Negara: Tepi Barat

  • Pengalaman Menyedihkan Para Sandera Palestina yang Dibebaskan Israel – Halaman all

    Pengalaman Menyedihkan Para Sandera Palestina yang Dibebaskan Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel baru-baru ini membebaskan 369 warga Palestina pada Sabtu, 15 Februari 2025, sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

    Namun, dari jumlah tersebut, empat di antaranya dilaporkan berada dalam kondisi kritis.

    Kondisi Para Sandera

    Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan bahwa para sandera yang dibebaskan saat ini dirawat di rumah sakit di Ramallah, Tepi Barat.

    Meskipun sebagian besar tawanan Israel umumnya dalam kondisi baik, banyak dari mereka menunjukkan tanda-tanda fisik yang memprihatinkan.

    Banyak yang kehilangan berat badan secara drastis dan mengalami kesulitan berjalan akibat penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi selama penahanan.

    Menurut laporan Kantor Media Tahanan Palestina, kondisi yang dialami oleh para tahanan menunjukkan pelanggaran hak asasi manusia yang serius.

    Beberapa mantan tahanan menceritakan kengerian yang mereka alami di penjara Israel, di mana sebagian besar dari mereka dipenjara tanpa tuduhan.

    Pengalaman Menyedihkan

    Amir Abu Radah, salah satu warga Palestina yang dibebaskan, mengungkapkan pengalamannya selama 18 bulan di penjara gurun Nafha.

    Ia menyatakan bahwa selama di sana, pihak berwenang memutus aliran air dan listrik, sehingga membuat kondisi penjara semakin sulit. “Kami tidak memiliki sarana komunikasi apa pun dan terisolasi dari dunia luar,” ungkapnya.

    Hazem Rajab, warga Palestina lainnya yang dibebaskan, juga berbagi pengalaman buruknya.

    Ia menceritakan bahwa sejak awal penangkapannya pada Desember 2023, ia dan tahanan lainnya dipukuli secara brutal. “Orang Israel mengatakan kepada kami, ‘Selamat datang di neraka’. Itu benar-benar neraka,” kenangnya.

    Laporan dari Nour Odeh dari Al Jazeera menyebutkan bahwa warga Palestina yang dibebaskan berada dalam kondisi sangat buruk dan menderita kekurangan gizi akibat menahan lapar selama 15 bulan terakhir.

    Mereka hanya diizinkan mandi setiap 10 hari, yang semakin memperburuk kondisi kesehatan mereka.

    Penahanan Tanpa Bukti

    Salah satu mantan tahanan, Mohammed el-Halabi, yang merupakan mantan kepala World Vision di Gaza, dipenjara selama hampir sembilan tahun sebelum dibebaskan pada 15 Februari 2025.

    Ia mengungkapkan bahwa ia dihukum tanpa bukti yang jelas dan menjadi sasaran penyiksaan fisik serta psikologis yang semakin parah sejak dimulainya perang di Gaza.

    Berat badannya turun drastis dari 95 kilogram menjadi hanya 45 kilogram.

    Gencatan Senjata dan Pertukaran Sandera

    Dikutip dari CNN, pada awal minggu ini, Hamas sempat menunda pembebasan sandera setelah menuduh Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata.

    Namun, setelah berdiskusi dengan mediator dari Mesir dan Qatar, Hamas akhirnya memutuskan untuk melanjutkan proses pembebasan sandera.

    Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengucapkan terima kasih atas pernyataan mantan Presiden AS Donald Trump yang mendukung pembebasan sandera.

    Pernyataan tersebut dianggap membantu mendorong Hamas untuk melanjutkan proses pembebasan.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Beri Pesan ke Pemerintah Israel, Sandera Sagui Dekel-Chen Kirim Kode Soal Terowongan Hamas? – Halaman all

    Beri Pesan ke Pemerintah Israel, Sandera Sagui Dekel-Chen Kirim Kode Soal Terowongan Hamas? – Halaman all

    Beri Pesan ke Pemerintah Israel, Sandera Sagui Dekel-Chen Kirim Kode Soal Terowongan Hamas?

     

    TRIBUNNEWS.COM – Ketiga sandera Israel yang baru saja dibebaskan Hamas pada putaran ke-6 pertukaran sandera dan tahanan, di Khan Yunis, Gaza Selatan, Sabtu (15/2/2025) mengirim pesan ke pada pemerintah Israel.

    Ketiganya, Sagui Dekel-Chen, Yair Horn, dan Sasha Trubunov—telah meminta pemerintah Israel untuk mengambil tindakan segera guna memastikan kelanjutan kesepakatan pertukaran tawanan dan pembebasan semua tawanan yang tersisa.

    “Sagui Dekel-Chen mendesak pemerintah untuk melakukan segala yang mungkin untuk menjaga kesepakatan tersebut,” kata laporan RNTV, Sabtu.

    Laporan The New York Times melansir, Sagui, yang dibawa ke panggung prosesi pembebasan sebelum dibebaskan, juga menyiratkan kegembiraannya melihat sinar matahari lagi.

    Pernyataan Sagui Dekel-Chen ini ditafsirkan sebagai isyarat kalau selama ini dia ditahan di dalam terowongan Hamas.

    “Saya akhirnya keluar di bawah sinar matahari, menuju cahaya,” kata Sagui Dekel-Chen.

    NYTimes mengulas, belum jelas apakah Sagui berbicara secara metaforis atau harfiah soal ‘sinar matahari’ dan ‘cahaya’ tersebut.

    “Banyak sandera telah ditahan untuk waktu yang lama di jaringan terowongan bawah tanah Hamas,” kata laporan tersebut.

    Sementara itu, lansiran RNTV menyebut, sandera Yair Horn memberi pesan yang menekankan perlunya membawa semua tawanan pulang, dengan menyatakan bahwa “tidak ada waktu lagi yang tersisa.”

    Adapun, Sasha Trubunov mengingatkan masyarakat untuk tidak melupakan mereka yang masih ditawan.

    PEMBEBASAN SANDERA ISRAEL – Tangkapan layar Telegram Quds News Network pada Sabtu (15/2/2025) menunjukkan pejuang Hamas membebaskan tiga sandera Israel. Setelah Hamas membebaskan tiga sandera, kini gantian Israel membebaskan 369 tahanan Palestina. (Telegram Quds News Network)

    Sempat Memancing Sebelum Bebas

    Soal nama terakhir yang disebutkan di atas, Alexandre Sasha Trubunov, mengejutkan publik setelah munculnya video yang memperlihatkan dirinya sedang berjalan-jalan dan memancing di pantai Gaza.

    Sandera berkebangsaan Israel-Rusia berusia 29 tahun, tampak sangat rileks dalam video tersebut.

    Times of Israel menyebut video itu dirilis oleh kelompok Jihad Islam Palestina pada hari Jumat, 14 Februari 2025.

    Dalam video yang beredar, Trubunov terlihat menulis pesan yang diduga berisi ucapan terima kasih kepada pihak yang menyandera dirinya.

    Keluarganya meminta media Israel untuk tidak mempublikasikan video tersebut, yang mereka anggap sebagai alat propaganda oleh kelompok perlawanan Palestina.

    Trubunov hari ini dibebaskan oleh Hamas bersamaan dengan dua sandera lainnya, Sagui Dekel Chen dan Iair Horn, sebagai bagian dari pertukaran sandera dalam gencatan senjata antara Hamas dan Israel.

    Latar Belakang Trubunov

    Trubunov, yang berkebangsaan Israel dan Rusia, diculik bersama anggota keluarganya oleh kelompok perlawanan Palestina saat Operasi Banjir Al Aqsa pada 7 Oktober 2023.

    Ayahnya, Vitaly Trubunov, dilaporkan tewas dalam peristiwa tersebut.

    Sebelumnya, tiga wanita dalam keluarganya telah dibebaskan pada November 2023 sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

    Menurut keluarganya, Trubunov bekerja sebagai insinyur di divisi cloud Amazon. Mereka pindah dari Uni Soviet ke Israel 25 tahun lalu.

    Rusia telah berulang kali mendesak pembebasan Trubunov, termasuk saat gencatan senjata diumumkan pada Januari lalu.

    Harapan Keluarga

    Ibunya, Yelena, menyatakan harapannya untuk berkumpul kembali dengan putranya.

    Dalam video yang diunggah ke media sosial, ia meminta agar semua orang menyalakan lilin Shabbat dengan kegembiraan dan berdoa agar semua sandera segera pulang ke rumah.

    Forum Keluarga Sandera juga menyambut baik kabar pembebasan ketiga sandera, yang akan ditukar dengan 369 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

    Hingga saat ini, 21 sandera dan 730 tahanan Palestina telah dibebaskan selama gencatan senjata terbaru.

    Gencatan Senjata dan Ancaman

    Gencatan senjata saat ini memasuki tahap kedua yang dijadwalkan pada 1 Maret mendatang, meskipun rincian lebih lanjut masih dalam perundingan.

    Sebelumnya, Hamas mengeklaim bahwa Israel telah melanggar kesepakatan gencatan. Hamas mengancam akan menunda pembebasan sandera selanjutnya.

    Israel, di sisi lain, mengancam akan melanjutkan perang di Gaza jika sandera tidak dibebaskan sesuai dengan kesepakatan, tetapi tidak memberikan komentar atas tuduhan Hamas.

    Hamas juga dilaporkan sedang melakukan pembicaraan di Kairo dengan pejabat Mesir dan Perdana Menteri Qatar untuk membahas pengiriman bantuan ke Gaza.

    Pertukaran tiga warga Israel dengan 369 warga Palestina meredakan kekhawatiran bahwa perjanjian gencatan senjata dapat runtuh sebelum akhir tahap pertama.

    Ketiga sandera Israel itu dibawa ke panggung dengan militan Hamas Palestina yang bersenjatakan senapan otomatis berdiri di setiap sisi mereka di Khan Younis, Gaza.

    Di panggung serah terima, para sandera diminta memberikan pernyataan singkat dalam bahasa Ibrani dan para militan memberikan salah satu dari mereka, Iair Horn, sebuah jam pasir dan foto sandera Israel lainnya yang masih berada di Gaza dan ibunya, yang bertuliskan “waktu hampir habis (bagi para sandera yang masih berada di Gaza)”.

    “Sekarang, kami bisa bernapas sedikit. Iair kami telah pulang setelah selamat dari neraka di Gaza.”

    “Sekarang, kami harus membawa Eitan kembali agar keluarga kami benar-benar bisa bernapas,” kata keluarga Horn, dikutip dari Al Arabiya.

    Tak lama kemudian, bus pertama yang membawa tahanan dan tahanan Palestina yang dibebaskan berangkat dari penjara Ofer Israel di Tepi Barat yang diduduki Israel.

    Bus itu tiba di Ramallah dengan kerumunan yang bersorak-sorai, beberapa melambaikan bendera Palestina.

    Sementara di Lapangan Sandera di Tel Aviv, orang-orang bersorak dan menangis ketika mereka mendengar Palang Merah Internasional sedang dalam perjalanan untuk menyerahkan ketiga sandera kepada pasukan militer Israel di Jalur Gaza.

    Mereka tampak lega melihat bahwa ketiganya dalam kondisi fisik yang tampaknya lebih baik daripada tiga lainnya yang dibebaskan minggu lalu yang tampak kurus kering dan lemah.

    Penduduk komunitas kibbutz Israel di dekat perbatasan Gaza berbaris di jalan sambil bersorak dan melambaikan bendera Israel ketika kendaraan yang membawa para sandera keluar dari Gaza lewat.

    Netanyahu Sambut Ketiga Sandera

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa persiapan tengah dilakukan untuk menyambut ketiga sandera yang dibebaskan oleh Hamas.

    Netanyahu menyambut pulang ketiga pria yang telah menghabiskan hampir 500 hari sebagai tawanan setelah diculik dari Israel selatan. 

    “Kami menyambut mereka dengan hangat,” kata Netanyahu, dikutip dari The Jerusalem Post.

    “Kami telah mempersiapkan kepulangan mereka, dan bersama keluarga mereka, kami akan membantu rehabilitasi mereka setelah masa penahanan yang panjang dan menyiksa,” lanjutnya.

    Netanyahu juga mencatat bahwa Hamas mengancam tidak akan membebaskan ketiga orang tersebut – menuduh Israel telah melanggar perjanjian gencatan senjata. 

    “Minggu ini, Hamas kembali berupaya melanggar perjanjian dan menciptakan krisis palsu dengan klaim palsu,” tulis Netanyahu.

    “Kami bekerja sama sepenuhnya dengan Amerika Serikat untuk membebaskan semua sandera kami – yang masih hidup maupun yang sudah meninggal – sesegera mungkin; dan bersiap dengan intensitas penuh untuk apa yang akan terjadi selanjutnya, dalam segala hal,” pungkas Netanyahu.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz menambahkan bahwa “IDF sepenuhnya siap menghadapi skenario apa pun dan upaya apa pun oleh organisasi teroris Hamas untuk melanggar perjanjian dan mencegah pembebasan para sandera”.

     

    (oln/rntv/nyt/tribunnews/*)

     

  • Pengalaman Menyedihkan Para Sandera Palestina yang Dibebaskan Israel – Halaman all

    Sandera Sudah Dibebaskan Hamas, Kini Israel Bersiap Bebaskan 369 Tahanan Palestina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas berhasil membebaskan tiga sandera Israel, yakni Iair Horn, Sagui Dekel-Chen, dan Sasha (Alexander) Troufanov pada Sabtu (15/2/2025).

    Kini, gantian Israel yang akan membebaskan 369 tahanan Palestina sebagai gantinya.

    Pertukaran tiga warga Israel dengan 369 warga Palestina meredakan kekhawatiran bahwa perjanjian gencatan senjata dapat runtuh sebelum akhir tahap pertama.

    Ketiga sandera Israel itu dibawa ke panggung dengan militan Hamas Palestina yang bersenjatakan senapan otomatis berdiri di setiap sisi mereka di Khan Younis, Gaza.

    Di panggung serah terima, para sandera diminta memberikan pernyataan singkat dalam bahasa Ibrani dan para militan memberikan salah satu dari mereka, Iair Horn, sebuah jam pasir dan foto sandera Israel lainnya yang masih berada di Gaza dan ibunya, yang bertuliskan “waktu hampir habis (bagi para sandera yang masih berada di Gaza)”.

    “Sekarang, kami bisa bernapas sedikit. Iair kami telah pulang setelah selamat dari neraka di Gaza.”

    “Sekarang, kami harus membawa Eitan kembali agar keluarga kami benar-benar bisa bernapas,” kata keluarga Horn, dikutip dari Al Arabiya.

    Tak lama kemudian, bus pertama yang membawa tahanan dan tahanan Palestina yang dibebaskan berangkat dari penjara Ofer Israel di Tepi Barat yang diduduki Israel.

    Bus itu tiba di Ramallah dengan kerumunan yang bersorak-sorai, beberapa melambaikan bendera Palestina.

    Sementara di Lapangan Sandera di Tel Aviv, orang-orang bersorak dan menangis ketika mereka mendengar Palang Merah Internasional sedang dalam perjalanan untuk menyerahkan ketiga sandera kepada pasukan militer Israel di Jalur Gaza.

    Mereka tampak lega melihat bahwa ketiganya dalam kondisi fisik yang tampaknya lebih baik daripada tiga lainnya yang dibebaskan minggu lalu yang tampak kurus kering dan lemah.

    Penduduk komunitas kibbutz Israel di dekat perbatasan Gaza berbaris di jalan sambil bersorak dan melambaikan bendera Israel ketika kendaraan yang membawa para sandera keluar dari Gaza lewat.

    Netanyahu Sambut Ketiga Sandera

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa persiapan tengah dilakukan untuk menyambut ketiga sandera yang dibebaskan oleh Hamas.

    Netanyahu menyambut pulang ketiga pria yang telah menghabiskan hampir 500 hari sebagai tawanan setelah diculik dari Israel selatan. 

    “Kami menyambut mereka dengan hangat,” kata Netanyahu, dikutip dari The Jerusalem Post.

    “Kami telah mempersiapkan kepulangan mereka, dan bersama keluarga mereka, kami akan membantu rehabilitasi mereka setelah masa penahanan yang panjang dan menyiksa,” lanjutnya.

    Netanyahu juga mencatat bahwa Hamas mengancam tidak akan membebaskan ketiga orang tersebut – menuduh Israel telah melanggar perjanjian gencatan senjata. 

    “Minggu ini, Hamas kembali berupaya melanggar perjanjian dan menciptakan krisis palsu dengan klaim palsu,” tulis Netanyahu.

    “Kami bekerja sama sepenuhnya dengan Amerika Serikat untuk membebaskan semua sandera kami – yang masih hidup maupun yang sudah meninggal – sesegera mungkin; dan bersiap dengan intensitas penuh untuk apa yang akan terjadi selanjutnya, dalam segala hal,” pungkas Netanyahu.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz menambahkan bahwa “IDF sepenuhnya siap menghadapi skenario apa pun dan upaya apa pun oleh organisasi teroris Hamas untuk melanggar perjanjian dan mencegah pembebasan para sandera”. (*)

  • Hamas Bebaskan 3 Sandera Israel Hari Ini, Kantor Netanyahu Langsung Beri Pujian pada Trump, Kenapa? – Halaman all

    Hamas Bebaskan 3 Sandera Israel Hari Ini, Kantor Netanyahu Langsung Beri Pujian pada Trump, Kenapa? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Para pejuang Hamas berkumpul di Jalur Gaza selatan untuk membebaskan tiga sandera Israel pada hari ini, Sabtu (15/2/2025).

    Ketiganya adalah Iair Horn (46), Sagui Dekel Chen (36), dan Alexander (Sasha) Troufanov (29).

    Diberitakan Arab News, ketiganya memiliki kewarganegaraan ganda.

    Horn diculik bersama saudaranya, Eitan, yang masih ditawan.

    Hamas membebaskan sandera Israel dengan imbalan lebih dari 300 tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.

    Seperti pertukaran sebelumnya, panggung didirikan dan area itu dihiasi dengan bendera Palestina dan spanduk faksi militan.

    Di dekatnya terdapat puing-puing bangunan bertingkat yang rusak parah.

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah merilis pernyataan dalam bahasa Ibrani yang menyambut baik kembalinya ketiga sandera.

    Mengenai pembebasan sandera Israel, Kantor Netanyahu justru memuji Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

    Dikatakannya Pemerintah Israel terus bekerja sama dengan AS untuk menjamin pembebasan mereka yang masih ditahan di Gaza.

    Pernyataan itu juga menegaskan kembali klaim bahwa Hamas “berusaha melanggar perjanjian” minggu ini, dengan mengatakan kelompok itu menyebabkan “krisis palsu dengan klaim palsu”.

    “Pembebasan sandera terus berlanjut berkat pasukan Israel di dalam dan sekitar Jalur Gaza dan pernyataan yang jelas dan tegas dari Presiden AS Donald Trump,” kata Kantor Netanyahu, Sabtu, dikutip dari BBC.

    Diakhiri dengan pernyataan bahwa Israel bekerja sama dengan AS dengan tujuan mengeluarkan semua sandera dari Gaza secepat mungkin.

    Diketahui, gencatan senjata yang dimulai hampir empat minggu lalu telah terancam dalam beberapa hari terakhir oleh pertikaian tegang yang mengancam akan memperbarui pertempuran.

    Usulan kontroversial Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan lebih dari 2 juta warga Palestina dari Gaza dan menempatkan mereka di tempat lain di wilayah tersebut telah menimbulkan lebih banyak keraguan tentang masa depan gencatan senjata.

    Namun, Hamas mengatakan bahwa mereka akan terus maju dengan pembebasan lebih banyak sandera setelah pembicaraan dengan pejabat Mesir dan Qatar.

    Kelompok itu mengatakan para mediator telah berjanji untuk “menghapus semua rintangan” untuk memastikan Israel akan mengizinkan lebih banyak tenda, pasokan medis, dan kebutuhan pokok lainnya ke Gaza.

    Ini akan menjadi pertukaran keenam sejak gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari 2025.

    Sejauh ini, 21 sandera dan lebih dari 730 tahanan Palestina telah dibebaskan selama fase pertama gencatan senjata.

    Seperti pertukaran sebelumnya, puluhan pejuang Hamas yang bertopeng dan bersenjata berbaris di dekat panggung yang dihiasi bendera Palestina dan spanduk faksi militan, sementara musik menggelegar dari pengeras suara.

    Para militan diperkirakan akan mengarak para sandera di hadapan orang banyak dan kamera ke atas panggung, yang telah didirikan di dekat gedung bertingkat yang rusak parah, sebelum menyerahkan mereka kepada Palang Merah.

    Organisasi kemanusiaan tersebut kemudian akan mengangkut mereka ke pasukan Israel.

    PESAN PERLAWANAN – Pesan-pesan yang dipajang Gerakan Hamas di panggung lokasi pembebasan sandera Israel di Khan Yunis, Gaza Selatan, Sabtu (15/3/2025). Pesan Hamas menampilkan beberapa pesan dalam bahasa Ibrani, Inggris, dan Arab pada hari Sabtu saat pembebasan para sandera Israel. (tangkap layar khaberni)

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Dilansir Al Jazeera, tahanan Palestina dibebaskan setelah pembebasan tiga tawanan Israel di Gaza berdasarkan kesepakatan gencatan senjata Gaza.

    Tawanan Yair Horn, Alexander Trufanov dan Sagui Dekel-Chen telah memasuki Israel setelah dibebaskan di Gaza.

    Proses pembebasan 369 tahanan Palestina dari penjara Israel sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata Gaza juga sedang berlangsung.

    Hamas mengatakan pihaknya memperkirakan negosiasi tidak langsung dengan Israel akan dimulai minggu depan pada fase kedua kesepakatan gencatan senjata Gaza.

    Hamas kembali menolak rencana pembersihan etnis Presiden AS Donald Trump untuk Gaza, dan mengatakan penyerahan itu merupakan “prestasi” bagi pejuang perlawanan Palestina.

    Serangan militer besar-besaran Israel di Tepi Barat yang diduduki terus berlanjut, dengan tentara Israel membunuh seorang pria Palestina berusia 19 tahun di kamp pengungsi Askar, timur Nablus.

    Kantor Media Pemerintah telah memperbarui jumlah korban tewas menjadi sebanyak 61.709 orang, dengan mengatakan  ribuan orang  yang hilang di bawah reruntuhan kini diduga tewas.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan 7 Oktober 2023 dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Ratusan Tahanan Palestina Tiba di Tepi Barat Usai Hamas Bebaskan 3 Sandera    
        Ratusan Tahanan Palestina Tiba di Tepi Barat Usai Hamas Bebaskan 3 Sandera

    Ratusan Tahanan Palestina Tiba di Tepi Barat Usai Hamas Bebaskan 3 Sandera Ratusan Tahanan Palestina Tiba di Tepi Barat Usai Hamas Bebaskan 3 Sandera

    Ramallah

    Bus-bus yang membawa ratusan tahanan Palestina yang dibebaskan dari penjara-penjara Israel tiba di area Ramallah, Tepi Barat, pada Sabtu (15/2) waktu setempat. Pembebasan tahanan Palestina ini dilakukan tak lama setelah kelompok Hamas membebaskan tiga sandera Israel di Jalur Gaza.

    Kedatangan bus-bus yang mengangkut tahanan Palestina itu, seperti dilansir AFP, Sabtu (15/2/2025), disambut kerumunan orang yang bersorak di kota Ramallah.

    Dengan mengenakan keffiyeh, para tahanan Palestina yang dibebaskan itu diangkat ke bahu kerumunan orang dan memeluk para kerabat mereka, sebelum menuju ke area pemeriksaan kesehatan singkat.

    Laporan jurnalis AFP sebelumnya menyebut sejumlah bus yang membawa ratusan tahanan Palestina, yang dibebaskan berdasarkan perjanjian gencatan senjata Gaza, meninggalkan penjara Israel yang ada di area gurun Negev dan bergerak ke wilayah Jalur Gaza.

    Tak lama kemudian, juga menurut laporan jurnalis AFP, bus yang mengangkut tahanan Palestina lainnya meninggalkan penjara Ofer dan bergerak ke Ramallah di Tepi Barat.

    Otoritas Israel tidak menyebutkan secara detail jumlah tahanan Palestina yang dibebaskan sebagai pertukaran dengan pembebasan tiga sandera Israel oleh Hamas.

    Namun kelompok advokasi Klub Tahanan Palestina sebelumnya menyebut 369 tahanan Palestina akan dibebaskan Tel Aviv sebagai imbalan atas pembebasan tiga sandera Israel. Sekitar 24 tahanan di antaranya, sebut Klub Tahanan Palestina, akan dideportasi ke negara lain usai dibebaskan oleh Israel.

    Mayoritas dari tahanan Palestina yang dibebaskan oleh Israel itu, atau sekitar 333 tahanan, menurut Klub Tahanan Palestina, merupakan “tahanan dari Jalur Gaza yang ditangkap setelah 7 Oktober” — ketika Hamas menyerang Israel yang memicu perang Gaza.

    Hamas Bebaskan 3 Sandera Israel, 2 di Antaranya Keturunan AS-Rusia

    Pembebasan tahanan Palestina itu terjadi setelah Hamas membebaskan tiga sandera Israel di Jalur Gaza. Ketiga sandera itu diserahkan oleh para petempur Hamas kepada tim Palang Merah Internasional di area Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan.

    Ketiga sandera yang dibebaskan oleh Hamas itu terdiri atas Sagui Dekel-Chen yang berkewarganegaraan Israel-Amerika, kemudian Sasha Trupanov yang berkewarganegaraan Israel-Rusia, dan Yair Horn yang berkewarganegaraan Israel-Argentina.

    Ini menjadi pertukaran sandera-tahanan keenam yang dilakukan oleh Hamas dan Israel di bawah perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza yang berlangsung sejak 19 Januari lalu. Pertukaran ini sempat diwarnai hambatan ketika Hamas dan Israel saling menuding adanya pelanggaran perjanjian.

    Dalam pernyataan yang dirilis tak lama usai pembebasan dilakukan di Jalur Gaza, militer Israel mengatakan ketiga sandera telah tiba di wilayah Israel dengan dikawal pasukan militer mereka.

    “Beberapa waktu yang lalu, dengan didampingi pasukan IDF (Angkatan Bersenjata Israel) dan ISA (keamanan dalam negeri), para sandera telah melintasi perbatasan kembali ke dalam wilayah Israe

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Pesan-pesan Perlawanan Hamas ke Israel dan Donald Trump di Spanduk Panggung Pembebasan Sandera – Halaman all

    Pesan-pesan Perlawanan Hamas ke Israel dan Donald Trump di Spanduk Panggung Pembebasan Sandera – Halaman all

    Hamas Kirim Pesan Perlawanan ke Israel dan Donald Trump di Spanduk Panggung Pembebasan Sandera

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan pembebasan Palestina, Hamas, kembali menjadikan prosesi pembebasan sandera Israel sebagai media penyampaian pesan perlawanan terhadap negara pendudukan.

    Hamas, yang kerap menyampaikan pesan secara simbolik -termasuk soal pemilihan lokasi pembebasan sandera- kali mengirimkan pesan terbuka saat membebaskan 3 sandera Israel di Khan Yunis, Gaza Selatan, Sabtu (15/3/2025).

    Diketahui, ketiga sandera Israel yang telah dibebaskan Hamas itu termasuk warga Amerika Serikat (AS)-Israel, Sagui Dekel-Chen, warga Rusia-Israel Alexandre Sasha Troufanov, dan Yair Horn.

    Berlatar belakang area yang cenderung rata tahan dan kehancuran bangunan, Hamas mendirikan panggung kecil berhias Bendera Palestina dan panji-panji gerakan tersebut.

    Khan Yunis adalah satu di antara lokasi bombardemen buta gila-gilaan pasukan Israel selama 15 bulan agresi di Jalur Gaza. 

    Di lokasi serah terima, Hamas juga memajang spanduk bertuliskan pesan-pesan perlawanan, kali ini bukan cuma ke Israel, namun juga ke Presiden AS, Donald Trump.

    Laporan media lokal melansir, pesan-pesan itu antara lain adalah “Tidak ada migrasi kecuali ke Al-Quds,”.

    Al-Quds dalam tulisan itu merujuk pada Yerusalem, kota yang ditetapkan milisi perjuangan Palestina sebagai ibu kota jika kelak negara itu secara resmi berdiri.

    PESAN PERLAWANAN – Pesan-pesan yang dipajang Gerakan Hamas di panggung lokasi pembebasan sandera Israel di Khan Yunis, Gaza Selatan, Sabtu (15/3/2025). Pesan Hamas menampilkan beberapa pesan dalam bahasa Ibrani, Inggris, dan Arab pada hari Sabtu saat pembebasan para sandera Israel.

    Pesan itu juga sebagai respons  atas seruan Presiden AS Donald Trump seputar pengusiran warga Palestina dari Gaza dan Tepi Barat.

    Trump berdalih, warga Gaza harus direlokasi -secara paksa- ke wilayah dan negara lain agar daerah kantung Palestina itu bisa dibangun.

    Spanduk lainnya yang dipajang Hamas bertuliskan “Wahai Al-Quds, bersaksilah: Kami adalah tentaramu!”.

    Sejumlah ulasan menulis, pesan ini merujuk pada komitmen milisi pembebasan Palestina itu untuk tetap menjaga Masjid Al-Aqsa dari penistaan yang kerap dilakukan pemukim Yahudi Israel.

    Satu tulisan lain di panggung pembebasan sandera Israel di Khan Yunis adalah ‘We Crossed Over Swiftly’, secara lengkap pesan itu ditulis dalam sejumlah bahasa, termasuk dalam bahasa Ibrani yang berarti “Kami menyeberang [dengan cepat] seperti seberkas sinar matahari.”

    Pesan ini merujuk pada serangan lintas batas Banjir Al-Aqsa 7 Oktober 2023 di mana Hamas melakukan serangan terkoordinasi ke wilayah pendudukan Israel.

    Sejumlah tafsiran lain menyebut, “We crossed over swiftly” juga merujuk pada penarikan mundur Pasukan Israel dari Koridor Netzarim, yang bagi militer Israel (IDF) dianggap sebagai kemunduran fatal dari kerja keras mereka selama 15 bulan agresi.

    KORIDOR NETZARIM – Situasi di pangkalan operasi IDF di Koridor Netzarim, Gaza tengah, 26 Desember 2024. Seorang kontraktor Kementerian Pertahanan Israel tewas ditembak tentara Israel saat akan bekerja di Koridor Netzarim hari Selasa, (28/1/2025). (The Times of Israel/Emanuel Fabian)

    Kehilangan Titik Strategis

    Soal Koridor Netzarim, Noam Amir, analis urusan militer untuk Channel 14 Israel, mengatakan kalau penarikan pasukan IDF dari poros Netzarim berarti bahwa Hamas akan sekali lagi mengendalikan Jalur Gaza utara.

    Hal itu juga berarti kalau Tel Aviv akan ‘kehilangan pencapaian’ perang genosida yang mereka lancarkan selama 15 bulan di Gaza, untuk selamanya.

    Amir mengatakan bahwa poros ini sebenarnya merupakan “zona penyangga antara utara dan selatan Jalur Gaza, dan merupakan titik strategis yang sangat penting dalam perang” melawan faksi-faksi milisi perlawanan Palestina di Gaza.

    Ia mengatakan kalau menyerahkan poros tersebut kepada Hamas akan memberikan kebebasan bergerak bagi elemen-elemen gerakan perlawanan tersebut di Jalur Gaza utara.

    “Menarik diri dari poros Netzarim berarti “mengembalikan kendali Gaza kepada Hamas,” kata Naom dikutip dari Khaberni, Sabtu.

    Ia menegaskan kalau penarikan mundur pasukan IDF dari Poros Netzarim ini berarti “kekalahan terakhir dari pencapaian perang dalam membersihkan Jalur Gaza utara,”.

    “Penarikan mundur pasukan IDF memungkinkan Hamas kembali bebas bergerak dengan cara apa pun yang dipilihnya,” menurut analis tersebut.

    LARAS TANK MERKAVA – Foto tangkap layar Khaberni, Rabu (12/2/2025) menunjukkan pasukan Israel (IDF) menjejerkan posisi laras meriam tank Merkava dalam agresi militer di Gaza. Pasukan Israel dijegal krisis keuangan saat mereka berniat melanjutkan perang di Gaza karena potensi berakhirnya gencatan senjata dengan Hamas. (khaberni/tangkap layar)

    Langkah IDF Setelah Mundur dari Netzarim: Pengepungan

    Menurut analis Israel ini, tentara IDF akan mengepung Jalur Gaza setelah mundur dari Netzarim.

    Pengepungan dilakukan dari titik angkatan laut Tel al-Sultan di perbatasan Mesir ke penyeberangan Rafah, dan dari penyeberangan Rafah di sepanjang perimeter wilayah yang berdekatan dengan Gaza ke titik angkatan laut kedua dekat Ashkelon.

    Naom menambahkan bahwa “angkatan laut Israel juga akan memberikan semacam blokade laut.”

    Pada Minggu pekan lalu, Radio Angkatan Darat Israel mengatakan kalau tentara IDF telah sepenuhnya ditarik dari poros Netzarim pada Sabtu/Minggu malam sebagai bagian dari pelaksanaan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan.

    Saluran swasta Israel 13 mengatakan bahwa setelah penarikan diri dari Netzarim, tentara Israel akan tetap berada di Koridor Philadelphia (diharapkan akan ditarik dari sana pada hari ke-50 perjanjian) di perbatasan antara Gaza dan Mesir dan zona penyangga (dibuat di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza) hingga akhir tahap pertama kesepakatan.

    Pada tanggal 25 Januari, pendudukan menghentikan penarikan pasukan dari poros Netzarim setelah perlawanan Palestina tidak membebaskan tahanan Arbel Yehud karena “kesulitan teknis di Gaza,” dalam krisis yang akhirnya terselesaikan dan dia dibebaskan pada tanggal 30 bulan yang sama.

    Pada tanggal 27 Januari, proses pengembalian warga Palestina ke Jalur Gaza utara dimulai dengan berjalan kaki melalui jalan pantai dan dengan kendaraan di Jalan Salah al-Din, sementara tiga perusahaan keamanan Amerika dan Mesir mengambil alih proses penggeledahan kendaraan yang kembali, menurut media Israel.

    Warga Palestina yang mengungsi mulai kembali ke Gaza utara untuk pertama kalinya sejak perang genosida Israel dimulai, pada Senin 27 Januari 2025. (tangkap layar/Presstv)

    Perjanjian gencatan senjata di Gaza dan perjanjian pertukaran tahanan antara perlawanan Palestina dan pendudukan Israel mulai berlaku pada 19 Januari, dengan mediasi Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat.

    Perjanjian itu terdiri dari 3 tahap, yang masing-masing berlangsung selama 42 hari, di mana negosiasi akan dimulai untuk memulai tahap kedua dan ketiga, yang mengarah pada berakhirnya perang genosida.

    Dengan dukungan Amerika, pasukan pendudukan melakukan genosida di Gaza antara 7 Oktober 2023 dan 19 Januari 2025, menyebabkan lebih dari 158.000 orang Palestina menjadi martir dan terluka – kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan wanita – dan lebih dari 14.000 orang hilang.

     

    (oln/et/khbrn/*)

     
     

     

     

  • Israel Gunakan Pusat Kesehatan UNRWA Jadi Tempat Penahanan

    Israel Gunakan Pusat Kesehatan UNRWA Jadi Tempat Penahanan

    JAKARTA – Pasukan Israel mengubah pusat kesehatan milik Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di Tepi Barat bagian selatan menjadi tempat penahanan, yang melanggar hukum internasional.

    UNRWA menyatakan pasukan Israel menggunakan Pusat Kesehatan Kamp Arroub UNRWA (dekat Bethlehem) sebagai lokasi penahanan sementara selama operasi pencarian dan penangkapan pada 12 Februari.

    Pasukan Israel memasuki pusat kesehatan tersebut secara paksa dan menggunakannya untuk menahan serta menginterogasi puluhan warga Palestina yang ditangkap di kamp, tambah badan tersebut.

    UNRWA mencatat insiden tersebut merupakan perkembangan baru dalam pengabaian terang-terangan terhadap kekebalan fasilitas PBB.

    Mereka mengatakan insiden terbaru itu bagian dari tindakan masuk paksa ke instalasi UNRWA di Tepi Barat yang terjadi sejak Oktober 2023, baik oleh pasukan keamanan Israel maupun kelompok bersenjata Palestina.

    Badan tersebut juga menegaskan sejak 30 Januari dan penerapan undang-undang Knesset (parlemen Israel), termasuk kebijakan tanpa kontak antara UNRWA dan otoritas Israel, maka mereka tidak lagi dapat berhubungan dengan pejabat Israel serta secara langsung melaporkan dan menyelesaikan konflik seperti saat insiden itu terjadi.

    Dilansir ANTARA dari Anadolu, Jumat, 14 Februari, UNRWA menekankan semua tempat PBB bersifat tak dapat diganggu gugat dan dilindungi berdasarkan hukum internasional.

    Pada Oktober lalu, parlemen Israel mengesahkan dua undang-undang yang menyerukan penghentian operasi UNRWA di Israel dan wilayah Palestina yang diduduki serta melarang otoritas Israel melakukan kontak dengan badan tersebut. UU itu mulai berlaku pada 30 Januari.

    Insiden terbaru itu terjadi di tengah serangan besar-besaran oleh tentara Israel di Jenin dan Tulkarem di Tepi Barat bagian utara yang dimulai pada 21 Januari, dan sejauh ini telah menyebabkan lebih dari 30 orang tewas, ribuan orang mengungsi, dan menyebabkan kehancuran dalam skala luas.

    Eskalasi Israel di Tepi Barat terjadi setelah kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan di Gaza pada 19 Januari, setelah lebih dari 15 bulan pemboman Israel yang telah menewaskan lebih dari 48.200 warga Palestina dan merusak wilayah kantong tersebut.

    Sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023, pasukan Israel dan pemukim telah menewaskan setidaknya 912 warga Palestina di seluruh Tepi Barat yang diduduki, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

    Sebelumnya pada Juli 2024, Mahkamah Internasional menyatakan pendudukan Israel yang berlangsung selama beberapa dekade atas tanah Palestina adalah ilegal dan menuntut evakuasi semua permukiman yang ada di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

  • Hamas Lepas Tiga Sandera Israel Ditukar Pembebasan 369 Tahanan Palestina, Ben-Gvir: Israel Lemah! – Halaman all

    Hamas Lepas Tiga Sandera Israel Ditukar Pembebasan 369 Tahanan Palestina, Ben-Gvir: Israel Lemah! – Halaman all

    Hamas Lepas Tiga Sandera Ditukar 369 Tahanan Palestina, Ben-Gvir: Israel Lemah!

    TRIBUNNEWS.COM – Mantan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir melontarkan pernyataan keras terhadap pemerintah Israel atas pengumuman Gerakan Pembebasan Palestina, Hamas terkait putaran ke-6 pertukaran sandera dan tahanan pada Sabtu (15/2/2025).

    Diketahui, Hamas mengumumkan akan membebaskan tiga sandera Israel yaitu Alexander (Sasha) Turbanov, Sagui Dekel-Chen, dan Yair Horn untuk ditukar dengan pembebasan sebanyak 369 tahanan Palestina yang ada di penjara Israel.

    Dalam pernyataannya, Ben-Gvir menyinggung dukungan Donald Trump yang mengancam Hamas melepaskan semua sandera Israel sekaligus kalau tak mau ada ‘neraka di bumi’ terjadi di Gaza.

    “Dalam posting-annya di X, Ben-Gvir menyebut persetujuan rilis terbatas sebagai konsesi yang tidak dapat dibenarkan,” tulis laporan RNTV mengutip unggahan Ben-Gvir, Jumat (14/2/2025)..

    Pernyataan Ben-Gvir tersebut muncul di tengah meningkatnya perdebatan internal di Israel mengenai negosiasi pertukaran pembebasan sandera-tahanan dengan Hamas.

    Sejumlah entitas Zionis menilai, negosiasi dengan Hamas ini merugikan Israel.

    Terlebih, kesepakatan ini menunjukkan kalau Hamas masih sangat ‘hidup’ sebagai sebuah organisasi baik secara politik pemerintahan dan militer di Jalur Gaza.

    Harus digarisbawahi, pemberangusan Hamas adalah satu di antara tujuan utama Israel melancarkan agresi selama 15 bulan di Gaza.  

    “Tekanan politik dan publik untuk solusi yang komprehensif, meningkat di Israel,” kata laporan tersebut.

    Adapun Ben Gvir lebih lanjut mengutuk keputusan menerima kesepakatan dengan Hamas tersebut, dengan menyatakan: 

    “Pemerintah Israel mendapat dukungan penuh dari presiden negara adikuasa terbesar di dunia untuk menuntut pembebasan semua sandera paling lambat Sabtu pukul 12:00—dan Anda malah puas dengan tiga sandera?! Ini adalah kelemahan yang tidak dapat diterima! Sudah waktunya untuk bertindak, bukan hanya kata-kata. Jika Hamas tidak membebaskan mereka semua, lepaskan api neraka atas mereka!”

    Rincian Pertukaran Sandera-Tahanan Hamas-Israel pada Sabtu

    Lembaga terafiliasi Hamas urusan tahanan Palestina di Penjara Israel, Kantor Media Tahanan sudah mengungkapkan rincian daftar tahanan Palestina yang dijadwalkan akan dibebaskan besok dari penjara Israel.

    Kantor Media Tahanan melaporkan kalau 3 sandera Israel yang dibebaskan Hamas akan ditukar dengan pembebasan 369 tahanan Palestina di Penjara Israel.

    Rincian dari 369 tahanan Palestina itu antara lain, sebanyak 36 tahanan yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oelh Israel, serta 333 tahanan dari Jalur Gaza yang ditangkap setelah 7 Oktober.

    Juru bicara Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, Abu Obeida mengatakan dalam cuitannya di Telegram:

    “Dalam kerangka kesepakatan pertukaran tawanan Banjir Al-Aqsa, Brigade Al-Qassam memutuskan untuk membebaskan tawanan Zionis berikut besok, Sabtu, 15 Februari 2025: (1- Sasha Alexander Trubnov, 2- Sagi Dekel Han, 3- Yair Horn).

    SANDERA ISRAEL DIBEBASKAN – Foto tangkapan layar ini diambil pada Sabtu (1/2/2025) dari siaran langsung di channel YouTube AP News pada hari yang sama, menunjukkan sandera Israel, Keith Siegel, mengenakan topi dan berdiri dengan didampingi anggota Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) selama pertukaran tahanan ke-4 pada Sabtu (1/2/2025) sebagai bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza. Tiga sandera Israel; Ofer Calderon, Yarden Bibas, dan Keith Siegel, dibebaskan dengan imbalan 183 tahanan Palestina. Pada momen itu, komandan Hamas yang diklaim tewas, Haitham al-Hawajri, terlihat di acara tersebut. (Tangkapan Layar Siaran YouTube AP News)

    Adapun Radio Angkatan Darat Israel melaporkan bahwa di Tel Aviv, pihak keamanan Israel sudah menyiapkan pembebasan sejumlah besar tahanan Palestina sejak awal kesepakatan.

    “Karena mereka sudah memperkirakan kalau 369 tahanan akan dibebaskan dari penjara Israel,” kata laporan tersebut.

    Laporan menjelaskan sebanyak 333 tahanan Palestina, yang ditangkap selama agresi militer darat IDF di Jalur Gaza setelah 7 Oktober akan dikembalikan ke Jalur Gaza.

    Adapun 10 tahanan lain akan dibebaskan ke Tepi Barat, sebagai tambahan satu tahanan akan dibebaskan ke Yerusalem Timur.

    Laporan menambahkan, 25 narapidana yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup akan dideportasi ke Jalur Gaza atau ke luar negeri melalui Mesir.

    Kantor Media Tahanan melaporkan kepada TV Al-Arabiya bahwa ketiga tahanan yang diumumkan akan diserahkan besok oleh kelompok perlawanan berasal dari daftar korban luka dan sakit.

    Ia menjelaskan bahwa untuk setiap tahanan Israel, ada sebanyak 12 tahanan Palestina yang menjalani hukuman seumur hidup dan 111 tahanan dari Gaza yang akan dibebaskan.

     

    (oln/rntv/khbrn/*)

     
     

  • Israel Tanpa Henti Teror Jenin, 25 Warga Palestina Tewas dan Kehancuran Makin Meluas – Halaman all

    Israel Tanpa Henti Teror Jenin, 25 Warga Palestina Tewas dan Kehancuran Makin Meluas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Serangan mematikan terus dilancarkan oleh Israel di Jenin.

    Teror tanpa henti yang dilakukan Israel di wilayah tersebut, tercatat sudah menewaskan sedikitnya 25 warga Palestina.

    Bahkan, hampir 20.000 orang terpaksa mengungsi lagi tahun ini, menurut laporan dari komite media kamp tersebut.

    Pada Kamis (13/2/2025), tentara Israel dilaporkan juga menghalangi pasokan air ke empat rumah sakit utama di wilayah itu, menyebabkan sekitar 35 persen penduduk kota Jenin kekurangan air.

    Pasukan Zionis juga melancarkan serangan terhadap kendaraan yang diparkir di Jenin.

    Sejauh ini, belum ada laporan mengenai korban luka.

    Sejak diumumkannya gencatan senjata di Gaza bulan lalu, intensitas serangan Israel justru meningkat.

    Tak terkecuali di Jenin dan seluruh wilayah Tepi Barat yang diduduki hingga menciptakan kehancuran besar dan memicu krisis kemanusiaan yang semakin memburuk.

    Kamp pengungsi Jenin, yang dibangun pada 1953 oleh UNRWA untuk menampung pengungsi Palestina, menjadi pusat perlawanan Palestina dan telah lama menjadi sasaran serangan militer Israel.

    Selain itu, Israel melanjutkan penangkapan massal dengan lebih dari 90 warga Palestina ditahan selama minggu ini di Tepi Barat yang diduduki.

    Sejak dimulainya operasi militer besar-besaran pada 19 Januari 2024, setidaknya 380 warga Palestina telah ditangkap oleh pasukan Israel.

    Di Jenin, lebih dari 150 orang ditangkap dalam 24 hari terakhir, dengan penangkapan signifikan juga terjadi di Tulkarem dan Tubas.

    Pengungsian Massal dan Kamp Dihancurkan

    Serangan Israel yang terus berlanjut di Jenin dan Tulkarem telah menyebabkan pengungsian massal.

    Menurut laporan dari Yordania, sekitar 85 persen dari penduduk kamp pengungsi Tulkarem telah mengungsi, sementara kamp Jenin hampir tidak bisa dikenali lagi akibat kehancuran.

    Tentara Israel berencana untuk merombak total geografi kamp pengungsi tersebut, dengan beberapa wilayah yang diperkirakan akan dihancurkan dan tidak bisa dijangkau lagi.

    Serangan Lain di Tepi Barat

    Di tempat lain, pada hari yang sama, seorang pemuda Palestina, Issa Riyad Jabali, terbunuh oleh pasukan Israel di dekat kota Huwara, Ramallah.

    Selain itu, sekelompok pemukim Israel menyerang desa al-Awsaj di utara Yerikho dan menculik seorang pria Palestina.

    Pasukan Israel juga menangkap beberapa warga Palestina di Tepi Barat, termasuk seorang pria yang sedang menggembalakan domba di al-Jiftlik, serta seorang siswa dari Betlehem yang baru saja kembali dari Yordania.

    Serangan Israel yang telah berlangsung sejak 7 Oktober 2023 telah mengakibatkan lebih dari 915 warga Palestina tewas, termasuk 182 anak-anak dan remaja. Lebih dari 7.600 orang terluka, dan sekitar 15.000 orang lainnya telah ditahan.

    Setiap Serangan Memakin Kuat

    Umm Mohammed, seorang warga kamp pengungsi Tulkarem telah menyaksikan banyak serangan Israel dalam hidupnya.

    Ia mengatakan kepada DW News, setiap kali serangan itu tampaknya semakin keras.

    “Setiap kali serangan semakin kuat dari sebelumnya. Maksud saya, kami semua menangis karena takut dan teror.”

    “Penembakan terjadi secara acak dan di mana-mana,” katanya.

    Tentara Israel juga memerintahkan warga untuk meninggalkan rumah mereka.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • 5 Bukit Lokasi Pasukan Israel di Lebanon Selatan, Cegat Hizbullah Jika Perang Kembali Pecah di Gaza – Halaman all

    5 Bukit Lokasi Pasukan Israel di Lebanon Selatan, Cegat Hizbullah Jika Perang Kembali Pecah di Gaza – Halaman all

    Israel Sukses Rayu AS, Ini 5 Bukit Utama Lokasi Pasukan IDF Ditempatkan di Lebanon Selatan

    TRIBUNNEWS.COM – Israel dilaporkan terus membujuk Amerika Serikat (AS) untuk mempertimbangkan kembali penolakan atas permintaan Tel Aviv untuk memperpanjang kehadiran militer Israel (IDF) di Lebanon.

    Menurut sumber-sumber Israel, sebelumnya AS telah menegaskan kalau tentara Israel harus mundur paling lambat tanggal 18 Februari.

    Media Lebanon, LBCI melansir bujukan Israel ke AS itu berhasil menghasilkan kompromi kalau IDF akan tetap ditempatkan di lima lokasi utama di Lebanon selatan.

    Kompromi ini terjadi hasil negosiasi pihak Israel dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio di Tel Aviv.

    “Sebuah unit militer Israel telah mulai mempersiapkan lima lokasi militer di Lebanon Selatan, dengan mengklaim bahwa lokasi-lokasi tersebut merupakan bagian dari sebuah perjanjian dengan Amerika Serikat,” kata LBCI, dikutip Jumat (14/2/2025). 

    “Pengaturan ini dilaporkan dicapai sebagai sebuah kompromi setelah Washington menolak permintaan Israel untuk memperpanjang masa tinggalnya di Lebanon setelah tanggal 18 Februari,” tambah laporan tersebut.

    Penetapan kelima lokasi bagi Pasukan Israel di Lebanon Selatan ini telah dikonfirmasi.

    “Kelima lokasi tersebut akan berlokasi di antara Garis Biru dan kota-kota Israel utara, dengan perhatian khusus diberikan kepada wilayah-wilayah yang berseberangan dengan desa-desa Lebanon di Metula dan Manara,” tulis laporan tersebut.  

    LBCI melaporkan bukit-bukit tersebut adalah:

    – Bukit Aaziyyeh: Terletak 2 km dari perbatasan dekat Deir Seryan. Bukit ini menghadap ke Sungai Litani dari Mahmoudiyeh dan menghadap ke sisi Lebanon.

    – Bukit Al-Awaida: Terletak 1 km dari perbatasan antara Odaisseh dan Kfarkela, bukit ini adalah satu-satunya yang mengawasi pemukiman Israel di Metula dan pemukiman di dekatnya.

    – Bukit Labbouneh: Hanya 300 meter dari perbatasan, kawasan hutan lebat ini membentang di sepanjang Aalma El Chaeb dan Naqoura. Menghadap ke wilayah Lebanon dan Palestina.

    – Bukit El-Hamames: Ditemukan 1 km dari Garis Biru, di pinggiran Khiam, menghadap ke Metula dari utara.

    – Jabal Blat: Terletak 1 km dari Garis Biru antara Ramyeh dan Marwahin, bukit ini menghadap kedua sisi sektor barat dan tengah.

    MENYUSURI BUKIT – Pasukan infanteri Israel menyusuri kontur berbukit di perbatasan Lebanon. IDF melakukan invasi darat melawan milisi Hizbullah. (tangkap layar Amir Levy/Getty Images)

    Waktu Penarikan Mundur Penuh Pasukan Belum Pasti

    Perlu dicatat, penempatan pasukan Israel di lima bukit teritorial Lebanon Selatan itu dilaporkan hanya bersifat sementara.

    Meski begitu, ada laporan-laporan berbeda mengenai kapan waktu penarikan penuh Israel dari wilayah-wilayah pendudukan lainnya di Lebanon Selatan. 

    Beberapa sumber mengindikasikan penarikan akan terjadi pada tanggal 18 Februari, sementara yang lain memperkirakan akan terjadi pada tanggal 28 Februari.

    Washington juga telah menegaskan kalau Angkatan Darat Lebanon melaksanakan perjanjian gencatan senjata dan sejauh ini telah mengerahkan pasukannya sesuai dengan ketentuan kesepakatan.  

    Dorongan Israel untuk memperpanjang kehadiran militer tidak semata-mata terkait dengan tujuan militernya untuk menargetkan depot senjata Hizbullah, seperti yang diklaim dalam pernyataan resmi IDF. 

    Menurut sumber-sumber yang mengetahui masalah ini, Tel Aviv ingin memperpanjang masa invasinya di Lebanon Selatan untuk bisa meyakinkan para pemukim Yahudi di Utara untuk mau kembali ke rumah-rumah mereka.

    “Israel juga menggunakan permintaan ini sebagai daya ungkit di tengah meningkatnya pertentangan dari penduduk Israel utara, yang menolak rencana untuk kembali ke rumah mereka pada tanggal 1 Maret,” kata laporan tersebut.

    Ancaman protes dan demonstrasi dari para pemukim Yahudi di Utara sudah dilontarkan jika masalah keamanan tidak ditangani.  

    Sementara itu, badan-badan keamanan Israel telah menurunkan pentingnya front Lebanon, menempatkannya pada posisi ketiga setelah Tepi Barat, Gaza, dan Suriah. 

    Akan tetapi, militer Israel telah menyatakan bahwa mereka menunggu arahan politik mengenai jadwal penarikan pasukan dari Lebanon sambil melanjutkan operasinya, termasuk penarikan pasukan secara terbatas.  

    Pada saat yang sama, angkatan udara Israel, yang berkoordinasi dengan intelijen militer, memantau dengan saksama perbatasan Lebanon-Suriah. 

    Di lapangan, militer Israel memperdalam kehadirannya di Suriah, memperkuat unit-unitnya untuk mengantisipasi apa yang oleh pejabat Israel digambarkan sebagai tantangan baru yang ditimbulkan oleh Front Perlawanan Islam, yang telah menjadi fokus utama bagi lembaga militer dan keamanan di Tel Aviv.

    MENYUSURI BUKIT – Tangkap Layar dari LCBI, Jumat (14/2/2025) menunjukkan pasukan infanteri Israel menyusuri kontur berbukit di perbatasan Lebanon. IDF memperpanjang kehadiran mereka di Lebanon Selatan dalam invasi darat melawan milisi Hizbullah.

    Mau Tetap Pegang Kendali di Dua Front

    Menanggapi protes Israel tentang penarikan pasukan tanpa jaminan zona penyangga, komandan wilayah utara Israel meyakinkan pemukim Utara, dengan menyatakan bahwa kesepakatan untuk tetap berada di lima lokasi ini memberikan jaminan keamanan yang lebih besar bagi Israel.

    Lima lokasi penempatan Pasukan Israel di Lebanon Selatan ini punya makna strategis. 

    “Antara front selatan dan utara, pemerintah Israel juga berupaya untuk memastikan kelanjutan fase pertama kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas,” kata ulasan LCBI. 

    Tujuan dari fase ini bukan hanya untuk menenangkan warga Israel yang menuntut implementasi penuh dari kesepakatan tersebut, tetapi juga untuk mempertahankan kendali atas keputusan untuk melanjutkan peperangan di Gaza kapan saja. 

    Selain itu, Israel berupaya untuk memastikan Hamas tidak berperan dalam membentuk masa depan Jalur Gaza pascaperang.

    Sebagai konteks, keterlibatan Hizbullah dalam Perang Gaza terjadi karena kelompok perlawanan Lebanon itu menyerang wilayah Israel di utara sebagai bagian dukungan terhadap perjuangan Hamas dan faksi lain milisi perlawanan Palestina di Gaza.

    Serangan Hizbullah intensif sepanjang tahun lalu, membuat ratusan ribu pemukim Yahudi Israel di utara terpaksa mengungsi dan pemerintah Israel menanggung kompensasi yang sangat besar.

    Penempatan pasukan Israel di lima titik ini sebagai bentuk strategi cepat merespons Hizbullah saat situasi di Gaza kembali perang dan gencatan senjata berakhir.

    (oln/LCBI/*)