Negara: Tepi Barat

  • Para Ahli Berdebat Soal Kota Raksasa di Bawah Piramida Mesir

    Para Ahli Berdebat Soal Kota Raksasa di Bawah Piramida Mesir

    Jakarta

    Tim peneliti asal Italia yang dipimpin oleh Prof. Corrado Malanga dari Pisa University, mengatakan mereka telah menemukan jaringan bawah tanah yang luas di bawah piramida Mesir.

    Mereka mengklaim gambar radar menunjukkan terowongan vertikal besar, tangga spiral, saluran yang menyerupai jaringan pipa untuk sistem air, dan dunia bangunan tersembunyi lebih dari 610 m di bawah permukaan.

    Mereka bahkan menduga bahwa Hall of Records yang legendaris, yang konon merupakan perpustakaan yang terkait dengan pengetahuan Mesir kuno, mungkin terletak di dalam kompleks bawah tanah ini.

    “Ketika kami memperbesar gambar, kami akan mengungkapkan bahwa di bawahnya terdapat apa yang hanya dapat digambarkan sebagai kota bawah tanah yang sebenarnya,” kata tim tersebut seperti dikutip dari Euro News.

    Namun tidak semua ahli yakin mengenai hal ini. Pakar radar Prof Lawrence Conyers dari Denver University menyebut klaim tersebut berlebihan, dan menyatakan bahwa teknologi yang digunakan, pulsa radar dari satelit, mirip dengan bagaimana radar sonar digunakan untuk memetakan lautan, tidak dapat menembus sedalam itu ke dalam Bumi.

    Ia meragukan gagasan kota bawah tanah, tetapi mengakui bahwa bangunan yang lebih kecil mungkin ditemukan di bawah piramida. Conyers pun menggarisbawahi bagaimana suku Maya dan masyarakat lain di Mesoamerika kuno sering membangun piramida di atas pintu masuk gua atau gua yang memiliki makna seremonial bagi mereka.

    Senada dengan itu, arkeolog Mesir Dr. Zahi Hawass mengatakan kepada bahwa para peneliti itu sepenuhnya salah, dan berpendapat bahwa apa yang mereka sebut sebagai penemuan itu tidak memiliki dasar ilmiah apa pun.

    Penelitian yang dilakukan oleh Prof Malanga dan rekan peneliti Filippo Biondi dan Armando Mei telah dibahas dalam sebuah pengarahan di Italia, namun temuan para ilmuwan tersebut belum dipublikasikan dalam jurnal yang ditinjau sejawat.

    Tim tersebut berfokus pada piramida Khafre, salah satu dari tiga piramida di kompleks Giza, di samping piramida Khufu dan Menkaure. Struktur ikonik ini diyakini dibangun sekitar 4.500 tahun yang lalu dan terletak di tepi barat Sungai Nil di Mesir utara.

    (rns/rns)

  • Kondisi Tentara Israel: Dilema Moral dan Trauma Buntut Pengakuan Tentang Tameng Manusia – Halaman all

    Kondisi Tentara Israel: Dilema Moral dan Trauma Buntut Pengakuan Tentang Tameng Manusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sejak pembatalan gencatan senjata pada 17 Maret, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah kembali menggempur Gaza dengan serangan yang diklaim menargetkan personel Hamas.

    Konflik ini mengakibatkan jumlah korban tewas di Gaza melampaui 50.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan Palestina yang dikelola Hamas.

    Dalam konteks agresi yang semakin meningkat, sebuah laporan dari CBS News mengungkapkan pengakuan seorang tentara Israel yang merasa trauma akibat taktik yang diterapkan oleh IDF, khususnya terkait penggunaan tameng manusia.

    Apa yang Terjadi dengan Tentara Israel di Lapangan?
    Siapa Tentara yang Mengungkapkan Trauma?

    Tentara Israel yang menyamar dengan nama Tommy, mengungkapkan bahwa ia diperintahkan untuk membakar gedung dan menggunakan warga Palestina sebagai tameng manusia.

    Ia menyatakan, “Kami membakar gedung-gedung tanpa alasan yang jelas, melanggar hukum internasional.” Pengakuan ini memperlihatkan betapa dalamnya perasaan tertekan yang dialami oleh tentara, di mana mereka terpaksa melanggar norma dan etika.

    Apa Saja Taktik yang Digunakan IDF?

    Tommy menjelaskan bahwa ia dan rekan-rekannya diperintahkan untuk mengirim warga Palestina ke dalam gedung untuk mencari bahan peledak alih-alih menggunakan anjing pelacak militer yang terlatih. “Mereka orang Palestina, kami mengirim mereka masuk terlebih dahulu untuk melihat apakah gedung itu aman dan memeriksa apakah ada jebakan. Mereka gemetar dan ketakutan,” ungkapnya.

    Kondisi ini menciptakan ketegangan di antara tentara yang merasa tidak nyaman dengan tugas yang harus mereka jalankan.

    Meski Tommy dan rekan-rekannya meminta agar praktik ini dihentikan, perintah dari atasan tetap harus dilaksanakan.

    Apa Itu Protokol Antinyamuk yang Diterapkan oleh IDF?
    Mengapa Dikenal Sebagai Protokol Antinyamuk?

    Praktik yang menyedihkan ini dikenal sebagai “protokol antinyamuk,” istilah yang digunakan oleh organisasi Breaking the Silence, sebuah kelompok veteran Israel yang mengungkap pelanggaran yang dilakukan oleh IDF.

    Beberapa whistleblower dari IDF juga mengonfirmasi bahwa protokol ini diterapkan secara luas di Gaza.

    Taktik ini tidak hanya menciptakan trauma bagi warga Palestina, tetapi juga meninggalkan luka mendalam bagi tentara Israel itu sendiri.

    Bagaimana Respons Militer Israel Terhadap Pengakuan Ini?

    Dalam tanggapannya kepada CBS News, militer Israel membantah tuduhan mengenai penggunaan perisai manusia dan mengeklaim tidak dapat menyelidiki kasus ini tanpa informasi lebih lanjut.

    Namun, laporan menunjukkan bahwa taktik serupa juga digunakan di Tepi Barat, di mana lebih dari 40.000 warga telah mengungsi akibat serangan Israel dalam dua bulan terakhir.

    Apa Dampak Psikologis pada Tentara Israel?
    Bagaimana Trauma Moral Mempengaruhi Tentara?

    Dalam pengalaman Tommy, ia mengungkapkan, “Saya terluka secara moral. Sungguh menyebalkan menggunakan warga sebagai tameng manusia seperti anjing.” Ini menunjukkan bahwa trauma moral bukan hanya dialami oleh warga sipil, tetapi juga oleh tentara yang terjebak dalam situasi yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

    Apa yang Dirasakan oleh Warga Palestina?

    Di Tepi Barat, seorang anak berusia 14 tahun bernama Omri Salem mengaku dipaksa oleh IDF untuk menggeledah gedung dengan todongan senjata. “Saya sangat takut,” katanya, mengungkapkan pengalaman yang meninggalkan luka emosional yang mendalam.

    Bagaimana Situasi Kemanusiaan di Gaza Saat Ini?
    Apa yang Dilaporkan oleh Program Pangan Dunia (WFP)?

    Dalam perkembangan lain, Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan bahwa stok makanan di Gaza akan habis dalam waktu sekitar 10 hari, yang mengancam ratusan ribu orang dengan kelaparan.

    Menurut WFP, pasokan tepung terigu di Gaza hanya cukup untuk memasok toko roti yang melayani 800.000 orang hingga hari Selasa.

    Tanpa pengisian ulang, seluruh persediaan makanan di wilayah tersebut akan segera habis.

    Apa yang Dilakukan WFP untuk Mengatasi Krisis ini?

    Sebagai langkah darurat, pemerintah memiliki cadangan biskuit bernutrisi untuk 415.000 orang yang akan digunakan jika semua makanan lain telah habis.

    WFP mendesak semua pihak untuk memprioritaskan kebutuhan warga sipil, melindungi pekerja kemanusiaan serta personel PBB, dan segera membuka akses bantuan ke Gaza.

    Secara keseluruhan, situasi di Gaza semakin memprihatinkan, baik bagi warga sipil maupun bagi tentara yang terlibat dalam konflik ini.

    Trauma yang dialami oleh kedua pihak menunjukkan betapa kompleks dan menyedihkannya situasi ini, yang memerlukan perhatian serta tindakan dari komunitas internasional.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Bom Israel Bunuh 9 Sipil Sepanjang Sholat Id, 5 di Antaranya Anak-anak

    Bom Israel Bunuh 9 Sipil Sepanjang Sholat Id, 5 di Antaranya Anak-anak

    PIKIRAN RAKYAT – Pasukan Israel membombardir Gaza saat warga Palestina merayakan Idul Fitri. Bom yang tiada henti sepanjang pelaksanaan sholat berjamaah id menewaskan sembilan orang, termasuk lima anak-anak.

    Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel telah mengajukan usulan balasan setelah Hamas mengungkapkan bahwa mereka menerima rencana gencatan senjata baru yang diajukan oleh Mesir dan Qatar.

    Program Pangan Dunia mengatakan stok makanan mereka di Gaza bisa habis dalam waktu 10 hari karena blokade yang menghancurkan yang diterapkan Israel.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 50.277 warga Palestina dipastikan tewas dan 114.095 luka-luka dalam genosida Israel terhadap Gaza.

    Kantor Media Pemerintah Gaza memperbarui jumlah korban tewas sekitar dua bulan lalu menjadi lebih dari 61.700, dengan ribuan orang yang hilang di bawah puing-puing diduga kuat sudah tak bernyawa.

    Bombardir Tak Henti Saat Sholat Id

    Warga Palestina melaksanakan sholat Idul Fitri saat serangan Israel terus berlanjut. Sebagaimana muslim di belahan dunia lain, masyarakat Palestina di Gaza melaksanakan sholat untuk menandai berakhirnya bulan suci Ramadhan dan dimulainya Syawal.

    Seperti yang mereka lakukan selama perang, mereka sholat di tengah puing-puing sisa kehidupan yang telah diluluhlantakan Israel Penjajah.

    #شاهد | إطلاق نار من آليات الاحتلال خلال أداء الفلسطينيين صلاة العيد في عدد من المناطق داخل قطاع غزة. pic.twitter.com/0CaaPobzTl— المركز الفلسطيني للإعلام (@PalinfoAr) March 30, 2025

    Dalam sebuah video yang diunggah oleh Pusat Informasi Palestina, suara tembakan terdengar ketika sholat dilaksanakan.

    “Seperti yang telah kami laporkan, pasukan Israel membunuh sedikitnya sembilan orang pada pagi hari Idul Fitri. Korban termasuk lima anak-anak,” demikian laporan wartawan Al Jazeera dari kontributor setempat, dikutip Minggu, 30 Maret 2025.

    Kekacauan di Jenin Tepi Barat

    Tak hanya Gaza, Tepi Barat juga tidak luput dari kekacauan dalam perayaan lebaran tahun ini. Pasukan Israel dilaporkan telah menembakkan gas air mata kepada warga Palestina yang berziarah ke pemakaman Jenin.

    Warga Palestina lazimnya berziarah untuk menghormati orang yang telah meninggal di pemakaman Jenin ketika Idul Fitri.

    Dalam kerumunan khidmat, gas air mata ditembakkan tanpa ampun, sehingga menyebabkan para warga sesak napas hingga gangguan penglihatan. Demikian menurut laporan media setempat.

    Rekaman yang diverifikasi oleh unit pemeriksaan fakta Sanad Al Jazeera menunjukkan, kerumunan memang betul berlarian mencari perlindungan saat awan gas air mata menyebar di area tersebut. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Tentara Israel Trauma dan Muak Dipaksa Gunakan Tameng Manusia di Gaza – Halaman all

    Tentara Israel Trauma dan Muak Dipaksa Gunakan Tameng Manusia di Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sejak membatalkan gencatan senjata pada 17 Maret, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kembali menggempur Gaza dengan serangan yang disebut menargetkan personel Hamas.

    Serangan ini telah menyebabkan jumlah korban tewas di Gaza lebih dari 50.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan Palestina yang dikelola Hamas, seperti dilaporkan Al Jazeera.

    Di tengah eskalasi agresi, laporan CBS News mengungkap pengakuan seorang tentara Israel yang merasa trauma dengan taktik yang diterapkan IDF.

    Tentara Israel yang diidentifikasi sebagai “Tommy” (bukan nama sebenarnya) mengungkapkan bahwa ia diperintahkan untuk membakar gedung dan menggunakan warga Palestina sebagai tameng manusia.

    “Kami membakar gedung-gedung tanpa alasan, yang jelas melanggar hukum internasional,” katanya kepada CBS News.

    Ia juga mengaku diperintahkan mengirim warga Palestina ke dalam gedung untuk mencari bahan peledak, bukannya menggunakan anjing pelacak militer yang telah dilatih.

    “Mereka orang Palestina. Kami mengirim mereka masuk terlebih dahulu untuk melihat apakah gedung itu aman dan memeriksa apakah ada jebakan… Mereka gemetar dan ketakutan.”

    Menurut Tommy, ia dan rekan-rekannya meminta komandannya menghentikan praktik ini, tetapi perintah tetap harus dijalankan.

    Protokol Antinyamuk: Strategi Kontroversial IDF

    Praktik ini dikenal sebagai “protokol antinyamuk,” istilah yang digunakan oleh organisasi Breaking the Silence, kelompok veteran Israel yang mengungkap pelanggaran IDF.

    Beberapa whistleblower IDF telah mengonfirmasi bahwa protokol ini diterapkan secara luas di Gaza.

    Dalam tanggapannya kepada CBS News, militer Israel membantah penggunaan perisai manusia dan mengklaim tidak dapat menyelidiki kasus ini tanpa informasi lebih lanjut.

    Namun, laporan menunjukkan bahwa taktik serupa digunakan IDF di Tepi Barat, di mana lebih dari 40.000 warga telah mengungsi akibat serangan Israel selama lebih dari dua bulan.

    Tentara Israel Trauma

    Penggunaan tameng manusia ini menimbulkan trauma tidak hanya bagi warga Palestina, tetapi juga bagi tentara Israel sendiri.

    Di Tepi Barat, seorang anak berusia 14 tahun bernama Omri Salem mengaku dipaksa oleh IDF untuk menggeledah gedung dengan todongan senjata.

    “Saya sangat takut,” katanya, mengingat pengalamannya yang meninggalkan luka emosional mendalam.

    Di Gaza, Tommy yang memegang senjata juga mengalami trauma moral akibat praktik ini.

    “Saya terluka secara moral,” ujarnya. “Sungguh menyebalkan menggunakan warga sebagai tameng manusia seperti anjing.”

    WFP: Persediaan Makanan di Gaza Akan Habis dalam 10 Hari

    Dalam perkembangan lain, Program Pangan Dunia (WFP) PBB memperingatkan bahwa stok makanan di Gaza dapat habis dalam waktu sekitar 10 hari, mengancam ratusan ribu orang dengan kelaparan.

    Menurut WFP, pasokan tepung terigu di Gaza hanya cukup untuk memasok toko roti yang melayani 800.000 orang hingga hari Selasa.

    Jika tidak ada pengisian ulang, seluruh persediaan makanan di wilayah tersebut akan habis dalam waktu singkat, dikutip dari Al Jazeera.

    Blokade Israel yang telah berlangsung lebih dari empat minggu telah menghambat masuknya bantuan ke Gaza, memperparah krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.

    Sebagai langkah darurat, pemerintah memiliki cadangan biskuit bernutrisi untuk 415.000 orang yang akan digunakan jika semua makanan lain telah habis.

    “WFP menghimbau semua pihak untuk memprioritaskan kebutuhan warga sipil, melindungi pekerja kemanusiaan serta personel PBB, dan segera membuka akses bantuan ke Gaza,” kata badan tersebut dalam pernyataan resminya.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Blak-blakan Tentara Israel Trauma dan Muak Dipaksa IDF Terapkan Protokol Anti-Nyamuk di Gaza – Halaman all

    Blak-blakan Tentara Israel Trauma dan Muak Dipaksa IDF Terapkan Protokol Anti-Nyamuk di Gaza – Halaman all

    Blak-blakan Tentara Israel Trauma dan Muak Dipaksa IDF Terapkan Protokol Antinyamuk di Gaza
     
     
    TRIBUNNEWS.COM – Perang kembali terjadi di Gaza.

    Sejak  membatalkan gencatan senjata  pada 17 Maret, Pasukan Pendudukan Israel (IDF) telah menggempur wilayah Palestina  dengan gelombang serangan mematikan yang katanya menargetkan personel gerakan perlawanan Palestina, Hamas.

    Serangan tersebut telah menyebabkan jumlah korban tewas di Gaza menjadi lebih dari 50.000 sejak dimulainya perang, menurut Kementerian Kesehatan Palestina yang dikelola Hamas di daerah kantong itu.

    Terkait agresi IDF yang kembali dilancarkan IDF ke Gaza, laporan CBS News baru-baru ini mengungkap pengakuan blak-blakan seorang tentara Israel yang mengaku trauma atas penggunaan taktik IDF dalam agresinya tersebut.

    Taktik-taktik IDF ini, disebutkan melanggar hukum internasional secara nyata. Selain itu, taktik ini justru menimbulkan trauma bagi kebanyakan personel IDF itu sendiri.

    “Tommy — bukan nama sebenarnya, karena ia setuju untuk berbicara dengan syarat anonim — bertempur di Gaza untuk IDF, dan kisahnya tentang taktik yang digunakan menimbulkan beberapa pertanyaan serius,” kata laporan tersebut dikutip Jumat (28/3/2025).

    Tentara Israel tersebut mengatakan kalau dia diperintahkan membakar dan menghancurkan rumah dan gedung serta menggunakan warga Palestina sebagai tameng manusia di Gaza

    “Kami telah membakar gedung-gedung tanpa alasan, yang tentu saja melanggar hukum internasional,” katanya dilansir CBS. 

    “…Dan kami menggunakan perisai manusia sebagai perlindungan,” tambahnya.

    Tommy mengatakan komandannya memerintahkan unitnya untuk menggunakan warga sipil Gaza untuk mencari bahan peledak di gedung-gedung, alih-alih menggunakan anjing militer yang sudah dilatih.

    “Mereka orang Palestina,”.

    “Kami mengirim mereka masuk terlebih dahulu untuk melihat apakah gedung itu aman dan memeriksa apakah ada jebakan… Mereka gemetar dan gemetar.”

     “Kami berbicara dengan komandan kami, dan kami memintanya untuk berhenti melakukannya,” kata Tommy, tetapi mereka diperintahkan untuk melanjutkan praktik tersebut. 

    AGRESI – Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri melakukan agresi militer darat ke Jalur Gaza. Israel terindikasi enggan melanjutkan negosiasi tahap dua gencatan senjata dengan Hamas. (khaberni/tangkap layar) (khaberni/tangkap layar)

    Protokol Antinyamuk

    Tommy mengatakan kalau penggunaan tameng manusia dari warga Gaza itu adalah prosedur militer yang diterapkan IDF.

    Praktik tersebut bahkan memiliki nama — “protokol antinyamuk” — menurut Breaking the Silence, sebuah organisasi veteran Israel yang berupaya mengungkap pelanggaran militer oleh personel IDF. 

    Kelompok tersebut mengatakan kalau beberapa whistleblower IDF telah mengonfirmasi bahwa protokol tersebut tersebar luas di Gaza.

    Breaking the Silence telah bertindak sebagai badan pengawas militer Israel selama lebih dari 20 tahun.

    Dikatakan bahwa mereka telah menguatkan pernyataan Tommy dengan tentara lainnya.

    “Dalam sebuah email, militer Israel mengatakan kepada CBS News bahwa mereka melarang penggunaan perisai manusia tetapi mereka tidak dapat menyelidiki klaim Tommy tanpa informasi yang lebih rinci,” tulis disclaimer laporan.

    Adapun Israel telah lama menuduh Hamas menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia, dan ada bukti bahwa para pejuang menyembunyikan diri dan senjata mereka di wilayah sipil, membuat terowongan di bawah rumah sakit, dan menembakkan roket dari posisi tersebut.

    “IDF tidak mengonfirmasi apakah mereka sedang menyelidiki laporan lain tentang penggunaan “protokol antinyamuk” oleh pasukannya, tetapi kami menemukan bahwa pasukan Israel menggunakan taktik yang sama seperti yang digunakan di Gaza di  Tepi Barat yang diduduki, di mana serangan besar-besaran  telah menyebabkan pasukan Israel meledakkan rumah-rumah dan mengungsikan lebih dari 40.000 orang selama lebih dari dua bulan,” tulis laporan CBS.

    Sama-sama Trauma

    Penggunaan praktik tameng manusia ini rupanya tak hanya menimbulkan trauma psikis bagi para korban, tetapi juga bagi tentara Israel yang menjalankannya.

    Di Tepi Barat, reporter media tersebut bertemu dengan Omri Salem yang berusia 14 tahun, seorang anak yang tekun belajar dan bercita-cita menjadi seorang insinyur.

    Keluarganya telah tinggal di daerah itu selama beberapa generasi. 

    Ia mengatakan, bersama dengan sepupunya yang berusia sembilan tahun, kalau dia diperintahkan oleh IDF untuk menggeledah sebuah gedung apartemen berlantai empat. Ia tidak ingin melakukannya.

    “Saya sangat takut,” katanya. “Lalu mereka mulai memukuli kami.”

    Omri masih terluka secara emosional oleh para prajurit, yang katanya memaksanya dengan todongan senjata untuk menjadi perisai manusia mereka.

    Di Gaza, Tommy adalah orang yang memegang senjata, tetapi ia mengaku juga mengalami trauma.

    Tommy menyiratkan kemuakkannya atas praktik ilegal militer ini dalam perang.

    “Saya terluka secara moral,” kata prajurit itu. 

    “Sungguh menyebalkan, Anda tahu, menggunakan warga sebagai tameng manusia seperti anjing,” katanya.

     

    (oln/cbs/*)

  • PBB Peringatkan Situasi ‘Mengerikan’ bagi Warga yang Dipaksa Mengungsi oleh Israel di Gaza Utara – Halaman all

    PBB Peringatkan Situasi ‘Mengerikan’ bagi Warga yang Dipaksa Mengungsi oleh Israel di Gaza Utara – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) telah memperingatkan tentang “kondisi mengerikan” yang dihadapi oleh orang-orang yang baru mengungsi akibat perintah pemindahan paksa militer Israel di daerah Beit Hanoon dan Beit Lahiya di Gaza utara.

    UNRWA menyebut warga kini mengungsi di tenda-tenda darurat setelah dipaksa mengungsi oleh Israel.

    “Dengan keterbatasan makanan dan air, sebagian dari mereka kini tinggal di tenda-tenda darurat di jalan utama dekat kompleks utama UNRWA di Gaza,” kata badan PBB itu, Jumat (28/3/2025), dilansir Al Jazeera.

    Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, mengatakan tidak ada bantuan kemanusiaan yang memasuki Gaza dalam lebih dari tiga minggu, dibandingkan dengan antara 500 dan 600 truk pasokan kemanusiaan yang mencapai daerah kantong itu sebelum Israel memberlakukan blokade dan melanggar gencatan senjata awal bulan ini.

    “Gaza adalah masa tergelap umat manusia,” kata Lazzarini dalam sebuah unggahan di media sosial.

    Sementara, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) telah mengungkapkan bahwa 82 persen pergerakan bantuan kemanusiaan di Gaza ditolak oleh militer Israel pada 18-24 Maret.

    “Tugas-tugas penting seperti mengambil pasokan penting atau mengisi bahan bakar di toko roti diblokir secara efektif,” kata OCHA dalam unggahan di media sosial.

    Blokade tiga minggu yang dilakukan Israel terhadap semua bantuan yang masuk ke Gaza dan penolakannya terhadap pergerakan yang aman bagi badan-badan bantuan di dalam wilayah yang dilanda perang itu, terjadi ketika Program Pangan Dunia PBB (WFP) memperingatkan bahwa “ratusan ribu” orang di Gaza kembali menghadapi kelaparan dan kekurangan gizi yang parah.

    “Perluasan aktivitas militer di Gaza sangat mengganggu operasi bantuan pangan dan membahayakan nyawa para pekerja bantuan setiap hari,” kata WFP dalam sebuah pernyataan.

    Persediaan Makanan di Gaza Tinggal untuk 2 Minggu

    Diberitakan Al Arabiya, WFP memperingatkan bahwa mereka hanya memiliki persediaan makanan untuk dua minggu di Gaza, tempat ratusan ribu orang berisiko mengalami kelaparan parah dan kekurangan gizi.

    “WFP memiliki sekitar 5.700 ton stok makanan yang tersisa di Gaza – cukup untuk mendukung operasi WFP selama maksimal dua minggu,” kata badan yang berpusat di Roma itu dalam sebuah pernyataan, Kamis (27/3/2025).

    WFP mengatakan karena situasi keamanan yang memburuk dan pengungsian yang cepat, badan tersebut akan mendistribusikan makanan sebanyak mungkin dan secepat mungkin.

    WFP mengurangi jatah makanan perorangan sehingga badan tersebut dapat memberi makan lebih banyak orang secara keseluruhan.

    Badan itu berencana untuk mendistribusikan paket makanan kepada setengah juta orang, yang berarti paket tersebut akan memberi makan satu keluarga selama sekitar satu minggu.

    Sebagai informasi, Israel melanjutkan operasi militer di wilayah Palestina lebih dari seminggu yang lalu, menghancurkan ketenangan selama berminggu-minggu yang dibawa oleh gencatan senjata yang rapuh.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan pada hari Rabu bahwa operasi baru Israel telah menyebabkan 142.000 orang mengungsi hanya dalam tujuh hari, dan memperingatkan berkurangnya pasokan setelah Israel melanjutkan pemblokiran bantuan kemanusiaan yang memasuki Gaza.

    Pejabat Israel mengatakan operasi baru itu dimaksudkan untuk menekan Hamas, yang menguasai Gaza, agar membebaskan sandera yang tersisa menyusul kebuntuan dalam pembicaraan dengan mediator untuk memperpanjang gencatan senjata.

    Tujuh warga Palestina tewas dalam serangan Israel di pasar yang ramai di Gaza tengah, sementara lebih dari 40 orang tewas dalam serangan di wilayah yang dilanda perang itu dalam 24 jam terakhir.

    Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memperingatkan bahwa ribuan warga Palestina menghadapi kelaparan parah dan kekurangan gizi di Gaza karena badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan tidak ada bantuan yang memasuki daerah kantong itu dalam lebih dari tiga minggu.

    Serangan Israel telah menewaskan enam orang dalam serangan terbaru di Lebanon selatan, kata Kementerian Kesehatan negara itu.

    PENGUNGSI GAZA – Tangkap layar Khaberni, Rabu (26/3/2025) menunjukkan pengungsi warga Gaza yang berpindah mencari lokasi aman dari serangan Israel. (khaberni/tangkap layar)

    Serangan ulang Israel terhadap Gaza berlanjut memasuki hari ke-11, menewaskan puluhan warga Palestina, termasuk tujuh orang dalam serangan di pasar yang ramai di pusat daerah kantong yang terkepung itu.

    Serangan Israel juga menewaskan pekerja lain di lembaga amal World Central Kitchen, sehingga jumlah total staf kelompok bantuan pangan yang tewas selama perang Israel di Gaza menjadi 12 orang.

    Pasukan Israel di kota Hebron, Tepi Barat yang diduduki, telah menolak akses penuh warga Palestina ke Masjid Ibrahimi yang merupakan bangunan bersejarah di kota itu untuk hari Jumat keempat berturut-turut selama bulan suci Ramadan.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sebanyak 50.208 warga Palestina dipastikan tewas dan 113.910 lainnya terluka dalam  perang Israel di Gaza.

    Kantor Media Pemerintah Gaza memperbarui  jumlah korban tewas  menjadi lebih dari 61.700, dengan mengatakan ribuan warga Palestina yang hilang di bawah reruntuhan diduga tewas.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Israel Terancam Dikepung Iran di Lautan, Jenderal IRGC: Akan Kami Ubah Laut Jadi Neraka Zionis – Halaman all

    Israel Terancam Dikepung Iran di Lautan, Jenderal IRGC: Akan Kami Ubah Laut Jadi Neraka Zionis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Iran menyampaikan ancaman keras terhadap Israel saat parade angkatan laut besar-besaran pada Kamis (27/3/2025) kemarin.

    Parade itu digelar di Teluk Persia, pantai Makran, dan Laut Kaspia untuk mengungkapkan dukungan kepada rakyat Palestina.

    Laksamana Muda Alireza Tangsiri dari Angkatan Laut Korps Garda Revolusioner Islam Iran (IRGC) mengatakan Iran akan memastikan keamanan di perairan regional dan melawan setiap musuh.

    “IRGC akan mengubah lautan menjadi neraka untuk Zionis dan melenyapkan Israel dari muka bumi,” kata Tangsiri, dikutip dari Tasnim.

    Dia menyebut Israel terancam terkepung atau tak punya jalan untuk kabur.

    “Kami tidak hanya berperang di darat. Kami juga siap di laut dan kalian tidak akan punya jalan untuk melarikan diri,” ujarnya untuk menegaskan komitmen Iran mengamankan keamanan Teluk Persia, Laut Oman, dan perairan utara.

    Tangsiri berujar mobilisasi Angkatan Laut Iran merupakan simbol perlawanan.

    “Pasukan laut Basij bukan hanya satuan militer, melainkan juga perwakilan perlawanan negara-negara Islam terhadap para penindas. Sekarang laut menjadi arena melawan penindas.”

    Menurut dia, parade di laut pada hari Quds (hari Jumat terakhir pada bulan Ramadan) itu diikuti oleh lebih dari 3.000 kapal. Kata dia, setiap aksi permusuhan akan dibalas.

    Tangsiri menyebut sekutu-sekutu Iran juga turut serta dalam parade itu. Tampak ada bendera Palestina yang dikibarkan, lalu ada bendera Israel yang dibakar di Teluk Persia.

    “Kalian (Israel) tak akan menemukan rute kabur lewat laut. Pasukan Basij Iran dan negara-negara muslim lainnya akan menghalangi semua jalur kalian,” ucapnya.

    Sekali lagi, dia mengatakan pasukan Iran siap melawan ancaman di laut. “Kami siap pula di laut. Kalian tak punya tempat untuk lari.”

    Pada bulan Oktober 2024, Iran pernah mengancam akan menyerang semua infrastruktur di Israel jika negara Yahudi itu nekat menyerang Iran.

    Mayjen Mohammed Bagheri menyebut Iran akan meluncurkan lebih banyak rudal ke Israel daripada sebelumnya jika Israel mengabaikannya.

    Peringatkan Israel agar tak serang Lebanon

    Tempo hari Iran memperingatkan Israel agar tidak menyerang Lebanon.

    Juru bicara Menteri Luar Negeri Iran, Esmail Baghaei, mengecam serangan itu. Dia menyebutnya sebagai ancaman terhadap perdamanan dan keamanan dunia.

    Baghei menyamakan serangan tersebut dengan serangan Israel di Gaza dan Tepi Barat. Dia mendesak masyarakat internasional segera bertindak.

    Adapun serangan terbaru Israel di Gaza disebut menunjukkan bahwa Israel mengabaikan hukum internasional.

    Baghei juga menyampaikan dukacitanya kepada para keluarga korban serangan Israel di Lebanon. Dia berharap korban luka cepat sembuh.

    (*)

  • Militer Israel Dihantam Krisis, Banyak Tentara Cadangan IDF Tolak Berperang di Gaza, Kecewa Berat – Halaman all

    Militer Israel Dihantam Krisis, Banyak Tentara Cadangan IDF Tolak Berperang di Gaza, Kecewa Berat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel dilaporkan mengalami krisis prajurit karena banyak tentara cadangannya menolak ikut berperang di Jalur Gaza.

    Saat ini Israel bersiap memperluas operasi militernya di Gaza. Ada puluhan ribu tentara yang akan dipanggil dalam waktu dekat.

    Media terkenal Israel bernama Haaretz melaporkan, seorang komandan senior Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah menyinggung banyaknya tentara cadangan yang menolak menjalankan kewajiban.

    Alasan utamanya adalah kekecewaan besar atas kebijakan pemerintah dan perasaan bahwa pemerintah belum cukup melakukan banyak hal untuk membebaskan sandera di Gaza.

    Alasan lainnya adalah penolakan tentara atas rancangan undang-undang (RUU) yang akan mengecualikan warga Israel ultra-Ortodoks dari dinas militer dan keinginan pemerintah untuk menguatkan kontrolnya atas pengadilan.

    Beberapa tentara cadangan mengaku para prajurit dan komandan mengalami keletihan yang begitu besar. Mereka kesulitan menjalani dinas.

    “Sudah melewati batas,” kata Alon Gur yang mengundurkan diri dari Angkatan Udara Israel minggu lalu setelah dicopot karena menolak berdinas.

    Gur menuding pemerintah Israel lebih mengutamakan politik ketimbang nyawa manusia.

    TENTARA ISRAEL – Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari publikasi resmi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada 1 Desember 2024, memperlihatkan tentara Israel beroperasi di lokasi yang tidak dipublikasikan di Jalur Gaza. (Instagram @idf)

    Pekan kemarin Haaretz menyebut respons panggilan berdinas berikutnya duperkirakan tidak akan mencapai lebih dari 50 persen. 

    Awal Maret lalu pemerintah Israel menyetujui RUU yang akan memungkinkan IDF memanggil hingga 400.000 tentara cadangan.

    Dua minggu kemudian Israel melanjutkan serangan ke Gaza dan menghalangi pembicaraan tahap kedua gencatan.

    Kekurang tentara

    Beberapa waktu lalu IDF juga sudah memperingatkan Israel kini kekurangan tentara.

    Direktorat Operasi IDF mengatakan kelangkaan tentara ini belum pernah terjadi sejak era pendudukan Israel di Lebanon selatan 1982, kemudian Intifada Kedua tahun 2000-an.

    Menurut IDF, kelangkaan itu disebabkan oleh “ketenangan palsu” selama bertahun-tahun. Lalu, kini IDF berusaha mencegah Hizbullah dan Hamas pulih seperti sedia kala.

    Media Israel Yedioth Ahronoth mengatakan saat ini pengerahan tentara Israel makin sering terjadi, rotasinya lebih lama, dan cuti menjadi lebih sedikit.

    Tentara Israel diperkirakan akan didera beban yang belum pernah terjadi sebelumnya lantaran IDF kesulitan memenuhi permintaan akan keamanan.

    Meski demikian, tentara Israel sudah mulai merasakan beban itu. Kini mereka hanya bisa beristirahat sekali tiap 2,5 pekan. Adapun selama 15 tahun sebelumnya, tentara bisa pulang ke rumah sekali setiap dua pekan.

    “Masyarakat Israel, rekrutmen baru, tentara aktif, dan terutama orang tua mereka harus menyesuaikan ekspektasi merek. Mereka akan jauh lebih jarang melihat anak mereka dalam beberapa tahun mendatang,” kata IDF.

    Menurut IDF, bahkan para tentara tetap akan jarang pulang andaipun perang di Gaza tidak berlanjut dan situasi di Lebanon, Suriah, dan Tepi Barat tetap “tenang” seperti saat ini.

    Para pejabat militer mengaku melakukan segalanya agar bisa mengurangi beban para tentara cadangan yang kelelahan.

    “Tetapi tentara tempur reguler akan menanggung beban itu. Kita perlu ribuan tentara di pos-pos terluar baru di dalam wilayah Lebanon, di Dataran Tinggi Golan, dan di sepanjang zona penyangga Jalur Gaza,” kata pejabat Israel.

    “Yang terpenting, kita harus menggandakan jumlah batalion regional yang ditempatkan di sekitar Gaza dan Galilea dibandingkan dengan masa sebelum perang. Kenyataan baru ini tidak akan berubah dalam beberapa tahun ke depan, bahkan dengan skenario paling optimistis pun.”

    Staf Umum Israel sangat mengkhawatirkan kurangnya tentara Israel. Israel membebastugaskan lebih dari 10.000 tentara sejak perang Gaza meletus.

    Menurut data IDF, sudah ada sekitar 12.000 tentara yang tewas atau terluka sejak perang.

    Di samping itu, meningkatkan kebutuhan untuk pertahanan di perbatasan dan makin banyaknya brigade lapis baja dan zeni membuat Israel kekurangan tentara.

    Guna mengatasi kelangkaan tentara, IDF dilaporkan menghubungi para eks tentara. IDF ingin membentuk brigade cadangan baru berisi orang-orang berusia 40 hingga 60 tahun.

    Meski demikian, brigade itu tetap kekurangan personel dan bergantung para relawan dengan kondisi kesehatan yang beragam.

    “Kami sudah mencapai batas maksimal, dan setiap tentara tempur IDF sudah merasakannya,” ujar pejabat Israel.

    Dia mengatakan para rekrutan baru juga sudah terdampak oleh beban besar. Beberapa peleton sudah harus dikirim ke satuan aktif meski baru menjalani dua bulan pelatihan.

    Menurut dia, satu-satunya cara mengatasi hal itu adalah menambah pasukan dalam jumlah yang belum pernah ada sebelumnya.

    Sementara itu, Direktorat Operasi IDF mengatakan salah satu strategi untuk mengatasi beban tentara adalah memberikan cuti selama lima hingga tujuh hari kepada seluruh personel di dalam satuan. Kebijakan ini pernah dilakukan terhadap Batalion Givati dan Nahal setelah dua bulan bertempur di Gaza.

    Meski demikian, tentara hanya bisa mendapatkannya setelah berdinas selama 50 hingga 60 hari tanpa pulang ke rumah.

    Narasumber IDF mengatakan para tentara cadangan akan menjadi kelompok pertama yang mendapat keringanan dalam bentuk apa pun.

    “Kami berusaha memastikan mereka tidak berdinas lebih dari 2,5 bulan pada tahun 2025, tetapi banyak yang masih dipanggil untuk dua pengerahan tambahan dalam satu tahun,” kata dia.

    (*)

  • Analisis: Cara Rezim Suriah Diam-Diam Mempreteli Perjuangan Palestina, Ada 3 Front – Halaman all

    Analisis: Cara Rezim Suriah Diam-Diam Mempreteli Perjuangan Palestina, Ada 3 Front – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sejak berkuasa di Suriah, Ahmad Al Sharaa disebut makin memperlihatkan keinginannya untuk mempreteli perjuangan rakyat Palestina.

    Koresponden Palestina untuk The Cradle mengatakan keinginann Al Sharaa itu diwujudkan dengan sejumlah cara.

    Rezim Al Sharaa menargetkan beberapa entitas. Pertama, entitas Otoritas Palestina (PA), faksi perlawanan seperti Hamas dan Jihad Islam Palestina (PIJ), dan faksi lain yang merupakan pecahan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

    Kedua, badan bantuan dari PBB (UNRWA) yang ditugasi menyalurkan bantuan kepada warga Palestina di Timur Tengah. Ketiga, perkemahan yang berisi pengungsi Palestina dan Suriah.

    Di samping itu, ada dua hal penting yang terjadi. Pertama, Turki dan Lebanon menghalangi warga Palestina pemegang paspor Suriah untuk kembali ke Suriah.

    Kedua, media Amerika Serikat (AS) mengungkapkan pembicaraan antara AS dan Suriah mengenai kemungkinan Suriah menerima puluhan ribu pengungsi Gaza. Sebagai gantinya, Suriah akan mendapat pengurangan sanksi.

    Front Pertama: PA dan faksi Palestina lainnya

    Al Sharaa yang kini menjadi Presiden Suriah berusaha menjauhkan Hamas dari Suriah.

    Kepala Politburo Hamas Khaled Meshaal sempat meminta izin berkunjung ke Damaskus, tetapi Suriha menolaknhya demi menghindari konfrontasi dengan Israel dan AS.

    Komunikasi antara Hamas dan Suriah kebanyakan dilakukan lewat Turki sebagai penengah. Turki disebut memfasilitasi pemindahan beberapa pejabat militer Hamas ke Idlib, yang menjadi markas militan Hayat Tahrir Al Shams (HTS).

    Di sisi lain, Sharaa membuka kanal resmi untuk PA di Damaskus dan mengakuinya sebagai satu-satunya perwakilan rakyat Palestina.

    Sehari setelah pasukan HTS memasuki Damaskus, mereka mulai menutup kantor-kantor faksi Palestina.

    Kantor milik Fatah Al Intifada, Al Saiwa, PFLP-GC ditutup. Senjata dan kendaraan mereka disita.

    Pada awal Februari lalu Sekjen Fatah Al Intifada Abu Hazem Ziad Al Saghir ditangkap di rumahnya.

    Dia dibebaskan setelah diinterogasi berjam-jam. Namun, seminggu kemudian dia ditangkap lagi.

    Front Kedua: Kamp pengungsi Palestina di Suriah

    Penindakan keras terhadap kelompok politik membuat kosongnya kepemimpinan di kamp Palestina di Suriah. Adapun kondisi di kamp tersebut sudah sangat memprihatinkan.

    Pada awal Februari muncul unjuk rasa karena Israel melancarkan serangan brutal di kamp Jenin, Tepi Barat. Unjuk rasa itu digelar setelah pemerintah Suriah mengakui PA secara formal.

    Banyak yang khawatir pengakuan formal itu akan mempercepat rencana memukimkan pengungsi secara permanen.

    Pada bulan yang sama Komite Pengembangan Masyarakat di Deraa mulai mengumpulkan data pribadi para pengungsi dengan dalih untuk memperbaiki layanan.

    Adapun Hamas menyalurkan bantuan makanan dan keuangan, kerap kali melalui personel yang tergabung dalam HTS.

    Pihak lain seperti Yayasan Jafra dan Bulan Sabit Merah Palestina terus beroperasi meski ada rintangan besar.

    Hal yang menjadi keprihatinan besar adalah adanya usul memukimkan kembali para pengungsi Palestina.

    Usul itu menawarkan tiga pilihan kepada warga Palestina di Suriah. Pertama, naturalisasi menjadi warga Suriah. Kedua, integrasi dengan “masyarakat” terafiliasi PA di bawah pengawasan kedutaan, atau klasifikasi konsuler dengan perpanjangan tempat tinggal tahunan.

    Front Ketiga: UNRWA dikesampingkan

    Rezim baru Suriah tidak secara terbuka menargetkan UNRWA. 

    Pemerintah Suriah kurang bekerja sama dengan UNRWA. Badan PBB itu tak lagi dianggap sebagai lembaga utama yang bertanggung jawab atas urusan warga Palestina di Suriah.

    Di Kamp Kahan Eshieh, komite setempat meminta Damaskus untuk menyiapkan rencana guna merehabilitasi infrastruktur kamp itu.

    Gara-gara hal itu, otoritas Suriah disebut ingin mengambil alih kamp tersebut dari UNRWA.

    (*)

  • Hamas Cs Sebut Demo di Gaza Dikoordinir Antek Israel, Klan-Klan Palestina Solid Dukung Perlawanan – Halaman all

    Hamas Cs Sebut Demo di Gaza Dikoordinir Antek Israel, Klan-Klan Palestina Solid Dukung Perlawanan – Halaman all

    Hamas Cs Sebut Demo di Gaza Dikoordinir Antek Israel, Klan-Klan Palestina Solid Dukung Perlawanan
     
     
    TRIBUNNEWS.COM – Faksi-faksi gerakan perlawanan Palestina, yang terdiri dari Hamas, Palestine Islamic Jihad (PIJ) serta gerakan lain, Kamis (27/3/2025) mengeluarkan pernyataan bersama.

    Seperti diketahui, selain Hamas dan PIJ, ada sederet milisi perlawanan Palestina seperti Front Populer untuk Pembebasan Palestina – Komando Umum (PFLP-GC) Front Pembebasan Palestina, Front Perjuangan Rakyat Palestina, dan gerakan-gerakan lainnya.

    Pernyataan ini merespons kabar aksi demo yang dilakukan sekolompok orang di Beit Lahia, Gaza utara yang meneriakkan slogan-slogan anti-Hamas dan menyerukan para milisi perlawanan berhenti melawan pendudukan Israel.

    “Faksi-faksi perlawanan Palestina mengonfirmasi kegagalan semua rencana dan proyek pendudukan Israel yang bertujuan melikuidasi perjuangan Palestina, baik melalui penghapusan kehadiran Palestina, pemindahan, atau penggunaan kelaparan sebagai senjata. Pendudukan Israel telah melancarkan perang genosida terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza selama 17 bulan,” bunyi awal pernyataan bersama faksi perlawanan Palestina tersebut dilansir Khaberni, dikutip Jumat (28/3/2025).

    Laporan menyatakan, faksi-faksi perlawanan Palestina tersebut mengutuk keras apa yang mereka gambarkan sebagai “Sekelompok antek pendudukan Israel yang bersikeras mengungkap rasa malu, kepengecutan, keterlibatan, dan kolaborasi mereka dengan pendudukan terhadap rakyat Palestina dan tujuan mulia mereka.”

    Faksi-faksi perlawanan Palestina menilai demostrasi tersebut dikoordini oleh ‘antek Israel’.

    “Mereka (yang dituding Hamas Cs sebagai antek Israel) ngotot menyalahkan pihak perlawanan dan membebaskan pendudukan Israel, dengan mengabaikan fakta kalau mesin pemusnah Zionis beroperasi tanpa henti, bahkan di bidang koordinasi keamanan, dan bahwa pendudukan Israel melihat keberadaan Palestina sendiri sebagai masalah, bukan (cuma) adanya milisi perlawanan,” kata laporan Khaberni mengutip pernyataan bersama tersebut.

    DEMO ANTI-HAMAS – Ribuan warga Palestina di Beit Lahiya, Gaza utara mengecam Hamas untuk segera keluar dari daerah kantong tersebut dan mengakhiri perang yang tak kunjung selesai, Selasa (25/3/2025). (Telegram Quds News Network)

    Kelompok-kelompok perlawanan Palestina menegaskan kalau mereka yang menyerukan agar perlawanan terhadap Israel dihentikan dan menyerah, mengabaikan sejumlah fakta sejarah penting dalam perjuangan Palestina, termasuk:

    Setelah revolusi 1936 digagalkan oleh sayap militer bersenjata yang berafiliasi dengan keluarga, hasilnya adalah Nakba Palestina 1948.
    Setelah perlawanan lokal terhenti pada tahun 1949 dan negara-negara Arab dibiarkan memerangi geng-geng Yahudi, hasilnya adalah pendudukan Palestina.
    Setelah PLO menarik diri dari Lebanon pada tahun 1982, hasilnya adalah pembantaian Sabra dan Shatila.
    Setelah Otoritas Palestina menangkap Kamerad Ahmed Saadat dan rekan-rekannya yang heroik yang melaksanakan pembunuhan terhadap penjahat Rehavam Ze’evi, sebagai imbalan atas janji untuk mencabut pengepungan terhadap Presiden Yasser Arafat, hasilnya adalah pembunuhan Arafat.
    Setelah Otoritas menarik senjata dari sayap militer di Tepi Barat dan membubarkannya, hasilnya adalah kebrutalan aktivitas permukiman di Tepi Barat.

    Mengingat fase sensitif dalam sejarah perjuangan Palestina, faksi-faksi perlawanan Palestina tersebut menekankan kalau perlawanan adalah hak sah rakyat Palestina dengan cara apa pun, khususnya perjuangan bersenjata.

    Hak ini diakui dan ditegaskan oleh semua konvensi dan hukum internasional.

    Faksi-faksi perlawanan Palestina itu juga menilai kalau pendudukan Zionis Israel-lah yang bertanggung jawab penuh atas segala kerugian, kerusakan, dan cedera yang menimpa rakyat Palestina.

    “Dan mereka (Israel) akan memikul tanggung jawab penuh dan membayar harga yang mahal atas kejahatannya,” bunyi pernyataan tersebut.

    Faksi-faksi tersebut menekankan kalau, “Klan-klan dan keluarga Palestina telah, sedang, dan akan terus menjadi katup pengaman sejati terhadap semua upaya dan proyek pendudukan Israel yang bertujuan mendirikan entitas lokal yang bekerja sama dengannya.”

    Sebagai latar belakang, selain gerakan politik dan militer seperti Hamas dan lain sebagainya, di Gaza dan Tepi Barat juga ada kelompok-kelompok yang bergerak dalam kesatuan suku, klan, dan keluarga. 

    “Faksi-faksi perlawanan juga menganggap mereka yang berada di belakang demostrasi mencurigakan itu bertanggung jawab atas mundurnya Israel baru-baru ini dari negosiasi gencatan senjata.

    “Israel mundur dari negosiasi setelah pendudukan mengandalkan kemampuan mereka (antek Israel) untuk menusuk perlawanan dari belakang. Kami menekankan bahwa para tersangka ini (pihak yang dituding sebagai koordinator demo), seperti halnya pendudukan Israel, memikul tanggung jawab atas pertumpahan darah rakyat Palestina dan akan ditangani sebagaimana mestinya,” bunyi pernyataan bersama faksi-faksi Perlawanan Palestina.

    SAPU PENDEMO – Pasukan Israel menggunakan gas air mata untuk menyapu para pengunjuk rasa Palestina dalam aksi demonstrasi bertajuk Great March of Return. Dalam demo tersebut, ratusan pengunjuk rasa Palestina terbunuh di pagar perbatasan Gaza-Israel di Khan Younis, pada 27 April 2018 (al jazeera/tangkap layar)

    Propaganda Israel

    Sementara itu, Pertemuan Nasional Suku, Klan, dan Keluarga Palestina mengonfirmasi kalau pihaknya telah menindaklanjuti dengan penuh kekhawatiran selama dua hari terakhir apa yang digambarkannya sebagai “publikasi mencurigakan” yang beredar di media elektronik.

    Kelompok Klan dan Keluarga Palestina itu mencurigai kalau publikasi demostrasi yang terjadi di Beit Lahia adalah upaya propaganda dari Israel.

    Kelompok ini menepis tuduhan kalau mereka lah yang menyerukan rakyat Palestina untuk bangkit melawan perlawanan mengingat agresi Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.

    “Kelompok tersebut menegaskan bahwa tuduhan tersebut sama sekali tidak berdasar, dan bahwa fase saat ini, mengingat meningkatnya perang pemusnahan Zionis, mengharuskan semua orang untuk memikul tanggung jawab mereka dalam melindungi sumber daya rakyat Palestina dan tatanan sosial mereka, dan untuk berdiri sebagai benteng yang kokoh di belakang perlawanan, daripada memihak pada pendudukan kriminal, yang terus melakukan pembantaian terhadap warga Palestina dalam salah satu bentuk agresi paling mengerikan dalam sejarah modern,” tulis laporan Khaberni, mengutip pernyataan Pertemuan Nasional Suku, Klan, dan Keluarga Palestina.

    Dalam pernyataannya, Pertemuan Nasional Suku, Klan, dan Keluarga Palestina menguraikan serangkaian posisi mendasar yang mengekspresikan visi bersatu dan bertanggung jawab mengenai peristiwa yang terjadi di Jalur Gaza.

    “Pada awalnya, kelompok ini menyatakan penolakan dan kecamannya terhadap pernyataan-pernyataan yang dikaitkan dengan keluarga dan klan di Gaza, dengan menggambarkan hal itu sebagai pernyataan yang salah dan tidak benar, dan menegaskan dengan tegas bahwa kelompok ini tidak pernah mengeluarkan, dan tidak akan pernah mengeluarkan, pernyataan apa pun yang menyerang pendekatan ‘orang-orang bebas’,” tulis Khaberni. 

    Pertemuan Nasional Suku, Klan, dan Keluarga Palestina menjelaskan kalau posisi kelompok tersebut selalu bersama seluruh warga Palestina dalam membela hak suci atas kebebasan dan meraih hak kemerdekaan yang sah.

    Pernyataan tersebut menegaskan kalau kedudukan suku, marga, dan keluarga Palestina, di mana pun berada, bersatu melawan ‘pendudukan zalim Israel’.

    “Bahwa mempertahankan hak asasi manusia dan tempat-tempat suci dengan segala cara yang sah merupakan pilihan yang tegas dan tidak dapat diubah hingga tercapainya pembebasan tanah Palestina dan kemerdekaan,”

    Kelompok itu juga menegaskan kembali dukungan penuhnya terhadap perlawanan Palestina, menganggapnya sebagai satu-satunya pilihan efektif untuk mengusir pendudukan brutal Israel dari tanah Palestina, dan menyerukan solidaritas dengannya pada tahap kritis ini.

    Dalam konteks terkait, kelompok tersebut dengan tegas menolak semua seruan, yang mereka gambarkan sebagai “mencurigakan dan menghasut,” yang menyerukan pemberontakan terhadap perlawanan dengan dalih apa pun, dengan mempertimbangkan bahwa seruan tersebut hanya ‘melayani’ Israel dan tujuannya untuk menyerang garis depan.

    “Kelompok itu menghimbau kepada seluruh media, jurnalis, dan aktivis untuk mematuhi etika profesional, serta memperingatkan terhadap bahaya menerbitkan atau mempromosikan pernyataan palsu yang tidak dikeluarkan oleh badan resmi. Ia menghimbau semua orang untuk memperoleh informasi dari sumber yang dapat dipercaya dan memverifikasi informasi sebelum menerbitkannya,” papar laporan Khaberni.

    Pernyataan kelompok Klan Palestina itu juga mengimbau, “Negara merdeka dan negara-negara Arab dan Islam untuk memikul tanggung jawab mereka, menuntut tindakan segera untuk menghentikan agresi terhadap Gaza, mencabut blokade yang tidak adil, dan menekan pendudukan untuk menghentikan kejahatan yang sedang berlangsung terhadap rakyat Palestina.”

    Pada akhir pernyataannya, kelompok itu menyampaikan pesan langsung kepada rakyat Palestina yang teguh pendiriannya, mendesak mereka agar tidak terpancing untuk melakukan pengkhianatan yang bertujuan melemahkan kelompok dan gerakan perlawanan Palestina.

    “Hal ini menegaskan kalau kesabaran dan pengorbanan yang dilakukan oleh klan dan suku bersumber dari kemauan yang ikhlas dan keyakinan teguh kepada Tuhan dan hak atas tanah ini,” kata pernyataan tersebut

    Pernyataan itu menekankan kalau pendudukan Israel hanya dapat diakhiri melalui perlawanan.

    “Kami menekankan perlunya segera menghentikan genosida Zionis, tetapi tanpa mengorbankan hak-hak rakyat Palestina,” kata kelompok tersebut.

    Kelompok Klan dan Keluarga itu mengakhiri pernyataannya dengan mengatakan:

    “Jangan bunuh singa-singa di negaramu, nanti anjing-anjing musuhmu akan melahapmu. Semoga Tuhan melindungi rakyat kita, menggagalkan rencana penjajahan dan mereka yang bekerja sama dengannya, dan semoga Tuhan menghukum mereka di dunia dan akhirat.”

     

    (oln/khbrn/*)