Negara: Tepi Barat

  • Bagaimana Meta Membatasi Berita Soal Genosida Israel ke Palestina?

    Bagaimana Meta Membatasi Berita Soal Genosida Israel ke Palestina?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram, diduga membatasi akses berita dari wilayah Palestina selama agresi Israel ke Gaza yang telah menewaskan setidaknya 45 ribu orang.

    Sebuah penelitian menunjukkan penurunan drastis keterlibatan pengguna terhadap konten berita dari media Palestina sejak Oktober 2023. Hal ini memunculkan kekhawatiran akan bias platform terhadap suara-suara dari wilayah tersebut.

    Studi tersebut menganalisis data dari 20 organisasi berita Palestina, termasuk Palestine TV, Wafa News Agency, dan Al-Watan News. Selama agresi, yang seharusnya meningkatkan minat pengguna terhadap berita, keterlibatan pengguna justru turun hingga 77 persen setelah serangan agresi Israel.

    Palestine TV misalnya, mengalami penurunan 60 persen dalam jumlah orang yang melihat unggahan mereka, meskipun memiliki 5,8 juta pengikut di Facebook.

    “Interaksi benar benar dibatasi, dan unggahan kami berhenti menggapai orang,” ujar Tariq Ziad, seorang jurnalis di Palestine TV, melansir BBC, Rabu (18/12).

    Kondisi ini mempersulit media Palestina untuk menyampaikan informasi penting dari Gaza dan Tepi Barat, terutama ketika akses jurnalis internasional ke wilayah tersebut sangat terbatas.

    Sebagai perbandingan, BBC juga menganalisis data dari 20 organisasi berita Israel, seperti Yediot Ahronot dan Israel Hayom. Hasilnya, keterlibatan pengguna terhadap konten mereka justru meningkat hampir 37 persen selama periode yang sama.

    Fakta ini menimbulkan pertanyaan tentang keadilan dalam moderasi konten oleh Meta.

    Laporan internal yang bocor menunjukkan bahwa Instagram meningkatkan moderasi komentar pengguna Palestina setelah Oktober 2023.

    BBC juga mewawancarai lima karyawan berstatus mantan maupun yang saat ini masih bekerja di Meta. Salah satu orang mengungkapkan bahwa algoritma Instagram diubah untuk lebih agresif memoderasi komentar dari pengguna Palestina, dengan alasan lonjakan konten kebencian.

    Namun, perubahan ini diduga memperkenalkan bias baru terhadap pengguna Palestina.

    “Dalam seminggu dari serangan Hamas, kode itu pada dasarnya diubah membuatnya lebih agresif terhadap orang-orang Palestina,” ujar orang tersebut yang tidak ingin disebutkan namanya.

    Jurnalis Palestina telah lama khawatir Meta melakukan “shadow banning” terhadap konten mereka. Pada 2021, laporan independen yang ditugaskan Meta mengungkapkan kurangnya keahlian bahasa Arab di antara moderator sebagai salah satu penyebab.

    Kesalahan penerjemahan otomatis juga menjadi masalah, seperti frasa “Alhamdulillah” yang diterjemahkan secara keliru sebagai dukungan terhadap terorisme.

    Namun, data dari organisasi berita berbahasa Arab lainnya, seperti Al-Jazeera dan Sky News Arabia, menunjukkan peningkatan keterlibatan pengguna hingga hampir 100 persen. Hal ini memperkuat dugaan bahwa media Palestina secara khusus menjadi target pembatasan.

    Situasi ini semakin memperburuk keadaan bagi jurnalis Palestina, yang menghadapi resiko tinggi di lapangan. Setidaknya 137 jurnalis Palestina dilaporkan tewas di Gaza sejak konflik dimulai.

    “Banyak informasi yang tidak dapat dipublikasikan karena terlalu grafis, misalnya jika tentara (Israel) melakukan pembantaian dan kami memfilmkannya, video tidak akan menyebar,” ucap Omar el Qataa, seorang jurnalis foto di Gaza utara.

    Meta, selaku induk Facebook dan Instagram, mengatakan bahwa setiap implikasi yang sengaja menekan suara-suara tertentu adalah “sangat salah”.

    Meta mengakui kebijakan ini tetapi berdalih bahwa langkah tersebut diperlukan untuk mengatasi “peningkatan konten bermasalah”. Meski kebijakan ini telah dicabut, Meta tidak mengungkapkan kapan hal tersebut dilakukan.

    “Kami mengakui bahwa kami membuat kesalahan, tetapi implikasi apa pun yang kami sengaja menekan suara tertentu adalah salah,” kata juru bicara Meta.

    Meta juga mengklaim telah menerapkan “tindakan produk dan kebijakan sementara” untuk menyeimbangkan kebebasan berekspresi dengan kebijakan internal mereka.

    (wnu/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Perayaan Natal yang Sunyi di Bethlehem Saat Perang Gaza Belum Berakhir

    Perayaan Natal yang Sunyi di Bethlehem Saat Perang Gaza Belum Berakhir

    Tepi Barat

    Kota kelahiran Yesus, Bethlehem, selalu menjadi pusat perayaan Natal. Namun dua tahun terakhir, penduduk kota kecil di Tepi Barat ini tak merasakan semangat Natal akibat perang berkepanjangan di Gaza.

    Tidak banyak orang mengunjungi Bethlehem pada jam-jam yang biasanya sibuk dengan perayaan Natal. Dekorasi yang biasanya membuat jalanan semarak juga tidak terlihat.

    Pohon Natal raksasa yang biasanya berdiri tegak di depan Gereja Kelahiran yang dibangun persis di tempat kelahiran Yesus, menurut keyakinan umat Kristen.

    Ini adalah kali kedua Bethlehem tak merayakan suka cita hari kelahiran Yesus sejak perang di Gaza dimulai Oktober 2023 silam.

    Umat Kristen Palestina hanya menghadiri ibadah dan acara-acara keluarga.

    “Seharusnya ini menjadi momen kebahagiaan dan selebrasi,” ujar pendeta Lutheran setempat, Munther Isaac.

    “Namun, Bethlehem adalah kota yang berduka dan bersolidaritas dengan saudara-saudara kami di Gaza.”

    Ibadah menjelang Natal juga difokuskan ke situasi bencana di Gaza.

    Pendeta Munther Isaac menyalakan lilin di dekat instalasi yang memperlihatkan sosok melambangkan bayi Yesus tergeletak di tengah reruntuhan gua menjelang Natal di Gereja Evangelis Lutheran, di Bethlehem di Tepi Barat yang diduduki Israel 25 November 2024 (Reuters)

    “Sulit dipercaya Natal telah tiba lagi dan genosida belum berhenti,” ujar Isaac dalam khotbahnya.

    “Para pembuat kebijakan membiarkan ini semua terjadi. Bagi mereka, Palestina tidak ada nilainya.”

    Israel berkeras menyangkal genosida di Gaza. Para hakim di pengadilan tinggi PBB masih belum mengeluarkan putusan atas tudingan genosida yang diajukan Afrika Selatan.

    Penderitaan warga Palestina tercermin dari sebuah palungan yang dipasang di Gereja Kelahiran, Bethlehem, pada perayaan Natal 2023 silam (Getty Images)

    Banyak umat Kristen di Bethlehem merasa putus asa. Mereka berpendapat komunitas Kristen di seluruh dunia gagal untuk angkat bicara.

    Komunitas Kristen Palestina yang jumlahnya kecil memiliki ikatan yang erat antar satu sama lain.

    Ini artinya banyak warga Tepi Barat yang memiliki sanak saudara dan teman-teman di Gaza.

    “Ibu saya bilang apa yang kita lihat di televisi bahkan tidak menangkap satu persen dari apa yang sebenarnya terjadi,” ujar pakar teologi, Dr Yousef Khouri, yang berasal dari Kota Gaza.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Kedua orang tua Khouri dan adik perempuannya masih ada di Gaza.

    Mereka dan ratusan umat Kristen lainnya mencari perlindungan di dua gereja Gaza selama 14 bulan terakhir.

    “Seperti penduduk Gaza umumnya, mereka juga dibuat kelaparan. Mereka juga nyaris tidak tidur akibat bombardir.”

    “Drone-drone ada di atas mereka setiap saat dan layanan medis begitu minim,” imbuhnya.

    “Kami kehilangan begitu banyak sahabat dan sanak saudara.”

    Di Gaza, lebih dari 45.000 orang tewas akibat perang berkepanjangan setelah kelompok milisi Hamas menyerang Israel bagian selatan (Getty Images)

    Kendati jumlah korban jiwa ini bersumber dari data kementerian kesehatan Hamas, PBB dan pihak-pihak lain menilai data ini dapat dipercaya.

    Serangan 7 Oktober 2023 menewaskan sekitar 1.200 orang, baik warga Israel maupun warga asing. Sementara 250 orang lainnya menjadi sandera Hamas.

    Sejalan dengan perang di Gaza, ketegangan pun meningkat di Tepi Barat.

    Israel mengeluarkan pembatasan-pembatasan baru terhadap pergerakan orang-orang Palestina.

    Israel juga membatalkan puluhan ribu izin para pekerja yang biasanya menyeberang ke Yerusalem atau kawasan pendudukan Yahudi setiap harinya.

    Baca juga:

    Perekonomian pun berada dalam keadaan sulit, khususnya di Bethlehem yang bergantung pada wisatawan.

    Sektor pariwisata hampir seluruhnya mati. Para pemandu hanya bisa termangu di Gereja Kelahiran atau memberi makan burung-burung dara.

    “Kalau ada wisatawan, semua orang akan bekerja baik itu di perhotelan, transportasi, akomodasi, dan lain-lain,” ujar Abdullah, salah satu pemandu wisata.

    “Begitu turis tidak ada, maka Bethlehem pun kehilangan nyawa.”

    “Saya bangkrut! Tidak ada bisnis! Lebih dari satu tahun kami tinggal di rumah,” ujar Adnan Subah, penjual cinderamata di Jalan Bintang.

    “Anak laki-laki saya bekerja sebagai pemandu wisata di gereja. Tapi sekarang dia dan semua anak saya diam di rumah. Tidak ada pekerjaan, bisnis, dan turis.”

    Banyak dari keluarga Kristen dan Muslim yang bermigrasi dalam satu tahun terakhir.

    Penduduk Palestina khawatir akan masa depan mereka di tengah ancaman kekerasan yang tiada hentinya.

    Selain itu, perluasan permukiman terus menerus terjadi di tempat-tempat dimana warga Palestina telah lama mengupayakan sebuah negara merdeka.

    Baca juga:

    Namun suatu komunitas di Bethlehem, Palestine Lions Club, berusaha membuat perbedaan: mengemas makanan bagi yang membutuhkan.

    Tidak ada bantuan pemerintah di sini. Para relawan mengumpulkan sumbangan secara mandiri, termasuk dari para diaspora.

    “Natal menyerukan semangat memberi, kasih sayang, dan sukacita,” ujar Wael Shaer, kepala Palestine Lions Club.

    “Kami berharap paket-paket ini bisa memberikan sedikit harapan dan sukacita kepada keluarga-keluarga di daerah kami.”

    Wael mengirim bingkisan pertama untuk seorang perempuan yang tinggal di apartemen terdekat.

    Suaminya sakit dan kehilangan pekerjaan.

    Dengan penuh rasa terima kasih, perempuan itu membuka parsel yang diberikan kepadanya. Dia juga menerima amplop berisi uang tunai.

    Dia dan Wael saling bertukar ucapan selamat hari Natal dan harapan tahun depan yang damai.

    “Misi tercapai!” kata Wael.

    “Menebarkan sedikit keceriaan pada Natal.”

    Yolande Knell melaporkan dari Bethlehem

    Baca juga:

    (nvc/nvc)

  • Lengkap! Pesan Natal Paus Fransiskus di Tengah Gonjang-ganjing Dunia

    Lengkap! Pesan Natal Paus Fransiskus di Tengah Gonjang-ganjing Dunia

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Paus Fransiskus menyerukan agar “senjata didiamkan” di seluruh dunia. Hal itu diungkapkan dalam pidato Natal tradisionalnya yang dikenal sebagai “Urbi et Orbi” di hadapan ribuan umat yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, Roma, Rabu (25/12/2024),

    Pesan ini disampaikan dengan fokus utama pada perdamaian di Timur Tengah, Ukraina, dan Sudan, sambil mengecam situasi kemanusiaan yang “sangat parah” di Gaza.

    “Saya memikirkan komunitas Kristen di Israel dan Palestina, terutama di Gaza, di mana situasi kemanusiaan sangat parah,” kata Paus, dilansir dari AFP.

    Ia mendesak adanya gencatan senjata, pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas, serta pemberian bantuan kepada rakyat yang menderita kelaparan dan perang.

    Seruan Perdamaian di Tengah Perang

    Paus juga mengajak untuk mengupayakan perdamaian yang adil di Ukraina, yang pada pagi Natal itu dihantam oleh 170 rudal dan drone Rusia. Serangan tersebut, yang disebut sebagai tindakan “tidak manusiawi” oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, menewaskan seorang pekerja energi dalam serangan ke-13 terhadap sistem energi negara itu tahun ini.

    Zelensky mengecam Rusia dengan mengatakan, “Putin sengaja memilih Natal untuk menyerang. Apa yang lebih tidak manusiawi dari ini?”

    Ukraina, yang telah memindahkan perayaan Natalnya ke 25 Desember sebagai bentuk penolakan terhadap pengaruh Moskow, juga mengungkap bahwa serangan itu menghancurkan lebih banyak infrastruktur energi.

    Paus Fransiskus menggunakan momen ini untuk menyerukan dialog demi perdamaian yang adil di Ukraina, menekankan pentingnya mengakhiri konflik.

    Tragedi dan Tantangan Natal di Gaza dan Betlehem

    Di Gaza, tempat sekitar 1.100 umat Kristen tinggal, perayaan Natal tahun ini dibayangi oleh kehancuran akibat perang antara Hamas dan Israel.

    Ratusan orang berkumpul di sebuah gereja di Gaza untuk berdoa agar perang segera berakhir, sementara George al-Sayegh, seorang warga yang telah berlindung selama berminggu-minggu di Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius, mengatakan bahwa “Natal tahun ini membawa aroma kematian dan kehancuran.”

    Kondisi yang sama juga dirasakan di Betlehem, tempat kelahiran Yesus di Tepi Barat yang diduduki Israel.

    Kota ini memutuskan untuk tidak memasang pohon Natal raksasa atau dekorasi megah seperti tahun-tahun sebelumnya, sebagai bentuk solidaritas dengan penderitaan di Gaza. Walikota Bethlehem, Anton Salman, mengatakan, “Tahun ini kami membatasi kegembiraan kami.”

    Meskipun demikian, parade kecil dari kelompok pramuka di Alun-Alun Manger menjadi simbol perlawanan dan harapan. Dengan spanduk bertuliskan “Kami menginginkan kehidupan, bukan kematian,” mereka membawa pesan perdamaian yang menggema di tengah kesunyian.

    Krisis di Sudan

    Paus Fransiskus juga memperluas seruannya ke Sudan, yang telah dilanda perang saudara selama 20 bulan. Ia menyoroti ancaman kelaparan yang mengancam jutaan warga Sudan, mendesak agar konflik segera dihentikan.

    Sementara itu, di tingkat global, para pemimpin dunia turut menyuarakan pesan perdamaian di tengah perayaan Natal.

    Presiden AS Joe Biden mengungkapkan harapannya untuk kebebasan, cinta, dan kebaikan di negaranya, seraya menyoroti awal perayaan Hanukkah di komunitas Yahudi.

    Di Inggris, Raja Charles III berterima kasih kepada tenaga medis yang telah membantu perjuangan keluarganya melawan kanker, sambil menyerukan perdamaian di seluruh dunia.

    Perayaan Natal di Tengah Duka dan Harapan

    Natal tahun ini juga diwarnai tragedi lain, seperti jatuhnya pesawat Azerbaijan Airlines di Kazakhstan yang menewaskan 38 orang. Di Paris, umat Kristiani berkumpul untuk misa Natal pertama di Katedral Notre Dame setelah kebakaran besar pada tahun 2019, membawa harapan baru di tengah masa sulit.

    Dengan mengakhiri pidatonya, Paus Fransiskus menggarisbawahi pesan utamanya: “Semoga damai di bumi, dan semoga umat manusia bersatu untuk membawa akhir dari penderitaan yang disebabkan oleh perang dan konflik.”

     

    (luc/luc)

  • Cerita Pengungsi di Gaza Menanam Sayur demi Bertahan Hidup, Manfaatkan Lahan Sempit di Antara Tenda – Halaman all

    Cerita Pengungsi di Gaza Menanam Sayur demi Bertahan Hidup, Manfaatkan Lahan Sempit di Antara Tenda – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pengepungan ketat Israel terhadap Jalur Gaza yang terkepung, menyebabkan sebagian orang terpaksa menanam tanaman di tempat mana pun yang dapat mereka temukan.

    Satu di antara pengungsi yang terpaksa menanam tanaman demi bertahan hidup yakni Salah Muhaisen.

    Ia mengungsi dari lingkungan Az-Zawayda di Kota Gaza, yang melakukan hal itu karena naiknya harga pangan.

    Namun, menanam sayur-sayuran bukanlah hal yang mudah.

    Muhaisen menjelaskan, ruang antar tenda terbatas karena hampir seluruh penduduk Gaza telah mengungsi secara paksa.

    Selain itu, kualitas tanahnya buruk dan air di area tersebut asin, sehingga menciptakan lingkungan yang tidak ramah bagi bibit tanaman.

    “Kami mencoba menanam tanaman apa saja untuk menyediakan makan siang, yang menjadi beban bagi kami dalam situasi sulit,” ungkapnya kepada MEMO, Rabu (25/12/2024).

    Pengungsi di Gaza lainnya, Haji Kamel Skeik, juga memanfaatkan lahan sempit di antara tenda-tenda untuk menanam sayuran seperti lobak Swiss, kacang-kacangan, peterseli, dan selada air.

    Lahan yang ia gunakan dulunya merupakan area bermain untuk anak-anak di Gaza, namun genosida tidak menyisakan lahan seperti itu.

    Pengepungan Israel di Gaza dan pengurangan jumlah truk makanan yang diizinkan masuk ke Jalur Gaza telah menyebabkan harga satu kilogram tomat kini 30 hingga 60 kali lebih mahal daripada sebelum Oktober 2023.

    Sementara, harga bawang 20 kali lebih mahal daripada 15 bulan lalu.

    Lahan yang kini ditanami di kamp-kamp pengungsian sangat sempit, sehingga tidak banyak menyediakan kebutuhan bagi penduduk yang kini menderita kelaparan.

    Namun, bagi sebagian keluarga, lahan tersebut menyediakan jalur kehidupan.

    Hingga pengepungan dicabut, pertanian tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan 2,3 juta penduduk Gaza.

    Hal itu karena kurangnya air bersih, pupuk, bibit tanaman, atau ruang yang cukup untuk menanam buah dan sayur dalam kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan.

    Situasi Kemanusiaan di Gaza Disebut Akan Memburuk

    Kelompok bantuan Oxfam memperingatkan agar meningkatkan kewaspadaan atas memburuknya situasi kemanusiaan di wilayah Palestina yang terkepung itu.

    Sebab, hanya 12 truk yang mendistribusikan makanan dan air di Gaza utara dalam dua setengah bulan.

    “Dari 34 truk makanan dan air yang diizinkan masuk ke wilayah Gaza Utara selama 2,5 bulan terakhir, penundaan yang disengaja dan penghalangan sistematis oleh militer Israel menyebabkan hanya dua belas truk yang berhasil mendistribusikan bantuan kepada warga sipil Palestina yang kelaparan,” kata Oxfam dalam sebuah pernyataan, Minggu (22/12/2024), dilansir Arab News.

    “Untuk tiga tempat ini, setelah makanan dan air dikirim ke sekolah tempat orang-orang berlindung, tempat itu kemudian dibersihkan dan dibombardir dalam hitungan jam,” imbuh Oxfam.

    Israel, yang telah mengontrol ketat bantuan yang memasuki wilayah yang diperintah Hamas sejak pecahnya perang, sering menyalahkan apa yang dikatakannya sebagai ketidakmampuan organisasi bantuan untuk menangani dan mendistribusikan bantuan dalam jumlah besar.

    Oxfam menyatakan lembaganya dan kelompok bantuan internasional lainnya telah “terus-menerus dicegah mengirimkan bantuan yang menyelamatkan nyawa” di Gaza utara sejak 6 Oktober tahun ini, ketika Israel mengintensifkan pembomannya di wilayah tersebut.

    “Ribuan orang diperkirakan masih terputus, tetapi karena akses kemanusiaan diblokir, mustahil untuk mengetahui jumlah pastinya,” kata Oxfam.

    “Pada awal Desember, organisasi-organisasi kemanusiaan yang beroperasi di Gaza menerima panggilan telepon dari orang-orang rentan yang terjebak di rumah-rumah dan tempat penampungan yang telah kehabisan makanan dan air,” terangnya.

    Warga Palestina memeriksa kerusakan setelah serangan Israel di Kamp Pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah pada 7 Desember 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas Palestina. (AFP/EYAD BABA)

    Oxfam menyoroti satu contoh pengiriman bantuan pada bulan November yang diganggu oleh otoritas Israel.

    “Sebuah konvoi yang terdiri dari 11 truk bulan lalu pada awalnya ditahan di titik penahanan oleh militer Israel di Jabalia, di mana sejumlah makanan diambil oleh warga sipil yang kelaparan,” katanya.

    “Setelah lampu hijau untuk melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan diterima, truk-truk itu kemudian dihentikan lebih jauh di sebuah pos pemeriksaan militer.”

    “Tentara memaksa pengemudi untuk menurunkan bantuan di zona militer, yang tidak dapat diakses oleh warga sipil yang putus asa,” papar Oxfam.

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Dikutip dari Al Jazeera, setidaknya 27 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel di Gaza sejak fajar, termasuk satu orang di kamp pengungsi Bureij di tengah dan lima di kota Beit Hanoon di utara, menurut tim Al Jazeera di lapangan.

    FEWS NET, pemantau krisis pangan buatan AS, mengatakan bencana kelaparan sedang terjadi di Gaza utara di tengah blokade Israel yang hampir total terhadap pasokan pangan.

    Ia juga memperingatkan b kematian akibat kelaparan dapat melampaui tingkat bencana kelaparan bulan depan.

    Umat ​​Kristen di Gaza merayakan Natal yang muram, berdoa agar kematian dan kehancuran Israel segera berakhir, sementara di kota Betlehem, Tepi Barat yang diduduki – tempat kelahiran Yesus – banyak yang mempersembahkan doa mereka kepada para korban genosida Israel.

    Israel menuntut warga sipil meninggalkan rumah mereka dan melarikan diri ke selatan, termasuk ke “zona kemanusiaan” yang sudah penuh sesak di al-Mawasi, dekat Khan Younis, yang telah berulang kali diserang oleh tentara Israel.

    Sejak saat itu, warga sipil yang terus-menerus dibombardir menggunakan bom mematikan telah ditolak haknya atas rumah, makanan, air, dukungan medis, dan perjalanan yang aman.

    Badan-badan bantuan, kelompok-kelompok hak asasi manusia dan pengamat mengatakan Israel tampaknya menggunakan “Rencana Jenderal”, sebuah strategi yang disebut-sebut oleh seorang anggota pensiunan militer Israel yang menyarankan agar tentara secara paksa mengosongkan Gaza utara dari seluruh penduduknya dan menganggap siapa pun yang tersisa sebagai pejuang musuh.

    Pada hari Kamis, kantor koordinasi bantuan PBB melaporkan bahwa otoritas Israel menolak permintaan PBB lainnya untuk mencapai daerah yang terkepung di provinsi Gaza Utara guna mengirimkan makanan dan air.

    Pasukan Israel telah menyerang Rumah Sakit Kamal Adwan secara berkala , tanpa ada fasilitas medis yang beroperasi di daerah tersebut.

    Pengepungan rumah sakit tersebut telah meningkat selama beberapa hari terakhir, dan koresponden kami Hani Mahmoud melaporkan bahwa rumah sakit tersebut telah “tidak beroperasi lagi karena semua serangan terus-menerus dan penggunaan alat peledak di fasilitasnya”.

    Perang Israel  di Gaza  telah menewaskan sebanyak 45.338 warga Palestina dan melukai 107.764 orang sejak 7 Oktober 2023.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas hari itu, dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Bethlehem di Masa Perang: Suasana Natal Dalam Keheningan – Halaman all

    Bethlehem di Masa Perang: Suasana Natal Dalam Keheningan – Halaman all

    Hampir seluruh 5.000 kamar hotel di Bethlehem tahun ini kosong. Tidak ada wisatawan atau peziarah yang biasanya memenuhi kota kecil itu selama masa Natal. Hotel-hotel dan pertokoan sudah lama menderita kerugian hilangnya pelanggan.

    Ramzi Sabella memiliki toko kecil di dekat Gereja Kelahiran Yesus – dan dia secara pribadi dapat mengingat hampir setiap turis yang datang ke tokonya tahun ini. “Beberapa minggu yang lalu ada seorang tamu dari Nigeria datang ke sini,” katanya.

    Biasanya, peziarah dari seluruh dunia membeli charger ponsel dan tongkat selfie di tokonya, apalagi saat Natal. Tapi dua tahun belakangan situasinya sangat berbeda. “Saat ini, kadang-kadang hanya sedikit penduduk lokal yang datang – dan mereka biasanya membeli produk yang paling murah. Mereka juga tidak punya uang lagi,” kata Ramzi Sabella.

    Sejak pecahnya perang di Jalur Gaza, perekonomian di Tepi Barat yang diduduki Israel praktis telah runtuh. Bethlehem terletak di Tepi Barat, yang dikelola oleh pihak Palestina dalam status otonomi. Pariwisata telah menjadi sumber pendapatan utama Bethlehem selama beberapa dekade. Namun menurut asosiasi hotel setempat, tingkat hunian telah turun drastis dari sekitar 80 persen sesaat sebelum perang, menjadi hanya tiga persen saat ini.

    Suasana suram juga terasa di depan Gereja Kelahiran Yesus. Biasanya, musik Natal yang nyaring dari sini terdengar di seluruh kota tua Betlehem. Tapi tahun ini tidak ada lagu Natal, tidak ada pohon Natal, tidak ada dekorasi. Hanya terlihat beberapa jurnalis yang datang untuk membuat laporan situasi.

    Penduduk meninggalkan Bethlehem

    Ini adalah tahun kedua Natal yang dibayangi oleh perang. Menurut pihak berwenang setempat, hampir 500 keluarga telah beremigrasi dari Bethlehem dalam beberapa bulan terakhir – jumlah yang cukup besar mengingat populasi penduduknya hanya sekitar 30.000 orang. Warga yang masih bertahan di Bethlehem mengatakan, yang pergi lebih banyak lagi daripada angka-angka resmi.

    Kesulitan ekonomi hanya satu alasan, mengapa Bethlehem tidak merayakan Natal tahun ini. Dengan ribuan orang tewas di Jalur Gaza karena perang, tidak ada orang di sini yang ingin merayakan Natal dengan kemeriahan. “Tahun ini kami berdoa dalam keheningan – dan kami ingin mengirimkan pesan ke seluruh dunia,” kata pendeta Issa Musleh dari Gereja Ortodoks Yunani. “Kami sangat mengutuk apa yang saat ini terjadi di Gaza.”

    Lebih dari 700 warga Palestina telah terbunuh di Tepi Barat sejak perang dimulai, menurut PBB. Pada periode yang sama, 23 warga Israel tewas dalam kekerasan. “Saat ini, saat Natal, semua orang harus ingat bahwa Yesus dilahirkan di Bethlehem untuk menyerukan perdamaian,” kata Issa Musleh.

    Menanti kehidupan damai

    Namun, dalam kondisi saat ini, harapan perdamaian terasa sangat jauh, kata Nadeem yang bekerja sebagai pelayan restoran.

    Penduduk Bethlehem telah lama membuktikan bahwa hidup berdampingan secara damai adalah mungkin, ujarnya. Tidak banyak orang di restorannya, yang terletak tidak jauh dari Gereja Kelahiran Yesus.

    Dia sendiri seorang Muslim, tetapi kuliah di universitas Kristen. Sebelum perang, dia punya banyak teman Yahudi. Israael hanya berjarak beberapa kilometer dari sini. Sebenarnya kita semua menginginkan hal yang sama, hidup sederhana dalam damai,” kata Nadeem.

  • Google Maps Alami Masalah Serius saat Digunakan di Wilayah Palestina, Apa Saja?

    Google Maps Alami Masalah Serius saat Digunakan di Wilayah Palestina, Apa Saja?

    Bisnis.com, JAKARTA – Google Maps diketahui hampir tidak dapat digunakan secara efektif di Tepi Barat sejak dimulainya konflik di wilayah tersebut.

    Melansir dari Techcrunch, Rabu (25/12/2024) temuan tersebut berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh kelompok bernama Wired beberapa waktu ini.

    Pengguna melaporkan sejumlah masalah serius saat mencoba menggunakan aplikasi navigasi di wilayah tersebut, termasuk petunjuk arah yang salah yang mengarahkan mereka ke tembok pemisah.

    Pengguna juga merasakan ketidakmampuan aplikasi untuk memperhitungkan pos pemeriksaan yang memakan waktu lama. 

    Beberapa pengguna juga melaporkan bahwa Google Maps terkadang mengarahkan mereka ke jalan-jalan terbatas yang mengarah ke pemukiman Israel, yang berpotensi berbahaya bagi pengguna Palestina.

    Sebagian besar masalah ini, menurut Google, dapat dimaklumi mengingat dinamika yang cepat berubah akibat perang. Pos pemeriksaan yang sering berubah dan pengaturan jalan yang tidak konsisten membuat layanan navigasi sulit untuk memberikan petunjuk yang akurat. 

    Selain itu, juru bicara Google menjelaskan kepada Wired bahwa perusahaan tidak membedakan antara jalan yang digunakan oleh warga Israel dan Palestina karena hal itu memerlukan pemahaman mendalam tentang status kewarganegaraan yang sensitif.

    Meski begitu, laporan dari puluhan karyawan Google menunjukkan adanya kekhawatiran mendalam tentang bagaimana perusahaan menangani masalah ini. Banyak karyawan yang meminta agar Google meningkatkan layanan peta di wilayah Tepi Barat, terutama untuk membantu warga Palestina. 

    Seorang karyawan Google yang berbicara dengan Wired mengungkapkan bahwa banyak warga Palestina di Tepi Barat kini telah sepenuhnya berhenti menggunakan Google Maps, karena merasa aplikasi tersebut tidak dapat diandalkan untuk navigasi yang aman dan tepat.

  • Perayaan Natal di Betlehem Sepi, Tak Ada Dekorasi dan Gemerlap Lampu Imbas Serangan Israel – Halaman all

    Perayaan Natal di Betlehem Sepi, Tak Ada Dekorasi dan Gemerlap Lampu Imbas Serangan Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perayaan Natal tahun ini di kota kelahiran Yesus Kristus,  Betlehem, Tepi Barat, Palestina, sepi imbas serangan Israel ke Gaza yang kian memanas.

    Ini merupakan kali kedua perayaan Natal di Betlehem bernuansa muram dan minim dekorasi, seiring peningkatan konflik di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.

    Biasanya, pada saat seperti ini, jalan-jalan, gang-gang, dan gereja-gereja di Betlehem dihiasi dengan dekorasi lampu Natal.

    Bahkan salah satu pohon Natal terindah di dunia didirikan di Manger Square dekat gereja yang terkenal itu. 

    Para turis dan wisatawan lokal juga biasanya memadati wilayah itu selama musim libur Natal.

    Namun, dua tahun belakangan perayaan Natal di Betlehem digelar umat Kristiani dengan kesedihan yang mendalam.

    Tak ada dekorasi lampu dan pohon natal, pawai marching band pemuda yang sering menjadi bagian dari perayaan Natal juga tidak digelar. 

    Issa Thaljieh, pendeta komunitas Ortodoks Yunani di Betlehem, menggambarkan kota itu sebagai “sedih dan suram” tahun ini karena perang Israel yang sedang berlangsung.

    “Pesan kami kepada dunia, terlepas dari penderitaan, kesulitan, dan perang, adalah bahwa Kristus Palestina memanjatkan doa selama Natal agar perdamaian, cinta, dan belas kasihan menang. Dari Betlehem, pesan cinta dan perdamaian menyebar ke seluruh dunia,” kata Thaljieh, dikutip Anadolu.

    Hal serupa juga dilontarkan oleh Wali Kota Betlehem, Anton Salman.

    Dalam keterangan resminya, ia menggambarkan suasana Natal tahun ini sebagai “suram” mengingat perang yang sedang berlangsung di Gaza.

    Berbagai perayaan Natal juga dibatalkan sebagai wujud kepedulian pada apa yang terjadi pada umat Kristiani di Gaza.

    “Selalu, pesan Bethlehem adalah pesan perdamaian dan harapan,” kata Salman, dikutip dari The Associated Press.

    “Namun di hari-hari ini, kami juga mengirimkan pesan kepada dunia: Perdamaian dan harapan, tetapi dunia harus bekerja untuk mengakhiri penderitaan kami sebagai bangsa Palestina,” katanya.

    Perekonomian Kota Kelahiran Yesus Suram 

    Jeries Qumsieh, juru bicara Kementerian Pariwisata Palestina, menyebut perayaan Natal tahun ini muram dan suram, ditandai perayaan terbatas pada ritual keagamaan.

    “Tahun ini, tidak ada delegasi turis atau peziarah karena perang dahsyat yang dilancarkan Israel terhadap rakyat kami,” kata Qumsieh.

    “Bethlehem sedang menderita kemerosotan ekonomi yang signifikan, dengan pemesanan hotel hanya 3 persen tahun ini,” tambahnya.

    Selama perang berkecamuk, kerugian harian Betlehem akibat perang Israel diperkirakan membengkak sebesar hingga 1,5 juta dollar AS.

    Ini lantaran sektor pariwisata yang diandalkan kota Betlehem mandek beroperasi akibat perang serta kerusuhan yang terus berlangsung di Tepi Barat.

    Sebagai informasi sebelum perang pecah, para turis berziarah ke tempat kelahiran Yesus setiap tahunnya.

    Namun, setelah perang meletus sektor pariwisata kota ini sepi pelancong.

    Menurut Jiries Qumsiyeh, juru bicara Kementerian Pariwisata Palestina, jumlah pengunjung ke Bethlehem pada 2024 diperkirakan tidak lebih dari 100.000 orang. 

    Bahkan, saat ini, hampir semua dari total 5.500 kamar hotel yang tersedia di Betlehem masih kosong. 

    Tingkat hunian hotel di kota itu anjlok dari sekitar 80 persen pada awal 2023 menjadi sekitar 3 persen saat ini.

    Imbasnya pendapatan Betlehem  dari sektor pariwisata menyusut 70 persen, menandai kehancuran ekonomi yang parah. 

    Lebih lanjut, Wali Kota Salman menyatakan, angka pengangguran di Betlehem kini mencapai sekitar 50 persen.

    Angka ini jauh lebih tinggi daripada rata-rata pengangguran di Tepi Barat yang berada pada angka 30 persen. 

    Kendati perekonomian tengah suram, namun pastor paroki Gereja Ortodoks Yunani di Gereja Kelahiran, Bethlehem, Pastor Issa Thaljieh mendorong warga Palestina di Betlehem untuk tetap tinggal meskipun menghadapi tantangan.

    “Gereja tanpa orang Kristen bukanlah gereja. Cahaya yang lahir ketika Yesus Kristus lahir di sini adalah cahaya yang bergerak melampaui kegelapan, jadi kita harus menunggu, kita harus bersabar, kita harus banyak berdoa, dan kita harus tetap dengan akar kita karena akar kita ada di Betlehem,” katanya. 

    (Tribunnews.com / Namira Yunia)

  • Israel Serang Kamp Pengungsian di Tepi Barat, 8 Warga Palestina Tewas

    Israel Serang Kamp Pengungsian di Tepi Barat, 8 Warga Palestina Tewas

    Jakarta

    Israel melakukan serangan di kamp pengungsi dekat kota Tulkarm, di Tepi Barat yang diduduki Israel. Sebanyak 8 warga Palestina tewas dalam serangan itu.

    Dilansir Reuters, Rabu (25/12/2024), serangan itu dilakukan pada Selasa (24/12), Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan seorang wanita berusia 53 tahun, Khawla Abdo, tewas akibat penembakan oleh pasukan Israel pada fajar. Sementara Fathi Saeed Odeh Salem, seorang pria berusia 18 tahun, tewas setelah ditembak di perut dan dada,

    Seorang wanita Palestina lainnya juga dilaporkan meninggal pada sore hari karena luka yang dideritanya akibat serangan itu.

    Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina memperbarui jumlah korban tewas menjadi delapan orang setelah penembakan di Tulkarm oleh pasukan Israel.

    Lebih lanjut, sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dua anggotanya tewas oleh pasukan Israel di Tulkarm.

    Militer Israel sebelumnya mengatakan telah menewaskan seorang warga Palestina dalam operasi “anti-terorisme” di Tulkarm. Militer Israel juga menangkap 18 orang buronan lainnya dan menyita puluhan senjata.

    Militer Israel mengatakan pada Rabu pagi bahwa salah satu komandannya mengalami luka sedang setelah kendaraannya terkena alat peledak selama operasi di wilayah Tulkarm.

    Pada Selasa malam, militer juga mengatakan bahwa pesawat telah menyerang militan bersenjata di kamp pengungsi Nur Shams.

    .

    Lihat Video Serangan Israel Tewaskan 53 Warga Palestina di Gaza

    (yld/gbr)

  • Israel Serang Kamp Pengungsi Palestina di Tepi Barat, 8 Orang Tewas

    Israel Serang Kamp Pengungsi Palestina di Tepi Barat, 8 Orang Tewas

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pasukan Israel menyerang kamp pengungsi di kota Tulkarm, Tepi Barat, pada 24 Desember 2024 dan menyebabkan setidaknya delapan warga Palestina tewas.

    Kementerian Kesehatan Palestina menyebut di antara para korban tersebut adalah seorang perempuan berusia 53 tahun bernama Khawla Abdo, dan pria 18 tahun bernama Saeed Odeh Salem.

    Abdo meninggal dunia karena ditembak pasukan Israel saat subuh. Sementara Abdo meninggal dunia setelah ditembak di bagian perut dan dada. Seorang perempuan lainnya meninggal pada sore hari karena pendarahan akibat serangan tersebut.

    Sayap kelompok Hamas, Brigade Al-Qassam mengatakan dalam pernyataannya bahwa dua anggota mereka tewas oleh pasukan Israel di Tulkarm.

    Militer Israel sebelumnya mengatakan membunuh seorang warga Palestina dalam operasi yang mereka sebut sebagai “anti-terorisme” di Tulkarm. Pasukannya juga menangkap 18 orang dan menyita puluhan senjata.

    Pada 25 Desember 2024 pagi, pasukan Israel mengatakan salah satu komandannya mengalami luka sedang usai kendaraannya kena alat peledak selama operasi di wilayah itu.

    “Komandan Brigade Regional Menashe mengalami luka sedang dan dievakuasi untuk menerima perawatan medis. Penumpang lainnya di dalam kendaraan tersebut tidak mengalami luka,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan seperti diberitakan Reuters.

    Pada 24 Desember 2024 malam, militer juga menyebut pesawat mereka menyerang kamp pengungsi Nur Shams dengan dalih memburu militan bersenjata.

    Korban jiwa terus berjatuhan di tanah Palestina dalam jumlah yang tak imbang. Puluhan ribu masyarakat Palestina baik di Gaza maupun Tepi Barat meninggal dunia dan ribuan warga Israel meninggal dalam perang setahun terakhir.

    Perang yang terjadi sejak 7 Oktober 2023 tersebut terjadi semula antara Hamas dengan pasukan militer Israel. Namun Israel kemudian menginvasi dan membantai masyarakat Palestina di Jalur Gaza, yang kemudian melebar ke Tepi Barat.

    Kantor berita resmi Palestina WAFA mengatakan pasukan Israel mencegah kru ambulans mencapai Salem dengan menembaki mereka.

    Buldoser Israel juga disebut menghancurkan infrastruktur di kamp Tulkarm, termasuk rumah, toko, sebagian tembok masjid Al-Salam yang mereka barikade, dan sebagian jaringan air kamp.

    (Reuters/end)

  • Tak Terbendung di Kherson dan Donetsk, Prajurit Rusia Makin Dekat ke Dnipro – Halaman all

    Tak Terbendung di Kherson dan Donetsk, Prajurit Rusia Makin Dekat ke Dnipro – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM — Rusia semakin merajalela di oblast Donetsk dan Kherson, bahkan pasukan mereka kini telah mendekat ke wilayah oblast Dnipropetrovsk atau Dnipro.

    Vladyslav Voloshyn, juru bicara Komando Selatan militer Ukraina mengatakan, di tengah antisipasi kemajuan besar Rusia di Kherson Oblast.

    Pada awal Desember, pasukan Rusia melakukan serangan di wilayah selatan untuk mendapatkan pijakan di pulau-pulau di delta Sungai Dnipro.

    Kepada Radio Free Europe/Radio Liberty (RFE/RL) Voloshyn mengatakan, langkah-langkah Rusia tersebut muncul di tengah antisipasi kemajuan besar Rusia di Kherson. 

    Pada awal Desember, pasukan Rusia melakukan serangan di wilayah selatan untuk mendapatkan pijakan di pulau-pulau di delta Sungai Dnipro.

    “Dari pijakan baru itu, pasukan Rusia dapat menembaki Kherson dan unit militer Ukraina yang terletak di zona pesisir di tepi barat Dnipro,” kata Voloshyn.

    Pasukan Rusia melakukan lima hingga tujuh serangan oleh kelompok infanteri kecil di area garis depan ini setiap hari untuk “mendeteksi kelemahan pertahanan Ukraina,” menurut pejabat itu.

    “Musuh telah melancarkan serangan serupa di Pulau Kozatsky, dan selama beberapa hari berturut-turut, mereka (pasukan Rusia) telah mencoba mendarat di Pulau Velykyi Potemkin, dan sebelum itu, mereka mencoba mendarat di pulau selatan Zabych,” kata Voloshyn.

    Ia menambahkan bahwa Rusia juga melakukan serangan serupa di dekat Jembatan Antonivskyi dua minggu lalu.

    Upaya ini bukanlah upaya untuk melakukan “serangan besar atau memaksa Sungai Dnipro,” kata juru bicara tersebut.

    “Kelompok (kecil) seperti itu tidak melakukan ini. Pasukan yang jauh lebih besar melakukannya, tetapi sangat sulit untuk menyembunyikannya dengan sarana intelijen modern,” tambahnya.

    Bahkan jika informasi tentang kemungkinan serangan Rusia di Kherson ternyata benar, “itu akan berakibat fatal bagi pasukan Rusia,” Oleksandr Tolokonnikov, kepala departemen kebijakan internal dan informasi Administrasi Militer Regional Kherson, mengatakan kepada media.

    Sementara itu, jika militer memperingatkan tentang bahaya seperti itu, otoritas setempat siap mengumumkan evakuasi tambahan dari kota dan lingkungan sekitarnya, kata pejabat tersebut.

    Kherson dan permukiman regional lainnya di sebelah barat Sungai Dnipro telah menjadi sasaran serangan Rusia hampir setiap hari sejak Ukraina membebaskan wilayah tersebut pada November 2022, dan pasukan Rusia didorong ke timur sungai.

    Pasukan Rusia telah mengintensifkan serangan darat di beberapa wilayah di sepanjang garis depan selama beberapa hari terakhir tetapi gagal menembus garis pertahanan Ukraina, kata Panglima Tertinggi Oleksandr Syrskyi pada 19 Desember.

    Rusia menyerang sebuah gedung perumahan di kota Kryvyi Rih di Oblast Dnipropetrovsk pada Malam Natal, 24 Desember, melukai sedikitnya 13 orang, kata Gubernur Serhii Lysak.

    Satu orang tewas, menurut gubernur.

    Laporan awal mengatakan bahwa rudal balistik Rusia menghantam sebuah gedung apartemen empat lantai di kota itu, menurut Wali Kota Oleksandr Vilkul.

    Dua orang berhasil diselamatkan dari bawah reruntuhan. Seorang pria berusia 79 tahun, serta wanita berusia 69 dan 72 tahun berada dalam kondisi cukup parah di rumah sakit, imbuh Lysak.

    “Sementara seluruh dunia merayakan Natal, warga Ukraina terus menderita akibat serangan Rusia yang tak berkesudahan. Teroris tidak memahami moralitas manusia,” kata Ombudsman Ukraina Dmytro Lubinets.

    Pasukan Rusia Sudah Berjarak 10 Kilometer 

    Sementara itu dari arah timur, pasukan Rusia dikabarkan telah berjarak 10 kilometer dari Dnipro. 

    Rusia yang telah mengepung Kota Pokrovsk, Donetsk, tersebut mengambil keuntungan dengan terus bergerak ke arah barat.

    “Kini jaraknya dari wilayah Dnipro hanya 9-10 kilometer saja,” demikian dikutip dari Strana.

    Meski demikian, pergerakan Rusia di sebelah timur Dnipro tersebut belum jelas. Bahkan mereka tidak segera menaklukkan Pokrovsk yang merupakan gudang logistik dan kota pertambangan batu bara tersebut. (Ukrinform/Strana)