Negara: Tepi Barat

  • Horor Penjara Israel, Remaja Palestina Dipukuli Sampai Ada yang Tewas

    Horor Penjara Israel, Remaja Palestina Dipukuli Sampai Ada yang Tewas

    Jakarta, CNN Indonesia

    Sejumlah remaja Palestina mengungkapkan horor dan kekejaman di penjara Israel.

    Mereka mendapat perlakuan tidak manusiawi kerap dipukuli sipir penjara, bahkan ada pula remaja yang tewas diduga karena dipukuli sipir Israel.

    Mohammed Nazal, seorang remaja Palestina yang dibebaskan oleh Israel selama gencatan senjata berlangsung pekan lalu, menceritakan penderitaanya kerap digebuki oleh sipir Israel selama di penjara.

    Israel berusaha menyangkal segala pernyataan Nazal dan menggambarkannya sebagai pembohong.

    Remaja dari kota Qabatiya di Tepi Barat ini mengatakan kepada media Arab dan Barat bahwa ia dipukuli dan tidak diberi bantuan medis, dikutip dari Al Jazeera.

    Kesaksian dan catatan medis yang telah diverifikasi oleh lembaga pengecekan fakta memberikan bukti bahwa penganiayaan brutal yang dialami oleh warga Palestina di penjara Israel semakin memburuk sejak perang Israel-Hamas pada 7 Oktober.

    Nazal merupakan salah satu remaja dari 100 warga Palestina yang ditahan pada bulan Agustus lalu tanpa alasan yang jelas.

    “Dia terus memukuli saya selama delapan menit dengan tongkat dan tanpa peduli di mana tongkat itu mendarat,” ungkap Nazal.

    “Saya menutupi kepala saya. Tongkat itu diarahkan ke sini, ke kepalaku, tapi tanganku lah yang menerima pukulannya.” imbuhnya.

    Salah satu foto Nazal yang menunjukkan kedua tangannya dibalut perban menjadi viral. Nazal mengatakan bahwa kedua tangannya patah tulang dan beberapa jari di tangannya juga patah. Nazal mungkin memerlukan operasi dalam perjalanan menuju pemulihan.

    Nazal sakit selama sepekan di lantai akibat pemukulan sipir Israel tanpa adanya pertolongan medis. Nazal baru bisa menceritakan pengalamannya ini saat kembali dipertemukan dengan keluarganya oleh Palang Merah.

    Ofir Gendelman, pejabat media di kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menunjukkan video yang memperlihatkan tangan Nazal tidak dibalut dan baik-baik saja selama perjalanan di bus Palang Merah.

    Hal ini untuk membantah tuduhan kekerasan yang dilayangkan kepada Israel.

    Gendelman menyatakan masyarakat Palestina berbohong tentang kebenaran yang terjadi selama di penjara.

    Nazal bukan satu-satunya yang menceritakan pengalaman kekerasan yang dilakukan militer Israel di penjara.

    Khalil Mohamed Badr al-Zamaira, berusia 18 tahun, termasuk dalam 39 tahanan yang dibebaskan pada Minggu (26/11) bercerita tidak ada perlakuan yang berbeda bagi anak-anak.

    “Mereka tidak membedakan antara tua dan muda,” kata al-Zamaira, dilansir dari Middle East Eye.

    “Dua remaja dipindahkan dari penjara Ofer karena tulang rusuknya patah. Mereka tidak bisa bergerak.” imbuhnya.

    Para remaja yang dibebaskan mengatakan mereka secara rutin dipukuli, dipermalukan di penjara, dan persediaan air serta makanan sangat langka.

    Dipukuli hingga tewas

    Salah satu tawanan yang diidentifikasi bernama Thaer Abu Assab dilaporkan dipukuli hingga tewas di penjara.

    Praktik-praktik kekerasan di penjara Israel sebenarnya telah dipublikasikan sejak beberapa dekade lalu, saat wilayah tersebut dalam kendali Inggris.

    Misbar, platform pengecekan fakta Arab, menganalisis catatan medis yang dikeluarkan pada saat Nazal dibebaskan. Catatan tersebut menunjukkan bahwa tulang metakarpal atau tulang pipih di punggung tangan milik Nazal mengalami patah tulang.

    Nazal dan ribuan warga Palestina lainnya ditahan di bawah “penahanan administratif”. Hukum Israel memungkinkan penahanan warga Palestina selama enam bulan tanpa pengadilan dan tuduhan.

    Rentang itu sering diperpanjang dengan batas yang tidak jelas.

    Kelompok Hak Asasi Manusia juga melaporkan bahwa Layanan Penjara Israel membatasi akses terhadap air, makanan, perawatan medis, dan barang-barang komunal bagi para tahanan.

    Para tahanan tidak diperkenankan mendapat kunjungan dari keluarga atau pengacara mereka.

    Banyaknya jumlah tahanan memungkinkan penyediaan tempat tidur yang tidak layak. Anak-anak yang ditahan bahkan harus menghadapi pengadilan militer Israel.

    (cpa/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Daftar Kekejaman Agresi Israel ke Palestina Sejak 7 Oktober

    Daftar Kekejaman Agresi Israel ke Palestina Sejak 7 Oktober

    Jakarta, CNN Indonesia

    Agresi Israel ke Gaza dan Tepi Barat menyisakan pilu bagi warga Palestina.

    Jet-jet tempur milik Israel mulai kembali berterbangan memenuhi langit Gaza. Tareq Abu Azzoum, jurnalis Al Jazeera, melaporkan suara ledakan dan tembakan utara Jalur Gaza, khususnya di barat laut Kota Gaza.

    “Insiden ini bertepatan dengan gentayangannya drone dan jet tempur militer Israel di langit Jalur Gaza,” ungkap Azzoum, dilansir dari Al Jazeera.

    Tank-tank Israel di Jalur Gaza tengah juga dilaporkan menembaki sekitar kamp-kamp pengungsi Nuseirat dan Bureij.

    Sudah hampir dua bulan perang Israel dan kelompok Hamas berlangsung. Agresi militer Israel ke Palestina menewaskan lebih dari 15.000 jiwa, terutama anak-anak.

    Berhentinya gencatan senjata bisa menjadi pertanda babak baru serangan Israel membasmi kelompok Hamas yang semakin menyulitkan warga sipil Palestina.

    Berikut daftar kekejaman Israel ke Palestina sejak agresi 7 Oktober lalu.

    Israel bunuh 5.523 warga Palestina

    Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan sebanyak 15.523 orang tewas di wilayah tersebut sejak agresi Israel dimulai pada 7 Oktober lalu.

    Ashraf Al-Qudra selaku juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 70 persen dari korban jiwa itu merupakan perempuan dan anak-anak. Sementara, 41.316 orang lainnya luka-luka.

    Selain itu, Al-Qudra juga menjelaskan dalam 24 jam terakhir, terdapat lebih dari 300 warga Palestina tewas dan 600 lainnya mengalami luka.

    Bombardir RS di Gaza

    Tindakan Israel membombardir rumah sakit di Gaza dengan dalih mencari pasukan Hamas mendapat kecaman masyarakat internasional.

    Rumah sakit menjadi salah satu tempat utama yang digunakan masyarakat untuk mengungsi, berlindung, dan mencari pertolongan medis.

    Pada 17 Oktober lalu, Israel membom Rumah Sakit Al-Ahli Arab yang seketika menewaskan 500 orang di dalamnya.

    “Berita yang keluar dari Gaza sangat mengerikan dan benar-benar tidak dapat diterima… hukum internasional harus dihormati dalam hal ini dan dalam semua kasus. Ada aturan seputar perang dan memukul rumah sakit tidak dapat diterima,” kata Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, dilansir dari Al Jazeera.

    Penyerangan ini terus merembet ke rumah sakit lainnya yang dianggap menyembunyikan markas Hamas.

    Serangan Israel ke rumah sakit Al Shifa di Gaza pertengahan bulan lalu juga menimbulkan teror mematikan bagi ribuan orang yang terjebak di dalamnya.

    Orang-orang yang berada di RS Al Shifa menyatakan bahwa pasukan Israel melakukan kekerasan dan penghinaan terhadap pasien, staf rumah sakit, serta para pengungsi.

    Dr Mohammad Abu Salmiya, direktur Rumah Sakit Al-Shifa, mengungkapkan situasi memilukan dengan banyaknya orang yang membutuhkan pertolongan dan bayi-bayi yang harus dipindahkan ke fasilitas kesehatan yang lebih baik.

    RS Al Shifa yang hancur karena serangan Israel kekurangan bahan bakar dan obat-obatan.

    “Ini adalah sebuah tragedi. Mayat-mayat tersebut – kami tidak dapat memasukkannya ke dalam freezer karena tidak berfungsi sehingga kami memutuskan untuk menggali lubang di sekitar rumah sakit. Ini adalah pemandangan yang sangat tidak manusiawi. Situasinya benar-benar di luar kendali. Ratusan mayat membusuk,” ungkap Dr. Mohammad Abu Salmiya.

    RS Indonesia di Gaza sempat beberapa kali menerima serangan bom Israel beberapa jam sebelum gencatan senjata diberlakukan.

    Fikri Rofiul Haq, relawan Mer-C Indonesia, menceritakan kondisi para staf medis yang terjadi di RS Indonesia di Gaza.

    “Di Rumah Sakit Indonesia saat ini, staf hanya mendapat makan sekali sehari saat makan siang, yang disediakan oleh Rumah Sakit Al-Shifa [yang berdekatan]. Untuk sarapan dan makan malam, staf makan biskuit atau kurma,” ujar Fikri, dikutip dari Al Jazeera.

    Tembak mati bocah 9 tahun

    Janji Israel yang mengatakan hanya akan berperang melawan kelompok Hamas, bukan masyarakat sipil tampaknya tidak ditepati.

    Dua anak laki-laki Palestina, salah satunya berusia sembilan tahun tewas di Kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki Israel Rabu (29/11). Israel melakukan serangan besar ke daerah tersebut sejak malam sebelumnya yang meninggalkan jejak kehancuran.

    Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina memberikan konfirmasi kematian anak tersebut yang bernama Adam Samer Al-Ghoul, dikutip dari The New Arab.

    Rekaman CCTV ramai diperbincangkan di media sosial yang menunjukkan anak tersebut berusaha lari dari peluru, namun ditarik oleh pemuda lain.

    Selain membunuh warga Jenin, Israel juga menangkap beberapa warga yang tidak jelas berapa jumlahnya.

    Pasukan meledakkan rumah-rumah yang memaksa warga keluar dari tempat mereka.

    “Menyapu [melalui] dan merusak jalan-jalan dan infrastruktur telah menjadi kejadian biasa setiap kali tentara menyerbu kota dan kamp,” ungkap Wali Kota Jenin Nidal Obeidi.

    Bersambung ke halaman berikutnya…

    Membiarkan bayi-bayi prematur meninggal dunia

    Saat kompleks rumah terbesar di Gaza, Al Shifa, lumpuh karena kekurangan listrik, air, dan oksigen, nyawa 39 bayi prematur di dalamnya terancam karena tidak bisa menerima pertolongan medis.

    Bayi-bayi baru lahir dibungkus oleh selimut hijau dan disejajarkan di tandu rumah sakit.

    Dilansir dari Time, beberapa bayi memiliki berat kurang dari tiga pon, dengan tulang rusuk menonjol, popok yang ukurannya lebih besar dari badan mereka, dan staf medis yang berusaha menghangatkan bayi melalui kontak kulit ke kulit.

    Dalam kurun seminggu, delapan bayi dilaporkan meninggal dunia.

    Mayat lima bayi prematur Palestina juga ditemukan di Rumah Sakit Al-Nasr saat wartawan dan pekerja bantuan memilah sisa-sisa fasilitas kesehatan yang dibom selama gencatan di Jalur Gaza, dikutip dari Middle East Eye.

    Direktur rumah sakit Mustafa al-Kahlout menyatakan telah meminta bantuan kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengenai lima anak tersebut, tetapi tidak mendapat tanggapan.

    Sengaja bikin warga Gaza kelaparan

    Tindakan blokade yang diberlakukan Israel selama berperang dengan Hamas membuat masyarakat Palestina menderita kelaparan.

    Kondisi mengenaskan terjadi di Gaza yang memungkinkan orang saling membunuh untuk mendapatkan makanan.

    “Kamu pergi membeli sedikit roti, kamu akan melihat orang-orang saling menikam hanya demi sekantong roti.” ungkap Emad Abu Asasi yang berada di Khan Younis.

    Masyarakat Gaza hidup di bawah ancaman kematian akibat serangan udara Israel dan menyaksikan cadangan makanan dan air yang mulai menipis karena IDF mengepung wilayah kecil tersebut, dilansir dari Daily Mail.

    [Gambas:Infografis CNN]

    Harga bahan pokok meningkat tiga kali lipat seiring dengan menipisnya persediaan.

    “Saya pergi ke salah satu mal untuk membeli beberapa barang, tapi saya tidak menemukan apa pun,” ungkap Samar Rabie, dilansir dari Al Jazeera.

    “Kami kekurangan banyak bahan makanan pokok, seolah-olah semuanya diatur sedemikian rupa sehingga selain tidak memiliki listrik atau air, kami juga akan kelaparan.” imbuhnya.

    Banyak perkebunan dan peternakan warga Khan Younis yang hancur karena bom dari Israel.

    “Saya harus bertanya kepada orang-orang apakah mereka punya tambahan kacang kalengan atau daging agar saya bisa membelinya untuk keluarga saya,” ungkap Mahmoud Sharab.

    Sharab mengatakan yang dilakukan Israel saat ini adalah perang kelaparan bagi warganya dan kebijakan yang dibuat membuat takut banyak orang, terutama anak-anak.

    Israel bunuh 700 warga sipil dalam 24 jam usai gencatan senjata

    Setidaknya 700 warga Palestina di Jalur Gaza meninggal dunia dalam 24 jam serangan Israel di wilayah itu pada Jumat (1/12).

    Direktur Jenderal Kantor Media Pemerintah di Gaza mengatakan kepada Al Jazeera pada Minggu bahwa lebih dari 700 warga Gaza meninggal dunia sejak Israel melanjutkan agresi usai gencatan senjata berakhir Jumat lalu.

    Lebih dari 1,5 juta orang telah mengungsi sejak agresi Israel dimulai 7 Oktober lalu.

    Ini merupakan jumlah korban tewas harian tertinggi sejak 24 Oktober lalu. Saat itu, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan 704 orang meninggal dunia dalam serangan Israel semalaman.

    Selama Sabtu dan Minggu kemarin, Israel terus melakukan pemboman intens di Kota Khan Younis hingga Rafah. Militer Israel telah menyatakan akan mulai fokus menggempur wilayah selatan Gaza, terutama Khan Younis.

  • Pasukan Israel Perluas Agresi Serbuan Darat ke Seluruh Gaza

    Pasukan Israel Perluas Agresi Serbuan Darat ke Seluruh Gaza

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pasukan militer Israel memperluas serbuan daratnya ke seluruh wilayah Jalur Gaza, Palestina.

    Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari mengatakan pihaknya akan memperluas operasi militer di seluruh wilayah Gaza demi menumpas Hamas.

    “IDF melanjutkan dan memperluas operasi darat terhadap kelompok Hamas di seluruh Jalur Gaza,” kata Hagari dalam konferensi pers, seperti dikutip dari CNN, Minggu (3/12).

    Hagari pun berujar Angkatan Udara Israel perlu memberikan bantuan udara kepada pasukan darat untuk mewujudkan tujuan tersebut.

    Dengan bantuan itu, militer Israel bakal menyerang markas Hamas, fasilitas pembuatan senjata, terowongan, serta lokasi peluncuran roket yang diklaim untuk membatasi ancaman yang ditimbulkan terhadap operasi darat.

    “Kebijakan kami jelas, kami akan menyerang secara penuh setiap ancaman yang ditimbulkan terhadap wilayah kami,” kata dia.

    Sejak agresi dilanjutkan usai gencatan senjata berakhir Jumat (1/12) lalu, pasukan militer Israel mulai menggempur lagi Gaza habis-habisan.

    Kali ini, serangan bukan cuma menyasar utara Gaza, namun mulai beranjak ke selatan, terutama Kota Khan Younis.

    Kantor berita Palestina, Wafa, mengabarkan kendaraan lapis baja Israel telah merangsek masuk ke Khan Younis pada Minggu malam usai datang dari arah timur kota tersebut.

    “Kendaraan Israel diposisikan di dekat persimpangan Al-Matahin di tengah serangan udara yang intens dari pesawat tempur dan tembakan peluru dari tank dan artileri, serta pesawat pengintai,” lapor Wafa.

    Rencana perluasan agresi ini pun membuat Iran memperingatkan keras Israel tentang dampak yang ditimbulkan jika Negeri Zionis benar-benar tak berhenti mengacaukan Gaza maupun Tepi Barat.

    Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian mengatakan perluasan agresi bakal membuat perang di kawasan Timur Tengah kian “dalam dan berkembang”.

    “Jika kejahatan perang yang dilakukan oleh rezim Israel di Gaza dan Tepi Barat tidak dihentikan, ruang lingkup perang di wilayah ini kemungkinan akan semakin dalam dan berkembang,” kata Abdollahian, seperti dikutip Anadolu Agency, Minggu (3/12).

    Israel melanjutkan agresi di Jalur Gaza setelah negosiasi gencatan senjata tidak menemui kesepakatan dengan kelompok Hamas. Gencatan senjata di wilayah tersebut pun berakhir pada Jumat (1/12).

    Gencatan senjata antara Israel dan Hamas sempat berlangsung pada 24 November selama empat hari. Gencatan senjata itu hanya bertahan seminggu setelah diperpanjang dua kali.

    Selama gencatan senjata sepekan, Hamas telah melepaskan 105 sandera, baik warga Israel maupun warga asing. Sebagai imbalan, Israel membebaskan 240 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara negara itu.

    Usai gencatan senjata berakhir, pasukan militer Israel langsung menggempur Gaza secara brutal.

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan perang di Jalur Gaza tidak akan berhenti hingga berhasil “menumpas” Hamas.

    Lebih dari 700 orang pun tewas dalam 24 jam serangan Israel usai gencatan senjata berakhir.

    Sementara itu, sebanyak 15.523 orang tewas di Jalur Gaza sejak agresi Israel dimulai 7 Oktober lalu. Tujuh puluh persen dari korban jiwa merupakan perempuan dan anak-anak.

    (blq/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Houthi Yaman Serukan Siap Kirim Ribuan Milisi ke Gaza Lawan Israel

    Houthi Yaman Serukan Siap Kirim Ribuan Milisi ke Gaza Lawan Israel

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kelompok pemberontak Houthi Yaman bersiap mengirimkan pasukan berjumlah ribuan milisi ke Gaza untuk membantu Palestina melawan Israel.

    Milisi tersebut sebelumnya menggelar parade unjuk kekuatan di Sanaa, Yaman, pada Sabtu (2/12) untuk menyatakan kesiapan mereka dikirim ke Gaza, seperti dilansir dari media Iran, Press TV.

    Dalam foto yang dirilis Reuters, para milisi yang mengenakan baju tradisional Yaman tampak mengangkat senjata api laras panjang di Alun-alun Al Sabeen, Sabtu.

    Terdapat pula spanduk dan poster bertuliskan seruan untuk memboikot Amerika Serikat dan Israel karena telah melancarkan agresi ke Palestina.

    Massa parade meneriakkan slogan “siap melayanimu Al Aqsa,” dan “Wahai Al Quds, tentaramu datang, Ansarullah datang,” hingga “Matilah Amerika dan Israel.”

    Teriakan itu sebagai ungkapan kemarahan atas kekejaman dan kejahayan pasukan Israel melakukan agresi di Gaza dan Tepi Barat, Palestina.

    Parade ribuan milisi Houthi Yaman itu disaksikan langsung oleh pemimpin polotik kelompok tersebut, Muhammad Ali Al Houthi.

    “Di hari yang bersejarah ini, orang-orang Yaman memastikan kesediaan mereka seperti pemimpin Ansarullah (Abdul Malik Al Houthi), semoga Tuhan melindunginya, mengatakan ‘buka jalan bagi kami dan kalian akan mendapati ratusan hingga ribuan orang-orang Yaman siap bergerak mempertahankan tempat suci Masjid Al Aqsa dan bergabung bersama orang-orang Palestina,’” ujar Muhammad Ali Al Houthi, dilansir dari Iran Press TV.

    “Massa ini menunjukkan kesiapan orang-orang Yaman dan kesadaran serta kecemasan mereka terhadap pangkal masalah bagi Muslim dunia,” ia menambahkan.

    Sebelumnya, para pemimpin Houthi Yaman bersumpah akan membantu Palestina melawan agresi Israel.

    Kelompok itu menyatakan siap bekerja sama dengan faksi lain dari “Poros Perlawanan” yang mencakup faksi-faksi Muslim Syiah bekingan Irak dan Hizbullah Lebanon.

    Gerakan Houthi Yaman sendiri pernah memerangi koalisi pimpinan Saudi sejak 2015. Saat itu ratusan ribu orang tewas.

    Ancaman serangan sejumlah faksi ini dilontarkan setelah AS menyatakan bakal memberikan amunisi tambahan ke Israel dan mengerahkan sekelompok kapal induk USS Gerald R Ford ke kawasan Mediterania Timur.

    Saat ini AS bahkan dilaporkan sudah mulai mengirim amunisi dan peralatan militer ke Israel.

    Mereka juga mengklaim bertanggung jawab atas rentetan aksi serangan kapal-kapal dagang Barat dan Israel di Laut Merah menggunakan rudal dan drone.

    (blq/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Israel Serang Bus Tawanan Palestina yang Akan Dibebaskan saat Gencatan

    Israel Serang Bus Tawanan Palestina yang Akan Dibebaskan saat Gencatan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pasukan Israel meluncurkan gas air mata ke bus yang mengangkut tahanan Palestina yang akan dibebaskan saat gencatan senjata, Kamis (30/11).

    Saksi mata sekaligus jurnalis foto Isaam Rimawi mengatakan sebelum penembakan itu Israel mengerahkan pasukan di sekitar Penjara Ofer.

    “Mereka menembakkan gas air mata tepat ketika bus yang membawa para tahanan hendak berangkat,” kata Rimawi ke Al Jazeera, Jumat (1/12).

    Dia kemudian berujar, “Para tahanan merasa lemas, dan sopir harus menghentikan bus sampai kru Palang Merah datang membantu mereka.”

    Staf medis it lalu masuk ke bus. Rimawi lantas mendokumentasikan insiden tersebut.

    Jurnalis foto itu mengatakan Israel sengaja menembakkan gas air mata.

    “Mereka tak ingin orang-orang merayakan pembebasan para tahanan,” lanjut dia.

    Israel dan kelompok perlawanan di Palestina, Hamas, sepakat bertukar tahanan atau sandera di bawah kesepakatan gencatan senjata.

    Pada Kamis, Israel membebaskan 30 tahanan Palestina usai Hamas melepas delapan sandera.

    Gencatan senjata kedua pihak ini berlangsung sejak 24 November dan terus diperpanjang hingga akan berakhir hari ini.

    Israel dan Hamas juga disebut sepakat gencatan senjata selama satu hari. Artinya, jeda kemanusiaan ini akan berakhir Sabtu (2/12), jika tak diperpanjang.

    Perjanjian gencatan senjata ini mencakup pertukaran tahanan, lebih banyak bantuan kemanusiaan yang masuk, hingga jeda pertempuran.

    Namun, selama gencatan senjata Israel terus melancarkan serangan terutama ke Tepi Barat. Mereka juga menangkap warga di sejumlah area di Palestina.

    (isa/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • VIDEO: Amarah Warga Palestina Makamkan Pemuda Tewas Dibunuh Israel

    VIDEO: Amarah Warga Palestina Makamkan Pemuda Tewas Dibunuh Israel

    Jakarta, CNN Indonesia

    Warga Palestina menguburkan seorang pria pada Kamis (30/11) yang dibunuh pasukan Israel.

    Fadi Badran, yang masih berusia 21 tahun, terbunuh ketika bentrokan meletus di Tepi Barat.

    Para pelayat mengibarkan bendera Palestina saat mengantar Badran ke peristirahatan terakhirnya.

    Setidaknya 15.000 warga Palestina tewas akibat kekejaman Israel selama perang.

  • Penembakan Yerusalem, Israel Kekeh Ingin Bekali Warga dengan Senapan

    Penembakan Yerusalem, Israel Kekeh Ingin Bekali Warga dengan Senapan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir mengatakan penembakan di Yerusalem menunjukkan pendistribusian senjata api kepada warga sipil adalah hal penting sebagai pertahanan diri.

    Ben-Gvir berjanji akan melanjutkan pemberian senjata kepada warga sipil Israel, terutama di saat Tel Aviv masih dalam status berperang dengan kelompok Hamas Palestina sejak 7 Oktober lalu.

    “Senjata menyelamatkan nyawa. Meskipun ada kritik dari berbagai pihak, saya akan melanjutkan kebijakan membagikan senjata di mana pun, baik ke ruang gawat darurat maupun warga sipil,” kata Ben-Gvir.

    “Kami punya pasukan koalisi yang kuat, kami punya tentara yang kuat, tapi tidak ada polisi di mana-mana, jadi jika ada senjata sipil, itu bisa menyelamatkan nyawa,” paparnya menambahkan seperti dikutip Al Jazeera pada Kamis (30/11).

    Beberapa hari setelah perang dengan Hamas pecah, Ben-Gvir telah mendistribusikan puluhan ribu senjata api kepada warga sipil Israel.

    Israel memprioritaskan mempersenjatai warga sipil yang tinggal di wilayah pendudukan Tepi Barat Palestina dan Yerusalem Timur yang menjadi wilayah rebutan Israel-Palestina.

    Warga Israel yang tinggal di “kota campuran” di wilayah Palestina juga turut dibekali senjata oleh pemerintah Zionis.

    Pernyataan Ben-Gvir itu datang merespons penembakan yang terjadi di sebuah halte bus di sisi barat Yerusalem pada Kamis. Dua pria bersenjata menembaki halte bus di wilayah tersebut hingga menewaskan tiga warga dan melukai 16 orang lainnya.

    Penembakan ini terjadi kala Israel dan Hamas tengah menerapkan gencatan senjata di Jalur Gaza Palestina.

    Menurut keterangan polisi Israel, dua orang pelaku tersebut berasal dari Yerusalem Timur. Mereka menembaki lokasi kejadian dengan senapan M-16 dan sebuah pistol.

    Tak lama usai kejadian, Hamas mengaku bertanggung jawab atas penembakan tersebut.

    Dalam sebuah pernyataan yang dirilis beberapa jam usai insiden, Hamas menyebut serangan itu merupakan “tanggapan alami terhadap kejahatan penjajah (Israel) yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jalur Gaza dan terhadap anak-anak di Jenin (Tepi Barat, Palestina).”

    Hamas menyebut dua pelaku penembakan yakni dua bersaudara Murad Nemr (38) dan Ibrahim Nemr (30). Mereka adalah anggota sayap bersenjata Hamas yang berbasis di Yerusalem Timur, demikian dikutip dari AFP.

    (rds/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Menteri-Pejabat Israel yang Keras Kepala Tolak Setop Agresi Israel

    Menteri-Pejabat Israel yang Keras Kepala Tolak Setop Agresi Israel

    Jakarta, CNN Indonesia

    Gencatan senjata di Jalur Gaza, Palestina kembali diperpanjang hingga Jumat (1/12) atas kesepakatan kelompok Hamas dan Israel dengan Qatar sebagai mediator.

    Namun, gencatan senjata ini bukan berarti berakhirnya perang antara Hamas dan Israel.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, terus menegaskan bahwa pihaknya akan terus melanjutkan penghancuran kelompok Hamas setelah gencatan senjata berlangsung.

    “Sejak awal perang, saya menetapkan tiga tujuan: melenyapkan Hamas, mengembalikan semua korban penculikan, dan memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel,” kata perdana menteri Netanyahu, dikutip dari Times of Israel.

    Beberapa menteri sampai politikus Israel juga menyampaikan penolakan terhadap pemberhentian agresi Israel ke Palestina.

    Berikut deret pejabat hingga menteri Israel yang menolak setop agresi Israel.

    Menteri Pertahanan Yoav Gallant

    Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan pada Jumat (24/11) bahwa gencatan senjata yang disepakati selama beberapa hari di Gaza hanyalah “Jeda singkat”.

    Pernyataan ini dikeluarkan Gallant kepada mitranya dari Italia yang sedang berkunjung ke Tel Aviv, dikutip dari Reuters.

    Saat itu, Israel sedang mempersiapkan penerimaan 13 sandera yang dibebaskan dari Gaza sebagai imbalan pembebasan 39 warga Palestina.

    “Akan ada jeda singkat dan kemudian kami akan melanjutkan operasi dengan kekuatan militer penuh. Kami tidak akan berhenti sampai kami mencapai tujuan kami: menghancurkan Hamas dan memulangkan sandera dari Gaza ke Israel – ada 240 sandera dan ini adalah sesuatu yang luar biasa. Kami tidak bisa menerima dan tidak bisa mentoleransinya,” kata Gallant.

    Menteri Kabinet Perang Benny Gantz

    Menteri Israel, Benny Gantz, pada pertengahan bulan lalu sempat melakukan panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, yang meminta penghentian kekerasan oleh pemukim Israel kepada warga Palestina di Tepi Barat.

    Dilansir dari Aljazeera, Benny Gantz merupakan pemimpin oposisi berhaluan tengah yang bergabung dengan kabinet masa perang Netanyahu setelah serangan kelompok Hamas ke Israel 7 Oktober.

    Gantz termasuk dalam empat pejabat Israel yang melakukan konferensi pers jumat lalu terkait kesiapan untuk melanjutkan perang.

    Keterlibatan Gantz dalam kabinet perang Israel yang dibentuk oleh Netanyahu mengejutkan banyak pihak. Selama ini Gantz dan Netanyahu dikenal berselisih dan bersaing dalam urusan politik.

    Mereka mungkin bersatu dalam perang, namun berselisih dalam politik.

    Salah satu foto yang diambil saat konferensi pers minggu lalu viral di media sosial karena memperlihatkan Netanyahu yang sendirian, sedangkan Gallant dan Gantz berdiri bersama di samping, dikutip dari Alshar Al-Awsat.

    Bersambung ke halaman berikutnya…

    Kepala Staf IDF Letjen Herzi Halevi

    Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Herzi Halevi, menyetujui rencana operasional untuk melanjutkan operasi darat di Jalur Gaza pada Rabu (29/11).

    “Herzi Halevi, kepala staf, mengadakan sesi hari ini (Rabu) untuk menyetujui rencana pertempuran tahap selanjutnya di markas Komando Selatan,” kata tentara Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

    “Kami tahu apa yang perlu dilakukan, dan kami siap untuk langkah selanjutnya,” imbuhnya.

    Halevi selama ini memimpin berbagai serangan Israel ke Jalur Gaza dengan meningkatkan target sasaran serangan.

    Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir

    Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, mengancam akan memecah belah pemerintahan jika agresi militer ke Palestina tidak dilanjutkan.

    Ancaman tersebut disampaikan Ben Gvir saat terciptanya kesepakatan perpanjangan gencatan senjata hingga Kamis (30/11).

    “Menghentikan perang sama dengan menghancurkan pemerintah,” ungkap Ben Gvir, dikutip dari Times of Israel.

    Ben Gvir termasuk sebagai menteri yang menolak perjanjian bagi Hamas untuk melepaskan sandera yang mereka tangkap dengan imbalan gencatan senjata selama hari di Gaza.

    Ben Gvir memang dikenal sebagai menteri Israel yang sangat anti-Palestina. Ben Gvir sering menimbulkan kontroversi atas komentar-komentarnya terhadap Palestina.

  • Israel Beri Syarat Gencatan sampai Selandia Baru soal Pilot Susi Air

    Israel Beri Syarat Gencatan sampai Selandia Baru soal Pilot Susi Air

    Jakarta, CNN Indonesia

    Perpanjangan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza Palestina masih menjadi perhatian pemberitaan global.

    Tanggapan terbaru Selandia Baru soal penyanderaan pilot Susi Air, Philip Mehrtens, oleh KKB Papua juga tak luput dari sorotan. Berikut kilas berita internasional pada Kamis (30/1):

    Israel Sebut Syarat jika Gencatan Senjata Mau Terus Diperpanjang

    Israel mengungkapkan syarat-syarat yang diperlukan jika kelompok perlawanan Palestina, Hamas, ingin terus memperpanjang gencatan senjata.

    Penasihat senior Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu Mark Regev mengatakan posisi mereka soal perpanjangan gencatan senjata “sangat jelas.”

    “Setiap hari, kami sepakat memperpanjang [gencatan senjata] untuk pembebasan 10 sandera. [Sebanyak] 10 sandera yang masih hidup,” kata Regev pada Kamis (30/11) kepada CNN.

    Hamas Klaim Tanggung Jawab atas Penembakan di Yerusalem

    Kelompok Hamas mengaku bertanggung jawab atas penembakan di Yerusalem yang menewaskan setidaknya tiga orang dan melukai belasan lainnya, Kamis (30/11).

    Dalam sebuah pernyataan yang dirilis beberapa jam usai insiden, Hamas menyebut serangan itu merupakan “tanggapan alami terhadap kejahatan penjajah (Israel) yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jalur Gaza dan terhadap anak-anak di Jenin (Tepi Barat, Palestina).”

    Hamas menyebut dua pelaku penembakan yakni dua bersaudara Murad Nemr (38) dan Ibrahim Nemr (30). Mereka adalah anggota sayap bersenjata Hamas yang berbasis di Yerusalem Timur, demikian dikutip dari AFP.

    Selandia Baru Buka Suara soal 9 Bulan Pilot Susi Air Disandera OPM

    Selandia Baru buka suara soal salah satu warganya yang merupakan pilot Susi Air, Philip Mehrtens, masih disandera Organisasi Papua Merdeka (OPM) sejak Februari 2022 atau sembilan bulan lalu.

    Mehrtens merupakan warga negara Selandia Baru yang menikah dengan warga negara Indonesia beberapa tahun lalu. Ia diculik OPMpada 7 Februari sesaat setelah mendaratkan pesawat di lapangan terbang Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.

    juru bicara Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan (MFAT) Selandia Baru mengatakan pihaknya masih terus mengupayakan segala cara untuk membebaskan Mehrtens dengan selamat dan aman, termasuk bekerja sama dengan otoritas Indonesia.

    (rds/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • WNI Relawan Beber Kondisi di Gaza Lebih Tenang selama Gencatan Senjata

    WNI Relawan Beber Kondisi di Gaza Lebih Tenang selama Gencatan Senjata

    Jakarta, CNN Indonesia

    Fikri Rofiul Haq, warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi relawan di Jalur Gaza, Palestina, mengungkap kondisi daerah kantong itu di saat gencatan senjata dengan Israel berlangsung nyaris sepekan ini.

    Ia mengatakan tidak ada serangan-serangan dari pasukan militer Israel di Gaza, terutama di wilayah selatan tempatnya tinggal, berbeda dari sebelumnya. Selain itu, tidak ada pula penangkapan warga.

    Fikri hingga kini memutuskan tetap di Gaza bersama Reza Aldilla Kurniawan, sesama relawan WNI, usai dievakuasi dari Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya. RS tersebut hancur akibat gempuran dan serbuan Israel.

    “Seperti sekolahan-sekolahan pengungsi lainnya, tidak ada penangkapan karena tentara mereka banyak ditarik mundur dalam gencatan senjata ini. Serangan masih belum terdengar,” kata Fikri kepada CNNIndonesia.com, Kamis (30/11).

    Fikri berujar yang terjadi saat ini di Gaza ialah pembebasan tawanan Hamas. Namun demikian, ia tidak mengetahui pasti soal pembebasan tersebut lantaran hal itu terjadi kota Khan Younis.

    “Pembebasan tawanan Hamas baru terjadi di Jalur Gaza. Sampai saat ini aku juga masih mencari lokasinya. Soalnya, aku lihat di Al Jazeera [pembebasan] di kota Khan Younis, sedangkan aku ada di sini [di sekolah dekat rumah sakit Eropa],” ucap dia.

    Sejak Israel dan kelompok Hamas melakukan gencatan senjata pada 24 November, kedua pihak memang sepakat untuk tidak saling serang dan menangkap warga sipil.

    Israel dan Hamas juga sepakat untuk membebaskan ratusan sandera atau tahanan dari masing-masing pihak sebagai bagian dari kesepakatan jeda pertempuran.

    Hamas sejauh ini telah membebaskan 97 sandera, yang terdiri dari perempuan dan anak-anak warga Israel maupun warga negara asing. Sementara, Israel telah melepaskan total 210 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara negara itu.

    Namun, di tengah gencatan senjata di Gaza ini, pasukan Negeri Zionis nyatanya masih tetap menyerang Palestina dan menewaskan sejumlah orang, termasuk dua anak usia 8 tahun dan 15 tahun. Keduanya tewas dalam serangan Israel di Tepi Barat.

    Israel memang ‘mengalihkan’ serangan mereka ke Tepi Barat selama gencatan senjata dengan Hamas berlangsung.

    Pada Rabu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahkan menegaskan bakal melanjutkan peperangan di Jalur Gaza jika gencatan senjata dengan Hamas berakhir.

    “Selama beberapa hari terakhir saya telah mendengar pertanyaan ‘akan kah Israel kembali berperang setelah memaksimalkan fase pembebasan warga kami yang disandera?’ Jadi jawaban saya tegas: Ya,” kata Netanyahu pada Rabu (29/11).

    “Ini adalah kebijakan saya, seluruh kabinet mendukungnya, seluruh pemerintah Israel mendukungnya, tentara Israel mendukungnya, rakyat pun mendukungnya. Itu lah yang akan kami lakukan,” paparnya menambahkan.

    Hingga kini, agresi Israel ke Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 15.000 warga Palestina, termasuk lebih dari 6 ribu anak-anak dan lebih dari 4 ribu perempuan.

    (blq/pra)