Foto Health
AP Photo/Hajarah Nalwadda – detikHealth
Rabu, 19 Feb 2025 16:02 WIB
Uganda – Uganda memulangkan delapan pasien terakhir yang pulih dari Ebola. Otoritas kesehatan Uganda melaporkan tidak ada kasus positif lainnya.

Foto Health
AP Photo/Hajarah Nalwadda – detikHealth
Rabu, 19 Feb 2025 16:02 WIB
Uganda – Uganda memulangkan delapan pasien terakhir yang pulih dari Ebola. Otoritas kesehatan Uganda melaporkan tidak ada kasus positif lainnya.

Bisnis.com, JAKARTA – Bergabungnya Indonesia ke dalam kelompok negara BRICS akan memperkuat posisi aliansi tersebut dalam dunia internasional sebagai perwakilan dari negara-negara berkembang.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Sergei Tolchenov mengatakan bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS akan semakin memperkuat posisi kelompok ini sebagai suara sebenarnya dari Global South atau negara-negara berkembang.
Apalagi, BRICS juga telah memiliki negara mitra (partner countries) yang berada di satu kawasan dengan Indonesia, yakni Thailand, Malaysia, dan Vietnam.
“Partisipasi Indonesia dalam asosiasi kelompok negara ini sangat penting. Indonesia adalah negara dengan potensi yang besar, populasi yang besar, dan perekonomian yang besar,” kata Tolchenov dalam saat berkunjung ke Kantor Bisnis Indonesia, Jakarta pada Rabu (12/2/2025).
Dia melanjutkan, semua negara anggota BRICS memiliki suara yang penting untuk didengar dalam dunia internasional. Seluruh keputusan kelompok tersebut akan dikeluarkan setelah mendengar dan mempertimbangkan pendapat semua negara anggota.
“BRICS adalah suara sebenarnya dari negara-negara Global South. Kami ingin suara kami didengar oleh seluruh dunia,” kata Tolchenov.
Adapun, Tolchenov menuturkan, minat Indonesia untuk bergabung ke kelompok negara ini telah dibicarakan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-15 di Johannesburg, Afrika Selatan pada 2023 lalu.
Kemudian, pada akhir 2024 proses aksesi Indonesia berlanjut pada masa kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Niat Indonesia ditunjukkan dengan partisipasinya pada KTT BRICS ke-16 di Kazan, Rusia pada Oktober 2024.
“Dalam KTT itu, negara-negara BRICS mendiskusikan minat Indonesia untik bergabung dengan kelompok negara ini,” jelas Tolchenov.
Kemudian, pada awal Januari 2025, Indonesia resmi menjadi negara anggota penuh BRICS.
Adapun, BRICS merupakan aliansi negara yang dibentuk oleh Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Sebelumnya, BRICS juga telah berhasil menambah beberapa negara anggota baru, yakni Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab.
Selain itu, BRICS juga memiliki sejumlah negara mitra, yakni Turki, Aljazair, Belarusia, Kuba, Bolivia, Malaysia, Uzbekistan, Kazakhstan, Thailand, Vietnam, Nigeria, dan Uganda.
Adapun, Tolchenov menilai Indonesia dan Rusia memiliki potensi yang besar untuk bekerja sama pada beragam bidang. Menurutnya, Indonesia dan Rusia memiliki banyak keunggulan pada sejumlah aspek kerja sama untuk melengkapi kebutuhan kedua negara.
“Kita dapat saling menambahkan sesuatu antara satu sama lain karena iklimnya berbeda. Kita membuat produk yang berbeda, misalnya produk di pertanian kita sendiri,” kata Tolchenov.
Selain produk pertanian, dia mengatakan Rusia juga melirik peluang kerja sama dari ekspor alat-alat pertanian. Dia juga menyebut adanya potensi kerja sama pada ekspor logam seperti alumunium.
Di sisi lain, dia menuturkan kerja sama kedua negara perlu dibarengi dengan penyederhanaan regulasi yang optimal. Menurutnya, penyederhanaan ini dapat membuka peluang untuk meningkatkan jumlah barang yang dapat diekspor ke Indonesia.

Karachi (ANTARA) – Latihan perang multilateral AMAN Exercise 2025 yang digelar oleh Angkatan Laut Pakistan di Karachi pada 7–11 Februari bertujuan menggalang kemampuan angkatan laut dari berbagai negara untuk menghadapi ancaman terorisme dan bajak laut.
Panglima Armada Angkatan Laut Pakistan Laksamana Muda (Laksda) Abdul Munib saat acara pembukaan AMAN Exercise 2025 (AMAN-25) di Pangkalan Angkatan Laut Pakistan (PAK Navy), Karachi, Jumat, menilai ancaman-ancaman itu merupakan tantangan bersama yang dihadapi oleh negara-negara di berbagai belahan dunia.
“Ini saatnya untuk menggalang kerja sama dan upaya-upaya bersama untuk menciptakan keamanan maritim daripada harus berusaha sendiri. Cakupan, jangkauan, dan beragamnya jenis ancaman di laut menunjukkan tak ada satu negara pun, sekuat apapun mereka, yang mampu menghadapi ancaman-ancaman itu sendirian,” kata Laksamana Muda Munib.
Oleh karena itu, Angkatan Laut Pakistan yakin latihan multilateral seperti AMAN dapat meningkatkan kemampuan angkatan laut masing-masing negara, sekaligus menggalang kerja sama dan membangun interoperabilitas antarangkatan laut.
Panglima Armada Angkatan Laut Pakistan Laksamana Muda Abdul Munib (dua kiri) menggelar jumpa pers selepas upacara pembukaan AMAN Exercise 2025 di Pangkalan Angkatan Laut Pakistan, Karachi, Pakistan, Jumat (7/2/2025). ANTARA/Genta Tenri Mawangi/am.
Dalam kesempatan yang sama, Abdul Munib secara khusus menyoroti Samudera Hindia sebagai salah satu jalur utama perdagangan, logistik, dan rute pelayaran militer (SLOC) negara-negara dunia. Dia melanjutkan dalam rangkaian AMAN Exercise negara-negara peserta juga akan berdialog berdiskusi membahas ancaman-ancaman dan potensi ancaman non-tradisional yang dapat tumbuh di kawasan.
“Penting untuk memahami akar ancaman di kawasan Samudera Hindia (IOR), dan bagaimana itu berkembang, juga penting bagi kita untuk memahami kemampuan pasukan yang menjaga perairan internasional ini dalam bekerja sama,” sambung Panglima Armada Angkatan Laut Pakistan.
Oleh karena itu, AMAN Exercise pun menjadi salah satu cara untuk mempertemukan berbagai pengalaman, gagasan dan pikiran, sekaligus meminggirkan perbedaan.
“Terkadang, negara-negara yang berkompetisi pada akhirnya dapat menjadi dekat dan bekerja sama, karena mereka meyakini ada tujuan bersama yaitu menciptakan stabilitas di laut,” kata Laksamana Muda Munib.
AMAN-25 diikuti oleh kurang lebih 60 negara, termasuk Indonesia. TNI Angkatan Laut yang mewakili Indonesia dalam latihan multilateral itu mengirimkan satu kapal fregat ringan serbaguna-nya (MRLF) KRI Bung Tomo-357 untuk berlatih bersama-sama dengan 30 kapal perang dari Angkatan Laut Pakistan dan negara-negara peserta.
Dari 60 negara peserta, ada 11 kapal asing yang turut serta, yaitu BNS Somudra Joy (Bangladesh), PLANS Baotou-133 dan PLANS Gaoyouhu-966 (China), KRI Bung Tomo-357 (Indonesia), JS Murasame (Jepang), HMS Jazan dan HMS Hail (Arab Saudi), KD Terengganu-174 (Malaysia), RNOV Sadh (Oman), SLNS Vijayabahu (Sri Lanka), USS Lewis B. Puller (Amerika Serikat), IRIS Jamaran-76 (Iran), dan Abu Dhabi P-191 (Uni Emirat Arab).
Kolonel Laut (P) Dedi Gunawan Widyatmoko, Komandan KRI Bung Tomo sekaligus Komandan Satgas Latma AMAN Exercise 2025 TNI AL (tujuh kiri), berfoto bersama delegasi angkatan laut dari berbagai negara saat acara pembukaan AMAN Exercise 2025 di Pangkalan Angkatan Laut Pakistan, Karachi, Pakistan, Jumat (7/2/2025). ANTARA/Genta Tenri Mawangi/am.
Sementara itu, negara-negara peserta AMAN-25 mencakup Australia, Azerbaijan, Bahrain, Bangladesh, Belarusia, Brazil, Brunei, Burundi, Kamboja, Kanada, China, Komoros, Ceko, Djibouti, Mesir, Fiji, Perancis, Jerman, Indonesia, Iran, Irak, Italia, Jepang, dan Yordania.
Kemudian, ada pula Kazakhstan, Kenya, Arab Saudi, Kuwait, Libya, Malaysia, Maladewa, Maroko, Myanmar, Belanda, Nigeria, Oman, Palestina, Filipina, Qatar, Romania, Rusia, Rwanda, Seychelles, Afrika Selatan, Korea Selatan, Spanyol, dan Sri Lanka.
Negara-negara lain yang juga turut serta mencakup Swiss, Tajikistan, Tanzania, Thailand, Timor Leste, Tunisia, Turki, Uni Emirat Arab, Uganda, Inggris, Amerika Serikat, dan Zimbabwe.
Dalam rangkaian AMAN-25, Kolonel Laut (P) Dedi Gunawan Widyatmoko yang saat ini menjabat sebagai Komandan KRI Bung Tomo, bertindak sebagai Komandan Satgas Latma AMAN Exercise 2025 TNI AL. Kolonel Dedi turut menghadiri upacara pembukaan AMAN-25 di Karachi, Jumat, bersama Atase Pertahanan (Athan) RI untuk Pakistan Kolonel Inf. Henru Hidayat Susanto.
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2025

Jakarta –
Dalam pertama kalinya secara global, Kementerian Kesehatan Uganda, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan mitra lainnya hari ini meluncurkan uji coba kemanjuran klinis pertama untuk vaksin dari Ebola dari spesies virus Sudan, dan pada kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk uji coba vaksin acak, dalam keadaan darurat.
“Ini adalah uji coba pertama untuk menilai kemanjuran klinis vaksin terhadap penyakit virus Ebola Sudan,” kata WHO dalam keterangannya dikutip Jumat (7/2/2025).
Peneliti utama dari Universitas Makerere dan Institut Penelitian Virus Uganda (UVRI), dengan dukungan dari WHO dan mitra lainnya, telah menyiapkan uji coba dalam 4 hari sejak wabah dikonfirmasi pada 30 Januari. Ini adalah uji coba pertama untuk menilai kemanjuran klinis vaksin terhadap penyakit Ebola akibat virus Sudan.
Kandidat vaksin disumbangkan oleh IAVI, dengan dukungan keuangan dari WHO, Koalisi untuk Inovasi Kesiapan Epidemi (CEPI), Pusat Penelitian Pembangunan Internasional Kanada (IDRC), dan Otoritas Kesiapan dan Respons Darurat Kesehatan Komisi Eropa (HERA) dan dukungan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC Afrika).
“Ini adalah pencapaian penting menuju kesiapsiagaan pandemi yang lebih baik, dan menyelamatkan nyawa ketika wabah terjadi,” kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.
Gejala infeksi Ebola termasuk demam, kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, dan sakit tenggorokan, diikuti dengan muntah, diare, ruam, dan pendarahan internal dan eksternal. Penyakit ini ditularkan melalui kontak dengan cairan dan jaringan tubuh yang terinfeksi.
Virus Ebola Sudan memiliki tingkat kematian tinggi, membunuh setidaknya 40% dari mereka yang terinfeksi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Uganda saat ini sedang mengalami wabah penyakit keenam terkait Ebola.
Empat puluh kontak korban pertama wabah ini akan divaksinasi dalam fase peluncuran ini yang dilakukan bersama dengan otoritas Uganda dan WHO. Sementara itu Kementerian kesehatan Uganda telah mengkonfirmasi 234 kontak yang terdaftar untuk dipantau.
“Ini menandai tonggak utama dalam respons darurat kesehatan masyarakat dan menunjukkan kekuatan kolaborasi untuk keamanan kesehatan global,” kata direktur WHO untuk Afrika Matshidiso Moeti.
“Jika terbukti efektif, vaksin akan semakin memperkuat langkah-langkah untuk melindungi masyarakat dari wabah di masa depan,” tandasnya.
(kna/kna)

Kinshasa –
Aliran air dan listrik kembali aktif di sebagian besar pemukiman warga di Kota Goma, di timur Republik Demokratik Kongo, DRC, Afrika. Ketenangan berjejak usik kota berpenduduk lebih dari satu juta orang itu dikuasai gerilyawan Gerakan 23 Maret atau M23 akhir Januari silam.
Pendudukan Goma oleh milisi M23 dicapai setelah pertempuran selama berhari-hari melawan militer Kongo. Menurut Perserikatan Bangsa-bangsa, PBB, pertempuran menewaskan setidaknya 900 orang.
Namun, air dan listrik tidak cukup untuk menstabilkan situasi kemanusiaan, seperti yang dijumpai reporter DW di Goma.
Penjarahan rumah sakit
Tugas paling mendesak saat ini adalah penanggulangan jenazah demi mencegah wabah penyakit. Bantuan medis mutlak diperlukan karena hampir semua rumah sakit di Goma beroperasi di luar batas kapasitas. Ribuan orang dikabarkan mengalami luka-luka dalam serbuan gerilyawan M23.
DW mengunjungi rumah sakit Palang Merah Internasional yang mengaku harus menampung 290 pasien dengan hanya 146 tempat tidur. Mereka yang tidak mendapat ruang, diinapkan di dalam tenda di luar bangunan rumah sakit.
“Saat ini, kami sangat membutuhkan obat-obatan dan perlengkapan medis lain untuk perawatan yang layak,” kata Dokter Abdouraman Sidibe.
“Suplai kami di rumah sakit dijarah, yang tentunya mempersulit penanganan medis. Kami sudah meminta obat-obatan kepada mitra-mitra kami, tapi kami masih menunggu jawaban sudah sejak 10 hari.”
Gencatan senjata sepihak oleh M23
Belum jelas, apakah gencatan senjata sepihak oleh M23 sejak hari Selasa (04/02) akan mampu menstabilkan situasi keamanan di Goma. Gerilyawan Tutsi yang didukung Rwanda itu mengumumkan, pihaknya tidak berkeinginan “mengambil alih kontrol atas Kota Bukavu atau wilayah lain,” tulis mereka, merujuk pada kota Kongo di dekat perbatasan Rwanda di selatan Danau Kivu.
Militer dan pemerintah Kongo bereaksi skeptis. Gerilayawan M23, “mengatakan sesuatu, tapi melakukan hal sebaliknya,” kata juru bicara militer Sylvain Ekenge seperti dikutip Reuters.
“Mereka mengumumkan gencatan senjata untuk mengorganisir diri dan memperkuat pertahanan.”
Pengumuman gencatan senjata sepihak selalu terlihat bagus, kata Stephanie Wolters, peneliti di Institut Studi Keamanan di Afrika Selatan, ISS. “Jika pihak Kongo yang melanggar gencatan senjata, mereka akan berada dalam posisi lebih buruk lagi,” kata Wolters kepada DW. Deklarasi itu dinilai memperkuat daya tawar M23 di meja perundingan.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Antara perang atau perundingan
Proses damai diharapkan bisa diawali di KTT darurat Komunitas Afrika Timur, EAC, dan Komunitas Pembangunan Afrika Selatan, SADC, mulai hari Jumat (07/02) pekan ini di Tanzania.
Presiden Rwanda Paul Kagame sudah menyatakan akan hadir. Namun, Presiden DRC Felix Tshisekedi belum memberikan jawaban. Padahal, pertemuan tersebut digelar khusus untuk membahas situasi keamanan di timur Kongo.
Menurut PBB, Rwanda mendukung pemberontakan M23 secara logistik, militer, dan bahkan secara aktif dengan mengirimkan tentaranya sendiri. Pemerintah di Kigali dengan tegas menolak laporan tersebut.
Gerakan M23 digalang gerilyawan etnis Tutsi, yang menjadi korban genosida oleh etnis Hutu di Rwanda pada tahun 1994. Sebagian besar warga Hutu di Rwanda, termasuk terduga pelaku genosida, melarikan diri ke Kongo menyusul kemenangan milisi Tutsi yang dipimpin oleh Presiden Kagame saat ini.
Ancaman perang terbuka tidak hanya muncul dalam bentuk retorika di Kigali dan Kinshasa semata. Uganda dilaporkan juga telah memperkuat kemampuan tempurnya di perbatasan menuju Kongo timur, dengan sekitar 5.000 tentara.
Kongo Timur yang sangat kaya sumber daya alam telah menjadi tempat berkecamuknya dua perang besar antara tahun 1996 dan 2003, yang melibatkan tentara dan milisi pemberontak, serta menelan korban hingga enam juta jiwa.
UNHCR tuntut koridor kemanusiaan
Selama 20 tahun sejak berakhirnya Perang Kongo Kedua, situasi keamanan tidak pernah benar-benar stabil. Kehadiran milisi membawa serta pertempuran, penjarahan, dan pemerkosaan, yang mendorong warga sipil untuk mengungsi.
Bahkan sebelum eskalasi terbaru dimulai, badan pengungsi PBB UNHCR menghitung 4,6 juta warga sipil mengungsi secara internal dari provinsi-provinsi bermasalah Kivu Utara dan Selatan.
“Kami menerima laporan mengenai pemblokiran jalan dan hambatan lain terhadap penduduk yang bergerak untuk mencari keselamatan,” kata juru bicara UNHCR Eujin Byun kepada DW.
“Itulah sebabnya kami menuntut jaminan rute yang aman untuk bantuan kemanusiaan dan pengungsi.”
UNHCR belum mengamati adanya pergerakan pengungsi besar-besaran ke negara-negara tetangga, kata Byun. “Kita tidak boleh lupa bahwa orang-orang di Kongo timur telah mengungsi berkali-kali. Mereka ingin tetap tinggal di negara mereka.”
Saat ini, sangat penting secara politik untuk mencegah eskalasi lebih lanjut, yang dapat memaksa orang melarikan diri melintasi batas negara.
Namun, jika koalisi bentukan M23 melanjutkan serangan setelah gencatan senjata berakhir, lebih banyak penduduk akan mengungsi ke provinsi Kivu Selatan. Hingga akhir pekan, posisi M23 hanya berjarak sekitar 60 kilometer dari ibu kota provinsi Bukavu yang berpenduduk satu juta orang.
Sebelum gencatan senjata diumumkan, DW berbicara kepada penduduk yang ingin mengungsi: “Goma tidak jauh dari Bukavu. Warga di sana tidak meninggalkan rumah mereka selama tiga hari. Kami khawatir hal yang sama dapat terjadi di Bukavu,” kata seorang perempuan kepada DW.
Sebab itu dia berniat melarikan diri melintasi perbatasan ke Burundi.
Jika M23 mengepung Bukavu, banyak penduduk kota dapat mengambil keputusan yang sama.
Ditulis dalam bahasa Jerman dengan kontribusi Zanem Zaidi di Goma dan Jonas Gerding di Kinshasa
Lihat juga Video ‘Kongo Chaos! Massa Serang Kedubes di Kinshasa’:
(nvc/nvc)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Jakarta –
Seorang perawat berusia 32 tahun di Uganda meninggal dunia usai terinfeksi Ebola. Otoritas kesehatan setempat mengumumkan wabah Ebola sehari setelah kematian perawat tersebut. Hingga saat ini, sumber wabah masih terus ditelusuri dan menurut laporan terakhir belum ada kasus lain terkonfirmasi.
Otoritas kesehatan Uganda kini sedang mempersiapkan penyebaran vaksin uji coba sebagai bagian dari langkah membendung wabah Ebola di ibukota Uganda, Kampala.
Sejumlah ilmuwan telah mengembangkan protokol penelitian yang berkaitan dengan rencana penyebaran lebih dari 2 ribu dosis kandidat vaksin untuk melawan Ebola strain Sudan.
“Protokol sedang dipercepat. Vaksin ini belum memiliki lisensi,” kata direktur eksekutif Institut Penelitian Virus Uganda, Pontiano Kaleebu dikutip dari AP News, Senin (3/2/2025).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya mengatakan bahwa dukungannya terhadap respons Uganda terhadap wabah tersebut mencakup akses ke 2.160 dosis vaksin uji coba. Tim peneliti WHO juga telah dikerahkan ke lapangan untuk bekerjasama sambil menunggu persetujuan
Mereka menuturkan kandidat vaksin serta kandidat pengobatan sedang disediakan melalui protokol uji klinis untuk menguji lebih lanjut kemanjuran dan keamanannya.
Uganda telah mengalami beberapa kali wabah Ebola. Ini menandai kejadian wabah Ebola kedelapan yang terjadi sejak tahun 2000.
Setidaknya ada sekitar 44 kontak erat dari korban perawat yang sudah teridentifikasi. Mereka termasuk 30 orang petugas kesehatan serta pasien, menurut Kementerian Kesehatan Uganda.
(avk/kna)

Jakarta –
Kementerian Kesehatan Uganda telah mengonfirmasi wabah baru Ebola di ibu kota, Kampala. Seorang tenaga kesehatan meninggal usai terinfeksi penyakit tersebut.
Dilaporkan BBC, perawat berusia 32 tahun meninggal karena kegagalan multi-organ pada hari Rabu di Rumah Sakit Nasional Mulango, yang terletak di distrik bisnis pusat kota.
Ini menandai wabah Ebola kedelapan yang tercatat di Uganda sejak infeksi pertama didokumentasikan pada tahun 2000.
Penyakit Virus Ebola Sudan (SUDV) adalah demam berdarah yang sangat menular yang ditularkan melalui kontak dengan cairan dan jaringan tubuh yang terinfeksi. Penyakit ini adalah salah satu dari beberapa jenis virus Ebola yang diketahui menyebabkan wabah.
Pada hari-hari sebelum kematiannya, perawat tersebut pergi ke beberapa fasilitas kesehatan serta ke tabib tradisional, sebelum diagnosisnya dikonfirmasi. Ia juga pergi ke rumah sakit umum di Mbale, sebuah kota yang berbatasan dengan Kenya.
Kementerian Kesehatan Uganda mengatakan 44 kontak dari pria yang meninggal tersebut, termasuk 30 petugas kesehatan, telah diidentifikasi untuk dilacak. Tim tanggap darurat telah dikerahkan untuk mencoba mengendalikan penyakit tersebut.
Namun, pelacakan kontak mungkin sulit dilakukan karena Kampala, kota yang ramai dengan lebih dari empat juta penduduk, berfungsi sebagai pusat utama perjalanan ke Sudan Selatan, Republik Demokratik Kongo, Rwanda, dan negara-negara tetangga lainnya.
Wabah Ebola terakhir di Uganda terjadi pada September 2022, yang juga disebabkan oleh SUDV. Berpusat di distrik Mubende, wabah tersebut dinyatakan berakhir setelah empat bulan.
Ada enam jenis virus Ebola yang diketahui. Empat di antaranya, Zaire, Bundibugyo, Sudan, dan Hutan Taï, diketahui menyebabkan penyakit pada manusia.
Strain Reston dan Bombali terutama menyerang primata nonmanusia.
Tidak seperti virus Ebola Zaire yang lebih umum, tidak ada vaksin yang disetujui untuk strain Sudan.
Gejala infeksi Ebola meliputi demam, kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, dan sakit tenggorokan, diikuti dengan muntah, diare, ruam, dan pendarahan internal dan eksternal.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa, rata-rata, Ebola membunuh lima dari setiap 10 orang yang terinfeksi.
(kna/kna)

Foto Health
Hajarah Nalwadda/Getty Images – detikHealth
Jumat, 31 Jan 2025 20:30 WIB
Uganda – Kementerian Kesehatan Uganda telah mengkonfirmasi wabah penyakit virus Ebola di Kampala. Pasien pertama yang dikonfirmasi menderita penyakit itu meninggal.