Negara: Tepi Barat

  • Serbu Jenin Tepi Barat, Israel Lakukan Penembakan dan Ledakan, Pejabat Palestina: Situasinya Sulit – Halaman all

    Serbu Jenin Tepi Barat, Israel Lakukan Penembakan dan Ledakan, Pejabat Palestina: Situasinya Sulit – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Israel melakukan penyerbuan dalam apa yang digambarkan militer sebagai operasi “antiterorisme” di Kota Jenin, Tepi Barat, Rabu (22/1/2025).

    Seorang pejabat Palestina melaporkan penembakan dan ledakan terjadi di Jenin.

    “Situasinya sangat sulit,” kata Gubernur Jenin, Kamal Abu al-Rub kepada AFP, Rabu.

    “Tentara pendudukan telah menghancurkan semua jalan menuju kamp Jenin, dan menuju Rumah Sakit Pemerintah Jenin. Terjadi penembakan dan ledakan,” ungkapnya.

    Pada Selasa (21/1/2025), pasukan Israel melancarkan operasi di Jenin yang menurut pejabat Palestina menewaskan 10 orang, hanya beberapa hari setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas berlaku di Jalur Gaza.

    Menurut Abu al-Rub, pasukan Israel menahan sekitar 20 orang dari desa-desa dekat Jenin, benteng militansi Palestina.

    Sementara itu, militer Israel mengklaim telah meluncurkan “operasi antiterorisme” di wilayah tersebut, dan telah “menyerang lebih dari 10 teroris”.

    “Pasukan Israel terus melanjutkan operasinya,” katanya.

    Di sisi lain, militer Israel dan badan keamanan Shin Bet mengumumkan, dalam koordinasi dengan Polisi Perbatasan, mereka telah meluncurkan operasi yang diberi nama “Tembok Besi” di daerah tersebut.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, serangan itu bertujuan untuk “memberantas terorisme” di Jenin.

    Saat ini, kekerasan telah meningkat di seluruh Tepi Barat yang diduduki sejak perang Gaza meletus pada 7 Oktober 2023.

    Menurut kementerian kesehatan Palestina, pasukan atau pemukim Israel telah menewaskan sebanyak 848 warga Palestina di Tepi Barat sejak konflik Gaza dimulai.

    Hamas Masih Menguasai Sisa Wilayah Gaza

    Ketika gencatan senjata membawa ketenangan bagi kota-kota Gaza yang hancur, Hamas segera keluar dari persembunyian.

    Kelompok militan ini tidak hanya berhasil bertahan dari kampanye militer Israel selama 15 bulan, tetapi juga tetap memegang kendali dengan kuat atas wilayah pesisir yang hancur.

    Dilansir AP News, dengan segala kekuatan yang dikerahkannya di Gaza, Israel gagal menyingkirkan Hamas dari kekuasaan, salah satu tujuan perang utamanya.

    Hal itu membuat kemungkinan kembalinya pertempuran menjadi lebih besar, tetapi hasilnya mungkin sama saja.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada Selasa, 72 jenazah telah dibawa ke rumah sakit dalam 24 jam terakhir, hampir semuanya ditemukan dari serangan sebelum gencatan senjata.

    Jumlah jenazah yang tidak diketahui masih belum dapat dijangkau karena berada di Gaza utara, tempat akses masih dibatasi, atau di zona penyangga tempat pasukan Israel berada.

    Kampanye militer Israel telah menewaskan lebih dari 47.000 warga Palestina di Gaza, menurut otoritas kesehatan setempat, yang mengatakan wanita dan anak-anak merupakan lebih dari separuh korban tewas, tetapi tidak mengatakan berapa banyak dari mereka yang tewas adalah pejuang.

    Israel mengatakan telah menewaskan lebih dari 17.000 militan, tanpa memberikan bukti.

    Lebih dari 900 truk bantuan memasuki Gaza pada hari kedua gencatan senjata pada hari Senin, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa.

    Hal itu jauh lebih tinggi dari 600 truk yang diminta dalam kesepakatan, dalam upaya tergesa-gesa untuk memasok makanan, obat-obatan, dan kebutuhan lain yang telah digambarkannya sebagai “mengejutkan” bagi populasi lebih dari 2 juta orang.

    Ribuan warga Gaza mulai kembali ke rumah masing-masing setelah gencatan senjata dimulai. (X/Twitter)

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Dikutip dari Al Jazeera, setidaknya 10 warga Palestina tewas dan banyak yang terluka dalam serangan militer Israel di kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki, kata pejabat kesehatan.

    Pilihan duta besar Presiden AS Donald Trump untuk PBB mengatakan Israel memiliki “hak berdasarkan Alkitab” atas wilayah Tepi Barat yang diduduki.

    Staf pertahanan sipil melaporkan bahwa 120 mayat yang membusuk telah ditemukan dari bawah reruntuhan bangunan yang hancur di Gaza selama dua hari.

    Hampir 900 truk bantuan memasuki Gaza pada hari Selasa saat bantuan melonjak ke wilayah yang dilanda perang setelah blokade Israel dicabut, kata badan kemanusiaan PBB.

    Kantor Hak Asasi Manusia PBB di Tepi Barat yang diduduki mengatakan kebebasan bergerak bagi warga Palestina telah “sangat dibatasi” seiring meluasnya pemukiman ilegal Israel.

    Fawwaz Hammad, direktur Rumah Sakit al-Razi di Jenin, mengatakan pasukan Israel menghalangi ambulans untuk menjangkau puluhan warga Palestina yang terluka dalam serangan di Jenin yang menewaskan sedikitnya 10 warga Palestina pada hari Selasa.

    Wafa melaporkan bahwa tentara Israel telah mengirim bala bantuan ke Jenin saat serangan berlanjut.

    Pasukan Israel juga telah melancarkan serangan ke beberapa kota dan desa lain di Tepi Barat yang diduduki, termasuk kamp pengungsi Aida di utara Betlehem.

    Kementerian Pekerjaan Umum Gaza mengatakan pasukan Israel telah menghancurkan 80 persen bangunan di Gaza utara, menyebabkan sekitar 300.000 warga Palestina kehilangan tempat tinggal.

    Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menyambut baik gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza, serta menyerukan implementasi penuh dari semua fase kesepakatan.

    Perang Israel di Gaza telah menewaskan sebanyak 47.107 warga Palestina dan melukai 111.147 orang sejak 7 Oktober 2023.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas hari itu dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Serangan Mematikan Israel di Jenin Berlanjut: Hancurkan Jalan Utama, Usir 2 Ribu Warga Palestina – Halaman all

    Serangan Mematikan Israel di Jenin Berlanjut: Hancurkan Jalan Utama, Usir 2 Ribu Warga Palestina – Halaman all

    Serangan Mematikan Israel di Jenin Berlanjut: Hancurkan Jalan-Jalan Utama, Usir 2 Ribu Warga Palestina

    TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Israel (IDF) melanjutkan serangan mematikan mereka di Jenin di Tepi Barat yang diduduki, Rabu (22/1/2025).

    Dalam operasi militer ini, IDF menghancurkan infrastruktur, termasuk jalan-jalan utama, dan memaksa sekitar 2.000 keluarga mengungsi.

    “Operasi Militer IDF pada Rabu termasuk menghancurkan jalan-jalan utama dan terjadi sehari setelah serangan darat dan udara menewaskan sedikitnya 10 orang  di provinsi Jenin,” tulis laporan Al Jazeera, Rabu.

    Kamal Abu al-Rub, gubernur Jenin, dikutip oleh kantor berita AFP mengatakan situasi di Jenin “sangat sulit”.

    “Tentara pendudukan Israel telah menghancurkan semua jalan menuju kamp [pengungsi] Jenin dan Rumah Sakit Pemerintah Jenin. … Terjadi penembakan dan ledakan,” tambahnya.

    Buldoser militer dan kendaraan tempur Israel mengobrak-obrik kawasan Tepi Barat bagian Utara dalam agresi militer terbesar sejak 2002 silam per Rabu (28/8/2024). (rntv/tangkap layar)

    Menurut al-Rub, pasukan Israel juga menahan sekitar 20 orang dari desa-desa dekat Jenin.

    Militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu bahwa mereka melakukan serangan udara terhadap “lokasi infrastruktur teroris”, dan menambahkan bahwa “banyak bahan peledak yang ditanam di rute tersebut” telah “dibongkar”.

    “Pasukan Israel terus melanjutkan operasinya,” tambahnya.

    Adel Besher, seorang warga Jenin, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ia harus menghabiskan malam di halaman rumah sakit karena ia tidak dapat menuju rumahnya selama operasi militer Israel.

    “Meskipun rumah saya berjarak 200 meter [220 yard] dari sini, saya tidak dapat menjangkaunya. Ada banyak orang yang terluka, termasuk dokter, perawat, dan pasien,” katanya.

    “Ada juga tiga atau empat orang yang terluka di dekat rumah saya, dan tidak seorang pun mampu menyelamatkan mereka. Pasukan Israel menembak siapa pun yang mendekati mereka. Dua orang terluka saat mencoba menyelamatkan mereka,” katanya.

    Operasi di Jenin, tempat tentara Israel telah melakukan sejumlah penggerebekan dan serangan besar-besaran dalam beberapa tahun terakhir, terjadi beberapa hari setelah gencatan senjata berlaku di Jalur Gaza dan menggarisbawahi ancaman kekerasan lebih lanjut di Tepi Barat.

    Sebelum tindakan Israel, pasukan keamanan Otoritas Palestina melakukan operasi selama berminggu-minggu untuk menegaskan kembali kendali atas kota Jenin serta kamp pengungsiannya.

    Minggu lalu, serangan udara Israel di kamp pengungsi menewaskan sedikitnya tiga warga Palestina dan melukai banyak lagi yang lainnya.

    Direktur UNRWA di Tepi Barat, badan PBB untuk pengungsi Palestina, mengatakan kamp Jenin “hampir tidak dapat dihuni”.

    “Sekitar 2.000 keluarga mengungsi sejak pertengahan Desember. UNRWA belum dapat menyediakan layanan penuh ke kamp tersebut selama ini,” kata Roland Friedrich di X.

    Pelapor Khusus PBB untuk Wilayah Palestina yang Diduduki Francesca Albanese mengutuk apa yang disebutnya “mesin kematian” Israel dan serangannya terhadap Jenin.

    “Jika tidak dipaksa untuk berhenti, genosida Israel terhadap warga Palestina tidak akan terbatas di Gaza. Catatlah kata-kata saya,” katanya di X.

     

    IDF Juga Serbu Lokasi Lain di Tepi Barat

    Pasukan Israel juga menyerbu kota Deir Sammit, sebelah barat Hebron, menyerbu rumah para tahanan yang dijadwalkan dibebaskan sebagai bagian dari tahap pertama gencatan senjata di Gaza antara Israel dan Hamas.

    Militer juga menyerbu kamp Aida di Betlehem di selatan, meluncurkan kampanye penangkapan berskala besar.

    Wafa, kantor berita Palestina, melaporkan, pasukan Israel memperketat keamanan untuk hari ketiga berturut-turut di sebagian besar pintu masuk dan keluar provinsi di Tepi Barat.

    Video yang dibagikan oleh warga Palestina dan diverifikasi oleh Al Jazeera menunjukkan puluhan kendaraan terjebak kemacetan di pos pemeriksaan Atara dekat Ramallah karena peningkatan keamanan oleh Pasukan Israel.

    Serangan Israel di Tepi Barat telah meningkat sejak perang Israel di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023.

    Hampir 900 orang tewas di sana dan lebih dari 9.700 orang ditangkap, menurut kelompok hak asasi manusia dan pejabat kesehatan setempat.

     

    (oln/aja/wafa/*)

  • Umat Senang Makan Sayur, Paus Fransiskus Ungkap Kisah Baru di Paroki Gaza saat Gencatan Senjata – Halaman all

    Umat Senang Makan Sayur, Paus Fransiskus Ungkap Kisah Baru di Paroki Gaza saat Gencatan Senjata – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin Gereja Katolik sedunia, Paus Fransiskus memberi kabar terbaru kondisi umatnya di Paroki Gaza.

    Di tengah kondisi gencatan senjata yang sedang berlangsung, para umat akhirnya bisa menikmati makanan layak pertama mereka setelah sekian lama absen karena perang.

    Berbicara dalam audiensi umumnya di Vatikan pada Rabu (22/1/2025), Paus membeberkan kondisi umatnya di Gaza.

    “Kemarin saya menelepon, seperti yang saya lakukan setiap hari, paroki Gaza: Mereka senang! Ada 600 orang di sana, antara paroki dan perguruan tinggi,” ucapnya dikutip dari catholicherald.

    Ia mengulang pernyataan yang sering diucapkannya, “Perang selalu merupakan kekalahan!” sembari juga, sebagaimana yang sering dilakukannya, mencemooh industri persenjataan global atas kesengsaraan yang ditimbulkannya dalam pengejaran keuntungan yang kejam.

    Ketika menggambarkan panggilan ke paroki tersebut, Paus mengungkap pengakuan umatnya.

    ‘Hari ini kami makan kacang lentil dengan ayam.’ Sesuatu yang tidak biasa mereka lakukan akhir-akhir ini, [hanya] beberapa sayuran, kadang-kadang… Mereka senang!”

    “Namun, kami berdoa untuk Gaza, untuk perdamaian, dan untuk banyak bagian dunia lainnya. Perang selalu merupakan kekalahan! Jangan lupa: Perang adalah kekalahan. Dan siapa yang mendapat untung dari perang? Para produsen senjata.”

    Pastor Gabriel Romanelli, pastor paroki di Gaza, kepada kantor media Patriarkat Latin Yerusalem berpendapat, gencatan senjata Israel-Hamas adalah langkah maju.

    “Ini adalah langkah maju yang signifikan, yang menawarkan harapan, tetapi tidak menandai berakhirnya konflik. Kami berdoa agar ini menjadi awal perdamaian abadi,” ujarnya.

    “Kami mengandalkan upaya internasional untuk mengakhiri perang dan fokus pada masa depan Timur Tengah dan Tanah Suci.”

    “Suara ledakan dan pesawat tanpa awak akhirnya berhenti, memberikan kelegaan bagi banyak orang. Beberapa orang meninggalkan biara untuk memeriksa rumah mereka atau apa yang tersisa dari rumah mereka. Beberapa orang menemukan rumah mereka hancur total, sementara yang lain belum menemukan rumah mereka atau [bahkan tidak dapat] mengenali lingkungan tempat mereka pernah tinggal.”

    Imam itu menekankan bahwa tahap pertama pembangunan kembali di Gaza penuh dengan tantangan.

    “Masyarakat sangat membutuhkan bantuan untuk mengatasi kekurangan kebutuhan pokok seperti air, bahan bakar, dan makanan. Kesulitannya nyata, tetapi harapan dan ketahanan juga nyata, karena masyarakat berpegang teguh pada kemungkinan untuk kembali ke keadaan normal,” kata Romanelli.

    “Kami juga fokus pada penyelenggaraan kehidupan pastoral di paroki Gaza. Ini termasuk memastikan keselamatan semua orang, melanjutkan doa, dan mempertahankan kegiatan sehari-hari, meskipun dalam keadaan sulit.

    “Bersama Caritas dan Suster-suster Bunda Teresa, kami menyediakan bantuan medis kepada yang sakit dan membutuhkan sesuai kemampuan kami.

    “Selain itu, kami juga membentuk perkumpulan pria dan wanita untuk membina lingkungan yang memperkaya rohani, termasuk fokus pada pengembangan paduan suara dan mendorong eksplorasi iman yang lebih mendalam,” kata pendeta tersebut.

    Adapun Hamas, kelompok militan Palestina menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang, terutama warga sipil Israel, dan menyandera lebih dari 200 orang.

    Serangan balasan yang dilancarkan Israel ke Gaza telah menyebabkan 46.000 warga Palestina terbunuh, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas, dan tidak mengonfirmasi berapa banyak dari mereka yang tewas merupakan pejuang Hamas.

    Kesepakatan gencatan senjata tiga tahap dinegosiasikan minggu lalu oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar, dengan 33 sandera Israel dan hampir 2.000 tahanan dan tahanan Palestina dijadwalkan akan dibebaskan selama periode awal 42 hari gencatan senjata.

    Israel Langgar Kesepakatan

    Pasukan pendudukan Israel (IDF), dilaporkan melanggar ketentuan perjanjian gencatan senjata di Gaza pada Rabu (22/1/2025), hari keempat pelaksanaan perjanjian tersebut.

    Pelanggaran yang dilakukan pasukan IDF itu, seperti dilaporkan Khaberni, terjadi saat kapal perang pendudukan Israel melepaskan tembakan ke pantai Kota Gaza.

    “Penembakan ini terjadi pada saat truk bantuan terus memasuki Jalur Gaza, ketika PBB melaporkan bahwa lebih dari 2.400 truk berisi bantuan kemanusiaan telah memasuki Jalur Gaza sejak perjanjian tersebut mulai berlaku,” kata laporan tersebut, Rabu.

    Pada Rabu pagi, pasukan pendudukan Israel dilaporkan juga menembakkan peluru di poros Salah al-Din yang dikenal sebagai Poros Philadelphia di selatan Jalur Gaza.

    “Kapal angkatan laut pendudukan Israel menembakkan tiga peluru di lepas pantai Kota Gaza. Kendaraan militer pendudukan Israel juga melepaskan tembakan di sekitar kawasan Al-Firdous di poros Salah al-Din “Philadelphia”, di selatan Kegubernuran Rafah,” tulis laporan Kantor Berita Palestina, Wafa, Rabu.

    Laporan itu menambahkan, “Pasukan pendudukan Israel terus melanggar perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza, yang mulai berlaku pada hari Minggu kemarin, dengan secara langsung menargetkan warga Palestina.”

    “Akibat serangan Pasukan Israel itu, beberapa dari warga Palestina menjadi syahid selama tiga hari terakhir, dan yang lainnya terluka,” tambah laporan tersebut.

    Sementara itu, di Tepi Barat, Brigade Jenin, cabang Brigade Al-Quds, sayap militer gerakan Palestine Islamic Jihad (PIJ) melaporkan berlanjutnya bentrokan dan konfrontasi dengan pasukan pendudukan Israel di garis depan pertempuran.

    Perlawanan itu terjadi setelah tentara Israel melancarkan operasi baru di kota itu, Minggu.

    Israel mengklaim agresi bertajuk ‘Operasi Tembok Besi’ di Jenin untuk “memperkuat keamanan di Tepi Barat.”

    Unggahan juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, di media sosial X pada Selasa (21/1/2025), yang melarang warga Palestina untuk mendekati posisi pasukan Israel di wilayah tertentu dan jangan kembali ke Gaza utara selama beberapa hari ke depan. (X/Avichay Adraee)

    Pasukan Israel Larang Penduduk Gaza Datangi Wilayah Tertentu

    Sebelumnya, Juru bicara militer Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Avichay Adraee, mengumumkan larangan warga Palestina mendekati posisi pasukan Israel di lokasi tertentu di Jalur Gaza.

    Selain itu, warga Palestina juga dilarang kembali ke Jalur Gaza utara selama beberapa hari ke depan.

    Ia juga menegaskan tentara masih hadir di beberapa daerah, sesuai dengan perjanjian gencatan senjata yang mengatur penarikan bertahap.

    Dia memperingatkan bahwa bergerak dari selatan ke utara Gaza atau menuju Netzarim masih berbahaya.

    “Berdasarkan perjanjian, pasukan IDF akan tetap ditempatkan di wilayah tertentu di Jalur Gaza. Jangan mendekati pasukan IDF di area tersebut sampai pemberitahuan lebih lanjut. Mendekati pasukan itu akan membahayakan Anda,” tulis Avichay Adraee dalam postingannya di media sosial X pada Selasa (21/1/2025).

    “Kami memperingatkan penduduk agar tidak mendekati pasukan IDF secara umum dan di wilayah poros Netzarim secara khusus,” tambahnya.

    Ia juga memperingatkan agar tidak mendekati zona penyangga di utara Jalur Gaza, dan dari penyeberangan Rafah serta poros perbatasan Philadelphia dengan Mesir di selatan.

    Selain itu, dia menekankan bahwa memancing atau berenang masih berbahaya di laut lepas Gaza.

    Juru bicara militer berbahasa Arab itu juga menyerukan masyarakat Palestina untuk tidak mendekati laut Gaza selama beberapa hari ke depan.

    “Jika Hamas mematuhi gencatan senjata, penduduk di wilayah utara akan dapat kembali minggu depan,” katanya.

    Perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku Minggu (19/1/2025) dan menetapkan pertukaran tahanan antara kedua pihak.

    Hal ini juga mencakup penarikan bertahap Israel dari seluruh Jalur Gaza yang hancur, dengan pembentukan zona penyangga di utara.

    Perjanjian ini juga menetapkan penghentian perang secara permanen dan rekonstruksi Gaza.

    Pertukaran tahanan Israel-Hamas pada Minggu (19/1/2025) memulangkan 3 wanita Israel dan 90 orang Palestina.

    Israel dan Hamas dijadwalkan akan kembali melakukan pertukaran tahanan pada 25 Januari 2025, dengan menukar 4 tahanan Israel dengan 120 tahanan Palestina.

    Hamas mengatakan akan berkomitmen untuk melaksanakan perjanjian gencatan senjata jika Israel juga berkomitmen untuk mematuhinya.

    Pada Senin (20/1/2025), Israel melanggar perjanjian dengan menembak mati tiga warga Palestina dan melukai 10 lainnya di Rafah, Jalur Gaza selatan.

    Jumlah Korban di Jalur Gaza

    Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 46.916 jiwa dan 110.760 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (20/1/2025) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

    Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada 1948.

    Israel mengklaim ada 101 tahanan yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 tahanan dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

    (Tribunnews.com)

  • Menhan Israel: Operasi IDF di Jenin Belajar dari Gaza Agar Proksi Iran di Tepi Barat Tak Jadi Kuat – Halaman all

    Menhan Israel: Operasi IDF di Jenin Belajar dari Gaza Agar Proksi Iran di Tepi Barat Tak Jadi Kuat – Halaman all

    Menhan Israel: Operasi Militer IDF di Jenin Belajar dari Gaza Agar Proksi Iran di Tepi Barat Tak Jadi Kuat

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, Rabu (22/1/2025) mengatakan kalau operasi militer pasukan Israel (IDF) di Jenin, Tepi Barat Utara, menandai perubahan dalam strategi keamanan Israel di daerah tersebut.

    Katz mengunjungi pos komando militer di wilayah Brigade Teritorial Menashe IDF pada Selasa untuk memantau operasi militer Israel di wilayah Palestina itu.

    “’Operasi Tembok Besi’ di kamp pengungsi Jenin akan menjadi perubahan dalam doktrin keamanan IDF di Yudea dan Samaria,” ujat Katz dalam pernyataan yang diterbitkan oleh kantornya pada Rabu pagi, dikutip JNS.

    Sebagai informasi, Yudea dan Samaria adalah Tepi Barat. Nama ini digunakan oleh Israel untuk merujuk pada seluruh Tepi Barat.

    Katz mengklaim, pelaksanaan agresi militer besar-besaran IDF itu merupakan hasil dari pelajaran yang dipetik dari Jalur Gaza.

    Memakai diksi ‘teror’ dan ‘terorisme’ terhadap aksi perlawanan kelompok milisi pembebasan Palestina, Katz mendalilkan, operasi militer IDF merupakan upaya tekanan agar kelompok perlawanan Palestina tidak menjadi besar seperti di Gaza.

     “Operasi berintensitas tinggi untuk melenyapkan ‘teroris’ dan infrastruktur ‘teror’ di kamp—tanpa munculnya kembali ‘teror’ di kamp setelah operasi berakhir—adalah pelajaran nomor satu dari metode penggerebekan berulang kali di Jalur Gaza,” lanjut pernyataan itu.

    Pernyataan Katz melalui kantornya itu mengindikasikan, Israel mencurigai kalau pengaruh Iran sudah muncul dan tumbuh di Tepi Barat.

    “Kami tidak akan membiarkan lengan gurita Iran dan Islam Sunni radikal membahayakan nyawa penduduk [Israel] dan mendirikan front perlawanan timur melawan Negara Israel,” imbuh Katz.

    Katz bersumpah, “Kami akan menyerang lengan gurita itu dengan keras hingga mereka putus.”

    Kendaraan militer Pasukan Israel saat melancarkan serangan baru ke Tepi Barat, Senin (9/9/2024). (khaberni)

    Operasi Militer IDF di Tepi Barat Bisa Berbulan-bulan

    Pada Selasa malam, seorang pasukan keamanan senior Israel yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada Channel 14 News kalau kampanye skala besar melawan kelompok perlawanan yang didukung Iran di Tepi Barat utara bisa memakan waktu berbulan-bulan.

    “Ketika ini berakhir, kamp-kamp ‘teroris’ (diksi Israel untuk kelompok perlawanan Palestina) akan berhenti beroperasi. Apa yang kami lakukan di Gaza, akan kami lakukan juga kepada mereka; kami akan meninggalkan mereka dalam reruntuhan,” kata sumber itu.

    Pasukan Pertahanan Israel mengumumkan dalam sebuah pernyataan pada Rabu pagi bahwa mereka “menyerang infrastruktur ‘teroris’ dari udara, menyerang sejumlah ‘teroris’ dan menghancurkan alat peledak di Jenin.”

    “Selama 24 jam terakhir, pasukan Israel telah menyerang lebih dari sepuluh teroris. Selain itu, serangan udara dilakukan terhadap infrastruktur perlawanan di daerah tersebut dan banyak alat peledak yang ditanam milisi perlawanan di jalan dihancurkan,” kata IDF. “Pasukan melanjutkan operasi.”

    Menurut Kementerian Kesehatan Otoritas Palestina, sedikitnya sembilan orang tewas oleh pasukan keamanan Israel di Jenin sepanjang hari pada hari Selasa, dan lebih dari 40 orang dikatakan terluka.

    Media Ynet melaporkan bahwa Pasukan Pertahanan Israel melakukan serangan pesawat tak berawak terhadap sel milisi perlawanan Jenin yang sedang menanam alat peledak.

    “Operasi Tembok Besi” melibatkan IDF, perwira Badan Keamanan Israel (Shin Bet) dan Polisi Perbatasan, menurut pernyataan militer Israel pada hari Selasa.

    Media Ibrani melaporkan bahwa empat batalyon IDF ikut serta dalam operasi tersebut, yang berjumlah beberapa ratus pasukan darat.

    Personel keamanan Otoritas Palestina. Dalam beberapa pekan belakangan, Otoritas Palestina terlibat bentrokan bersenjata dengan sejumlah milisi perlawanan Palestina seperti Brigade Al-Quds di Jenin dan Brigade Martir Al-Aqsa. (khaberni/tangkap layar)

    PA Mundur dari Jenin, Ibu Kota Para Martir

    Menurut laporan media Arab, IDF memasuki Jenin segera setelah polisi PA meninggalkan daerah itu.

    Awal minggu ini, dilaporkan kalau PA mencapai kesepakatan dengan kelompok Batalion Jenin -cabang Brigade Al-Quds, sayap militer kelompok Palestine Islamic Jihad’.

    PIJ dianggap Israel merupakan proksi Iran.

    Kesepakatan antara PA dan Batalion Jenin ini mengakhiri  operasi PA yang berlangsung selama sebulan di kota itu.

    Pasukan darat Israel memasuki kota tersebut dengan tujuan yang dinyatakan untuk menjaga kemampuan Yerusalem untuk bertindak cepat melawan kelompok perlawanan di Jenin.

    Jenin dikenal di kalangan warga Palestina sebagai “Ibu Kota Para Martir” karena banyaknya pelaku serangan terhadap entitas Israel termasuk ‘bom bunuh diri’, yang berasal dari daerah tersebut.

    Harian  Israel Hayom melaporkan kalau penyerbuan pasukan Israel ini awalnya direncanakan pada bulan Desember, tetapi ditunda atas permintaan eselon politik setelah PA melancarkan operasi Jenin.

    “Atas arahan Kabinet Keamanan, IDF, Shin Bet dan Polisi Israel hari ini meluncurkan operasi militer yang besar dan signifikan untuk memberantas teror di Jenin—’Tembok Besi,’” kata kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan pada Selasa sore.

    “Ini adalah langkah lain menuju tujuan yang telah kami tetapkan—memperkuat keamanan di Yudea dan Samaria. Kami bertindak secara sistematis dan tegas melawan poros Iran di mana pun senjatanya berada—di Gaza, Lebanon, Suriah, Yaman, serta Yudea dan Samaria,” imbuh PMO.

    Pada bulan Agustus, saat menjabat sebagai menteri luar negeri Yerusalem, Katz menyerukan “evakuasi sementara penduduk Palestina dan langkah-langkah apa pun yang diperlukan” di tengah meningkatnya serangan teror yang berasal dari Jenin.

    Iran berupaya “untuk mendirikan front perlawanan timur” di Yudea dan Samaria (Tepi Barat), dakwa Katz.

    Iran, kata dalil Israel, mengikuti model proksinya di Lebanon dengan Hizbullah dan Jalur Gaza dengan Hamas, dengan “membiayai dan mempersenjatai perlawanan dan menyelundupkan senjata canggih dari Yordania.”

    Medan Perang Baru

    “Atas arahan Kabinet Keamanan, IDF, ISA, dan Kepolisian Israel hari ini telah memulai operasi militer untuk mengalahkan terorisme di Jenin.”

    Demikian sepenggal pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikutip dari JPost, Rabu (22/1/2025).

    Pernyataan Netanyahu itu muncul setelah Israel dan Hamas sepakat melakukan gencatan senjata di Gaza, Palestina.

    Setelah 15 Bulan Israel Bombardir Gaza

    Militer Israel telah berperang di berbagai front selama lima belas bulan.

    Serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 menjadi pemicu bagi kelompok-kelompok lain seperti Hizbullah untuk berperang melawan Israel. 

    Perang ini telah berkembang secara bertahap.

    Menurut media Israel Jerussalem Post, awalnya Tepi Barat tidak dianggap sebagai garis depan utama perang. 

    Akan tetapi, wilayah utara Tepi Barat telah mengalami peningkatan ancaman terhadap Israel.

    Ancaman tersebut mencakup penggunaan alat peledak rakitan (IED) serta sejumlah besar senapan di tangan teroris.

    Israel melancarkan operasi baru di Tepi Barat pada tanggal 21 Januari 2025. 

    Operasi ini menyusul keputusan yang jelas untuk menggunakan gencatan senjata dan ketenangan relatif di wilayah Gaza dan Lebanon, untuk memulai tindakan keras di Tepi Barat utara.

    Kepemimpinan politik sangat peduli dengan pertempuran ini.

    Ini bukan sekadar operasi taktis biasa, seperti yang telah dilakukan Israel selama satu setengah tahun terakhir.

    Faktanya, Militer Israel/IDF telah melakukan operasi yang semakin gencar di Jenin dan daerah lain selama dua tahun terakhir.

    Ini dimulai dengan Operasi Home and Garden pada bulan Juli 2023 yang merupakan operasi terbesar di Tepi Barat dalam hampir dua dekade.

    IDF juga mulai menggunakan pesawat nirawak terhadap teroris di Tepi Barat dan serangan udara, sesuatu yang juga merupakan pertama kalinya sejak Intifada Kedua.

    Operasi Itu Bernama ‘Tembok Besi’

    Namun, operasi yang dijuluki Tembok Besi pada 21 Januari 2025 itu berbeda.

    Operasi ini mengikuti keputusan Israel untuk menambahkan keamanan di Tepi Barat sebagai salah satu tujuan perang di berbagai front.

    Hal ini juga terjadi setelah IDF memutuskan untuk memfokuskan sumber daya di Tepi Barat.

    Israel menambahkan Tepi Barat sebagai fokus setelah gencatan senjata di Gaza.

    Ini bisa dilihat sebagai keputusan politik untuk meredakan politikus nasional sayap kanan yang menentang kesepakatan penyanderaan Gaza.

    Namun, ini bukan sekadar politik.

    Tepi Barat adalah tempat yang penuh dengan bahan peledak.

    Pasukan Keamanan Otoritas Palestina telah mencoba mengatasi masalah ini tapi tidak tuntas.

    Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada tanggal 21 Januari “atas arahan Kabinet Keamanan, IDF, ISA dan Kepolisian Israel hari ini telah memulai operasi militer yang luas dan signifikan untuk mengalahkan terorisme di Jenin – ‘Tembok Besi’.”

    Ia mengatakan hal ini terkait dengan tujuan baru untuk memperkuat keamanan di Tepi Barat.

    “Kami bertindak secara metodis dan penuh tekad melawan poros Iran di mana pun ia berada – di Gaza, Lebanon, Suriah, Yaman, Yudea, dan Samaria – dan kami masih aktif.”

    Pada tanggal 20 Januari, Kepala Staf IDF Herzi Halevi mengatakan, “selain persiapan pertahanan yang ditingkatkan di Jalur Gaza, kita harus siap untuk operasi kontraterorisme yang signifikan di Yudea dan Samaria dalam beberapa hari mendatang untuk mencegah dan menangkap mereka sebelum mereka menyerang warga sipil kita.”

    IDF juga telah menyiapkan pasukan.

    Beberapa pasukan baru-baru ini telah dikerahkan kembali dari Gaza atau dari Israel utara.

    IDF baru-baru ini mengatakan bahwa pasukan Brigade Nahal, di bawah komando Divisi ke-162, sedang mempersiapkan misi berikutnya setelah berminggu-minggu beroperasi di daerah Beit Hanun di Jalur Gaza utara.

    Semua ini mengarah pada operasi penting di Tepi Barat utara. Namun, ini adalah operasi yang sulit untuk dipecahkan.

    Para pejuang perlawanan aktif di Jenin, Tulkarm, Qalqilya, Nablus dan banyak desa di Tepi Barat utara seperti di sekitar Tubas dan daerah yang menghadap Ghor al-Faria, sebuah lembah yang membentang dari Tepi Barat menuju lembah Sungai Yordan.

    Lokasi ancaman lainnya adalah kamp Fara kecil di dekat Tubas.

    Gambaran keseluruhan yang terlihat selama setahun terakhir adalah bahwa Jihad Islam Palestina dan kelompok-kelompok lain mulai membangun akar yang lebih besar.

    Dimana Tepi Barat dan Jenin?

    Jalur Gaza dan Tepi Barat sebenarnya dua wilayah Palestina yang dulunya merupakan bagian dari Palestina dan direbut oleh Israel selama perang enam hari pada tahun 1967. 

    Terdapat lebih dari 5 juta warga Palestina yang tinggal di kedua wilayah tersebut. 

    Jalur Gaza merupakan wilayah seluas 140 mil persegi yang terletak di sudut barat daya Israel, di sepanjang pantai Laut Tengah.

    Jalur ini juga berbatasan dengan Mesir di sebelah selatan. 

    Sementara Tepi Barat adalah wilayah lain yang sebenarnya disengketakan Israel dan Palestina tetapi wilayah ini jauh lebih luas daripada Jalur Gaza yakni 2.173 mil persegi.

    Tepi Barat membentang melintasi perbatasan timur Israel di sepanjang tepi barat Sungai Yordan dan sebagian besar Laut Mati. 

    Kota suci Yerusalem dianggap oleh hukum internasional sebagai bagian dari Tepi Barat, dengan Yerusalem Timur diklaim sebagai ibu kota oleh Israel dan Palestina.

    Sementara Jenin adalah sebuah kota yang terletak di Tepi Barat dan juga terletak di Governorat Jenin.

    Kota ini merupakan kota pusat pertanian Palestina.

    Jenin juga merujuk kepada Kamp Pengungsi Jenin dan nama dari sebuah distrik di Tepi Barat.

    Walaupun kota ini berada di bawah kekuasaan Otoritas Nasional Palestina, Israel merebut kota ini tahun 2002.

     

    (oln/JNS/*)

  • Israel Serbu Tepi Barat Saat Gencatan Senjata Gaza, 10 Orang Tewas

    Israel Serbu Tepi Barat Saat Gencatan Senjata Gaza, 10 Orang Tewas

    Tepi Barat

    Militer Israel melancarkan operasi penyerbuan di area Jenin di Tepi Barat ketika gencatan senjata berlangsung di Jalur Gaza. Sedikitnya 10 orang tewas akibat operasi militer Tel Aviv pada Selasa (21/1) waktu setempat tersebut.

    Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menyebut operasi di Tepi Barat itu bertujuan “memberantas terorisme” di wilayah tersebut.

    Kementerian Kesehatan Palestina yang berkantor di Ramallah, seperti dilansir AFP, Rabu (22/1/2025), menyebut operasi militer Israel itu telah menewaskan sedikitnya 10 orang, hanya beberapa hari setelah gencatan senjata berlaku di Jalur Gaza.

    Militer Israel dan badan keamanan Shin Bet, dalam pernyataan gabungan, mengatakan bahwa mereka, bersama dengan Polisi Perbatasan Israel, telah melancarkan operasi yang diberi nama “Iron Wall” di area Jenin.

    Dalam pernyataan yang dirilis tak lama setelah operasi di Tepi Barat diluncurkan, Netanyahu mengatakan penyerbuan itu bertujuan “memberantas terorisme” di Jenin dan merupakan bagian dari strategi lebih luas untuk melawan Iran “ke mana pun negara itu mengirim senjatanya — di Gaza, Lebanon, Suriah, Yaman” dan Tepi Barat.

    Pemerintah Israel telah menuduh Iran, yang mendukung sejumlah kelompok bersenjata di kawasan Timur Tengah termasuk Hamas di Gaza, berupaya mengirimkan senjata dan uang kepada militan-militan di Tepi Barat.

    Bulan Sabit Merah Palestina, dalam pernyataan terpisah, menyebut para petugas pertolongan pertama merawat tujuh orang yang mengalami luka-luka akibat peluru tajam, dan menuduh pasukan Israel menghalangi akses mereka ke area tersebut.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Ada Gencatan Senjata di Gaza, Militer Israel Masih Serang Tepi Barat

    Ada Gencatan Senjata di Gaza, Militer Israel Masih Serang Tepi Barat

    Kendaraan militer Israel melintas selama serangan di Jenin, Tepi Barat, Selasa (21/1/2025). Meski gencatan senjata berlangsung di Gaza, pasukan Israel dengan dukungan helikopter menyerang Jenin, menewaskan sembilan warga Palestina. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut aksi ini sebagai “operasi militer besar” untuk melawan kelompok militan yang didukung Iran. (REUTERS/Raneen Sawafta)

  • 2 Kandidat Pengganti Herzi Halevi, Eyal Zamir si Favorit Netanyahu dan Wakil Kepala IDF Amir Baram – Halaman all

    2 Kandidat Pengganti Herzi Halevi, Eyal Zamir si Favorit Netanyahu dan Wakil Kepala IDF Amir Baram – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Posisi Kepala Staf IDF (Angkatan Pertahanan Israel) yang bakal segera kosong setelah pengunduran diri Letnan Jenderal Herzi Halevi, kini menjadi sorotan.

    Ada dua kandidat utama yang diperkirakan akan menggantikannya.

    Kedua kandidat tersebut adalah Eyal Zamir, yang saat ini menjabat sebagai Direktur Jenderal Kementerian Pertahanan.

    Kandidat kuat kedua yaitu Mayor Jenderal Amir Baram, Wakil Kepala Staf IDF.

    Dikutip dari Jerusalem Post, berikut ini profil mereka.

    Eyal Zamir: Favorit Netanyahu

    Eyal Zamir merupakan mantan Wakil Kepala Staf IDF.

    Eyal Zamir dianggap sebagai kandidat utama yang paling disukai oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

    Meskipun saat pemilihan terakhir, Yair Lapid menjabat sebagai Perdana Menteri dan Benny Gantz sebagai Menteri Pertahanan, Zamir saat itu adalah kandidat favorit Netanyahu untuk posisi Kepala Staf IDF.

    Dalam pemilihan terakhir, ia menduduki posisi kedua, menjadikannya salah satu kandidat terkuat untuk menggantikan Halevi.

    Zamir dikenal sebagai sosok yang berpengalaman dalam dunia militer dan memiliki hubungan baik dengan Netanyahu.

    Keterlibatannya dalam berbagai operasi militer serta pengalamannya di Kementerian Pertahanan memperkuat posisinya sebagai calon yang layak untuk mengisi posisi tersebut.

    Eyal Zamir, mantan Wakil Kepala Staf IDF, dianggap sebagai kandidat utama yang paling disukai oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

    Mayor Jenderal Amir Baram: Kandidat Kedua yang Kuat

    Selain Zamir, Mayor Jenderal Amir Baram, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala Staf IDF, juga diperkirakan sebagai salah satu kandidat pengganti Halevi.

    Berbeda dengan Zamir, Baram memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan Halevi dan lebih dekat dengan pendahulu Halevi, Aviv Kohavi.

    Hal ini membuatnya menjadi pilihan yang lebih berbeda, namun tetap kuat, di kalangan beberapa anggota IDF.

    Baram dikenal karena pendekatannya yang tegas dan berani dalam menghadapi tantangan militer, serta pengalamannya yang panjang di IDF.

    Meskipun ia tidak memiliki kedekatan langsung dengan Netanyahu, Baram tetap dianggap sebagai kandidat yang layak dan kompeten.

    Proses Seleksi Cepat

    Menteri Pertahanan Israel, Yoav Katz, telah menyampaikan bahwa proses seleksi untuk posisi Kepala Staf IDF akan segera dimulai.

    Biasanya, pemilihan Kepala Staf membutuhkan waktu yang cukup lama.

    Katz diperkirakan akan memilih pengganti Halevi lebih cepat, dengan kemungkinan keputusan dibuat dalam waktu beberapa hari ke depan.

    Katz berkomitmen untuk memulai proses wawancara dan seleksi kandidat segera.

    Ada kemungkinan besar dia memilih Eyal Zamir sebagai Kepala Staf IDF yang baru.

    Pemilihan yang cepat ini mencerminkan urgensi situasi keamanan Israel pasca pengunduran diri Halevi.

    Komandan Kepala Staf Angkatan Darat Israel (IDF), Letnan Jenderal Herzi Halevi, mengumumkan pengunduran dirinya pada Selasa (21/1/2025), Al Monitor melaporkan.

    Alasan pengunduran dirinya adalah kegagalan militer dalam mencegah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Dalam sebuah pernyataan resmi, Halevi mengungkapkan bahwa ia akan mengundurkan diri pada 6 Maret 2025.

    Itu artinya sekitar 10 bulan lebih cepat dari masa jabatan standar yang biasanya dijalani oleh Kepala Staf IDF, yaitu tiga tahun, Anadolu Ajansi melaporkan.

    Halevi mengatakan bahwa ia merasa bertanggung jawab atas kegagalan militer tersebut.

    Dia pun sudah memberi tahu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu serta Menteri Pertahanan Israel Yoav Katz mengenai niatnya tersebut.

    “Saya akan mengundurkan diri sesuai dengan janji saya pada Oktober 2023 untuk bertanggung jawab atas kegagalan 7 Oktober,” ungkap Halevi dalam pidatonya.

    Dikutip dari Jerusalem Post, Halevi menambahkan walaupun kegagalan 7 Oktober menjadi momen penting, IDF telah berhasil menekan situasi di Tepi Barat, yang memungkinkan militer untuk memfokuskan sebagian besar upayanya pada dua front utama: Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon.

    Halevi menegaskan bahwa tujuan perang Israel masih terbuka.

    Tujuan tersebut meliputi mengakhiri kendali politik Hamas atas Gaza dan memulangkan 94 sandera yang masih tertahan.

    Keputusan Halevi untuk mengundurkan diri juga memunculkan spekulasi tentang masa depan sejumlah pejabat tinggi IDF lainnya.

    Salah satunya adalah Juru Bicara IDF, Laksamana Muda Daniel Hagari, yang memiliki hubungan dekat dengan Halevi.

    Hagari telah mengindikasikan bahwa ia siap untuk tetap menjabat jika diminta oleh Kepala Staf IDF yang baru.

    Sementara itu, sejumlah pejabat intelijen senior, termasuk Direktur Shin Bet, Ronen Bar, serta Kepala Angkatan Udara Tomer Bar dan Kepala Angkatan Laut David Saar Salama, diperkirakan akan menghadapi perubahan posisi setelah pengunduran diri Halevi.

    Meskipun demikian, David Barnea, Direktur Mossad, diperkirakan tidak akan mengundurkan diri dalam waktu dekat karena hubungan baiknya dengan Netanyahu dan peran Mossad yang tidak terkait langsung dengan kejadian 7 Oktober.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Serangan Militer Israel di Tepi Barat Tewaskan 4 Orang, Netanyahu Sebut Operasi Kontraterorisme

    Serangan Militer Israel di Tepi Barat Tewaskan 4 Orang, Netanyahu Sebut Operasi Kontraterorisme

    JAKARTA – Korban tewas akibat serangan pasukan keamanan Israel yang didukung oleh helikopter di kota Jenin, Tepi Barat, bertambah jadi 4 orang.

    PM Israel Benjamin Netanyahu menyebut tindakan pasukannya sebagai operasi militer berskala besar dan signifikan.

    Operasi militer dilakukan sehari setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan dia mencabut sanksi terhadap pemukim Israel yang melakukan kekerasan dan menyerang desa-desa Palestina.

    “Kami bertindak secara sistematis dan tegas melawan poros Iran di mana pun mereka mengulurkan senjatanya – di Gaza, Lebanon, Suriah, Yaman, Yudea, dan Samaria,” kata Netanyahu dilansir Reuters, Selasa, 21 Januari.

    Yudea dan Samaria adalah istilah yang digunakan Israel untuk Tepi Barat yang diduduki.

    Militer Israel mengatakan tentara, polisi dan badan intelijen telah memulai aksi kontra-terorisme di Jenin. 

    Hal ini menyusul operasi selama berminggu-minggu yang dilakukan pasukan keamanan Palestina untuk menegaskan kembali kendali di kamp pengungsi yang berdekatan, yang merupakan pusat utama kelompok militan bersenjata termasuk Hamas dan Jihad Islam.

    Saat operasi dimulai, pasukan Palestina mundur dari kamp pengungsi dan suara tembakan keras terdengar di rekaman ponsel yang dibagikan di media sosial.

    Layanan kesehatan Palestina mengatakan empat warga Palestina tewas dan 35 lainnya luka-luka ketika serangan Israel dimulai.

    Perpindahan ke Jenin, tempat tentara Israel melakukan banyak serangan dan serangan besar-besaran selama beberapa tahun terakhir, terjadi hanya dua hari setelah dimulainya gencatan senjata di Gaza dan menggarisbawahi ancaman kekerasan yang lebih besar di Tepi Barat.

  • Trump Jadi Presiden, Israel Mulai Penyerbuan Besar-besaran di Tepi Barat, Pemukim Yahudi Beringas – Halaman all

    Trump Jadi Presiden, Israel Mulai Penyerbuan Besar-besaran di Tepi Barat, Pemukim Yahudi Beringas – Halaman all

    Trump Jadi Presiden, Israel Mulai Penyerbuan Besar-besaran di Tepi Barat, Pemukim Yahudi Beringas
     

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel (IDF) pada Selasa (21/1/2025) mengumumkan kalau mereka telah memulai apa yang disebutnya sebagai operasi kontraterorisme di Jenin, sebuah kota Palestina di Tepi Barat utara.

    Israel menilai, Jenin telah menjadi sarang militansi kelompok perlawanan Palestina.

    The New York Times melansir, IDF tidak memberikan perincian lebih lanjut, tetapi penyerbuan baru militer secara besar-besaran itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Tepi Barat. 

    Otoritas Palestina, yang biasanya menyerahkan keamanan di wilayah itu kepada Israel, telah melakukan tindakan keras yang tidak biasa terhadap kelompok perlawanan di wilayah yang diduduki Israel itu.

    Pada Senin (20/1) malam, ekstremis Yahudi secara beringas menyerbu beberapa desa Palestina di Tepi Barat, hanya beberapa jam setelah Presiden Baru Amerika Serikat (AS), Donald Trump mencabut sanksi yang dijatuhkan oleh pemerintahan Biden terhadap puluhan warga Israel dan kelompok pemukim Yahudi sayap kanan yang dituduh melakukan kekerasan terhadap warga Palestina.

    Pembatalan sanksi ke pemukim ilegal Yahudi Israel tersebut merupakan salah satu dari daftar panjang perintah eksekutif yang ditandatangani langsung oleh Donald Trump segera setelah pelantikannya. 

    Pejabat Palestina mengecam keras tindakan tersebut, dengan mengatakan kalau hal itu kemungkinan akan mendorong kekerasan dan perlawanan lebih lanjut dan luas.

    Artinya, perlawanan akan muncul dan perang akan terjadi antara kelompok milisi Palestina dan militer Israel dibantu para pemukim Yahudi ekstremis.

    Wajah kehancuran Jalur Gaza pun membayangi Tepi Barat dalam situasi eskalasi kekerasan seperti ini.

    Anggota garis keras dari pemerintah sayap kanan Israel dan para pemimpin gerakan permukiman Yahudi di Tepi Barat telah meminta pencabutan sanksi oleh AS, yang diberlakukan oleh Presiden Biden saat itu berdasarkan perintah eksekutif yang ditandatanganinya hampir setahun yang lalu.

    Beberapa pemimpin pemukim telah membina hubungan dekat dengan rekan-rekan Trump selama bertahun-tahun, termasuk Mike Huckabee , pilihan Trump sebagai duta besar berikutnya untuk Yerusalem.

    Pembatalan sanksi tersebut bertepatan dengan malam kedua berturut-turut terjadinya kekerasan di Tepi Barat saat para pemukim Yahudi ekstremis memprotes gencatan senjata di Gaza, yang mulai berlaku pada hari Minggu dan mengawali masa tenang setelah 15 bulan perang yang dipicu oleh serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober 2023.

    Operasi Banjir Al-Aqsa 7 Oktober 2023, disebut Hamas sebagai akumulasi perlawanan atas penindasan Israel selama bertahun-tahun kepada warga Palestina. 

    Para penyerang membakar kendaraan dan properti, menurut pejabat Palestina dan militer Israel.

    Serangan pemukim Israel ke warga Palestina dan propertinya di kota Al-Funduq dan Jinsafut dekat Qalqilya di wilayah utara Tepi Barat yang diduduki. (khaberni/tangkap layar)

    Anggota sayap kanan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dari Israel dan para pendukung mereka menentang gencatan senjata, yang tahap pertama menyerukan gencatan senjata selama enam minggu dan pertukaran mingguan dari total 33 sandera yang ditawan di Gaza dengan ratusan tahanan Palestina.

    Rincian tahap kedua kesepakatan tersebut belum dinegosiasikan, tetapi kesepakatan itu menyerukan gencatan senjata sementara menjadi permanen dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.

    Kekerasan di Tepi Barat meningkat tajam setelah serangan 7 Oktober. Meningkatnya kekuatan militan di kota-kota Tepi Barat seperti Jenin dan Tulkarm telah memicu serangkaian serangan mematikan Israel dan serangan pesawat tak berawak , yang telah menghancurkan lingkungan Palestina.

    Pasukan Israel telah merebut beberapa permukiman selama berhari-hari, mencari tersangka militan sementara buldoser menggerus jalan untuk mencari bahan peledak.

    Militer Israel mengatakan tentaranya terpaksa melakukan penggerebekan mematikan untuk menumpas militan.

    Legalitas PA Memudar

    Surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth melaporkan kalau pihak-pihak keamanan pendudukan Israel khawatir kalau kesepakatan pertukaran sandera dan tahanan dengan Hamas akan memperburuk situasi di Tepi Barat.

    Seperti diketahui, kesepatakan gencatan senjata di Jalur Gaza berisi sejumlah poin yang satu di antaranya adalah pembebasan banyak tahanan Palestina yang ada di penjara Israel.

    Sumber-sumber tersebut mengindikasikan bahwa masalah terbesar terletak pada penguatan posisi Hamas dengan mengorbankan Otoritas Palestina.

    “Meski mendapat serangan, Hamas menunjukkan ketabahan yang besar,” tulis ulasan Khaberni, mengutip laporan tersebut, Jumat (17/1/2025).

    Di Tepi Barat, entitas Palestina yang menjadi pihak otoritas pemerintahan adalah Otoritas Palestina (PA).

    Namun, legitimasi PA memudar seiring aksi repsresif mereka yang kian menjadi ke warga Palestina di Tepi Barat.

    Di sisi lain, Hamas, justru kian mendapat tempat karena pada kenyataannya jalan perjuangan mereka dianggap mampu menekan Israel, termasuk bisa membebaskan ribuan warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.

    Konstalasi ini yang membuat Israel gerah dan mengancam PA akan mengambil alih kendali keamanan di Tepi Barat.

    Militer Israel (IDF) belakangan bahkan sudah melakukan pengeboman di Jenin, Tepi Barat, untuk pertama kalinya sejak PA mendapat kewenangan hukum sebagai pengendali Tepi Barat.

    Tentara Israel menyerbu kota Jenin di Tepi Barat dan mengerahkan alat berat untuk merusak infrastruktur jalan di kota ini dengan cara menggali jalan di kota tersebut, 5 Juli 2024. (Nedal Eshtayah/Anadolu Agency)

    Berniat Ubah Tepi Barat Menjadi Gaza

    Editorial media Israel berbahasa ibrani, Haaretz, Rabu (8/1/2025) lalu mengulas niat rezim Israel saat ini untuk mengubah wilayah Tepi Barat, Palestina, yang mereka duduki, menjadi puing-puing seperti Jalur Gaza.

    Niat itu satu di antaranya dilontarkan langsung Menteri Keuangan Israel sayap kanan Bezalel Smotrich.

    Smotrich pada Senin kemarin mengatakan kalau Tepi Barat yang diduduki “harus terlihat seperti Jabalia di Gaza,”.

    Ancaman Smotrich itu mengacu pada kerusakan luas yang disebabkan Israel di daerah kantong yang terkepung yang diserang oleh tentara Israel yang didukung Amerika Serikat selama 15 bulan.

    Komentar yang menghasut itu muncul setelah tiga pemukim Israel tewas dan delapan lainnya terluka dalam operasi penembakan di dekat pemukiman ilegal Kedumim di Tepi Barat.

    Setidaknya dua warga Palestina menembaki mobil dan bus di luar pemukiman sebelum melarikan diri dari tempat kejadian, menurut laporan.

    Smotrich, yang terkenal karena komentar genosida terhadap warga Palestina, mengatakan, “Funduq, Nablus, dan Jenin pasti terlihat seperti Jabalia,” mengacu pada wilayah Gaza utara.

    Pemandangan umum menunjukkan bangunan yang hancur di Gaza Utara, di tengah konflik yang sedang berlangsung di Gaza antara Israel dan Hamas, dekat perbatasan Israel-Gaza, 11 November 2024. (tangkap layar/REUTERS/Amir Cohen)

    Jabalia mengalami kerusakan besar-besaran selama genosida dengan Israel menganggap semua yang ada di wilayah itu sebagai target, termasuk rumah sakit.

    Sejak dimulainya serangan Israel di Gaza pada Oktober 2023, lebih dari 45.800 warga Palestina telah tewas, sekitar 11.000 orang hilang dan diyakini tertimbun reruntuhan. Di Tepi Barat, serangan Israel menewaskan 835 warga Palestina dan melukai 6.450 lainnya.

    Tahun lalu, Mahkamah Internasional (ICJ), dalam putusannya yang bersejarah, menyatakan bahwa pendudukan Israel atas Jalur Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, adalah melanggar hukum, beserta dengan rezim permukiman, aneksasi, dan penggunaan sumber daya alam yang terkait.

    Mahkamah tersebut menambahkan bahwa undang-undang dan tindakan Israel melanggar larangan internasional tentang segregasi rasial dan apartheid.

    Resolusi ini juga mengamanatkan Israel untuk mengakhiri pendudukannya, membongkar permukimannya, memberikan ganti rugi penuh kepada korban Palestina, dan memfasilitasi pemulangan masyarakat terlantar.

    Para ahli PBB telah menyerukan  embargo senjata , diakhirinya semua kegiatan komersial lainnya yang dapat merugikan Palestina, dan sanksi yang ditargetkan, termasuk pembekuan aset, terhadap individu dan entitas Israel yang terlibat dalam pendudukan ilegal, segregasi rasial, dan kebijakan apartheid.

    Seorang orang tua warga Palestina memegang bendera Palestina saat berjalan di jalanan Jenin, Tepi Barat yang hancur karena agresi militer Israel di kota tersebut selama 10 hari berturut-turut. (rntv/tangkap layar)

    Netanyahu Setujui Operasi Ofensif dan Defensif Baru di Tepi Barat

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa ia menyetujui serangkaian operasi militer tambahan di Tepi Barat.

    Menurut kantor Netanyahu, operasi ini mencakup “tindakan ofensif dan defensif tambahan” di Tepi Barat, serta menangkap para pelaku operasi terhadap Israel dan membawa mereka ke pengadilan.

    Keputusan tersebut menyusul pertemuan Netanyahu pada 6 Januari dengan Menteri Pertahanan Israel Katz dan Kepala Staf Herzi Halevi.

    Otoritas Palestina (PA) tengah melancarkan operasi besar-besaran terhadap pejuang perlawanan di kamp pengungsi Jenin atas nama Israel

    Sebelumnya hari ini, Netanyahu berjanji akan melenyapkan mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan tiga pemukim Yahudi di Tepi Barat pada Senin pagi.

    “Kami akan menemui para pembunuh, menyelesaikan masalah dengan mereka dan dengan mereka yang membantu mereka, dan tidak seorang pun akan lolos dari kami,” kata Netanyahu.

    Israel meningkatkan ukuran dan jumlah operasi militernya terhadap kelompok perlawanan Palestina di Tepi Barat yang diduduki setelah Operasi Banjir Al-Aqsa Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Perang Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 45.000 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak.

    Otoritas Palestina (PA) saat ini sedang melakukan serangan besar-besaran terhadap kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat.

    The Guardian mencatat bahwa ini adalah “operasi terbesar yang dilakukan oleh badan pemerintahan yang didukung Barat tersebut dalam 30 tahun sejak dibentuk.”

    Setelah kunjungan baru-baru ini ke Jenin, The Guardian mengamati bahwa “Israel berharap dapat mendelegasikan pemberantasan aktivitas militan kepada otoritas yang berpusat di Ramallah, dan PA berusaha membuktikan bahwa mereka akan mampu menangani pemerintahan di Jalur Gaza ketika perang di sana berakhir.”

    Namun, penduduk kamp marah terhadap pasukan keamanan PA karena kolaborasi mereka dengan Israel melawan pejuang perlawanan lokal.

    “Sebagian besar pemuda ini merupakan bagian dari milisi ad hoc kecil yang hanya berafiliasi secara longgar dengan faksi tradisional Palestina, seperti  Fatah dan saingannya Hamas,” tambah surat kabar Inggris tersebut.

    Mariam, seorang warga kamp berusia 23 tahun, menyatakan, “Ini pada dasarnya adalah perang saudara, warga Palestina membunuh warga Palestina.”

    Warga semakin marah setelah seorang penembak jitu dari pasukan keamanan PA menembak dan membunuh mahasiswa jurnalisme berusia 22 tahun Shatha al-Sabbagh pada hari Sabtu.

    Di tengah kekerasan di Jenin, pemukim Yahudi Israel berharap bahwa Presiden AS terpilih Donald Trump akan mengizinkan mereka untuk secara resmi mencaplok Tepi Barat yang diduduki.

    New York Times (NYT) melaporkan pada hari Senin bahwa “Beberapa pilihan staf Presiden terpilih Donald J. Trump telah meningkatkan harapan di antara para pemukim bahwa [aneksasi] dapat terjadi.”

    Anggota staf Trump, termasuk Menteri Pertahanan baru Pete Hegseth dan Duta Besar AS untuk Israel Mike Huckabee, telah mengunjungi permukiman Tepi Barat dan menyatakan dukungan kuat mereka terhadap permukiman tersebut dan Israel.

    “Tim Trump ada di sini, mereka melihat kenyataan, dan bagi saya, itu melegakan,” kata Israel Ganz, kepala dewan yang mengatur pemukiman Shiloh.

    Baru-baru ini, Mahkamah Internasional (ICJ) menegaskan kembali bahwa semua pemukiman Yahudi Israel di Tepi Barat adalah ilegal menurut hukum internasional dan harus dibongkar.

    Pasukan Israel menduduki Tepi Barat pada tahun 1967 dan telah membangun pemukiman ilegal bagi warga Yahudi Israel di tanah Palestina yang dicuri sejak saat itu.

     

    (oln/tnytms/khbrn/*)

     

  • Menhan Israel: Operasi IDF di Jenin Belajar dari Gaza Agar Proksi Iran di Tepi Barat Tak Jadi Kuat – Halaman all

    Militer Israel Kerahkan Helikopter Apache-Lapis Baja di ‘Operasi Tembok Besi’ Jenin di Tepi Barat – Halaman all

    Israel Kerahkan Helikopter Apache-Lapis Baja di Operasi Tembok Besi Jenin: Basmi Proksi Iran

    TRIBUNNEWS.COM – Tentara Israel (IDF) dilaporkan melakukan invasi militer berkekuatan besar di Kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki, Selasa (21/1/2025).

    Dalam laporan Al-Jazeera, IDF mengatakan sedang melakukan operasi militer penting di kota Tepi Barat tersebut.

    Operasi di Jenin tersebut bahkan telah diberi nama, “Operasi Tembok Besi”, menurut memo dari kantor perdana menteri Israel.

    IDF mengatakan ingin menindak dan memberantas milisi perlawanan bersenjata Palestina di kota tersebut.

    Sebagai catatan, operasi-operasi militer semacam ini adalah sesuatu yang telah IDF coba lakukan selama beberapa tahun dengan mengabaikan kewenangan Otoritas Palestina di Tepi Barat.

    Al Jazeera melaporkan, jumlah korban tewas akibat operasi militer IDF di Jenin ini telah meningkat.

    “Kami baru saja menerima informasi terbaru dari Kementerian Kesehatan Palestina tentang korban dari serangan tentara Israel di Jenin. Jumlah korban tewas telah meningkat menjadi sedikitnya tujuh orang, dengan sekitar 35 orang lainnya terluka,” tulis laporan tersebut dikutip, Selasa.

    Pasukan keamanan Palestina berjaga di penghalang jalan di kota Jenin di Tepi Barat yang diduduki pada 6 Desember 2024, menyusul bentrokan dengan militan sehari sebelumnya. – Baku tembak meletus di Jenin di utara Tepi Barat yang diduduki pada tanggal 5 Desember antara militan dan pasukan keamanan Palestina menyusul pencurian kendaraan milik Otoritas Palestina, menurut wartawan AFP di kota tersebut. (Photo by JAAFAR ASHTIYEH / AFP) (AFP/JAAFAR ASHTIYEH)

    Kerahkan Apache dan Lapis Baja

    Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan kalau responden pertamanya merawat tujuh orang yang terluka oleh tembakan langsung pasukan Israel.

    Lembaga medis tersebut menambahkan bahwa pasukan Israel menghalangi akses mereka ke daerah tersebut.

    Sementara itu, Kamal Abu al-Rub, gubernur Jenin mengatakan serangan tentara Israel adalah “invasi kamp (pengungsi)”.

    “Itu terjadi dengan cepat, helikopter Apache di langit dan kendaraan militer Israel di mana-mana,” katanya kepada AFP.

    Smotrich: Operasi Jenin Bakal Intensif 

    Menteri Keuangan sayap kanan Israel Bezalel Smotrich mengatakan serangan Israel yang sedang berlangsung di Jenin dirancang untuk “mengubah situasi keamanan” di Tepi Barat yang diduduki.

    Serangan militer, yang telah menewaskan tujuh warga Palestina, “akan menjadi operasi yang intens dan berkelanjutan”, kata Smotrich dalam sebuah unggahan di X.

    Ia mengatakan operasi itu akan menargetkan “elemen teroris dan pendukung mereka” untuk melindungi “pemukim” dan “permukiman” Israel, yang ia gambarkan sebagai “penyangga keamanan” bagi Israel.

    Netanyahu: Operasi Jenin untuk Basmi Proksi Iran

    Dalam sebuah unggahan di X, perdana menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan serangan militer di Jenin adalah “langkah lain menuju tercapainya … keamanan” di Tepi Barat yang diduduki.

    Ia juga mengatakan bahwa itu adalah bagian dari tindakan Israel untuk membasmi “proksi Iran”.

    “Kami bertindak secara sistematis dan tegas terhadap poros Iran di mana pun ia memperluas jangkauannya – baik di Gaza, Lebanon, Suriah, Yaman, atau Yudea dan Samaria – dan upaya kami akan terus berlanjut,” kata Netanyahu, menggunakan nama alkitabiah yang digunakan Israel untuk merujuk ke Tepi Barat yang diduduki.

    Alihkan Perang Gaza ke Tepi Barat

    Al Jazeera melaporkan, sebelum operasi militer IDF ini, Kepala Staf Tentara Israel, Herzi Halevi mengatakan kalau militer Israel harus bersiap untuk operasi penting di seluruh Tepi Barat.

    “Jadi, sementara gencatan senjata diserukan di Gaza, inilah yang menjadi fokus dalam ranah keamanan Israel,” tulis laporan koresponden Al Jazeera menjelaskan kalau aroma perang Gaza telah berpindah ke Tepi Barat.

    Pengerahan pasukan militer besar-besaran ke Tepi Barat telah digembar-gemborkan oleh menteri pertahanan Israel, Israel Katz dalam beberapa waktu belakangan.

    Katz mengatakan kalau akan ada kehadiran tentara IDF yang signifikan di seluruh Tepi Barat dan mereka akan melakukan hal-hal yang berbeda dari apa yang mereka lakukan sebelumnya.

    “Ini agak sulit dipercaya karena telah terjadi pengepungan di Tepi Barat yang diduduki selama perang di Gaza berlangsung,” tulis laporan AL Jazeera.

    Pasukan Israel Mendadak Blokade Gerbang Hebron, Tanda-Tanda Perang Gaza Pindah ke Tepi Barat

    Sebelumnya, pasukan Israel dilaporkan melakukan sejumlah manuver militer di wilayah Palestina, termasuk di Hebron, Tepi Barat.

    Manuver militer IDF ini sudah dilakukan menjelang pelaksanaan gencatan senjata di Jalur Gaza yang berlangsung mulai Minggu (19/1/2025),

    Militer Israel (IDF) mengklaim, langkah-langkah militer ini dilakukan di Jalur Gaza dan Tepi Barat sebagai antisipasi pembebasan tahanan Palestina yang merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata tersebut.

    Di Gaza, Israel mengonsentrasikan pasukannya di seluruh perbatasan Jalur Gaza dengan pemukiman Yahudi Israel.

    Adapun di Tepi Barat, sumber-sumber Palestina mengatakan pasukan pendudukan Israel tiba-tiba menutup sebagian besar pintu masuk Hebron di selatan Tepi Barat dengan semen berbentuk kubus, Sabtu (18/1/2025).

    Kendaraan militer Pasukan Pendudukan Israel (IDF) di Hebron, Tepi Barat. Menjelang gencatan senjata di Jalur Gaza, pasukan Israel mengintensifkan pengamanan di semua wilayah Tepi Barat.

    Kecemasan Israel di Tepi Barat

    Manuver ini dikhawatirkan menjadi indikasi kalau Israel berniat memindahkan perang dari Jalur Gaza ke Tepi Barat dengan pola pengepungan dan blokade yang mirip-mirip.

    Indikasi itu tergambar dari apa yang dilaporkan oleh Channel 13 Israel.

    “Kepala Dewan Keamanan Nasional Israel mengatakan pada pertemuan dengan pihak pemerintah kalau kesepakatan pertukaran sandera dapat berdampak negatif terhadap situasi keamanan di Tepi Barat,” kata laporan tersebut dikutip dari Khaberni, Sabtu.

    Dia melanjutkan: Dewan mini mengambil keputusan yang bertujuan untuk mendukung keamanan di Tepi Barat, khususnya permukiman.

    Sejalan dengan genosida di Jalur Gaza, tentara pendudukan Israel memperluas operasinya di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, dan para pemukim meningkatkan serangan mereka di sana, yang mengakibatkan 859 warga Palestina meninggal, sekitar 6.700 orang terluka, dan penangkapan 14.300 lainnya, menurut data resmi Palestina.

    Israel juga dilaporkan berniat mengintensifkan kembali operasi militer di Tepi Barat untuk kembali menangkapi warga-warga Palestina.

    Hal ini dilakukan sebagai ‘kompensasi’ atas pembebasan tahanan Palestina dalam kesepakatan pertukaran tahanan.

    Dengan kata lain, Israel tak mau ‘stok’ tahanan Palestina di penjara mereka berkurang drastis sebagai dampak kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

    Untuk itu, IDF bahkan berniat mengambil kendali keamanan yang selama ini dimiliki oleh Otoritas Palestina (PA).

    Seorang perwira Otoritas Palestina memegang senjatanya saat pasukan keamanan melancarkan serangan di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat yang diduduki, 16 Desember 2024. (tangkap layar aljazeera/Majdi Mohammed/AP)

    Legalitas PA Memudar 

    Surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth juga melaporkan kalau pihak-pihak keamanan pendudukan Israel khawatir kalau kesepakatan pertukaran sandera dan tahanan dengan Hamas akan memperburuk situasi di Tepi Barat.

    Seperti diketahui, kesepatakan gencatan senjata di Jalur Gaza berisi sejumlah poin yang satu di antaranya adalah pembebasan banyak tahanan Palestina yang ada di penjara Israel.

    Sumber-sumber tersebut mengindikasikan bahwa masalah terbesar terletak pada penguatan posisi Hamas dengan mengorbankan Otoritas Palestina.

    “Meski mendapat serangan, Hamas menunjukkan ketabahan yang besar,” tulis ulasan Khaberni, mengutip laporan tersebut, Jumat (17/1/2025).

    Di Tepi Barat, entitas Palestina yang menjadi pihak otoritas pemerintahan adalah Otoritas Palestina (PA).

    Namun, legitimasi PA memudar seiring aksi repsresif mereka yang kian menjadi ke warga Palestina di Tepi Barat.

    Di sisi lain, Hamas, justru kian mendapat tempat karena pada kenyataannya jalan perjuangan mereka dianggap mampu menekan Israel, termasuk bisa membebaskan ribuan warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.

    Meski belakangan dilaporkan terjadi ‘Gencatan Senjata’ antara PA dan milisi perlawanan Palestina di Tepi Barat, khususnya di Jenin, konstalasi ini yang membuat Israel gerah dan mengancam PA akan mengambil alih kendali keamanan di Tepi Barat.

    Militer Israel (IDF) bahkan sudah melakukan pengeboman di Jenin, Tepi Barat, untuk pertama kalinya sejak PA mendapat kewenangan hukum sebagai pengendali Tepi Barat.

    Tentara Israel menyerbu kota Jenin di Tepi Barat dan mengerahkan alat berat untuk merusak infrastruktur jalan di kota ini dengan cara menggali jalan di kota tersebut, 5 Juli 2024. (Nedal Eshtayah/Anadolu Agency)

    Berniat Ubah Tepi Barat Menjadi Gaza

    Editorial media Israel berbahasa ibrani, Haaretz, Rabu (8/1/2025) lalu mengulas niat rezim Israel saat ini untuk mengubah wilayah Tepi Barat, Palestina, yang mereka duduki, menjadi puing-puing seperti Jalur Gaza.

    Niat itu satu di antaranya dilontarkan langsung Menteri Keuangan Israel sayap kanan Bezalel Smotrich.

    Smotrich pada Senin kemarin mengatakan kalau Tepi Barat yang diduduki “harus terlihat seperti Jabalia di Gaza,”.

    Ancaman Smotrich itu mengacu pada kerusakan luas yang disebabkan Israel di daerah kantong yang terkepung yang diserang oleh tentara Israel yang didukung Amerika Serikat selama 15 bulan.

    Komentar yang menghasut itu muncul setelah tiga pemukim Israel tewas dan delapan lainnya terluka dalam operasi penembakan di dekat pemukiman ilegal Kedumim di Tepi Barat.

    Setidaknya dua warga Palestina menembaki mobil dan bus di luar pemukiman sebelum melarikan diri dari tempat kejadian, menurut laporan.

    Smotrich, yang terkenal karena komentar genosida terhadap warga Palestina, mengatakan, “Funduq, Nablus, dan Jenin pasti terlihat seperti Jabalia,” mengacu pada wilayah Gaza utara.

    Pemandangan umum menunjukkan bangunan yang hancur di Gaza Utara, di tengah konflik yang sedang berlangsung di Gaza antara Israel dan Hamas, dekat perbatasan Israel-Gaza, 11 November 2024. (tangkap layar/REUTERS/Amir Cohen)

    Jabalia mengalami kerusakan besar-besaran selama genosida dengan Israel menganggap semua yang ada di wilayah itu sebagai target, termasuk rumah sakit.

    Sejak dimulainya serangan Israel di Gaza pada Oktober 2023, lebih dari 45.800 warga Palestina telah tewas, sekitar 11.000 orang hilang dan diyakini tertimbun reruntuhan.

    Di Tepi Barat, serangan Israel menewaskan 835 warga Palestina dan melukai 6.450 lainnya.

    Tahun lalu, Mahkamah Internasional (ICJ), dalam putusannya yang bersejarah, menyatakan bahwa pendudukan Israel atas Jalur Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, adalah melanggar hukum, beserta dengan rezim permukiman, aneksasi, dan penggunaan sumber daya alam yang terkait.

    Mahkamah tersebut menambahkan bahwa undang-undang dan tindakan Israel melanggar larangan internasional tentang segregasi rasial dan apartheid.

    Resolusi ini juga mengamanatkan Israel untuk mengakhiri pendudukannya, membongkar permukimannya, memberikan ganti rugi penuh kepada korban Palestina, dan memfasilitasi pemulangan masyarakat terlantar.

    Para ahli PBB telah menyerukan  embargo senjata , diakhirinya semua kegiatan komersial lainnya yang dapat merugikan Palestina, dan sanksi yang ditargetkan, termasuk pembekuan aset, terhadap individu dan entitas Israel yang terlibat dalam pendudukan ilegal, segregasi rasial, dan kebijakan apartheid.

    Seorang orang tua warga Palestina memegang bendera Palestina saat berjalan di jalanan Jenin, Tepi Barat yang hancur karena agresi militer Israel di kota tersebut selama 10 hari berturut-turut. (rntv/tangkap layar)

    Netanyahu Setujui Operasi Ofensif dan Defensif Baru di Tepi Barat

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa ia menyetujui serangkaian operasi militer tambahan di Tepi Barat.

    Menurut kantor Netanyahu, operasi ini mencakup “tindakan ofensif dan defensif tambahan” di Tepi Barat, serta menangkap para pelaku operasi terhadap Israel dan membawa mereka ke pengadilan.

    Keputusan tersebut menyusul pertemuan Netanyahu pada 6 Januari dengan Menteri Pertahanan Israel Katz dan Kepala Staf Herzi Halevi.

    Otoritas Palestina (PA) tengah melancarkan operasi besar-besaran terhadap pejuang perlawanan di kamp pengungsi Jenin atas nama Israel

    Sebelumnya hari ini, Netanyahu berjanji akan melenyapkan mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan tiga pemukim Yahudi di Tepi Barat pada Senin pagi.

    “Kami akan menemui para pembunuh, menyelesaikan masalah dengan mereka dan dengan mereka yang membantu mereka, dan tidak seorang pun akan lolos dari kami,” kata Netanyahu.

    Israel meningkatkan ukuran dan jumlah operasi militernya terhadap kelompok perlawanan Palestina di Tepi Barat yang diduduki setelah Operasi Banjir Al-Aqsa Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Perang Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 45.000 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak.

    Otoritas Palestina (PA) saat ini sedang melakukan serangan besar-besaran terhadap kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat.

    The Guardian mencatat bahwa ini adalah “operasi terbesar yang dilakukan oleh badan pemerintahan yang didukung Barat tersebut dalam 30 tahun sejak dibentuk.”

    Setelah kunjungan baru-baru ini ke Jenin, The Guardian mengamati bahwa “Israel berharap dapat mendelegasikan pemberantasan aktivitas militan kepada otoritas yang berpusat di Ramallah, dan PA berusaha membuktikan bahwa mereka akan mampu menangani pemerintahan di Jalur Gaza ketika perang di sana berakhir.”

    Namun, penduduk kamp marah terhadap pasukan keamanan PA karena kolaborasi mereka dengan Israel melawan pejuang perlawanan lokal.

    “Sebagian besar pemuda ini merupakan bagian dari milisi ad hoc kecil yang hanya berafiliasi secara longgar dengan faksi tradisional Palestina, seperti  Fatah dan saingannya Hamas,” tambah surat kabar Inggris tersebut.

    Mariam, seorang warga kamp berusia 23 tahun, menyatakan, “Ini pada dasarnya adalah perang saudara, warga Palestina membunuh warga Palestina.”

    Warga semakin marah setelah seorang penembak jitu dari pasukan keamanan PA menembak dan membunuh mahasiswa jurnalisme berusia 22 tahun Shatha al-Sabbagh pada hari Sabtu.

    Di tengah kekerasan di Jenin, pemukim Yahudi Israel berharap bahwa Presiden AS terpilih Donald Trump akan mengizinkan mereka untuk secara resmi mencaplok Tepi Barat yang diduduki.

    New York Times (NYT) melaporkan pada hari Senin bahwa “Beberapa pilihan staf Presiden terpilih Donald J. Trump telah meningkatkan harapan di antara para pemukim bahwa [aneksasi] dapat terjadi.”

    Anggota staf Trump, termasuk Menteri Pertahanan baru Pete Hegseth dan Duta Besar AS untuk Israel Mike Huckabee, telah mengunjungi permukiman Tepi Barat dan menyatakan dukungan kuat mereka terhadap permukiman tersebut dan Israel.

    “Tim Trump ada di sini, mereka melihat kenyataan, dan bagi saya, itu melegakan,” kata Israel Ganz, kepala dewan yang mengatur pemukiman Shiloh.

    Baru-baru ini, Mahkamah Internasional (ICJ) menegaskan kembali bahwa semua pemukiman Yahudi Israel di Tepi Barat adalah ilegal menurut hukum internasional dan harus dibongkar.

    Pasukan Israel menduduki Tepi Barat pada tahun 1967 dan telah membangun pemukiman ilegal bagi warga Yahudi Israel di tanah Palestina yang dicuri sejak saat itu.

     

    (oln/aja/khbrn/rntv*)