dalam posisi yang semakin terbelakang dalam perlombaan teknologi militer udara.

    Meskipun jet tempur ini masih efektif dalam berbagai misi tempur, jet Rafale tidak memiliki daya tahan dan kemampuan bertahan yang dibutuhkan dalam konflik intensitas tinggi, sehingga menjadikannya kerugian yang signifikan dalam konfrontasi dengan musuh yang setara.

    “Laporan IFRI menyoroti kebenaran yang sulit: kesenjangan teknologi antara Prancis dan para pesaingnya makin melebar, dan sejauh ini belum ada solusi langsung yang mampu menutup kesenjangan tersebut,”.

    Selain kelemahan teknologi, Prancis sekarang menghadapi krisis kritis lainnya — kekurangan rudal dan amunisi berpemandu presisi .

    “Jika terjadi perang berskala besar, Angkatan Udara Prancis hanya akan mampu bertahan selama tiga hari —kenyataan yang mengejutkan bagi negara bertenaga nuklir dengan ambisi militer global,” kata laporan itu.

    Rudal-rudal utama Prancis, termasuk rudal udara-ke-udara jarak jauh METEOR , saat ini berada pada tingkat stok yang mengkhawatirkan.

    Situasi ini diperburuk oleh bantuan militer Prancis ke Ukraina , yang telah secara drastis mengurangi persediaan rudal SCALP dan sistem pencegat udara Aster 30 .

    “Saat sekutu Barat berupaya memperkuat pertahanan Ukraina, Prancis kini menghadapi kekurangan senjata yang serius , tidak mampu mengganti senjata usangnya dengan cukup cepat untuk memenuhi kebutuhan peperangan modern,” kata laporan tersebut.

    Hal yang semakin memperumit masalah, keputusan Prancis untuk melarang penggunaan amunisi tandan — sejalan dengan perjanjian pelucutan senjata internasional – mengakibatkan angkatan udara Prancis kehilangan salah satu aset paling efektifnya dalam mengalahkan pasukan lawan yang menduduki wilayah yang luas .

    “Meskipun keputusan ini dilihat sebagai langkah moral yang berprinsip, keputusan ini membawa implikasi strategis yang besar, memaksa Paris untuk bergantung pada sistem persenjataan yang lebih mahal dan terbatas , sehingga semakin membebani sumber daya militernya yang semakin menipis,” ulas laporan hasil riset IFRI.

    Riset itu menyatakan kalau Prancis sekarang berada di persimpangan jalan yang krusial, harus berinvestasi besar-besaran dalam memodernisasi angkatan udaranya atau mengambil risiko menjadi tidak relevan di medan perang modern.

    Faktor-faktor seperti tidak adanya pesawat tempur generasi kelima, krisis pasokan senjata berpemandu presisi, dan fakta bahwa dominasi udara Barat semakin terkikis, semuanya merupakan krisis besar yang dapat melemahkan kemampuan Prancis untuk mempertahankan kepentingannya dalam konflik skala besar.

    “Dengan semakin majunya pesaing dalam pengembangan teknologi militer , pertanyaan utamanya bukan lagi apakah Prancis harus bertindak, tetapi apakah masih punya waktu sebelum terlambat?” kata laporan tersebut.

     

    (oln/dsa/*)

     

  • 8 Update Rusia-Ukraina, Penyelamatan Trump-Gencatan Senjata Sepihak

    8 Update Rusia-Ukraina, Penyelamatan Trump-Gencatan Senjata Sepihak

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang antara Rusia dan Ukraina telah memasuki hari ke-1.160 pada Selasa (29/4/2025). Berikut ini adalah peristiwa penting yang terjadi antara kedua negara tetangga yang masih berperang, seperti dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber.

    Trump Sebut Mau Menyelamatkan Ukraina

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa ia yakin ia “menyelamatkan” Ukraina dan memberikan “jasa besar” bagi negara tersebut. Hal ini ia sampaikan dalam wawancara dengan The Atlantic, yang diterbitkan Selasa.

    “Saya pikir saya menyelamatkan negara itu. Saya pikir negara itu akan segera hancur. Negara itu adalah mesin perang yang besar. Mari kita hadapi,” katanya Trump.

    “Perdana menteri Norwegia – orang yang sangat dihormati – mengatakan bahwa jika Presiden Trump tidak terlibat, perang ini tidak akan pernah berakhir. Saya pikir saya memberikan jasa besar bagi Ukraina. Saya percaya itu,” tambahnya.

    Ketika ditanya apakah ada hal yang dapat dilakukan Vladimir Putin yang akan membuatnya mengatakan bahwa ia berada di “pihak Zelenskyy”, Trump menjawab: “Tidak harus di pihak Zelenskyy, tetapi di pihak Ukraina, ya. Tetapi tidak harus di pihak Zelenskyy. Saya mengalami kesulitan dengan Zelenskyy.”

    Merenungkan pertikaian Ruang Oval yang sekarang terkenal, yang membuat Trump dan Wakil Presiden JD Vance terlibat dalam pertengkaran sengit dengan Zelenskyy di hadapan dunia, Trump berkata: “Yang harus ia [Zelenskyy] lakukan hanyalah diam, Anda tahu? Ia memenangkan argumennya.

    “Tetapi alih-alih mengatakan ‘oke’ ketika saya membuat pernyataan itu, saya berkata, ‘Baiklah, kami sedang berupaya menyelesaikannya. Kami mencoba membantu’. Dia berkata, ‘Tidak, tidak, kami juga butuh keamanan.’”

    Trump melanjutkan dengan mengatakan Zelenskyy diizinkan untuk membela negaranya tetapi mereka perlu menyelesaikan perang terlebih dahulu. “Kita harus melihat apa yang terjadi selama periode berikutnya yang berlangsung sekitar seminggu. Kita sudah sampai pada tahap akhir,” tambahnya.

    Serangan Pesawat Nirawak Tewaskan 2 Orang di Belgorod

    Dua orang tewas di wilayah Belgorod, Rusia, setelah pesawat nirawak atau drone Ukraina menghantam sebuah mobil di jalan raya. Hal ini disampaikan oleh gubernur setempat, Vyacheslav Gladkov.

    Namun insiden ini belum dapat diverifikasi secara independen.

    Wilayah Belgorod telah sering menjadi sasaran serangan pesawat nirawak dan penembakan dari Ukraina selama perang. Bulan ini, Zelensky secara terbuka mengakui untuk pertama kalinya bahwa pasukannya aktif di wilayah Rusia.

    Pengakuan tersebut muncul setelah militer Rusia melaporkan upaya Ukraina untuk menyeberang ke wilayah Belgorod.

    Rusia Luncurkan 166 Pesawat Nirawak ke Ukraina

    Angkatan udara Ukraina mengatakan Rusia meluncurkan 166 pesawat nirawak atau drone ke negara itu selama dua hari berturut-turut.

    Dalam sebuah posting di Telegram, disebutkan wilayah Sumy utara dan wilayah Cherkasy tengah merupakan target utama serangan udara Rusia.

    Dari pesawat nirawak yang diluncurkan, Ukraina mengatakan 40 ditembak jatuh oleh pertahanan udaranya dan 74 lainnya hilang di lokasi, merujuk pada penggunaan peperangan elektronik untuk mengelabui pesawat nirawak.

    Rusia Tunggu Ukraina untuk Perundingan Langsung

    Juru bicara Dmitry Peskov mengatakan Ukraina belum menanggapi banyak tawaran dari Vladimir Putin untuk memulai perundingan perdamaian langsung, dan bahwa memulai proses ini adalah fokus utama Moskow.

    “Presiden Putin yang berulang kali mengatakan bahwa Rusia siap, tanpa prasyarat apa pun, untuk memulai proses perundingan,” katanya. “Kami belum mendengar tanggapan dari rezim Kyiv sejauh ini.”

    Seperti yang telah dilaporkan sebelumnya, Rusia telah mengumumkan rencananya untuk menghentikan pertempuran di Ukraina selama tiga hari bulan depan.

    Putin sebelumnya mengumumkan gencatan senjata selama 30 jam di Ukraina selama akhir pekan Paskah, meskipun Volodymyr Zelenskyy mengatakan pasukan Rusia telah melanggar gencatan senjata hampir 3.000 kali.

    Zelenskyy telah menyampaikan kekhawatirannya terhadap usulan terbaru Rusia dan mengatakan negara itu mencoba untuk “memanipulasi dunia”. Ia malah menyerukan gencatan senjata penuh dan tanpa syarat selama setidaknya 30 hari.

    Pada awal April, Moskow juga menggambarkan usulan perdamaian AS terbaru sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima.

    Rusia Umumkan Gencatan Senjata Sepihak

    Presiden Putin kemudian mengumumkan gencatan senjata selama tiga hari dalam perangnya melawan Ukraina, dari 8 Mei hingga 10 Mei, untuk menandai peringatan 80 tahun kemenangan Uni Soviet dan sekutunya dalam Perang Dunia II.

    Namun Zelensky mengatakan dunia tidak ingin menunggu hingga 8 Mei untuk gencatan senjata, dan menyerukan “gencatan senjata penuh dan tanpa syarat selama setidaknya 30 hari” untuk menyediakan “dasar bagi diplomasi yang sesungguhnya”.

    Sementara ritu Gedung Putih mengatakan Trump menginginkan gencatan senjata permanen antara Rusia dan Ukraina dan bahwa Putin dan Zelenskyy perlu datang ke meja perundingan untuk mengakhiri perang.

    95% Drone Ukraina Kini Dibuat Dalam Negeri

    Hampir semua drone yang digunakan oleh pasukan Ukraina di garis depan kini dibuat di dalam negeri, kata wakil menteri pertahanan Kyiv.

    “Kami telah membuat terobosan di sektor sistem nirawak. Lebih dari 95% UAV yang saat ini digunakan di garis depan adalah buatan Ukraina,” kata Valerii Churkin.

    Baik Ukraina maupun Rusia semakin bergantung pada perang drone sejak dimulainya invasi 2022, menggunakan UAV (kendaraan udara nirawak) berbasis udara, laut, dan darat untuk misi pengintaian dan pertempuran.

    Kyiv sebelumnya lebih bergantung pada negara-negara seperti China untuk membeli komponen drone seperti chip elektronik, tetapi, dengan perang yang kini memasuki tahun keempat, Ukraina kini lebih siap untuk menjaga produksi di dalam negeri.

    Membangun drone di Ukraina memiliki beberapa manfaat, termasuk dapat mengendalikan semua aspek proses teknologi, yang berarti Kyiv dapat meningkatkan dan mengadaptasi drone untuk kebutuhan militer spesifiknya.

    Update Kesepakatan Mineral Ukraina-AS

    Kementerian luar negeri Ukraina mengatakan pihaknya masih bekerja sama dengan AS untuk mengamankan kesepakatan mineral antara kedua negara.

    Heorhii Tykhyi, juru bicara kementerian, mengatakan kesepakatan itu masih “maju” meskipun kedua negara bertujuan untuk menyelesaikan diskusi pada Sabtu lalu.

    “Ukraina tertarik untuk memiliki kesepakatan ini,” kata Tykhyi selama sesi tanya jawab langsung di X. “Kami pikir tim Ukraina dan AS yang mengerjakan ini sedang dalam kemajuan yang baik.

    “Kami maju. Setiap hari, pekerjaan terus berlanjut. Itulah yang saya dengar dari rekan-rekan kami yang mengerjakan kesepakatan itu. Kami ingin melihatnya dirampungkan secepatnya.”

    Trump sebelumnya telah mendorong kesepakatan yang akan memungkinkan AS untuk berbagi keuntungan dari sumber daya alam dan mineral penting Ukraina, sesuatu yang ia anggap sebagai pembayaran kembali atas bantuan militer yang diberikan oleh Washington kepada Kyiv sejak 2022.

    Kesepakatan itu sebelumnya tampak hampir tercapai tetapi gagal total setelah pertemuan yang membawa bencana antara Trump dan Zelenskyy di Gedung Putih.

    Kim Jong Un Konfirmasi Kirim Pasukan ke Rusia

    Korea Utara telah mengonfirmasi bahwa mereka mengirim pasukan ke Rusia untuk mendukung operasi guna mengusir serangan Ukraina. Pernyataan tersebut dirilis beberapa hari setelah Moskow mengakui peran pasukan negara pimpinan Kim Jong Un itu dalam pembebasan Wilayah Kursk.

    Dalam sebuah laporan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin minggu lalu, Kepala Staf Umum Valery Gerasimov memuji kontribusi yang diberikan oleh prajurit Korea Utara dalam membantu membebaskan Wilayah Kursk dari pasukan Ukraina.

    Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un secara pribadi memerintahkan militer negaranya untuk bertempur bersama pasukan Rusia “untuk memusnahkan penjajah neo-Nazi Ukraina dan membebaskan wilayah Kursk,” media pemerintah negara itu melaporkan pada hari Senin.

    “Operasi pembebasan wilayah Kursk untuk mengusir invasi berani ke Federasi Rusia oleh otoritas Ukraina telah berakhir dengan kemenangan,” Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) melaporkan, mengutip pernyataan resmi oleh Komisi Militer Pusat negara itu.

    Putin pun menyampaikan rasa terima kasih pribadinya kepada Korea Utara dan Kim Jong Un. Ia menyebut juga akan siap membantu negara itu jika dibutuhkan.

    “Kami akan selalu menghormati para pahlawan Korea yang telah mengorbankan nyawa mereka demi Rusia, demi kebebasan kita bersama, atas dasar yang sama dengan saudara-saudara seperjuangan mereka di Rusia,” tambahnya.

    (tfa/tfa)

  • Rusia Tolak Perpanjang Gencatan Senjata 72 Jam Jadi 30 Hari sesuai Usulan Ukraina – Halaman all

    Rusia Tolak Perpanjang Gencatan Senjata 72 Jam Jadi 30 Hari sesuai Usulan Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengisyaratkan Rusia tidak akan menyetujui gencatan senjata selama 30 hari.

    Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya mengumumkan Rusia akan menerapkan gencatan senjata selama 72 jam (3 hari) pada 8-10 Mei 2025 dalam rangka peringatan Hari Kemenangan Soviet melawan Nazi dalam Perang Dunia II.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kemudian menyarankan agar Rusia memperpanjang gencatan senjata tersebut hingga 30 hari.

    “Ya, kami telah melihatnya, kami telah melihatnya,” kata Dmitry Peskov pada Selasa (29/4/2025), ketika ditanya apakah ia mengetahui tawaran Ukraina untuk memperpanjang gencatan senjata tersebut.

    Ia kemudian mengingatkan, Rusia tidak dapat melakukannya jika pertanyaan-pertanyaan Putin belum terjawab ketika Ukraina juga menawarkan perpanjangan gencatan senjata 30 hari.

    “Namun jika kita berbicara tentang gencatan senjata jangka panjang, nuansa yang sama yang dibicarakan Putin di Kremlin tentu relevan,” katanya.

    “Ini juga penting, tetapi tanpa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, sulit untuk melakukan gencatan senjata jangka panjang,” imbuhnya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Menurutnya, Putin sudah menunjukkan niat baik dengan memerintahkan gencatan senjata pada peringatan Hari Kemenangan Soviet atas Nazi pada Perang Dunia II.

    “Putin menunjukkan isyarat niat baik… bahwa gencatan senjata sementara akan dideklarasikan pada hari-hari kemenangan. Kami belum menerima reaksi dari rezim Kyiv,” kata Dmitry Peskov.

    “Masih sulit untuk memahami apakah rezim Kyiv akan bergabung dengan ini atau tidak,” ujarnya, seperti diberitakan Pravda.

    Ia menegaskan, Rusia percaya Ukraina harus melakukan hal yang sama dan juga mengumumkan gencatan senjata pada peringatan 80 tahun kemenangan.

    Ini bukan pertama kali Rusia mengumumkan gencatan senjata secara sepihak.

    Putin sebelumnya mengumumkan gencatan senjata Paskah mulai 19 April malam hari hingga 20 April pada tengah malam.

    Namun, Zelensky mengatakan Rusia masih melakukan serangan meski Putin telah mengumumkan gencatan senjata pada saat itu, seperti diberitakan Al Jazeera.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Tak Lagi Malu-malu, Kementerian Pertahanan Rusia Pamer Video Pelatihan Tempur Tentara Korut di Rusia – Halaman all

    Tak Lagi Malu-malu, Kementerian Pertahanan Rusia Pamer Video Pelatihan Tempur Tentara Korut di Rusia – Halaman all

    Kementerian Pertahanan Rusia pada Senin (28/4/2025) merilis sebuah video yang memperlihatkan tentara Korut menjalani pelatihan tempur di Rusia.

    Tayang: Selasa, 29 April 2025 20:49 WIB

    TASS/TMT

    LATIHAN TEMPUR – Instruktur militer dari Pasukan Rusia memberi pelatihan ke personel tentara Korea Utara dalam video yang dirilis Kementerian Pertahanan Rusia, Senin (28/4/2025). Rusia mengakui kalau pasukan Korut membantu mereka berperang melawan Ukraina di Kurks. 

    Tak Lagi Malu-malu, Kementerian Pertahanan Rusia Pamer Video Pelatihan Tempur Tentara Korut di Rusia

    TRIBUNNEWS.COM – Rusia tampaknya tak lagi sungkan untuk menunjukkan bantuan yang diberikan Korea Utara (Korut) dalam perangnya melawan Ukraina.

    Kementerian Pertahanan Rusia pada Senin (28/4/2025) merilis sebuah video yang memperlihatkan tentara Korut menjalani pelatihan tempur di Rusia.

    Pamer video ini terjadi tak lama setelah Moskow dan Pyongyang mengonfirmasi laporan keterlibatan Korea Utara dalam perang tersebut.

    Video yang dibagikan oleh media pemerintah itu memperlihatkan instruktur Rusia mengajari tentara Korea Utara cara menggunakan senapan serbu Kalashnikov, peluncur granat, dan senapan laras pendek untuk melawan pesawat tanpa awak.

    Rekaman itu juga memperlihatkan latihan granat tangan dan teknik tempur di area terbuka dan parit.

    Pihak militer Rusia tidak mengatakan kapan video itu direkam.

    Rekaman itu dirilis beberapa jam setelah Presiden Vladimir Putin mengucapkan terima kasih kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un karena mengirim pasukan untuk membantu pasukan Rusia dalam merebut kembali wilayah dari pasukan Ukraina di wilayah Kursk barat daya.

    PUTIN KUNJUNGI DPRK – Foto diambil dari publikasi Kantor Presiden Rusia, Selasa (29/4/2025), memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kanan) di Pyongyang pada 18 Juni 2024. Pada 28 April 2025, Putin berterimakasih kepada Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) dan Kim Jong Un atas bantuan tentara Korea Utara untuk membantu pasukan Rusia merebut kembali wilayah Kursk yang sebagian diduduki oleh Ukraina. (Kremlin)

    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan pada Senin kalau Moskow  “benar-benar” siap untuk mengirim pasukan Rusia ke Korea Utara sebagai imbalan atas bantuan Pyongyang.

    Kantor berita pemerintah Korea Utara KCNA sebelumnya melaporkan kalau tentaranya bertempur di wilayah Kursk, tempat pasukan Ukraina melancarkan serangan mendadak pada bulan Agustus.

    Kim mengatakan pengerahan pasukan itu dilakukan berdasarkan perjanjian pertahanan bersama Rusia dan Korea Utara, menurut KCNA.

     

     

    (oln/TMT/*)

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Ilmuwan Genius Kelahiran Rusia Terancam Dideportasi AS

    Ilmuwan Genius Kelahiran Rusia Terancam Dideportasi AS

    Jakarta

    Kseniia Petrova adalah ilmuwan kelahiran Rusia yang sekarang melakukan riset penting di bidang kanker yaitu dalam teknologi alat deteksi. Namun Petrova saat ini ditahan di fasilitas imigrasi Lousiana dan ada kemungkinan dideportasi ke Rusia.

    Peneliti di Laboratorium Kirschner, Sekolah Kedokteran Harvard mengatakan mereka tidak bisa memakai mikroskop pendeteksi kanker unik tanpa Petrova yang mengembangkan skrip komputer untuk menganalisis gambarnya.

    Dr. William Trim, rekan kerja dan teman Petrova, mengatakan Petrova yang berusia 30 tahun memainkan peran tak tergantikan dalam proyek penelitian mereka. “Saya sangat yakin dialah satu-satunya cara kita dapat mencapai potensi sebenarnya dari mikroskop ini,” kata Trim yang dikutip detikINET dari MSNBC.

    Pada 16 Februari, Petrova ditahan Customs and Border Protection di Bandara Logan Boston setelah tiba dari Prancis dan gagal melaporkan sampel embrio katak yang akan digunakan dalam penelitian ilmiah di Harvard.

    Gregory Romanovsky, pengacara Petrova, mengatakan CBP biasanya mengeluarkan dua hukuman untuk pelanggaran tersebut yaitu penyitaan barang-barang dan denda $50 hingga $500. Namun pihak berwenang membatalkan visa pelajar J-1 milik Petrova dan mengirimnya ke pusat penahanan yang jaraknya ratusan kiloemeter

    Jubir Departemen Keamanan Dalam Negeri mengatakan Petrova ditahan secara sah setelah berbohong ke petugas federal tentang membawa zat-zat ke negara tersebut. Patrova ditahan di Pusat Pemasyarakatan Richwood di Louisiana dan berjuang melawan kemungkinan deportasi ke Rusia di mana dia mengatakan takut dianiaya atas protesnya terhadap perang di Ukraina.

    Akhir bulan lalu, 17 senator, yang dipimpin Adam Schiff dari California, menulis surat kepada Menteri Keamanan Dalam Negeri Kristi Noem untuk mendesaknya membebaskan Petrova. “Kami sangat prihatin tentang kemungkinan Petrova dapat menghadapi penganiayaan jika dideportasi ke Rusia,” bunyi surat itu.

    “Kami mendesak Pemerintah memastikan proses hukum yang wajar dalam kasusnya dan mengambil semua tindakan yang tepat dan diperlukan untuk memastikan dia tidak dideportasi ke Rusia,” tambah surat itu.

    Dalam beberapa minggu terakhir, pemerintahan Trump terus menargetkan mahasiswa internasional sebagai bagian dari tindakan keras di sektor imigrasi. Setidaknya 1.024 mahasiswa di 160 institusi telah dicabut visanya atau status hukumnya dihentikan sejak akhir Maret.

    Dr. Leon Peshkin, kepala ilmuwan peneliti di Departemen Biologi Sistem Harvard, mengatakan bahwa kebijakan pemerintahan Trump sudah membuat para ilmuwan internasional enggan datang ke Harvard.

    (fyk/rns)

  • Rusia-Ukraina Saling Kirim Ratusan Drone, Dua Tewas Saat UAV Kiev Hantam Mobil di Belgorod – Halaman all

    Rusia-Ukraina Saling Kirim Ratusan Drone, Dua Tewas Saat UAV Kiev Hantam Mobil di Belgorod – Halaman all

    Rusia-Ukraina Saling Kirim Ratusan Drone, Dua Tewas Saat UAV Kiev Hantam Mobil di Belgorod

    TRIBUNNEWS.COM – Wilayah perbatasan Rusia dilaporkan masih dihujani serangan besar-besaran ratusan drone alias unmanned aerial vehicle (UAV) Pasukan Ukraina.

    Terbaru, dua orang tewas dan tiga lainnya terluka ketika pesawat tak berawak Ukraina menyerang sebuah mobil di wilayah Belgorod, Rusia barat daya, kata pihak berwenang setempat, Selasa (29/4/2025).

    Gubernur wilayah Belgorod, Vyacheslav Gladkov mengatakan kendaraan yang membawa lima orang itu sedang melaju di jalan yang membentang di sepanjang perbatasan dengan wilayah Sumy di timur laut Ukraina ketika diserang.

    Gladkov menyatakan, serangan itu sebagai aksi ‘teror’ yang dilakukan pasukan Ukraina.

    “Akibat serangan lain teror oleh Angkatan Bersenjata Ukraina, dua warga sipil tewas dan tiga lainnya luka-luka,” tulis Gladkov di Telegram dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban.

    Tiga orang lainnya dirawat di rumah sakit dengan luka di kepala dan pecahan peluru, tetapi dalam kondisi stabil, tambahnya.

    Serangan dini hari itu terjadi setelah Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan sistem pertahanan udaranya menghancurkan atau mencegat 91 pesawat tak berawak Ukraina di delapan wilayah semalam, termasuk Belgorod, serta Krimea dan Laut Hitam yang dianeksasi.

    DIHANTAM SERANGAN DRONE – Satu di antara lokasi serangan drone Ukraina di Belgorod, Rusia Barat, pada Selasa (29/4/2025). Rusia juga melancarkan serangan ratusan drone dengan sasaran wilayah Sumy Ukraina. (tangkap layar/tmt)

    Dua pesawat tak berawak (drone) ditembak jatuh di wilayah Moskow.

    Sebaliknya, Rusia juga melakukan serangan ratusan drone ke wilayah Ukraina.

    Layanan darurat Ukraina mengatakan seorang gadis berusia 12 tahun tewas dalam serangan pesawat tak berawak Rusia di wilayah Dnipropetrovsk tengah, dan seorang gadis berusia lima tahun terluka.

    Angkatan Udara Ukraina melaporkan kalau Rusia meluncurkan 100 pesawat nirawak, termasuk 47 pesawat pengecoh, di atas wilayah Dnipropetrovsk, Kharkiv, Donetsk, dan Kiev pada malam hari. 

    Dikatakan bahwa 37 pesawat nirawak Rusia berhasil ditembak jatuh.

    Sebuah gardu listrik di wilayah Bryansk Rusia tampak terbakar pada Sabtu (30/9/2023). Serangan terhadap gardu tersebut membuat teritorial Rusia di wilayah tersebut padam total. (tangkap layar)

    Bryansk Juga Diserbu Drone Ukraina

    Serangan di Belgorod ini merupakan bagian dari gelombang serangan Ukraina di beberapa kota perbatasan.

    Serangan sebelumnya juga menyasar wilayah Bryansk, Rusia barat, sehari sebelumnya.

    Sorang pria tewas dan seorang wanita terluka dalam serangan pesawat tak berawak Ukraina pada malam hari, kata pihak berwenang setempat, Senin.

    “Seorang warga sipil tewas dan seorang warga [perempuan] lainnya terluka akibat serangan yang dilakukan oleh angkatan bersenjata Ukraina terhadap kota Bryansk,” tulis Gubernur daerah Alexander Bogomaz di Telegram.

    Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan sistem pertahanan udaranya mencegat dan menghancurkan 102 pesawat tak berawak Ukraina di wilayah Bryansk semalam, dengan 13 lainnya jatuh di wilayah barat lainnya dan Krimea yang dianeksasi.

    Bogomaz menyebutnya sebagai serangan yang “sangat dahsyat” terhadap wilayahnya, dan mengatakan serangan pesawat tanpa awak tersebut membakar satu rumah dan tujuh kendaraan serta merusak beberapa properti perumahan dan komersial lainnya, serta fasilitas energi.

    Bryansk berbatasan dengan wilayah Sumy dan Chernihiv di Ukraina timur laut.

    Wilayah ini telah berada dalam status siaga tinggi sejak serangan mendadak Ukraina ke wilayah tetangga Kursk pada awal Agustus, yang menurut militer Rusia berhasil dipukul mundur sepenuhnya pada akhir pekan.

    Sementara itu, Kementerian Pertahanan mengatakan pasukan pertahanan udaranya mencegat dan menghancurkan dua pesawat tak berawak Ukraina di atas wilayah barat laut Leningrad dan dua lainnya di atas wilayah tetangga Novgorod pada Senin pagi.

    Bandara Pulkovo di St. Petersburg menghentikan sementara penerbangan selama peringatan dini udara di wilayah sekitarnya. Pemerintah setempat tidak melaporkan adanya korban jiwa atau kerusakan. 

     

    (oln/tmt/*)

  • Harga Emas Mulai Menurun, Sudah Waktunya Beli atau Belum? Ini Pandangan Pengamat – Halaman all

    Harga Emas Mulai Menurun, Sudah Waktunya Beli atau Belum? Ini Pandangan Pengamat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Harga emas saat ini mulai mengalami penurunan, seiring ketegangan perdagangan global akibat perang tarif impor mulai mereda.

    Pada Selasa (29/4/2025) pagi, harga emas spot turun 0,4 persen ke level US$ 3.329,12 per ons troi. 

    Sementara, harga emas berjangka AS turun 0,2% menjadi US$ 3.342,40 per ons troi.

    “Lingkungan risiko jelas membaik baru-baru ini, dengan pelaku pasar didukung oleh optimisme bahwa ketegangan perdagangan terburuk mungkin sudah berlalu di tengah retorika yang menggembirakan seputar kesepakatan perdagangan,” kata ahli strategi pasar IG Yeap Jun Rong dikutip dari Kontan.

    Menteri Keuangan Amerika Serikat Scott Bessent mengatakan, pada hari Senin beberapa mitra dagang utama telah membuat proposal “sangat bagus” untuk menghindari tarif AS, dengan India kemungkinan akan menjadi yang pertama menyelesaikan kesepakatan.

    Langkah-langkah terbaru China untuk membebaskan barang-barang AS tertentu dari tarif pembalasannya menunjukkan keinginan untuk meredakan ketegangan perdagangan, Bessent menambahkan.

    Waktunya Beli

    Sebelumnya, pengamat komoditas Ibrahim Assuaibi menyebut, koreksi harga emas terjadi seiring kondisi pasar yang mulai kondusif. Alhasil, investor-investor besar mulai berani mengalihkan sebagian aset safe haven-nya ke bentuk lain.

    Kendati begitu, penurunan harga emas ini tidak akan bertahan lama. Katanya, salah satunya itu karena kondisi geopolitik Rusia-Ukraina yang berkaitan dengan Amerika Serikat masih memanas. 

    Presiden AS Donald Trump mengeluarkan teguran kepada Ukraina untuk mengembalikan wilayah-wilayah seperti Crimea, Donetsk, dan Luhansk kepada Rusia. Namun Ukraina tak mengabulkannya, mengingat wilayah tersebut menyumbang hampir 20% anggaran negara.

    “Ini yang kemungkinan besar akan membuat lonjakan harga emas kembali,” kata Ibrahim.

    Prediksinya, emas hanya akan mencapai level terendah US$ 3.200 dalam waktu dekat. Setelahnya, harganya akan kembali naik.

    Menurutnya, investor bisa memanfaatkan momentum ini untuk mulai membeli emas.

    “Ini kesempatan,” tegasnya. Apalagi jika menimbang potensi stok emas logam mulia yang mulai terbatas seiring permintaan yang meningkat dari masyarakat. 

    Lebih lanjut, katanya kesempatan ini hanya sesaat. Pasalnya, negosiasi AS dan China belum menunjukkan sinyal positif.

    “Kemungkinan di hari Senin atau nanti malam, pasar Amerika akan kembali lagi mengalami penguatan,” kata Ibrahim.

    Harga Logam Mulia

    Harga emas Antam per gram pada Selasa ini dibanderol sebesar Rp 2.043.000, mengalami penurunan sebesar Rp 5 ribu dari Rp 2.048.000 pada hari sebelumnya.

    Sementara itu, emas dari UBS terpantau mengalami penurunan lebih dalam. Hari ini, per gramnya dibanderol Rp 1.983.000 setelah turun Rp 8 ribu dari Rp 1.991.000.

    Serupa dengan UBS, emas batang dari Galeri24 pada hari ini juga mengalami penurunan sebesar Rp 8 ribu. Harga per gramnya dibanderol Rp 1.955.000 setelah turun dari Rp 1.963.000.

    Dalam menjual emas batangan, Antam dan Galeri24 menawarkan variasi kuantitas 0,5 gram hingga 1.000 gram atau 1 kilogram.

    Berbeda dengan Antam dan Galeri24, UBS menawarkan variasi emas batangan dari 0,5 gram hingga 500 gram.

    Berikut daftar lengkapnya harga emas dari tiga produk berbeda dikutip dari situs resmi Pegadaian:

    Galeri24

    0,5 gram: Rp 1.026.000
    1 gram: Rp 1.955.000
    2 gram: Rp 3.852.000
    5 gram: Rp 9.560.000
    10 gram: Rp 19.069.000
    25 gram: Rp 47.554.000
    50 gram: Rp 95.032.000
    100 gram: Rp 189.970.000
    250 gram: Rp 474.689.000
    500 gram: Rp 948.909.000
    1.000 gram: Rp 1.897.817.000

    Antam

    0,5 gram: Rp 1.074.000
    1 gram: Rp 2.043.000
    2 gram: Rp 4.023.000
    3 gram: Rp 6.008.000
    5 gram: Rp 9.978.000
    10 gram: Rp 19.897.000
    25 gram: Rp 49.612.000
    50 gram: Rp 99.142.000
    100 gram: Rp 198.201.000
    250 gram: Rp 495.227.000
    500 gram: Rp 990.234.000
    1000 gram: Rp 1.980.426.000

    UBS

    0,5 gram: Rp 1.072.000
    1 gram: Rp 1.983.000
    2 gram: Rp 3.934.000
    5 gram: Rp 9.721.000
    10 gram: Rp 19.338.000
    25 gram: Rp 48.249.000
    50 gram: Rp 96.298.000
    100 gram: Rp 192.520.000
    250 gram: Rp 481.158.000
    500 gram: Rp 961.183.000

  • 100 Hari Trump, Amerika dalam Badai Politik

    100 Hari Trump, Amerika dalam Badai Politik

    Jakarta

    Pelantikan pada 20 Januari 2025 menandai dimulainya masa jabatan kedua Donald Trump sebagai presiden. Sejak ia menjabat, begitu banyak perubahan terjadi dalam politik Amerika Serikat (AS), hingga sulit dipercaya bahwa dengan berbagai perubahan kebijakan arah yang terjadi, pemerintahan ini baru berjalan 100 hari. Baik dalam pergeseran kebijakan luar negeri AS yang fundamental, maupun penerapan tarif terhadap impor dunia, hampir tidak ada satu hari pun di mana Gedung Putih tidak menjadi sumber berita penting.

    “Tak peduli dari sisi politik mana Anda berada, saya rasa kebanyakan orang sepakat bahwa ini masa yang sangat sibuk,” kata Patrick Malone, profesor di Departemen Administrasi Publik dan Kebijakan di American University, Washington, DC. “Dia (Trump) benar-benar datang dengan penuh gebrakan.”

    Para ahli mengatakan ada strategi di balik semua aksi tersebut.

    Majalah Time menyebutnya sebagai “serangan kilat berupa perebutan kekuasaan, pergeseran strategis, dan serangan langsung” yang membuat lawan di dalam dan luar negeri terkejut.

    Warga Amerika yang tidak setuju dengan arah baru Trump bahkan bingung harus memulai dari mana untuk memprotes. Apakah harus menentang sikap Trump terhadap perubahan iklim dan rencananya untuk meningkatkan pengeboran minyak? Ataukah memprotes pelanggaran terhadap pemisahan kekuasaan, seperti saat pemerintahannya mendeportasi imigran melanggar perintah pengadilan federal?

    Atau mungkin perlu memprotes pembatasan terhadap pers bebas, saat beberapa media yang tidak disukai Trump dilarang menghadiri konferensi pers Gedung Putih? Atau pelarangan kebebasan berekspresi ketika universitas dan peneliti diputus dari dana federal?

    Masa jabatan kedua Trump membelah bangsa lebih dalam dari sebelumnya. Namun, di tengah semua itu, banyak yang bertanya: Berapa banyak janji kampanye Trump yang sebenarnya sudah dipenuhi?

    Mengakhiri perang di Ukraina

    “Mereka sekarat, baik warga Rusia dan Ukraina. Saya ingin agar mereka berhenti sekarat. Dan saya akan menyelesaikannya, saya akan menyelesaikannya dalam 24 jam,” katanya.

    Namun, perang masih berlanjut, dan Trump harus mengakui bahwa ia tidak berhasil mengakhiri konflik. Pemerintahannya kini berupaya mencari solusi sendiri, tanpa dukungan tradisional dari sekutu AS, dengan kompromi yang lebih menguntungkan Rusia ketimbang Ukraina.

    Bahkan dalam percakapan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Trump tampak memberikan konsesi besar terhadap posisi Rusia, meskipun Rusia adalah pihak yang menginvasi Ukraina.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mendapat kecaman keras dari Trump dan Wakil Presiden JD Vance saat mengunjungi Gedung Putih karena dianggap “tidak tahu berterima kasih.” Akibat ketegangan itu, bantuan militer ke Ukraina sempat ditangguhkan, meskipun kini telah dilanjutkan.

    Baru-baru ini, Trump mengkritik Ukraina karena bersikeras mempertahankan Krimea sebagai bagian dari wilayahnya, menyarankan agar Ukraina menyerahkan semenanjung itu demi mempercepat perdamaian. Hal ini membuat warga Ukraina, yang terdampak langsung oleh perang, terkejut dengan perubahan sikap AS yang drastis.

    Bukan hanya Ukraina yang khawatir. Negara-negara Barat juga waswas terhadap loyalitas Trump. Ia mempertanyakan keterlibatan AS di NATO dan bahkan mengatakan mungkin tidak akan membela negara anggota NATO yang dianggapnya kurang membayar biaya pertahanan mereka jika diserang Rusia. Walaupun Trump kemudian menarik ucapannya, jelas bagi negara-negara Eropa bahwa mereka tidak lagi bisa sepenuhnya mengandalkan AS.

    Trump: ‘Usir penjahat haus darah’

    Kebijakan imigrasi adalah salah satu isu favorit kampanye Trump. Pada Oktober 2024 di New York, ia berjanji akan meluncurkan program deportasi terbesar dalam sejarah AS.

    Trump berkata ia akan “memasukkan para penjahat haus darah ini ke penjara, lalu mengusir mereka secepat mungkin dari negara kita.”

    Namun, hingga kini, program deportasinya belum berjalan secepat yang dijanjikan. Pada Februari, bulan penuh pertama Trump menjabat, sekitar 11.000 migran dideportasi. Sebagai perbandingan, pada Februari 2021 (masa awal pemerintahan Joe Biden), sekitar 12.000 orang dideportasi. Namun, menurut NBC News, jumlah orang yang menyeberang perbatasan selatan AS dengan Meksiko kini menurun di bawah pemerintahan Trump.

    Trump jelas telah memperketat imigrasi, kata Malone. “Sebagian orang menganggap itu keberhasilan, sebagian lagi menganggap itu bertentangan dengan nilai-nilai Amerika.”

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Ekonomi: ‘Amerika kembali’

    Trump berkampanye dengan janji bahwa ekonomi AS akan melonjak di bawah kepemimpinannya. Salah satu slogannya adalah “buat Amerika terjangkau lagi”, ia berjanji harga-harga akan turun sejak hari pertama masa jabatannya, mirip dengan janji mengakhiri perang di Ukraina dalam 24 jam.

    Hal ini terjadi untuk beberapa produk, salah satunya bensin. Harga penerbangan dan hotel juga menurun, begitu juga inflasi secara keseluruhan. Namun, menurut AP, harga barang-barang selain bensin dan makanan masih naik 2,8% dibandingkan tahun sebelumnya, kenaikan terendah dalam hampir empat tahun.

    “Politik Presiden Trump berhasil menjaga inflasi tetap rendah,” kata Stephen Miran, ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih, dalam wawancara dengan CNBC. “Antara itu dan perdagangan; Amerika kembali.”

    Namun, bagi banyak warga Amerika, belanja kebutuhan sehari-hari tetap mahal. Belanja mingguan untuk dua orang masih bisa menghabiskan lebih dari $150 (sekitar Rp 2.400.000), bahkan di daerah yang tidak mahal.

    Tarif Trump: Janji dipenuhi, tapi picu kekhawatiran

    Setelah terpilih, Trump mengumumkan akan mengakhiri kebijakan “perbatasan yang terlalu terbuka” dan defisit perdagangan AS. Pada April, pemerintahannya memberlakukan serangkaian tarif protektif hampir untuk semua barang impor ke AS. Jadi: janji dipenuhi.

    Namun, hal ini membuat beberapa produk menjadi lebih mahal untuk konsumen AS dan merusak hubungan dagang yang sudah ada.

    Menurut survei Pew Research Center, warga Amerika kini memandang situasi ekonomi negaranya lebih pesimis dibandingkan Februari lalu, sebelum tarif diumumkan.

    Saat itu, 40% responden memperkirakan ekonomi AS akan membaik setahun kemudian, sedangkan 37% berpikir akan memburuk. Pada April, hanya 36% yang masih optimis, dan 45% yakin ekonomi AS akan memburuk.

    ‘Kami tidak memiliki stabilitas dalam pemerintahan’

    Sebagian ketidakpastian ini mungkin disebabkan oleh pemerintahan Trump yang memperkenalkan, lalu mencabut kebijakan (seperti tarif) dengan cepat. Pergantian kebijakan seperti ini, kata Malone, merusak prinsip dasar pemerintahan yang baik: stabilitas.

    “100 hari pertama ini seperti pusaran, tapi bukan berarti semuanya kemajuan,” ujar sang ilmuwan politik kepada DW.

    Pemerintahan Trump memperkenalkan banyak hal, lalu menariknya kembali. Ini terlihat dalam urusan tarif maupun pemutusan hubungan kerja di banyak lembaga pemerintah. Awalnya ribuan pegawai diberhentikan, tetapi sebagian seperti di bidang penerbangan dan keselamatan nuklir, akhirnya dipekerjakan lagi.

    “Itu cara yang sangat sulit untuk menjalankan pemerintahan,” kata Malone. “Semua pemerintahan menginginkan konsistensi, prediktabilitas, dan bergerak perlahan… Anda butuh stabilitas dalam pemerintahan, dan ini bukan stabilitas.”

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Rahka Susanto

    Editor: Prita Kusumaputri

    ‘Lihat juga Video Joe Biden: Kurang dari 100 Hari, Pemerintahan Trump Buat Banyak Kerusakan’

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Jenderal Rusia Tewas Dibom, Zelensky Puji Intelijen Ukraina

    Jenderal Rusia Tewas Dibom, Zelensky Puji Intelijen Ukraina

    Kyiv

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melontarkan pujian terhadap dinas intelijen asing Ukraina atas pembunuhan sejumlah pejabat militer Rusia sejak perang dimulai tahun 2022 lalu. Komentar Zelensky ini disampaikan setelah kematian seorang jenderal senior Rusia akibat ledakan bom mobil di pinggiran Moskow, ibu kota Rusia.

    Namun dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters, Selasa (29/4/2025), Zelensky tidak secara langsung menyebut soal ledakan bom mobil yang menewaskan sang jenderal Rusia tersebut.

    Kremlin menyalahkan Ukraina atas ledakan bom mobil pada Jumat (25/4) pekan lalu di pinggiran Moskow yang menewaskan Jenderal Yaroslav Moskalik (59), yang menjabat sebagai wakil kepala Direktorat Operasional Utama pada Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia.

    Sejak ledakan itu terjadi, otoritas Kyiv belum memberikan komentar langsung. Namun ledakan itu menjadi serangan terbaru terhadap deretan pejabat militer Rusia dan tokoh pro-perang yang terbunuh sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.

    Pernyataan terbaru Zelensky yang disampaikan via aplikasi pesan Telegram pada Senin (28/4) itu, tidak menyebut secara langsung pada kejadian spesifik soal terbunuhnya para pejabat militer Rusia.

    “Kepala intelijen luar negeri Ukraina melaporkan pemusnahan sejumlah orang dari komando tertinggi Angkatan Bersenjata Rusia. Keadilan pasti ditegakkan,” ucap Zelensky dalam pernyataannya, merujuk pada kepala dinas intelijen asing Ukraina, Oleg Ivashchenko.

    “Pimpinan telah melaporkan langkah-langkah lanjutan untuk melawan jaringan agen Rusia di Ukraina dan para pelaku sabotase. Hasilnya bagus. Terima kasih atas kerja keras Anda,” ujar Zelensky memberikan pujian.

    ‘Lihat juga Video: Detik-detik Ledakan Bom yang Menewaskan Jenderal Rusia di Moskow’

    Dinas intelijen Ukraina, SBU, sebelumnya mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan Letnan Jenderal Igor Kirillov, yang merupakan jenderal top Rusia yang dituduh oleh Kyiv sebagai sosok yang bertanggung jawab atas penggunaan senjata kimia terhadap pasukan Ukraina. Kirillov tewas di Moskow pada Desember lalu.

    Pengadilan Moskow, pada akhir pekan lalu, memerintahkan penahanan terhadap seorang warga negara Ukraina yang dijerat dakwaan terorisme terkait ledakan bom yang menewaskan Moskalik.

    Orbituari Moskalik yang diterbitkan oleh surat kabar resmi Kementerian Pertahanan Rusia, Krasnaya Zvezda, pada Selasa (29/4), dan ditandatangani oleh Menteri Pertahanan Andre Belousov, para deputinya dan sejumlah komandan top militer Rusia, menggambarkan Moskalik sebagai “putra loyal” Rusia.

    Disebutkan bahwa sejak dimulainya perang, Moskalik mengawasi pekerjaan kelompok kontrol tempur Staf Umum militer Rusia. Orbituari tersebut tidak memberikan rincian tentang tugas dari jabatan tersebut.

    Menurut orbituari itu, dari tahun 2015 hingga tahun 2021, Moskalik terlibat dalam delegasi internasional Kementerian Pertahanan Rusia yang mengurusi berbagai isu berkaitan dengan wilayah Ukraina bagian tenggara. Disebutkan bahwa dia “bertanggung jawab untuk menyiapkan materi bagi Presiden Rusia mengenai situasi di Ukraina bagian tenggara”.

    ‘Lihat juga Video: Detik-detik Ledakan Bom yang Menewaskan Jenderal Rusia di Moskow’

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Apa Risikonya Jika Ukraina ‘Memberikan’ Krimea pada Rusia?

    Apa Risikonya Jika Ukraina ‘Memberikan’ Krimea pada Rusia?

    Jakarta

    Amerika Serikat dilaporkan telah mengirimkan sebuah dokumen rahasia kepada sekutu-sekutu Eropanya, berisi proposal gencatan senjata untuk mengakhiri perang Rusia melawan Ukraina.

    Salah satu tuntutan utamanya adalah mengakui kendali Rusia atas semenanjung Krimea, Ukraina, yang dianeksasi oleh Moskow pada tahun 2014. Hal ini pertama kali dilaporkan oleh kantor berita Bloomberg, saluran berita AS CNN, harian AS The Washington Post, dan surat kabar bisnis dan keuangan The Wall Street Journal.

    AS dilaporkan menunggu respon dari Ukraina hingga 23 April. Sebelum tanggal tersebut, pertemuan terkait perundingan perdamaian Ukraina dengan Jerman,Inggris, Perancis,dan AS yang rencananya dilakukan di London, Inggris, ditunda, setelah perwakilan negara-negara tersebut membatalkan keikutsertaan mereka.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dikabarkan turut mengundurkan diri dari pertemuan tersebut. Hingga saat ini, Presiden AS Donald Trump tidak mengkonfirmasi atau menyangkal laporan bahwa salah satu tuntutan utama adalah pengakuan Krimea sebagai wilayah Rusia.

    Zelenskyy menyatakan Kyiv tidak akan menerima aneksasi Krimea

    Masalah Krimea terus muncul di media sejak ‘pencaplokan’ semenanjung tersebut oleh Rusia secara ilegal di tahun 2014. Kyiv awalnya tidak terburu-buru untuk memberikan komentar atas laporan tersebut.

    Reaksi pertama datang dari Refat Chubarov, pemimpin gerakan Tatar Krimea di Ukraina. Chubarov mengatakan kepada lembaga penyiaran luar negeri AS, Radio Free Europe/Radio Liberty, bahwa pemerintahan Trump sedang menguji kepemimpinan Ukraina dengan pesan-pesan penyerahan teritorial, yang mana tanpa penyerahan tersebut perang tidak akan berakhir, dan tidak ada perdamaian yang dapat dicapai.

    Baru setelahnya, kantor presiden Ukraina memberikan respon. Penasihat presiden Serhiy Leshchenko mengatakan kepada televisi Ukraina bahwa Kyiv- AS tidak membahas pengakuan Krimea sebagai bagian dari Rusia.

    “Tidak ada yang perlu dibicarakan di sini,” jelas Zelenskyy, memperjelas bahwa semenanjung itu adalah wilayah Ukraina. Presiden AS Donald Trump mengatakan di platform Truth Social bahwa pernyataan presiden Ukraina telah merusak negosiasi damai dengan Rusia. Trump mengatakan jika Ukraina menginginkan Krimea, “mengapa tidak memperjuangkannya 11 tahun yang lalu ketika Krimea diduduki Rusia tanpa ada satu tembakan pun yang dilepaskan?”

    Mengakui aneksasi akan ‘mengguncang’ kebijakan luar negeri AS

    Dalam sebuah studi yang menganalisis implikasi proposal yang diajukan AS, lembaga nirlaba Robert Lansing Institute for Global Threats and Democracies Studies (RLI) menguraikan beberapa risiko dan konsekuensi pengakuan aneksasi Krimea dari sudut pandang hukum internasional. Menurut analisisnya, hal itu berarti “mengguncang” kebijakan luar negeri AS dan menghentikan prinsip-prinsip hukum yang telah mempertahankan integritas teritorial selama puluhan tahun.”

    Pertama, mengakui aneksasi Krimea akan menjadi pukulan strategis terhadap norma-norma internasional yang akan merusak prinsip integritas teritorial yang diabadikan dalam hukum internasional dan melemahkan tatanan hukum pasca-Perang Dunia II. Hal ini akan mendorong negara-negara otoriter lainnya, seperti Cina atau Turki, untuk mengejar perubahan teritorial.

    Kedua, hal ini turut “mengasingkan para sekutu.” Ukraina akan melihat pengakuan tersebut sebagai pengkhianatan mitra pentingnya, sekutu NATO dan Uni Eropa. Terutama Eropa Timur kemungkinan besar akan menyerah menghadapi agresi Rusia.

    Ketiga, hal tersebut menyebabkan kejatuhan politik internal dan kedua belah pihak akan mempertanyakan motivasi Trump, terutama hubungan AS dengan Moskow.

    RLI menyimpulkan bahwa secara resmi mengakui aneksasi Krimea akan sangat merusak kredibilitas dukungan AS terhadap demokrasi dan supremasi hukum secara global, terutama di antara negara-negara yang rentan terhadap tekanan otoriter.

    Preseden yang sangat berbahaya

    Ilmuwan politik Ukraina, Volodymyr Fesenko, membagikan pandangannya. Ketua Penta Center for Political Studies di Kyiv tersebut mengatakan kepada DW bahwa Krimea adalah “garis merah” dan kehilangan Krimea benar-benar tidak dapat ditolerir oleh Ukraina. Ia mengatakan bahwa pengakuan hukum atas aneksasi Krimea akan menjadi “preseden yang sangat berbahaya,” tidak hanya bagi Ukraina tapi juga bagi seluruh dunia, mengingat klaim Cina atas Taiwan, misalnya. Fesenko berspekulasi bahwa pembatalan pertemuan para diplomat tinggi di London berarti proposal AS tersebut telah ditolak.

    Andras Racz dari Lembaga Riset Kebijakan Polugri Jerman (DGAP) tidak berekspektasi akan terobosan diplomatik. “Tidak mengherankan jika pihak Ukraina menolak proposal AS,” ujarnya, mengingat Kyiv harus mengakui aneksasi Krimea secara resmi, dan sebagai akibatnya, melepaskan wilayah Ukraina yang saat ini telah diduduki Rusia.

    Pertanyaannya sekarang adalah, langkah apa yang akan diambil oleh Washington? Pada tanggal 23 April, Wakil Presiden AS JD Vance menyatakan bahwa baik Ukraina maupun Rusia harus menyerahkan wilayahnya. Ia mengatakan bahwa AS telah membuat proposal yang sangat eksplisit untuk perdamaian kedua negara dan sudah waktunya bagi Ukraina dan Rusia untuk menyetujuinya atau Amerika Serikat akan meninggalkan proses perdamaian ini.

    Artikel ini diterbitkan pertama kali dalam bahasa Rusia.

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor: Yuniman Farid

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini