Waspadalah Ketika Gen Z Mulai Naik Darah
Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.
PERISTIWA
mengejutkan yang terjadi di Nepal tentu disebabkan oleh banyak faktor, tak berbeda dengan demonstrasi besar-besaran di Indonesia tempo hari.
Namun, biasanya faktor-faktor tersebut membutuhkan pemicu. Dan di Nepal pemicunya adalah kebijakan pemerintahnya yang memberlakukan larangan terhadap sekitar 26 platform media sosial besar, termasuk Facebook, X (Twitter), YouTube, Instagram, WhatsApp, dan lainnya, pada awal September 2025.
Media sosial adalah separuh dari kehidupan dari Gen Z. Sehingga cukup bisa dipahami mengapa kebijakan tersebut mendadak menjadi pemicu pecahnya amarah “Gen Z” di Nepal, lalu membuat mereka turun ke jalan, dan berakhir dengan pertunjukan kemarahan atau amuk massa yang jauh lebih masif dibanding Indonesia.
Sebenarnya, kebijakan pelarangan sebagian besar platform media sosial di Nepal bukan karena pemerintahannya benar-benar ingin melarang.
Jika kita dalami, penyebab utamanya adalah kegagalan, boleh jadi disengaja atau hanya kebetulan, dari platform-platform tersebut untuk mendaftarkan diri pada pemerintahan Nepal, sebagaimana telah diminta sebelumnya.
Pemerintah Nepal terpantau telah memberikan tenggat selama tujuh hari sejak 28 Agustus 2025, bagi perusahaan media sosial untuk mendaftar kepada pemerintah dan telah menetapkan kantor di mana pendaftaran harus dilakukan beserta pejabat pengaduan yang bisa dihubungi.
Namun platform-platform besar itu gagal mematuhi tenggat waktu tersebut, sehingga membuat pemerintah Nepal terpaksa harus memutuskan untuk memblokir akses terhadap platform-platform tersebut pada 4 September 2025.
Di satu sisi, pemerintah Nepal memang gagal memberikan narasi yang memuaskan atas kebijakan pelarangan tersebut.
Di sisi lain, pemerintah Nepal justru menyampaikan bahwa tujuan larangan adalah untuk menangani penyebaran misinformasi,
hate speech,
dan kehadiran platform-platform tanpa ikatan regulasi yang jelas.
Walhasil, banyak pengamat dan kelompok hak asasi manusia akhirnya melihat narasi tersebut sebagai bentuk sensor dan upaya pembungkaman atas kebebasan berekspresi (
freedom of speech
).
Menanggapi itu, pada 8 September 2025, aksi unjuk rasa besar terjadi di Kathmandu, khususnya di sekitar Gedung Parlemen dan area Maitighar Mandala.
Ribuan pemuda yang tergabung dalam gerakan “Protes Gen Z” turun ke jalan, menuntut pencabutan larangan terhadap media sosial sambil menyoroti isu korupsi dan pengangguran.
Demonstrasi yang semula damai kemudian berubah menjadi perlawanan yang diiringi oleh kekerasan.
Di sisi lain, Kepolisian mulai menggunakan gas air mata, peluru karet, dan bahkan peluru tajam. Sehingga 19 orang setidaknya tercatat tewas dalam bentrokan tersebut, yang membuat perlawanan justru semakin menjadi-jadi.
Larangan media sosial bukan hanya penyebab langsung demonstrasi, tetapi juga simbol atau semacam pemicu dari ketegangan, terutama antara generasi muda dan pemerintahan setempat.
Ketegangan tersebut khususnya terkait masalah korupsi, kebebasan berpendapat, dan frustrasi terhadap masa depan para generasi muda, sebagaimana analisis saya terhadap perlawanan sosial di Indonesia tempo hari.
Selama ini, platform-platform media sosial sudah lazim menjadi sarana utama bagi generasi muda Nepal untuk menyuarakan kritik, menyebarkan informasi, dan mengorganisir aksi.
Ketika akses itu dicabut secara tiba-tiba, tidak pelak dianggap sebagai serangan langsung terhadap ruang digital yang mereka anggap milik bersama. Ekspresipun akhirnya berpindah ke dunia nyata.
Dengan kata lain, demonstrasi yang berujung kerusuhan di Nepal mencerminkan akumulasi ketidakpuasan sosial-ekonomi yang sudah cukup dalam dan lama di satu sisi dan bersifat multidimensi di sisi lain.
Krisis harga kebutuhan pokok, terutama bahan makanan dan energi, menjadi salah satu faktor utama yang mendorong masyarakat bak air bah berbondong-bondong turun ke jalan.
Lonjakan inflasi yang tidak seimbang dengan pertumbuhan pendapatan rumah tangga membuat kelompok kelas menengah ke bawah dan masyarakat miskin semakin terdesak secara sosial dan ekonomi.
Selain faktor ekonomi, ada dimensi struktural di dalam masyarakat Nepal yang memperburuk situasi.
Sistem politik yang masih rapuh pasca-transformasi republik sering kali gagal memberikan respons cepat terhadap kebutuhan rakyat.
Elite politik kerap terjebak dalam persaingan kekuasaan yang dangkal, sementara kebijakan publik yang pro-rakyat gagal dihadirkan.
Ketidakpuasan publik terhadap korupsi, birokrasi yang lamban, dan kesenjangan pembangunan antara wilayah perkotaan dan pedesaan turut menambah rasa frustrasi generasi muda.
Kombinasi ini melahirkan persepsi bahwa negara tidak hadir untuk melindungi dan bekerja demi rakyatnya di dalam masa krisis.
Kerusuhan yang terjadi juga mengindikasikan adanya ketegangan antara generasi muda dengan struktur sosial lama.
Anak muda Nepal yang sudah lama berhadapan dengan tingkat pengangguran tinggi merasa tidak memiliki masa depan yang pasti di dalam negeri mereka sendiri.
Banyak dari generasi muda Nepal ini, terutama Gen Z, bermigrasi ke luar negeri, terutama ke Timur Tengah atau India, untuk mencari penghidupan.
Ketika peluang domestik semakin sempit dari hari ke hari, frustrasi mereka menjadi semakin mudah bertransformasi menjadi aksi-aksi massif yang frontal.
Demonstrasi pun akhirnya menjadi wadah ekspresi politik sekaligus pelarian emosional atas kekecewaan yang sudah menumpuk bertahun-tahun.
Masalah-masalah yang dirasakan oleh masyarakat Nepal tersebut berpadu dengan lemahnya kapasitas negara dalam mengelola demonstrasi.
Aparat keamanan sering kali bertindak represif, mirip dengan di Indonesia, yang justru memperburuk ketegangan dan memicu eskalasi kerusuhan.
Bukannya menjadi sarana mediasi, intervensi aparat malah memperlihatkan wajah negara yang cenderung mengutamakan kekerasan terhadap rakyatnya sendiri.
Hal tersebut tak pelak memperkuat narasi oposisi bahwa pemerintah tidak berpihak pada rakyat, melainkan hanya menjaga status quo bagi elite politik dan ekonomi yang sudah sedari dulu hidup dalam kemewahan.
Pun tak berbeda dengan yang terjadi di Indonesia, sebagaimana sempat saya bahas dalam beberapa tulisan terdahulu, dari perspektif sosial-ekonomi, demonstrasi masif di Nepal merepresentasikan jurang ketidaksetaraan yang makin menganga.
Pertumbuhan ekonomi Nepal memang lebih banyak dinikmati oleh kalangan terbatas di perkotaan. Sementara sebagian besar masyarakat kelas bawah dan pedesaan justru masih hidup dengan keterbatasan infrastruktur, layanan kesehatan, akses pendidikan bahkan pangan.
Ketimpangan ini menciptakan persepsi dan rasa ketidakadilan sosial di tengah-tengah generasi muda Nepal, yang hanya membutuhkan satu trigger untuk berubah menjadi ledakan sosial berupa protes masal.
Walhasil, kerusuhan pada akhirnya bukan lagi tentang harga barang atau kebijakan jangka pendek, tetapi berubah menjadi isu kegagalan sistemik dalam mendistribusikan kesejahteraan secara adil kepada masyarakat Nepal.
Tak pula bisa dipungkiri ada
effect domino
dari gerakan demonstrasi masif yang terjadi di Indonesia jelang akhir Agustus lalu.
Jika diperhatikan secara komparatif di media-media sosial, terutama di Asia dan Asia Tenggara,
effect domino
dari Indonesia memang terjadi, terutama di negara-negara seperti Filipina, Thailand, dan tentunya Nepal ini.
Effect domino
terjadi di negara-negara yang pemerintahannya dianggap cenderung korup, oligarkinya kuat, atau politik dinastinya menonjol, pun negara yang masih mempertahankan sistem tradisional seperti di Nepal, tapi kinerja penguasanya cenderung dianggap sangat tidak memuaskan.
Namun, negara-negara yang memiliki sistem pemerintahan yang kuat, tingkat konsolidasi elitenya juga sangat tinggi, sekalipun tidak terlalu demokratis, tapi berkinerja baik, seperti Singapura, banyak sedikitnya juga Malaysia,
effect domino-
nya sangat mudah ternetralisasi oleh publik negara itu sendiri.
Sementara negara-negara yang memang sudah didominasi oleh elite politik dan militer, hampir bisa dipastikan sulit untuk terimbas efek domino, karena ruang publiknya cenderung dikontrol secara ketat.
Salah satu indikasi
effect domino
tersebut di Nepal adalah bendera
One Piece
yang juga digunakan di Nepal dan cukup masif beredar di media sosial Filipina dan Thailand.
Di Nepal, memang banyak demonstran muda mengibarkan bendera hitam bergambar tengkorak dengan topi jerami alias ikon Straw Hat Pirates dari manga/anime
One Piece
yang digadang-gadang sebagai simbol perlawanan terhadap sensor dan korupsi pemerintah.
Lantas pertanyaannya, mengapa Gen Z?
Tentu tidak berbeda dengan Indonesia tempo hari. Gen Z di Nepal jumlahnya juga sangat besar. Di Indonesia, Gen Z menjadi generasi terbesar, sekitar 26 persen dari total penduduk berdasarkan data Pemilu 2024 lalu.
Apalagi jika memakai kacamata sosiolog Hungaria Karl Mannheim, misalnya, generasi bukan hanya soal usia biologis, melainkan juga kesadaran kolektif yang terbentuk melalui pengalaman historis bersama.
Gen Z dan Gen Milenial sudah sulit dipisahkan jika keduanya berada pada isu yang sama.
Gen Z di Nepal tak berbeda dengan Gen Z di belahan dunia lainnya. Mereka tumbuh di era digitalisasi global, keterhubungan yang intens melalui media sosial, serta ekspektasi pada mobilitas sosial yang lebih baik.
Namun, ketika harapan tersebut berbenturan dengan realitas struktural berupa pengangguran, ketimpangan, dan yang aktual kini sensor digital, misalnya, maka otomatis terbentuklah kesadaran kolektif untuk melawan.
Demonstrasi pun menjadi ekspresi politis dari “unit generasional” yang merasa hak-hak fundamental mereka telah diabaikan. Dan ekspresi tersebut ternyata merepresentasikan perasaan publik secara umum. Klop sudah.
Dari perspektif teori ruang publik Jürgen Habermas, misalnya, media sosial berfungsi sebagai arena deliberasi dan artikulasi kepentingan publik.
Bagi Gen Z, tak terkecuali di Nepal, platform digital seperti Facebook, Instagram, dan X bukan sekadar alat komunikasi, tetapi ruang politik yang memungkinkan mereka membangun identitas, solidaritas, dan narasi tandingan terhadap negara.
Sehingga larangan media sosial yang diberlakukan pemerintah akan serta-merta dilihat sebagai upaya menutup ruang publik digital, yang justru mempercepat mobilisasi berpindah ke jalanan.
Dengan kata lain, ketika ruang komunikasi formal dibatasi, generasi muda akan mencari kanal ekspresi alternatif melalui aksi kolektif, yang berpotensi berujung kerusuhan jika keresahan sudah mencapai titik “kemuakan kelas dewa”.
Laurie Rice dan Kenneth Moffett di dalam buku mereka, “The Political Voices of Generation Z”(2021), mengafirmasi mengapa Gen Z cenderung tidak sama dengan generasi sebelumnya di dalam berekspresi, karena mereka lebih progresif dan berani.
Gen Z, kata Rice dan Moffett, memiliki orientasi politik yang cenderung lebih progresif dibandingkan generasi Milenial maupun generasi X.
Dari sisi pandangan, gen Z lebih terbuka terhadap keberagaman, lebih peduli pada inklusivitas, dan lebih getol menuntut transparansi dari institusi politik.
Bahkan kedua penulis ini menemukan bahwa tingkat kepercayaan Gen Z terhadap institusi tradisional, seperti partai politik dan lembaga pemerintah, cenderung rendah.
Hal ini menimbulkan pola partisipasi yang lebih banyak bergerak di luar sistem formal, misalnya melalui gerakan sosial atau kampanye digital.
Kendati demikian, dalam hemat saya, pola tersebut berlangsung dalam kondisi normal. Jika titik didihnya sudah tercapai, pemicunya tepat, maka pembakaran dan perlawanan masif akan menjadi model partisipasi yang masuk akal.
Dengan kata lain, toh Gen Z memang sudah kurang percaya pada institusi elite dan pemerintahan.
Lalu, saat institusi-institusi ini melakukan hal-hal di luar etika dan kewajaran, bahkan terkesan meremehkan masyarakat banyak, termasuk generasi muda, apalagi sampai membatasi ruang gerak generasi muda, maka hal-hal di luar nalar dan perkiraan pun akhirnya bisa masuk akal di mata para Gen Z.
Singkat kata, sebelum mengakhiri tulisan ini, saya ingin berpesan kepada pemerintah bahwa diakui atau tidak, pemerintahan hari ini di sini dimenangkan oleh Generasi Z. Bahkan suara generasi yang satu ini menjadi penentu pemilihan tempo hari.
Di permukaan, Gen Z memang mudah terpukau populisme, bahkan hanya dengan tarian dan jogetan ala kadarnya.
Namun, dalam hemat saya, hal itu baru sekedar gambaran preferensi dan kesukaan politik semata, belum menjadi gambaran kepercayaan penuh.
Maka raihlah kepercayaan penuh dari generasi ini, dengan perbaikan yang berarti di segala lini sekaligus benar-benar menyentuh akar persoalan, jika tak ingin “grievances” dari Gen Z kita berubah menjadi “Revenge”.
Gen Z memang mudah terpukau, tapi tidak berarti mereka tak kritis dan tak bernyali seperti yang terjadi di Nepal itu. Mohon dicatat!
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Negara: Thailand
-
/data/photo/2025/09/10/68c13d0cea24e.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
7 Waspadalah Ketika Gen Z Mulai Naik Darah Nasional
-

Apindo: Masa Depan RI Terhalang Kapasitas Penciptaan Lapangan Kerja Berkualitas
Bisnis.com, JAKARTA— Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) sekaligus CEO Sintesa Group, Shinta Kamdani, menilai masa depan Indonesia masih menghadapi hambatan serius akibat rendahnya kapasitas penciptaan lapangan kerja yang berkualitas.
Shinta menekankan kunci menuju masa depan Indonesia terletak pada investasi terhadap manusia.
“Karena sebenarnya ini salah satu modal demografi yang sangat besar buat Indonesia,” kata Shinta dalam acara Meet the Leaders bertema Indonesia Incorporated: Driving Job Creation and Economic Resilience in an Era of Global Uncertainty, pada Rabu (10/9/2025).
Shinta memaparkan, Indonesia memiliki total penduduk sekitar 286 juta orang, dengan 260 juta di antaranya berusia di atas 15 tahun, serta 153 juta merupakan angkatan kerja aktif. Hal tersebut menurutnya membuat usia produktif menjadi aset terbesar bangsa.
Namun, dia menekankan kapasitas penciptaan lapangan kerja tidak berbanding lurus dengan kebutuhan.
“Masa depan Indonesia sendiri itu terhambat oleh rendahnya kapasitas penciptaan lapangan kerja yang berkualitas. Jadi ini saya rasa menjadi kunci, kenapa kita lihat bahwa dari sisi supply dan demand, itu penyediaan lapangan kerja di Indonesia belum sebanding dengan kebutuhannya,” paparnya.
Berdasarkan data Apindo, kebutuhan lapangan kerja pada 2024 mencapai 12,2 juta orang, sementara lapangan kerja baru yang tersedia hanya 4,4 juta orang. Dari angka tersebut, hanya 4,8 juta tenaga kerja yang terserap, sedangkan jumlah pengangguran eksisting mencapai 7,8 juta orang.
Shinta menambahkan, kualitas tenaga kerja juga masih jauh dari kebutuhan industri. Hanya 26% pelaku usaha yang menilai kualitas tenaga kerja sudah sesuai dengan kebutuhan. Bahkan, hanya 9% tenaga kerja Indonesia yang memiliki kompetensi tinggi, jauh tertinggal dari negara-negara tetangga.
Situasi tersebut turut berdampak pada meningkatnya pengangguran muda, yang saat ini mencapai 67% pada kelompok usia 15–29 tahun, serta dominasi sektor informal yang hampir menyentuh 60%.
Lebih jauh, Shinta mengatakan kewirausahaan dapat menjadi salah satu solusi untuk memperluas penciptaan lapangan kerja dan memperkuat ekonomi. Kendati demikian, tingkat entrepreneurship di Indonesia baru sekitar 3,5% dari populasi, tertinggal dibandingkan Thailand (4,8%) dan Singapura (9–12%).
“Jadi narasi kami adalah investasi pada manusia, menciptakan lapangan pekerjaan melalui industri, dan kewirausahaan,” ungkapnya.
Shinta juga menyinggung konsep Indonesia Incorporated yang sempat disampaikan Presiden Prabowo Subianto, di mana pemerintah dan pelaku bisnis harus berjalan seiringan di bawah satu komando presiden untuk mewujudkan bangsa yang sejahtera dan bermartabat.
Dia merinci empat kunci yang perlu diperhatikan Indonesia Incorporated. Pertama maju dalam karya, di mana masa depan bangsa harus bertumpu pada inovasi anak bangsa, bukan hanya bergantung pada sumber daya alam.
Kedua, adil dalam kesempatan, setiap warga negara, termasuk perempuan, harus memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. Saat ini partisipasi tenaga kerja perempuan masih jauh di bawah laki-laki.
Ketiga, hijau dalam alam, di mana pertumbuhan ekonomi tidak boleh mengorbankan lingkungan, mengingat kerugian akibat perubahan iklim pada 2020–2024 mencapai Rp544 triliun.
Terakhir, bersatu dalam keragaman dengan 1.340 suku bangsa dan keragaman budaya, keberagaman harus menjadi kekuatan untuk memperkuat bangsa.
“Jadi kalau saya lihat ini, kita tidak bicara hanya dari segi maju dalam karya, bahwa kita itu punya negara yang besar. Tapi di sini, sebenarnya apa yang kita butuhkan ini adalah bahwa masa depan kita itu tidak hanya karena sumber daya, tapi juga karena karya dan inovasi daripada anak bangsanya sendiri,” kata Shinta.
-

Wamentan dorong mahasiswa pertanian ambil peran di perdagangan global
Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menekankan pentingnya mahasiswa pertanian untuk mengambil peran lebih besar dalam perdagangan global, seiring terbukanya akses ekspor Indonesia melalui perjanjian dagang strategis internasional.
Sudaryono mengatakan Presiden Prabowo telah membuka jalan salah satunya melalui Perjanjian IEU-CEPA (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement), antara Indonesia dan Uni Eropa, yang memberikan kesempatan ekspor bebas tarif ke seluruh negara anggota Uni Eropa.
“Ini satu kesempatan, artinya kita ekspor barang apa saja ke Uni Eropa itu tidak dikenakan tarif,” kata Wamentan seusai membuka Seminar Nasional Mahasiswa Pertanian yang tergabung dalam Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia (Popmasepi) di Jakarta, Rabu.
Ia menegaskan sektor pertanian Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang besar, sehingga mahasiswa agribisnis harus berani tampil sebagai generasi pemimpin yang membawa komoditas nasional ke pasar dunia.
“Artinya harga kita akan kompetitif dibandingkan eksportir lain dari negara lain. Apakah Vietnam, Thailand, dan lain-lain gitu. Nah ini yang harus ditangkap,” ujarnya.
Sudaryono menegaskan, perjanjian tersebut memberi keuntungan daya saing bagi komoditas unggulan nasional seperti kopi, kakao, sawit, dan gula aren, sehingga mahasiswa harus berperan aktif menggarap potensi bisnis ekspor pertanian.
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono (tengah) membuka Seminar Nasional Mahasiswa Pertanian yang tergubung dalam Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia (Popmasepi) di Jakarta, Rabu (10/9/2025). ANTARA/Harianto
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

Purbaya Ungkap Biang Kerok Krisis Moneter 1997-1998
Jakarta –
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkap biang kerok krisis moneter 1997-1998 yang memporak-porandakan perekonomian Indonesia. Indonesia belum berpengalaman menghadapi situasi serupa kala itu.
Purbaya mulanya bercerita bahwa dirinya telah berkecimpung di ranah ekonomi cukup lama, sejak tahun 2000 silam. Lalu sejak 1995 iya mulai intens mempelajari ekonomi, namun sebelum lulus sekolah, terjadi krisis
“Tapi sebelum sekolah selesai 1998 krisis, pulang negara sudah berantakan pada waktu itu. Pada 2000 pertumbuhan mendekati 0 rendah kan, habis itu kita bantu ke sana dan waktu itu Pak SBY (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) bisa meningkatkan pertumbuhan sampai mendekati 6%,” kata Purbaya dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi XI DPR RI di Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (10/9/2025).
Biang Kerok Krisis Moneter 1997-1998
Purbaya menjelaskan, terjadinya krisis moneter dimulai dari beberapa negara di Asia, sehingga pada kala itu muncul istilah yang dikenal sebagai Krisis Keuangan Asia 1997. Pada kala itu, negara-negara yang lebih dulu kena seperti Thailand hingga Korea, namun yang terkena dampak paling buruk Indonesia.
Atas kondisi tersebut, Purbaya melakukan pendalaman untuk menemukan penyebab dari kondisi yang dialami Indonesia saat itu. Analisis dilakukannya mengacu pada pengalaman krisis di Amerika Serikat (AS) pada 1930 yang juga telah dianalisis oleh berbagai ekonom peraih Nobel.
“Di buku moneter itu ada pemenang Nobel yang bilang bahwa dia mempelajari krisis tahun 1930 di Amerika. Dia bilang waktu itu krisis mereka debat bunga dinolkan, kok masih krisis? Rupanya pada waktu itu, walaupun suku bunga rendah, nol, tapi uang vitamin yang di sistem perekonomian itu negatif, jadi ekonominya dicekik,” jelasnya.
Saat krisis melanda AS, suku bunga sudah mencapai titik terendahnya di kisaran 0%. Namun ekonomi tidak mampu bergerak akibat peredaran uang primer (base money) justru sedikit.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menjalani rapat perdana bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu (10/9/2025). Didampingi tiga Wakil Menteri Keuangan, yakni Thomas Djiwandono, Suahasil Nazara, dan Anggito Abimanyu, Purbaya memaparkan rencana kerja serta anggaran Kementerian Keuangan tahun 2026. Foto: Grandyos Zafna
Suku Bunga Naik
Indonesia pun melakukan kebijakan serupa pada periode krisis 1997-1998. Purbaya mengatakan, kala itu suku bunga di Indonesia telah dinaikkan untuk meredam tekanan kurs, namun peredaran uang primer malah diperbanyak hingga menyebabkan tekanan inflasi secara signifikan.
“Tahun 1997, kita melakukan kesalahan yang fatal. Pada waktu itu Bank Indonesia menaikkan bunga sampai 60% lebih karena untuk menjaga rupiah. Semua berpikir kita melakukan kebijakan uang ketat, bunga tinggi mana ada yang pinjam,” ujar Purbaya.
“Tapi kalau kita lihat di belakangnya apa yang terjadi kita mencetak uang itu tumbuhnya 100%, jadi kebijakannya kacau balau. Mau apa? Mau ketat atau longgar?,” sambungnya.
Menurutnya, kebijakan itu menjadi awal mula kehancuran perekonomian Indonesia pada 1998. Bahkan Purbaya menyebut, Indonesia membiayai kehancuran ekonomi sendiri pada kala itu tanpa sadar.
“Kalau kita melahirkan kebijakan kacau, yang keluar adalah setan-setannya dari kebijakan itu. Bunga yang tinggi menghancurkan riil sektor, uang yang banyak dipakai untuk menyerang nilai tukar rupiah kita. Jadi kita membiayai kehancuran ekonomi kita pada waktu itu tanpa sadar,” kata dia.
Namun demikian, Purbaya menegaskan, kekacauan yang terjadi bukan disebabkan karena kelalaian para ekonom pada kala itu, melainkan karena Indonesia belum pernah menghadapi kondisi serupa, seperti yang sempat terjadi di AS pada 1930.
“Ini bukan karena ekonom-ekonom yang dulu bodoh atau bagaimana, tapi kita memang belum pernah menghadapi keadaan seperti itu. Jadi, kita belum tahu seperti apa dan saya simpulkan kesalahan kita di situ. Jadi, pada waktu 2008 ada Global Financial Meltdown, kebijakan kita ubah,” ujar Purbaya.
Halaman 2 dari 2
(shc/ara)
-

Kapan iPhone 17 Rilis di Indonesia? Ini Perkiraannya
Jakarta –
Apple telah memperkenalkan iPhone 17, iPhone 17 Pro dan 17 Pro Max, serta iPhone Air yang mencuri perhatian. Pertanyaannya, kapan iPhone 17 rilis dan dipasarkan di Indonesia?
Sejauh ini belum ada informasi dari Apple mengenai jadwal peluncuran iPhone 17 di Indonesia. Yang pasti, Indonesia kembali tidak termasuk dalam daftar negara-negara pertama yang kebagian penjualan iPhone 17. Sebagian negara tetangga mendapatkannya lebih dulu.
“Pelanggan di lebih dari 63 negara dan wilayah, termasuk Australia, Kanada, China, Kolombia, Prancis, Jerman, India, Jepang, Malaysia, Meksiko, Singapura, Korea Selatan, Thailand, Turki, Uni Emirat Arab, Inggris, AS, dan Vietnam, dapat memesan iPhone Air mulai pukul 5 pagi PDT Jumat ini, 12 September, dan akan tersedia mulai Jumat, 19 September. iPhone Air akan tersedia di 22 negara dan wilayah lainnya mulai Jumat, 26 September,” tulis Apple mengenai penjualan perdana iPhone Air.
Kita tengok penjualan iPhone 16 yang terlambat karena masalah TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri). Apple dan pemerintah Indonesia sempat cukup lama menegosiasikan perjanjian investasi baru, yang pada akhirnya membantu Apple memenuhi kriteria mengenai konten lokal pada sekitar Maret 2025.
Hingga akhirnya pada April 2025, iPhone 16 baru bisa dijual secara resmi di Indonesia setelah penantian panjang. Menengok ke belakang lagi, jika tidak terjadi permasalahan, sebenarnya iPhone terbaru sudah cukup cepat penjualannya di negara ini.
Tengok iPhone 14, resmi dipasarkan di Indonesia pada November 2022. Kemudian iPhone 15 semakin cepat jadwalnya. Tercatat iPhone 15 mulai dijual perdana di Indonesia pada akhir Oktober 2023. Artinya, hanya ada selisih sekitar sebulan dari peluncuran iPhone 15 dengan pemasarannya di Tanah Air.
Dengan asumsi bahwa iPhone 17 tidak mengalami hambatan dalam pengajuan TKDN, maka ponsel itu kemungkinan akan mulai menyapa Apple fanboy di sini pada sekitar bulan Oktober atau November 2025, melalui distributor resmi seperti iBox, Erafone, dan Digimap. Kita nantikan saja.
(fyk/fyk)
-

Tampang Yamaha Aerox Terbaru yang Harganya Tembus Rp 44 Jutaan
FotoOto
Septian Farhan Nurhuda – detikOto
Rabu, 10 Sep 2025 10:05 WIB
Jakarta – Yamaha Aerox terbaru telah meluncur di Thailand. Skuter matik (skutik) bongsor tersebut dibanderol sekira Rp 44 jutaan. Begini tampangnya dari berbagai sisi!
-

AS Nyatakan Perang Melawan Operasi Penipuan Siber Asean Usai Rugi Rp16 Triliun
Bisnis.com, JAKARTA — Amerika Serikat melalui Departemen Keuangan (U.S. Treasury) resmi menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah jaringan besar operasi kejahatan siber di Asia Tenggara (Asean), yang sepanjang tahun lalu telah menipu warga Amerika hingga lebih dari US$10 miliar atau sekitar Rp16,1 triliun.
Sanksi ini menargetkan 19 individu dan entitas di Myanmar (Burma) dan Kamboja, yang terungkap melakukan penipuan daring dengan modus mulai dari investasi kripto palsu hingga penipuan asmara atau romance baiting.
Amerikas Serikat menegaskan bahwa operasi kejahatan yang dilakukan pelaku kejahatan siber Asia Tenggara terkenal kejam. Mereka memperbudak, memperdagangkan manusia secara ilegal, dan tak segan menggunakan tindak kekerasan demi memaksa korban bertindak sebagai pelaku penipuan daring.
Para korban dijebak dengan janji pekerjaan, lalu disekap, diancam, bahkan dikurung di kompleks “scam farms” yang beroperasi di bawah perlindungan kelompok bersenjata, seperti Karen National Army di Myanmar.
Wakil Menteri Keuangan untuk Terorisme dan Intelijen Keuangan, John K. Hurley mengatakan industri penipuan siber di Asia Tenggara tidak hanya mengancam kesejahteraan dan keamanan finansial warga Amerika, tetapi juga menjadikan ribuan orang sebagai korban perbudakan modern.
“Pada 2024, warga Amerika yang tidak menaruh curiga kehilangan lebih dari $10 miliar akibat penipuan yang berbasis di Asia Tenggara, dan di bawah kepemimpinan Presiden Trump dan Menteri Bessent, Departemen Keuangan akan mengerahkan seluruh kekuatannya untuk memerangi kejahatan keuangan terorganisir,” kata John dikutip dari laman resmi, Rabu (10/9/2025).
Treasury AS menyoroti bahwa kerugian finansial warga Amerika akibat pusat-pusat scam di Asia Tenggara melonjak hingga 66% pada 2024 dibanding tahun sebelumnya.
Pelaku scam menargetkan korban lewat platform daring dengan tipu daya persahabatan, asmara, hingga penawaran investasi di situs kripto tiruan. Mereka bahkan merekrut tenaga kerja yang mahir berbahasa Inggris demi memperluas target korban internasional.
Aljazeera melaporkan bahwa OFAC (Office of Foreign Assets Control) memberikan sanksi pada sembilan target yang terkait dengan Karen National Army di Myanmar, termasuk sejumlah perusahaan energi, holding, dan pengembang properti yang bersinergi dengan aktor utama seperti She Zhijiang — arsitek sekaligus pengelola kompleks Yatai New City.
Bleeping Computer mengungkap sembilan nama aktor dan perusahaan yang telah mendapat sanksi dari OFAC serta sepuluh target lain yang terkait dengan berbagai jaringan kejahatan terorganisir di Kamboja sebagai berikut:
1. Tin Win – Menguasai properti yang menjadi lokasi pusat scam dan menjalankan perusahaan energi yang memasok listrik ke situs penipuan
2.Saw Min Min Oo – Pejabat KNA yang mengelola perusahaan-perusahaan afiliasi KNA yang terlibat dalam operasi scam
3.Chit Linn Myaing Co., Ltd (CLM Co.) – Perusahaan induk KNA; mitra Myanmar Yatai; mendukung operasi scam
4.Chit Linn Myaing Toyota Company Limited – Perusahaan afiliasi KNA yang terkait dengan operasi pusat scam
5.Chit Linn Myaing Mining & Industry Company Limited – Perusahaan afiliasi KNA yang terlibat dalam aktivitas terkait scam
6.Shwe Myint Thaung Yinn Industry & Manufacturing Company Limited – Bermitra dengan pemasok listrik untuk mendukung operasi scam di Shwe Kokko
7.She Zhijiang – Otak di balik Yatai New City, ditangkap di Thailand karena pelanggaran HAM
8.Yatai International Holdings Group Limited (Yatai IHG) – Perusahaan utama She Zhijiang, pemilik mayoritas Myanmar Yatai
9.Myanmar Yatai International Holding Group Co., Ltd – Usaha patungan antara Yatai IHG dan CLM Co., memiliki/mengoperasikan kompleks scam Yatai New City
10.T C Capital Co. Ltd. – Pemilik Golden Sun Sky Casino and Hotel serta lokasi scam mata uang virtual dan pencucian uang
11.Dong Lecheng – Pendiri T C Capital, dihukum karena pencucian uang di Tiongkok
12.K B Hotel Co. Ltd. – Pemilik kompleks scam berisi blok kantor, hotel, dan kasino yang mempekerjakan tenaga kerja secara paksa
13.Xu Aimin – Co-founder K B Hotel, dihukum di Tiongkok atas perjudian daring ilegal dan juga terkait pencucian uang
14.K B X Investment Co. Ltd. – Perusahaan properti Kamboja milik Xu Aimin
15.Chen Al Len – Direktur Heng He Bavet dan anggota dewan K B Hotel
16.Su Liangsheng – Co-direktur Heng He Bavet dan anggota dewan M D S Heng He
17.Heng He Bavet Property Co. Ltd. – Pemilik Heng He Casino dan terlibat scam mata uang virtual serta kerja paksa
18.M D S Heng He Investment Co. Ltd. – Pengembang kompleks scam di Provinsi Pursat
19.HH Bank Cambodia plc – Lembaga keuangan yang mayoritas sahamnya dimiliki Chen dan Su; mendukung aktivitas scam
Sanksi yang dijatuhkan didasarkan pada pelanggaran terhadap Perintah Eksekutif 13851 (kejahatan lintas negara), 13694 (ancaman siber), 13818 (pelanggaran HAM), dan 14014 (aktor destabilisasi di Burma).
-

Ini Duduk Perkara Kasus Ferry Irwandi yang Bikin TNI Marah
GELORA.CO – Nama Youtuber Ferry Irwandi Kembali menjadi sorotan publik. Tak tanggung-tanggung, Ferry kini diadukan oleh jenderal TNI atas dugaan pencemaran nama baik institusi.
Lantas apa yang membuat Ferry dilaporkan? Sejumlah perwira TNI enggan menjelaskan detail soal perkara pencemaran nama baik dimaksud.
Namun kuat dugaan terkait video yang ditunjukkan Ferry saat diskusi di salah satu televisi nasional. Saat itu Ferry menunjukkan cuplikan video yang menggambarkan polisi menangkap perusuh dengan kartu anggota TNI.
“Di situ jelasnya,ya oang yang punya name tag ikut merusuh,” kata Fery.
“Kapolri-kapolri ikut rusuh ini, saya laporan Panglima TNI” ujar polisi. “Terus orangnya bilang, ‘bukan cuma saya pak, kata orang TNI ini’,” kata Ferry.
Sejumlah warganet lantas ada yang mempertanyakan mengapa Ferry harus menambah kalimat ‘bukan cuma saya pak, kata orang TNI’.
Kalimat ini dinilai tidak ada di video dan menyudutkan TNI seakan tentara menjadi bagian dari orkestrasi kerusuhan.
Purnawirawan TNI Soleman Ponto juga menggugat kesimpulan Ferry. Karena yang disebut di sana itu ‘Kaveleri Kaveleri (bukan Kapolri) ikut rusuh di Palembang.”
Dalam tayangan itu juga disebut, bukan kata ‘perusuh’ tapi ‘rusuh’. Menurut Soleman Ponto kata-kata itu berbeda maknanya.
“Pernyataan Ferry sebagai bentuk provokasi yang berpotensi merusak keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan merusak citra TNI sebagai institusi,” ucap Ponto dilansir Antara.
Ia pun mendorong aparat penegak hukum (APH) segera mengambil tindakan tegas atas pernyataan Ferry guna menjaga wibawa TNI, keamanan nasional, dan persatuan nasional.
Sejumlah perwira TNI lantas mendatangi Polda Metro Jaya untuk berkonsultasi mengenai dugaan tindak pidana yang dilakukan Irwandi pada Senin (8/9/2025).
Pasalnya, hasil temuan patroli siber yang dilakukan TNI ada dugaan tindak pidana yang dilakukan CEO Malaka Project itu.
Wakil Direktur Reserse Siber Polda Metro Jaya AKBP Fian Yunus mengatakan, perwakilan TNI itu datang untuk melaporkan Ferry terkait dugaan tindak pidana pencemaran nama baik. Dalam konsultasi itu Polda Metro Jaya menjelaskan bahwa pelaporan terkait dugaan tindak pidana pencemaran nama baik harus dilakukan oleh pribadi, mengacu kepada Putusan Mahkamah Konstitusi (MK).
“Kami sampaikan, kan menurut putusan MK, institusi kan enggak bisa melaporkan. Harus pribadi kalau pencemaran nama baik,” kata dia, Selasa (9/9/2025).
Ia menjelaskan, dalam konsultasi itu, Ferry diduga melakukan pencemaran nama baik. Pihak yang dicemarkan nama baiknya adalah institusi negara.
Setop provokasi
Analis politik Boni Hargens mengingatkan agar provokasi yang menuding Tentara Nasional Indonesia (TNI) menciptakan darurat militer bisa dihentikan lantaran TNI sudah bersifat profesional dan matang berdemokrasi.
Dikatakan bahwa TNI tidak memiliki DNA kudeta politik dalam sejarah Indonesia, di mana tidak ada satu pun peristiwa yang mensinyalir adanya kejadian kudeta politik oleh militer dalam sejarah Indonesia sejak merdeka tahun 1945.
“TNI kita sudah belajar dari masa lalu. Mereka sudah matang dalam berdemokrasi,” ujar Boni dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Bahkan, lanjut dia, yang dilakukan mantan Menteri Pertahanan dan Keamanan Jenderal Besar (Purn) TNI Abdul Haris Nasution dan pasukannya pada tahun 1952 di depan Istana Presiden pertama RI Soekarno, yang oleh pengamat asing dianggap percobaan kudeta, bukan merupakan upaya kudeta seperti di Thailand, Filipina, atau Myanmar.
Kendati demikian, disebutkan bahwa hal itu merupakan bentuk pernyataan sikap kecewa TNI melihat korupsi politik di parlemen yang begitu marak dan menyengsarakan rakyat.
Boni tak membantah adanya kelompok penumpang gelap yang bermain di dalam aksi massa yang berujung ricuh pada akhir Agustus 2025 lalu, hanya saja dirinya membantah dengan tegas adanya keterlibatan TNI dalam isu tersebut.
Untuk itu, dia menekankan pentingnya tindak lanjut terhadap provokasi penciptaan darurat militer yang disampaikan beberapa pihak untuk didalami oleh komunitas intelijen guna mencegah terciptanya persepsi yang salah di pikiran masyarakat, salah satunya yang berasal dari pegiat media sosial Ferry Irwandi.
“Selain tidak benar, tudingan Ferry itu bentuk provokasi yang serius. Komunitas intelijen perlu mendalami tudingan itu dengan pengumpulan informasi yang objektif dan menyeluruh,” tutur dia.
-

iPhone 17 Pro & 17 Pro Max: Spesifikasi dan Harga
Jakarta –
Apple hari ini resmi memperkenalkan iPhone 17 Pro dan iPhone 17 Pro Max. Kedua ponsel ini tampil dengan desain baru yang mencolok dan membawa lompatan performa yang dramatis.
“iPhone 17 Pro sejauh ini merupakan iPhone tercanggih yang pernah kami buat, dengan desain baru yang memukau, didesain ulang dari dalam ke luar untuk memaksimalkan performa dan memberikan peningkatan besar dalam masa pakai baterai,” ujar Greg Joswiak, Senior Vice President of Worldwide Marketing Apple.
“Dengan tiga kamera Fusion 48MP, pengalaman kamera depan Center Stage yang baru, dan fitur video tingkat profesional, peluang kreatifnya tak terbatas. iPhone 17 Pro menetapkan standar baru bagi industri ponsel pintar dan merupakan peningkatan besar bagi pengguna kami yang paling menuntut.”
SpesifikasiLayar: Super Retina XDR 6,3 inci (Pro) dan 6,9 inci (Pro Max), ProMotion 120Hz, kecerahan puncak 3000 nits.Chip: A19 Pro dengan CPU 6-core, GPU 6-core, dan Neural Engine 16-core.Penyimpanan: 256GB, 512GB, 1TB (Pro); tambahan 2TB (Pro Max).Kamera Belakang: Tiga kamera Fusion 48MP (Main, Ultra Wide, Telephoto), zoom optik 4x (100mm) dan 8x (200mm), zoom digital hingga 40x.Kamera Depan: Center Stage 18MP dengan sensor persegi, Dual Capture, video 4K HDR.Fitur Video: ProRes RAW, Apple Log 2, genlock, Dolby Vision HDR, 4K120 fps.Baterai: Daya tahan terbaik di iPhone, pengisian 50% dalam 20 menit dengan adaptor 40W.Desain: Aluminium unibody seri 7000, Ceramic Shield 2 (depan dan belakang), vapor chamber.Konektivitas: Chip N1 (Wi-Fi 7, Bluetooth 6, Thread), eSIM-only di beberapa negara.Sistem Operasi: iOS 26 dengan Apple Intelligence.
Warna: Deep blue, cosmic orange, silver.Harga: Mulai USD 1.099 (Pro) atau kisaran RP 18 juta, USD 1.199 (Pro Max) atau Rp 19,7 juta.Spesifikasi iPhone 17 Pro dan 17 Pro Max Foto: Screenshot detikINETiPhone 17 Pro hadir dalam balutan warna-warna baru yang menawan: deep blue, cosmic orange, dan silver. Namun, yang lebih penting dari sekadar warna adalah durabilitasnya. Apple memperkenalkan Ceramic Shield 2 yang tidak hanya melindungi bagian depan, tetapi kini juga merambah ke bagian belakang. Ini adalah langkah yang sangat cerdas. Pengguna tidak perlu lagi khawatir dengan goresan-goresan kecil yang sering muncul di bodi belakang, apalagi lapisan ini diklaim 3x lebih tahan gores.
Selain itu, penggunaan aluminium 7000-series tingkat kedirgantaraan pada desain unibody yang disikat bukan hanya membuat perangkat ini ringan, tetapi juga memberikan performa termal terbaik yang pernah ada di iPhone. Ini menunjukkan bahwa Apple memikirkan fungsionalitas di balik estetika, sebuah kombinasi yang selalu dihargai para pengguna setia.
iPhone 17 Pro Foto: Apple
Di balik bodi yang kokoh, terdapat “otak” super canggih: chip A19 Pro. Apple tidak main-main dengan klaimnya sebagai chip iPhone paling mumpuni. Dipadukan dengan vapor chamber, A19 Pro mampu memberikan performa berkelanjutan hingga 40% lebih baik dari generasi sebelumnya. Ini bukan sekadar angka, melainkan janji performa yang sangat signifikan. Bagi para gamers, video editor, atau mereka yang sering menggunakan aplikasi berat, peningkatan ini akan sangat terasa.
Tidak hanya soal kecepatan pemrosesan, konektivitas juga mendapat perombakan besar. Chip jaringan nirkabel baru, N1, kini mendukung Wi-Fi 7, Bluetooth 6, dan Thread. Kehadiran Wi-Fi 7 akan membuka pintu bagi kecepatan internet nirkabel yang belum pernah terbayangkan, sementara peningkatan pada fitur-fitur seperti Personal Hotspot dan AirDrop memastikan pengalaman nirkabel yang lebih mulus dan andal.
Kamera iPhone 17 Pro Foto: Apple
Sistem kamera di iPhone 17 Pro dan Pro Max adalah daya tarik utama yang tidak boleh diabaikan. Apple mengklaim sistem kamera ini setara dengan delapan lensa pro. Menggabungkan tiga kamera Fusion 48MP dengan Photonic Engine yang ditingkatkan, hasil jepretan kini akan lebih tajam, detail, dan kaya warna.
Yang paling menarik adalah kehadiran kamera Telephoto 48MP dengan desain tetraprisma. Dengan sensor 56% lebih besar, kemampuan zoom optik 4x (100mm) dan 8x (200mm) akan memberikan fleksibilitas luar biasa, baik untuk potret maupun pengambilan gambar dari jarak jauh. Ini adalah terobosan yang membuat iPhone semakin layak disebut sebagai perangkat videografi profesional.
Kamera depan juga mendapat upgrade signifikan dengan resolusi 18MP dan fitur Center Stage. Ini bukan sekadar selfie, melainkan pengalaman berinteraksi yang lebih cerdas. Fitur ini akan sangat berguna untuk panggilan video atau selfie grup, di mana AI secara otomatis menyesuaikan bidang pandang.
Selain performa dan kamera, iPhone 17 Pro juga membawa fitur-fitur yang patut diperhitungkan. Bagi para pembuat film, kehadiran ProRes RAW, Apple Log 2, dan genlock adalah kabar baik. Fitur-fitur ini memastikan iPhone 17 Pro dapat terintegrasi dengan mulus dalam alur kerja produksi film profesional.
iPhone 17 Pro Foto: Screenshot detikINET
Dan yang tak kalah penting, kini mengisi daya lebih cepat, yaitu 50% dalam 20 menit menggunakan adapter USB-C berdaya tinggi. Model eSIM-only yang didukung lebih dari 500 operator juga menawarkan fleksibilitas dan keamanan yang lebih baik. Dengan baterai yang lebih besar, pengguna bisa menikmati pemutaran video hingga 39 jam. Ini adalah peningkatan kecil namun penting yang akan sangat dihargai oleh pengguna yang sering bepergian.
Secara keseluruhan, iPhone 17 Pro dan Pro Max adalah paket lengkap yang menggabungkan inovasi hardware dan software. Apple tidak hanya sekadar mengikuti tren, tetapi juga menciptakan standar baru, terutama dalam hal performa, durabilitas, dan kemampuan kamera. Bagi mereka yang mencari perangkat premium dengan performa tanpa kompromi, iPhone 17 Pro adalah pilihan yang sangat sulit untuk ditolak.
Harga dan KetersediaaniPhone 17 Pro Foto: Screenshot detikINET
iPhone 17 Pro akan tersedia dengan kapasitas penyimpanan 256 GB, 512 GB, dan 1 TB, dengan harga mulai dari USD 1.099 (AS) atau kisaran Rp 17 juta. Sementara itu, iPhone 17 Pro Max akan tersedia dalam pilihan 256 GB, 512 GB, 1 TB, dan untuk pertama kalinya, 2 TB, dengan harga mulai dari USD 1.199 (AS) atau kisaran Rp 18,5 juta.
Pemesanan akan dibuka mulai Jumat, 12 September, di 63 negara dan wilayah termasuk Australia, Kanada, Tiongkok, Jerman, India, Jepang, Malaysia, Meksiko, Singapura, Korea Selatan, Thailand, Turki, Inggris, dan Amerika Serikat. Perangkat ini akan tersedia di toko mulai Jumat, 19 September.
Apple juga menawarkan berbagai pilihan aksesori baru, termasuk casing TechWoven, Silicone Case dengan MagSafe, dan Tali Crossbody, yang terbuat dari bahan daur ulang 100 persen.
(afr/afr)
