Negara: Tepi Barat

  • Israel Pakai Uang Pajak Palestina untuk Bayar Utang Listrik Rp 8,8 T

    Israel Pakai Uang Pajak Palestina untuk Bayar Utang Listrik Rp 8,8 T

    Tel Aviv

    Israel berencana untuk menggunakan pendapatan pajak yang dikumpulkan atas nama Otoritas Palestina (PA) untuk membayar utang listrik PA sendiri, yang besarnya nyaris mencapai 2 miliar Shekel atau setara Rp 8,8 triliun.

    Utang listrik sebesar itu, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (13/1/2025), harus dibayarkan oleh Otoritas Palestina kepada Israel Electric Co (IEC), perusahaan listrik Israel yang dikelola negara.

    Israel selama ini memungut pajak atas barang-barang yang melewati Israel ke Tepi Barat atas nama Otoritas Palestina dan mentransfer pendapatannya ke Otoritas Palestina yang berkedudukan di Ramallah berdasarkan perjanjian jangka panjang antara kedua belah pihak.

    Sejak Hamas melancarkan serangan mematikan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 yang kemudian memicu perang di Jalur Gaza, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich menahan sejumlah dana pajak yang dialokasikan untuk biaya administrasi di Jalur Gaza.

    Dana yang dibekukan itu disimpan di Norwegia dan, menurut Smotrich dalam rapat kabinet pada Minggu (12/1), akan digunakan untuk membayar utang kepada IEC yang jumlahnya mencapai 1,9 miliar Shekel.

    “Prosedur ini diterapkan setelah beberapa tindakan anti-Israel dan termasuk pengakuan sepihak Norwegia atas negara Palestina,” kata Smotrich saat berbicara kepada para menteri kabinet pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.

    “Utang PA kepada IEC mengakibatkan tingginya pinjaman dan suku bunga, serta berdampak pada kredit IEC, yang pada akhirnya dialihkan kepada warga Israel,” ucapnya.

  • 2025 Bisa Jadi Tahun Petaka: di mana-mana Panas-Siaga Perang

    2025 Bisa Jadi Tahun Petaka: di mana-mana Panas-Siaga Perang

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – International Crisis Group atau ICG merilis daftar 10 potensi konflik yang harus diantisipasi masyarakat dunia. Berbagai konflik ini merupakan perpanjangan masalah dari konflik yang sudah panas pada tahun-tahun sebelum 2025.

    Konflik ini akan terjadi di berbagai belahan dunia, mulai dari kawasan Amerika, Timur Tengah, Asia Timur, hingga lintas kawasan. Bahkan, potensi konflik bisa makin buruk setelah makin rusaknya norma-norma perdamaian secara global.

    “Jika Israel mencaplok Tepi Barat dengan restu AS, atau Washington secara sepihak mengebom kartel Meksiko, norma-norma yang sudah melemah berisiko semakin hancur. Pihak yang berperang akan lebih sedikit memperhatikan penderitaan sipil,” tuis ICG dalam artikel berjudul 10 Conflicts to Watch in 2025, dikutip Sabtu (11/1/2025).

    Adapun 10 konflik yang perlu diwaspadai sepanjang 2025 menurut ICG sebagai berikut:

    1. Suriah

    Setelah jatuhnya rezim diktator Bashar al-Assad pada akhir tahun lalu, Suriah tampak mulai bangkit meredam perang internal di dalam negerinya sendiri. Namun, ICG menganggap, banyak risiko konflik kembali meletus di negara itu pada 2025.

    Kelompok milisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS), mantan afiliasi al-Qaeda memang telah berhasil mengalahkan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) setelah menyerang pemerintahan Bashar pada 27 November. Pemerintahan Assad pun jatuh dalam waktu kurang dari dua minggu setelah menguasai negara itu selama 54 tahun secara turun menurun.

    Menurut ICG, kekalahan tentara Suriah sebagian disebabkan oleh persiapan matang kekuatan HTS dan sebagian lagi karena pembusukan rezim itu sendiri. Assad, mengandalkan dukungan dari Hizbullah, Iran dan Rusia, mengabaikan pasukannya sendiri, mengandalkan wajib militer, cadangan bergaji rendah, dan milisi predator.

    Melihat kelemahannya, pendukung eksternal Assad berdiri saat pemberontak maju. Sebagian besar unit Hizbullah yang telah membela rezim itu, bagaimanapun, telah kembali ke Lebanon untuk memerangi Israel, di mana mereka menderita kerugian besar.

    Iran, yang tengah sibuk menghadapi Israel, tidak bisa membantu Assad. Rusia, yang kekuatan udaranya telah mengubah gelombang perang hampir satu dekade lalu, terjebak di Ukraina.

    Ketika pertahanan rezim runtuh, Moskow dan Teheran tampaknya telah menerima jaminan HTS bahwa Iran dapat dengan aman menarik aset-asetnya keluar secara aman, dan Rusia menarik kembali pasukannya ke pelabuhan Mediterania di Tartus atau pangkalan udara di Latakia.

    HTS dipimpin oleh Ahmed al-Sharaa menurut ICG sejauh ini hanya mengamankan kota-kota besar di Suriah, namun untuk di kawasan pedesaan tengah dan barat memiliki risiko konflik yang kacau ke depan. Sebab, pasukan HTS hanya 30.000, tak cukup untuk mengamankan negara seluas 185.180 kilometer persegi.

    Mantan pemberontak lainnya, termasuk beberapa di dalam Tentara Nasional Suriah (SNA) yang didukung Turki, lebih sulit diatur. Di Hama, Homs dan Latakia, orang-orang bersenjata telah menjarah, secara acak membunuh anggota kelompok minoritas yang dituduh mendukung rezim Assad, dan secara langsung mengeksekusi beberapa kaki tangannya.

    Bahaya lain berasal dari luar. Ketika Assad jatuh, bom Israel meratakan pangkalan angkatan udara Suriah, fasilitas angkatan laut dan depot senjata, termasuk, menurut Israel, fasilitas senjata kimia.

    Israel, yang mencaplok bagian dari Dataran Tinggi Golan pada 1981, juga mengirim pasukan ke zona demiliterisasi, termasuk posisi puncak bukit di Suriah, meskipun Sharaa, sambil mengkritik pemboman dan serangan, berjanji untuk mematuhi perjanjian yang ada dengan Israel.

    Di timur laut, SNA yang didukung Turki telah mengusir SDF dari beberapa kota, membuat ribuan orang mengungsi. Mereka sekarang mengancam Kobani, kota mayoritas Kurdi di perbatasan Turki.

    Ankara memandang SDF sebagai pelengkap Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah diperjuangkan di Turki dan Irak utara selama beberapa dekade. Lebih banyak pertempuran dapat mencabut ribuan nyawa orang lagi dan semakin membebani transisi Suriah.

    SDF menjaga ribuan mantan pejuang ISIS, yang pelariannya dapat memperkuat sisa-sisa kelompok yang sudah berkumpul kembali di padang pasir.

    Turki, harus membiarkan otoritas baru Suriah bernegosiasi dengan SDF tentang reintegrasi timur laut dengan persyaratan yang dapat diterima semua orang. Akhirnya, sanksi Barat dan PBB yang menghalangi bantuan dan investasi yang dibutuhkan Suriah setelah bertahun-tahun perang harus dilonggarkan.

    2. Sudan

    Perang Sudan, dengan jumlah pengungsi dan kelaparan, adalah yang paling menghancurkan di dunia. Sekitar 12 juta orang Sudan – lebih dari sepertiga dari populasi sebelum perang – telah meninggalkan rumah mereka.

    Lebih dari setengahnya menghadapi kekurangan pangan akut, dengan beberapa bagian wilayah Darfur menderita kelaparan. Pejabat PBB menggambarkan tingkat kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak perempuan sebagai “mengejutkan”. Negara ini tampak menuju konflik kekerasan.

    Milisi Sudan, RSF yang dipimpin Mohamed “Hemedti” Hamdan Dagalo terus melawan tentara Sudan, yang dipimpin oleh Abdel Fattah al-Burhan. Setelah penggulingan Omar al-Bashir pada 2019, Hemedti dan Burhan mulanya berbagi kekuasaan dengan politisi sipil dan kemudian mengusir mereka sebelum saling berbalik.

    Angkatan darat, tanpa banyak infanteri, bergantung pada kekuatan udara, termasuk drone yang dipasok asing, dan tanpa pandang bulu mengebom daerah-daerah di bawah kendali RSF. Mereka telah beralih ke milisi, terutama yang dimobilisasi oleh kaum Islamis yang berpengaruh di bawah Bashir.

    Mantan pemberontak Darfuri telah membantu memukul mundur serangan RSF di ibu kota Darfur Utara, El Fasher. RSF berjuang untuk mempertahankan tanah di luar benteng baratnya tetapi tetap kuat ketika terlibat dalam serangan cepat. Pasukannya sering membawa pembantaian saat mereka maju.

    Namun, perang di Sudan akan semakin kompleks setelah makin maraknya campur tangan asing, salah satunya Uni Emirat Arab melalui bisnis Emirates. Dukungan Emirat untuk RSF (yang dibantah Abu Dhabi, meskipun ada dokumentasi oleh PBB dan lainnya) mencerminkan upaya pencarian pengaruh dan keuntungannya di cekungan Laut Merah.

    Ethiopia, yang memiliki hubungan dekat dengan Uni Emirat Arab, telah berusaha untuk tetap netral, khawatir bahwa tentara Sudan akan membantu oposisi bersenjata Ethiopia, tetapi mungkin masih sebatas dugaan.

    Adapun tentara Sudan, mereka mengandalkan dukungan dari Mesir, terlepas dari hubungan Islamisnya, sebagai taruhan yang lebih baik daripada paramiliter RSF yang sulit diatur. Eritrea, yang curiga terhadap UEA dan ingin memiliki penyangga di perbatasan baratnya, sedang melatih kelompok-kelompok sekutu tentara Sudan. Iran dilaporkan telah memasok tentara dengan senjata termasuk drone canggih.

    Arab Saudi, yang memiliki hubungan dengan kedua belah pihak, telah menjadi tuan rumah pembicaraan perdamaian di Jeddah dengan sedikit keberhasilan.

    Setelah lebih dari setahun perang, Amerika Serikat akhirnya menunjuk utusan Sudan, sebuah langkah yang disambut baik.

    Sementara itu, Hemedti tampaknya bersedia untuk berbicara tetapi menginginkan tentara baru – dan peran komando di dalamnya untuk loyalis, sesuatu yang ditentang dengan keras oleh para kepala militer, Islamis, dan mantan pemberontak Darfuri. Politisi sipil yang berfaksi juga tidak dapat bersatu di belakang persyaratan gencatan senjata dan pengaturan tindak lanjut.

    Yang mengkhawatirkan, beberapa orang di Sudan, terutama di antara para pengikut rezim Bashir, berbicara tentang partisi, dengan alasan bahwa penyalahgunaan RSF mengesampingkan hidup berdampingan. Mereka menuntut pemotongan, meninggalkan tentara yang mengendalikan utara dan timur, termasuk Khartoum, dan RSF menguasai barat dan tambal sulam daerah-daerah lain.

    3. Ukraina dan Keamanan Eropa

    Presiden terpilih AS Donald Trump telah berjanji untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina dengan mengajukan negosiasi kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. Pembicaraan gencatan senjata dalam negosiasi itu menurut ICG sulit terealisasi apalagi kesepakatan damai.

    Pertahanan Ukraina mungkin tidak akan runtuh dalam waktu dekat, sebab ICH memperoleh informasi dari sumber-sumber di Rusia yang mengatakan Putin cenderung mengharapkan keuntungan bertahap, bukan kekalahan mendadak Ukraina.

    Titik mencuatnya masalah adalah Putin menuntut agar Ukraina melakukan demiliterisasi, atau setidaknya membatasi ukuran tentaranya, dan melupakan jaminan keamanan. Kyiv dan ibukota Eropa, pada gilirannya, melihat bahaya eksistensial dalam kesepakatan semacam itu. karena pasukan Rusia akan maju lagi. bahkan berpotensi berani menakut-nakuti Moldova,

    4. Israel-Palestina

    Serangan Israel ke Gaza, yang diluncurkan sebagai tanggapan atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, telah menghancurkan jalur Gaza.

    Menewaskan lebih dari 45.000 warga Palestina. Sebagian besar adalah warga sipil – setidaknya sepertiga dari mereka anak-anak. Ribuan mayat lainnya hilang, mungkin di bawah puing-puing. Dua pertiga bangunan dan infrastruktur rusak atau hancur, dengan seluruh lingkungan diratakan.

    Sementara banyak pemimpin Hamas telah terbunuh dan aset militer kelompok itu hancur, pejabat Barat dan bahkan beberapa orang Israel diam-diam mengakui bahwa tidak ada otoritas yang dapat memerintah Gaza atau menjalankan fungsi sipil tanpa persetujuan Hamas.

    Perubahan apa yang akan dibawa oleh Presiden AS Donald Trump yang akan datang tidak jelas. Dia dilaporkan telah mengatakan kepada Netanyahu bahwa dia ingin perang Gaza berakhir sebelum dia menjabat tetapi tanpa mengisyaratkan syaratnya. Secara keseluruhan, pilihan kabinetnya sebagian besar tampaknya cenderung memberi Netanyahu keleluasaan yang lebih banyak.

    Pertempuran lain terletak di Tepi Barat, yang tampaknya siap untuk dianeksasi Israel. Di bawah Menteri Keuangan ultranasionalis Bezalel Smotrich, Israel mengalihkan pengelolaan wilayah dari militer ke kontrol sipil, memperluas kedaulatan, memerintahkan lebih banyak rumah Palestina dihancurkan, dan melegalkan pos-pos pemukim.

    Bahkan tanpa aneksasi formal, Israel dapat lebih mempercepat taktik yang telah digunakan selama bertahun-tahun: memindahkan lebih banyak pemukim dan memeras warga Palestina ke kantong-kantong yang lebih kecil dengan paksa.

    5. Iran vs AS dan Israel

    Serangan Israel terhadap Iran pada akhir Oktober menurunkan pertahanan udara dan simpanan rudalnya. Ketika pemberontak Suriah menggulingkan Presiden Bashar al-Assad pada awal Desember, Iran kehilangan sekutu yang telah dibiayai miliaran dolar untuk menopang Iran, serta rute udara dan darat utama yang digunakan untuk memasok kembali Hizbullah.

    Teheran masih memiliki ribuan rudal balistik (pada bulan Oktober, sekitar 30 dari 180 rudal Israel yang menembus pertahanan), ditambah milisi sekutu di Irak dan Houthi, yang terus menembaki Israel dari Yaman.

    Hizbullah mungkin masih bisa berkumpul kembali. Tetapi di sekitar perimeter Israel, Poros Perlawanan, yang dilihat Iran sebagai pencegah terhadap serangan Israel atau AS, rusak. Dari perspektif Teheran, juga mengkhawatirkan seberapa mampu badan-badan intelijen Israel dan seberapa tinggi toleransi risikonya.

    Pemimpin Tertinggi Iean Ayatollah Ali Khamenei tampaknya masih melihat konsesi nuklir sebagai tiket untuk mencabut sanksi dan memulai ekonomi yang terhenti. Dia mungkin juga khawatir bahwa badan intelijen Israel atau AS dapat mendeteksi upaya Iran untuk memprosuksi nuklir sebagai persenjataan.

    Beberapa penasihat Trump, seperti beberapa orang Israel, melihat kelemahan Iran sebagai peluang untuk melumpuhkan program nuklirnya atau bahkan pemerintahnya. Mencoba menggulingkan rezim, yang tidak populer tetapi tidak rapuh.

    Kematiannya akan memicu kekacauan seperti yang terjadi di Irak pasca-2003, dengan Garda Revolusi garis keras kemungkinan akan menjadi yang teratas. Bahkan menghancurkan situs nuklir, yang terletak jauh di bawah tanah, akan membutuhkan kampanye udara yang melibatkan amunisi penghancur bunker.

    Serangan semacam itu mungkin mendorong rezim, melihat bahaya eksistensial, untuk menanggapi dengan semua yang dimilikinya. Sementara jangkauan Teheran sering dilebih-lebihkan, ribuan rudal yang ditembakkan ke Israel, bersama dengan serangan terhadap pasukan AS di Irak dan serangan Houthi di jalur pelayaran Laut Merah, dapat menyeret Amerika Serikat ke dalam perang yang tidak diinginkan Trump.

    6. Haiti

    Sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moïse pada Juli 2021, geng-geng telah merebut sebagian besar Haiti.

    Pada awal 2024, aliansi geng yang sebelumnya bertikai, yang dikenal sebagai Viv Ansanm, mengepung ibu kota Port-au-Prince. Ariel Henry, seorang perdana menteri yang tidak populer yang mengambil alih setelah Moïse terbunuh, berada di Nairobi pada saat itu mengawasi pembentukan misi polisi dan tidak dapat terbang pulang.

    Henry mengundurkan diri, di bawah tekanan dari tetangga Karibia, Amerika Serikat dan lainnya.

    Pada bulan Juni, pasukan Kenya mulai berdatangan, diberi mandat untuk bekerja dengan polisi Haiti untuk memerangi geng-geng, yang anggotanya diperkirakan berjumlah 12.000 orang.

    Pada 2024 saja, kekerasan yang melibatkan geng menewaskan lebih dari 5.300 orang, membuat 700.000 orang mengungsi, dan menyebabkan hampir setengah dari warga Haiti menghadapi kerawanan pangan akut.

    7. AS-Meksiko

    Selama kampanye pemilu AS, Donald Trump – sekarang presiden terpilih – berjanji untuk mengenakan tarif tinggi pada Meksiko, mengirim kembali jutaan migran, dan bahkan mengebom kartel.

    Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum Pardo telah membalas ancaman Trump, menyarankan bahwa – tanpa kerja sama Meksiko – karavan migran menuju ke utara akan dilanjutkan. Dia telah meminta Washington untuk mendeportasi migran ke negara asal mereka, bukan Meksiko. Dia juga mungkin berharap bahwa memperkuat peran Meksiko sebagai penyangga migran atau koordinasi kontranarkotika yang lebih ketat akan menenangkan Trump.

    Aksi militer sepihak terhadap kartel hampir pasti akan menjadi bumerang. Menyingkirkan lebih banyak pemimpin geng akan memicu lebih banyak perang wilayah dan fragmentasi, sementara bila tidak melakukan apa pun untuk mengekang produksi narkoba, laboratorium fentanil berteknologi rendah dan mudah dibangun kembali.

    Meksiko akan membalas, mungkin dengan langkah melawan kepentingan ekonomi AS. Hubungan antara dua negara yang saling berhubungan dengan perdagangan, investasi, dan ikatan keluarga akan menimbulkan bencana bagi keduanya.

    8. Myanmar

    Pertengahan tahun 2024, rezim militer Myanmar tampaknya terhuyung-huyung, karena pemberontak telah merebut sebagian besar dataran tinggi serta pangkalan militer utama. Sejak itu, China, yang khawatir akan keruntuhan Myanmar, terlibat aktif di negara itu.

    Tetapi junta masih menghadapi perlawanan yang gigih. Pemungutan suara pada 2025, jika berjalan sesuai rencana, akan membawa pertumpahan darah lebih lanjut.

    Perang saudara yang telah merobek Myanmar sejak militer merebut kekuasaan pada 2021 telah membuat negara itu mundur beberapa dekade: Lebih dari 3 juta orang mengungsi secara internal, sistem kesehatan dan pendidikan telah runtuh, kemiskinan meroket, dan mata uang Myanmar, kyat, telah jatuh.

    9. Semenanjung Korea

    24 dimulai dengan pidato mengejutkan oleh pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, di mana ia membatalkan kebijakan penyatuan damai Korea Utara yang telah berlangsung selama beberapa dekade dengan Korea Selatan dan menyatakan Seoul sebagai musuh utama Pyongyang.

    Dalam pidatonya pada Januari, Kim bertujuan untuk lebih menutup Korea Utara, terutama dari ekspor budaya Korea Selatan – K-Pop, dengan kata lain – sambil memperketat cengkeramannya pada ekonomi.

    Tetapi memutuskan hubungan lebih lanjut, termasuk hampir semua komunikasi antar-Korea, membuat negara-negara itu memiliki sedikit pilihan untuk mengelola insiden pada saat gesekan meningkat.

    Kembalinya Trump menambah lapisan ketidakpastian lainnya. Terlepas dari ketidaksukaannya pada sekutu, dia tidak mungkin menarik Washington keluar dari perjanjian pertahanannya dengan Korea Selatan atau menarik pasukan AS.

    Tetapi dia mungkin menuntut agar Seoul membayar lebih banyak untuk perlindungan. Itu akan meningkatkan seruan, terutama di kalangan warga Korea Selatan biasa, agar Seoul memperoleh persenjataan nuklirnya sendiri. Setiap ambiguitas tentang komitmen Washington terhadap Seoul juga berisiko membuat Kim berani.

    Terlepas dari peringatan dari pengamat Korea, Kim tampaknya tidak mungkin meluncurkan perang besar-besaran, yang akan berisiko menjadi nuklir, menimbulkan bencana bagi Asia dan ekonomi dunia, dan kemungkinan berujung pada kematiannya sendiri.

    10. China-AS

    Orang-orang di lingkaran Trump berpikir Washington harus membatasi diri untuk menghalangi kekuatan Beijing di Asia. Eksekutif teknologi Elon Musk, yang melakukan bisnis di China, menginginkan hubungan yang lebih bersahabat.

    Trump sendiri telah mengirim sinyal yang beragam: konfrontatif dalam perdagangan, suam-suam kuku pada pertahanan Taiwan, tidak peduli tentang komitmen AS kepada sekutu Asia, dan sering mengagumi otoritas Xi.

    Janji kampanye Trump untuk mengenakan tarif setidaknya 60 persen pada barang-barang China – kenaikan tajam dari tarif masa jabatan pertamanya, yang sebagian besar dipertahankan Biden – tampaknya lebih mungkin menjadi salvo pembuka dalam pembicaraan daripada pendahuluan perang dagang.

    Tarif akan melemahkan perlambatan pertumbuhan China, tetapi Beijing dapat membalas – seperti yang sudah dimulai – dengan melarang ekspor mineral penting, misalnya, atau meluncurkan penyelidikan antimonopoli ke raksasa teknologi AS.

    Seberapa serius bahaya yang ditimbulkan Trump terhadap perdamaian yang rapuh di sekitar Taiwan tidak jelas. Selama beberapa dekade, Amerika Serikat telah bertujuan untuk mencegah Tiongkok menginvasi Taiwan dengan memperkuat pertahanan pulau itu, tanpa memperluas jaminan keamanan sambil mencegah Taipei untuk mendeklarasikan kemerdekaan atau memprovokasi Beijing.

    Tetapi presiden baru Taiwan, Lai Ching-te, lebih bermusuhan daripada pendahulunya. Tiongkok telah meningkatkan serangan ke wilayah udara Taiwan dan latihan agresif di sekitar pulau itu, termasuk latihan Desember baru-baru ini – operasi maritim terbesarnya dalam beberapa dekade menurut Taiwan – yang melibatkan hampir 90 kapal angkatan laut dan penjaga pantai.

    Begitu dia menjabat, Trump mungkin akan kembali mengungkapkan skeptisisme tentang apakah membela Taiwan layak atau mencoba membuat pulau itu, yang secara teratur dia tuduh menunggangi kemurahan hati AS, untuk batuk lebih banyak untuk pertahanannya. Atau dia juga dapat mengizinkan penjualan senjata ofensif yang lebih cepat ke Taiwan dan lebih banyak operasi angkatan laut AS di Selat Taiwan. Kedua jalur dapat meminta tanggapan.

    Yang lebih genting adalah Laut Cina Selatan, di mana klaim maritim Tiongkok tumpang tindih dengan klaim negara-negara lain (seperti yang dikonfirmasi oleh putusan pengadilan khusus tahun 2016 mengenai Filipina, meskipun Beijing menolak putusan tersebut). Di sekitar bebatuan dan terumbu karang yang disengketakan di lepas pantai Filipina, sekutu perjanjian A.S., gesekan telah meningkat menjadi bentrokan di laut.

    Presiden Ferdinand Marcos Jr. telah mengupayakan hubungan yang lebih dekat dengan Amerika Serikat, memberikan akses ke lebih banyak pangkalan militer Filipina, termasuk beberapa yang dekat dengan Taiwan, melakukan latihan bersama, dan bekerja sama lebih erat dengan sekutu AS lainnya. Xi menuduh Manila memainkan insiden untuk mendapatkan peralatan dan investasi militer AS tambahan, dan Washington, pada gilirannya, mengeksploitasi gesekan untuk menarik pemerintah Asia ke dalam jaringan anti-China.

    Bentrokan yang mengakibatkan kematian Filipina dapat menyebabkan Marcos meminta pakta pertahanan negaranya dengan Washington. Trump, bahkan jika enggan menanggapi dengan tegas, akan menghadapi tekanan dari pejabat Departemen Pertahanan untuk melakukannya. Triknya adalah menghindari spiral eskalasi tanpa menandakan kepasifan yang dapat membuat Beijing berani, terutama jika para pemimpin China melihat tanda-tanda lain dari hubungan AS dengan sekutu.

    Sekutu AS lainnya, termasuk Jepang dan Korea Selatan, telah meningkatkan pengeluaran pertahanan mereka, yang ketakutan oleh perilaku Tiongkok dan inkonsistensi AS. Konstituen besar di Tokyo dan Seoul percaya negara mereka harus memperoleh pencegah nuklir mereka sendiri. Spekulasi tentang tawar-menawar besar Trump-Xi hampir tidak menenangkan saraf, bahkan jika kesepakatan seperti itu tampak mengada-ada. Di tengah persaingan yang semakin intensif antara dua kekuatan besar dunia, pandangan redup Trump tentang aliansi mengguncang Asia hampir sama seperti halnya Eropa.

    (dce)

  • Batu Tertua Bertuliskan 10 Perintah Allah Sukses Dilelang Rp82 Miliar

    Batu Tertua Bertuliskan 10 Perintah Allah Sukses Dilelang Rp82 Miliar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Batu yang diyakini sebagai 10 Perintah Allah telah terjual dengan harga sekitar Rp82 miliar, dalam sebuah pelelangan. Harga jualnya itu tepatnya, mencapai US$ 5,04 juta, jauh melampaui estimasi awal senilai US$ 2 juta.

    Prasasti batu yang diyakini sebagai salah satu batu tertua di dunia memiliki ukiran 10 Perintah Allah dari Perjanjian Lama. Batu tersebut diperkirakan berasal dari 1.500 tahun lalu di era akhir Romawi-Bizantium.

    Menurut Sotheby’s, yang menggelar pelelangan, pembelinya enggan diungkap identitasnya. Tetapi, ia berencana untuk mendonasikan batu tersebut ke institusi Israel.

    Batu yang menyimpan jejak sejarah dunia purba tersebut sudah dilupakan selama beratus-ratus tahun. Beratnya 115 pon atau sekitar 52 kilogram. Tingginya 2 kaki atau setara 0,6 meter.

    Penemuan awalnya pada 1913 saat dilakukan penggalian di jalur kereta api baru wilayah utara yang kini menjadi bagian dari Israel, dikutip dari CNN International, Sabtu (11/1/2025).

    Batu tersebut ditemukan di dekat situs sinagoge, masjid, dan gereja kuno dan bertuliskan 10 hukum Alkitab dalam aksara Paleo-Ibrani. Meskipun demikian, signifikansi penemuan tersebut tidak sepenuhnya dihargai dan batu tersebut terus digunakan sebagai paving di luar rumah seseorang selama tiga dekade.

    Prasasti tersebut ditempatkan menghadap ke atas dan terbuka untuk dilalui banyak pejalan kaki, sehingga tulisannya kian memudar. Beruntung lempengan tersebut secara historis akhirnya diakui dan dilestarikan.

    Menurut pernyataan pers oleh Sotheby’s, batu tersebut sempat dijual kepada seorang sarjana pada tahun 1943. Orang yang tidak disebutkan namanya ini sebagai Dasa Titah Samaria yang penting dan memuat ajaran-ajaran ilahi yang menjadi inti dari banyak agama.

    Samaritanisme adalah agama monoteistik kuno yang didasarkan pada lima kitab pertama Perjanjian Lama. Meskipun terkait dengan Yudaisme, Samaritanisme menganggap Gunung Gerizim di wilayah Tepi Barat sebagai tempat tinggal Yahweh, bukan Gunung Sion.

    Sotheby’s menjelaskan lempengan tersebut awalnya berada kemungkinan besar telah dihancurkan oleh invasi Romawi tahun 400-600 M atau sebagai akibat dari Perang Salib pada akhir abad ke-11.

    Dalam klip video pendek tentang penjualan tersebut, rumah lelang tersebut menggambarkan Sepuluh Perintah dalam Kitab Keluaran sebagai “landasan hukum dan moralitas” dan “teks dasar peradaban Barat.”

    Batu tersebut menampilkan 20 baris teks, yang mengikuti ayat-ayat dari Alkitab, yang umum dalam tradisi Yahudi dan Kristen. Namun, hanya sembilan dari 10 perintah dari Kitab Keluaran yang disertakan, yang hilang adalah: “Jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan.” Sebagai gantinya, ada petunjuk baru untuk beribadah di Gunung Gerizim.

    Richard Austin, kepala buku dan manuskrip global Sotheby’s, mengatakan dalam pernyataan pers: “Papan yang luar biasa ini bukan hanya artefak bersejarah yang sangat penting, tetapi juga hubungan nyata dengan kepercayaan yang membantu membentuk peradaban Barat”.

    “Menemukan bagian warisan budaya bersama ini berarti melakukan perjalanan melintasi ribuan tahun dan terhubung dengan budaya dan kepercayaan yang diceritakan melalui salah satu kode moral paling awal dan paling abadi dari umat manusia.”

    (luc/luc)

  • Tentara Zionis Alami Kendala di Medan Perang, sementara Hamas Pakai Taktik Baru yang Mematikan – Halaman all

    Tentara Zionis Alami Kendala di Medan Perang, sementara Hamas Pakai Taktik Baru yang Mematikan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Tentara Israel rupanya mengalami tantangan di medan perang.

    Hal ini menurut pengamatan Analis militer Israel, Avi Ashkenazi.

    Dirinya mencatat kondisi cuaca saat ini menghadirkan tantangan di medan perang, dikutip dari Palestine Chronicle.

    Bahkan, disebutkan Ashkenazi buldoser militer Israel tidak dapat mengeruk tanah cukup dalam.  

    Namun, di sisi lain pejuang perlawanan Palestina malah dapat menggali dengan cepat dan dalam untuk menempatkan alat peledak.

    Diberitakan sebelumnya. Hamas telah memperkenalkan taktik baru dan mematikan.

    Termasuk menanam alat peledak di bawah tanah untuk menargetkan tentara Israel di Gaza dan Tepi Barat.

    Alat peledak yang ditanam Hamas tersebut diledakkan dari jarak jauh, menurut laporan surat kabar Israel Maariv.

    Analis militer Israel, Avi Ashkenazi, menyoroti tentara Israel telah mengidentifikasi pergeseran taktik tempur Hamas dalam beberapa hari terakhir, khususnya di Jalur Gaza utara.

    Laporan lebih lanjut mencatat, lebih banyak alat peledak, yang biasa disebut sebagai ‘bom perut’.

    Para pejuang memantau pergerakan tentara Israel dari posisi tersembunyi.

    Terkadang, mereka menjebak Tentara Zionis ke arah peledak tersebut.

    Taktik ini telah berada di bawah pengawasan oleh pasukan Israel untuk beberapa waktu, dengan metode serupa dilaporkan di Tepi Barat yang diduduki.

    Ashkenazi mengeklaim, tiga warga Palestina yang tewas di desa Tamoun pada Rabu (8/1/2025), termasuk dua anak berusia 8 dan 10 tahun.

    Bahkan, bocah-bocah tersebut diklaim Israel sedang menanam perangkat bom untuk memikat tentara ke dalam perangkap mematikan tersebut.

    “Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah besar pejuang dari Brigade Kfir, Nahal, unit teknik tempur, dan divisi baju besi telah tewas di Jalur Gaza utara karena jenis perangkap kematian ini,” tambah laporan itu.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

  • Peringatan Terakhir Israel ke Otoritas Palestina: Tuntaskan Operasi di Jenin atau IDF Turun Tangan – Halaman all

    Peringatan Terakhir Israel ke Otoritas Palestina: Tuntaskan Operasi di Jenin atau IDF Turun Tangan – Halaman all

    Israel Keluarkan Peringatan Terakhir ke Otoritas Palestina Soal Operasi Militer di Kamp Jenin
     

    TRIBUNNEWS.COM – Israel dilaporkan mengeluarkan peringatan terakhir kepada Otoritas Palestina (PA) mengenai pelaksanaan operasi militer di kamp Jenin, khaberni melaporkan, Jumat (10/1/2025).

    Ultimatum Israel ke PA itu menuntut agar laju operasi militer di Jenin, Tepi Barat dipercepat dan kemajuan nyata dibuat.

    “Jika tidak, tentara Israel akan turun tangan langsung untuk mengambil kendali,” kata laporan tersebut mengutip bunyi peringatan Israel ke PA.

    Channel 12 Israel mengungkapkan bahwa selama pembicaraan tertutup, para pejabat Israel mengatakan ke pihak Otoritas Palestina kalau operasi militer yang sedang berlangsung dianggap defensif, bukan ofensif.

    Israel menginginkan personel keamanan PA lebih agresif, yang artinya aksi represif yang ditunjukkan PA di Jenin, dianggap masih kurang galak oleh Israel.

    Israel menilai, operasi militer personel keamanan PA berjalan lambat serta belum mencapai hasil yang diinginkan.

    “Israel mendesak PA untuk meningkatkan kecepatan operasi, jika tidak, Israel tidak akan menunggu lama dan terpaksa membubarkan pasukan keamanan Palestina dan tentara Israel akan mengambil kendali,” kata laporan tersebut.

    Menurut media tersebut, pesan dari pihak Israel adalah, “Israel tidak akan menerima kerugian apa pun demi Otoritas Palestina dan operasinya di Jenin.”

    Seorang perwira Otoritas Palestina memegang senjatanya saat pasukan keamanan melancarkan serangan di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat yang diduduki, 16 Desember 2024. (tangkap layar aljazeera/Majdi Mohammed/AP)

    Hasil Operasi PA di Jenin

    Sejak awal operasi keamanan di kamp Jenin, juru bicara resmi Pasukan Keamanan Otoritas Palestina, Brigadir Jenderal Anwar Rajab, mengatakan kalau sejak dimulainya kampanye “Lindungi Tanah Air” di Jenin pada 14/12/2024, 3 militan terbunuh, dan 247 penjahat ditangkap, 41 di antaranya terungkap. 

    Mereka terluka saat menolak penangkapan dan bentrok dengan aparat keamanan. Dia menunjukkan bahwa personel keamanan PA menjinakkan 17 bom mobil, dan kami mengambil kendali atas 3 pabrik yang memproduksi bom dan bahan peledak.

    Channel 12 menambahkan bahwa operasi keamanan Palestina di Jenin terjadi sekitar sebulan yang lalu, setelah bertahun-tahun Otoritas Palestina tidak memiliki pijakan di sana.

    “Hamas dan Iran memanfaatkan kekosongan tersebut dan mengalirkan banyak uang ke kamp tersebut,” kata laporan media Israel tersebut.

    Sejak pertengahan Desember, operasi militer Otoritas telah maju, dipimpin oleh Unit Keamanan Nasional ke-101, yang mencakup para pejuang terampil.

    Pasukan Elite PA, yang didirikan lebih dari 15 tahun lalu, memiliki kendaraan lapis baja yang dipersenjatai senapan mesin, senjata modern, dan anjing polisi untuk mendeteksi bahan peledak.

    Kesabaran Hamas dan Faksi Milisi Palestina Sudah Habis

    Di sisi lain, sebelumnya Brigade Al-Qassam, sayap militer gerakan Hamas, dan Brigade Al-Aqsa, dari kelompok Fatah, juga sudah mengeluarkan pernyataan bersama yang berisi ultimatum terhadap pihak Otoritas Palestina (PA).

    Mereka mengutuk tindakan yang mereka sebut “sistematis” oleh Otoritas Palestina di kamp Jenin, Tepi Barat.

    Brigade Al-Qassam dan Brigade Al-Aqsa mengatakan kalau pihak PA “melanggar garis merah dan membunuh orang-orang yang tidak bersalah dengan sengaja dan sistematis,”.

    Faksi-faksi milisi Perlawanan Palestina itu juga menuduh PA melakukan pengepungan yang mencekik di kamp tersebut dengan mencegah akses terhadap air, listrik, dan pendidikan bagi penduduk.

    Brigade Al-Qassam dan Brigade Al-Aqsa menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap situasi di kamp tersebut.

    “Otoritas Palestina telah mencegah semua kebutuhan dasar yang dibutuhkan Kamp Jenin, ​​​​yang meningkatkan penderitaan para penghuninya,” kata pernyataan itu dilansir Khaberni, Selasa (7/1/2025). 

    Pasukan Keamanan Otoritas Palestina (PA) melakukan tindakan represif terhadap demonstran Palestina yang menentang pendudukan Israel di Tepi Barat. (tangkap layar BBC)

    Faksi perlawanan juga menyerukan, “setiap pejabat PA di Palestina untuk menjalankan tanggung jawabnya dan mengakhiri ketidakadilan yang menimpa kamp tersebut.”

    Dalam peringatan yang tegas, faksi milisi perlawanan Palestina menegaskan, kesabaran mereka sudah habis.

    “Jangan paksa kami mencapai titik tidak bisa kembali, yang konsekuensinya tidak diinginkan,” kata mereka.

    Al-Qassam dan Brigade Al-Aqsa juga memperingatkan kalau situasi eskalasi antar-entitas Palestina seperti ini “adalah kepentingan musuh kita bersama (Israel).

    Sebelum sampai ke fase menghancurkan, Al-Qassam dan Brigade Al-Aqsa juga menekankan kalau senjata mereka akan tetap diarahkan terhadap pendudukan Israel dan bukan terhadap entitas Palestina.

    PA Anggap Faksi Perlawanan Palestina Adalah Kriminal

    Seperti diketahui, konflik antar-entitas Palestina berkembang menjadi perang saudara di Jenin, Tepi Barat antara personel keamanan Otoritas Palestina dan kelompok milisi perlawanan, khusunya dari faksi Brigade Al-Quds, sayap militer Palestine Islamic Jihad (PIJ).

    Otoritas Palestina, dianggap kelompok milisi Perlawanan Palestina justru bertindak untuk membela kepentingan Israel dalam hal pemberangusan gerakan pembebasan Palestian dari pendudukan Israel.

    Di sisi lain, Otoritas Palestina mengklaim tindakan mereka bertujuan untuk menciptakan stabilitas dan keamanan di wilayah Tepi Barat, termasuk sejumlah wilayah ‘merah’ seperti Jenin, Tulkarm, dan Tubas.

    Tindakan ini diterjemahkan lewat aksi-aksi penangkapan sejumlah orang yang dianggap sebagai tokoh dan personel

    Belakangan, konflik ini berkembang hebat menjadi bentrokan langsung yang berhias baku tembak di antara entitas-Palestina tersebut.

    Dalam, bentrokan terbaru, baku tembak bahkan dilaporkan menewaskan seorang komandan milisi Brigade Jenin, sayap Brigade Al-Quds.

    Batalyon Tulkarm, cabang tempur Brigade Al-Quds, sayap militer gerakan PIJ. (khaberni)

    Anggap Milisi Palestina Adalah Kriminal

    Juru bicara pasukan keamanan Otoritas Palestina Anwar Rajab mengatakan kalau mereka yang berada di Jenin bukanlah pejuang perlawanan.

    Juru bicara resmi pasukan keamanan Otoritas Palestina mengatakan itu apa yang terjadi di Jenin adalah kampanye keamanan yang menargetkan kriminal.

    “Para penjahat ini adalah mereka yang membunuh anak-anak, dan mereka yang menembak pasukan keamanan,” katanya dilansir Khaberni.

    Ia melanjutkan: “Kami mempunyai strategi, yaitu melindungi Palestina dari kehancuran.”

    “Kami bergerak di Tepi Barat dengan cara kami sendiri dan menghindari konfrontasi demi mempertahankan tujuan kami.”

    Ia menyimpulkan, “Apa yang terjadi di Gaza tidak akan terjadi di Tepi Barat, dan kami akan mencegahnya”.

    Kendaraan militer Israel berpatroli di kamp pengungsi Jenin, di Tepi Barat yang diduduki pada 29 November 2023, selama operasi militer yang sedang berlangsung di kamp tersebut. (Zain JAAFAR / AFP)

    Brigade Jenin: Kami Hanya Targetkan Israel

    Adapun Juru bicara Brigade Jenin dari Brigade Al-Quds – sayap militer Gerakan Jihad Islam – menyatakan dalam sebuah pernyataan kepada saluran satelit Al-Jazeera kalau pedoman mereka jelas, hanya menentang pendudukan.

    Pernyataan itu menunjukkan kalau mereka melakuka perlawanan terhadap entitas Israel di seluruh Tepi Barat.

    Terkait tudingan kalau mereka adalah kelompok kriminal dan bukan pejuang pembebasan Palestina, dia justru menyatakan pihak Otoritas Palestina juga melakukan kejahatan.

    “Dinas keamanan membunuh seorang pelaku Israel beberapa tahun lalu dan dua anak yang tidak bersalah,” kata dia dilansir Khaberni.

    Dia juga menunjukkan hipokrasi Otoritas Palestina di mana mereka meminta agar milisi perlawanan Palestina untuk menyerahkan diri di sisi lain meminta agar anggotanya dilindungi dari pendudukan Israel.

    “Juru bicara batalion mengatakan bahwa mereka menghormati hukum, namun dia bertanya-tanya: “Di mana hukum selama penyerbuan (oleh) pendudukan Israel?”,” kata dia dilansir Khaberni.

    Seperti dilaporkan, bentrokan kembali terjadi pada Minggu (15/12/2024), di kamp Jenin antara pasukan keamanan Palestina dan pejuang perlawanan, sebagai bagian dari operasi “Lindungi Tanah Air” yang diluncurkan oleh Otoritas Palestina.

    Operasi ini mengakibatkan terbunuhnya pemimpin Brigade Jenin, Yazid Ja’ aysa, yang sedang dikejar oleh pendudukan Israel.

     

    (oln/khbrn/*)

     

     

     

     

  • Kritik Netanyahu, Brigade Al-Qassam Ungkap Tawanan Israel yang Ditahan di Gaza Utara Hilang – Halaman all

    Kritik Netanyahu, Brigade Al-Qassam Ungkap Tawanan Israel yang Ditahan di Gaza Utara Hilang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sumber utama dari sayap bersenjata Hamas, Brigade Al-Qassam, mengatakan sebagian besar tawanan Israel yang ditahan di Gaza utara sekarang hilang.

    Hal ini disampaikan Brigade Al-Qassam kepada Al Jazeera Arabic.

    Menurut Al Jazeera Arabic, hilangnya sejumlah tawanan itu karena operasi militer Israel.

    Sumber tersebut menambahkan, Brigade Al-Qassam “telah berulang kali memperingatkan agar tidak mencapai hasil ini.”

    Brigade Al-Qassam juga mengkritik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan tentara Israel, atas hilangnya sebagian besar tawanan.

    “(Brigade Qassam) sekali lagi menganggap pemerintah musuh dan tentaranya sepenuhnya bertanggung jawab atas kehidupan dan nasib tawanan mereka,” kata sumber tersebut.

    34 Sandera Akan Dibebaskan jika Ada Gencatan Senjata

    Sebelumnya, seorang pejabat senior Hamas telah berbagi dengan BBC daftar 34 sandera yang menurut kelompok Palestina bersedia dibebaskan pada tahap pertama dari kemungkinan perjanjian gencatan senjata dengan Israel.

    Namun, tidak jelas berapa banyak dari mereka yang disebutkan masih hidup.

    Usia mereka yang tercantum dalam daftar tersebut bervariasi, mulai dari yang berusia satu tahun hingga 86 tahun.

    Daftar tersebut, juga mencakup anak-anak yang sebelumnya menurut Hamas telah tewas dalam serangan udara Israel.

    Sejumlah sandera yang menurut Hamas sakit juga ada dalam daftar.

    Sementara, Kantor Perdana Menteri Israel membantah laporan bahwa Hamas telah memberikan daftar sandera kepada Israel.

    “Daftar sandera yang dipublikasikan di media tidak diteruskan ke Israel oleh Hamas, tetapi awalnya diteruskan dari Israel ke perantara paling cepat pada Juli 2024.”

    “Sampai saat ini, Israel belum menerima konfirmasi atau komentar apa pun dari Hamas mengenai status orang-orang yang diculik dalam daftar tersebut,” jelas Kantor PM Israel.

    Dalam beberapa minggu terakhir, Israel dan Hamas tampaknya semakin dekat untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera.

    Warga Palestina dan anggota keluarga sandera yang terbunuh dalam penahanan telah memohon kepada pemerintah Israel dan para pemimpin dunia untuk kesepakatan gencatan senjata.

    Militer Israel mengatakan telah menewaskan lebih dari 17.000 militan, tanpa memberikan bukti.

    Mereka menyalahkan Hamas atas kematian warga sipil karena mereka mengatakan militan beroperasi di daerah permukiman.

    Operasi udara dan darat Israel telah mendorong ratusan ribu warga Palestina ke kamp-kamp tenda yang luas di sepanjang pantai dengan akses terbatas ke makanan dan kebutuhan pokok lainnya.

    Perang dimulai ketika militan yang dipimpin Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik sekitar 250 orang.

    Sepertiga dari 100 sandera yang masih ditawan di Gaza diyakini telah tewas.

    Ilustrasi – Tank Pasukan Israel di wilayah Gaza Utara dalam operasi militer darat di wilayah kantung Palestina tersebut. (khaberni/tangkap layar)

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Dikutip dari Al Jazeera, militer Israel mengintensifkan serangan di Tepi Barat yang diduduki sementara perangnya di Gaza menewaskan lebih banyak warga sipil Palestina.

    Amnesty International mengecam DPR AS karena memberikan suara untuk menjatuhkan sanksi kepada pejabat Pengadilan Kriminal Internasional atas penerbitan surat perintah penangkapan atas kejahatan perang terhadap para pemimpin Israel.

    Pasukan Israel diperkirakan membunuh 490 warga Palestina dalam sembilan hari pertama tahun 2025, koresponden Al Jazeera melaporkan dari daerah kantong yang dilanda perang di mana orang-orang menghadapi “pertempuran untuk bertahan hidup” setiap hari.

    Seorang juru bicara pasukan keamanan Otoritas Palestina mengatakan 247 pejuang perlawanan, yang ia sebut sebagai “penjahat”, telah ditangkap di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat yang diduduki.

    Beberapa penggerebekan telah dilaporkan di seluruh Nablus dan beberapa pemuda Palestina ditangkap.

    Rekaman yang diunggah di Telegram dan diverifikasi oleh kantor berita Sanad Al Jazeera menunjukkan momen ketika pasukan Israel berbaris dan menahan puluhan pemuda selama serangan di kota Deir Istiya, barat laut Salfit.

    Pasukan Israel menyerbu kota al-Khader di selatan Betlehem, menembakkan bom suara dan gas air mata ke arah rumah dan toko warga Palestina.

    Tentara Israel menyita dua kendaraan selama penyerbuan di kota Nilin, sebelah barat Ramallah, tanpa ada laporan penangkapan atau cedera.

    Penggerebekan juga dilaporkan di desa Hajjah dan Baqat al-Hatab, timur Qalqilya, di mana penduduk melaporkan gas air mata dan granat suara digunakan oleh pasukan Israel.

    Kantor berita lokal melaporkan pasukan Israel menyerbu kamp pengungsi Jalazone, sebelah utara Ramallah.

    Genosida Israel  di Gaza telah menewaskan sedikitnya 46.006 warga Palestina dan melukai 109.378 orang sejak 7 Oktober 2023.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas hari itu dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1052: Ukraina Dapat Suntikan Rp 30 T dari Sekutu Barat – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1052: Ukraina Dapat Suntikan Rp 30 T dari Sekutu Barat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut update perang Rusia vs Ukraina hari ke-1052.

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan pihaknya mendapat bantuan tambahan dari sekutu barat sebesar 2 milyar USD atau sekitar Rp 30 T.

    Selain itu, Zelensky meminta 34 negara sekutu untuk terus mendukung Ukraina.

    Perdana Menteri Italia bantah tuduhan terkait Trump berhenti mendukung Ukraina.

    Selengkapnya, berikut update perang Rusia vs Ukraina hari ke-1052 dikutip dari TheGuardian:

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengungkapkan bahwa pertemuan terbaru dengan sekutu Barat di Jerman telah menghasilkan komitmen tambahan sebesar 2 miliar USD dalam bentuk bantuan militer untuk melawan invasi Rusia.

    Pernyataan ini disampaikan Zelenskyy dalam wawancaranya dengan saluran televisi My-Ukraina setelah menghadiri pertemuan Kelompok Kontak Pertahanan Ukraina (UDCG) yang digelar di Ramstein pada Kamis (10/1/2025).

    Dalam kesempatan tersebut, Zelenskyy menyebutkan, dukungan dari 34 negara mencakup berbagai aspek kebutuhan militer Ukraina, termasuk sistem pertahanan udara, teknologi informasi, ranjau, pasukan angkatan laut, angkatan udara, serta artileri.

    “Kami memiliki pertemuan yang sangat baik, hasil yang sangat baik. Ada $ 2 miliar dalam paket dukungan tambahan untuk Ukraina,” katanya dalam sebuah video yang diunggah di akun Telegram saluran televisi tersebut.

    Desakan untuk Dukungan Jangka Panjang

    Zelensky juga meminta sekutu-sekutu Barat untuk tidak mengendurkan dukungannya dan terus memberikan bantuan militer jangka panjang. 

    Pernyataan ini, muncul di tengah kekhawatiran akan potensi perubahan kebijakan jika Donald Trump kembali menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat.

    “Jelas bahwa babak baru dimulai bagi Eropa dan seluruh dunia hanya dalam waktu 11 hari dari sekarang,” katanya.

    Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni Bantah Dukungan AS untuk Ukraina Berhenti

    Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, menepis kekhawatiran bahwa Trump akan menghentikan dukungan bagi Ukraina dan memaksa negara itu, menerima perjanjian damai yang merugikan. 

    “Trump memiliki kemampuan untuk menyeimbangkan diplomasi dan pencegahan, dan saya memprediksi bahwa ini akan terjadi kali ini juga,” ujar Meloni. 

    Dalam pertemuan dengan Zelensky, Meloni menegaskan, kembali komitmen penuh Italia dalam mendukung pertahanan Ukraina.

    Dukungan terhadap Pengerahan Pasukan Barat

    Zelensky juga menyoroti pentingnya pengerahan pasukan Barat ke Ukraina sebagai salah satu instrumen terbaik untuk memaksa Rusia menyetujui perdamaian.

    “Tujuan kami adalah menemukan sebanyak mungkin instrumen untuk memaksa Rusia berdamai,” kata Zelensky.

    Meski demikian, Zelensky tidak memberikan rincian lebih lanjut apakah yang dimaksud adalah pasukan tempur atau pasukan penjaga perdamaian dari negara-negara NATO.

    Slowakia Pertimbangkan Tindakan Balasan

    Perdana Menteri Slowakia, Robert Fico, menyatakan bahwa negaranya mempertimbangkan tindakan balasan terhadap Ukraina jika tidak ditemukan solusi atas keputusan Kyiv yang memutus jalur transit pasokan gas Rusia.

    Fico mengancam, akan memutus pasokan listrik darurat ke Ukraina dan mengurangi bantuan bagi pengungsi Ukraina.

    Ukraina sendiri memutus jalur transit gas setelah perjanjian dengan Rusia yang ditandatangani pada 2019 berakhir pada awal Januari lalu.

    Rusia Lancarkan 51.000 Bom Udara Pemandu ke Ukraina

    Rusia dilaporkan telah meluncurkan lebih dari 51.000 bom udara berpemandu terhadap Ukraina sejak invasi besar-besaran dimulai hampir tiga tahun lalu.

    Informasi ini disampaikan oleh angkatan udara Ukraina pada hari Kamis. 

    Bom-bom berpemandu, yang dikenal juga sebagai bom meluncur, dikenal karena daya hancurnya yang tinggi serta sulit dicegat oleh sistem pertahanan udara. 

    Senjata jenis ini merupakan modifikasi dari persenjataan konvensional era Soviet yang dilengkapi teknologi modern seperti sayap dan navigasi berbantuan satelit, sehingga memiliki jangkauan lebih jauh dan tingkat akurasi yang lebih tinggi.

    Menurut pejabat militer Ukraina, intensitas serangan udara yang terus meningkat telah menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur penting dan memperburuk situasi kemanusiaan di wilayah-wilayah yang terkena dampak.

    Pasukan Kremlin Dirikan Pangkalan di Garis Depan Timur

    Di bagian timur Ukraina, pasukan Rusia telah mendirikan pangkalan jembatan di sisi sungai garis depan yang sebelumnya dikuasai Ukraina.

    Sungai Oskil, yang terletak di wilayah Kharkiv timur, telah menjadi garis depan de facto antara pasukan Ukraina di tepi barat dan pasukan Rusia di sisi timur.

    Menurut pejabat setempat Andrii Besedin, pasukan Rusia berhasil menyeberangi sungai dan mendirikan posisi strategis di sisi timur.

    “Pasukan Rusia telah melancarkan upaya berani untuk menyeberangi sungai, dan mereka kini berhasil membangun pangkalan di sisi yang mereka kuasai,” ujar Besedin kepada televisi pemerintah pada Kamis. 

    (Tribunnews.com/Farrah Putri)

    Artikel Lain Terkait Perang Rusia vs Ukraina

  • Populer Internasional: Tepi Barat Banjir Senjata Selundupan Iran – Kebakaran Hutan di California – Halaman all

    Populer Internasional: Tepi Barat Banjir Senjata Selundupan Iran – Kebakaran Hutan di California – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.

    Tepi Barat dilaporkan banjir senjata selundupan, muncul kekhawatiran bahwa perang akan bergeser ke wilayah tersebut.

    Sementara itu, China diduga membantu Houthi di Yaman mendapatkan senjata.

    Di belahan dunia lainnya, kebakaran besar melanda Amerika Serikat khususnya California, mengapa bisa sampai terjadi?

    Berikut berita populer internasional selengkapnya.

    1. Tepi Barat Banjir Senjata Selundupan Iran, Israel Kerahkan 20 Batalyon, Tarik Pasukan dari Gaza

    Personel keamanan Otoritas Palestina tampak memegang RPG dalam bentrokan yang terjadi di Jenin melawan faksi milisi pembebasan Palestina di Tepi Barat. (Ynet/Tangkap Layar)

    Kekhawatiran kalau Perang Gaza akan pindah ke Tepi Barat kian membuncah seiring manuver dan pergerakan militer Israel (IDF) ke wilayah Palestina yang mereka duduki tersebut.

    Berdalil kalau Tepi Barat kini dibanjiri oleh senjata selundupan dari Iran melalui Yordania, IDF dilaporkan menarik batalyon infanteri reguler mereka dari Gaza kembali ke Tepi Barat untuk pertama kalinya sejak 7 Oktober.

    Media Israel, Ynet, Rabu (8/1/2025) mengungkapkan IDF saat ini kesulitan menangkap para personel faksi milisi perlawanan Palestina di Tepi Barat.

    Satu di antara faktor kewalahannya IDF adalah karena aliran senjata yang deras ke Tepi Barat.

    “Pasukan IDF yang ditempatkan di sana menghadapi kesulitan dalam menangkap milisi bersenjata Palestina dan menghentikan pemasok senjata mereka,” kata laporan itu, dikutip Kamis (9/10/2025).

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    2. Tiongkok Diduga Bantu Houthi Dapatkan Senjata, Media Besar Israel Kena Semprot Kedubes

    Tiongkok diduga membantu membantu kelompok Houthi atau Ansarallah di Yaman mendapatkan senjata.

    Dugaan itu disampaikan media Israel bernama i24 News dalam artikel yang terbit hari Kamis, (2/1/2025). Media itu mengklaim artikel itu didasarkan pada narasumber intelijen Amerika Serikat (AS).

    Menurut i24 News, Houthi menggunakan senjata buatan Tiongkok untuk melancarkan serangan. Sebagai imbalannya, Houthi akan membiarkan kapal berbendera Tiongkok berlayar dengan aman di Laut Merah.

    Dinas intelijen AS telah mengindentifikasi serangkaian rantai pasokan rumit yang dibuat oleh Houthi di Tiongkok. Rantai pasokan itu mulai dibuat sejak Houthi mulai melancarkan serangan di Laut Merah sebagai bentuk dukungan kepada warga Palestina di Jalur Gaza yang diinvasi Israel.

    “Bahkan, yang lebih mengkhawatirkan, para pemimpin Houthi dilaporkan berencana membuat ratusan rudal penjelajah, dengan komponen serupa buatan Tiongkok, yang mampu mencapai negara-negara di Teluk Persia,” kata media itu.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    3. 3 Faktor Utama yang Picu Kebakaran Hutan di California, Angin Santa Ana hingga Kondisi Geografis

    Berikut ini tiga faktor utama yang memicu kebakaran hutan di California yang sangat berbahaya.

    Kebakaran hutan kembali melanda California Selatan pada Rabu (8/1/2025).

    Beberapa wilayah seperti Pacific Palisades dan Altadena, yang terletak dekat Los Angeles, menjadi lokasi yang terdampak parah.

    Peringatan tertinggi tentang potensi kebakaran ekstrem sudah dikeluarkan oleh Badan Cuaca Nasional, mengingat kondisi cuaca yang sangat rawan kebakaran di wilayah tersebut.

    Kebakaran kali ini dipicu oleh kombinasi antara cuaca ekstrem dan kondisi geografis daerah yang sangat rentan terhadap kebakaran hutan.

    Salah satu penyebab utamanya adalah angin Santa Ana yang kencang dan membawa udara kering.

    Selain itu, daerah-daerah seperti Pacific Palisades dengan vegetasi lebat di lereng pegunungan, juga menambah potensi kebakaran semakin parah.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    4. Iran Mau Pindahkan Ibu Kota dari Teheran ke Makran di Selatan, Persiapan Perang Besar Lawan Israel?

    Iran dilaporkan tengah mempertimbangkan memindahkan ibu kotanya, Teheran, ke selatan negara tersebut di wilayah Makran dekat Teluk Oman.

    Rencana Iran untuk memindahkan ibu kotanya dari Teheran ke wilayah selatan negara itu, diungkapkan juru bicara pemerintah, Selasa (7/1/2025).

    “Ibu kota baru itu pasti akan berada di selatan, di wilayah Makran, dan saat ini kami sedang mengusahakannya,” kata juru bicara pemerintah Fatemeh Mohajerani, dikutip Kamis (9/1/2025).

    Menurut Mohajerani, dua komite telah dibentuk untuk menilai kelayakan pemindahan tersebut.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    (Tribunnews.com)

  • 7 Update Perang Arab, RS di Gaza Jadi Kuburan-Aturan Baru Media Israel

    7 Update Perang Arab, RS di Gaza Jadi Kuburan-Aturan Baru Media Israel

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang di Timur Tengah masih terus terjadi.

    Berikut update terkait situasi di wilayah tersebut saat ini, sebagaimana dihimpun dari berbagai sumber oleh CNBC Indonesia pada Kamis (9/1/2025).

    Rumah Sakit di Gaza Jadi Kuburan Akibat Kekurangan Bahan Bakar

    Rumah Sakit (RS) Al-Aqsa telah mengalami kekurangan bahan bakar. Akibatnya, operasional utama di RS tersebut dikurangi untuk menyediakan cukup bahan bakar bagi departemen yang lebih penting seperti unit perawatan intensif.

    Bahan bakar untuk generator yang hampir habis membahayakan fungsi peralatan medis yang penting. Ventilator dan inkubator di dalam rumah sakit di sini berisiko mati.

    Para pejabat telah memperingatkan Rumah Sakit Nasser dan Rumah Sakit Eropa di selatan Khan Younis, dan Rumah Sakit Al-Aqsa di pusat Deir el-Balah berada pada risiko yang akan segera terjadi karena kekurangan listrik.

    Bahan bakar yang disumbangkan oleh badan-badan PBB hanya cukup untuk menjaga Rumah Sakit Al-Aqsa tetap beroperasi selama 24 jam.

    Tanpa solusi yang terlihat dan tanpa aliran bahan bakar yang cukup, fasilitas kesehatan Gaza yang kekurangan akan segera berubah menjadi kuburan bagi warga Palestina yang terluka dan sakit yang membutuhkannya untuk terus bekerja demi menyelamatkan nyawa.

    MSF: Nyawa 15 Bayi Baru Lahir Terancam

    Dokter Lintas Batas (MSF) menyebut nyawa 15 bayi baru lahir di inkubator di unit perawatan intensif neonatal di Rumah Sakit Nasser terancam akibat kekurangan bahan bakar. Kelompok tersebut mengatakan fasilitas tersebut sangat bergantung pada listrik yang disediakan oleh generator bahan bakar.

    “Tanpa bahan bakar, bayi baru lahir ini berisiko kehilangan nyawa mereka,” kata Pascale Coissard, koordinator darurat MSF.

    “Bayi-bayi di inkubator bergantung pada listrik yang konstan untuk ventilator yang membuat mereka tetap hidup. Mereka sudah dalam kondisi yang sangat rentan, dan pemindahan ke rumah sakit lain akan secara langsung membahayakan nyawa mereka,” lanjutnya.

    Saat ini pihak berwenang di Gaza mengatakan Rumah Sakit Nasser, Al-Aqsa, dan Rumah Sakit Eropa di daerah kantong itu menghadapi penutupan yang akan segera terjadi karena kekurangan bahan bakar yang parah. MSF mengatakan bahwa mereka kini telah mengirimkan sejumlah bahan bakar ke Nasser dan Al-Aqsa, untuk membantu mereka terus melayani pasien yang paling kritis selama 36 hingga 48 jam ke depan.

    MSF mengatakan bahwa mereka dan kelompok-kelompok lain telah memperingatkan selama lebih dari setahun bahwa pasokan bantuan yang sangat tidak memadai mengancam nyawa orang-orang di Gaza. “Kami kini telah mencapai titik kritis di mana salah satu rumah sakit spesialis terakhir di selatan Gaza berisiko tidak beroperasi karena kekurangan bahan bakar,” tambahnya.

    Hamas Sebut Dalang Penembakan Mematikan di Tepi Barat

    Sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, telah menyebut komandan yang terbunuh Jaafar Dababshe sebagai “dalang” di balik serangan penembakan hari Senin di dekat Qalqilya, yang menewaskan tiga warga Israel.

    Seperti yang telah kami laporkan, pasukan Israel menembak mati Dababshe di luar rumahnya di desa Wadi al-Badhan, Tepi Barat yang diduduki, dekat Nablus, pada hari Selasa.

    Brigade Qassam mengatakan Dababshe telah terbunuh dalam “operasi pembunuhan pengecut”.

    Pusat Informasi Palestina kini melaporkan bahwa militer Israel sedang mengukur rumah keluarga Dababshe di Wadi al-Badhan sebagai persiapan untuk pembongkarannya.

    Menghancurkan rumah-rumah milik warga Palestina yang diduga melakukan serangan terhadap warga Israel merupakan praktik yang sudah lama dilakukan oleh Israel. Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah melabelinya sebagai “hukuman kolektif” dan mengatakan hal itu mungkin merupakan kejahatan perang.

    Gedung Putih Tegaskan Israel Tidak Melakukan Genosida di Gaza

    Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pemerintahan Presiden AS Joe Biden tidak percaya Israel melakukan genosida di wilayah Palestina, meskipun jumlah korban tewas di Gaza “sangat tinggi” dan ada “terlalu banyak korban sipil”.

    “[Militer Israel] tidak bangun setiap hari dan meletakkan sepatu bot mereka di lantai, berkata, ‘Hei, kami akan membunuh beberapa orang tak berdosa karena mereka kebetulan orang Palestina,’” kata Kirby saat jumpa pers pada Rabu.

    “Kami telah terus terang dengan rekan-rekan Israel kami tentang kekhawatiran kami tentang [jumlah korban tewas] dan tentang upaya membuat mereka … lebih diskriminatif tentang jumlah korban sipil di Gaza,” tambahnya.

    Foto: Peta Israel di seragam tentara. (X?AbujomaaGazaX
    Peta Israel di seragam tentara. (X?AbujomaaGazaX

    Israel Bunuh 35 Warga Palestina di Yerusalem, 14 di antaranya Anak-Anak

    Kantor Gubernur Yerusalem mengatakan dalam laporan tahunannya, selama tahun lalu, Israel telah membunuh sedikitnya 35 warga Palestina di wilayah itu, termasuk 14 anak.

    Setidaknya 168 orang juga terluka di sana akibat peluru logam tajam dan berlapis karet, pemukulan hebat, dan serangan gas air mata, kata laporan itu.

    Dikatakan juga bahwa pemukim Israel melakukan sekitar 159 serangan di kegubernuran itu pada tahun 2024, termasuk 19 serangan yang melibatkan kekerasan fisik.

    Militer Israel Batasi Liputan Media Terkait Perang di Gaza

    Militer Israel memberlakukan pembatasan baru pada liputan media tentang tentara yang sedang bertugas tempur aktif di Gaza. Aturan baru diambil di tengah meningkatnya kekhawatiran atas risiko tindakan hukum terhadap tentara yang bepergian ke luar negeri atas tuduhan keterlibatan dalam kejahatan perang di Gaza.

    Langkah tersebut dilakukan setelah seorang tentara cadangan Israel yang sedang berlibur di Brasil tiba-tiba meninggalkan negara itu ketika seorang hakim Brasil memerintahkan polisi federal untuk membuka penyelidikan, menyusul tuduhan dari kelompok pro-Palestina bahwa ia melakukan kejahatan perang saat bertugas di Gaza.

    Juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Nadav Shoshani, mengatakan berdasarkan aturan baru tersebut, media yang mewawancarai tentara berpangkat kolonel ke bawah tidak akan dapat menampilkan nama lengkap atau wajah mereka, mirip dengan aturan yang sudah ada untuk pilot dan anggota unit pasukan khusus.

    “Ini adalah pedoman baru kami untuk melindungi tentara kami dan memastikan mereka aman dari jenis insiden yang diselenggarakan oleh aktivis anti-Israel di seluruh dunia,” kata Shoshani, seperti dikutip Al Jazeera.

    Shoshani mengatakan kelompok aktivis, seperti Hind Rajab Foundation yang berbasis di Belgia, yang mendorong aksi di Brasil, “menghubungkan titik-titik” antara tentara yang mengunggah materi dari Gaza dan kemudian foto dan video lain tentang diri mereka saat berlibur di luar negeri.

    Pengaduan pidana telah diajukan terhadap tentara Israel yang sedang berlibur dalam beberapa bulan terakhir di Siprus, Sri Lanka, Argentina, dan Chili. Hind Rajab Foundation mengklaim telah mengumpulkan bukti terhadap sekitar 1.000 tentara Israel.

    Peta Baru Israel Caplok Negara-Negara Arab

    Sebuah peta baru dirilis di akun Instagram berbahasa Arab milik pemerintah Israel. Hal ini menimbulkan kemarahan dari negara-negara Arab, pasalnya peta tersebut menggambarkan sebagian wilayah Palestina sebagai bagian dari “Israel Raya”.

    Melansir New Arab pada Kamis (9/1/2025), unggahan tersebut memicu kemarahan dari warga Palestina dan negara-negara Arab. Mereka menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengendalikan ambisi ekspansionis Israel dan mencegahnya untuk merebut lebih banyak wilayah Palestina dan Arab.

    Adapun wilayah yang diklaim oleh peta itu mencakup Palestina, Yordania, Lebanon, dan Suriah.

    Publikasi peta tersebut muncul saat para menteri ekstremis di pemerintahan Israel membicarakan prospek aneksasi penuh Israel atas Tepi Barat yang diduduki dan pembangunan kembali permukiman di Gaza. Sebagai informasi, keduanya adalah wilayah Palestina yang diduduki secara ilegal oleh Israel sejak 1967.

    Foto: Asap mengepul setelah serangan AS di Sanaa, Yaman, 31 Desember 2024. (Tangkapan Layar Video REUTERS/)
    Asap mengepul setelah serangan AS di Sanaa, Yaman, 31 Desember 2024. (Tangkapan Layar Video REUTERS/)

    (dce)

  • Warga Palestina Ditembak Mati Komandan IDF setelah Dipaksa jadi Tameng Israel di Khan Younis – Halaman all

    Warga Palestina Ditembak Mati Komandan IDF setelah Dipaksa jadi Tameng Israel di Khan Younis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang pria Palestina dilaporkan ditembak mati oleh seorang komandan militer Israel setelah dipaksa menjadi perisai manusia di Kota Khan Younis, Gaza selatan.

    Peristiwa ini diungkapkan oleh sebuah situs jurnalisme investigasi independen, The Hottest Place in Hell pada hari Rabu (8/1/2025).

    Menurut laporan tersebut, pria Palestina itu digunakan oleh pasukan pendudukan Israel sebagai perisai manusia selama penggeledahan di beberapa gedung di Khan Younis.

    Setelah penggeledahan selesai, seorang komandan dari Brigade Nahal melaporkan menembak pria tersebut hingga terbunuh, dikutip dari Al Mayadeen.

    Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa pria Palestina tersebut sebenarnya memiliki izin resmi untuk berada di wilayah yang sedang digeledah. 

    Namun komandan militer Israel mengklaim tidak mengetahui bahwa pria tersebut diizinkan berada di area itu.

    Hingga akhirnya mengeluarkan senjata dan menembaknya begitu ia mengetahui bahwa pria itu adalah warga Palestina.

    Setelah mengatahui adanya laporan tersebut, militer Israel mengklaim akan menyelidiki.

    “Insiden tersebut diselidiki oleh komandan brigade, dan temuannya telah diterapkan selama operasi pasukan saat ini,” kata pernyataan tentara Israel, dikutip dari The New Arab.

    Peristiwa ini kembali memicu perhatian terhadap penggunaan warga sipil sebagai perisai manusia oleh militer Israel.

    Pasalnya, ini bukan pertama kalinya Israel menjadikan manusia sebagai tameng.

    Sejak tahun 2002, Israel telah menerapkan praktek ini di Tepi Barat.

    IDF memaksa warga Palestina untuk mendampingi tentara selama operasi militer, yang seringkali ditempatkan pada posisi yang mengancam jiwa.

    Pada bulan Agustus, surat kabar Israel Haaretz melaporkan bahwa militer Israel telah menggunakan warga Palestina sebagai perisai manusia selama pencarian bangunan di Gaza

    Tak peduli dengan nasib warga Palestina, IDF mengaku langkah ini dilakukan demi menyelamatkan nyawa mereka sendiri.

    “Hidup kami lebih penting daripada hidup mereka,” demikian yang dilaporkan dikatakan kepada para prajurit.

    Taktik perisai manusia ini bertentangan dengan hukum internasional, termasuk Konvensi Jenewa, yang secara tegas melarang perlakuan semacam ini terhadap warga sipil dalam konflik bersenjata.

    Penggunaan perisai manusia oleh pasukan Israel semakin mendapat sorotan di tengah perang yang sedang berlangsung di Gaza.

    Telah terjadi banyak insiden warga Palestina diikat ke kendaraan tempur Israel di Gaza.

    Meskipun telah ada berbagai peringatan, Israel terus mengabaikannya.

    Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.

    Mereka mengabaikan resolusi DK PBB yang menuntut gencatan senjata segera dan terus melancarkan serangan tanpa henti hingga saat ini.

    Serangan Israel ini telah menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina.

    Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.

    Sejak saat itu, militer Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, mengusir hampir seluruh penduduknya yang berjumlah 2,3 juta orang dari rumah mereka.

    (Tribunnews.com/Farrah)