Negara: Tepi Barat

  • 10 Warga Israel Ambruk dalam Serangan Karkur, Hamas Kirim Pesan Perlawanan Sudah di Dalam Israel – Halaman all

    10 Warga Israel Ambruk dalam Serangan Karkur, Hamas Kirim Pesan Perlawanan Sudah di Dalam Israel – Halaman all

    10 Warga Israel Terluka dalam Serangan Karkur, Hamas Kirim Pesan Perlawanan Sudah Masuk Israel

    TRIBUNNEWS.COM – Sepuluh warga Israel terluka dalam serangan penabrakan kendaraan dan penikaman di Karkur, sebelah selatan Haifa, Palestina yang diduduki Israel, Kamis (27/2/2025).

    Operasi penyerangan ini membuat dua orang dalam kondisi kritis, media Israel melaporkan.

    Operasi tersebut, yang berlangsung di area perbelanjaan, merupakan yang terbaru dalam serangkaian aksi perlawanan di dalam Israel sejak dimulainya perang genosida di Gaza.

    Menurut Channel 13 Israel, terduga pelaku merupakan seorang pria yang mengendarai sebuah kendaraan roda empat.

    Aksi pernyerangan, pertama-tama dilakukan dengan menabrak sekelompok orang, kemudian menabrak kendaraan polisi,

    Terduga pelaku kemudian keluar dari mobil dan menikam dua polisi Israel.

    Channel 12 Israel mengonfirmasi kalau pasukan Israel menembak dan membunuh pelaku di tempat kejadian.

    Radio Angkatan Darat Israel mengidentifikasi pelaku operasi tersebut sebagai warga Palestina berusia 24 tahun yang memegang kewarganegaraan Israel dari kota Umm al-Fahm, Haifa.

    Polisi Israel mengatakan mereka sedang menyisir daerah tersebut untuk mencari tersangka lainnya.

    Hamas Kirim Pesan 

    Gerakan Perlawanan Palestina Hamas menggambarkan operasi tersebut sebagai pesan kalau gerakan perlawanan di seluruh Palestina sedang berlangsung, meskipun ada eskalasi militer Israel (IDF) di Gaza dan penindasan IDF di Tepi Barat.

    Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan kalau operasi penyerangan tersebut membuktikan kalau upaya pendudukan Israel untuk mematahkan keinginan rakyat Palestina telah gagal.

    Selama dua tahun terakhir, operasi perlawanan di dalam Israel dan Tepi Barat yang diduduki telah mengalami peningkatan yang signifikan.

    Menurut sebuah laporan oleh Institut Studi Keamanan Nasional Israel, 82 operasi dilakukan di dalam apa yang disebut Garis Hijau selama periode ini, dari Katzrin di utara hingga Beersheba di selatan — dengan konsentrasi terbesar di Tel Aviv dan daerah sekitarnya.

    Peningkatan operasi mencerminkan pergeseran geografi perlawanan Palestina, yang meluas melampaui Tepi Barat yang diduduki ke daerah-daerah di dalam wilayah 1948, meskipun ada kampanye militer Israel dan penangkapan yang meluas.

    Meningkatnya aksi perlawanan Palestina terjadi seiring makin masifnya operasi militer Pasukan Israel (IDF) di Tepi Barat.

    Dalam laporan baru-baru ini, IDF dilaporkan meledakkan pintu-pintu sebuah masjid di Nablus dalam sebuah penyerbuan di Tepi Barat

    “Pasukan Israel telah menyerbu Masjid Imam Ali di kota Nablus, Tepi Barat utara, dan menyita rekaman kamera pengawas yang terpasang di sana,” tulis laporan PressTV, dikutip Selasa (25/2/2025).

    Dalam agresi militer yang kian brutal tersebut, laporan tersebut juga mengatakan kalau tentara pendudukan meledakkan pintu-pintu masjid yang berada di Jalan al-Mamoun.

    Pasukan IDF juga melakukan penyerbuan ke wilayah utara Nablus dan mengepung sebuah rumah di kota Zababdeh, tenggara Jenin, Tepi Barat.

    Juga pada Selasa, Faisal Salama, kepala Komite Rakyat untuk Layanan Kamp Tulkarm, mengatakan pasukan Israel telah secara paksa merelokasi lebih dari 12.000 penduduk kamp pengungsi selama bulan lalu.

    Pasukan Israel juga menghancurkan 40 bangunan tempat tinggal serta 300 toko.

    “Israel “berusaha – sebagaimana yang jelas – untuk mencapai tujuan politik dan media … dengan mengosongkannya (kamp pengungsi) dari penduduknya, … menghancurkan dan membakar sebanyak mungkin rumah, dan menghilangkan layanan dasar,” tulis laporan tersebut

    Militer Israel melancarkan serangan terhadap Tepi Barat yang diduduki pada 21 Januari, dengan klaim bahwa serangan itu menargetkan pejuang perlawanan dari Batalyon Jenin.

    Israel telah meningkatkan kekerasan di Tepi Barat sejak 7 Oktober 2023, ketika melancarkan perang genosida di Jalur Gaza. Sejak saat itu, pasukan rezim telah menewaskan sedikitnya 923 warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki.

    Pada hari Senin, tentara pendudukan menyerbu kota Tulkarm, serta kota Yatma, Beit Ummar, Kafil Haris, Qabatiya, dan Ni’lin, serta desa Marka dan Wadi al-Far’a. Serangan lainnya menargetkan kamp Fawwar, Jalazone, dan Tulkarm.

    Tangkap 365 Warga Palestina dari Tulkarem, Jenin, Tepi Barat Sejak Januari

    Dalam agresi brutal bertajuk ‘Operasi Tembok Besi tersebut, Militer Israel menangkap sedikitnya 365 warga Palestina dari provinsi Jenin dan Tulkarem sejak dimulainya serangannya di Tepi Barat utara pada 21 Januari, Anadolu Agency melaporkan.

    “Israel terus meningkatkan operasi penangkapan dan investigasi di tempat, khususnya di provinsi Jenin dan kamp pengungsi, serta di Tulkarem dan kamp-kampnya, sejak dimulainya agresi saat ini,” kata Masyarakat Tahanan Palestina dalam sebuah pernyataan.

    Kelompok tersebut menggambarkan operasi Israel sebagai “perpanjangan dari kebijakan penangkapan sistematis, yang telah meningkat intensitasnya sejak perang genosida.”

    Pernyataan tersebut mencatat bahwa operasi penangkapan yang sedang berlangsung dan meningkat disertai dengan “eksekusi cepat, penembakan langsung atau ancaman penembakan, serta pemukulan parah dan investigasi di tempat yang memengaruhi ratusan orang.”

    Sementara itu, militer Israel telah menangkap warga Palestina sebagai sandera dengan mengepung rumah-rumah dengan barak militer. Militer menargetkan rumah-rumah lain untuk dihancurkan, dinamit, dan dibakar, selain penghancuran infrastruktur yang disengaja, menurut masyarakat.

    Dikatakan juga bahwa Israel telah menangkap hampir 14.500 warga negara dari Tepi Barat sejak 7 Oktober 2023.

    Tentara Israel telah melancarkan operasi militer di Tepi Barat utara sejak 21 Januari, menewaskan sedikitnya 61 warga Palestina dan membuat ribuan orang mengungsi.

    Serangan itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Tepi Barat yang diduduki, tempat sedikitnya 923 warga Palestina tewas dan hampir 7.000 lainnya terluka dalam serangan oleh tentara Israel dan pemukim ilegal sejak dimulainya perang Gaza pada 7 Oktober 2023, menurut Kementerian Kesehatan.

    LAWAN AGRESI – Para petempur dari faksi-faksi milisi perlawanan Palestina dari Brigade Al Qassam, Brigade Al-Quds, dan Brigade Al Aqsa di Tepi Barat. (khaberni)

    Melawan, Brigade Al-Quds Lukai Sejumlah Pasukan IDF

    Agresi IDF di Tepi Barat ini mendapat perlawanan dari faksi-faksi milisi perlawanan Palestina.

    Sayap bersenjata Jihad Islam Palestina, Brigade Al-Quds terlibat pertempuran dengan Pasukan Israel di Jenin, Tepi Barat.

    Dalam pernyataan yang diunggah di Telegram, Brigade Al-Quds mengumumkan mereka sukses menargetkan tentara Israel dengan alat peledak yang sudah dipasang di lingkungan Silat al-Harithiya, Jenin.

    Setelah serangan tersebut, para petempur terlibat baku tembak dengan pasukan Israel di daerah yang sama.

    Al-Quds mengklaim beberapa tentara Israel terluka dalam insiden tersebut.

    Operasi itu terjadi di waktu yang sama ketika Israel menggerakkan tank-tank dan kendaraan militer berat ke wilayah utara Tepi Barat yang diduduki.

    Selain pertempuran di Jenin, pasukan Israel dilaporkan menyerang Kota Burqin, sebelah barat Jenin, yang mengakibatkan kerusakan pada infrastruktur kota.

    Rekaman yang dirilis Jaringan Berita Quds dan Pusat Informasi Palestina menunjukkan kehancuran di persimpangan jalan utama akibat operasi Israel menggunakan alat berat pada malam hari.

    Alat-alat itu terlihat menggali jalan di Bundaran al-Abarah, yang mengakibatkan tumpukan besar tanah dan menghentikan akses ke persimpangan tersebut.

    Beberapa lokasi yang menjadi target serangan termasuk Kota Hebron, kamp pengungsi Nur Shams yang terletak di sebelah timur Tulkarem, serta lingkungan Beitunia di kota Ramallah.

    Selain Silat al-Harithiya di utara Ramallah, pasukan Israel juga melakukan penggerebekan di Kota Kobar, Silwad, serta menyerbu Kota Qabatiya di selatan Jenin, yang menyebabkan penghancuran lebih lanjut pada infrastruktur di sana.

    Kelompok Hamas mengutuk keras ekspansi operasi militer Israel di provinsi Jenin dan wilayah utara Tepi Barat yang diduduki.

    Hamas menyebut tindakan ini sebagai bagian dari niat kolonial Israel untuk mencaplok wilayah tersebut secara de jure.

     

  • Delegasi Israel Temui Hamas di Mesir, Gencatan Senjata Berlanjut?

    Delegasi Israel Temui Hamas di Mesir, Gencatan Senjata Berlanjut?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Delegasi Israel berangkat menuju Mesir untuk melanjutkan perundingan kelanjutan gencatan senjata di Gaza antara Tel Aviv dengan milisi Palestina, Hamas, Kamis (27/2/2025). Hal ini terjadi saat gencatan senjata tahap pertama antara kedua belah pihak berakhir berakhir.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan tim Israel dijadwalkan tiba pada Kamis malam di Kairo. Pengumuman itu dibuat sehari setelah Hamas menyerahkan jenazah empat sandera Israel dalam gelombang terakhir sesuai kesepakatan gencatan senjata awal.

    Dari sisi Israel, 600 tahanan Palestina yang seharusnya dibebaskan selama akhir pekan dibebaskan pada Rabu malam, 46 di antaranya adalah wanita dan anak-anak. Beberapa anggota tubuhnya diamputasi saat berada dalam tahanan Israel, dan banyak yang kurus kering.

    Tahap pertama gencatan senjata akan berakhir pada 2 Maret. Negosiasi tentang cara melaksanakan tahap kedua, yang akan berujung pada akhir perang secara permanen, seharusnya sudah dimulai beberapa minggu lalu, tetapi telah berulang kali ditunda karena gencatan senjata yang rapuh itu telah berubah dari satu krisis ke krisis lainnya.

    Kedua belah pihak saling menuduh pihak lain berulang kali melanggar perjanjian, yang sempat menghentikan pertempuran selama 15 bulan. Di sisi lain, Israel terus melancarkan aksi militernya ke wilayah lain di Palestina, Tepi Barat, yang saat ini dalam pendudukan Negeri Zionis itu.

    Israel sendiri mengklaim menginginkan perpanjangan tahap pertama dari kesepakatan tersebut dalam perundingan yang diperbarui. Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, mengatakan kepada wartawan bahwa delegasi akan melakukan perjalanan ke Mesir untuk melihat apakah ada titik temu untuk merundingkan perpanjangan.

    “Kami mengatakan kami siap untuk memperpanjang kerangka kerja dengan imbalan membebaskan lebih banyak sandera. Jika memungkinkan, kami akan melakukannya,” katanya dikutip The Guardian.

    Jajak pendapat menunjukkan bahwa sebagian besar warga Israel mendukung gencatan senjata untuk membebaskan 59 sandera yang tersisa, setidaknya 39 di antaranya diyakini telah tewas.

    Namun, Netanyahu enggan berkomitmen pada tahap kedua gencatan senjata karena tekanan dari sebagian besar pemerintahan sayap kanannya untuk memenuhi tujuan perang yang dinyatakan yaitu ‘kemenangan total’ atas Hamas. Bahkan, mitranya di koalisi mengancam akan meruntuhkan pemerintahan jika Israel tidak kembali berperang.

    Di sisi lain, dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, Hamas menyatakan siap untuk memulai pembicaraan pada tahap kedua. Mereka menyebut bahwa satu-satunya cara sandera yang tersisa di Gaza akan dibebaskan adalah melalui “komitmen pada gencatan senjata”.

    The Associated Press melaporkan pada Kamis bahwa pejabat Israel mengkonfirmasi bahwa negara itu tidak akan menarik pasukannya dari zona perbatasan Gaza-Mesir, sesuai dengan perjanjian gencatan senjata. Hal ini pun dapat membahayakan masa depan gencatan senjata.

    Pada tahap kedua kesepakatan tersebut, yang durasinya tidak pasti, Israel seharusnya menarik pasukannya sepenuhnya dari Gaza, yang pada dasarnya mengakhiri perang, dan pembicaraan tentang tata kelola masa depan jalur tersebut harus dimulai. Rekonstruksi akan dimulai pada tahap ketiga, tetapi ada perbedaan besar di kedua belah pihak tentang masa depan Gaza.

    Hamas mengatakan bersedia menyerahkan kendali Jalur Gaza kepada warga Palestina lainnya, tetapi para pemimpinnya menolak untuk mengasingkan diri. Israel menegaskan bahwa mereka tidak akan mengizinkan Hamas atau Otoritas Palestina yang berpusat di Tepi Barat untuk mengelola wilayah tersebut saat perang berakhir.

    Perang terbaru Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober 2023 setelah serangan Hamas ke sejumlah daerah di Negeri Yahudi itu. Sekitar 1.200 orang tewas dan 250 orang Israel disandera dalam serangan tersebut.

    Di sisi lain, serangan balik Israel telah menewaskan 48.000 orang di Gaza. Selain itu, serbuan Tel Aviv juga membuat hampir 75% infrastruktur di wilayah pesisir Palestina itu hancur.

     

    (luc/luc)

  • Pria Palestina Tabrakkan Mobilnya ke Kerumunan di Israel, 13 Orang Luka

    Pria Palestina Tabrakkan Mobilnya ke Kerumunan di Israel, 13 Orang Luka

    Jakarta

    Kepolisian Israel mengatakan seorang pria Palestina menabrakkan mobilnya ke kerumunan orang di halte bus di wilayah utara negara itu. Akibatnya, 13 warga sipil terluka dalam insiden yang terjadi pada Kamis (27/2) sore waktu setempat. Kepolisian Israel menyebut insiden itu sebagai serangan “teroris”.

    “Pukul 16:17 hari ini, layanan darurat Polisi Israel menerima laporan tentang serangan tabrak di Persimpangan Karkur, di mana sebuah kendaraan menabrak beberapa warga sipil yang sedang menunggu di halte bus,” kata polisi Israel dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Jumat (28/2/2025).

    Petugas tanggap darurat Israel, Magen David Adom, mengatakan sebuah tim merawat orang-orang yang terluka di lokasi kejadian, termasuk seorang gadis berusia 17 tahun yang berada dalam kondisi kritis.

    Polisi mengatakan 13 orang termasuk seorang polisi terluka, dan dua dari mereka berada dalam kondisi “serius”.

    Tersangka adalah “seorang warga Palestina berusia 53 tahun dari daerah Jenin, (yang) tinggal di Israel secara tidak sah bersama keluarganya”, demikian menurut pernyataan polisi Israel.

    “Perihal keberadaannya di Israel sedang diselidiki,” kata polisi, seraya menambahkan bahwa “temuan awal menunjukkan bahwa ia sengaja menargetkan warga sipil yang menunggu di halte bus”.

    Militer Israel telah melancarkan serangan besar-besaran awal tahun ini di wilayah utara Tepi Barat, mengerahkan tank-tank ke wilayah yang diduduki tersebut untuk pertama kalinya dalam 20 tahun.

    Dinamai “Tembok Besi” oleh militer Israel, operasi itu dilakukan beberapa hari setelah gencatan senjata diberlakukan di Gaza.

    Operasi militer Israel itu telah menjangkau beberapa kamp pengungsi di dekat kota Jenin, Tulkarem, dan Tubas.

    Diketahui bahwa operasi militer biasa terjadi di kamp pengungsi Jenin, yang menjadi benteng militansi Palestina.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Berlakukan Pembatasan Keamanan di Al-Aqsa Selama Ramadan

    Israel Berlakukan Pembatasan Keamanan di Al-Aqsa Selama Ramadan

    Yerusalem

    Pemerintah Israel mengumumkan akan menerapkan apa yang disebutnya sebagai “pembatasan keamanan” di kompleks Masjid Al-Aqsa yang ada di Kota Tua, Yerusalem, selama bulan suci Ramadan, yang akan dimulai pada akhir pekan.

    Ratusan ribu warga Palestina, seperti dilansir AFP, Jumat (28/2/2025), datang ke kompleks Masjid Al-Aqsa untuk menjalankan salat selama Ramadan. Kompleks Masjid Al-Aqsa, merupakan situs tersuci ketiga dalam Islam, terletak di Yerusalem Timur yang diduduki dan dianeksasi Israel.

    Tahun ini, bulan suci Ramadan bertepatan dengan gencatan senjata Gaza yang rapuh, yang menghentikan sebagian besar pertempuran antara Israel dan Hamas setelah perang dahsyat menewaskan puluhan ribu orang di daerah kantong Palestina tersebut.

    “Pembatasan yang biasa dilakukan demi keselamatan publik akan diberlakukan seperti yang terjadi setiap tahun,” kata juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, dalam pengarahan online kepada wartawan.

    Tahun lalu, di tengah perang Gaza, pemerintah Israel memberlakukan pembatasan terhadap pengunjung yang datang ke Al-Aqsa, khususnya bagi warga Palestina yang datang dari Tepi Barat.

    Hanya pria berusia 55 tahun ke atas dan wanita berusia 50 tahun ke atas yang diizinkan memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa “untuk alasan keamanan”. Sementara ribuan polisi Israel dikerahkan di seluruh area Kota Tua, Yerusalem.

    Mencer mengindikasikan dalam pernyataannya bahwa tindakan pencegahan akan diambil lagi tahun ini.

    “Tentu saja, yang tidak akan kami biarkan dan tidak akan disetujui oleh negara mana pun adalah orang-orang yang berusaha memicu kekerasan dan serangan terhadap orang lain,” katanya, tanpa merinci soal pengerahan polisi tahun ini.

    Kompleks Masjid Al-Aqsa merupakan simbol identitas nasional Palestina.

    Namun kompleks suci itu juga merupakan tempat tersuci bagi agama Yahudi, yang menyebutnya sebagai Temple Mount. Berdasarkan konvensi lama, umat Yahudi diperbolehkan berkunjung tetapi tidak diizinkan berdoa di kompleks suci tersebut.

    Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak ultranasionalis Yahudi yang menentang aturan tersebut, termasuk politisi sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir yang secara terang-terangan berdoa di kompleks Al-Aqsa saat menjabat Menteri Keamanan Nasional tahun 2023-2024.

    Pemerintah Israel telah berulang kali menegaskan akan mempertahankan status quo di kompleks suci itu. Namun kekhawatiran warga Palestina mengenai masa depan Al-Aqsa telah menjadikannya titik rawan kekerasan.

    Tahun lalu, Tel Aviv mengizinkan umat Muslim menjalankan salat di Masjid Al-Aqsa dalam jumlah yang sama seperti tahun sebelumnya meskipun perang berkecamuk di Jalur Gaza.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Penyelidikan Terbaru: Blunder Besar Israel, IDF Abaikan 5 Sinyal Serangan Hamas 7 Oktober – Halaman all

    Penyelidikan Terbaru: Blunder Besar Israel, IDF Abaikan 5 Sinyal Serangan Hamas 7 Oktober – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hasil penyelidikan terbaru oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengungkap. militer Israel melakukan blunder besar menjelang serangan Hamas tanggal 7 Oktober 2023.

    IDF sebenarnya sudah melihat lima tanda aktivitas tak biasa yang dilakukan Hamas pada malam sebelum serangan. Namun, IDF justru memilih untuk mengabaikannya karena meyakini aktivitas itu bukanlah sinyal akan adanya serangan Hamas dalam waktu dekat.

    Menurut hasil penyelidikan, keputusan yang diambil IDF pada malam antara 6 dan 7 Oktober didasarkan pada kajian yang salah tentang Hamas selama bertahun-tahun. Akibatnya begitu besar, yakni para pejabat di semua tingkat gagal memberikan peringatan serangan.

    The Times of Israel melaporkan setidaknya ada lima sinyal yang menunjukkan aktivitas tak biasa Hamas. 

    Beberapa aktivitas itu juga punya alternatif penjelasan dan tidak dianggap cukup kuat untuk memberikan tanda bahwa akan ada serangan.

    Namun, di samping itu ada pula sinyal, Hamas sedang mempertahankan aktivitas rutinnya seperti biasa.

    Salah satu hal yang tak biasa atau anomali adalah adanya beberapa SIM card Israel di tangan pasukan Nukhba milik Hamas. Empat lainnya masih dirahasiakan.

    Masing-masing tanda tidak mengindikasikan hal yang sangat penting di IDF. Sebelumnya, beberapa di antaranya sudah pernah muncul.

    Namun, banyaknya kemunculan tanda itu merupakan hal yang tidak biasa. Oleh karena itu, para perwira intelijen Israel melakukan banyak pengecekan pada malam sebelum serangan.

    Setelah ada pengecekan, sejumlah tanda itu diabaikan, sedangkan yang lainnya tetap terbuka untuk diselidiki. Tidak ada satu pun perwira Israel yang menafsirkan tanda-tanda itu sebagai sinyal serangan dalam waktu dekat.

    Penyelidikan mendapati ada data intelijen lainnya yang sebenarnya bisa digunakan untuk melakukan penyelidikan. Data itu sudah sampai kepada para perwira senior, sedangkan yang lainnya tidak mengetahuinya.

    Seandainya gambaran besar data intelijen itu sudah dilihat oleh para perwira tertinggi, barangkali mereka akan meningkatkan level peringatan tentang serangan Hamas.

    IDF kemudian menyebutkan alasan peringatan itu tidak disampaikan meski sudah ada tanda-tanda serangan.

    1. Anggapan Israel sedang dalam periode tenang dengan Hamas di Gaza. Hamas dianggap memfokuskan serangan di Tepi Barat.

    2. Kurangnya rapat untuk kajian intelijen tentang perkembangan situasi.

    3. Tanggung jawab penyelidikan bidang peringatan dini tidak dibagi-bagi dengan tepat. Hal itu menyebabkan tumpang tindih di antara satuan intelijen. Akibatnya, tidak ada mekanisme pengawasan dan beberapa satuan kehilangan informasi penting.

    4. Berlimpahnya data di Direktorat Intelijen memunculkan situasi ketika tidak ada satu perwira yang memiliki gambaran penuh tentang semua informasi yang relevan.

    5. Budaya kerja yang di dalamnya pusat komando berfokus pada sistem komunikasi terenkripsi yang canggih untuk mengumpulkan informasi, ketimbang melakukan kerja intelijen nyata.

    6. Kesalahpahaman tanda-tanda itu tidak mengindikasikan sesuatu yang akan terjadi dalam waktu dekat. Hal itu membuat tindakan dan kajian dijadwalkan dilakukan pada pagi hari, bukan pada saat itu juga.

    Serangan terjadi dalam tiga gelombang

    Berdasarkan hasil penyelidikan IDF, terdapat tiga gelombang dalam serangan Hamas. Pada setiap gelombang terdapat roket yang ditembakkan.

    1. Gelombang pertama terjadi pukul 06.20 hingga 07.00 dan melibatkan 1.175 personel pasukan Nukhba milik Hamas. Pada saat yang bersamaan terdapat 1.406 roket yang ditembakkan. Kebanyakan menyasar pangkalan militer Israel dan kota-kota di perbatasan.

    Hamas berfokus menyerang pos perbatasan IDF lalu berupaya menuju fasilitas penting di Israel selatan, termasuk Pangkalan Reim yang menjadi markas Divisi Gaza.

    2. Gelombang dua berlangsung antara pukul 07.00 dan 09.00 dan melibatkan sekitar 600 personel Nukhba. Pada saat itu ada 937 roket yang ditembakkan. Hamas memfokuskan pemukiman di perbatasan Israel, kemudian berencana masuk lebih dalam ke fasilitas militer penting, termasuk Pangkalan Udara Israel.

    3. Gelombang ketiga terjadi antara pukul 09.00 dan 16.00. Terdapat sekitar 435 personel Nukhba. Ada 1.084 roket yang ditembakkan. Mereka berada di sana untuk membantu dua gelombang sebelumnya.

    Sebanyak 1.200 orang di Israel tewas dalam serangan itu. Lalu, ada 251 orang yang diculik oleh Hamas.

    (*)

  • Delegasi Israel ke Kairo, Hamas Sekali Lagi Bikin Zionis Tak Punya Pilihan Selain Berunding – Halaman all

    Delegasi Israel ke Kairo, Hamas Sekali Lagi Bikin Zionis Tak Punya Pilihan Selain Berunding – Halaman all

    Delegasi Israel ke Kairo, Hamas Sekali Lagi Sukses Bikin Zionis Tak Punya Pilihan Selain Berunding

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, Kamis (27/2/2025) mengeluarkan pernyataan terkait situasi konflik yang terjadi di Jalur Gaza.

    Pada pernyataan itu, Hamas menegaskan kembali komitmennya terhadap perjanjian gencatan senjata Gaza, dengan mengatakan upaya Israel untuk menghalangi pembebasan tahanan telah gagal.

    Israel membebaskan 596 tahanan Palestina semalam setelah Hamas menyerahkan jenazah empat tawanan Israel. Tel Aviv juga diperkirakan akan membebaskan 46 tahanan Palestina pada hari Kamis.

    “Kami melakukan pembebasan tahanan heroik kami bersamaan dengan penyerahan sisa-sisa tawanan musuh (Zionis) untuk mencegah pendudukan (Israel) terus menghindari persyaratan perjanjian,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan dilansir Anews.

    Israel diketahui memang sempat mengulur pembebasan ratusan tahanan Palestina dalam putaran ketujuh pertukaran sandera-tahanan dalam kerangka tahap pertama (Fase I) Gencatan Senjata yang akan berakhir pada Sabtu (28/2/2025).

    Manuver Israel itu diiringi ancaman kalau gencatan senjata bisa sewaktu-waktu berhenti dan perang Gaza bisa dimulai kapan saja.

    Namun, dengan pembebasan tahanan Palestina ini, Hamas mengklaim kalau Israel sekali lagi tidak punya pilihan kecuali untuk berunding.

    “Upaya Israel untuk menghalangi pembebasan tahanan kami telah gagal. Musuh tidak punya pilihan lain selain memulai negosiasi tahap kedua” dari perjanjian tersebut, tambahnya.

    Kelompok Perlawanan Palestina itu menegaskan komitmennya terhadap kesepakatan gencatan senjata dan kesiapan untuk memulai negosiasi tahap kedua.

    “Satu-satunya cara untuk membebaskan tawanan pendudukan di Gaza adalah melalui negosiasi dan kepatuhan terhadap apa yang telah disepakati,” tegasnya.

    “Setiap upaya oleh (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu dan pemerintahannya untuk membatalkan atau menghalangi perjanjian tersebut hanya akan menyebabkan lebih banyak penderitaan bagi para tawanan (sandera Israel) dan keluarga mereka.”

    Sejauh ini, 25 tawanan Israel dan delapan jenazah sandera Israel telah dikembalikan dari Gaza sebagai imbalan atas ratusan tahanan Palestina di bawah tahap pertama gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pertukaran tahanan.

    Perjanjian tersebut, yang mulai berlaku pada 19 Januari, menghentikan perang destruktif Israel di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 48.300 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan meninggalkan daerah kantong itu dalam reruntuhan.

    Israel memperkirakan bahwa 59 sandera masih ditawan di Gaza, dengan sedikitnya 20 di antaranya masih hidup, dan mereka diperkirakan akan dibebaskan pada fase kedua gencatan senjata, yang mengharuskan Israel menarik pasukannya sepenuhnya dari Gaza dan mengakhiri perang secara permanen.

    KONDISI MEMPRIHATINKAN – Sejumlah tahanan Palestina yang dibebaskan Israel dilaporkan berada dalam kondisi terluka dan memprihatinkan saat tiba dengan bus di Rumah Sakit Eropa di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 27 Februari 2025. Pembebasan ini dilakukan Israel setalah Hamas kembali menyerahkan empat jenazah sandera Israel.

    Kondisi Parah Para Tahanan Palestina yang Dibebaskan Israel

    Israel pada Kamis ini membebaskan 596 warga Palestina yang ditahan di penjara sebagai bagian dari pertukaran ketujuh di bawah gencatan senjata Gaza dan kesepakatan tahanan-sandera dengan Hamas .

    Peristiwa ini terjadi setelah kelompok Palestina menyerahkan jasad empat sandera Israel kepada Palang Merah .

    Menurut kantor berita resmi Palestina Wafa, 37 warga Palestina dibebaskan di Ramallah, Tepi Barat yang diduduki tengah dan lima di Yerusalem Timur.

    Seorang tahanan yang diterima oleh Bulan Sabit Merah Palestina, dalam keadaan koma, dipindahkan ke sebuah rumah sakit di Tepi Barat.

    Sebanyak 456 warga Palestina dibebaskan dan dipindahkan ke Jalur Gaza, menurut Saleh Al-Hams, direktur keperawatan di Rumah Sakit Eropa Gaza di Khan Younis.

    “Para tahanan berada dalam kondisi sangat kurus kering, beberapa di antaranya tidak dapat berjalan karena pemukulan dan penyiksaan hebat yang mereka alami,” kata Hams.

    Ia menambahkan bahwa “sebagian besar tahanan menderita penyakit kulit, dan satu kasus dirawat di rumah sakit semalam karena fibrosis paru-paru.”

    Pejabat kesehatan mencatat bahwa di antara yang dibebaskan terdapat 15 staf kesehatan, yang ditahan dari rumah sakit selama perang Israel di Gaza.

    Menurut Hamas, 11 dari mereka yang dibebaskan ke Jalur Gaza adalah tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup atau jangka panjang yang telah ditangkap sebelum 7 Oktober 2023, sementara yang lainnya ditahan oleh tentara Israel di Gaza setelah itu.

    Hamas menambahkan bahwa 97 tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup atau hukuman jangka panjang juga dideportasi ke Mesir.

    Amani Sarahneh dari Masyarakat Tahanan Palestina mengatakan kepada Anadolu bahwa otoritas Israel telah memblokir pembebasan 46 tahanan anak-anak dan wanita.

    Ia menambahkan bahwa otoritas Israel menunda pembebasan mereka sampai verifikasi penuh atas jenazah yang diterima dari Gaza.

    Dengan pemindahan empat jenazah lagi pada Rabu malam, Hamas menyelesaikan pembebasan 33 warga Israel, termasuk delapan jenazah, di bawah fase pertama, 42 hari gencatan senjata yang berakhir akhir pekan ini.

    Delegasi Israel ke Kairo

    Terkait dengan negosiasi tahap II gencatan senjata Gaza, Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar mengatakan pada hari Kamis bahwa delegasi Israel akan pergi ke Kairo untuk melihat apakah ada titik temu untuk dinegosiasikan.

    Pada tahap pertama gencatan senjata, Mesir bersama Qatar dan campur tangan Amerika Serikat (AS) menjadi mediator gencatan senjata Hamas-Israel dalam kerangka pertukaran sandera Israel dan tahanan Palestina.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya menginstruksikan delegasi negosiasinya untuk berangkat ke Kairo pada Kamis untuk melanjutkan perundingan gencatan senjata Gaza, kantornya mengatakan dalam sebuah pernyataan.

    Langkah ini menunjukkan kalau niat Tel Aviv melanjutkan perang di Gaza untuk menuntaskan target perang yang belum tercapai, mulai memudar.

    Selama agresi militer 15 bulan di Gaza, militer Israel (IDF) belum mampu memenuhi tujuan perang, yaitu memberangus Hamas dan mengembalikan sandera Israel yang ditahan Hamas di Gaza.

    Meski telah melakukan bombardemen buta, Israel nyatanya harus melalui perundingan untuk mendapatkan warga negara mereka kembali dari tangan Hamas.

    Sebaliknya, November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

    (oln/anews/*)

     

  • Tak Berguna, Kota Ini Kosong

    Tak Berguna, Kota Ini Kosong

    PIKIRAN RAKYAT – Gencatan senjata di Gaza menimbulkan serangan Israel dibelokkan ke arah Tepi Barat yang diduduki, salah satunya kota Jenin. Terbaru, Perdana Menteri Israel Penjajah kirim tiga tank Israel masuk ke kota tersebut.

    Tank tempur sudah berkeliaran sejak Senin. Sambil merekam, warga Palestina Ahmed al-Amouri (56) mengirimkan pesan pada Netanyahu. Ia mengenang, terakhir kali tank muncul di sana lebih dari dua dekade lalu, ketika Israel Penjajah berusaha menghancurkan Intifada kedua tahun 2002.

    Ia bergabung dengan orang-orang yang menonton dan berswafoto di depan kendaraan lapis baja itu, bahkan ikut melemparkan batu ke arah tank saat mereka memasuki Jenin.

    “Tidak ada gunanya membawa tank itu sampai ke sini. Kota ini kosong!” kata ayah dari lima anak tersebut, dikutip dari Al Jazeera, Kamis, 27 Februari 2025.

    “Saya dan ribuan orang lainnya sudah diusir, dan kecuali mereka bertarung melawan iblis mereka sendiri, mereka tidak akan menemukan siapa pun di kamp yang bisa diajak bertarung,” ujarnya menambahkan.

    Ia mengikuti tank-tank tersebut dari Wad Burkeen, desa tempatnya tinggal sekarang, sekitar 10 menit berjalan kaki dari kediamannya di kamp Jenin, yang secara terpaksa ia tinggalkan bersama 14 anggota keluarganya sejak 26 Januari.

    Kamp pengungsi di Tepi Barat sejatinya telah menampung ribuan warga Palestina, yang nenek moyangnya diusir oleh kelompok Zionis untuk memberi jalan bagi deklarasi negara Israel pada tahun 1948.

    Selama bertahun-tahun, perlawanan bersenjata muncul di sana. Pada tahun 2002, saat tank-tank Israel meratakan gang-gang di kamp-kamp ini, para pejuang siap dengan jebakan dan serangan mendadak.

    Namun, saat tiga tank memasuki Jenin minggu ini dan diparkir di kawasan Al-Jabriyat, tidak ada perlawanan sama sekali. Jenin tak ubahnya kota mati.

    Politik, Bukan Taktik

    Pengerahan tank ini terjadi setelah lebih dari sebulan serangan Israel di Tepi Barat yang diduduki. “Operasi Tembok Besi” itu dimulai tepat setelah gencatan senjata tercapai di Gaza.

    Menurut para analis, motivasi Israel lebih bersifat politik daripada keamanan, dilihat sebagai langkah untuk meredakan kemarahan politisi sayap kanan Israel yang kesal dengan gencatan senjata tersebut.

    Serangan di Tepi Barat telah menewaskan sedikitnya 61 orang dan mengungsi lebih dari 40.000 orang sejak akhir Januari.

    “Perang di Gaza dan sekarang di Tepi Barat adalah bagian dari strategi hukuman kolektif Israel,” kata anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Wasel Abu Yousef.

    Menurutnya, langkah ini akan membuka jalan bagi pembangunan pemukiman ilegal Israel yang lebih banyak lagi.

    “Penghancuran kota-kota Palestina dan pengusiran penduduk adalah taktik politik yang dirancang untuk memperketat cengkeraman Israel di wilayah yang diduduki,” tutur dia. ****

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Pengamat: Netanyahu Merasa Dipermalukan karena Hamas Masih Bertahan – Halaman all

    Pengamat: Netanyahu Merasa Dipermalukan karena Hamas Masih Bertahan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Jasad empat tawanan Israel diserahkan oleh Hamas pada Kamis (27/2/2025) pagi, waktu setempat.

    Penyerahan itu, diikuti pembebasan 600 tahanan Palestina ke Tepi Barat, yang seharusnya dipulangkan pekan lalu.

    Presiden Israel Isaac Herzog mengatakan bahwa identitas keempat jenazah tawanan itu telah diverifikasi.

    Kini, fase pertama gencatan senjata tahap pertama antara Israel dan Hamas pada dasarnya sudah selesai.

    Namun, Antony Loewenstein, seorang jurnalis dan penulis asal Sydney, mengaku merasa khawatir dengan tahap selanjutnya.

    “Saya merasa cemas dengan tahap berikutnya, karena banyak laporan di media Israel yang menunjukkan bahwa Netanyahu dan lingkungannya tidak tertarik untuk melanjutkan ke tahap kedua, apalagi tahap ketiga,” kata Loewenstein kepada Al Jazeera.

    “Tahap ketiga, di akhir kesepakatan ini, seharusnya mencakup penarikan penuh seluruh pasukan Israel dari Gaza,” tambahnya.

    “Saya senang pertukaran tawanan ini terjadi, namun saya yakin Netanyahu merasa dipermalukan karena Hamas masih bertahan.”

    “Mereka masih memiliki pejuang, kekuatan, dan mengendalikan sebagian besar wilayah Gaza.”

    “Ketika kekaisaran merasa marah, mereka sering kali merespons dengan cara yang sangat kejam dan tidak masuk akal.”

    “Kita sudah melihat hal serupa di Irak dan Afghanistan selama 20 tahun terakhir.”

    “Saya rasa itulah yang mungkin akan kita lihat di Gaza dan daerah lain dalam beberapa bulan dan tahun ke depan,” ujar Loewenstein.

    Tahap Kedua Gencatan Senjata Akan Lebih Sulit

    Sementara itu, Stephen Zunes, direktur studi Timur Tengah di Universitas San Francisco, menyatakan kelegaannya setelah pertukaran tawanan dan tahanan berhasil dilakukan sepenuhnya.

    “Namun, fase kedua akan jauh lebih sulit, mengingat kecenderungan Israel untuk mempertahankan wilayah yang telah mereka kuasai,” ujarnya kepada Al Jazeera.

    “Sebagai contoh, mereka menolak mundur dari Lebanon dan memperluas pendudukan di Suriah,” tambah Zunes.

    Ia juga menilai, Netanyahu mungkin menunda mengakhiri perang sepenuhnya untuk menghindari tekanan politik dan pemilu.

    “Masalah utama adalah tidak ada harapan bahwa pemerintahan Trump akan menekan Netanyahu untuk berkompromi.”

    “Trump kemungkinan akan mendukung perang ini tanpa protes, jadi mungkin masyarakat sipil Israel dan tekanan internasionallah yang dapat mendorong perubahan,” tambah Zunes.

    Hamas Siap Bahas Fase Berikutnya Gencatan Senjata

    Dalam perkembangan terbaru, Hamas menyatakan, siap untuk merundingkan fase berikutnya dari gencatan senjata di Jalur Gaza, setelah pertukaran tawanan hari ini, Kamis (27/2/2025), menurut laporan AP News.

    Pertukaran ini, adalah yang terakhir yang disepakati kedua belah pihak sebagai bagian dari gencatan senjata yang akan berakhir akhir pekan ini.

    Negosiasi fase kedua, di mana Hamas akan membebaskan lebih banyak sandera dengan imbalan tahanan tambahan serta gencatan senjata yang lebih panjang, belum dimulai.

    Hamas menyatakan, satu-satunya cara Israel dapat mengamankan pembebasan sandera yang tersisa adalah melalui negosiasi dan mematuhi perjanjian.

    Hamas juga memperingatkan bahwa upaya untuk menarik kembali kesepakatan hanya akan memperburuk penderitaan para tawanan dan keluarga mereka.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Tepi Barat yang Bisa Menjadi ‘Gaza Baru’ di Palestina

    Tepi Barat yang Bisa Menjadi ‘Gaza Baru’ di Palestina

    PIKIRAN RAKYAT – Lembaga Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) prihatin dengan kondisi masyarakat di Tepi Barat atau West Bank, Palestina.

    Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini mengatakan orang-orang yang berada di Tepi Barat mengalami dampak buruk imbas serangan Israel di wilayah tersebut sejak 5 minggu lalu. 

    Lazzarini mengatakan 60 orang termasuk anak-anak tewas imbas agresi Israel. Selain itu, infrastruktur publik juga mengalami kehancuran dan bisa mengganggu aktivitas warga.

    “Kehidupan masyarakat berubah drastis, trauma dan kehilangan kembali menghantui. Sekitar 40.000 orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka, terutama di kamp pengungsian di wilayah utara,” ujarnya dilaporkan kantor berita Palestina, WAFA.

    Tak hanya itu, Israel juga telah membatasi aktivitas warga Palestina di Tepi Barat. Hal ini menimbulkan ketakutan, ketidakpastian, dan kesedihan.

    “Lebih dari 5.000 anak yang biasanya bersekolah di sekolah UNRWA telah kehilangan kesempatan pendidikan, beberapa di antaranya telah kehilangan kesempatan pendidikan selama lebih dari 10 minggu,” katanya.

    Belum lagi, pasien-pasien yang dirawat tidak dapat mengakses layanan kesehatan. Juga, warga yang tinggal di Tepi Barat tidak mendapatkan air, listrik, dan layanan dasar lainnya.

    Saat ini semakin banyak orang yang bergantung pada bantuan kemanusiaan di tengah lembaga-lembaga bantuan kewalahan dan sangat kekurangan sumber daya.

    “Tim UNRWA kami melacak orang-orang yang mengungsi dan terus menyediakan mereka makanan yang sangat dibutuhkan, perawatan kesehatan, dan kebutuhan dasar untuk menjaga mereka tetap hangat,” tutur pejabat PBB tersebut.

    Lazzarini menyebut Tepi Barat saat ini tengah menjadi medan perang dan bisa saja menjadi ‘Gaza Baru’ jika melihat situasi yang ada.

    “Warga Palestina adalah yang paling menderita. Ini harus diakhiri,” katanya.

    Prihatin

    Melihat situasi terkini di Tepi Barat, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menyatakan keprihatinan dengan kondisi yang ada.

    “Komite Palang Merah Internasional sangat prihatin dengan dampak operasi keamanan yang sedang berlangsung terhadap penduduk sipil di Jenin dan Tulkarem, Tubas dan lokasi lain di Tepi Barat utara,” kata ICRC dalam sebuah pernyataan dilaporkan Anadolu.

    Operasi yang dilakukan Israel telah menyebabkan warga sipil mengungsi. Tak hanya itu, warga Palestina juga dihadapkan situasi sulit dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti air bersih, makanan, perawatan medis, dan tempat tinggal.

    Tentara Israel melancarkan operasi militer di Tepi Barat utara sejak bulan lalu, menewaskan sedikitnya 60 orang dan membuat ribuan orang mengungsi.

    Itu merupakan serangan militer Israel terbaru dalam eskalasi yang sedang berlangsung di Tepi Barat, di mana sedikitnya 923 warga Palestina tewas dan hampir 7.000 orang terluka dalam serangan tentara Israel dan pemukim ilegal sejak dimulainya serangan Israel terhadap Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023.

    Mahkamah Internasional pada Juli mengatakan bahwa pendudukan lama Israel atas wilayah Palestina adalah ilegal, dan menuntut evakuasi semua pemukiman Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Hamas Serahkan Jenazah 4 Sandera, Israel Bebaskan 600 Tahanan Palestina

    Hamas Serahkan Jenazah 4 Sandera, Israel Bebaskan 600 Tahanan Palestina

    Jakarta

    Hamas menyerahkan jenazah empat sandera Israel sembari menunggu pembebasan ratusan tahanan Palestina oleh Israel sebagai balasannya. Hal ini menandai pertukaran terakhir dalam tahap pertama gencatan senjata.

    Dilansir Reuters dan AFP, Kamis (27/2/2025), gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari lalu dan sebagian besar telah terlaksana, meskipun mengalami banyak kemunduran. Namun, fase pertama gencatan senjata akan berakhir minggu ini dan nasib fase berikutnya, yang bertujuan untuk mengakhiri perang, masih belum jelas. Hamas mengatakan bahwa sejauh ini belum menerima proposal apa pun.

    Usai berhari-hari mengalami kebuntuan, mediator Mesir mengamankan penyerahan jenazah empat sandera terakhir dalam fase pertama gencatan senjata dan Israel diharapkan membebaskan lebih dari 600 tahanan Palestina sebagai gantinya.

    Sebelumnya, Israel sempat menolak membebaskan ratusan tahanan Palestina usai Hamas menyerahkan enam sandera dalam ‘upacara’ yang dianggap memalukan.

    Namun kini penyerahan 4 jenazah terakhir ini dilakukan secara tertutup. Hal itu agar mencegah Israel mencari dalih untuk menunda pembebasan sandera.

    “Israel menerima peti jenazah yang membawa sisa-sisa keempat sandera,” kata kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dalam sebuah keterangan.

    Keempat jenazah sandera itu teridentifikasi sebagai Tsachi Idan, Itzhak Elgarat, Ohad Yahalomi, dan Shlomo Mantzur. Jenazah tersebut sedang menjalani identifikasi awal di wilayah Israel.

    “Pemberitahuan resmi akan diberikan kepada keluarga para sandera setelah prosesnya selesai,” kata kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan.

    Israel akan melakukan pemeriksaan forensik lengkap untuk menentukan penyebab kematian keempat sandera terakhir.

    Tahanan Palestina Dibebaskan

    Sementara itu, tahanan Palestina yang akan dibebaskan termasuk 445 pria dan 24 wanita dan anak di bawah umur yang ditangkap di Gaza, serta 151 tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup karena serangan mematikan terhadap warga Israel. Data tersebut berdasarkan sumber Hamas.

    Tahanan Palestina yang dibebaskan dibawa menggunakan bus dari penjara Ofer Israel di Tepi Barat yang diduduki. Bus tersebut tiba di kota Palestina Ramallah beberapa menit kemudian.

    Tahanan Palestina yang dibebaskan lalu turun dari bus diiringi sorak-sorai dari ratusan orang yang berkumpul di luar. Beberapa pria yang dibebaskan mengenakan jaket hijau dan keffiyeh diangkat tinggi-tinggi oleh kerumunan.

    Bus yang membawa mantan tahanan Palestina, yang dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran sandera-tahanan ketujuh, tiba di wilayah Palestina (Foto: AFP/ZAIN JAAFAR)

    Namun tidak jelas kapan tahanan berikutnya akan dibebaskan.

    Tahap pertama gencatan senjata mencakup pertukaran total 33 sandera Israel dengan sekitar 2.000 tahanan Palestina, dan penarikan pasukan Israel dari beberapa posisi di Gaza serta masuknya bantuan.

    Namun dengan berakhirnya gencatan senjata selama 42 hari pada hari Sabtu, masih belum jelas apakah perpanjangan yang dapat membebaskan lebih banyak dari 59 sandera yang tersisa akan terjadi atau apakah negosiasi dapat dimulai pada tahap kedua kesepakatan tersebut.

    Lihat juga Video: Hamas Serahkan 4 Jenazah Sandera Israel Lewat Palang Merah Internasional

    (yld/zap)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu