Negara: Tepi Barat

  • Israel Bilang Pernah Sodorkan Peta ke Palestina, Solusi Ciptakan Perdamaian

    Israel Bilang Pernah Sodorkan Peta ke Palestina, Solusi Ciptakan Perdamaian

    PIKIRAN RAKYAT – Pada 16 September 2008, Perdana Menteri Israel Ehud Olmert pernah meminta pemimpin Palestina untuk menyetujui solusi dua negara. Kala itu, dia berharap agar pemimpin Palestina menyetujuinya.

    Peta itu ditunjukkan kepada Mahmoud Abbad, Ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Olmert yakin, peta yang disodorkan ke pemimpin Palestina itu bisa membawa perdamaian Timur Tengah.

    Ehud Olmert bersumbar, selama 50 tahun ke depan, tak akan menemukan satu pun pemimpin Israel yang akan mengusulkan usulannya tersebut. Dia bahkan mendesak agar pemimpin Palestina menandatanganinya.

    “Tandatangani! Tandatangani dan mari kita ubah sejarah!” kata Ehud Olmert, seperti dilaporkan BBC, Selasa, 25 Februari 2025.

    Peta usulan Olmert yang disodorkan kepada Mahmoud Abbas.

    Dalam peta yang dibikin Olmert itu, negara Palestina memiliki wilayah lebih dari 94 persen wilayah Tepi Barat. BBC bilang, peta yang disusun eks PM Israel itu kini statusnya bak mitos.

    Dalam serial Israel and the Palestinians: The Road to 7th October, tersedia di iPlayer mulai 24 Februari 2025, Olmert bilang kalau momen menunjukkan peta itu adalah kali pertama dia memperlihatkannya ke media.

    Peta tersebut menunjukkan wilayah yang diusulkannya untuk dianeksasi ke Israel, sebesar 4,9 persen dari Tepi Barat. Wilayah itu akan mencakup blok permukiman Yahudi utama.

    BBC menyebut, mirip dengan sejumlah proposal sebelumnya, berasal dari akhir tahun 1990-an.

    Adapun, sebagai imbalan, Olmert bilang kalau pihaknya bakal menyerahkan jumlah wilayah Israel yang setara, yakni di sepanjang tepi Tepi Barat dan Jalur Gaza, kedua wilayah itu bakal terhubung melalui terowongan atau jalan raya.

    Dia pun menyampaikan kalau pemimpin Palestina menanggapi sodoran tersebut. “Dia berkata: Perdana Menteri, ini sangat serius. Ini sangat sangat, sangat serius.”

    Rencana tersebut mencakup usulan solusi untuk masalah di Yerusalem.

    Implikasi peta itu berdampak besar untuk permukiman Yahudi. Bila diterapkan, maka komunitas yang tersebar di seluruh Tepi Barat dan Lembah Yordania bakal dievakuasi.

    Usulan Olmert Tak Terealisasi

    Walakin, di akhir pertemuan, Olmert menolak salinan peta yang disodorkan itu diserahkan ke Mahmoud Abbas. Kecuali, bila ditandatangani.

    Kala itu, Mahmoud Abbas menolak. Dia mengatakan, perlu menunjukkan peta yang disodorkan Olmert kepada para ahli, sehingga memahami apa yang ditawarkan.

    Abbas dan Olmert lantas bersepakat untuk bertemu kembali dengan para ahli peta. Namun, kedua belah pihak tak pernah bertemu lagi.

    Peta Olmert tak tampak lagi. Rencana itu tak terealisasi. Olmert bilang, menunggu jawaban Abbas.

    “Namun rencananya kini telah bergabung dengan daftar panjang peluang yang terlewat untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina,” kata BBC.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Upaya Israel untuk Mengusir Warga Palestina Sedang Dilakukan di Tepi Barat, Tidak Diizinkan Kembali – Halaman all

    Upaya Israel untuk Mengusir Warga Palestina Sedang Dilakukan di Tepi Barat, Tidak Diizinkan Kembali – Halaman all

    Upaya Mengusir Warga Palestina Sedang Dilakukan di Tepi Barat, Kata Media Israel

    TRIBUNNEWS.COM- Seruan untuk mengusir warga Palestina dari Gaza telah diterjemahkan menjadi tindakan di Tepi Barat yang diduduki, di mana tentara Israel telah memaksa puluhan ribu warga Palestina meninggalkan rumah mereka, Haaretz melaporkan.

    Edisi bahasa Ibrani dari surat kabar tersebut merujuk pada pernyataan Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, yang dengan bangga mengumumkan kemarin tujuan operasi yang dilancarkan tentara di Tepi Barat yang diduduki: pengusiran penduduk kamp pengungsian.

    Surat kabar itu menambahkan bahwa dalam konteks Jalur Gaza, mereka memimpikan pemindahan, tetapi di Tepi Barat, mereka benar-benar melaksanakannya.

    Menteri tersebut menambahkan bahwa “diasumsikan bahwa 40.000 warga Palestina yang telah diusir dari kamp-kamp pengungsi di Jenin, Tulkarm dan Nur Shams tidak akan diizinkan kembali ke sana setidaknya selama satu tahun.”

    Surat kabar itu mengatakan: “Pernyataan Katz sepenuhnya bertentangan dengan klaim resmi tentara Israel sejak awal operasi di Tepi Barat, yaitu tidak mengevakuasi penduduk Tepi Barat.”

    Menurut surat kabar tersebut, “penduduk kamp pengungsian yang dievakuasi dari rumah mereka berlindung di desa-desa dan kota-kota di daerah tersebut.”

    Puluhan dari mereka tidur di lantai tempat penampungan sementara yang dikelola oleh relawan lokal, sementara puluhan ribu dari mereka terpaksa mengungsi dari rumah mereka dengan cepat, tanpa cukup pakaian, obat-obatan, atau uang. Anak-anak tidak bersekolah selama berminggu-minggu.

    Ditambahkannya bahwa “tentara sedang menghancurkan rumah-rumah di kamp-kamp pengungsi untuk memperlebar jalan, dan telah memutuskan untuk memperketat suasana lebih jauh, karena tentara telah membawa tank-tanknya ke kamp pengungsi Jenin – untuk pertama kalinya dalam 20 tahun.”

    Surat kabar tersebut menilai bahwa “praktik militer di Tepi Barat merupakan hasil dari kampanye yang dipimpin oleh para pemimpin pemukim yang telah mendorong hal ini selama lebih dari setahun, karena para pemukim telah berhasil mengubah Tepi Barat menjadi zona perang dalam segala arti kata.”

    Warga Palestina melaporkan telah dipaksa keluar dari rumah mereka oleh pasukan pendudukan Israel, sementara yang lain digunakan sebagai tameng manusia, lalu diperintahkan meninggalkan kamp pengungsian.

    Seorang pria tua tuna netra menceritakan bagaimana tentara mengambil alih sebuah gedung, membawanya masuk, dan menguncinya di sebuah kamar bersama keluarga lain selama dua hari tanpa dapat berkomunikasi dengan siapa pun.

    Surat kabar itu menekankan bahwa Peningkatan yang cepat dalam beberapa minggu terakhir – merupakan kompensasi bagi sayap kanan Israel atas kekecewaan dan kesedihan yang disebabkan oleh kesepakatan pertukaran tahanan.

    Surat kabar itu mengatakan bahwa “Israel, seperti biasa, alih-alih menyelesaikan akar permasalahan konflik, justru membuktikan bahwa mereka hanya mengerti kekuatan dan hanya mampu berpikir jangka pendek.”

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR 

  • Israel Kerahkan Tank, Warga Tepi Barat Khawatir ‘Dibersihkan’ Seperti Gaza

    Israel Kerahkan Tank, Warga Tepi Barat Khawatir ‘Dibersihkan’ Seperti Gaza

    Tepi Barat

    Buldoser-buldoser Israel dikerahkan dan menghancurkan sebagian besar area kamp pengungsi Palestina di Tepi Barat, terutama Jenin. Militer Israel juga untuk pertama kali dalam beberapa dekade terakhir, mengerahkan tank-tank mereka ke wilayah Tepi Barat.

    Situasi di kamp pengungsi Jenin saat ini, seperti dilansir Reuters, Selasa (25/2/2025), hampir kosong dan gang-gang yang dahulu ramai kini sepi dengan aktivitas penghancuran oleh militer Israel membuat jalanan menjadi lebih lebar namun tanpa tanda kehidupan.

    Taktik semacam ini dikhawatirkan mengulangi taktik yang sudah diterapkan di Jalur Gaza, dengan pasukan Israel bersiap untuk melaksanakan operasi jangka panjang di wilayah Tepi Barat. Warga Palestina di sana mengkhawatirkan operasi “pembersihan” seperti yang terjadi di Jalur Gaza.

    Sedikitnya 40.000 warga Palestina telah mengungsi dari rumah-rumah mereka di Jenin dan kota terdekat Tulkarem di Tepi Barat bagian utara sejak Israel memulai operasi militernya hanya sehari setelah perjanjian gencatan senjata Gaza tercapai usai perang berkecamuk selama 15 bulan terakhir.

    “Jenin adalah pengulangan dari apa yang terjadi di Jabalia,” sebut juru bicara pemerintah kota Jenin, Basheer Matahen, merujuk pada kamp pengungsi di wilayah Jalur Gaza bagian utara yang “dibersihkan” oleh pasukan Israel usai pertempuran sengit selama berminggu-minggu.

    “Kamp ini sudah tidak bisa dihuni lagi,” ucapnya.

    Matahen menyebut 12 buldoser menghancurkan rumah-rumah dan infrastruktur di area kamp itu.

    Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Israel Katz, mengatakan pada Minggu (23/2) bahwa tiga kamp pengungsi Palestina di Tepi Barat — Jenin, Tulkarem dan Nur Shams — “sekarang kosong dari penduduk” setelah serangan Israel yang dimulai bulan lalu.

    Dia memerintahkan pasukan Israel “untuk bersiap menghadapi kehadiran jangka panjang di kamp-kamp yang telah dibersihkan pada tahun mendatang dan mencegah kembalinya para penduduk dan kebangkitan terorisme”.

    Militer Tel Aviv juga mengumumkan pengerahan tank ke area Jenin. Hal ini, menurut laporan AFP, merupakan pertama kalinya tank-tank Israel beroperasi di Tepi Barat yang diduduki sejak berakhirnya intifada Palestina Kedua tahun 2005.

    Israel meluncurkan operasi militer terhadap Tepi Barat, terutama Jenin, dengan mengatakan bermaksud memberantas militan yang didukung Iran, termasuk Hamas dan Jihad Islam, yang tertanam kuat di kamp-kamp pengungsi selama beberapa dekade terakhir.

    Namun seiring berjalannya waktu, warga Palestina menyadari niat sebenarnya dari Tel Aviv adalah melakukan pemindahan pendudukan secara permanen dan berskala besar dengan menghancurkan rumah-rumah dan membuat mereka tidak mungkin tinggal di sana.

    “Israel ingin menghapus kamp-kamp dan kenangan akan kamp-kamp tersebut, secara moral dan secara finansial, mereka ingin menghapus nama-nama pengungsi dari ingatan masyarakat,” sebut Hassan al-Katib, yang berusia 85 tahun dan sudah sejak lama tinggal di Jenin bersama 20 anak dan cucunya.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Hamas Marah: Abu Marzouk Tak Wakili Kami soal Operasi Banjir Al-Aqsa 7 Oktober 2023 – Halaman all

    Hamas Marah: Abu Marzouk Tak Wakili Kami soal Operasi Banjir Al-Aqsa 7 Oktober 2023 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengomentari pernyataan pejabat seniornya di Qatar, Abu Marzouk, yang mengkritik Operasi Banjir Al-Aqsa yang diluncurkan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, mengatakan pernyataan Abu Marzouk tidak mewakili posisi Hamas.

    Ia menjelaskan Hamas berhak atas senjatanya sebagai senjata yang sah, dan tidak ada diskusi tentang hal itu selama masih ada pendudukan (Israel) di tanah Palestina.

    “Perlawanan dalam segala bentuknya akan tetap menjadi hak yang sah bagi rakyat kami hingga pembebasan dan pengembalian tanah kami,” kata Hazem Qassem, Senin (24/2/2025).

    “Peristiwa 7 Oktober akan tetap menjadi titik balik dalam sejarah semua bangsa yang dijajah, dan titik balik strategis dalam jalur perjuangan nasional Palestina,” lanjutnya.

    Ia membantah pernyataan Abu Marzouk yang mengatakan Hamas tidak bisa mengklaim kemenangan karena melihat kehancuran di Jalur Gaza setelah serangan Israel.

    “Perilaku agresif dan destruktif penjajah (Israel) dalam semua perangnya melawan rakyat di wilayah tersebut adalah alasan kehancuran yang menimpa Jalur Gaza, dan kini penjajah sedang menyempurnakan kebijakan penghancuran di Tepi Barat,” kata Hazem Qassem, merujuk pada meningkatnya agresi Israel di Tepi Barat setelah gencatan senjata di Gaza.

    Pernyataan Abu Marzouk yang Buat Hamas Marah

    Sebelumnya, Abu Marzouk, kepala kantor hubungan luar negeri Hamas yang berkantor di Qatar, muncul dalam wawancara dengan New York Times pada Senin (24/2/2025).

    Ia mengatakan dia tidak diberitahu tentang rencana Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.

    Abu Marzouk menekankan dia tidak akan menyetujuinya jika dia menyadari konsekuensi dari operasi tersebut.

    Menurutnya, kehancuran di Jalur Gaza membuat klaim kemenangan Hamas tidak dapat diterima.

    Ia mengatakan tidak mengetahui rincian spesifik serangan 7 Oktober tapi mengindikasikan dia dan pemimpin politik Hamas lainnya mendukung strategi umum serangan militer terhadap Israel.

    “Jika apa yang terjadi diharapkan terjadi, tidak akan ada tanggal 7 Oktober,” kata Abu Marzouk.

    Menurutnya, Hamas bersedia merundingkan masa depan persenjataannya di Jalur Gaza, sebuah pernyataan yang kemudian dibantah oleh Hamas.

    Dalam wawancara tersebut, Abu Marzouk menggambarkan Hamas sebagai “orang biasa” yang melawan Mike Tyson, mantan juara tinju kelas berat.

    “Jika orang yang tidak terlatih ini mampu bertahan dari pukulan Tyson, orang-orang akan mengatakan dia menang,” kata Abu Marzouk.

    Ia menjelaskan, secara absolut, tidak dapat diterima untuk mengklaim Hamas menang mengingat besarnya kerusakan yang disebabkan oleh serangan Israel di Jalur Gaza.

    Abu Marzouk mengatakan pertukaran lebih banyak tahanan pada tahap pertama dapat dibicarakan dan Hamas akan menuntut jumlah yang jauh lebih besar untuk setiap sandera tentara Israel yang tersisa.

    Ia mengatakan semua tahanan dapat dibebaskan sekaligus jika Israel bersedia membebaskan ribuan warga Palestina dari penjaranya, mengakhiri perang, dan menarik diri dari Gaza.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Ungkap Peta Langka, Mantan Orang Nomor Satu Israel Pernah Beri Peluang Palestina Merdeka – Halaman all

    Ungkap Peta Langka, Mantan Orang Nomor Satu Israel Pernah Beri Peluang Palestina Merdeka – Halaman all

    Ungkap Peta Langka, Mantan Orang Nomor Satu Israel Pernah Beri Peluang Palestina Merdeka  

    TRIBUNNEWS.COM – Mantan Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert mengungkapkan peta ‘langka’ yang dia tunjukkan pada tahun 2008 kepada Presiden Palestina, Mahmoud Abbas sebagai bagian dari usulannya untuk solusi dua negara.

    Rencana tersebut, yang pertama kali diungkapkan oleh Olmert, akan memberikan 95,1 persen wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza kepada Palestina sebagai sebuah negara merdeka, dengan pertukaran tanah yang sama di wilayah Palestina yang diduduki pada tahun 1948.

    “Ini adalah pertama kalinya saya mengungkapkan peta ini ke media,” kata Olmert dalam dokumenter BBC “Israel dan Palestina: Jalan Menuju 7 Oktober”, dikutip dari Khaberni, Senin (24/2/2025).

    Olmert mengenang apa yang dia katakan kepada Abbas selama pertemuan tersebut.

    Dia mengisyaratkan kalau peta solusi dua negara, Palestina-Israel yang dia usulkan tersebut adalah ‘peta langka’ lantaran dia tahu akan sangat jarang ada pemimpin Israel yang akan menawarkan usulan tersebut.  

    “Dalam 50 tahun ke depan, Anda tidak akan menemukan satu pun pemimpin Israel yang akan menawarkan apa yang saya tawarkan kepada Anda sekarang. Tandatangani! Tandatangani dan mari kita ubah sejarah!” kata Olmert mengenang kata-katanya ke Abbas. 

    SOLUSI DUA NEGARA – Tangkap layar Khaberni, Senin (24/2/2025) yang menunjukkan peta langka yang diusulkan mantan perdana menteri Israel, Ehud Olmert pada tahun 2008 kepada Presiden Palestina, Mahmoud Abbas sebagai bagian dari usulannya untuk solusi dua negara. Abbas menolak usulan ini.

    Wilayah Palestina dalam Peta Langka Olmert

    Pada bulan September 2008, Olmert memberikan Abbas sebuah peta resmi berukuran besar yang menunjukkan usulannya mengenai penetapan batas-batas negara Palestina sebagai bagian dari perjanjian perdamaian permanen.

    Olmert meminta Abbas untuk menandatangani usulan tersebut pada prinsipnya sebelum menyerahkannya kepada pimpinan Palestina di Ramallah. 

    Namun Abbas menolak melakukannya.

    Peta tersebut memperlihatkan bahwa Olmert secara umum siap untuk kembali ke perbatasan sebelum tahun 1967, tetapi ingin mempertahankan blok pemukiman Gush Etzion di sebelah selatan Yerusalem, kota pemukiman Ma’ale Adumim di sebelah timur, dan sebagian Tepi Barat yang mencakup pemukiman besar Ariel di wilayah Tepi Barat.

    Sebagai imbalannya, pendudukan akan menyerahkan sebagian tanah di wilayah pedalaman yang diduduki demi negara Palestina baru.

    Olmert juga mengusulkan pembangunan terowongan yang menghubungkan Gaza dan Tepi Barat untuk memastikan kesinambungan geografis antara kedua wilayah.

    Selain itu, Olmert siap membagi Yerusalem menjadi beberapa kawasan di bawah kendali Israel dan kawasan lainnya di bawah kendali Palestina, dan “menyerahkan kedaulatan Israel atas Masjid Al-Aqsa dan Kota Tua sepenuhnya.”

    Ia mengusulkan agar apa yang disebut “Cekungan Suci” ditempatkan di bawah administrasi badan perwalian internasional non-berdaulat yang terdiri dari pemerintah pendudukan, Otoritas Palestina, Yordania, Amerika Serikat, dan Arab Saudi.

    PETA LANGKA – Tangkap layar Khaberni, Senin (24/2/2025), mantan perdana menteri Israel, Ehud Olmert menunjukkan peta langka yang diusulkannya pada tahun 2008 kepada Presiden Palestina, Mahmoud Abbas sebagai bagian dari usulannya untuk solusi dua negara. Abbas menolak usulan ini.

    Olmert Pemimpin Lemah, Tersandung Korupsi

    Dalam film dokumenter tersebut, Rafiq al-Husseini, yang saat itu menjabat kepala staf kepresidenan Palestina, mengatakan bahwa Palestina tidak menanggapi tawaran tersebut dengan serius karena Olmert terlibat dalam skandal korupsi dan hendak mengundurkan diri.

    “Sangat disayangkan bahwa Olmert, terlepas dari kebaikannya… adalah seorang politikus lemah yang tidak memiliki pengaruh, dan karena itu, kami tidak akan mencapai hasil apa pun,” kata Rafiq menjelaskan alasan di balik pihak Palestina tidak meneken usulan tersebut.

    Disiratkan, lemahnya pengaruh Olmert ini akan membuat usulannya akan mudah dipatahkan entitas Israel dalam proses perwujudan solusi dua negara seperti yang digambarkan dalam peta tersebut.

    Para Pemimpin Arab Berencana Membangun Kembali Gaza

    Terkait situasi di Palestina, negara-negara Arab diperkirakan akan membahas rencana untuk membangun kembali Gaza setelah perang Israel selama 15 bulan di wilayah tersebut, yang mencakup kontribusi keuangan dari negara-negara regional yang jumlahnya mencapai $20 miliar.

    Setelah mengakhiri kunjungannya ke ibu kota Spanyol , kepresidenan Mesir mengumumkan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis bahwa Presiden Abdel Fattah el-Sisi akan menuju Arab Saudi.

    Televisi Mesir mengisyaratkan bahwa “perjalanan ini kemungkinan akan difokuskan pada rencana pembangunan kembali Gaza, menyusul usulan Amerika untuk merelokasi penduduk wilayah Palestina ke negara-negara Arab, termasuk Mesir dan Yordania.”

    Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman mengundang para pemimpin negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC), bersama dengan Presiden Mesir dan Raja Yordania, ke pertemuan informal pada hari Jumat di Riyadh, menurut Saudi Press Agency .

    Reuters melaporkan bahwa negara-negara Arab diperkirakan akan membahas rencana untuk membangun kembali Gaza setelah perang Israel selama 15 bulan di Jalur Gaza, yang mencakup kontribusi keuangan dari negara-negara regional hingga mencapai $20 miliar . Prakarsa ini bertujuan untuk melawan usulan Presiden AS Donald Trump untuk merebut Gaza dan menggusur paksa penduduknya.

    Kantor Berita Saudi melaporkan bahwa pertemuan yang dijadwalkan besok di Riyadh akan membahas “aksi bersama Arab dan keputusan terkait dengannya,” yang akan dimasukkan dalam agenda pertemuan puncak Arab mendatang .

    Sebelumnya, Reuters mengutip beberapa sumber yang mengindikasikan bahwa Arab Saudi “Arab Saudi mempelopori upaya Arab yang mendesak untuk mengembangkan rencana bagi masa depan Gaza sebagai penyeimbang ambisi Presiden AS Donald Trump untuk membersihkan Riviera Timur Tengah dari penduduk Palestina.”

    Usulan Arab, yang sebagian besar didasarkan pada rencana Mesir, menyarankan pembentukan komite Palestina untuk memerintah Gaza tanpa partisipasi Hamas, dan menyerukan keterlibatan internasional dalam membangun kembali wilayah tersebut tanpa menggusur penduduknya.

    Dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, selama kunjungannya ke wilayah Palestina yang diduduki, Netanyahu memuji apa yang disebutnya “visi berani” Trump untuk mengusir warga Palestina dari Gaza, dan mencatat bahwa pertemuan tersebut membahas cara mengubah visi ini menjadi kenyataan praktis.

     

     

    (oln/khbrn/tc/*)

     

  • Kejam, Israel Pindah Paksa 40.000 Warga Palestina di Tepi Barat

    Kejam, Israel Pindah Paksa 40.000 Warga Palestina di Tepi Barat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pasukan pendudukan Israel telah memindahkan paksa 40.000 warga Palestina dari kamp-kamp pengungsi di provinsi Jenin dan Tulkarm di Tepi Barat yang diduduki, serta mencegah mereka kembali ke rumah mereka.

    Anadolu Agency melaporkan bahwa rezim pendudukan juga telah mengerahkan tank-tank di Tepi Barat untuk pertama kalinya dalam 20 tahun. Situasi ini terjadi sebagai bagian dari eskalasi militernya di wilayah Palestina.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan pada Minggu bahwa tentara akan tetap berada di kamp-kamp pengungsi Palestina selama tahun depan untuk mencegah penduduk kembali.

    “Tentara Israel memperluas operasinya di Tepi Barat utara, dan mulai malam ini, mereka juga akan beroperasi di kota Qabatiya,” kata Katz, seperti dikutip Middle East Monitor (MEMO) pada Senin (24/2/2025).

    Menteri tersebut mengatakan bahwa 40.000 warga Palestina telah “dievakuasi” dari kamp-kamp pengungsi Jenin, Tulkarem, dan Nur Shams, eufemisme untuk “dipindahkan secara paksa” dengan todongan senjata.

    “Aktivitas UNRWA di kamp-kamp tersebut juga telah dihentikan,” tambahnya. “Saya menginstruksikan [tentara] untuk mempersiapkan diri tinggal lama di kamp-kamp yang telah dibersihkan, untuk tahun mendatang, dan tidak mengizinkan penduduk untuk kembali.”

    Menurut kantor berita resmi Palestina Wafa, tentara Israel memberlakukan jam malam selama dua hari di Qabatiya. Gubernur Jenin Kamal Abu Al-Rub mengatakan pasukan pendudukan memulai operasi militer di kota tersebut dan memberlakukan jam malam selama 48 jam sejak pagi hari.

    Wali Kota Qabatiya Ahmad Zakarneh mengatakan bahwa tentara Israel mencegah siapa pun memasuki atau meninggalkan kota tersebut. “Buldoser militer terus menghancurkan jalan-jalan dan infrastruktur sementara pasukan tentara dikerahkan di tengah penggerebekan rumah-rumah, dengan beberapa diubah menjadi barak militer,” tambahnya.

    Mengosongkan Kamp Pengungsi

    Awal bulan ini, UNRWA memperingatkan bahwa operasi tentara Israel telah mengosongkan banyak kamp pengungsi di Tepi Barat utara. Mereka menambahkan bahwa pemindahan paksa keluarga-keluarga Palestina meningkat pada tingkat yang mengkhawatirkan.

    “Pemindahan paksa di Tepi Barat yang diduduki adalah hasil dari lingkungan yang semakin berbahaya dan koersif,” kata UNRWA.

    “Penggunaan serangan udara, buldoser lapis baja, peledakan terkendali, dan persenjataan canggih oleh Pasukan Israel telah menjadi hal yang biasa, sebagai dampak dari perang di Gaza.”

    Badan PBB tersebut menekankan bahwa pperasi yang berulang dan merusak telah membuat kamp-kamp pengungsian utara tidak dapat dihuni, menjebak penduduk dalam pemindahan yang berulang-ulang.

    Tahun lalu, lebih dari 60% pemindahan adalah hasil dari operasi tentara pendudukan Israel. UNRWA mengatakan tentara telah melakukan operasi militer di Tepi Barat utara sejak bulan lalu, menewaskan sedikitnya 60 orang dan membuat ribuan orang mengungsi.

    Serangan tersebut merupakan yang terbaru dalam eskalasi militer Israel yang sedang berlangsung di Tepi Barat, di mana sedikitnya 923 warga Palestina telah tewas dan hampir 7.000 orang terluka dalam serangan oleh tentara Israel dan pemukim ilegal sejak dimulainya serangan terhadap Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

    Mahkamah Internasional menyatakan Juli lalu bahwa pendudukan Israel yang telah berlangsung lama di wilayah Palestina adalah ilegal, dan menuntut evakuasi semua permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

    Mesir Minta Bantuan Uni Eropa

    Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty sebelumnya telah meminta Uni Eropa untuk mendukung rencana negaranya untuk pemulihan dan rekonstruksi awal di Jalur Gaza, sebuah rencana yang tidak mencakup pemindahan warga Palestina dari tanah mereka.

    Abdelatty menyampaikan seruannya tersebut selama percakapan telepon dengan mitranya dari Prancis Jean-Noël Barrot.

    “Pejabat Mesir tersebut meninjau rencana komprehensif yang tengah dikembangkan oleh Kairo untuk Jalur Gaza dengan tetap mempertahankan warga Palestina di tanah mereka, bersama dengan dukungan Arab untuk upaya Mesir dalam hal ini,” kata juru bicara resmi Kementerian Luar Negeri, Duta Besar Tamim Khalaf.

    Abdelatty mengatakan bahwa ia menantikan dukungan dari masyarakat internasional dan negara-negara UE, termasuk Prancis, untuk upaya Mesir dalam hal ini.

    Rencana pemulihan Mesir untuk Gaza telah diajukan sebagai alternatif terhadap usulan Presiden AS Donald Trump untuk membersihkan etnis Palestina dari Gaza hingga Mesir dan Yordania dan mengubah Jalur Gaza menjadi “Riviera Timur Tengah”.

    Kairo dijadwalkan menjadi tuan rumah pertemuan puncak darurat Arab pada tanggal 4 Maret untuk membahas rencana yang menentang usulan Trump.

    (sef/sef)

  • Jawab Pancingan Israel Lanjut Perang di Gaza, Hamas: Kami Punya Kartu As untuk Paksa Netanyahu Manut – Halaman all

    Jawab Pancingan Israel Lanjut Perang di Gaza, Hamas: Kami Punya Kartu As untuk Paksa Netanyahu Manut – Halaman all

    Jawab ‘Pancingan’ Israel Lanjut Perang di Gaza, Hamas: Kami Punya Kartu As untuk Paksa Netanyahu

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin Hamas, Sami Abu Zuhri merespons aksi Israel yang belum membebaskan sebanyak 602 tahanan Palestina sebagai bagian dari putaran ketujuh pertukaran pembebasan sandera-tahanan di tahap pertama gencatan senjata.

    Abu Zuhri menyatakan kalau hal ini membuktikan kalau Perdana Menteri Pendudukan Israel Benjamin Netanyahu berusaha untuk mengulur-ulur dalam negosiasi tahap dua perjanjian gencatan senjata.

    Dengan kata lain, aksi Israel mengulur pembebasan ratusan tahanan Palestina dianggap sebagai ‘pancingan’ bagi Hamas untuk melanjutkan perang di Jalur Gaza.

    Membalas ‘pancingan’ perang dari Israel, dia mewanti-wanti kalau Hamas punya ‘Kartu As’, pengaruh yang memungkinkan gerakan pembebasan Palestina itu untuk memaksa Netanyahu untuk mematuhi perjanjian tersebut.

    Ia menegaskan kalau dengan tidak menepati pembebasan ratusan tahanan Palestina tersebut, Netanyahu tidak hanya merusak kesepakatan tersebut tetapi juga mempermainkan nasib para tawanan Israel.

    Sementara itu, pemimpin Hamas Basem Naim mengatakan kepada Reuters kalau mengadakan pembicaraan dengan pendudukan melalui mediator mengenai langkah selanjutnya dalam perjanjian gencatan senjata bergantung pada pembebasan tahanan Palestina seperti yang telah disepakati sebelumnya.

    Naim menegaskan, “Tidak akan ada pembicaraan dengan pihak musuh melalui mediator sebelum pembebasan tahanan yang disepakati dalam kesepakatan pertukaran tahanan.”

    Pemerintah Pendudukan Israel telah mengumumkan penundaan pembebasan ratusan tahanan Palestina yang dijadwalkan dibebaskan pada gelombang ketujuh.

    Israel mengaitkan keputusannya dengan kondisi Hamas yang masih mengendalikan Jalur Gaza.

    PEMBEBASAN SANDERA – Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Minggu (23/2/2025), (atas, kiri-kanan): sandera Israel, Omer Shem Tov cium kening Al-Qassam dan Al-Qassam pamer senjata. (bawah, kiri-kanan): 3 tentara Israel dibebaskan dan 2 sandera (Tal Shoham dan Avera Mengistu) dibebaskan. Pada Sabtu (22/2/2025), Hamas membebaskan 6 sandera Israel pertukaran tahanan gelombang ke-7, dengan imbalan 602 tahanan Palestina. (Telegram/Brigade Al-Qassam)

    Hamas Minta Mesir-Qatar Tekan Israel Agar Patuhi Kesepakatan

    Kepala Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan Palestina, Raed Abu Al-Hummus, pada Senin menyerukan intervensi Mesir-Qatar yang mendesak untuk menekan otoritas Israel agar menghentikan pelanggaran perjanjian pertukaran tahanan.

    Dia meminta kedua negara mediator itu untuk menekan Israel agar memastikan pembebasan kelompok tahanan ketujuh, yang seharusnya dilakukan pada Sabtu malam.

    Abu Al-Hummus mengecam keterlambatan Israel dalam melaksanakan perjanjian tersebut, dan menyatakan bahwa penundaan yang disengaja tersebut mencerminkan kebijakan sistematis yang bertujuan untuk menciptakan ketegangan dan kecemasan di kalangan tahanan politik dan keluarga mereka.

    Ia menambahkan, “Israel berupaya menghindari komitmennya tetapi tidak akan berhasil dalam mematahkan keinginan rakyat Palestina, yang tetap teguh dalam tuntutan mereka untuk pembebasan semua tahanan politik.”

    Abu Al-Hummus menekankan perlunya mengendalikan tim negosiasi Pendudukan Israel dan memaksa mereka untuk menegakkan ketentuan perjanjian, sambil memperingatkan terhadap pelanggaran berulang yang mengungkap kelemahan sistem ‘Israel’.

    Ia juga mencatat bahwa Israel tidak hanya menunda pembebasan tetapi juga mengintensifkan tindakan lapangannya dengan memperketat cengkeramannya di Tepi Barat.

    Israel dilaporkan mendirikan lebih dari 900 pos pemeriksaan dan gerbang besi, serta mencegah warga mencapai Ramallah dan Al-Bireh pada hari pembebasan tahanan—yang semakin menunjukkan kebijakan represifnya.

    Abu Al-Hummus menegaskan, berbagai upaya tengah dilakukan dengan pihak-pihak terkait untuk memastikan terlaksananya kesepakatan tersebut, seraya menyoroti tekanan signifikan dari Mesir untuk memaksa Israel merilis gelombang ketujuh dalam beberapa jam atau hari mendatang.

    AGRESI – Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri melakukan agresi militer darat ke Jalur Gaza. Israel terindikasi enggan melanjutkan negosiasi tahap dua gencatan senjata dengan Hamas. (khaberni/tangkap layar) (khaberni/tangkap layar)

    Alasan Israel Tunda Pembebasan Ratusan Tahanan

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengumumkan keputusan untuk menunda pembebasan tahanan Palestina sampai Hamas menjamin kalau tidak akan ada upacara yang diadakan untuk penyerahan sandera Israel di masa mendatang.

    Menurut kantor Netanyahu, upacara yang diadakan Hamas selama pertukaran tawanan dipandang sebagai “ritual yang memalukan.”

    Komisi Urusan Tahanan Palestina dan Klub Tahanan Palestina mengonfirmasi kalau pembebasan tahanan Palestina oleh otoritas “Israel” telah ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut.

    Radio Angkatan Darat Israel, melaporkan kalau para tahanan yang dijadwalkan untuk dibebaskan diturunkan dari bus dan dikembalikan ke sel mereka.

    Sumber yang dekat dengan kantor Netanyahu mengatakan kepada media Ibrani bahwa penundaan pembebasan akan terus berlanjut hingga tawanan yang tersisa dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan.

    Sebelumnya, sumber-sumber Israel telah mengindikasikan bahwa pembebasan tahanan Palestina diharapkan akan segera terjadi, dengan penundaan yang disebabkan oleh pertukaran jenazah sandera Israel Shiri Bipas.

    Komisi Urusan Tahanan Palestina telah bersiap menerima tahanan Palestina yang dibebaskan, dan Bulan Sabit Merah Palestina juga telah siap memindahkan tahanan Kazem Zawahira dari rumah sakit Hadassah Israel ke sebuah rumah sakit di Tepi Barat sebagai bagian dari perjanjian pertukaran.

    Pernyataan kantor Netanyahu telah menunda pembebasan tahanan Palestina sampai Hamas memastikan bahwa tidak ada upacara pertukaran yang akan dilakukan di masa mendatang.

    Pasukan IDF Siap Perang Lagi di Gaza

    Pada hari Minggu, tentara Israel mengumumkan kalau mereka telah memutuskan untuk “meningkatkan kesiapan operasional di wilayah sekitar Gaza.

    Tentara Pendudukan menyatakan bahwa setelah melakukan penilaian situasi, mereka telah mengambil keputusan ini untuk meningkatkan kesiapannya di wilayah tersebut.

    Langkah ini sejalan dengan pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menekankan “kesiapan negaranya untuk melanjutkan pertempuran melawan Hamas kapan saja.”

    Keputusan untuk meningkatkan operasi militer bertepatan dengan pembatasan yang terus dilakukan oleh pasukan Israel di Gaza, di samping pelanggaran yang sering terjadi yang meningkatkan kekhawatiran tentang potensi eskalasi yang dapat mengancam gencatan senjata yang rapuh.

    Dalam perkembangan terkait, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengindikasikan bahwa militer “Israel” telah memperluas operasinya di Tepi Barat utara, khususnya di sekitar kota Qabatia, sebagai bagian dari apa yang disebut sebagai “Operasi Tembok Besi.”

    Israel Katz juga mengklaim bahwa militer tidak akan mengizinkan warga sipil kembali ke kamp pengungsian dan tidak akan mengizinkan terorisme menyebar.

     

    (oln/rntv/*)

  • Sekjen PBB Menyuarakan Kekhawatiran Serius atas Meningkatnya Kekerasan Israel di Tepi Barat – Halaman all

    Sekjen PBB Menyuarakan Kekhawatiran Serius atas Meningkatnya Kekerasan Israel di Tepi Barat – Halaman all

    Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres hari ini mengatakan dia “sangat prihatin” atas meningkatnya kekerasan di Tepi Barat yang diduduki

    Tayang: Senin, 24 Februari 2025 18:47 WIB

    Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English

    TEPI BARAT – Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English pada Kamis (6/2/2025) yang menunjukkan tank-tank Israel menyerbu kota Jenin, Tepi Barat pada Rabu (5/2/2025) 

    Sekjen PBB Menyuarakan Kekhawatiran Serius atas Meningkatnya Kekerasan Israel di Tepi Barat

    TRIBUNNEWS.COM- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres hari ini mengatakan dia “sangat prihatin” atas meningkatnya kekerasan di Tepi Barat yang diduduki dan pelanggaran hak asasi manusia di Gaza.

    Guterres, saat berpidato di hadapan sidang ke-58 Dewan Hak Asasi Manusia di Jenewa, mengatakan: “Saya sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan di Tepi Barat yang diduduki oleh pemukim Israel dan pelanggaran lainnya, serta seruan untuk aneksasi.”

    “Di Wilayah Palestina yang Diduduki, pelanggaran hak asasi manusia telah meroket,” katanya.

    Menggambarkan gencatan senjata antara Israel dan kelompok Palestina Hamas sebagai “bersifat genting”, ia mendesak: “Kita harus menghindari dengan segala cara dimulainya kembali permusuhan. Orang-orang di Gaza sudah terlalu menderita.”

    “Sudah saatnya untuk gencatan senjata permanen, pembebasan bermartabat semua sandera yang tersisa, kemajuan yang tidak dapat diubah menuju solusi dua negara, diakhirinya pendudukan, dan pembentukan Negara Palestina yang merdeka, dengan Gaza sebagai bagian integralnya,” tambahnya.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR 

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Kemunculan Perdana Dokter Palestina yang Ditahan Israel Menuai Kecaman Keluarga

    Kemunculan Perdana Dokter Palestina yang Ditahan Israel Menuai Kecaman Keluarga

    PIKIRAN RAKYAT – Pada Desember 2024, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Beit Lahia di Jalur Gaza utara, Dr. Husam Abu Safiya ditangkap pasukan Israel. Setelah ditahan berbulan-bulan, dia muncul untuk pertama kalinya.

    Dalam kemunculan perdananya sejak ditahan, dia masih bertanya-tanya perihal alasan dia ditahan oleh Israel. Dalam tayangan di Channel 13 Israel, Abu Safiya terlihat dalam keadaan diborgol baik kaki ataupun tangannya saat berada di Penjara Ofer di Tepi Barat. 

    “Saya tidak tahu mengapa saya ada di sini…saya tidak tahu,” ujarnya.

    Abu Safiya merupakan dokter yang terus bekerja saat Israel melakukan genosida di Gaza. Menjadi dokter terkemuka berkat peran kemanusiaannya, Abu Safiya dipaksa keluar dan ditangkap saat pasukan Israel menyerbu Rumah Sakit Kamal Adwan. Dalam kondisi rumah sakit yang hancur serta dalam todongan senjata, dia lalu masuk ke tank yang dipenuhi pasukan penjajah.

    Selama genosida, Abu Safiya juga harus kehilangan putranya, Ibrahim yang meninggal dunia dalam serangan pada 26 Oktober 2024. Lalu, pada 24 November 2024 Abu Safiya juga terluka imbas serangan Israel yang menargetkan rumah sakit.

    Kendati dalam kondisi terluka, Abu Safiya tetap bertahan  dan menolak pergi. Dia memilih untuk merawat para pasien di rumah sakit.

    “Saya awalnya seorang dokter anak dan bekerja sebagai dokter pengganti sementara di Rumah Sakit Kamal Adwan,” katanya dilaporkan Anadolu Agency.

    Lebih lanjut, dia membantah soal pernah berurusan dengan tawanan Israel di rumah sakit. Dia juga membantah soal merawat para militan Palestina selama genosida berlangsung.

    “Pada akhirnya, saya menyampaikan pesan kemanusiaan, dan mereka yang menerima perawatan di fasilitas kami adalah warga sipil biasa,” tuturnya.

    Keluarga Soal kemunculan Abu Safiya

    Kemunculan Abu Safiya untuk pertama kali tersebut ditanggapi oleh keluarganya. Dalam unggahan di X, keluarga mengecam tindakan pasukan Israel dalam membelenggu Abu Safiya dengan borgol.

    “Rekaman yang disiarkan oleh media Israel terhadap ayah kami, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan itu merupakan bentuk lain dari terorisme psikologis, yang menambah penyiksaan yang telah dialaminya selama dua bulan terakhir,” kata keluarganya.

    “Kami, keluarga Dr. Husam Abu Safiya, menolak media mana pun yang menerbitkan video tersebut tanpa membahas terorisme psikologis yang terlibat dan mengungkap manipulasi pernyataannya,” ujar pihak keluarga.

    “Melihat ayah kami diborgol dan tidak bisa bergerak seharusnya mendorong tindakan segera dan berkelanjutan untuk memastikan pembebasannya segera,” kata salah satu anggota keluarganya.

    Di tengah kemunculan pertamanya, Abu Safiya dilaporkan menjadi salah satu tahanan yang masuk dalam tahanan Palestina yang akan dibebaskan pada tahap pertama gencatan senjata.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Israel Penjajah Bunuh 2 Anak Palestina Saat Hamas Bebaskan 6 Sandera dalam Sehat dan Riang

    Israel Penjajah Bunuh 2 Anak Palestina Saat Hamas Bebaskan 6 Sandera dalam Sehat dan Riang

    PIKIRAN RAKYAT – Dua anak Palestina ditembak dari belakang dan dibunuh oleh pasukan Israel Penjajah di Tepi Barat yang diduduki. Ironis, sebab di Waktu yang sama, Hamas sedang membebaskan enam sanderanya dalam keadaan sehat dan riang.

    Ayman Nasser al-Haymouny (12), tewas di Hebron sementara Rimas al-Amouri (13) ditembak di provinsi Jenin, demikian konfirmasi Kementerian Kesehatan Palestina dan kantor berita Wafa.

    Pasukan Israel menembaki al-Haymouny dan menembaknya ketika dia mengunjungi kerabatnya di selatan Hebron. Dia dilarikan ke rumah sakit di mana dia meninggal karena luka-lukanya.

    Sementara, Al-Amouri ditembak di bagian perut dan dibawa ke Rumah Sakit Pemerintah Jenin dan dinyatakan meninggal tak lama kemudian.

    Dia ditembak saat berdiri di halaman rumah keluarganya di daerah Jenin pada Jumat sore, 21 Februairi 2025. Demikian laporan Defense for Children International – Palestine (DCIP).

    Seorang tentara Israel di dalam mobil lapis baja, ditempatkan sekitar 50 meter dari al-Amouri, menembakkan setidaknya lima peluru ke halaman tempat dia berdiri, dan mengenai punggungnya, kata DCIP.

    “Baik Ayman dan Rimas menjadi sasaran secara tiba-tiba dan tanpa peringatan dari belakang, dengan kekuatan mematikan oleh tentara Israel yang ditempatkan di dalam kendaraan lapis baja,” kata Ayed Abu Eqtaish dari DCIP.

    “Pasukan Israel hanya menghina kehidupan anak-anak Palestina dan impunitas sistemik berarti mereka tidak akan menghadapi konsekuensi apa pun,” ujar dia menambahkan.

    Pembunuhan itu terjadi ketika militer Israel melakukan serangan besar-besaran di Tepi Barat yang diduduki selama beberapa minggu, termasuk di Nablus, Tulkarem, Jenin dan Nablus dalam semalam.

    Warga Israel Cium Kening Hamas

    Tertangkap momen dramatis selama pertukaran sandera. Tawanan Israel yang baru saja dibebaskan, Omer Shem Tov, terlihat mencium dahi dua anggota Hamas sambil melambai di atas panggung.

    Pertukaran berlokasi di kota Nuseirat. Hamas menyerahkan tiga sandera Israel yakni Omer Wenkert, Omer Shem Tov, dan Eliya Cohen—ke Palang Merah.

    Para sandera diarak di depan orang banyak, memegang sertifikat pembebasan sebelum dipindahkan secara resmi.

    Video tindakan Shem Tov yang tak terduga dengan cepat menjadi viral, menarik perhatian luas dan memicu diskusi publik internasional di media sosial.

    Setelah pertunjukan publik, konvoi Palang Merah mengangkut para sandera ke tempat yang aman.

    Berdasarkan laporan The Times of Israel, ayah Shem Tov, Malki Shem Tov, mengungkapkan kelegaan dan kekaguman atas sikap positif putranya.

    “Omer lebih kurus… tapi dia optimistis, paling berpikiran positif di dunia,” katanya kepada Channel 12 melalui panggilan video, dikutip Minggu, 23 Februari 2025.

    ⚡️#BREAKING Israeli “hostage” kisses the forehead of 2 Hamas members pic.twitter.com/Icg6TDEyEQ— War Monitor (@WarMonitors) February 22, 2025

    Anggota keluarga menggambarkan Shem Tov sebagai seseorang yang secara alami berhubungan dengan orang lain.

    “Itu Omer. Dia anak seperti itu… Dia bergaul dengan semua orang. Bahkan Hamas… Mereka mencintainya bahkan di sana,” kata seorang kerabat.

    Menurut Pasukan Penyerangan Israel (IOF), ketiga tawanan yang dibebaskan telah ditahan selama 505 hari.

    Setelah melintasi perbatasan ke Israel, mereka dibawa ke fasilitas IOF untuk evaluasi medis dan psikologis.

    Hamas membebaskan enam orang dari Gaza per Sabtu, 22 Februari 2025. Keenam orang tersebut adalah tawanan terakhir dari kelompok 33 orang yang akan dibebaskan pada tahap pertama perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News