Negara: Turki

  • Harga Minyak Mentah Makin Mahal Dampak Serangan Drone Ukraina ke Rusia – Page 3

    Harga Minyak Mentah Makin Mahal Dampak Serangan Drone Ukraina ke Rusia – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak dunia ditutup menguat pada Jumat (27/9/2025) seiring meningkatnya ketegangan geopolitik di Eropa Timur. Serangan pesawat nirawak (drone) Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia memangkas ekspor bahan bakar negara tersebut, sehingga mendorong kenaikan harga minyak.

    Mengutip  CNBC, Sabtu (27/9/2025), harga minyak mentah berjangka Brent naik 71 sen atau 1,02% menjadi USD 70,13 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 74 sen atau 1,14% ke level USD 65,72 per barel.

    “Pasar terus berfokus pada situasi antara Rusia dan Ukraina,” ujar mitra Again Capital John Kilduff.

    “Serangan pesawat nirawak oleh Ukraina ini mulai bertambah,” kata dia. 

    Pemerintah Rusia sendiri memperketat pembatasan energi. Wakil Perdana Menteri Alexander Novak menyatakan, negara tersebut akan memberlakukan larangan sebagian ekspor solar hingga akhir tahun dan memperpanjang larangan ekspor bensin yang sudah berlaku.

    Kondisi ini turut menekan kapasitas kilang dan memicu kelangkaan bahan bakar di beberapa wilayah Rusia.

    Kebijakan Trump

    Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow menjelaskan, kebijakan Amerika Serikat (AS) juga mendukung kenaikan harga minyak dunia.

    “Presiden Trump terus menekan sekutu AS untuk mengurangi impor Rusia,” katanya.

    “Kita mungkin akan melihat India dan Turki mengurangi sebagian impor mereka dari Rusia,” tambah Andrew Lipow.

     

  • Presiden Iran Dukung Gencatan Senjata di Gaza

    Presiden Iran Dukung Gencatan Senjata di Gaza

    Jakarta

    Presiden Iran Masoud Pezeshkian mendukung gencatan senjata di Gaza. Masoud mengatakan pemerintahannya akan mendukung kesepakatan apa pun asalkan menyelamatkan warga Gaza.

    “Kesepakatan apa pun yang dapat menghentikan tragedi ini, yang dapat menyelamatkan nyawa, dan menghentikan perempuan dan anak-anak menderita kelaparan, kami akan mendukungnya sepenuh hati,” ujar Pezeshkian kepada wartawan di sela-sela Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dilansir kantor berita AFP, Sabtu (27/9/2025).

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebelumnya telah bertemu dengan para pemimpin Arab dan Islam. Donald Trump mengatakan telah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang di Gaza.

    “Saya rasa kita sudah mencapai kesepakatan,” kata Trump kepada para wartawan di Gedung Putih dilansir kantor berita AFP, Jumat (26/9).

    Trump menerangkan kesepakatan itu terkait memulangkan para sandera. Trump mengaku yakin hal itu menjadi kesepakatan untuk mengakhiri perang di Gaza.

    Trump Bertemu Pemimpin Islam

    Donald Trump telah berjanji kepada para pemimpin Arab dan Islam untuk tidak mengizinkan Israel mencaplok Tepi Barat yang diduduki. Hal ini termasuk dalam rencana perdamaian di Gaza dan kawasan yang telah disampaikan Trump dalam pertemuan untuk membahas penyelesaian perang Gaza.

    Janji tersebut disampaikan dalam pertemuan Trump dengan para pemimpin Arab dan Islam di sela-sela Sidang Umum PBB di New York pada Selasa (23/9) waktu setempat. Sebelumnya, para pejabat regional telah berulang kali memperingatkan bahwa aneksasi atau pencaplokan bisa semakin mengobarkan konflik dan membahayakan perjanjian normalisasi.

    Pertemuan tersebut diselenggarakan bersama oleh AS dan Qatar, dan diikuti oleh Yordania, Turki, Indonesia, Pakistan, Mesir, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi.

    “Saya pikir rencana ini menjawab kekhawatiran Israel dan, juga, kekhawatiran semua negara tetangga di kawasan ini,” kata Witkoff. “Dan kami berharap, dan bisa saya katakan, bahkan yakin, bahwa dalam beberapa hari mendatang, kami akan dapat mengumumkan semacam terobosan,” imbuhnya dilansir Al Arabiya, Kamis (25/9).

    Menurut pernyataan bersama yang dirilis usai pertemuan yang juga dihadiri Presiden RI Prabowo Subianto tersebut, para pemimpin Arab dan Islam berterima kasih kepada Trump atas pertemuan tersebut dan menyoroti “situasi yang tak terkira di Jalur Gaza.”

    Dalam pertemuan tersebut, para pemimpin menekankan perlunya mengakhiri perang, mencapai gencatan senjata segera untuk memastikan pembebasan semua sandera, dan mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan.

    (whn/whn)

  • Saya Rasa Kita Sudah Capai Kesepakatan untuk Akhiri Perang di Gaza

    Saya Rasa Kita Sudah Capai Kesepakatan untuk Akhiri Perang di Gaza

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah bertemu dengan para pemimpin Arab dan Islam. Donald Trump mengatakan telah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang di Gaza.

    “Saya rasa kita sudah mencapai kesepakatan,” kata Trump kepada para wartawan di Gedung Putih dilansir kantor berita AFP, Jumat (26/9/2025).

    Trump menerangkan kesepakatan itu terkait memulangkan para sandera. Trump mengaku yakin hal itu menjadi kesepakatan untuk mengakhiri perang di Gaza.

    “Sepertinya kita sudah mencapai kesepakatan soal Gaza. Saya rasa ini kesepakatan yang akan memulangkan para sandera, dan ini akan menjadi kesepakatan yang akan mengakhiri perang,” kata Trump.

    Trump Bertemu Pemimpin Islam

    Sebelumnya, Donald Trump telah berjanji kepada para pemimpin Arab dan Islam untuk tidak mengizinkan Israel mencaplok Tepi Barat yang diduduki. Hal ini termasuk dalam rencana perdamaian di Gaza dan kawasan yang telah disampaikan Trump dalam pertemuan untuk membahas penyelesaian perang Gaza.

    Janji tersebut disampaikan dalam pertemuan Trump dengan para pemimpin Arab dan Islam di sela-sela Sidang Umum PBB di New York pada Selasa (23/9) waktu setempat. Sebelumnya, para pejabat regional telah berulang kali memperingatkan bahwa aneksasi atau pencaplokan bisa semakin mengobarkan konflik dan membahayakan perjanjian normalisasi.

    Pertemuan tersebut diselenggarakan bersama oleh AS dan Qatar, dan diikuti oleh Yordania, Turki, Indonesia, Pakistan, Mesir, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi.

    “Saya pikir rencana ini menjawab kekhawatiran Israel dan, juga, kekhawatiran semua negara tetangga di kawasan ini,” kata Witkoff. “Dan kami berharap, dan bisa saya katakan, bahkan yakin, bahwa dalam beberapa hari mendatang, kami akan dapat mengumumkan semacam terobosan,” imbuhnya dilansir Al Arabiya, Kamis (25/9).

    Menurut pernyataan bersama yang dirilis usai pertemuan yang juga dihadiri Presiden RI Prabowo Subianto tersebut, para pemimpin Arab dan Islam berterima kasih kepada Trump atas pertemuan tersebut dan menyoroti “situasi yang tak terkira di Jalur Gaza.”

    Dalam pertemuan tersebut, para pemimpin menekankan perlunya mengakhiri perang, mencapai gencatan senjata segera untuk memastikan pembebasan semua sandera, dan mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan.

    (whn/lir)

  • Fenomena Aneh Sungai Kering di Arab Muncul Emas, Ternyata Ada Hadisnya

    Fenomena Aneh Sungai Kering di Arab Muncul Emas, Ternyata Ada Hadisnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah fenomena aneh muncul di sungai yang berada di Raqqa Suriah. Sungai Eufrat yang mengering itu ternyata memunculkan emas mentah.

    Masyarakat setempat heboh setelah mengetahui fenomena tersebut. Bahkan banyak orang langsung menyerbu bantaran sungai untuk mencari emas.

    “Awalnya hanya rasa penasaran, tapi sekarang semua orang ikut mencari. Ini seperti mimpi,” ujar salah satu warga kepada media lokal Shafaq News.

    Bahkan hal ini menggerakkan ekonomi mikro setempat. Harga peralatan tambang bekas mengalami peningkatan dan calo informasi bermunculan untuk memenuhi permintaan.

    Para penambang itu bisa bergerak tanpa izin. Sebab wilayah itu belum memiliki regulasi resmi atau pengawasan dari otoritas lokal.

    Namun seorang insinyur geologi, Khaled al-Shammari meminta masyarakat tidak terburu-buru membuat kesimpulan tanah berkilau itu adalah emas.

    “Sedimen berkilau bisa saja berasal dari mineral lain. Hanya analisis geologi yang bisa memastikan kandungan emasnya,” tegasnya.

    Sungai Eufrat yang mengalir di Turki, Suriah, dan Irak, memang telah menyusut beberapa tahun terakhir karena pembangunan bendungan dan perubahan iklim. Hal ini pada akhirnya memicu kekeringan dan perebutan hak air antar negara.

    Sementara itu, mengeringnya Sungai Eufrat dan munculnya bongkahan emas dibahas oleh sabda Rasulullah SAW. Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab RA, Rasulullah SAW bersabda:

    لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَحْسِرَ الْفُرَاتُ عَنْ جَبَلٍ مِنْ ذَهَبٍ، يَقْتَتِلُ النَّاسُ عَلَيْهِ، فَيُقْتَلُ مِنْ كُلِّ مِائَةٍ، تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ، وَيَقُولُ كُلُّ رَجُلٍ مِنْهُمْ: لَعَلِّي أَكُونُ أَنَا الَّذِي أَنْجُو

    Artinya: “Kiamat tidak akan terjadi sampai al-Furat (Sungai Eufrat) mengering sehingga muncullah gunung emas. Manusia pun saling bunuh untuk memperebutkannya. Dari setiap seratus orang (yang memperebutkannya), terbunuhlah 99 orang. Setiap orang dari mereka mengatakan, ‘Mudah-mudahan aku-lah orang yang selamat.” (HR Muslim)

    Menurut Abu ‘Ubaidah dalam ta’liqnya pada kitab An Nihayah Fi Al Fitan wa Al Malahim oleh Ibnu Katsir mengatakan gunung emas dalam hadist tanda kiamat adalah kiasan. Diibaratkan sebagai mintak bumi, karena nilai manfaat yang sama, dikutip dari Detik.com.

    Sementara itu, hadist lain dari Abu Hurairah RA juga menjelaskan emas pada Sungai Eufrat. Nabi SAW bersabda:

    عَنْ أَبِي هُرَيرَةَ قالَ: قالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: “يُوشِكُ الفُرَاتُ يَحْسِرُ عن كَنْزِ مِنْ ذّهَبِ، فَمَنْ حَضَرَهُ فَلاَ يَأْخُذْ مِنْهُ شَيْئاً

    Artinya: “Hampir terbuka al-Furat dengan (berisi) simpanan emas. Siapa yang mendatanginya jangan sekali-kali mengambilnya.” (HR At Tirmidzi)

    Mengutip buku Al Jannah: Misteri Sugra Terungkap di Akhir Zaman susunan Billy El-Rasheed, Imam Nawawi melalui Syarah Shahih Muslim menyebutkan Sungai Eufrat yang mengering dalam hadits diartikan sebagai terbukanya dasar sungai karena air yang surut. Penyebabnya dia mengatakan karena adanya perubahan aliran sungai.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Fenomena Berbahaya di Balik Gelombang Laut Kotak-kotak

    Fenomena Berbahaya di Balik Gelombang Laut Kotak-kotak

    Jakarta

    Sekelompok pemancing beberapa waktu silam terkejut ketika mendapati diri mereka dikelilingi oleh fenomena gelombang persegi yang berbahaya. Peristiwa aneh ini difilmkan di Laut Aegea di lepas pantai Turki.

    Gelombang persegi atau berbentuk kotak-kotak disebabkan oleh dua sistem gelombang yang bergerak pada kecepatan dan lintasan yang berbeda. Sistem gelombang bertemu di permukaan dan menyerupai kotak-kotak atau papan catur.

    Dikutip dari The Sun, para peselancar dan pelaut berpengalaman tahu harus segera keluar dari wilayah tersebut saat melihat pola gelombang langka. Gelombang kotak-kotak dilaporkan telah menyebabkan banyak kapal karam dan menimbulkan ancaman bagi siapa pun yang berenang di air pada saat itu.

    Gelombang yang berbeda-beda dari arah yang berlawanan dapat membuat kita merasa seperti sedang bertarung melawan dua arus yang saling bertentangan. Perenang berisiko tersapu sementara pelaut dapat mengalami masalah navigasi. Para pelaut disarankan untuk tetap berada di perairan dangkal jika mereka menghadapi gelombang persegi di laut.

    Bukan hanya di Turki fenomena ini terlihat. Gelombang persegi juga ditemukan di Isle de Re dekat La Rochelle, dan wisatawan dapat melihatnya dengan aman dari mercusuar. Gelombang persegi atau ada juga yang menyebut gelombang silang, telah terlihat di Lisbon, Portugal, juga di Hawaii.

    “Saat tumbuh besar di Hawaii, kami selalu diajarkan untuk selalu waspada terhadap ‘kotak-kotak’. Kisi-kisi itu dapat menarik Anda maju mundur sejauh ratusan meter dan membuat Anda sulit untuk tetap tenang,” kata Salah satu netizen mengomentari video fenomena tersebut.

    Ada juga fenomena hampir serupa yang disebut gelombang internal,yang terlihat di tempat-tempat seperti Gibraltar. Terbentuk 100 m di bawah air, fenomena ini disebabkan oleh perubahan kepadatan air, sering kali ketika dua samudra berbeda bertemu. Untungnya, karena kedalamannya, mereka tidak berbahaya bagi perenang atau perahu.

    Sesuatu yang lebih berbahaya adalah ‘fenomena pesisir’ yang terjadi di Spanyol dan Florida. Fenomena ini terdiri dari hal-hal seperti gelombang dan siklon, siapa pun yang berjalan di sepanjang garis pantai juga berisiko.

    (rns/fyk)

  • Trump Tawarkan 21 Poin Rencana Perdamaian ke Pemimpin Muslim, Apa Isinya?

    Trump Tawarkan 21 Poin Rencana Perdamaian ke Pemimpin Muslim, Apa Isinya?

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menawarkan rencana baru untuk perdamaian di Jalur Gaza kepada para pemimpin negara-negara Arab dan Muslim dalam pertemuan di sela-sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Seperti apa rencana perdamaian yang ditawarkan Trump itu?

    Utusan khusus Trump untuk Timur Tengah Steve Witkoff, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Jumat (26/9/2025), mengungkapkan bahwa Trump mempresentasikan rencana perdamaian berisi 21 poin dalam pertemuan dengan para pemimpin Arab dan Muslim di New York pada Selasa (23/9) waktu setempat.

    “Saya pikir rencana itu menjawab kekhawatiran Israel dan, juga, kekhawatiran semua negara tetangga di kawasan tersebut,” kata Witkoff dalam pernyataannya pada Rabu (24/9).

    “Dan kami berharap, dan bisa saya katakan, bahkan secara yakin, bahwa dalam beberapa hari ke depan, kami akan dapat mengumumkan semacam terobosan,” sebutnya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Rencana perdamaian yang ditawarkan Trump itu telah didengar oleh Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Qatar, Mesir, Yordania, Turki, Pakistan, dan Indonesia, yang menghadiri pertemuan dengan Trump.

    Namun isi secara lengkap dari rencana perdamaian itu belum diungkap ke publik. Sejauh ini, apa yang diketahui mengenai inisiatif terbaru Trump tersebut?

    – Bagaimana Rencana Trump Akhiri Pertempuran?

    Salah satu sumber diplomatik mengatakan kepada AFP bahwa rencana perdamaian itu mencakup gencatan senjata permanen di Jalur Gaza, pembebasan para sandera yang masih ditahan Hamas, penarikan pasukan Israel, serta masuknya bantuan kemanusiaan ke daerah kantong Palestina tersebut.

    Menurut sumber tersebut, para pemimpin Arab dan Muslim menyambut baik usulan Trump tersebut, tetapi juga menyerukan diakhirinya operasi militer Israel di Jalur Gaza dan segala upaya pendudukan atas wilayah Palestina.

    Situs berita AS, Axios, menyebut Trump menekankan kepada para pemimpin Arab dan Muslim bahwa perang harus segera diakhiri, juga memperingatkan bahwa Israel berisiko semakin terisolasi secara internasional jika berlarut-larut.

    – Apa yang Terjadi pada Hamas?

    Menurut sumber diplomatik yang dikutip AFP, rencana Trump itu mengusulkan inisiatif tata kelola baru untuk Jalur Gaza tanpa melibatkan Hamas.

    Para pemimpin Arab dan Muslim, sebut sumber tersebut, menggarisbawahi dalam pertemuan dengan Trump itu bahwa mereka menentang langkah-langkah yang akan melemahkan reformasi Otoritas Palestina atau mencegahnya diberi wewenang untuk memerintah baik Gaza dan Tepi Barat yang diduduki Israel.

    Dilaporkan oleh Axios bahwa rencana Trump mencakup beberapa peran bagi Otoritas Palestina, keberadaan pasukan keamanan yang menggabungkan warga Palestina dengan pasukan dari negara-negara Arab dan Muslim, serta pendanaan dari negara-negara regional untuk mendukung rekonstruksi dan pemerintahan baru di Jalur Gaza.

    Proposal AS itu digambarkan sebagai variasi gagasan yang dibahas selama enam bulan terakhir, yang diperbarui dari rencana sebelumnya oleh menantu Trump, Jared Kushner, dan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair.

    – Jaminan Mencegah Aneksasi

    Para pemimpin Arab dan Muslim, menurut sumber diplomatik yang dikutip AFP, mendesak jaminan agar tidak ada aneksasi atas sebagian wilayah Tepi Barat atau tindakan apa pun yang akan mengubah status quo hukum dan sejarah di tempat-tempat suci Yerusalem.

    Sumber diplomatik itu mengungkapkan bahwa para pemimpin Arab dan Muslim juga mendesak jaminan agar tidak adanya pengusiran warga Gaza, agar tidak ada hambatan bagi kepulangan mereka, dan agar tidak ada upaya apa pun untuk menduduki Gaza.

    Menurut Axios, Trump mengatakan kepada para pemimpin Arab dan Muslim bahwa dirinya tidak akan mengizinkan Israel mencaplok sebagian wilayah Tepi Barat.

    – Apa Respons Pemimpin Negara Arab-Muslim?

    Pernyataan bersama dari negara-negara Arab dan Muslim yang hadir dalam pertemuan pada Selasa (23/9), menyebutkan bahwa para pemimpin telah “menegaskan kembali komitmen untuk bekerja sama dengan Presiden Trump, dan menekankan pentingnya kepemimpinannya untuk mengakhiri perang”.

    Sumber diplomatik itu mengatakan bahwa pertemuan tersebut berlangsung “positif”.

    Para pejabat Arab, menurut laporan Axios, mengatakan para peserta meninggalkan pertemuan itu dengan “sangat penuh harapan” dan bahwa “untuk pertama kalinya kami merasa ada rencana serius yang dibahas”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Cara Gunakan Fitur Translate WhatsApp, Pesan Auto Diterjemahkan

    Cara Gunakan Fitur Translate WhatsApp, Pesan Auto Diterjemahkan

    Bisnis.com, JAKARTA – WhatsApp baru saja merilis fitur baru mereka yang dinamakan Message Translations atau terjemahan pesan langsung pada Selasa (23/9).

    Fitur ini diberikan untuk pengguna untuk memudahkan mereka menerima pesan dari bahasa asing. Sehingga saat mengaktifkan fitur ini, pesan dari bahasa asing akan langsung diterjemahkan.

    Pengguna Android dan iOS dapat langsung mengaktifkan fitur ini. Meskipun dukungan kedua platform berbeda.

    Untuk pengguna Android, jumlah bahasa yang didukung hanya ada enam bahasa, yakni Inggris, Spanyol, Hindi, Portugis, Rusia, dan Arab.

    Sedangkan pengguna iOS memiliki dukungan 19 bahasa asing yang dapat diterjemahkan, yakni meliputi Arab, Belanda, Inggris (UK dan US), Prancis, Jerman, Hindi, Indonesia, Italia, Jepang, Korea, Mandarin (Tiongkok dan Taiwan), Polandia, Portugis (Brasil), Rusia, Spanyol, Thailand, Turki, Ukraina, hingga Vietnam.

    Fitur ini dapat digunakan dalam percakapan pribadi, obrolan grup, maupun di Channels. Caranya hanya dengan menekan lama pesan yang ingin diterjemahkan, lalu pilih menu Translate.

    Pengguna dapat menentukan bahasa asal maupun tujuan terjemahan. Hasil terjemahan juga bisa diunduh untuk digunakan di kemudian hari. Khusus pengguna Android, tersedia opsi untuk mengaktifkan terjemahan otomatis pada seluruh pesan masuk di suatu obrolan, sehingga tidak perlu menerjemahkan satu per satu.

    WhatsApp menegaskan seluruh proses terjemahan dilakukan langsung di perangkat (on-device), sehingga privasi pengguna tetap terjaga dan bahkan pihak WhatsApp sendiri tidak bisa mengakses isi terjemahan.

    Cara Aktifkan Fitur Translate atau Terjemahan di WhatsApp

    Untuk mengaktifkan fitur ini, pengguna cukup menekan bubble chat/pesan sedikit lebih lama. Setelah itu akan muncul opsi “Translate/Terjemahan”.

    Anda pun bisa mengatur translate bahasa yang diinginkan. Misalnya dari Bahasa Inggris menjadi Bahasa Indonesia.

    Namun untuk pengguna Android, fitur terjemahan akan diaktifkan secara otomatis untuk seluruh pesan setelah melakukan pengaturan di setting.

    Sehingga saat muncul pesan dengan bahasa asing, pesan akan secara otomatis diterjemahkan.

  • RI–Turki Siapkan Roadmap Industri 20 Tahun, Menperin: Bukan Sekadar MoU – Page 3

    RI–Turki Siapkan Roadmap Industri 20 Tahun, Menperin: Bukan Sekadar MoU – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Indonesia dan Turki tengah menyiapkan roadmap kerja sama industri jangka panjang. Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menegaskan mengenai rencana ini berbeda dari nota kesepahaman (MoU) yang biasanya hanya bersifat seremonial tanpa target jelas.

    “Kalau bicara roadmap, artinya ada time frame yang mengikat. Kita akan lihat quick wins, lalu kita desain roadmap 10 hingga 20 tahun ke depan. Itu akan menjadi koridor pegangan antara dua negara,” kata Agus ditulis Jumat (26/9/2025).

    Menurut Agus, roadmap tersebut akan menjadi panduan nyata dalam pengembangan kerja sama industri, investasi, hingga transfer teknologi. “Sifatnya bukan MoU, tapi roadmap, karena ada time frame yang secara spesifik mengikat kita. Itu nanti akan jadi proyek nyata,” tegasnya.

    Ia juga menyoroti kedekatan, Presiden Prabowo Subianto, dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, sebagai modal penting dalam mendorong kerja sama ini. “Kedekatan dua pemimpin ini modalitas yang tidak dimiliki negara lain. Sebagai pembantu Presiden, saya harus bisa memanfaatkannya dalam kerja sama industri manufaktur, investasi, hingga transfer teknologi,” ucap Agus.

    Setelah sebelumnya, Indonesia dan Turki telah sepakat membentuk Joint Committee for Industrial Cooperation. Komite ini akan mengawal implementasi roadmap dengan fokus pada 14 sektor strategis, termasuk manufaktur, energi, dan bahan bangunan.

    Dengan adanya kerangka tersebut, Agus optimistis, roadmap tersebut akan memberikan hasil nyata dalam jangka pendek sekaligus menjadi koridor penguatan industri kedua negara hingga dua dekade mendatang.

  • Israel Sudah Menggila di Tanah Arab, Turki Jadi Target Berikutnya?

    Israel Sudah Menggila di Tanah Arab, Turki Jadi Target Berikutnya?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ancaman ekspansionis Israel dinilai mulai meluas di kawasan Timur Tengah. Setelah melancarkan serangan ke Qatar, sejumlah analis menilai Turki bisa menjadi titik panas berikutnya dalam konstelasi geopolitik regional.

    Michael Rubin, peneliti senior American Enterprise Institute di Washington, menyebut Turki berisiko menjadi sasaran Israel berikutnya.

    “Israel tidak boleh bergantung pada keanggotaan NATO Turki sebagai tameng perlindungan,” katanya, seperti dikutip Al Jazeera, Senin (22/0/2025).

    Akademisi Israel Meir Masri bahkan menulis di media sosial: “Hari ini Qatar, besok Turki.”

    Ankara merespons dengan keras. Seorang penasihat senior Presiden Recep Tayyip Erdogan menyebut Israel sebagai “anjing Zionis” dan mengancam akan menghapus Israel dari peta.

    Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan juga menegaskan visi “Israel Raya” yang digaungkan Benjamin Netanyahu bertujuan melemahkan negara-negara tetangga.

    “Israel berupaya membuat negara-negara di kawasan tetap lemah, tidak efektif, dan terpecah,” ujar Fidan.

    Ia menambahkan visi yang diyakini sebagian Zionis religius meluas hingga Suriah, Lebanon, Mesir, dan Yordania modern, pada dasarnya ingin memecah belah kawasan.

    Omer Ozkizilcik, peneliti Atlantic Council, mengatakan Ankara memandang retorika anti-Turki sebagai tanda Israel ingin membangun hegemoni regional.

    “Turki makin merasa bahwa agresi Israel tidak memiliki batas dan menikmati dukungan Amerika,” ujarnya.

    Sementara menurut pensiunan laksamana Turki Cem Gurdeniz, manifestasi awal ketegangan kemungkinan muncul di Suriah.

    “Manifestasi pertama ketegangan Turki-Israel kemungkinan besar akan muncul di front Suriah, baik di darat maupun udara,” katanya.

    Meski begitu, analis King’s College London Andreas Krieg menekankan konflik terbuka belum tentu terjadi. “Ancaman Israel terhadap Turki bukanlah agresi militer konvensional, melainkan penargetan kepentingan Turki melalui cara tidak langsung,” ujarnya.

    Dengan meningkatnya tensi, Turki diperkirakan memperkuat sistem pertahanan udara, intelijen, dan memperluas koalisi dengan Qatar, Yordania, serta Irak. Namun dengan dukungan penuh AS terhadap Israel, rivalitas Ankara-Tel Aviv diprediksi bakal terus memanas.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Akankah Serangan Israel Dorong Pembentukan NATO ala Timur Tengah?

    Akankah Serangan Israel Dorong Pembentukan NATO ala Timur Tengah?

    Jakarta

    Hampir tak ada yang bisa diperbuat Qatar ketika Doha dihantam rudal Israel dua pekan silam.

    Pada hari itu, 10 jet tempur Israel terbang dari arah Laut Merah, meniti langit tanpa melintasi wilayah udara negara lain. Mereka lalu melepas tembakan yang dalam istilah militer disebut over the horizon atau tembakan di luar cakrawala, alias tak terlihat.

    Dalam serangan semacam ini, rudal balistik meluncur hingga ke atmosfer atas Bumi, sebelum menghujam target dengan kecepatan tinggi. Targetnya adalah pertemuan sekelompok petinggi Hamas di pengasingan. Di kota dengan hotel berbintang, gedung kaca, dan diplomasi tinggi. Enam orang tewas. Menurut kabar, bukan orang-orang yang dibidik Israel.

    Qatar, negeri kecil berpengaruh besar, mendadak seakan tak punya pelindung dari serangan Israel. Padahal di sana lah berdiri pangkalan militer terbesar Amerika di Timur Tengah. Padahal, Qatar juga diberi gelar sekutu utama non-NATO, setelah membantu evakuasi serdadu AS dari Afganistan 2022 silam.

    Namun, status “sekutu” tak cukup kuat mencegah Israel melancarkan serangan pertama terhadap negara Teluk. Pakar mempertanyakan, apakah AS mengetahui serangan ini? Jika ya, mengapa membiarkannya?

    Amerika tak lagi bisa diandalkan

    “Serangan Israel mengguncang keyakinan negara-negara Teluk terhadap Amerika Serikat dan akan mendorong mereka semakin mendekat satu sama lain,” tulis Kristin Diwan, peneliti senior di Arab Gulf States Institute, Washington.

    “Raja-raja minyak ini terlalu mirip satu sama lain… serangan langsung terhadap kedaulatan dan rasa aman mereka adalah sesuatu yang tak bisa ditoleransi,” imbuhnya.

    Dalam konteks ini, wacana pembentukan pakta pertahanan bergaya NATO kembali menguat dalam sepekan terakhir.

    Pada pertemuan darurat yang digelar Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pekan lalu, para pejabat Mesir mengusulkan pembentukan pasukan tugas bersama ala NATO untuk negara-negara Arab. Dalam pidatonya di forum tersebut, Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani juga menyerukan pendekatan kolektif untuk keamanan Timur Tengah.

    Enam anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC)—Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab—sepakat mengaktifkan ketentuan dalam perjanjian pertahanan bersama yang diteken tahun 2000, yang menyatakan bahwa serangan terhadap satu anggota dianggap sebagai serangan terhadap semua, serupa pasal 5 perjanjian NATO.

    Setelah KTT darurat itu, para menteri pertahanan Teluk menggelar pertemuan lanjutan di Doha dan sepakat berbagi informasi intelijen, laporan situasi udara, serta mempercepat sistem peringatan dini rudal balistik di kawasan. Latihan militer bersama juga diumumkan.

    Pada minggu yang sama, Arab Saudi menandatangani “perjanjian pertahanan timbal balik strategis” dengan adidaya nuklir Pakistan. Kedua negara menyatakan bahwa “setiap agresi terhadap salah satu pihak akan dianggap sebagai agresi terhadap keduanya.”

    Menuju “NATO Islam”?

    Apakah ini cikal bakal dari terbentuknya “NATO Islam”? Kenyataannya tidak sesederhana itu, kata sejumlah pengamat kepada DW.

    “Aliansi ala NATO tak realistis karena akan memaksa negara-negara Teluk terikat dalam konflik yang tak mereka anggap vital. Tak ada pemimpin Teluk yang ingin terseret konflik dengan Israel demi Mesir, misalnya,” ujar Andreas Krieg, dosen senior di School of Security Studies, King’s College London.

    Meski begitu, serangan ke Doha telah mengubah kalkulasi keamanan kawasan.

    “Keamanan Teluk selama ini berdasar pada logika upeti: membayar pihak lain untuk menjamin perlindungan. Tapi mentalitas ini mulai bergeser setelah serangan ke Doha,” lanjut Krieg. “Meski perubahan itu masih berjalan lambat.”

    Alih-alih “NATO Islam”, dunia kemungkinan akan melihat format “6+2”, jelas Cinzia Bianco, pakar Teluk dari European Council on Foreign Relations (ECFR). Format “6+2” mengacu pada enam negara GCC ditambah Turki dan Mesir.

    Menurut Bianco, format ini kemungkinan tengah dibahas di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB pekan ini.

    “Namun ini bukan tentang pasal semacam Article 5 dalam NATO,” katanya kepada DW. “Komitmen pertahanan antarnegara Teluk tak sekuat antaranggota NATO. Ini lebih ke arah kolektivisasi posisi pertahanan dan keamanan, dan yang paling penting: pesan pencegahan terhadap Israel.”

    Dukungan militer dari luar

    Format “6+2” dinilai lebih masuk akal ketimbang “NATO Islam”, lanjut Krieg. Turki, menurutnya, adalah “mitra non-Barat paling kredibel bagi negara-negara Teluk, dengan pasukan yang telah ditempatkan di Qatar sejak 2017 dan kapabilitas nyata untuk bertindak cepat saat krisis.”

    Mesir, lanjut Krieg, lebih rumit. Negara itu memang punya kekuatan militer besar, tetapi keandalannya masih dipertanyakan oleh sejumlah negara Teluk.

    Namun jika format “6+2” benar-benar akan diwujudkan, prosesnya akan berlangsung perlahan dan tertutup, tegas Krieg dan Bianco.

    “Perubahan besar akan terjadi di balik layar,” kata Krieg. “Publik mungkin akan melihat komunike, KTT, dan latihan militer gabungan. Tapi kerja penting seperti berbagi data radar, integrasi sistem peringatan dini, atau pemberian hak pangkalan militer akan tetap berlangsung diam-diam.”

    Negara-negara Teluk, yang selama ini bergantung pada AS, juga mulai membuka opsi memperluas hubungan pertahanan dengan negara lain.

    “Pasti ada aktor lain seperti Rusia dan Cina yang siap menggantikan AS,” ujar Sinem Cengiz, peneliti di Pusat Studi Teluk Universitas Qatar. “Namun kecil kemungkinan ada pihak yang bisa menggantikan AS dalam waktu singkat.”

    Negara-negara Teluk memang tak ingin menggantikan AS sepenuhnya, tambah Bianco. Mereka masih sangat bergantung pada teknologi militer AS.

    “Setelah serangan ke Doha, Qatar langsung meminta jaminan dari AS bahwa mereka masih menjadi mitra,” ungkapnya.

    “Catatan pentingnya, AS sebenarnya tak pernah menentang regionalisasi pertahanan seperti ini,” ujar Bianco. “Washington justru mendukung adanya arsitektur pertahanan rudal balistik tunggal untuk negara-negara Teluk.”

    Faktanya, semakin dalam integrasi militer di kawasan, peran AS justru semakin penting, karena sistem pertahanan regional masih bertumpu pada teknologi militer Amerika.

    “Tapi makna politiknya telah berubah,” pungkas Krieg. “Washington tak lagi dilihat sebagai penjamin utama keamanan, melainkan mitra yang dukungannya bersifat kondisional dan transaksional. Para pemimpin Teluk kini mulai menyesuaikan diri dengan kenyataan bahwa AS punya kepentingan, bukan sekutu, dan tengah membangun poros keamanan yang dipimpin Teluk sendiri—posisi tengah antara Iran dan Israel.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Rizki Nugraha

    Editor: Yuniman Farid

    (ita/ita)