Negara: Tepi Barat

  • Shin Bet Akui Gagal Cegah Operasi Banjir Al-Aqsa 7 Oktober, Ronen Bar akan Mengundurkan Diri – Halaman all

    Shin Bet Akui Gagal Cegah Operasi Banjir Al-Aqsa 7 Oktober, Ronen Bar akan Mengundurkan Diri – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Shin Bet, badan keamanan dalam negeri Israel, mengakui kegagalannya dalam mencegah serangan besar yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, yang dikenal dengan nama Operasi Banjir Al-Aqsa.

    Dalam laporan internalnya, Shin Bet mengungkapkan mereka gagal membaca tanda-tanda peringatan yang mengindikasikan bahwa serangan besar oleh Hamas akan terjadi.

    Mereka juga mengakui keliru dalam mempercayai kalau Hamas tidak menginginkan perang habis-habisan.

    Serangan tersebut menyebabkan lebih dari 1.200 orang Israel tewas dan lebih dari 250 orang lainnya disandera oleh Hamas, Daily Maverick melaporkan.

    Shin Bet mengungkapkan jika mereka bertindak berbeda dalam beberapa tahun terakhir, serangan ini mungkin bisa dicegah.

    Laporan tersebut menyebutkan kegagalan ini merupakan sebuah pelajaran pahit yang akan diingat oleh Shin Bet sebagai standar yang sangat buruk bagi mereka.

    Kepala Shin Bet Mundur dari Jabatannya

    Ronen Bar, Kepala Shin Bet, sangat menyesali kejadian tersebut, Al Jazeera melaporkan.

    Dalam pernyataannya, Bar mengungkapkan bahwa sebagai pimpinan, ia memikul sepenuhnya tanggung jawab atas kegagalan ini dan mengakui bahwa jika pihaknya bertindak dengan lebih tepat, serangan yang merusak ini dapat dicegah.

    Bar juga menyatakan akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kegagalan Shin Bet dalam melindungi warga sipil Israel.

    Pengunduran diri Ronen Bar merupakan langkah yang cukup signifikan, mengingat posisinya sebagai kepala Shin Bet, badan yang memiliki tanggung jawab besar dalam hal keamanan dalam negeri Israel.

    Keputusan ini datang lima hari setelah militer Israel merilis laporan mereka yang juga mengakui kegagalan besar dalam merespons serangan tersebut.

    Penyelidikan militer Israel menyatakan bahwa mereka meremehkan kemampuan Hamas dan gagal melindungi rakyat Israel.

    Laporan-laporan tersebut terbit di tengah meningkatnya seruan dari pihak oposisi dan masyarakat sipil di Israel untuk menyelidiki kegagalan pemerintah dalam merespons serangan yang paling mematikan dalam sejarah Israel ini.

    Meskipun demikian, hingga saat ini, kalangan politik Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, masih menghindari penyelidikan nasional yang lebih mendalam mengenai kegagalan tersebut.

    Konflik Israel vs Hamas

    Berikut ini ringkasan perkembangan terkini konflik Israel vs Hamas:

    Para pemimpin Arab mendukung rencana Mesir untuk rekonstruksi dan pemerintahan Gaza tanpa menggusur warga Palestina.

    Negara-negara Arab juga menentang usulan kontroversial Presiden AS Donald Trump agar Washington mengambil alih Jalur Gaza.

    Hamas menyambut baik rencana lima tahun tersebut.

    Israel Kecam Rekonstruksi Gaza

    Israel mengecam usulan tersebut.

    Tel Aviv mengatakan bahwa KTT Arab gagal mengatasi realitas situasi setelah serangan 7 Oktober.

    Katanya rencana mereka untuk Gaza pascaperang tetap berakar pada perspektif yang sudah ketinggalan zaman.

    Gedung Putih mengatakan pihaknya menyambut masukan dari negara-negara Arab, tetapi Hamas tidak dapat terus memerintah Jalur Gaza.

    Pasukan Israel menembak dan menewaskan seorang pria Palestina berusia 18 tahun serta tiga orang lainnya, termasuk pejuang Hamas Isser Saadi, di wilayah pendudukan Tepi Barat.

    Militer Israel juga mengklaim telah menewaskan komandan senior Hizbullah Hashem Khader dalam serangan udara di Lebanon selatan.

    Israel terus memblokir semua pasokan ke Gaza.

    Kantor Media Pemerintah wilayah tersebut mengatakan tindakan tersebut kembali meningkatkan kemungkinan kelaparan bagi penduduk yang memang sudah mengalami kerawanan pangan.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Analis Militer Israel: Trump Pimpin Koalisi Preman, Netanyahu Potensial Dikadali – Halaman all

    Analis Militer Israel: Trump Pimpin Koalisi Preman, Netanyahu Potensial Dikadali – Halaman all

    Analis Militer Israel: Trump Pimpin Koalisi Preman, Netanyahu Potensial Dikadali
     
    TRIBUNNEWS.COM – Israel saat ini bisa jadi tengah dihinggapi euforia dan kepercayaan diri tinggi menghadapi berbagai front peperangan seiring dukungan penuh dari Amerika Serikat (AS).

    Namun, analis militer Israel, Nahum Barnea, mengingatkan, Israel, khususnya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, potensial terperangkap oleh sosok yang sejauh ini dia sanjung-sanjung, Presiden AS, Donald Trump.

    Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di media Israel, Yedioth Ahronoth, Barnea menggambarkan Donald Trump sebagai pemimpin “koalisi preman” atau “aliansi penjahat”.

    Menurutnya, koalisi para preman ini terdiri dari Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Xi Jinping.

    Barnea beralasan, ketiga sosok pemimpin negara kaya ini berupaya untuk, “Menggambar ulang lingkup pengaruh global menurut visi yang didasarkan pada kekuasaan dan ekspansi, jauh dari nilai-nilai demokrasi tradisional.”

    Sayangnya, kata Barnea, pemerintah Israel kini mendapati dirinya menjadi bagian dari aliansi ini.

    “Israel menjadi bagian dari koalisi preman ini karena diuntungkan oleh pendekatan yang dilakukan Trump dalam mengelola politik internasional, tetapi Barnea juga memperingatkan bahwa Israel mungkin dikhianati oleh perilaku Trump yang tidak menentu,” tulis Khaberni, mengulas analisis Barnea di Yedioth Ahronoth, dikutip Rabu (5/3/2025).

    ZELENSKY DIUSIR – Tangkapan layar YouTube The White House menunjukkan momen di mana Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden AS Donald Trump terlibat adu mulut di Ruang Oval Gedung Putih, Jumat (28/2/2025). Setelah terjadi adu mulut itu, Zelensky ‘diusir’ oleh Trump untuk segera meninggalkan Gedung Putih. (Tangkapan Layar YouTube The White House)

    Trump dan Aliansi Kekuasaan, Insiden Penghinaan Zelensky

    Barnea mengatakan kalau apa yang terjadi di Amerika Serikat sejak pemilu terakhir adalah “revolusi” yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam politik Amerika.

    Hal itu, kata dia, karena Trump sedang mengatur ulang prioritas, nilai-nilai, dan kebijakan, melewati aturan tradisional dalam hubungan dalam dan luar negeri.

    Trump yang mengusung tagline ‘Make America Great Again’, digambarkan menabrak semua aturan dan etika dalam pemerintahan baik di lingkup nasional maupun internasional.

    “Barnea menunjukkan, lembaga politik Amerika dan juga masyarakat internasional berada dalam keadaan terguncang karena pendekatan (pola dan cara) Trump yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata ulasan tersebut.

    Sang analis militer mengemukakan dua teori untuk menjelaskan perilaku presiden AS tersebut saat ini.

    “Sebagian percaya bahwa gerakannya (Trump) yang keras hanyalah taktik negosiasi untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih baik, sementara yang lain percaya bahwa ia (Trump) sedang membawa Amerika dan dunia menuju bencana, dan mungkin menuju perang dunia ketiga,” kata Barnea dari ulasan tersebut.

    Barnea mencontohkan pertemuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan Trump di Gedung Putih, yang dianggapnya sebagai penghinaan yang disengaja.

    Menurut CNN, ketika Trump menyambut Zelensky keluar dari mobilnya dengan mengenakan seragam militernya yang biasa presiden Ukraina itu kenakan, Trump dengan sinis berkomentar kepada wartawan, “Lihat dia, dia datang dengan menyamar.”

    “Tidak berhenti di situ, Zelensky pun ditanyai pertanyaan-pertanyaan yang mengejek tentang pakaiannya, kemudian ia dihina oleh Trump dan wakilnya, JD Vance, sebelum ia diusir dari Gedung Putih, dan tiba-tiba dikeluarkan dari jamuan makan siang yang dijadwalkan,” ulas Barnea.

    Berdasarkan dua teori yang diajukannya, analis militer itu mencoba menjelaskan konsekuensi dari posisi Trump terhadap Zelensky, dengan mengatakan, “Bagi sebagian orang, reaksi presiden Ukraina – yang dengan cepat mengeluarkan pernyataan menyanjung Trump dan menyusun rencana gencatan senjata baru – merupakan bukti bahwa semua itu hanyalah taktik negosiasi.”

    “Namun bagi yang lain, episode itu merupakan tanda jelas bahwa Trump mengkhianati sekutu tradisionalnya, yang menimbulkan kekhawatiran di Eropa dan kegembiraan di Moskow,” kata Barnea.

    Selama ini, AS dan Eropa, khususnya NATO, dianggap sebagai sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan, hal yang kini penuh keraguan atas metode yang dilakukan Trump dalam memimpin AS.

    Guna memperjelas betapa hipokritnya AS di bawah kepemimpinan Trump saat ini, Barnea menunjukkan kalau miliarder Elon Musk -sosok pendukung utama Trump- mengunggah sebuah tweet yang menyerukan pembubaran NATO, dengan bertanya, “Ketika Amerika dan Rusia sepakat, siapa yang butuh NATO?”

    Barnea yakin bahwa cara Trump memperlakukan Zelensky menyampaikan pesan yang jelas kepada sekutu Washington, bahwa: “Dukungan Amerika tidak terjamin, dan bisa menguap kapan saja.”

    Barnea menjelaskan bahwa perilaku ini tidak dapat dipisahkan dari pendekatan Trump dalam mengelola kebijakan luar negeri AS.

    “Karena ia (Trump) berupaya memaksakan dirinya sebagai poros utama dalam menentukan masa depan aliansi internasional,” kata Barnea.

    PASUKAN ISRAEL – Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English pada Selasa (18/2/2025) menunjukkan pasukan israel berada di pos di Lebanon Selatan pada 15 Februari 2025. Juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Nadav Shoshani pada hari Senin (17/2/2025) mengatakan bahwa pihaknya tidak akan menarik pasukan dari 5 pos di Lebanon Selatan. (Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English)

    Israel Bagian dari “Koalisi Preman”

    Barnea mengadopsi teori kalau Trump berusaha membentuk “koalisi preman’ yang mencakup Amerika Serikat, Rusia, dan Cina, di mana negara-negara adidaya tersebut membagi wilayah pengaruh di dunia menurut persamaan kekuatan dan bukan hukum internasional.

    Menurut visi ini, menurut Barnea, “Putin akan mendapatkan Ukraina dan mungkin negara-negara Baltik, presiden Tiongkok akan menginvasi Taiwan, sementara Trump mungkin berusaha menguasai Greenland.”

    Ia juga meramalkan kalau Uni Eropa “akan menyusut atau runtuh, dan partai-partai sayap kanan akan mengambil alih Eropa, sehingga memudahkan Trump dan Putin untuk berbagi kendali atasnya, sebuah skenario yang menakutkan bagi negara-negara seperti Jerman dan Prancis yang masih berpegang teguh pada prinsip-prinsip tradisional Uni Eropa.”

    Barnea yakin kalau Israel dapat dengan mudah berintegrasi ke dalam “dunia baru” ini, dengan mengatakan, “Trump menghormati kekuasaan (kekuatan), yang saat ini berada di tangan Israel, dan menghormati kendali atas wilayah, yang juga dikuasainya. Ia juga membenci nilai-nilai demokrasi tradisional, hak asasi manusia, dan keadilan, yang juga telah menjadi bagian dari pendekatan pemerintah Israel.”

    Analis militer ini menegaskan bahwa pemerintah Israel bertindak saat ini dengan keberanian yang belum pernah terjadi sebelumnya, melewati batas merah yang berlaku pada masa jabatan presiden Amerika sebelumnya, baik dari Partai Republik maupun Demokrat.

    Analisis Barnea tersebut mengindikasikan kalau pemerintah Benjamin Netanyahu saat ini sedang mengeksploitasi dukungan tanpa syarat dari pemerintahan Trump pada tahap ini untuk memaksakan fakta di lapangan, yaitu sebagai berikut:

    Pelanggaran perjanjian yang disepakati Israel dalam kerangka kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas.
    Memelihara lokasi militer dan keberadaan pasukan IDF di dalam wilayah Suriah dan secara terbuka menyatakan kalau pasukan Israel akan tetap berada di sana selamanya.
    Israel mengancam akan campur tangan dalam konflik antara rezim Suriah dan komunitas Druze di Jaramana, meskipun kedua pihak menolak intervensi Israel.
    Mempertahankan posisi militer di Lebanon meskipun ada perjanjian gencatan senjata.
    Ribuan warga Palestina diusir dari kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat, termasuk wilayah dalam “Area A” Otoritas Palestina.
    Mencegah masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
    Meninggalkan tahap kedua negosiasi kesepakatan pertukaran tahanan, yang menghasilkan pembebasan 59 tahanan, baik yang hidup maupun yang telah meninggal.

    Harus digarisbawahi, rentetan hal-hal di atas berisiko besar terhadap situasi perang menyeluruh di kawasan.

    Israel yang saat ini terlena dalam buaian AS dengan dukungan penuhnya, bisa jadi terjebak dalam pusaran konflik yang kesemuanya menjadikannya sebagai ‘target bersama’ alias common enemy.

    NETANYAHU DAN TRUMP – Foto ini diambil pada Senin (10/2/2025) dari publikasi resmi YouTube The White House pada Jumat (7/2/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) dan sekutunya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan), berbicara kepada wartawan di Gedung Putih. (YouTube The White House)

    Dukungan yang Tidak Pasti

    Meskipun pendekatan Trump ini tampaknya bermanfaat bagi Israel dalam jangka pendek, Barnea memperingatkan kalau “dukungan yang diberikan Trump sama sekali tidak terjamin,” dengan mencatat bahwa “Zelensky mengira ia mendapat dukungan Trump, tetapi ia menemukan bahwa dukungan ini dapat berubah menjadi penghinaan yang tiba-tiba.”

    Ia menambahkan, “Netanyahu mengikuti apa yang terjadi pada presiden Ukraina, dan mungkin ia merasa khawatir bahwa situasi tersebut dapat terjadi lagi kepadanya kapan saja, dan oleh karena itu ia bergegas untuk memaksakan lebih banyak fakta di lapangan di Gaza, Tepi Barat, Suriah, dan Lebanon untuk mengantisipasi perubahan mendadak posisi Trump.”

    Barnea bertanya-tanya tentang risiko yang dihadapi Israel dengan menggambarkan, “Apakah Israel telah menaruh semua telurnya dalam satu keranjang dengan bertaruh sepenuhnya pada Trump?”

    Dalam situasi perjudian itu, Barnea memperingatkan Israel bahwa setiap perubahan mendadak dalam suasana politik AS dan Trump dapat membuat Tel Aviv menghadapi dilema yang tak terduga.

    Barnea menegaskan kalau “tidak adanya kesamaan nilai di antara para ‘teman’ membuat pengkhianatan menjadi masalah waktu,” seraya menekankan kalau “Netanyahu sangat menyadari kalau suasana hati sahabat karibnya (Trump) dapat berubah setiap saat, yang mendorongnya untuk mempercepat langkah-langkah pencegahannya sebelum terlambat.”

    Barnea juga menekankan kalau sejarah telah membuktikan kalau aliansi yang didasarkan pada kepentingan jangka pendek sering kali runtuh pada ujian serius pertama.

    Dia memperingatkan, “Israel tidak tahu seperti apa suasana hati sahabat terbesarnya (AS) besok.”

     

    (oln/YA/khbrn/*)

     

  • Rencana Mesir untuk Rekonstruksi Gaza: Pasukan Arab Ambil Alih Keamanan, Lucuti Hamas Secara Total – Halaman all

    Rencana Mesir untuk Rekonstruksi Gaza: Pasukan Arab Ambil Alih Keamanan, Lucuti Hamas Secara Total – Halaman all

    Rencana Mesir untuk Rekonstruksi Gaza: Tak Ada Hamas, Pasukan Arab Ambil Alih Keamanan

    TRIBUNNEWS.COM – Mesir, dalam proposal rekonstruksi Gaza yang bakal dipresentasikan di pertemuan darurat para pemimpin Arab di Kairo, Selasa (4/3/2025), mengusulkan agar pasukan stabilisasi internasional yang terutama terdiri dari negara-negara Arab yang akan mengambil peran dalam menyediakan keamanan di Jalur Gaza, Reuters melaporkan.

    Menurut Reuters, rencana tersebut tidak merinci apakah visi Mesir untuk Gaza tersebut akan dilaksanakan sebelum atau setelah perjanjian perdamaian permanen untuk mengakhiri perang yang telah berkecamuk di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.

    Berdasarkan rencana Mesir, keberadaan Hamas akan digantikan “misi bantuan tata kelola” untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

    Badan “misi bantuan tata kelola” ini akan bertanggung jawab atas bantuan kemanusiaan dan memulai rekonstruksi wilayah kantong yang dilanda perang tersebut.

    Mesir menjelaskan, proposolnya mensyaratkan tidak adanya unsur Hamas dalam pengelolaan Gaza karena jika gerakan tersebut masih mengendalikan Gaza, maka tidak ada pendanaan internasional, termasuk dari negara-negara Arab, yang mau memberi modal rekonstruksi Gaza.  

    Artinya, rencana Mesir ini meminta agar Hamas dilucuti secara total, baik secara politik dalam pemerintahan di Gaza, maupun secara militer yang menjadi basis sokongan gerakan tersebut di sana.

    BOMBARDEMEN ISRAEL – Foto dari ketinggian yang menunjukkan kehancuran di satu sudut di Jalur Gaza Palestina yang hancur karena bombardemen tanpa pandang bulu Israel. (tangkap layar twitter)

    Sejumlah analis menyebut, rencana Mesir ini dalam beberapa titik soal Hamas, sejalan dengan kehendak Israel yang tidak menginginkan keberadaan Hamas lagi dalam sektor apa pun di Gaza.

    “Pendahuluan yang menguraikan tujuan rancangan rencana Mesir menyatakan bahwa tidak akan ada pendanaan internasional yang signifikan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi Gaza jika Hamas tetap menjadi elemen politik di Jalur tersebut,” tulis laporan Reuters.

    Rencana tersebut tidak menyebutkan secara spesifik siapa yang akan menjalankan “misi pemerintahan,” tetapi menyatakan kalau misi tersebut akan memanfaatkan keahlian warga Palestina di Gaza dan di tempat lain untuk membantu wilayah tersebut pulih secepat mungkin.

    Rencana Mesir tersebut dengan tegas menolak usulan Amerika Serikat (AS) lewat Presiden Donald Trump yang menyerukan pemindahan massal warga Palestina dari Gaza.

    Sebagai informasi, usulan Trump ini dianggap sebagai ancaman keamanan oleh negara-negara Arab seperti Mesir dan Yordania.

    Proposal tersebut mengusulkan pasukan stabilisasi internasional yang terutama terdiri dari negara-negara Arab yang mengambil peran dalam menyediakan keamanan, dengan pasukan polisi lokal baru yang akhirnya dibentuk.

    “Draf tersebut tidak membahas masalah tindakan apa yang dapat diambil jika Hamas menolak untuk melucuti senjata atau mundur dari politik,” kata laporan tersebut.

    Menurut rencana, sebuah komite pengarah akan bertanggung jawab untuk “mengorganisasi, mengarahkan, dan mengawasi” badan keamanan dan administratif.

    Draf rancangan solusi dari Mesir tersebut juga tidak merujuk pada pemilu mendatang di Gaza.

    Rancangan rencana tersebut mengindikasikan bahwa komite tersebut akan mencakup negara-negara Arab utama dan anggota Organisasi Kerja Sama Islam, serta Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa dan negara-negara anggotanya, dan lain-lain.

    “Rencana Mesir tersebut tidak mencakup rincian tentang peran pemerintahan pusat Otoritas Palestina,” kata laporan menjelaskan soal peran Palestine Authority (PA/Otoritas Palestina) dalam usulan Mesir tersebut.

    Seorang pejabat Palestina mengatakan bahwa Gaza, seperti Tepi Barat, berada di bawah kewenangan Otoritas Palestina dan harus dijalankan oleh orang Palestina.

    Pejabat tersebut, yang meminta identitasnya dirahasiakan, menambahkan, “Kami sepakat dengan Mesir bahwa sebuah komite yang terdiri dari para ahli Palestina akan membantu mengelola Gaza selama enam bulan dan akan bekerja sama dengan Otoritas Palestina. Komite tersebut tidak berafiliasi dengan partai non-Palestina mana pun.”

    Warga Palestina memeriksa kehancuran yang disebabkan oleh serangan Israel terhadap rumah mereka di desa Khuzaa, dekat Abasan sebelah timur Khan Yunis dekat pagar perbatasan antara Israel dan Jalur Gaza selatan pada 27 November 2023, di tengah gencatan senjata antara Israel dan Hamas. (KATA KHATIB/AFP)

    Negara Arab Lawan Usulan AS

    Seperti diberitakan, para pemimpin Arab berkumpul di Kairo Selasa hari ini untuk membahas alternatif lain untuk Gaza ketimbang rencana yang dilontarkan Presiden AS Donald Trump untuk mengambil alih kendali Gaza yang dilanda perang dan menggusur penduduknya.

    KTT Liga Arab tentang rekonstruksi wilayah itu terjadi sehari setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali memberikan dukungannya terhadap rencana Trump, menyebutnya “visioner dan inovatif”.

    Palestina, bersama dengan dunia Arab dan banyak mitra Israel dan AS, telah mengutuk proposal Trump, menolak segala upaya untuk mengusir warga Gaza.

    Perkiraan PBB telah menempatkan biaya rekonstruksi Gaza lebih dari $ 53 miliar, setelah perang yang menghancurkan yang disebabkan oleh serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya 7 Oktober 2023 di Israel selatan.

    Para menteri luar negeri Arab bertemu di ibukota Mesir pada hari Senin untuk sesi persiapan tertutup yang berpusat pada rencana untuk membangun kembali wilayah itu tanpa menggusur rakyatnya, seorang sumber di Liga Arab mengatakan kepada AFP dengan syarat anonimitas.

    Sumber itu mengatakan rencana itu “akan disampaikan kepada para pemimpin Arab pada pertemuan puncak hari Selasa”.

    Kepala negara dari beberapa negara Arab diperkirakan akan hadir, sementara beberapa negara mengirim menteri luar negeri atau perwakilan tingkat tinggi lainnya.

     

    (oln/rtrs/khbrn/thntnl/*)

     
     

  • Israel Klaim Tewaskan Komandan Hamas di Jenin, Operasi Militer IDF Menggila di Tepi Barat – Halaman all

    Israel Klaim Tewaskan Komandan Hamas di Jenin, Operasi Militer IDF Menggila di Tepi Barat – Halaman all

    Operasi Militer IDF Menggila di Tepi Barat, Israel Klaim Tewaskan Komandan Hamas di Jenin

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel (IDF) mengatakan pada Selasa (4/3/2025) kalau mereka telah memperluas serangannya di Tepi Barat yang diduduki yang saat ini memasuki hari ke-43 ke wilayah baru di kota utara Jenin.

    Militer IDF mengatakan dalam sebuah pernyataan kalau pasukannya beroperasi sesuai dengan informasi intelijen untuk menangkap pimpinan Hamas di Jenin pada malam hari.

    Ditambahkan IDF kalau, selama operasi militer dan setelah baku tembak, para prajurit berhasil melenyapkan Isser Saadi dan militan lainnya.

    “Pasukan Israel “memperluas operasi kontraterorisme di Samaria utara ke daerah tambahan di Jenin”, kata IDF, menggunakan nama Alkitab untuk bagian Tepi Barat itu, seraya menambahkan bahwa operasi itu menewaskan dua warga Palestina termasuk pemimpin Hamas di daerah itu, Isser Saadi, selama serangan malam hari,” tulis laporan RNTV mengutip pernyataan IDF, Selasa.

    Pernyataan IDF menambahkan, kalau tiga orang yang dicari telah ditangkap.

    TERBUNUH – Komandan Hamas di Jenin, Tepi Barat, Isser Saadi dilaporkan terbunuh dalam penyerbuan Pasukan Israel ke Jenin pada Selasa (4/3/2025) malam. Israel memperluas operasi Tembok Besi ke sejumlah wilayah baru di Jenin, Tepi Barat.

    IDF juga mengklaim kalau pasukan mereka menemukan senjata, termasuk senapan M-16, pistol, dan peralatan militer lainnya selama operasi tersebut.

    Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi bahwa seorang pria berusia 21 tahun ditembak mati oleh militer Israel di bagian timur Jenin, dan jenazahnya ditahan oleh pasukan tersebut.

    JALANAN HANCUR – Tangkap layar Khaberni, Selasa (4/3/2025) yang menunjukkan jalan utama di sebuah kamp pengungsi Palestina di Kota Tulkarm, Tepi Barat, hancur oleh agresi militer Israel (IDF). Israel melanjutkan operasi militer bertajuk ‘Tembok Besi’ dan memperluas agresinya ke sejumlah wilayah baru di Tepi Barat. (khaberni/tangkap layar)

    Menggila di Tepi Barat

    Selain perluasan wilayah operasi, agresi militer IDF di Tepi Barat dilaporkan juga menggila dengan disertai penghancuran berbagai fasilitas sipil.

    Hal itu ditunjukkan dalam agresi Israel terhadap kota Tulkarm dan kedua kamp pengungsi Palestina di kota tersebut yang memasuki hari ke-37 pada Selasa ini. 

    “Di tengah eskalasi militer, pengepungan yang menyesakkan, terjadi penyerbuan dan penggerebekan terhadap rumah-rumah, serta pengusiran dan pemindahan penduduknya,” tulis laporan Khaberni.

    Sumber-sumber informasi (narasumber) Palestina mengatakan kalau pasukan pendudukan Israel mengirim bala bantuan militer berupa kendaraan dan truk tangki bahan bakar ke kota tersebut.

    IDF kemudian memposisikan diri di depan bangunan-bangunan perumahan yang mereka rebut di Jalan Nablus yang menghubungkan kamp Tulkarm dan Nour Shams, menghalangi pergerakan kendaraan, sementara pasukan infanteri dikerahkan di jalan-jalan utama menuju kedua kamp tersebut.

    “Pasukan Israel terus melanjutkan pengepungan ketatnya terhadap kamp Tulkarm dan Nur Shams, mencegah masuk maupun keluar dari sana, dan mengerahkan patroli jalan kaki di sekitar kamp tersebut dan di dalam lingkungan dan gang, menyerbu rumah-rumah, merusaknya, menghancurkan isinya, dan menjadikan penduduk di dalamnya sebagai sasaran interogasi, memaksa mereka untuk pergi, sambil menembakkan peluru tajam serta bom suara dan cahaya untuk meneror mereka,” kata laporan tersebut.

    Selain itu, Pasukan IDF juga meningkatkan pembongkaran dan pembakaran rumah dan fasilitas di lingkungan kamp Nour Shams, selain merusak secara total infrastruktur, termasuk listrik, air, pembuangan limbah, dan jaringan komunikasi.

    Di kamp Tulkarm, pasukan pendudukan mengirim bala bantuan tambahan ke dalam kamp, ​​melepaskan tembakan gencar dan mengeluarkan suara-suara provokatif untuk meneror warga Palestina yang masih berada di dalam rumah mereka di pinggiran kamp, ​​terutama pada larut malam.

    “Kamp dan jalan-jalannya menyaksikan kehancuran luas yang telah mempengaruhi infrastruktur serta properti publik dan pribadi,” tambah laporan tersebut.

    Di tengah pengepungan yang terus berlanjut di kamp-kamp tersebut, para penduduk yang tetap tinggal di rumah mereka menderita kondisi hidup yang sulit.

    “Mereka dilaporkan kekurangan pasokan makanan dan medis, sementara pasukan pendudukan Israel menghalangi pekerjaan kru bantuan, termasuk Bulan Sabit Merah, dari mengirimkan bantuan kemanusiaan atau mengevakuasi kasus sakit,” kata laporan Khaberni.

    Pasukan Israel juga menangkap pemuda Nour Al-Tahal pada dini hari ini setelah menyerbu sebuah bangunan perumahan di pinggiran kota Artah di selatan kota, dan pemuda Adham Tanji dari rumahnya di pinggiran kota Shuwaika di utara, dan menyerbu pinggiran kota Dhnaba di timur.

    Beriring penggerebekan tersebut, pasukan infanteri IDF dilaporkan berpatroli di jalan-jalan utama.

    Agresi yang terus berlanjut terhadap kota dan kedua kampnya telah mengakibatkan gugurnya 13 warga Palestina, termasuk seorang anak dan dua wanita Palestina, salah satunya sedang hamil delapan bulan.

    “Agresi IDF juga mengakibatkan puluhan orang terluka dan ditangkap, dan pemindahan paksa lebih dari 9.000 warga Palestina dari kamp Nour Shams, dan 12.000 orang pengungsi dari kamp Tulkarm, dan operasi pembongkaran dan perataan tanah yang menyertainya, yang telah mempengaruhi lebih dari 25 rumah di kedua kamp tersebut selama beberapa hari terakhir dengan dalih pembangunan jalan yang akan membelah pemukiman mereka,” kata laporan Khaberni.

     

    (oln/rntv/khbrn/*)

  • Rencana Alternatif Mesir atas Rencana Pembersihan Etnis Palestina di Gaza akan Menyingkirkan Hamas – Halaman all

    Rencana Alternatif Mesir atas Rencana Pembersihan Etnis Palestina di Gaza akan Menyingkirkan Hamas – Halaman all

    Rencana Alternatif Mesir Terhadap Rencana Pembersihan Etnis di Gaza akan ‘menyingkirkan Hamas’

    TRIBUNNEWS.COM- Inisiatif Mesir yang sangat dinanti-nantikan untuk melawan rencana Presiden AS Donald Trump untuk Gaza bertujuan untuk “menyingkirkan” Hamas dan mengganti pemerintahannya dengan “badan sementara” yang dipimpin barat dan Arab, menurut rancangan rencana yang dilihat oleh Reuters . 

    Rencana tersebut akan dipresentasikan pada pertemuan puncak Arab di ibu kota Mesir, Kairo, pada tanggal 4 Maret. 

    Rencana tersebut kabarnya bertujuan untuk membentuk badan ‘sementara’ yang dipimpin oleh negara-negara Barat dan Arab untuk menggantikan pemerintah saat ini di wilayah tersebut.

    Dokumen ini menyerukan “Misi Bantuan Pemerintahan” yang akan menggantikan pemerintah saat ini di wilayah tersebut untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. 

    Komite ini akan bertanggung jawab untuk memulai rekonstruksi dan memfasilitasi aliran bantuan kemanusiaan. 

    “Tidak akan ada pendanaan internasional yang besar untuk rehabilitasi dan rekonstruksi Gaza jika Hamas tetap menjadi elemen politik yang dominan dan bersenjata di lapangan yang mengendalikan pemerintahan lokal,” demikian bunyi rancangan rencana Mesir tersebut. 

    Keamanan akan diawasi oleh “dewan pengarah” yang dipimpin oleh negara-negara Arab, anggota Organisasi Kerjasama Islam (OIP), AS, Inggris, dan negara-negara anggota UE. 

    Otoritas Palestina (PA) yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada Reuters bahwa Gaza berada di bawah yurisdiksi PA, dan bahwa otoritas tersebut telah sepakat dengan Kairo mengenai komite ahli yang dikelola Palestina yang akan berkoordinasi dengan Ramallah.

    “Kami sepakat dengan Mesir mengenai pembentukan komite yang terdiri dari para ahli Palestina yang akan membantu Otoritas Palestina dalam mengelola Jalur Gaza selama enam bulan. Komite tersebut terdiri dari para ahli Palestina dan berkoordinasi dengan Otoritas Palestina, dan tidak bertanggung jawab kepada badan-badan non-Palestina,” kata pejabat anonim tersebut.

    Pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kepada Reuters bahwa dia belum mendengar adanya rencana semacam itu. 

    “Hari berikutnya di Gaza hanya boleh diputuskan oleh Palestina. Hamas menolak segala upaya untuk memaksakan proyek atau bentuk pemerintahan non-Palestina, atau kehadiran pasukan asing di wilayah Jalur Gaza,” kata Abu Zuhri. 

    Al-Araby al-Jadeed  melaporkan bulan lalu bahwa alternatif Mesir untuk rencana Trump di Gaza akan mencakup pendistribusian kembali penduduk Palestina di Gaza dan meluncurkan inisiatif rekonstruksi berskala luas yang akan berlangsung beberapa tahun. 

    Menurut laporan tersebut, persenjataan Hamas dan faksi-faksi perlawanan lainnya akan ditangani sedemikian rupa sehingga pengaturan dapat dilakukan untuk memberlakukan “pembatasan dan kontrol” pada depot-depot senjata tanpa pelucutan senjata secara menyeluruh, dengan mempertimbangkan berbagai kekhawatiran dan tuntutan para pemodal dan donor, sementara juga mempertimbangkan penolakan faksi-faksi bersenjata untuk menyerahkan senjata sampai negara Palestina terbentuk.

    Ini juga mencakup jalan menuju pembentukan solusi dua negara. 

    Presiden AS mengumumkan pada bulan Februari bahwa Washington bermaksud mengambil alih Gaza dan mengusir penduduknya. Ia mengklaim inisiatif tersebut bertujuan untuk menemukan lokasi yang lebih aman bagi warga Palestina sementara tim pembangunan internasional mengambil alih tugas membangun kembali jalur yang hancur dan terkepung itu.

    Trump menarik kembali pernyataannya pada tanggal 21 Februari, dengan mengatakan bahwa meskipun idenya “benar-benar berhasil,” ia tidak akan memaksakannya dan akan “menimbang dan merekomendasikannya.”

    Meskipun demikian, negara-negara Arab semakin menegaskan penolakannya terhadap pemindahan warga Palestina sebagai bagian dari rencana rekonstruksi dan pengelolaan pascaperang di Gaza. 

     

    Rencana Alternatif Mesir untuk ‘Gaza Riviera’ Donald Trump

    Sebuah rencana untuk Gaza yang disusun oleh Mesir sebagai balasan terhadap upaya Presiden AS Donald Trump untuk membersihkan Gaza secara etnis dan mengubahnya menjadi “Riviera” akan mengesampingkan Hamas dan menggantinya dengan badan-badan sementara yang dikendalikan oleh negara-negara Arab, Muslim dan Barat, menurut rancangan yang dilihat oleh Reuters .

    Visi Mesir untuk Gaza, yang akan dipresentasikan pada pertemuan puncak Liga Arab besok, tidak menyebutkan secara rinci apakah proposal tersebut akan dilaksanakan sebelum atau sesudah kesepakatan damai permanen untuk mengakhiri perang genosida Israel di daerah kantong tersebut.

    Rencana Trump , yang bertujuan membersihkan Gaza dari penduduk Palestina, tampaknya menjauh dari kebijakan Timur Tengah AS yang sudah berlangsung lama yang berfokus pada solusi dua negara dan memicu kemarahan di kalangan warga Palestina dan negara-negara Arab serta kelompok-kelompok hak asasi manusia yang memperingatkan hal itu akan menjadi kejahatan perang.

    Siapa yang akan memimpin Gaza setelah konflik berakhir masih menjadi pertanyaan besar yang belum terjawab dalam negosiasi mengenai masa depan daerah kantong itu. Hamas sejauh ini menolak gagasan tentang usulan yang dipaksakan kepada warga Palestina oleh negara lain.

    Rencana Kairo tidak membahas isu kritis seperti siapa yang akan menanggung biaya pembangunan kembali Gaza atau menguraikan rincian spesifik seputar bagaimana Gaza akan diperintah, atau bagaimana Hamas akan disingkirkan.

    Berdasarkan rencana Mesir, Misi Bantuan Pemerintahan akan menggantikan pemerintah di Gaza untuk periode sementara yang tidak ditentukan dan akan bertanggung jawab atas bantuan kemanusiaan dan memulai rekonstruksi wilayah kantong tersebut, yang telah dihancurkan oleh kampanye pemboman Israel.

    “Tidak akan ada pendanaan internasional yang besar untuk rehabilitasi dan rekonstruksi Gaza jika Hamas tetap menjadi elemen politik yang dominan dan bersenjata di lapangan yang mengendalikan pemerintahan lokal,” kata pembukaan yang menguraikan tujuan rancangan rencana Mesir tersebut.

    Mesir, Yordania, dan negara-negara Teluk Arab telah berjuang selama hampir sebulan untuk merumuskan serangan diplomatik guna melawan rencana Trump. Sejumlah ide telah diajukan, dengan Mesir dianggap sebagai yang terdepan.

    Rencana tersebut tidak menyebutkan siapa yang akan menjalankan misi tata kelola. Disebutkan bahwa misi tersebut akan “memanfaatkan keahlian warga Palestina di Gaza dan di tempat lain untuk membantu Gaza pulih secepat mungkin.”

    Rencana tersebut dengan tegas menolak usulan AS untuk pemindahan massal warga Palestina dari Gaza, yang dianggap negara Arab seperti Mesir dan Yordania sebagai ancaman keamanan.

    Draf proposal tersebut dibagikan kepada Reuters oleh seorang pejabat yang terlibat dalam negosiasi Gaza yang ingin tetap anonim karena draf tersebut belum dipublikasikan.

    Pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kepada Reuters bahwa kelompoknya tidak mengetahui adanya usulan seperti itu dari Mesir.

    “Hari berikutnya di Gaza hanya boleh diputuskan oleh Palestina,” katanya. 

    “Hamas menolak segala upaya untuk memaksakan proyek atau bentuk pemerintahan non-Palestina, atau kehadiran pasukan asing di wilayah Jalur Gaza.”

    Draf Mesir tidak menyebutkan pemilihan umum mendatang.

    Kementerian Luar Negeri Mesir tidak segera menanggapi permintaan komentar, begitu pula kantor Perdana Menteri Israel, yang dukungannya terhadap rencana apa pun dipandang vital untuk mengamankan komitmen bahwa rekonstruksi di masa mendatang tidak akan dihancurkan lagi.

    Visi

    Usulan tersebut membayangkan Pasukan Stabilisasi Internasional yang terutama ditarik dari negara-negara Arab yang akan mengambil alih peran penyediaan keamanan dari Hamas, dengan pembentukan pasukan polisi lokal baru.

    Baik badan keamanan maupun badan pemerintahan akan “diatur, dibimbing, dan diawasi” oleh dewan pengarah. 

    Draf tersebut menyatakan bahwa dewan tersebut akan terdiri dari negara-negara Arab utama, anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa dan negara-negara anggotanya, dan lain-lain.

    Rencana tersebut tidak merinci peran pemerintahan pusat bagi Otoritas Palestina (PA), yang menurut jajak pendapat memiliki sedikit dukungan di antara warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki.

    Rencana tersebut tidak menyebutkan siapa yang akan membayar untuk membangun kembali Gaza, sebuah tagihan yang diperkirakan oleh PBB lebih dari $53 miliar . Dua sumber mengatakan kepada Reuters bahwa negara-negara Teluk dan Arab perlu berkomitmen setidaknya $20 miliar pada tahap awal rekonstruksi.

    Usulan Mesir membayangkan bahwa negara-negara di dewan pengarah dapat membentuk dana untuk mendukung badan pemerintahan sementara dan mengatur konferensi donor untuk mencari kontribusi bagi rencana rekonstruksi dan pembangunan jangka panjang untuk Gaza.

    Rencana tersebut tidak memuat janji keuangan spesifik apa pun.

    Negara-negara Teluk Arab penghasil minyak dan gas seperti Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab dapat menjadi sumber pendanaan penting dari kawasan tersebut.

     

     

    SUMBER: THE CRADLE, MIDDLE EAST MONITOR

  • Warga Israel Tewas Lainnya Kritis dan Luka Parah di Haifa usai Insiden Penikaman, Hamas Beri Pujian – Halaman all

    Warga Israel Tewas Lainnya Kritis dan Luka Parah di Haifa usai Insiden Penikaman, Hamas Beri Pujian – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Operasi penikaman terjadi di stasiun bus pusat di Haifa pada hari Senin, (3/3/2025).

    Aksi penikaman itu, mengakibatkan satu warga Israel tewas dan lima lainnya terluka.

    Tersangka penyerang, disebut-sebut sebagai Druze Arab berusia 20 tahun dari Shefa-Amr, utara Haifa.

    Di mana diduga penyerang itu kini dikonfirmasi tewas. 

    Tersangka penyerang ditembak dan dibunuh oleh pasukan Israel di tempat kejadian.

    Mengutip Palestine Chronicle, polisi Israel mengkonfirmasi insiden itu, yang menyatakan bahwa penyerang telah tewas.

    Pihak Dinas Ambulans Israel, Magen David Adom, kemudian melaporkan bahwa salah satu korban telah meninggal karena luka-luka yang diderita.

    Sementara itu Channel 12 Israel menyatakan bahwa para korban yang selamat, kondisinya kini ada yang kritis dan tiga lainnya terluka parah.

    Sempat Salah Dugaan

    Awalnya pihak berwenang Israel menyebut operasi itu bukanlah penikaman, melainkan aksi penembakan.

    Polisi Israel awalnya percaya bahwa seseorang sebagai pelaku yang melakukan penembakan.

    Tetapi kemudian terungkap bahwa orang itu adalah seorang petugas keamanan yang terlibat dalam insiden itu.

    Pujian dari Hamas

    Gerakan Perlawanan Palestina Hamas dan Gerakan Jihad Islam keduanya memuji operasi penikaman di Haifa tersebut.

    Bahkan para pejuang Palestina menyebut aksi itu sebagai “operasi heroik.”

    Hamas menggambarkan bahwa aksi tersebut merupakan sebuah ‘tanggapan alami’ terhadap tindakan keji Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem.

    Di mana wilayah tersebut menyerukan eskalasi perlawanan.

    Jihad Islam menggemakan sentimen ini, menekankan bahwa operasi itu adalah bagian dari perjuangan yang lebih luas melawan pendudukan Israel dan simbol perlawanan Palestina.

    Dan juga klaim mereka, operasi tersebut menunjukkan kegagalan sistem keamanan Israel.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

  • Mantan Sandera Hamas Tentara Israel Agam Berger Ikut Serbu Makam Yusuf di Nablus – Halaman all

    Mantan Sandera Hamas Tentara Israel Agam Berger Ikut Serbu Makam Yusuf di Nablus – Halaman all

    Mantan Sandera Hamas Tentara Israel Agam Berger Ikut Serbu Makam Yusuf di Nablus

    TRIBUNNEWS.COM – Agam Berger, seorang tentara Israel yang juga mantan sandera Hamas, dilaporkan ikut dalam rombongan pemukim Yahudi Israel yang menyerbu Makam Yusuf, di Kota Balata, Nablus, Tepi Barat.

    Laporan RNTV, Senin (3/3/3035) menyatakan kalau penyerbuan pemukim Yahudi Israel ini di bawah perlindungan polisi Israel.

    Dalam rombongan itu, Agam tampak ditemani bersama ibunya, Yossi Dagan, kepala dewan permukiman di Tepi Barat utara, dan Rabbi Eliakim Levanon.

    Sebagai informasi, penyerbuan yang dimaksud adalah upaya-upaya paksa dari komunitas Yahudi Israel untuk berziarah meski lokasi yang mereka serbua adalah lokasi yang dianggap suci bagi warga Palestina dan kaum muslim. 

    Berger dibebaskan selama tahap pertama kesepakatan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel.

    Saat itu, Agam Berger mengungkapkan perlakuan baik anggota Brigade Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas).

    Ia mengatakan anggota Brigade Al-Qassam memberikan sebuah buku doa kepadanya dan rekan-rekannya selama penahanan mereka di Jalur Gaza.

    SERBU MAKAM YUSUF – Agam Berger, seorang tentara Israel yang juga mantan sandera Hamas, berfoto dalam rombongan pemukim Yahudi Israel yang menyerbu Makam Yusuf, di Kota Balata, Nablus, Tepi Barat, Senin (3/3/2025).

    Dengan adanya buku-buku doa itu, mereka dapat melakukan ritual keagamaan dan merayakan hari raya Yahudi.

    Sebelumnya, Agam Berger dibebaskan oleh Hamas dalam pertukaran tahanan gelombang ke-3 pada Kamis (30/1/2025), secara terpisah bersama Arbel Yehud dan Gadi Moses yang dibebaskan oleh Brigade Al-Quds, sayap militer Jihad Islam.

    Dalam pernyataannya kepada Yedioth Ahronoth pada Rabu (19/2/2025), Agam Berger mengungkapkan apa yang ia lewati selama penahanannya. 

    “Sekitar setahun yang lalu, para tahanan dikejutkan oleh orang-orang bersenjata Hamas yang memberi mereka berbagai barang, termasuk siddur (buku doa Yahudi yang digunakan untuk doa harian dan hari raya),” kata Agam Berger, berbicara tentang pengalamannya.

    “Kami tidak tahu bagaimana kejadiannya, tetapi mereka membawakan kami beberapa materi, termasuk buku doa,” tambahnya.

    “Itu bukan sekadar kebetulan, itu datang saat kami membutuhkannya,” lanjut prajurit Israel itu.

    Agam Berger mengatakan dia dan rekan-rekannya mengikuti tanggal di radio dan televisi, yang membantu mereka menentukan musim perayaan Yahudi selama penahanan mereka.

    Dia menjelaskan bahwa dia dapat merayakan hari raya Yahudi dan menolak untuk makan roti beragi, dengan mengatakan, “Saya meminta tepung jagung dan mereka membawanya kepada saya.”

    “Mereka menghormati orang-orang yang religius,” kata Agam Berger, bercerita tentang anggota Brigade Al-Qassam yang menjaganya.

    Ia juga bercerita bahwa ia mampu berpuasa selama Yom Kippur dan Puasa Ester (puasa yang dilakukan orang Yahudi sehari sebelum Purim) serta merayakan hari Sabat.

    “Ada saat ketika pejuang Hamas membawakan kami lilin sebelum hari Sabat,” tambahnya.

    Lilin Sabat merupakan ritual dalam agama Yahudi yang dinyalakan pada Jumat malam sebelum matahari terbenam sebagai persiapan untuk Sabat Suci.

    Pada hari pembebasan Agam Berger pada 30 Januari lalu, Brigade Al-Quds juga membebaskan lima warga negara Thailand.

    Sebagai imbalannya, Israel membebaskan 110 tahanan Palestina.

    Israel dan Hamas telah melakukan setidaknya tujuh kali pertukaran tahanan sejak dimulainya gencatan senjata pada 19 Januari 2025.

    Pada tahap pertama gencatan senjata, Hamas berkomitmen untuk membebaskan 33 sandera Israel (termasuk delapan jenazah sandera) dengan pembebasan imbalan ribuan tahanan Palestina.

    Hari ini, Hamas telah menyerahkan empat jenazah sandera Israel sebagai bagian dalam pertukaran tahanan gelombang ke-7.

    Sejak dimulainya gencatan senjata, Hamas telah membebaskan 19 tahanan Israel yang masih hidup dan empat jenazah sandera.

    Sebelumnya Hamas mengatakan pihaknya akan menyerahkan enam sandera Israel yang masih hidup pada Sabtu (22/2/2025).

    Sementara empat jenazah sandera lainnya belum diumumkan tanggal penyerahannya.

    SERBU MAKAM YUSUF – Suasana saat pemukim Israel menyerbu Makam Yusuf di Nablus, Tepi Barat. Orang-orang Palestina menegaskan bahwa situs tersebut merupakan tempat bersejarah milik umat Islam yang telah terdaftar di Departemen Wakaf Islam.

    Seputar Makam Yusuf yang Sering Diziarahi Yahudi Israel

    Makam Yusuf terletak di kota Balata, sebelah timur kota Nablus, sebuah wilayah di bawah kedaulatan Otoritas Palestina, tetapi telah menjadi fokus konflik antara Palestina dan Zionis sejak pendudukan kota Nablus pada tahun 1967.

    Makam tersebut menjadi tujuan rutin bagi gerombolan pemukim Israel untuk berdoa dan melakukan ritual Talmud.

    Pada 1986, otoritas pendudukan Israel mendirikan sekolah Yahudi untuk mengajarkan Taurat berdampingan dengan Makam Yusuf.

    Pada 1990 “kuburan tersebut” diubah menjadi pos militer yang dikendalikan oleh tentara pendudukan Israel dan Kementerian Agama Israel mengklasifikasikannya sebagai pusaka Yahudi.

    Menurut klaim Yahudi, tulang belulang Nabi Yusuf bin Ya’qub” A.s. dibawa dari Mesir dan dimakamkan di tempat tersebut.

    Berdasarkan sebuah riwayat dalam Kitab Kejadian (salah satu kitab Taurat), orang-orang Yahudi mengatakan bahwa “Nabi Yusuf memerintahkan Bani Israel untuk memindahkan tulang-tulangnya dan menguburnya di sebelah timur kota Sikhem”.

    Sikhem ini adalah kota Nablus di Kanaan.

    Penelitian sejarah menunjukkan bahwa makam tersebut masih baru dan berasal dari era Ottoman atau Turki Usmani pada tahun 1904, di mana makam dibangun untuk mengenang seorang ulama bernama Yusuf Dweikat, yang datang ke wilayah tersebut dan mengajarkan agama Islam.

    Setelah Yusuf Dweikat meninggal, Turki Usmani mendirikan sebuah bangunan di makam tersebut dan mausoleum untuk mengenang dan menghormati jasanya.

    “Makam ini kemudian ramai dikunjungi umat Islam, terutama kelompok sufi yang mengadakan acara tertentu untuk menghormati Syeikh Yusuf Dweikat,” kata ulasan situs NPC.

    Orang-orang Palestina menegaskan bahwa situs tersebut merupakan tempat bersejarah milik umat Islam yang telah terdaftar di Departemen Wakaf Islam.

    Sebelumnya bangunan yang di dalamnya terdapat makam Syeikh Yusuf Dweikat merupakan sebuah masjid sebelum diduduki oleh Israel.

    Selama beberapa tahun terakhir, Makam Yusuf telah menjadi titik konflik antara Palestina dan Zionis Israel.

    Kawasan ini menjadi area perlawanan rakyat Palestina, yang menyebabkan sejumlah besar penduduk Palestina meninggal dunia.

    Serbuan dan serangan pemukim Israel ke makam tidak pernah berhenti. Serbuan ini dilakukan di bawah penjagaan pasukan pendudukan Israel untuk melakukan ritual ibadah Talmud.

    Israel terus memaksakan realitas baru di daerah tersebut tanpa berhenti, melalui seruan yang dibuat oleh para pemukim dan sejumlah asosiasi Yahudi untuk mencaplok area makam demi “kedaulatan Israel” dan pendirian pusat permukiman Yahudi.

    Hal ini berarti lebih dari 30.000 keluarga Palestina terancam diusir jika otoritas pendudukan Israel menyetujui pendirian pos permukiman permanen, yang secara hukum internasional ilegal didirikan di daerah tersebut.

    (oln/rntv/npc-tfj/RT Arabic)

  • Panglima Perang Baru Israel Bakal Copot Besar-besaran Petinggi IDF, Perang Gaza Berubah Pola – Halaman all

    Panglima Perang Baru Israel Bakal Copot Besar-besaran Petinggi IDF, Perang Gaza Berubah Pola – Halaman all

    Panglima Perang Baru Israel Bakal Copot Besar-besaran Petinggi IDF, Perang Gaza Berubah Pola

    TRIBUNNEWS.COM – Media Israel, Channel 12 melaporkan, Kepala Staf baru Militer Israel (IDF), Eyal Zamir, akan mencopot sejumlah pimpinan militer yang namanya dikaitkan dengan kegagalan IDF pada 7 Oktober 2023.

    Laporan itu menjelaskan kalau di antara para petinggi militer IDF yang diperkirakan akan dicopot adalah para pimpinan Angkatan Udara Israel, pimpinan Front Dalam Negeri Israel, pemimpin Operasi militer IDF, dan petinggi Intelijen militer IDF.

    Adapun Otoritas Penyiaran Israel, KAN, mengutip sumber yang dekat dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu melaporkan, “Akan ada perubahan dalam sifat pertempuran dengan pergantian Kepala Staf IDF ini”.

    Laporan ini menguatkan indikasi kalau Israel akan melanjutkan perang Gaza dengan mengabaikan negosiasi gencatan senjata yang seharusnya sudah memasuki Tahap II dalam kerangka pertukaran sandera dan tahanan.

    Pada awal Februari lalu, kantor Netanyahu mengumumkan bahwa Eyal Zamir telah ditunjuk sebagai Kepala Staf IDF, menggantikan Herzi Halevi, yang mengundurkan diri pada 21 Januari, menyusul kegagalan militer IDF pada serangan Banjir Al-Aqsa oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Halevi dan komandan Komando Selatan, Yaron Finkelman, mengakui kegagalan tentara dalam menghadapi operasi Banjir Al-Aqsa yang dilakukan oleh Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas.

    Menyusul pengumuman pengunduran dirinya, Menteri Pertahanan Yisrael Katz mengumumkan kalau dia akan memulai wawancara dengan kandidat kepala staf berikutnya, dengan Mayor Jenderal Eyal Zamir sebagai kandidat utama untuk posisi tersebut.

    Perkiraan tersebut memberikan preferensi kepada Zamir, karena ia adalah Direktur Jenderal Kementerian Pertahanan, dan tidak berada di posisi dan jabatan ketentaraan Israel pada saat kegagalan 7 Oktober.

    Zamir menjabat sebagai wakil kepala staf angkatan darat dari tahun 2018 hingga 2021, menurut situs web angkatan darat.

    Ia juga sebelumnya mengepalai Komando Selatan, yang bertanggung jawab atas operasi militer dan pertahanan, termasuk perbatasan Gaza.

    Sebelumnya, ia menjabat sebagai sekretaris militer Netanyahu.

    BRIGADE AL-QASSAM – Foto ini diambil pada Jumat (28/2/2025) dari Telegram Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, pada Sabtu (7/10/2023) memperlihatkan seorang pejuang Hamas meluncur dengan parasut ketika melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa. Pada Jumat (28/2/2025), Hamas mengomentari investigasi militer Israel yang mengungkap kegagalannya mencegah serangan Hamas. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Ratusan IDF Tewas dalam Tiga Jam oleh Hamas

    Militer Israel dianggap telah gagal, sesuai hasil investigasi Israel terhadap Operasi Banjir al-Aqsa yang dilakukan Hamas dan pejuang Palestina, 7 Oktober 2023 lalu.

    Hamas dalam Operasi Perlawanan Palestina memberikan pukulan berat bagi pasukan pendudukan Israel dalam beberapa jam pertama saat serangan Oktober 2023 lalu.

    Bahkan, pasukan zionis Israel dalam Divisi Gaza secara efektif dikalahkan Hamas serta pejuang Palestina dalam waktu dua jam.

    Selain itu, sebagian besar komandan tingkat menengah Israel, termasuk batalion dan pemimpin perusahaan, tewas pada tahap awal.

    Di atas kerugian yang mengejutkan, komandan tiga brigade Israel juga dieliminasi Hamas, dikutip dari Al Mayadeen.

    Hal itu membuat total 157 tentara Israel tewas dalam tiga jam pertama.

    Surat kabar Israel, Walla!, melaporkan Hamas menargetkan pangkalan udara Angkatan Udara Israel dengan tembakan roket berat, mengganggu lepas landas, yang kemudian menyebabkan kebingungan lebih lanjut dalam hal respons militer.

    Penyelidikan terpisah oleh Maariv menggambarkan kinerja militer pasukan pendudukan Israel pada 7 Oktober sebagai kegagalan bersejarah dan belum pernah terjadi sebelumnya.

    Seorang pejabat senior militer Israel pun mengakui hal itu.

    Maariv mengomentari laporan itu dengan mengatakan Divisi Gaza Israel dikalahkan dalam dua jam pertama perang oleh Hamas.

    Militer Israel Gagal

    Hasil investigasi juga telah mengungkap kegagalan kritis aparat militer dan intelijen pendudukan Israel, mereka telah melakukan kesalahan perhitungan, penyimpangan operasional, dan kerusakan komando.

    Media Israel Yedioth Ahronoth menyimpulkan intelijen militer Israel menderita arogansi dan kebutaan saat di medan perang melawan Hamas dan pejuang Palestina.

    Zionis itu gagal mengantisipasi skala serangan dari Hamas.

    Penyelidikan menemukan, Hamas awalnya berencana untuk meluncurkan serangan selama Paskah pada 2023 tetapi menundanya untuk meningkatkan kesiapsiagaan.

    Dalam bulan-bulan menjelang serangan itu, Komando Selatan pasukan pendudukan Israel (IOF) menilai, skenario terburuk akan melibatkan infiltrasi sekitar 70 pejuang Hamas bersenjata melalui dua titik di sepanjang perbatasan Gaza. 

    Namun, kenyataan sekitar 5.000 pejuang Hamas telah melanggar pertahanan Israel.

    Kesalahpahaman militer Israel ini diperparah oleh arahan Perdana Menteri (PM)  Benjamin Netanyahu tiga bulan sebelum serangan itu, menginstruksikan IOF untuk memprioritaskan ancaman dari Iran, Hizbullah, dan Tepi Barat sambil tetap tenang di Gaza.

    Pergeseran fokus ini membuat pasukan Israel tidak siap untuk serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Investigasi mengungkapkan pasukan Israel di Gaza runtuh selama beberapa jam selama serangan yang dilakukan Hamas.

     

  • Warga Israel Tewas Lainnya Kritis dan Luka Parah di Haifa usai Insiden Penikaman, Hamas Beri Pujian – Halaman all

    Detail Serangan Penembakan yang Guncang Haifa, Hamas: Balasan Aksi Brutal Israel di Tepi Barat – Halaman all

    Detail Penembakan dan Penusukan yang Guncang Haifa, Hamas: Balasan Aksi Brutal Israel di Tepi Barat

    TRIBUNNEWS.COM – Polisi Pendudukan Israel, Senin (3/2/2025) melaporkan insiden penembakan yang menguncang Haifa, kota pelabuhan di Israel barat laut.

    Pihak kepolisian Israel mengonfirmasi insiden ini menimbulkan korban jwa dan beberapa orang terluka.

    Menurut polisi Israel, dugaan serangan penembakan terjadi di Lev Hamifratz Mall di Haifa, dekat stasiun bus pusat, dan pasukan polisi segera menuju ke lokasi kejadian.

    “Laporan awal menunjukkan banyak korban bertumbangan,” kata RNTV, mengutip lansiran media Israel.

    Otoritas penyiaran publik Israel, KAN juga melaporkan serangan penusukan di dekat halte bus dekat kompleks komersial di Haifa, di mana enam orang terluka.

    Sumber-sumber lain mengonfirmasi sedikitnya satu korban tewas dan beberapa lainnya mengalami luka serius di pusat komersial tersebut.

    “Pasukan Israel dilaporkan menembak penyerang di tempat kejadian,” kata laporan itu.

    GUNCANG HAIFA – Polisi Israel berjaga di lokasi serangan penembakan di Lev Hamifratz Mall di Haifa, dekat stasiun bus pusat, Senin (3/3/2025). Serangan ini mengguncang Haifa karena laporan awal menunjukkan banyak korban, seperti yang diliput oleh media Israel.

    Rincian Serangan, Aparat Israel Salah Tembak

    Penyerang tiba dengan bus dari Shfa Amr ke stasiun bus pusat di Haifa.

    Saat memasuki pusat komersial (pusat perbelanjan), penyerang menghunus pisau dan mulai menusuk beberapa pemukim Yahudi Israel sebelum pasukan keamanan tiba.

    Sekelompok besar pasukan keamanan Israel, termasuk polisi, Shin Bet (keamanan internal Israel), dan tentara Israel (IDF), merespons dengan melepaskan tembakan ke arah penyerang.

    “Aparat keamanan Israel secara keliru menembak seorang pemukim bersenjata, karena mengira dia adalah kaki tangan penyerang,” kata laporan tersebut.

    Serangan itu mengakibatkan kematian seorang pemukim, yang ditembak, sementara empat lainnya menderita luka serius setelah ditikam beberapa kali.

    Penyerang itu kemudian dilumpuhkan dengan ditembak hingga tewas.

    Polisi Israel dan pejabat Shin Bet mengonfirmasi bahwa identitas penyerang masih belum diketahui.

    PENGHANCURAN TEPI BARAT – Pasukan Israel selama operasi militer penghancuran Tepi Barat di dalam kamp pengungsi Jenin, Tepi Barat, 24 Februari 2025. Israel diduga melancarkan operasi bertajuk Tembok Besi ini untuk mewujudkan aneksasi menyuluruh di Tepi Barat. (Foto EPA)

    Hamas: Respons Atas Aksi Brutal Israel di Tepi Barat

    Hamas mengeluarkan pernyataan pers yang memuji serangan penusukan di Haifa, menyebutnya sebagai reaksi alami terhadap kejahatan Pendudukan Israel yang sedang berlangsung.

    Pernyataan Hamas itu menekankan kalau serangan itu melambangkan perlawanan Palestina dan menegaskan kembali komitmen mereka untuk berjuang sampai pendudukan dihapus dari wilayah Palestina.

     Gerakan tersebut menggambarkan serangan itu sebagai respons terhadap pelanggaran brutal Israel, termasuk pembunuhan, penghancuran, pemindahan di Tepi Barat utara, pengepungan di Gaza, dan upaya berkelanjutan untuk mengusir warga Palestina dari rumah mereka.

    Mereka juga mengutuk penodaan Masjid Al-Aqsa oleh pasukan Israel.

    Hamas menyerukan peningkatan upaya perlawanan, mendesak warga Palestina di Tepi Barat, Yerusalem, dan wilayah pendudukan untuk menghadapi musuh dengan segala cara yang tersedia.

    Pernyataan itu diakhiri dengan menegaskan kembali tekad mereka untuk membebaskan tanah Palestina, mengusir penjajah, dan mendirikan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.

     

    (oln/rntv/*)

  • Pasukan Israel Jadi ‘Pahlawan Kesiangan’, Baru Datang sesudah Pejuang Terakhir Hamas Pergi – Halaman all

    Pasukan Israel Jadi ‘Pahlawan Kesiangan’, Baru Datang sesudah Pejuang Terakhir Hamas Pergi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hasil penyelidikan tentang serangan Hamas tanggal 7 Oktober 2023 menunjukkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) datang terlambat.

    Kepala Staf Umum IDF, Letjen Herzi Halevi, mengatakan pasukan pertama IDF bahkan baru sampai di pemukiman Nir Oz setelah pejuang terakhir Hamas angkat kaki dari sana.

    Nir Oz disebut sebagai pemukiman yang paling terdampak parah oleh serangan Hamas. Halezi menyebut seperempat warga pemukiman itu tewas atau diculik.

    Halevi lalu mengatakan terlalu banyak pasukan Israel yang pergi ke Sderot, kota di Israel yang dekat dengan perbatasan Gaza.

    Dua pasukan dikirimkan ke Nir Oz. Namun, pasukan itu terlibat dalam pertempuran lain saat menuju ke pemukiman itu. Keduanya bahkan tidak sampai di Nir Oz.

    “Dampaknya sangat parah,” kata Halevi hari Minggu, (2/3/2025), dikutip dari The Times of Israel.

    Menurut Halevi, warga Nir Oz mengklaim tentara pertama baru tiba setelah pejuang terakhir Hamas pergi.

    “Inilah hal terburuk yang bisa kami dengar,” ujar bos IDF itu.

    Dia menyebut absennya data intelijen adalah bagian besar dalam kegagalan IDF. Kata dia, data intelijen itu bisa mengubah kenyataan. Sayangnya, IDF tidak mendapatkannya.

    PAMER SENJATA – Foto yang diambil dari Telegram Brigade Al-Quds pada Sabtu (15/2/2025) menunjukkan tentara Hamas memamerkan senjata dan perlengkapan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang berhasil mereka sita. (Telegram Brigade Al-Quds)

    Kemudian, Halevi membahas sinyal-sinyal dari Hamas yang menujukkan mereka sedang merencanakan sesuatu. Sinyal itu baru diterima beberapa jam menjelang serangan.

    “Pertanyaan utamanya ada di sini: Bisakah kita memahami apa yang diterima pada malam itu secara berbeda, dan membuat keputusan berbeda?”

    Dia mengatakan Hamas mengaktifkan SIM card milik warga Israel pada Jumat malam tanggal 6 Oktober. Hal ini turut dilaporkan oleh intelijen IDF.

    Meski demikian, menurut Halevi, peristiwa seperti ini sudah pernah terjadi berkali-kali.

    IDF juga mengecek pergerakan pejabat senior Hamas. Hasil pengecekan menunjukkan mereka melakukan aktivitas seperti biasa.

    Halevi berujar beberapa minggu menjelang serangan, Hamas lebih sering mendiskusikan serangan yang dilancarkan dari Tepi Barat.

    Para pejabat tinggi IDF sudah diberi tahu tentang sinyal-sinyal buruk dari Gaza sekitar pukul 03.00 atau beberapa jam sebelum serangan. Sayangnya, pemberitahuan itu sudah terlambat.

    “Staf Umum, termasuk saya, memahami gambaran itu sekitar pukul 03.00. Saya pikir sudah terlalu telat,” ucap Halevi.

    “Sinyal pertama muncul pukul 09.00 hingga 09.30 pada malam sebelumnya. Namun, sinyal itu tidak mencukupi.”

    Menurut dia, setiap orang yang mengetahui sinyal itu meyakini tidak akan terjadi sesuatu dalam waktu dekat.

    Halevi menyebut level peringatan tidak ditingkatkan. Meski demikian, dia juga menyebut ada terlalu banyak hal yang sedang terjadi di Gaza dan tidak jelas.

    727 tentara IDF harus hadapi 5.000 pejuang Hamas

    Hasil penyelidikan IDF mengenai serangan Hamas tanggal 7 Oktober 2023 mulai diungkapkan.

    Menurut IDF, divisi Israel yang bertanggung jawab melindungi Israel selatan, yakni Divisi Gaza, dikalahkan selama berjam-jam oleh Hamas.

    Kekacauan dan kebingungan mendera tentara Israel sehingga memperlambat aksi balasan mereka pada hari itu.

    The Times of Israel melaporkan, pada saat itu, ada lebih dari 5.000 pejuang Hamas yang menyerbu Israel. Di sisi lain, hanya ada 767 tentara Israel yang ditempatkan di perbatasan.

    Akibatnya sudah bisa diduga, yakni Divisi Gaza ditumbangkan Hamas. Staf Umum Israel disebut tidak memahami besarnya serangan Hamas dan gagal menjelaskan situasi operasional.

    Hal itu menjadi tantangan besar bagi IDF untuk menghalangi serangan Hamas. IDF terbukti gagal melindungi warga Israel dan tidak siap menghadapi serangan besar.

    Menurut IDF, serangan Hamas dimulai pukul 06.29 waktu setempat dan melibatkan lebih dari 5.000 pejuang. Pada saat yang bersamaan ada hampir 4.700 roket yang ditembakkan ke Israel.

    Hamas menggunakan bom dan menerobos pagar perbatasan di 114 lokasi, termasuk 37 gerbang yang dipaksa dibuka.

    Pukul 06.37 waktu setempat, Divisi Gaza mengumumkan “Parash peleshet”, yaitu kode yang merujuk kepada skenario penerobosan paling ekstrem dan melibatkan puluhan pejuang Hamas.

    Divisi Gaza dikalahkan selama hampir 10 jam. Disebut hanya ada sekitar 700 tentara yang menjaga perbatasan sepanjang 59 kilometer itu. Banyak di antara mereka yang tewas.

    (*)