Negara: Timor Leste

  • Kata Panpel PSIS Menyoal Laga Tunda Vs Madura United Akhir Pekan Ini, Suporter Bisa Masuk Stadion?

    Kata Panpel PSIS Menyoal Laga Tunda Vs Madura United Akhir Pekan Ini, Suporter Bisa Masuk Stadion?

    TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Panitia Pelaksana (Panpel) PSIS Semarang hingga Rabu (12/3/2025) belum merilis mengenai pertandingan menghadapi Madura United yang rencananya akan digelar pada Minggu (16/3/2025) di Stadion Jatidiri Semarang.

    Laga tersebut merupakan pertandingan tunda pekan ke-26 Liga 1 2024-2025.

    PSIS Semarang punya modal berharga, berhasil membawa pulang satu poin dari laga melawan Persebaya Surabaya pada Rabu (12/3/2025) malam, jelang menghadapi Madura United di kandang sendiri.

    Namun demikian, belum mengetahui apakah laga lawan Madura United tersebut dapat disaksikan penonton secara langsung atau masih dengan status tanpa penonton.

    Ketua Panpel PSIS Semarang, Agung Buwono menjelaskan, pihaknya masih berkoordinasi dengan pihak keamanan perihal ada tidaknya penonton.

    “Saat ini kami masih koordinasi dan dalam waktu dekat kami akan rakor untuk membahas hal tersebut,” ujarnya saat diwawancarai awak media pada Rabu (12/3/2025).

    Agung menambahkan bahwa sebetulnya PSIS Semarang perlu dukungan untuk berjuang menghindari zona degradasi, namun beberapa waktu lalu ada pertimbangan terkait biaya penyelenggaraan pertandingan.

    “Pastinya kami butuh dukungan, oleh sebab itu koordinasi terus kami lakukan.”

    “Mohon doanya supaya laga lawan Madura United dapat digelar dengan penonton,” tutup Agung Buwono.

    Skor Imbang Persebaya Vs PSIS

    Diberitakan sebelumnya di Tribunjateng.com, PSIS Semarang menahan imbang tuan rumah Persebaya Surabaya dengan skor 1-1 dalam laga lanjutan Liga 1 2024-2025 pekan ke-27 di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya, Rabu (12/3/2025) malam.

    PSIS yang nyaris kalah dalam laga ini, sukses memetik satu poin lewat gol Septian David Maulana pada menit 94.

    Adapun Persebaya Surabaya unggul terlebih dahulu pada menit 44 lewat gol Fransisco Rivera.

    Hasil ini membuat PSIS Semarang menambah koleksi poin menjadi 24. 

    Meski demikian, tim asuhan Gilbert Agius masih tertahan di posisi 15.

    SKOR IMBANG – Potret jalannya laga Persebaya Surabaya Vs PSIS Semarang di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya, Rabu (12/3/2025) malam. Laga tersebut berakhir imbang dengan skor 1-1. (PSIS SEMARANG)

    Pada pertandingan ini, PSIS Semarang kembali tak diperkuat tiga pemain yakni Alfeandra Dewangga, Evandro Brandao, dan Ruxi.

    Dalam jalannya pertandingan babak pertama, Persebaya Surabaya tampil lebih menekan.

    Namun, peluang berbahaya justru terlebih dahulu didapatkan PSIS pada menit 14.

    PSIS Semarang mendapatkan peluang berbahaya melalui Sudi Abdallah, namun tendangannya masih melambung jauh dari mistar gawang Ernando Ari.

    Tuan rumah Persebaya Surabaya pun tampil menekan di babak pertama. 

    Beberapa upaya dilakukan anak asuh Paul Munster untuk membongkar pertahanan PSIS Semarang, namun lini belakang tim lawan cukup solid.

    Pada menit 24, PSIS Semarang kembali mengancam lewat tendangan jarak jauh Reiva Apriliansyah.

    Sementara di menit 29, Persebaya Surabaya mampu menciptakan peluang berbahaya pertama di babak pertama lewat Bruno Moreira. 

    Berawal dari kerja sama dengan Rivera, Bruno lolos dari kawalan pemain bertahan PSIS Semarang.

    Hanya saja, tendangan plesing Bruni masih melebar.

    Menit 32 Bruno Moreira kembali mengancam gawang PSIS lewat tembakan kerasnya dari luar kotak penalti.

    Adapun di menit 39, bek PSIS Semarang Lucas Baretto tampak mengalami cedera dan tak sanggup melanjutkan permainan.

    Dia kemudian digantikan oleh Syihabuddin.

    Di sisa babak pertama, Persebaya Surabaya punya beberapa peluang berbahaya yang dicatatkan oleh Fransisco Rivera.

    Puncaknya di menit 44, pemain asal Mexico itu berhasil membawa Persebaya unggul sementara 1-0.

    Eks pemain Madura United tersebut sukses memanfaatkan umpan Flavio Silva.

    Skor 1-0 bertahan hingga turun minum.

    Memasuki babak kedua, PSIS Semarang langsung melakukan rotasi dengan memasukkan Gustavo Souza dan Haykal Alhafiz.

    Khusus Gustavo, dia dimasukkan menggantikan Sudi Abdallah.

    Jual beli serangan ditunjukkan kedua tim sejak mulainya babak kedua.

    Menit 70, peluang didapatkan PSIS Semarang melalui Gali Freitas.

    Pemain asal Timor Leste tersebut melakukan tembakan jarak jauh namun masih mampu ditangkap dengan baik oleh Ernando Ari.

    Di babak kedua ini, PSIS Semarang tampil lebih menekan.

    Namun lini belakang Persebaya Surabaya juga cukup solid menjaga pertahanannya.

    Menit 83, Gustavo Souza menyisir sisi kiri pertahanan Persebaya sebelum mengirim umpan silang di dalam kotak penalti kepada Wildan Ramdhani, namun belum mampu berbuah gol.

    Menit 87, Gustavo Souza mencoba melakukan shooting dengan tendangan akrobatik namun masih melambung di atas mistar gawang.

    Wasit memberikan tambahan waktu empat menit di babak kedua ini.

    Drama tercipta pada tambahan babak kedua ini.

    Persebaya Surabaya hampir menggandakan keunggulan saat tambahan waktu memasuki menit 93.

    Berawal dari serangan balik, Oktafianus Fernando yang sudah tanpa kawalan gagal berbuah gol.

    Padahal, Oktafianus juga punya opsi memberikan umpan kepada rekannya yang lain.

    Justru PSIS Semarang mampu mencetak gol di detik penghujung laga lewat Septian David Maulana.

    Skor imbang menjadi 1-1, dan menjadi akhir pada pertandingan tersebut. (*)

  • Kisah Mengerikan Prajurit Kopassus Tak Berdaya Ditembaki Tropas saat Terjun dari Pesawat di Timtim

    Kisah Mengerikan Prajurit Kopassus Tak Berdaya Ditembaki Tropas saat Terjun dari Pesawat di Timtim

    loading…

    Pertempuran merebut Kota Dili, Timor Timur (Timtim) menjadi peristiwa memilukan bagi prajurit Kopassandha kini Kopassus saat Operasi Seroja. Foto/istimewa

    JAKARTA – Pertempuran merebut Kota Dili, Timor Timur (Timtim) menjadi peristiwa memilukan bagi prajurit Kopassandha kini Kopassus saat Operasi Seroja. Tidak sedikit prajurit Korps Baret Merah yang terluka parah dan gugur dalam operasi tersebut.

    Pagi itu, 7 Desember 1975 deru suara pesawat Hercules memecah kegelapan malam di atas Kota di Dili, Timtim yang sekarang bernama Timor Leste. Delapan pesawat Hercules membentuk formasi dua intan.

    Tepat pukul 05.45 WITA lampu hijau di atas pintu pesawat menyala bersamaan bel bordering panjang sebagai tanda dimulainya serbuan lintas udara. Prajurit Kopassus yang tergabung dalam Nanggal V bersiap untuk terjun merebut pusat pemerintahan, lapangan terbang, pusat komunikasi, pelabuhan di Kota Dili.

    Saat ketinggian mencapai 900-.1250 kaki, prajurit satu persatu mulai lompat terjun dari pesawat. Namun belum juga mendarat, mereka sudah dikejutkan oleh rentetan senjata yang cukup gencar dari bawah. Desingan peluru dan sinar lintasan peluru atau tracer tampak terlihat jelas di sisi kanan dan kiri prajurit Kopassus. Bahkan beberapa di antaranya mengenai payung terjun dan prajurit Kopassus.

    Para penerjun tidak berdaya melawan tembakan dari bawah karena senjata mereka masih terikat di kaki. Bahkan tembakan gencar dari Portuguese Paratroopers atau Tropas yang mengenai lima pesawat Hercules membuat formasi intan buyar.

    Salah seorang loadmaster, Pelda Pudjio, gugur di pesawat karena terkena dua tembakan di bagian dada. Sebuah kengerian yang harus dihadapi prajurit Kopassus sebelum mereka mendarat.

    “Begitu exit, yang selalu saya ingat harus bisa menentukan arah ke utara. Begitu melayang dalam cuaca yang masih remang-remang dari bawah kanan di sebuah lapangan depan kantor gubernuran tiba-tiba dentuman senjata berat menyalak. Tat..tat..tat..lho kok begini,” ujar Komandan Grup 1 Kopassus Parakomando Kopassandha Letkol Inf. Soegito.

    Menyadari gencarnya serangan dari musuh, pesawat Hercules kemudian meninggalkan lokasi dan menghentikan penerjunan. Sebanyak 72 anggota Nanggala V tidak jadi terjun termasuk Lettu Inf. Luhut Binsar Pandjaitan dan Mayor Inf. Theo Syafei.

  • 5 Fakta Menarik AKBP Vivick Tjangkung, Mantan Artis yang Memilih Jadi Polwan

    5 Fakta Menarik AKBP Vivick Tjangkung, Mantan Artis yang Memilih Jadi Polwan

    loading…

    AKBP Vivick Tjangkung sempat berkarier sebagai artis hingga rilis album rekaman kini jadi Polwan dan menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Tangerang. Foto/Ist

    JAKARTA – AKBP Vivick Tjangkung yang sebelumnya sempat berkarier di bidang seni kini telah menentukan jalannya sebagai abdi negara penegak hukum. Dirinya kini merupakan polisi wanita (Polwan) yang menjabat posisi Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Tangerang.

    Kisah AKBP Vivick Tjangkung yang merupakan mantan artis dan musisihingga rilis album rekaman ini memang menarik banyak perhatian.

    Sebab sangat jarang seorang artis yang memilih untuk banting setir jadi polisi.

    5 Fakta Menarik AKBP Vivick Tjangkung

    1. Berasal dari Nusa Tenggara Timur

    Wanita bernama lengkap Josephien Vivick Tjangkung lahir di Ende, Nusa Tenggara Timur pada tanggal 15 Maret 1971. Ia merupakan putri dari pasangan Aloysius Tjangkung dan Dintje Lelaona Tjangkung yang merupakan dua orang guru di salah satu sekolah di Dili, Timor Leste.

    2. Berkarier di Dunia Entertainment

    Sebelum berprofesi sebagai polisi wanita, Vivick terlebih dahulu berkarier di bidang seni dengan menjadi artis. Beberapa sinetron yang pernah dibintanginya ialah Oo Jekri, Suami, Istri & Dia, dan Shakila.

    Selain membintangi sejumlah sinetron, perempuan asal NTT ini juga sempat menggeluti dunia tarik suara dan merilis album solo.

    3. Keluarga Tidak Menyangka jika Vivick akan Jadi Polwan

    Seiring berjalannya waktu, Vivick justru lebih memilih untuk beralih profesi menjadi polwan. Keputusannya ini bahkan sempat tidak disangka oleh orang tuanya.

    Hal ini karena keluarganya sangat memahami bahwa Vivick sangat menyukai bidang seni seperti menyanyi dan menari sedari kecil.

    4. Mengungkap Kasus Narkoba Para Artis

    Selama berkarier sebagai Polwan, Vivick yang berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) telah mengungkap sejumlah kasus narkoba yang melibatkan para aktor dan artis Indonesia.

    Salah satu nama tenar yang pernah ditangkap yakni Zarima Mirafsur, Ratu Ekstasi di Indonesia. Vivick juga pernah mengungkap kasus Tora Sudiro, Jefri Nichol, Dwi Sasono, Roy Kiyoshi, dan Ello.

    5. Menduduki Posisi Strategis di Polri

    Berbagai prestasi ini lantas membuatnya dipercaya menjabat Kapolres Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2023. Posisi ini membuatnya menjadi Kapolres perempuan pertama di jajaran Polda NTT.

    Setahun berselang, AKBP Josephien Vivick Tjangkung lantas dimutasi untuk jabat Kepala BNN Kota Tangerang. Mutasi itu berdasarkan surat perintah Kapolri nomor: SPRIN/713/III/KEP/2024.

    (shf)

  • RI Dapat Hibah Rp 123 M dari Uni Eropa buat Pengelolaan Laut

    RI Dapat Hibah Rp 123 M dari Uni Eropa buat Pengelolaan Laut

    Jakarta

    Uni Eropa (UE) dan Agence francaise de développement (AFD) menandatangani perjanjian kerja sama pengelolaan hibah kepada pemerintah Indonesia. Total hibah diberikan senilai 7 juta euro atau setara Rp 123,17 miliar (kurs Rp 17.597) untuk mendukung program pengelolaan laut yang berkelanjutan dan berbasis bukti.

    Dari total hibah tersebut, 3,55 juta euro akan mendanai kegiatan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan 3,45 juta euro sisanya akan mendanai kegiatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

    “3,55 juta euro akan mendanai kegiatan yang dipimpin oleh KKP, sementara 3,45 juta euro akan membiayai inisiatif BRIN,” tulis keterangan resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan dan Pembiayaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Kamis (6/3/2025).

    Hibah dari UE ini merupakan bagian dari upaya yang lebih luas di bawah inisiatif Global Gateway untuk memajukan pengelolaan laut yang berkelanjutan.

    Pendanaan UE ini melengkapi dua pinjaman AFD yang telah ditandatangani sebelumnya, yaitu Eco Fishing Port Project (KKP) sebesar 98,6 juta euro untuk memodernisasi empat pelabuhan perikanan Indonesia. Kemudian Multi-Reseach Vehicle (MRV/KrisNa) (BRIN) sebesar 89 juta euro untuk memperoleh dua kapal penelitian multidisiplin yang canggih.

    Acara penandatanganan berlangsung di Auditorium Gedung B.J. Habibi BRIN dan dihadiri oleh Duta Besar UE untuk Indonesia dan Brunei Darussalam H.E. Denis Chaibi; Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Timor Leste dan ASEAN H.E. Fabien Penone; Kepala BRIN Laksana Tri Handoko; Direktur Pelabuhan Perikanan-KKP Tri Aris Wibowo; dan Kepala Subdit Pinjaman dan Hibah Bilateral 1-Kemenkeu Syahruddin.

    Lihat juga video: Operasi Laut Terpadu, Bea Cukai Amankan Kerugian Ratusan Miliar

    (aid/fdl)

  • Duka Operasi Seroja, 129 Prajurit Terbaik Kopassus Gugur di Timtim

    Duka Operasi Seroja, 129 Prajurit Terbaik Kopassus Gugur di Timtim

    loading…

    Operasi Seroja di Timor Timur (Timtim) meninggalkan duka yang mendalam bagi Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Foto/istimewa

    JAKARTA – Operasi Seroja di Timor Timur (Timtim) meninggalkan duka yang mendalam bagi Komando Pasukan Khusus ( Kopassus ). Dalam operasi ini ratusan prajurit terbaik Korps Baret Merah gugur.

    Di antara prajurit terbaik itu adalah, Letkol Inf. Anumerta Atang Sutresna. Pria kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, 22 Agustus 1943 ini gugur ditembak pasukan Fretilin sesaat setelah mengibarkan Bendera Merah Putih di Kantor Gubernur Timor Portugis di Dili, Timor Leste pada hari pertama Operasi Seroja digelar.

    Selain itu, Kopda Anumerta Suparlan yang namanya kini diabadikan menjadi landasan udara di Pusdilatpassus Kopassus, Batujajar, Bandung, Jawa Barat. Pratu Suparlan dikenang sebagai pahlawan karena keberaniannya mengorbankan nyawanya untuk melindungi rekan-rekan seperjuangannya di Timor Timur.

    Begitu juga dengan Letnan Satu (Lettu) Sudaryanto, Komandan Unit C Pasukan Nanggala 10, yang gugur dalam pelukan Prabowo Subianto kini Presiden ke-8 RI dalam operasi di Kota Maubara, Timor Timur.

    “Tercatat 129 prajurit Kopassus yang gugur dalam Operasi Seroja di Timtim yang berlangsung sejak 1975-1999,” bunyi keterangan tertulis di laman resmi penkopassus yang dikutip SindoNews, Senin (3/3/2025).

    Pratu Suparlan, saat bertugas di Timtim. Foto/istimewa

    Operasi Seroja merupakan operasi militer terbesar TNI usai revolusi kemerdekaan. Dikutip dari buku biografi Letjen TNI (Purn) Sutiyoso berjudul “Sutiyoso The Field General, Totalitas Prajurit Para Komando” diceritakan, Operasi Seroja yang digelar pada 7 Desember 1975 ini berawal dari keprihatinan pemerintah Indonesia terhadap situasi politik dan keamanan di Timor Leste yang semakin genting menyusul hengkangnya Portugis dari wilayah tersebut akibat Revolusi Bunga.

    Sepeninggal Portugis, konflik bersenjata di antara faksi-faksi yang bertikai yakni Uniao Democratica de Timorense (UDT), kemudian Fretilin, dan Associacao Popular Democratica de Timor (Apodeti) membuat ribuan pengungsi dari Timor Leste membanjiri daerah perbatasan di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk meminta perlindungan kepada pemerintah Indonesia.

  • Melihat Pengolahan Sagu di Kampung Yoboi Jayapura, dari Manual ke Modern
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        1 Maret 2025

    Melihat Pengolahan Sagu di Kampung Yoboi Jayapura, dari Manual ke Modern Regional 1 Maret 2025

    Melihat Pengolahan Sagu di Kampung Yoboi Jayapura, dari Manual ke Modern
    Tim Redaksi
    JAYAPURA, KOMPAS.com
    – Masyarakat Adat Kampung Yoboi, Distrik Sentani, Kabupaten
    Jayapura
    , Papua, mengadopsi cara-cara baru untuk mengubah pohon sagu menjadi produk bernilai tinggi.
    Pengolahan sagu
    yang biasanya memakan waktu beberapa hari, menjadi 5 jam. Pangsa pasar produksi sagu itu juga semakin luas.
    Papua memiliki perkebunan sagu terbesar kedua di Indonesia, namun mayoritas
    pengolahan sagu
    masih dilakukan secara tradisional atau manual dengan memakan waktu lama.
    Akibatnya, produk yang dihasilkan berkualitas rendah dan memiliki manfaat yang terbatas bagi penghidupan lokal dan
    ketahanan pangan
    .
    Namun kini, anggota masyarakat adat di Kampung Yoboi dapat mengolah sagu menjadi produk bernilai tambah, memenuhi standar keamanan pangan dengan menggunakan unit pengolahan sagu skala kecil, yang dibangun dengan dukungan proyek kerja sama Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO of the UN) dan kini telah dimiliki oleh masyarakat.
    FAO dan Analisis Papua Strategis telah melatih 30 anggota masyarakat untuk mengoperasikan unit secara berkelanjutan dan mendiversifikasi produk turunan sagu.
    “Dengan unit mesin pengolahan sagu, ekonomi masyarakat Yoboi jadi mandiri. Ini solusi tepat bagi warga Yoboi yang memiliki dusun sagu yang luas di Jayapura,” kata Kepala Kampung Yoboi, Sefanya Walli, Sabtu (1/3/2025).
    Sagu, makanan pokok yang sakral bagi masyarakat adat, telah dipertimbangkan sebagai sumber karbohidrat alternatif untuk turut memastikan ketahanan dan keanekaragaman pangan.
    “Masih diperlukan upaya untuk memastikan produk sagu bisa diterima dan dikonsumsi oleh masyarakat secara lebih luas,” ujar Elvyrisma Nainggolan, Ketua Kelompok Pemasaran Hasil Perkebunan pada Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian.
    Menurutnya, peran kelompok kampung penghasil sagu menjadi penting dan perlu diberdayakan, sehingga bisa mengolah sagu menjadi tepung yang selanjutnya bisa menjadi kue, hingga mi berbahan sagu, seperti di Yoboi.
    “Dengan begitu, harapannya sagu yang dihasilkan
    masyarakat adat Yoboi
    dapat meluas di pasar nusantara, bahkan ke depan akan mendunia,” ujar Elvyrisma.
    Untuk mempromosikan produk berbasis sagu, hari ini digelar
    Festival Sagu
    pertama di Yoboi, Jayapura. Festival ini menghubungkan produsen dan konsumen.
    Selama festival, perempuan dan anggota
    Masyarakat Adat Yoboi
    lainnya mendemonstrasikan hidangan berbasis sagu, seperti mi dan beras analog, yang menunjukkan potensi pasar mereka.
    Lebih dari 100 orang berpartisipasi dalam festival ini, termasuk anggota masyarakat adat, perwakilan bisnis, dan masyarakat Jayapura.
    Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Papua Matheus Philep Koibur mengapresiasi
    festival sagu
    yang telah menunjukkan potensi besar komoditas sagu dalam memenuhi kebutuhan pangan, pelestarian lingkungan, dan peningkatan ekonomi masyarakat.

    Festival sagu
    telah membuka ruang besar untuk mempromosikan sagu kami ke pelaku industri yang kemudian bisa mengolahnya menjadi produk bernilai tinggi,” katanya.
    “Lebih dari itu, masyarakat di kabupaten penghasil sagu lainnya bisa diharapkan bisa termotivasi untuk mulai mencontoh langkah masyarakat adat Yoboi,” lanjutnya.
    Dengan penerapan teknologi yang diadaptasi dan hubungan pasar yang tepat, masyarakat adat dapat berpartisipasi dan memperoleh manfaat ekonomi dari rantai nilai sagu utama.
    “Mereka juga dapat meningkatkan kesadaran tentang pengolahan sagu berkelanjutan yang dapat berkontribusi pada ketahanan dan diversifikasi pangan serta ketahanan ekonomi bagi komunitas lainnya,” kata Rajendra Aryal, Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • RI Targetkan Skor Indeks Persepsi Korupsi Loncat Ke–43 di 2029

    RI Targetkan Skor Indeks Persepsi Korupsi Loncat Ke–43 di 2029

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah menargetkan skor Indeks Persepsi Korupsi (IPK) atau Corruption Perception Index (CPI) Indonesia naik hingga ke angka 43 pada 2029 mendatang. 

    Target itu tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2025-2029, yang diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) No.12/2025. IPK merupakan salah satu indikator sasaran utama pada prioritas nasional ke-7 yakni pemberantasan korupsi, narkoba, judi dan penyelundupan.

    Pada RPJMN tersebut, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menargetkan skor IPK terus naik dari 2025 hingga 2029. 

    “Indeks Persepsi Korupsi: Target 2025 (38); Target 2029 (43,7),” demikian dikutip dari Perpres No.12/2025, Sabtu (1/3/2025). 

    Adapun terdapat lima sasaran dan indikator yang diatur dalam RPJMN tersebut berkaitan dengan terwujudnya supremasi hukum yang transparan, adil, dan tidak memihak serta sistem politik yang fungsional. 

    Selain IPK, pemerintah menargetkan pada 2029 mendatang Indeks Pembangunan Hukum menjadi 0,73, Indeks Materi Hukum 0,55, Indeks Integritas Nasional 77,57 dan Indeks Integritas Partai Politik 71,00-72,99. 

    Adapun skor IPK RI 2024 yang diumumkan pada 2025 tercatat sebesar 37. Skor itu naik dari 2023 yakni 34. IPK setiap tahunnya diumumkan oleh Transparency International Indonesia (TII). 

    “Hari ini CPI Indonesia sepanjang 2024 ada dengan skor 37 dan rangkingnya 99. Artinya apa? Terjadi peningkatan 3 poin dari tahun 2023 ke 2024,” ujar Deputi Sekjen TII Wawan Heru Suyatmiko pada Peluncuran CPI 2024, disiarkan melalui YouTube TII, Selasa (11/2/2025).  

    Sebagaimana diketahui, skor IPK Indonesia sebelumnya mengalami tren menurun sejak pencapaian tertingginya di angka 40 pada 2019 lalu.

    Skor IPK atau CPI dalam sekitar lima tahun terakhir sejak 2019 itu yakni 37 pada 2020, 38 pada 2021, 34 pada 2022 dan 34 pada 2023.  

    Terkait dengan peringkat, skor IPK RI pada 2024 di antara 180 negara juga naik yakni ke peringkat ke-99 dari sebelumnya ke-115 pada 2023 lalu.

    Beberapa negara memiliki skor yang sama dengan Indonesia. Salah satunya adalah Argentina yang sama-sama merupakan anggota BRICS dan G20. Negara-negara lain meliputi Maroko, Ethiopia serta Lesotho.  

    Di Asean, dari segi skor CPI, Indonesia masih menduduki peringkat ke-5 di bawah Singapura (83), Malaysia (50), Timor Leste (43) dan Vietnam (41). Namun, skor Indonesia terpantau naik dari tahun sebelumnya jika dibandingkan sejumlah negara Asean lain. 

  • Gencarkan Syiar, PBNU Kirim Dai ke 8 Negara dan Pelosok Indonesia

    Gencarkan Syiar, PBNU Kirim Dai ke 8 Negara dan Pelosok Indonesia

    loading…

    Sekretaris Lembaga Dakwah PBNU, KH Nurul Badruttamam menyerahkan piagam kepada dai peserta Pre-Departure Training Dai Ramadan 1446 H 2025 M. Foto/Ist

    JAKARTA – Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) bersama Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (Lazisnu) mengirim sejumlah dai ke delapan negara dan pelosok Indonesia.

    Proses pengiriman dai itu di antaranya dengan menggelar Pre-Departure Training Dai Ramadan 1446 H / 2025 M. Kegiatan ini berlangsung sejak Rabu hingga Jumat (26-28 Februari 2025) di Aula Lantai VIII Gedung PBNU, Jakarta Pusat.

    Adapun proses seleksi untuk program ini telah berlangsung secara ketat. Dari total 450 peserta yang mendaftar, hanya 23 dai yang dinyatakan lolos dan siap ditempatkan di delapan negara. Selain itu, 11 orang dai juga akan ditugaskan dalam program Dai Nusantara di delapan provinsi, khususnya di daerah 3T.

    Para dai itu di antaranya akan bertugas ke Australia, Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong, Timor Leste, Belanda, dan Jepang.

    Sementara yang di pelosok Nusantara bertugas di Papua Selatan, Papua Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat, dan Banten.

    Mengusung tema “Khidmat NU Tanpa Jeda – Dakwah NU Go Global”, kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah yang moderat, toleran, dan inklusif. Selain itu, program ini juga berperan dalam memperkuat hubungan antarnegara serta membantu pekerja migran yang tersebar di berbagai belahan dunia dalam menghadapi dan menyelesaikan problem keagamaan mereka.

    Ketua Panitia KH Khalillurrahman menegaskan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari komitmen NU dalam membawa dakwahnya ke tingkat global.

  • Resep Menjadi Negara Adikuasa Regional dan Macan Asia yang Disegani

    Resep Menjadi Negara Adikuasa Regional dan Macan Asia yang Disegani

    Resep Menjadi Negara Adikuasa Regional dan Macan Asia yang Disegani
    Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.
    KEINGINAN
    Presiden
    Prabowo Subianto
    untuk menjadikan
    Indonesia
    sebagai negara kuat di banyak bidang agar disegani negara-negara lain cukup bisa dipahami.
    Toh nyatanya Indonesia secara umum dan simbolik memang besar, setidaknya untuk ukuran regional.
    Dari sisi demografis, sisi ekonomi, dan sisi karakteristik negara kepulauan yang melekat (archipelago), mengindikasikan bahwa Indonesia sebenarnya dan semestinya telah lama menjadi “regional great power”, setidaknya untuk level Asia Tenggara.
    Sehingga cukup bisa dimaklumi mengapa Prabowo sangat berambisi untuk menyesuaikan potensi besar tersebut dengan kenyataan di lapangan di dalam waktu yang diasumsikan relatif singkat, maksimum dua periode pemerintahan beliau.
    Memang selama ini, secara simbolik Indonesia ditahbiskan oleh publik global sebagai “negara senior” di kawasan Asia tenggara, khususnya di dalam Organisasi seperti
    ASEAN

    Namun secara faktual, nyatanya “gelar simbolik” tersebut belum didukung oleh fakta yang ada, karena itulah ditahbiskan hanya secara simbolik.
    Dari sisi militer, boleh jadi jumlah dan kekuatan pertahanan Indonesia terbilang besar. Namun dari sisi kecanggihan teknologi pertahanan, misalnya, dibanding Singapura, tentu Indonesia harus rela berada di bawahnya.
    Dari sisi demografis pun demikian, jumlah penduduk Indonesia terbesar di Asia Tenggara. Namun lagi-lagi dari sisi kualitas SDM, Indonesia masih jauh di bawah Malaysia atau Vietnam, bahkan Filipina, alih-alih Singapura.
    Pun secara geopolitis, di level Asia Tenggara saja, Indonesia bukanlah negara dan kekuatan yang benar-benar bisa dikategorikan “leader”.
    Tidak ada negara anggota ASEAN yang benar-benar bergantung kepada Indonesia secara geopolitis di satu sisi dan tak ada negara di ASEAN yang benar-benar berada di bawah “sphere of influence” Indonesia di sisi lain.
    Sebut saja, misalnya, ketika kudeta terjadi di Myanmar beberapa tahun lalu. Terbukti Indonesia sebagai “pemimpin simbolik” ASEAN tidak bisa berbuat apa-apa untuk memengaruhinya.
    Bahkan, China yang dianggap berada di belakang kudeta tersebut tak berkomunikasi sedikitpun dengan Indonesia.
    Mengapa bisa demikian? Karena memang Myanmar, sekalipun secara kategoris dari berbagai sisi terbilang berada di bawah Indonesia, tidak berada di dalam “ruang lingkup pengaruh” Indonesia di satu sisi dan karena Indonesia secara faktual memang dianggap bukan “Regional Great Power” di sisi lain.
    Apalagi dari sisi
    soft power
    , secara ekonomi, budaya, pendidikan,
    governance
    , dan SDM, misalnya, Indonesia boleh jadi masih setara atau bahkan berada di bawah Filipina.
    Di level ASEAN, secara agregate memang ekonomi Indonesia paling besar, sama dengan aspek demografi. Namun, secara ekonomi, finansial Singapura sangat jelas memiliki “soft power” ketimbang Indonesia.
    Singapura memiliki layanan finansial berkelas dunia, sistem perdagangan yang juga tak kalah mendunianya, pun sistem pendidikan berkualitas global, tata kelola pemerintahan yang diakui semua pihak, budaya disiplin plus budaya antikorupsi kelas wahid, dan SDM-SDM yang memiliki
    skill
    yang setara dengan di negara-negara maju.
    Semua itu membuat negeri Singa itu menjadi “role model” di banyak bidang, bukan saja untuk negara-negara Asia Tenggara, tapi juga dunia.
    Ambil contoh lain, misalnya, tentang pengaruh
    soft power
    negara lain terhadap generasi muda Indonesia.
    Secara faktual budaya K-Pop terbukti lebih berhasil menjadi kiblat gaya hidup anak muda di Indonesia hari ini, setelah generasi sebelumnya juga sangat dipengaruhi oleh budaya “Hollywood” dari Paman Sam dan “Bollywood” dari India, plus budaya “anime” dari Jepang.
    Hanya sinteron yang sangat dramatis-artifisial yang mampu memengaruhi “emak-emak” Indonesia, itupun dalam konotasi negatif.
    Bahkan dalam perkembangan mutakhirnya, dengan viralnya tagar “Kabur Saja Dulu”, semakin memperjelas fakta orientasi psikologis dan kultural generasi muda kita yang sudah jauh berada di luar sana, tidak lagi ada di sini di negerinya sendiri, Indonesia.
    Jadi kembali kepada ambisi Prabowo Subianto untuk menempatkan Indonesia di tengah-tengah radar internasional sebagai “regional great power”, ambisi tersebut tentu sangat bisa dipahami dan semestinya juga didukung semua pihak di Indonesia.
    Selama dilakukan dengan cara dan jalan yang bisa diterima oleh semua pihak, bukan dengan jalan melemahkan demokrasi atau dengan jalan menciptakan oligarki-oligarki baru yang berada di bawah lindungan pemimpin baru, sekaligus menikmati berbagai fasilitas serta kemudahan dari pemerintah, misalnya.
    Karena dengan cara dan strategi yang tidak tepat, Indonesia berpotensi stagnan alias tak bergerak ke atas dalam konteks dan hierarki status geopolitik internasional.
    Misalnya, semakin bersemi korupsi dan nepotisme di Indonesia, maka serta merta akan mendegradasi Indonesia secara geopolitik di tingkat global dan stempel sebagai kepala negara koruptor akan melekat di jidat para pimpinannya sekaligus.
    Oleh karena itu, ambisi regional Prabowo tersebut cukup sejalan dengan semangat antikorupsi yang memang sudah sejak dulu beliau suarakan.
    Namun, apakah sudah didukung oleh fakta yang ada setelah selama beberapa bulan beliau menjadi presiden?
    Nampaknya masih jauh “panggang dari api”. Semoga beberapa kasus korupsi yang mulai diproses belakangan bukanlah bagian dari perang politik, tapi murni proses penegakan “law enforcement”. Sehingga masih tersisa harapan baik untuk waktu mendatang.
    Selain masalah korupsi, masalah demokrasi juga semestinya bisa menjadi “nilai unggul” Indonesia di tataran regional.
    Indonesia adalah negara yang paling demokratis di Asia Tenggara, dengan tatanan dinasti politik (
    dynastic politics
    ) yang lebih rendah dibanding Filipina, yakni negara demokratis lainnya di Asia Tenggara.
    Untuk menjadi kiblat budaya politik demokratis di kawasan Asia Tenggara, sangat jelas sekali Indonesia berpotensi besar.
    Selama Prabowo mewujudkan ambisi antikorupsinya di satu sisi dan melestarikan demokrasi yang substansial di sisi lain, maka Indonesia akan menjadi negara yang memiliki
    soft power
    politik di tingkat Asia Tenggara.
    Penduduk dari negara-negara yang setengah hati menjalankan demokrasi di Asia Tenggara tentu akan menjadikan Indonesia sebagai patokan demokrasi yang ingin mereka dapatkan.
    Namun, jika Indonesia justru mengesampingkan “political comparative advantage” tersebut, risikonya Indonesia justru akan menjadi “follower” di Asia dan Asia Tenggara, karena menganggap bahwa
    political comparative advantage
    dari status negara paling demokratis di Asia Tenggara bukanlah sebagai “soft power” dan justru dikesampingkan.
    Yang terjadi kemudian adalah bahwa Indonesia akan ditertawakan di pentas internasional karena mencatumkan demokrasi di dalam konstitusinya, tapi yang dijalankan justru bentuk politik yang sama sekali tidak demokratis.
    Lalu secara geopolitik, langkah yang dituju oleh Prabowo untuk mencoba bersanding dengan para pemimpin dari negara “Regional Great Power” lainnya, seperti Vladimir Putin, Xi Jinping, Recep Tayyip Erdo?an, Narendra Modi, dan memasukkan Indonesia ke dalam BRICS, pun segera akan memasuki OECD, sejatinya baru setengah jalan.
    Karena setengah jalan lagi ada di kawasan di mana Indonesia berada, yakni Asia Tenggara.
    Rusia berusaha terus mempertahankan pengaruhnya di negara-negara bekas bagian Uni Soviet dulu, sebagai infrastruktur geopolitik Rusia menjadi
    Great Power
    .
    China pun sama, hampir semua negara saat ini sangat bergantung kepada China dalam satu dan lain hal, terutama Asia dan Afrika.
    India pun tak berbeda, negara-negara yang dianggap satu rumpun budaya dan religius dengan India masih sangat bergantung kepada India secara geopolitis, seperti Bangladesh dan Sri Langka, misalnya.
    Pun apa yang dilakukan Erdogan di Suriah baru-baru ini serta peran Turkiye di Libya juga adalah bagian dari upaya geopolitik Turkiye untuk menunjukkan ototnya (
    sphere of influence
    ) sebagai negara regional
    great power
    di kawasan Asia Minor, persis seperti apa yang dilakukan Iran di Suriah dan Lebanon, misalnya, karena Iran juga mencandra dirinya sebagai regional
    Great Power.
    Tak terkecuali dengan Arab Saudi yang terus menunjukkan pengaruhnya di Afghanistan dan Yaman, misalnya, sebagai simbol dari upaya Arab Saudi dalam mempertahankan statusnya sebagai salah satu
    the great power
    di wilayah Timur Tengah dalam rangka menyaingi Iran.
    Dengan kata lain, berusaha menyejajarkan diri dengan pemimpin-pemimpin negara regional
    great power
    lain adalah salah satu strategi penting, tapi menentukan kawasan yang menjadi domain di mana pengaruh sebuah “regional great power” direalisasikan adalah hal penting lainnya.
    Karena itu, sangat penting bagi pemerintahan yang baru di sini untuk merangkul negara-negara Asia Tenggara lainnya secara halus (secara geopolitik), menebar dan memperlihatkan otot yang ada (
    sphere of influence
    ), dan mendapatkan pengakuan dari mereka atas status Indonesia sebagai
    great power
    di Asia Tenggara, adalah langkah strategis lanjutan yang harus diambil oleh Presiden Prabowo Subianto.
    Namun, masalahnya tentu tak semudah membalik telapak tangan. Secara ekonomi, misalnya, perekonomian Indonesia harus benar-benar bisa tumbuh tinggi sekaligus progresif alias membesar secara signifikan, di mana perekonomian negara-negara Asia Tenggara lainnya menjadi sangat terpengaruh dengan apapun perkembangan yang terjadi di Indonesia.
    Celakanya, faktanya hari ini ekonomi Indonesia bergerak cukup positif, tapi negara-negara lain di Asia Tenggara tidak terlalu bergantung kepada Indonesia.
    Mitra dagang utama Indonesia secara regional bukanlah ASEAN, tapi negara lain, seperti China, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
    Bandingkan dengan Amerika Serikat, misalnya, meskipun defisitnya sangat besar dengan China, tapi mitra dagang utamanya tetap Kanada dan Meksiko, sebagai dua negara besar yang dianggap berada di bawah “sphere of influence” negeri Paman Sam.
    Ketegasan Presiden Donald Trump kepada dua negara ini sejak terpilih kembali menjadi presiden adalah bagian dari pertunjukan taring Amerika Serikat sebagai negara
    Great Power.
    Lebih dari itu, secara geopolitik, Indonesia harus bisa bertindak bahwa Indonesia adalah protektor Asia Tenggara dalam segala urusan.
    Sehingga apapun yang ingin dilakukan oleh negara besar dan
    great power/super power
    lain di Asia Tenggara, seharusnya menjadikan Indonesia sebagai negara pertama yang akan diajak untuk berbicara.
    Sayangnya hal itu pun masih jauh dari harapan. Bung Karno mengampanyekan “ganyang Malaysia” pada awalnya adalah karena ketersinggungan beliau terhadap rencana Inggris yang ingin memerdekakan Malaysia (termasuk Singapura kala itu), tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan Indonesia yang di mata Bung Karno kala itu adalah “Regional Great Power” di Asia Tenggara.
    Hari ini, Presiden Prabowo Subianto yang kerap mereferensikan dirinya kepada kepemimpinan nasionalistik Sukarno tentu harus belajar banyak dari kegagalan-kegagalan di masa lalu bahwa untuk menjadi negara besar dan “great power regional” tidak bisa sekadar didukung oleh narasi-narasi perlawanan terhadap negara adikuasa, tapi juga harus membangun Indonesia dari dalam di satu sisi dan membangun “ruang pengaruh/sphere of influence” tersendiri di kawasan Asia tenggara di sisi lain, agar Indonesia benar-benar secara defacto dianggap sebagai
    great power
    di tingkat regional.
    Faktanya, karena Indonesia belum mampu bertindak sebagai “great power” di Asia Tenggara, maka hampir semua anggota ASEAN justru berada dalam pengaruh dua kekuatan besar dunia, yakni Amerika Serikat dan China.
    Apalagi, ketika Prabowo bertemu dengan Xi Jinping tempo hari dan memberikan pernyataan bahwa penyelesaian masalah Laut China Selatan di Laut Natuna antara Indonesia dengan China bisa diselesaikan dengan jalur bilateral, serta merta membuat negara-negara anggota ASEAN justru mencurigai Indonesia dan semakin pesimistis bahwa Indonesia layak dianggap sebagai
    Great Power
    kawasan Asia Tenggara.
    Pasalnya, apa yang disampaikan oleh Presiden Prabowo melenceng dari “soliditas keserumpunan ASEAN” yang selama ini telah dibangun di satu sisi dan melenceng dari komitmen awal ASEAN untuk penyelesaian masalah Laut China Selatan dengan China harus melalui jalur multilateral dan jalur ASEAN.
    Dengan kata lain, yang disampaikan Prabowo justru membuat Indonesia berpotensi dikucilkan di Asia Tenggara, alih-alih dianggap sebagai “senior” di Asia Tenggara.
    Jadi secara geopolitik di Asia Tenggara, Indonesia harus mulai bersuara lantang dan menggandeng negara-negara yang bisa mengambil keuntungan ekonomi dan politik dari Indonesia, dalam makna positif tentunya, di mana Indonesia melebarkan sayap-sayap ekonominya ke negara-negara seperti Timor Leste, Brunei Darussalam, Myanmar, Filipina, dan bahkan Malaysia, sebelum Indonesia bisa menggandeng Singapura dan Vietnam, misalnya, yang dalam banyak hal tercandra lebih progresif dari Indonesia.
    Bahkan catatan khusus harus diberikan untuk Timor Leste, misalnya. Sekalipun pernah lepas dari Indonesia, tapi karena langsung bersebelahan dengan Indonesia, Indonesia semestinya harus bisa merebut kembali Timor Leste dalam makna geopolitis.
    Jangan biarkan pihak lain “cawe-cawe” di negara kecil yang berbatasan langsung dengan Indonesia itu.
    Bahkan Indonesia harus mendorong BUMN dan para oligar-oligar dalam negeri untuk mencari peluang investasi dan berekspansi ke negara tetangga, termasuk Timor Leste, agar tidak hanya menjadi raja kandang yang terus-menerus disusui oleh ibu pertiwi.
    Hal ini sangat strategis dan urgen dilakukan, mengingat dari berbagai sisi, Indonesia bisa menjadi mitra strategis bagi negara-negara tersebut di satu sisi dan bisa memberikan “sesuatu”, baik secara ekonomi maupun geopolitik dan pertahanan, di sisi lain.
    Gunanya tentu untuk menapaki jalan dalam mendapatkan pengakuan dari negara-negara tetangga terdekat sebagai negara regional
    great power.
    Pun langkah tersebut bisa dijadikan bagian dari bidak catur geopolitik Indonesia untuk mengunci pengakuan dari negara-negara terdekat atas kedaulatan teritorial Indonesia, terutama di daerah-daerah yang sedang berkonflik dengan pemerintahan pusat, seperti Papua.
    Tujuan teknisnya tentu seperti yang dilakukan China di lembaga-lembaga internasional di mana mayoritas negara di dunia tak lagi mempersoalkan kebijakan-kebijakan China di Xinjiang dan Tibet, misalnya, karena mayoritas negara di dunia kini sudah semakin bergantung kepada China, terutama dari sisi ekonomi, teknologi, dan militer.
    Dan tentu saja langkah-langkah strategis yang “outward looking” ini harus dijalankan bersamaan dengan pembenahan dan penguatan kapasitas internal Indonesia dari segala sisi secara “superserius” dan “superfokus”, terutama dari sisi ekonomi, pertahanan, SDM, dan ilmu pengetahuan serta teknologi. Semoga!
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • ADMM Retreat Malaysia, Menhan Sjafrie Sjamsoeddin Bicara Pentingnya Solidaritas dan Diplomasi – Halaman all

    ADMM Retreat Malaysia, Menhan Sjafrie Sjamsoeddin Bicara Pentingnya Solidaritas dan Diplomasi – Halaman all

    TRIBUNNEWSCOM JAKARTA – Menteri Pertahanan Republik Indonesia Menhan RI Sjafrie Sjamsoeddin berbicara tentang pentingnya mengutamakan solidaritas dan diplomasi untuk mewujudkan kawasan yang aman, damai, serta sejahtera saat menghadiri acara ASEAN Defence Ministers Meeting Retreat (ADMM Retreat) di Penang, Malaysia, Rabu, 26/2/2025.

    Sjafrie juga menekankan ASEAN harus tetap solid, adaptif, dan proaktif dalam menjaga keamanan sebagai fondasi kemakmuran kawasan.

    Menurut dia, tantangan seperti sengketa teritorial, ancaman siber, dan ketegangan geopolitik hanya bisa dihadapi dengan kerja sama yang kuat dan berbasis kepentingan kolektif, bukan pengaruh eksternal.

    Selain itu, pemanfaatan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI) dalam pertahanan, harus dilakukan secara bertanggung jawab demi keamanan yang lebih inovatif dan berkelanjutan.

    “Dengan mengutamakan diplomasi, solidaritas, serta hubungan yang erat antara negara dan masyarakat, ASEAN dapat terus menjadi pilar stabilitas global dan memastikan kawasan yang aman, damai, serta sejahtera,” kata Sjafrie dalam keterangan resmi Biro Infohan Kemhan yang dikonfirmasi Jumat (28/2/2025).

    ADMM RETREAT – Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Menhan RI) Sjafrie Sjamsoeddin menghadiri acara ASEAN Defence Ministers’ Meeting Retreat (ADMM Retreat), di Penang, Malaysia, Rabu (26/2/2025). Dalam pertemuan itu Sjafrie berbicara pentingnya mengutamakan solidaritas dan diplomasi untuk mewujudkan kawasan yang aman, damai, serta sejahtera. (HO/Tim Media Menhan Sjafrie)

    Pertemuan tersebut dihadiri seluruh Menteri Pertahanan se-ASEAN atau yang mewakili.

    Turut hadir perwakilan dari Timor Leste sebagai observer dan Deputy Secretary General of ASEAN.

    Sedangkan delegasi Myanmar diwakili oleh non-political representative Myanmar.

    Menteri Pertahanan Malaysia Dato Seri Mohamed Khaled bin Nordin selaku Chair of ADMM Retreat mengapresiasi pandangan yang dibagikan para Menhan ASEAN dalam menghadapi tantangan ke depan.

    Selain itu, di sela-sela rangkaian acara tersebut, Sjafrie menggelar lima pertemuan bilateral yakni dengan pejabat Malaysia, Timor Leste, Thailand, Kamboja, dan Vietnam.

    Malaysia

    Sjafrie melaksanakan pertemuan bilateral dengan Menhan Malaysia HE Dato Seri Mohamed Khaled bin Nordin di sela-sela kegiatan tersebut.

    Dalam pertemuan bilateral tersebut, kedua negara menyatakan akan terus memperkuat kerja sama pertahanan melalui berbagai inisiatif strategis.

    Inisiatif strategis dimaksud mulai dari Forum GBC Malindo untuk pengelolaan perbatasan, pendidikan, dan latihan militer bersama hingga kolaborasi dalam industri pertahanan yang tecermin dari kepercayaan Malaysia terhadap produk pertahanan Indonesia.

    Selain itu, partisipasi Malaysia dalam Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2025 juga menegaskan komitmen bersama dalam menjaga stabilitas kawasan.

    “Dengan semangat persaudaraan dan kepentingan bersama, Indonesia optimis bahwa kerja sama pertahanan dengan Malaysia akan terus berkembang dan memberikan manfaat strategis bagi kedua negara serta kawasan ASEAN secara keseluruhan,” kata Sjafrie.

    Timor Leste

    Usai pertemuan bilateral dengan Menhan Malaysia, Sjafrie menggelar pertemuan bilateral dengan Menhan Timor Leste HE Donaciano do Rosario da Costa Gomes.

    Kedua negara menyatakan terus memperkuat kerja sama pertahanan melalui berbagai inisiatif.

    Inisiatif dimaksud termasuk menjaga stabilitas perbatasan melalui Technical Sub-Committee on Border Security (TSCBS), meningkatkan kapasitas militer Timor Leste melalui pendidikan dan pelatihan, serta memperluas kerja sama di bidang industri pertahanan dan interoperabilitas.

    “Indonesia juga menegaskan dukungan penuh bagi keanggotaan penuh Timor Leste di ASEAN sejalan dengan komitmen bersama untuk membangun kawasan yang aman dan damai,” ungkap Sjafrie.

    Thailand

    Sjafrie juga melakukan pertemuan bilateral dengan Menhan Thailand HE Phumtham Wechayachai.

    Kementerian Pertahanan RI menyatakan kedua negara terus memperkuat kerja sama pertahanan melalui berbagai inisiatif strategis termasuk pendidikan dan pelatihan militer, industri pertahanan, serta riset dan teknologi.

    Sjafrie juga menyatakan dengan komitmen bersama, kerja sama ini diharapkan semakin erat dan memberikan manfaat bagi keamanan serta kemajuan kedua negara.

    Saya sangat mengapresiasi hubungan yang solid antara kedua negara dan mengajak Thailand untuk memperluas kolaborasi tidak hanya di sektor pertahanan tetapi juga dalam teknologi agraria, ungkap Sjafrie.

    Kamboja

    Sjafrie juga turut melakukan pertemuan bilateral dengan Menhan Kamboja HE Jenderal Tea Seiha di sela-sela kegiatan ADMM Retreat.

    Sjafrie mengungkapkan dalam pertemuan tersebut, keduanya membahas kerja sama pertahanan kedua negara khususnya dalam pengembangan pasukan khusus dan peningkatan keamanan maritim.

    Kementerian Pertahanan RI menyatakan dukungan Indonesia terhadap peningkatan kapabilitas militer Kamboja menjadi bukti komitmen kuat dalam membangun stabilitas kawasan.

    Sjafrie juga mengungkapkan rasa terima kasih atas partisipasi Kamboja dalam Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2025 di Bali.

    Saya juga mengucapkan terima kasih atas partisipasi Kamboja dalam Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2025 di Bali.

    Semangat kebersamaan ini semakin memperkuat solidaritas ASEAN dalam menghadapi tantangan keamanan di masa depan, ungkapnya.

    Vietnam

    Sjafrie juga turut melakukan pertemuan bilateral dengan Wamenhan Vietnam HE Jenderal Nguyen Tan Cuong.

    Kementerian Pertahanan RI menyatakan kedua negara terus memperkuat kemitraan strategis di bidang pertahanan melalui peningkatan kapasitas militer, pendidikan, pelatihan, serta pengembangan industri pertahanan sebagai upaya menghadapi tantangan bersama di kawasan.

    Sjafrie mengatakan dengan komitmen bersama, Indonesia dan Vietnam siap membangun pertahanan yang lebih tangguh demi stabilitas dan keamanan kawasan.

    Dalam pertemuan di sela-sela ADMM Retreat ini, kami menegaskan pentingnya kerja sama yang lebih erat termasuk dalam interoperabilitas angkatan bersenjata, keamanan maritim, serta kolaborasi industri pertahanan, ungkapnya.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).