Negara: Thailand

  • COVID-19 di Thailand Meroket, Ada Tambahan 28 Ribu Kasus dalam 2 Hari!

    COVID-19 di Thailand Meroket, Ada Tambahan 28 Ribu Kasus dalam 2 Hari!

    Jakarta

    Departemen Pengendalian Penyakit Thailand atau Department of Disease Control (DDC) pada hari Selasa (3/6) melaporkan situasi COVID-19 untuk minggu ke-23 tahun 2025 melalui sistem Pengawasan Penyakit Digital. Data terbaru, per 2 Juni 2025, menunjukkan 10.192 kasus baru.

    Sebelumnya, pada 1 Juni 2025, terdapat 18.102 kasus baru, sehingga total kasus baru dalam dua hari terakhir (1-2 Juni) menjadi 28.294 infeksi.

    Diberitakan The Nation, dari kasus baru tersebut, 9.304 merupakan pasien rawat jalan, dan 888 merupakan kasus berat yang memerlukan perawatan di rumah sakit. Selain itu, dilaporkan satu kematian.

    Hingga 27 Mei 2025, total kumulatif kasus COVID-19 untuk tahun 2025 mencapai 323.301, dengan total 69 kematian tahun ini.

    Dr Taweesin Visanuyothin, Direktur Jenderal Departemen Layanan Medis, menyatakan bahwa peningkatan jumlah kasus kemungkinan besar disebabkan oleh datangnya musim hujan lebih awal dan dibukanya sekolah. Ia mencatat bahwa periode ini juga bertepatan dengan peningkatan kasus influenza, yang memiliki gejala serupa dengan COVID-19.

    Sepanjang tahun 2025, 69 kematian yang dilaporkan sebagian besar terjadi di antara “kelompok 608”, yang mencakup orang lanjut usia dan mereka yang memiliki kondisi yang mendasarinya, terutama di kota-kota besar.

    Kasus kematian tercatat di Bangkok (22 kematian), Chonburi (8 kematian), Chanthaburi (7 kematian), dan Chiang Mai (3 kematian). Angka kematian tetap rendah, yaitu 0,106 per 100.000 orang, yang menunjukkan bahwa penyakit ini tidak menjadi lebih parah.

    Sementara itu Dr Suthat Chottapund, Wakil Direktur Jenderal DDC, menjelaskan bahwa peningkatan kasus sejalan dengan pola musiman. Saat sekolah dibuka kembali dan musim hujan tiba, kasus infeksi saluran pernapasan atas cenderung meningkat, terutama di kalangan pelajar karena kontak dekat dapat dengan mudah menyebarkan virus.

    DDC terus menekankan tindakan pencegahan pribadi, seperti menjaga jarak sosial, mencuci tangan, dan menghindari tempat-tempat ramai.

    Meskipun angka kematian tetap rendah, kelompok lanjut usia masih menjadi perhatian utama. Rekomendasi tambahan adalah mendapatkan vaksin flu musiman untuk mencegah koinfeksi.

    “Saat ini, varian Covid-19 yang beredar di Thailand adalah XEC, yang lebih menular tetapi menimbulkan gejala ringan, mirip dengan flu. Hal ini tercermin dari rendahnya angka rawat inap, dengan banyak pasien yang pulih sendiri tanpa pengobatan. Tidak perlu ada penangguhan kelas atau pekerjaan karena infeksi,” kata Suthat.

    (kna/kna)

  • Media Asing Soroti Imbauan RI Terkait Lonjakan COVID-19 di Asia

    Media Asing Soroti Imbauan RI Terkait Lonjakan COVID-19 di Asia

    Jakarta

    Surat Edaran tentang Kewaspadaan terkait Peningkatan Kasus COVID-19 yang dikeluarkan oleh pemerintah RI belakangan ramai disorot. Terlebih, hal ini sampai disorot oleh media asing di Hong Kong, South China Morning Post dengan judul ‘Indonesia issues COVID-19 warning over surge in cases in Asia’.

    Diberitakan SCMP, beberapa negara Asia Tenggara telah melaporkan lonjakan kasus COVID-19, karenanya pejabat kesehatan regional Indonesia mendesak masyarakat dan lembaga medis untuk mengambil tindakan pencegahan terhadap penyakit tersebut.

    “Pada hari Sabtu, Kementerian Kesehatan RI memperingatkan dalam sebuah surat edaran bahwa wabah COVID-19 menyebar di kawasan tersebut, termasuk di Thailand , Malaysia, Singapura, dan Hong Kong,” dikutip dari SCMP, Rabu (4/6/2025).

    “Varian COVID-19 yang dominan adalah XEC dan JN.1 di Thailand, LF.7 dan NB.1.8 di Singapura, JN.1 di Hong Kong, dan XEC di Malaysia, kata Murti Utami, pejabat direktur pengendalian penyakit kementerian,” tulis SCMP.

    Meskipun demikian, penularan infeksi dan angka kematian masih relatif rendah di Indonesia. Dilaporkan SCMP, Kemenkes RI juga telah mendesak lembaga medis menerapkan langkah-langkah tepat waktu guna mengatasi lonjakan kasus COVID-19 di seluruh Asia, seperti mengeluarkan peringatan publik dan menerapkan proses deteksi dini.

    “Kementerian juga menyarankan masyarakat untuk menggunakan masker di tempat ramai dan mencari saran medis untuk masalah pernapasan,” tulis SCMP.

    (suc/kna)

  • Pemkot Jaktim temukan dua warga positif COVID-19 pada Mei 2025

    Pemkot Jaktim temukan dua warga positif COVID-19 pada Mei 2025

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota Jakarta Timur (Pemkot Jaktim) menemukan dua warga positif COVID-19 pada Mei 2025.

    “Jadi, ada dua warga Jakarta Timur dengan hasil skrining positif COVID-19 pada awal Mei 2025,” kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Herwin Meifendy saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

    Herwin menyebut, dua warga tersebut berasal dari Kecamatan Cipayung dan Cakung. Mereka sudah dinyatakan sembuh pada akhir Mei 2025.

    Selain itu, Herwin mengatakan, dua warga itu terdeteksi COVID-19 saat tengah dirawat di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) Jakarta dan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sintanala Tangerang karena penyakit lain.

    “Jadi, dua pasien dari RSPI dan RS Sintanala Tangerang yang dirawat, bukan karena COVID-19. Tapi skrining COVID-19, hasilnya positif. Kalau sakitnya apa, tak ada di data,” ujar Herwin.

    Oleh karena itu, katanya, temuan dua kasus COVID-19 itu menjadi data tersendiri untuk Sudin Kesehatan Jakarta Timur dan imbauan bagi warga setempat.

    “Berdasarkan surat edaran Kementerian Kesehatan, saat ini sudah disampaikan terkait peningkatan promosi kesehatan, salah satunya adalah menggunakan masker bagi masyarakat yang sakit atau jika berada di kerumunan,” ucap Herwin.

    Herwin menjelaskan, beberapa hal yang saat ini terus digencarkan antara lain memantau perkembangan situasi dan informasi global terkait kejadian COVID-19 melalui kanal resmi pemerintah dan WHO, meningkatkan kewaspadaan dini dengan memantau dan memverifikasi tren kasus ILI/SARI/Pneumonia/COVID-19 melalui pelaporan rutin sistem kewaspadaan dini dan respons (SKDR).

    Lalu, menggencarkan promosi gaya hidup sehat dan kewaspadaan COVID-19, seperti dengan menerapkan perilaku hidup bersih sehat (PHBS), cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun (CTPS) atau menggunakan cairan pembersih tangan (hand sanitizer).

    Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran (SE) guna meningkatkan kewaspadaan COVID-19 maupun risiko wabah lainnya menyusul peningkatan angka COVID-19 pada sejumlah negara di Asia.

    Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu (31/5), Plt Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit Kemenkes Murti Utami mengatakan, memasuki minggu ke-12 2025 sampai dengan saat ini, COVID-19 menunjukkan peningkatan pada beberapa negara di kawasan Asia, yaitu Thailand, Hongkong, Malaysia maupun Singapura.

    “Varian COVID-19 dominan yang menyebar di Thailand adalah XEC dan JN.1, di Singapura LF.7 dan NB.1.8 (turunan JN.1), di Hongkong JN.1 dan di Malaysia adalah XEC (turunan JN.1). Meski demikian, transmisi penularan masih relatif rendah dan angka kematiannya juga rendah,” ujar Murti.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Thailand Catat 65 Ribu Kasus Baru dalam Seminggu, Kelompok Ini Paling Banyak Terpapar

    Thailand Catat 65 Ribu Kasus Baru dalam Seminggu, Kelompok Ini Paling Banyak Terpapar

    Jakarta

    Menteri Kesehatan Masyarakat Somsak Thepsuthin melaporkan kasus infeksi COVID-19 di Thailand telah melewati puncaknya pada tahun 2025. Ia memperkirakan kasusnya akan terus menurun seiring waktu.

    Meski situasinya mulai membaik, ia mendesak kewaspadaan terus berlanjut, terutama di kalangan kelompok tinggi.

    “Orang-orang dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya harus tetap mengenakan masker wajah dan mencuci tangan secara teratur, karena tingkat infeksi mingguan masih tinggi,” kata Somsak, dikutip dari The Nation, Rabu (4/6/2025).

    Antara 25 dan 31 Mei, Thailand mencatat 65.880 kasus baru COVID-19, dengan tiga kematian. Adapun kelompok usia dengan jumlah infeksi tertinggi adalah kelompok usia 30-39 tahun (12.403 kasus), diikuti kelompok usia 20-29 tahun (10.368 kasus) dan kelompok usia 60 tahun ke atas (9.590 kasus).

    Somsak juga memperingatkan COVID-19 kemungkinan akan terus merebak sepanjang musim hujan.

    “Puluhan ribu kasus baru setiap minggu mungkin membuat masyarakat khawatir, tetapi saya ingin meyakinkan semua orang bahwa Kementerian Kesehatan Masyarakat telah sepenuhnya siap,” katanya.

    “Rumah sakit umum dilengkapi dengan obat-obatan, fasilitas, dan staf medis yang memadai untuk menangani lonjakan apa pun,” tambahnya.

    (suc/suc)

  • Rusia dan China Bangun Pembangkit Listrik Nuklir di Bulan, Rampung 2036

    Rusia dan China Bangun Pembangkit Listrik Nuklir di Bulan, Rampung 2036

    Bisnis.com, JAKARTA — Rusia dan China akan membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Bulan, yang akan menjadi sumber energi utama bagi Stasiun Penelitian Bulan Internasional (International Lunar Research Station/ILRS). Proyek ambisius ini ditargetkan rampung pada tahun 2036, sebagaimana tertuang dalam memorandum kerja sama kedua negara.

    Reaktor nuklir ini akan digunakan untuk memasok energi ke ILRS, stasiun penelitian yang dipimpin bersama oleh China dan Rusia. 

    Direktur Jenderal Badan Antariksa Rusia Roscosmos Yury Borisov mengatakan pembangunan reaktor kemungkinan besar akan dilakukan secara otonom tanpa kehadiran manusia langsung di lokasi. “Langkah-langkah teknologinya hampir siap,” kata Borisov dilansir dari Livescience, Rabu (4/6/2025).

    Roscosmos menyatakan bahwa stasiun ini akan digunakan untuk riset luar angkasa mendasar serta pengujian teknologi operasi jangka panjang tanpa awak, dengan prospek kehadiran manusia di Bulan di masa mendatang.

    ILRS telah menarik minat 17 negara untuk bergabung, termasuk Mesir, Pakistan, Venezuela, Thailand, dan Afrika Selatan. Fondasi stasiun ini akan dimulai lewat misi Chang’e-8 milik China pada tahun 2028, yang juga akan menjadi misi pendaratan astronot China pertama di permukaan Bulan.

    Rencana pembangunan ILRS pertama kali diumumkan pada Juni 2021. China dan Rusia akan mengirimkan modul-modul robotik menggunakan lima peluncuran roket super berat antara 2030 hingga 2035. Setelah infrastruktur dasar terbentuk, China akan melanjutkan ekspansi dengan menghubungkan ILRS ke stasiun luar angkasa yang mengorbit Bulan, serta dua node di ekuator dan sisi jauh Bulan.

    Kepala perancang proyek eksplorasi dalam China Wu Yanhua mengungkapkan model ILRS yang diperluas ini akan menjadi fondasi pendaratan manusia di Mars dan ditargetkan selesai pada 2050. 

    “Stasiun ini akan didukung oleh generator tenaga surya, radioisotop, dan nuklir, serta dilengkapi jaringan komunikasi permukaan Bulan dan Bumi, kendaraan penjelajah, hingga rover berawak,” kata Wu.

    Persaingan Global Eksplorasi Bulan

    Kesepakatan ini muncul di tengah meningkatnya ambisi China dalam program luar angkasa.

    Sejak pendaratan Chang’e-3 pada 2013, China telah menorehkan sejumlah prestasi, mulai dari menempatkan rover di Bulan dan Mars, mengambil sampel dari dua sisi Bulan, hingga memetakan permukaan satelit alami Bumi tersebut.

    Di sisi lain, Amerika Serikat melalui program Artemis juga tengah berlomba membangun kehadiran di Bulan. Namun, program Artemis III yang akan mengirim astronot NASA ke Bulan untuk pertama kalinya dalam lebih dari 50 tahun, kini mengalami sejumlah penundaan dan diperkirakan baru akan diluncurkan pada 2027.

    Sementara itu, masa depan stasiun luar angkasa Bulan milik NASA, Gateway, juga tak pasti. Proposal anggaran 2026 yang diajukan pemerintahan Trump mengusulkan pembatalan proyek Gateway, meski pembangunan modul-modul stasiun telah berjalan signifikan.

    Dengan dimulainya pembangunan pembangkit listrik nuklir di Bulan, Rusia dan China menandai babak baru dalam eksplorasi luar angkasa. Proyek ILRS bukan hanya menjadi simbol kemitraan strategis kedua negara, tetapi juga membuka peluang kolaborasi global untuk riset dan pengembangan teknologi antariksa masa depan.

  • Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta Cegah Pemberangkatan 719 Calon Haji Ilegal – Page 3

    Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta Cegah Pemberangkatan 719 Calon Haji Ilegal – Page 3

    Fanny mengungkapkan, ada beberapa modus yang dipakai para calon jemaah haji ilegal untuk bisa lolos pemeriksaan imigrasi. Modus yang paling banyak dilakukan para calon jemaah adalah berpakaian seperti halnya orang yang akan berhaji.

    “Mereka berangkat secara berombongan, berpakaian seragam, dan koper yang sama dengan tujuan melakukan ibadah haji,” katanya.

    Makanya petugas melakukan kroscek dan interview lebih mendalam, seperti mengecek apakah mereka mempunyai visa haji atau tidak. Dari hasil temuan petugas, kebanyakan mereka menggunakan visa nonhaji.

    Selain itu, para calon jemaah haji ilegal ini menggunakan penerbangan transit dengan tiket terputus menuju negara-negara bebas visa, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, hingga Philipina. Mereka juga berpenampilan seperti penumpang yang akan berwisata.

    Dengan modus seperti itu, kata Fanny, membuat petugas sulit mendeteksi mereka di antara ribuan penumpang yang dilayani setiap harinya.

    “Sehingga kemungkinan untuk lolos itu ada,” katanya.

  • Pengamat Sebut RI Sulit Ekspor Beras, Mengapa?

    Pengamat Sebut RI Sulit Ekspor Beras, Mengapa?

    Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat menilai Indonesia memiliki tantangan dalam mengekspor beras konsumsi ke luar negeri, salah satunya lantaran harga beras dalam negeri yang lebih mahal di pasar dunia.

    Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan harga beras Indonesia lebih mahal dari harga beras di pasar dunia, kecuali jika negara lain tetap ingin mengimpor beras Indonesia dengan harga yang tinggi.

    “Saya belum menghitung [berapa mahalnya beras Indonesia dari harga beras di pasar dunia], sepertinya antara 1,7 hingga 1,8 kali dari harga beras dunia alias hampir dua kali lebih mahal. Tidak mudah kita mengekspor [beras],” kata Khudori kepada Bisnis, Selasa (3/6/2025).

    Selain itu, Khudori menuturkan bahwa kualitas beras yang dikelola Perum Bulog merupakan beras kualitas medium. “Beras kualitas rendah yang relatif tidak dikenal di pasar dunia,” ujarnya.

    Dia menambahkan, pemerintah juga harus memastikan produksi beras dalam negeri aman untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sebelum memutuskan ekspor beras ke luar negeri.

    Jika menengok data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras Indonesia berpotensi mencapai 21,76 juta ton pada Januari—Juli 2025. Angkanya naik 14,93% dibandingkan Januari—Juli 2024 yang hanya mencapai 18,93 juta ton beras.

    Menurutnya, Indonesia berpotensi mencatatkan surplus beras sepanjang Januari—Juli 2025. Namun, dia mewanti-wanti volume surplus apakah akan bertahan sampai akhir tahun. Pasalnya, dinamika produksi masih dinamis ke depan.

    Khudori mengingatkan bahwa saat ini belum bisa dipastikan apakah ke depan segala sesuatunya aman, termasuk stok beras, sehingga produksi beras cukup untuk memenuhi konsumsi.

    Selain itu, sambung dia, produksi beras dalam negeri tahun lalu jika dikurangi dengan konsumsi mengalami angka defisit, atau pertama kali terjadi dalam 8 tahun terakhir.

    “Kapan kita bisa memperkirakan produksi aman? Sekitar akhir September atau Oktober. Kenapa? Karena pada saat itu produksi beras sudah mencapai 80–85% dari produksi setahun,” terangnya.

    Kendati demikian, Khudori menuturkan bahwa Indonesia setiap tahun bahkan sejak dahulu mengekspor beras, terutama beras khusus, seperti beras organik dan beras aromatik. Namun, volume ekspor beras tersebut tidaklah besar alias hanya ribuan ton saja.

    “Kenapa? Karena memang produksi beras-beras khusus itu tidak besar. Beras-beras khusus seperti ini harganya mestinya baik, yang mengekspor adalah swasta,” ujarnya.

    Sebelumnya, Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan nilai ekspor beras Indonesia hanya mencapai US$175,4 atau sekitar Rp2.859.081 (asumsi kurs Rp16.300 per dolar AS) pada April 2025.

    BPS mengungkap Indonesia hanya mengekspor 60 kilogram beras dengan tujuan Uni Emirates Arab, Malaysia dan Belanda.

    “Jadi nilai ekspor beras pada April 2025 itu adalah sebesar US$175,4 dan volume ekspor beras pada April 2025 ini adalah 60 kilogram, jadi kecil sekali ya, dengan tujuan ekspor berasnya adalah Uni Emirates Arab, Malaysia dan Belanda,” kata Pudji dalam rilis BRS, Senin (2/6/2025).

    Di sisi lain, data BPS menunjukkan impor beras justru mencapai 119.100 ton pada Januari—April 2025. Menurut HS 8 digit, Indonesia paling banyak mendatangkan komoditas beras dengan HS 10063099 atau semi-milled or wholly milled rice (beras setengah giling atau seluruhnya digiling) mencatatkan volume impor sebesar 69.750 ton dengan share 58,56%.

    Diikuti komoditas beras dengan HS 10064090 atau broken rice, other than of a kind used for animal feed (beras patah, selain dari jenis yang digunakan untuk pakan ternak) mencatatkan volume 48.550 ton dengan share 40,76%.

    Indonesia juga mendatangkan beras dari jenis HS 10063050 atau beras basmati, beras setengah digiling atau sepenuhnya digiling, baik dipoles atau diglasir atau tidak (basmati rice, semi milled or wholly milled rice, whether or not polished or glazed) dengan volume impor beras mencapai 740 ton dan share 0,62%. Serta, HS lainnya adalah 60 ton beras atau share 0,05%.

    Tercatat, impor beras Indonesia utamanya berasal dari Thailand dengan volume 30.230 ton atau mencapai 25,39% dari total impor beras pada Januari—April 2025. Diikuti beras dari India yang mencapai 26.780 ton, Vietnam 25.050 ton, Myanmar 18.640 ton, dan Pakistan 18.380 ton. 

  • Prabowo panggil Menkes ke Istana bahas kasus COVID-19 di Indonesia

    Prabowo panggil Menkes ke Istana bahas kasus COVID-19 di Indonesia

    Jakarta (ANTARA) – Presiden Prabowo Subianto memanggil Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin ke Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, guna membahas tren peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia.

    Menkes Budi Gunadi tiba di Istana Kepresidenan, Jakarta, sekitar pukul 15.40 WIB sambil membawa map. Menkes pun menjawab pertanyaan awak media soal temuan kasus COVID-19 di Indonesia.

    “(Soal) C0VID-19. Lebih ke situ,” kata Menkes menjawab pertanyaan awak media terkait materi pembahasan rapat bersama Presiden di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa.

    Menkes mengakui bahwa tren peningkatan kasus COVID-19 di sejumlah negara memang naik, namun kasus tersebut berasal dari subvarian Omicron JN.1.

    Menkes menjelaskan bahwa tren kasus COVID-19 di Indonesia ini tidak perlu dikhawatirkan.

    “Memang di luar negeri naik, tetapi itu variannya, subvarian dari Omicron. Jadi, itu sama dengan subvarian kita lihat yang JN.1. Jadi, harusnya tidak usah khawatir,” kata Menkes.

    Pada kesempatan sebelumnya, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit Kemenkes Murti Utami mengatakan bahwa sehubungan dengan peningkatan kasus COVID-19 di beberapa negara di kawasan Asia, seperti Thailand, Hongkong, Malaysia dan Singapura, ada sejumlah hal yang harus dilakukan unit kesehatan serta para pemangku kepentingan.

    Sejumlah hal itu, antara lain dengan memantau perkembangan situasi dan informasi global terkait kejadian COVID-19 melalui kanal resmi pemerintah dan WHO, serta meningkatkan kewaspadaan dini dengan memantau dan memverifikasi tren kasus ILI/SARI/Pneumonia/COVID-19 melalui pelaporan rutin Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR).

    Kemudian, menggencarkan promosi gaya hidup sehat dan kewaspadaan COVID-19, seperti dengan menerapkan perilaku hidup bersih sehat, cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun atau menggunakan hand sanitizer.

    Pewarta: Mentari Dwi Gayati
    Editor: Didik Kusbiantoro
    Copyright © ANTARA 2025

  • Anggota DPR: Peningkatan waspada Covid-19 harus responsif dan edukatif

    Anggota DPR: Peningkatan waspada Covid-19 harus responsif dan edukatif

    Jangan sampai masyarakat justru abai karena merasa pandemi sudah usai.

    Jakarta (ANTARA) – Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher mengapresiasi Pemerintah yang responsif terhadap lonjakan kasus Covid-19 di sejumlah negara Asia, sekaligus mendorong Pemerintah mengambil langkah proaktif dan edukatif dalam melindungi masyarakat.

    “Peningkatan kasus Covid-19 di Thailand, Malaysia, Singapura, dan Hong Kong harus menjadi alarm kewaspadaan bagi Indonesia. Meski kasus dalam negeri menurun, kita tidak boleh lengah,” ujar Netty dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

    Hal tersebut disampaikan Netty menyikapi keluarnya surat edaran (SE) Kementerian Kesehatan terkait dengan kewaspadaan terhadap lonjakan kasus Covid-19 di sejumlah negara Asia.

    Menurut Netty, kebijakan antisipatif yang tertuang dalam SE Kemenkes patut diapresiasi. Namun, dia juga menekankan pentingnya implementasi di lapangan, terutama dalam penguatan sistem deteksi dini, pelaporan kasus, dan edukasi masyarakat.

    “Surat edaran tidak cukup jika hanya berhenti di meja birokrasi. Perlu ada percepatan koordinasi lintas sektor hingga ke level fasilitas kesehatan terdepan di lapangan,” ujarnya.

    Wakil rakyat yang berada di komisi yang membidangi kesehatan, ketenagakerjaan, dan jaminan sosial ini juga menyoroti pentingnya strategi komunikasi publik yang efektif agar masyarakat tidak panik, tetapi tetap waspada.

    Legislator ini lantas mengingatkan, “Jangan sampai masyarakat justru abai karena merasa pandemi sudah usai.”

    Netty juga meminta agar Pemerintah mulai melakukan pengawasan di pintu-pintu perbatasan, keluar masuk orang/warga, pelabuhan, dan bandara.

    “Mobilitas warga dari satu tempat ke tempat lain, dari luar negeri ke Indonesia, itu menjadi salah satu pintu penularan Covid-19,” tuturnya.

    Lebih lanjut Netty mengingatkan agar Pemerintah tetap menyiagakan sistem layanan kesehatan, termasuk ketersediaan fasilitas, tenaga medis, dan alat pelindung diri (APD) jika terjadi lonjakan kasus secara tiba-tiba.

    “Kita sudah belajar banyak selama pandemi kemarin. Jangan sampai kita mengulang ketidaksiapan hanya karena terlalu percaya diri melihat tren penurunan,” kata Netty.

    Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
    Editor: D.Dj. Kliwantoro
    Copyright © ANTARA 2025

  • Apa Itu Memecoin? Kripto Unik yang Lagi Dilirik Investor

    Apa Itu Memecoin? Kripto Unik yang Lagi Dilirik Investor

    Jakarta

    Dalam beberapa tahun terakhir, dunia keuangan global telah memasuki fase transisi besar. Ketidakpastian geopolitik, suku bunga yang fluktuatif, dan kelelahan terhadap sistem keuangan konvensional mendorong generasi baru investor untuk mencari bentuk investasi alternatif dan di antara semua opsi yang muncul, kripto tetap menjadi magnet utama.

    Namun, arah pasar kripto sendiri telah berubah secara fundamental. Dari dominasi proyek-proyek teknologi berat dan institusi besar, kini sentimen pasar mulai bergeser ke arah narasi, komunitas, dan partisipasi terbuka. Memecoin, yang dulu dianggap hanya sebagai lelucon pasar, justru menjadi ujung tombak dari gelombang ini. Apa itu memecoin?

    Mengutip Investopedia, Selasa (3/6/2025), memecoin adalah altcoin, mata uang kripto selain Bitcoin, yang diberi nama berdasarkan tren, topik humor atau hal-hal lucu, atau apa pun yang terlintas di benak seseorang. Biasanya, koin ini dibuat untuk membangun keterlibatan komunitas dan dapat digunakan dalam pembayaran antar pengguna, investasi spekulatif, atau perdagangan.

    Dalam banyak kasus, memecoin disertai dengan situs web bertema komedi, istilah-istilah yang kadang tidak masuk akal, serta promosi rasa kebersamaan oleh penciptanya dan para penggemar untuk menarik minat orang lain.

    Secara umum, memecoin bekerja dengan cara yang mirip seperti mata uang kripto lainnya: seseorang atau sekelompok orang menciptakan sebuah token-biasanya di atas blockchain yang sudah ada-dan mulai memasarkan koin tersebut. Misalnya, Solana dan Base menjadi blockchain paling populer yang digunakan pembuat memecoin sepanjang tahun 2024.

    Sebagian besar memecoin tidak diciptakan dengan tujuan penggunaan tertentu, selain sebagai aset yang bisa diperdagangkan dan dikonversi. Meski begitu, koin-koin ini menjadi sangat populer di kalangan trader kripto di bursa-dengan volume perdagangan harian secara konsisten melampaui $6 miliar di awal tahun 2025.

    Memecoin biasanya tersedia untuk publik melalui bursa terdesentralisasi, meskipun beberapa bursa tersentralisasi juga mulai mencantumkan meme coin yang lebih populer-dan jumlahnya sangat banyak.

    Situs agregator data dan analisis kripto CoinGecko melaporkan bahwa terdapat 5,3 juta memecoin yang diluncurkan hanya di platform Pump.fun, sejak tanggal peluncurannya pada 19 Januari 2024 hingga 1 Januari 2025. Ini berarti rata-rata 15.229 memecoin diluncurkan setiap hari hanya di satu platform.

    “Banyak investor ritel yang merasa terasing dari proyek-proyek besar mulai berbondong-bondong masuk ke proyek berbasis komunitas. Di ruang ini, humor, cerita, dan loyalitas kolektif sering kali lebih berarti daripada whitepaper teknis. Ke depan memang perlu menggabungkan simbolisme budaya lokal dengan mekanisme tokenomics canggih, menawarkan bukan hanya keuntungan jangka pendek, tapi arah jangka panjang yang selaras dengan identitas komunitasnya. Salah satunya $KOKOK yang bisa menjadi simbol ketahanan baru,” ujartrader legendaris asal Thailand, Srisiamseorang.

    Srisiam menegaskan bahwa $KOKOK bukan sekadar memecoin biasa, tetapi fondasi dari gerakan baru yang akan mengubah lanskap komunitas Web3 Asia.

    “$KOKOK lahir dari semangat bertahan hidup di tengah ketidakpastian global. Komunitas yang terus solid meski saat pasar runtuh. Karakter Kokok bukan fiksi semata. Ia hidup dari kekuatan komunitas,” ujar Srisiam.

    Setelah melakukan pembakaran 80% dari total pasokan awal (800 juta dari 1 miliar token), $KOKOK kini hanya memiliki 200 juta token beredar, menciptakan kelangkaan ekstrem yang memicu gelombang minat pasar dan supply shock. Pasangan perdagangan KOKOK/SOL di Raydium melonjak, dengan beberapa analis menyebut potensi 10x hingga menuju kapitalisasi $100 juta.

    Srisiam menjelaskan bahwa narasi “Roach Runner” menjadi elemen kunci dari daya tarik $KOKOK. Kecoa makhluk yang dikenal bisa bertahan hidup bahkan setelah kiamat menjadi simbol ideal untuk semangat para investor yang dimana tak bisa dibunuh, dan selalu kembali bangkit.

    “$KOKOK bukan anjing, bukan kucing. Ia serangga blockchain. Unik. Tak tergantikan. Dan justru karena itu, dia akan meledak. Ini akan seperti $FARTCOIN tapi lebih cepat dan lebih liar,” tambah Srisiam.

    Memasuki fase pertumbuhan berikutnya, $KOKOK tidak hanya mengandalkan kekuatan narasi dan komunitas semata. Ekosistem ini kini tengah bergerak menuju penguatan utilitas nyata melalui pengembangan fitur staking dan alat investasi berbasis komunitas. Langkah ini ditujukan untuk memperpanjang siklus hidup token dan memberi ruang partisipasi yang lebih dalam bagi pemiliknya, tanpa harus bergantung pada hype semata.

    Salah satu inisiatif utama yang tengah dikembangkan adalah mekanisme staking untuk token $KOKOK. Pengguna akan memiliki opsi untuk mengunci aset mereka dalam periode tertentu guna memperoleh imbal hasil, sekaligus mendapatkan status loyalitas khusus dalam komunitas. Model ini diharapkan bisa memperkuat rasa kepemilikan dan menumbuhkan insentif jangka panjang bagi para holder.

    Di saat yang sama, tim pengembang juga tengah merancang RoachHub DAO, sebuah platform tata kelola berbasis blockchain yang memungkinkan komunitas mengambil peran langsung dalam menentukan arah proyek. Melalui DAO ini, para anggota “Roach Army” akan dapat melakukan voting terhadap berbagai keputusan penting, seperti pendanaan inisiatif meme, pengembangan produk baru, hingga penunjukan mitra ekosistem.

    Sebagai pelengkap dari ekosistem ini, akan hadir pula dashboard investasi komunitas, yaitu seperangkat alat analitik dan sosial yang membantu pengguna dalam mengambil keputusan berbasis data dan diskusi terbuka. Berbeda dengan alat investasi tradisional yang sering hanya berpihak pada “whale” atau pemain besar, dashboard ini dirancang untuk mendukung keputusan kolektif komunitas kecil-menengah-mereka yang selama ini dianggap pinggiran, namun justru menjadi tulang punggung dari dunia Web3.

    “Kami tidak sedang membangun koin untuk hari ini. Kami membangun pergerakan jangka panjang. $KOKOK adalah energi sosial, dan masa depan Web3 akan dimenangkan oleh komunitas, bukan institusi,”ujarnya.

    Halaman 2 dari 2

    (igo/fdl)