Negara: Tepi Barat

  • Pasukan Israel Tembak Mati Remaja Palestina Berkewarganegaraan AS

    Pasukan Israel Tembak Mati Remaja Palestina Berkewarganegaraan AS

    Jakarta

    Pasukan Israel menembak mati remaja Palestina di kota Turmus Ayya, Tepi Barat, Palestina. Sejumlah pejabat Palestina mengatakan remaja yang ditembak tersebut berkewarganegaraan Amerika Serikat.

    Dilansir Reuters dan CNN, Senin (7/4/2025), insiden ini adalah yang terbaru dalam gelombang kekerasan dan konfrontasi yang terjadi hampir setiap hari di wilayah Tepi Barat yang bergejolak. Wali kota Turmus Ayya, Adeeb Lafi, mengatakan kepada Reuters, bahwa Omar Mohammad Rabea (14) ditembak bersama dua remaja lainnya oleh seorang pemukim Israel di pintu masuk Turmus Ayya.

    Sementara dua anak laki-laki Palestina-Amerika lainnya, berusia 14 dan 15 tahun, terluka dalam insiden tersebut, menurut Lafi.

    Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Palestina mengutuk insiden tersebut sebagai “pembunuhan di luar hukum” yang dilakukan pasukan Israel saat melakukan penyerbuan di kota tersebut. Kemlu Palestina mengatakan insiden tersebut merupakan hasil dari “kekebalan hukum” Israel yang terus berlanjut.

    Lebih lanjut, tentara Israel dalam penjelasannya menyebut pihaknya melakukan penembakan karena melakukan pelemparan batu ke jalan raya. Hal itu karena dianggap membahayakan warga yang mengemudi.

    “Selama operasi kontraterorisme di wilayah Turmus Aya, tentara IDF mengidentifikasi tiga ‘teroris’ yang melemparkan batu ke arah jalan raya, sehingga membahayakan warga sipil yang mengemudi,” kata tentara Israel dalam sebuah pernyataan.

    “Tentara melepaskan tembakan ke arah teroris yang membahayakan warga sipil, menewaskan satu teroris dan mengenai dua teroris lainnya,” imbuhnya.

    (yld/idn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Sambil Bawa Surat, Menhan Israel Klaim Punya Bukti Iran Danai Operasi Hamas hingga 500 Juta Dolar – Halaman all

    Sambil Bawa Surat, Menhan Israel Klaim Punya Bukti Iran Danai Operasi Hamas hingga 500 Juta Dolar – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Pertahanan Israel, Yisrael Katz, mengklaim Israel memiliki bukti yang menunjukkan bahwa mendiang pemimpin Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) Yahya Sinwar dan panglima Brigade Al-Qassam, Mohammed Deif, mendapatkan dukungan dari Iran untuk melaksanakan Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.

    Sambil membawa sebuah surat, Katz mengatakan dokumen yang dipresentasikan pertama kali itu memuat rekaman percakapan yang ditemukan di terowongan milik para pemimpin senior Hamas di Jalur Gaza.

    Ia mengatakan dokumen tersebut membuktikan adanya hubungan langsung antara Iran, Yahya Sinwar, dan Mohammed Deif, sebagai bagian dari dukungan Iran terhadap rencana Hamas.

    Katz mengatakan korespondensi rahasia itu mengungkap permintaan Hamas akan dana sebesar 500 juta dolar dari Iran untuk mendanai Operasi Banjir Al-Aqsa.

    “Deif dan Sinwar meminta komandan Pasukan Quds (pasukan khusus Garda Revolusi Iran) sebesar 500 juta dolar untuk menghancurkan Israel,” kata Katz dalam video saat ia berkunjung ke unit intelijen Divisi Amshot pada hari Minggu (6/4/2025).

    Menurut klaim Israel, surat itu juga merujuk pada permintaan dukungan keuangan bulanan sebesar 20 juta dolar selama dua tahun, dengan total 500 juta dolar.

    Surat tersebut, yang menurut Katz dikirim dari para pemimpin Hamas ke Iran, isinya menyebutkan, “Pada tahap ini, kami sangat membutuhkan dukungan penuh Anda untuk memperkuat kemampuan kami yang terkuras dan mengembangkan kemampuan kami secara eksponensial.”

    Ia juga mengatakan bahwa kepala cabang Palestina dari Garda Revolusi Iran (IRGC), Izadi, menanggapi permintaan Mohammed Deif dan Yahya Sinwar dengan mengatakan, “Meskipun situasi ekonominya sulit dan rakyat Iran menderita, Iran akan terus memberikan dana kepada Hamas.”

    Menteri Pertahanan itu menambahkan bahwa pada bulan Juni 2021, mereka menulis hal itu akan terjadi dalam waktu dua tahun, dan itulah yang benar-benar terjadi dua tahun empat bulan kemudian–pada bulan Oktober 2023.

    Katz menyimpulkan isi surat tersebut adalah penegasan niat Hamas untuk menghapus Israel dan mengubah wajah wilayah tersebut dengan bantuan Iran.

    Dalam pernyataannya, Katz juga menuduh Iran mendanai kelompok lainnya di Lebanon, Suriah, Tepi Barat hingga Yaman.

    “Iran adalah kepala ular, dan terlepas dari semua penyangkalannya, Iran masih mendanai dan mendorong kelompok di semua sektor, dari Gaza, melalui Lebanon, Suriah, Tepi Barat, dan sekarang juga Houthi di Yaman, dengan alasan keinginan untuk menghancurkan Israel,” katanya, seperti diberitakan Sky News.

    Hamas Bantah Tuduhan Israel: Surat Itu Aneh dan Palsu

    Seorang pemimpin Hamas membantah bentuk dan isi pesan dalam surat yang dipresentasikan oleh Yisrael Katz.

    Ia mengonfirmasi bahwa isi pesan itu aneh dan tidak benar.

    “Dokumen yang diterbitkan oleh Menteri Pertahanan Israel mengenai hubungan Iran (dengan Hamas) adalah palsu,” katanya kepada Al Arabiya.

    Sebelumnya, Iran berulang kali membantah mengetahui Operasi Banjir Al-Aqsa yang dilancarkan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Hampir 1.250 Sipil Dibunuh di Gaza Sejak Israel Langgar Gencatan Senjata

    Hampir 1.250 Sipil Dibunuh di Gaza Sejak Israel Langgar Gencatan Senjata

    PIKIRAN RAKYAT – 1.249 orang telah tewas di Gaza sejak Israel Penjajah melanjutkan serangan besar-besaran, setelah mereka melanggar gencatan senjata pada 18 Maret 2025.

    Jumlah sipil Palestina yang terluka sejak serangan dimulai kembali kini tercatat sebanyak 3.022, demikian menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

    Dilaporkan, angka tersebut mencakup 86 orang yang tewas dan 287 yang terluka dalam 24 jam terakhir.

    Dilaporkan juga bahwa jumlah korban tewas secara keseluruhan di Gaza telah mencapai 50.609 jiwa sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.

    Jumlah orang yang terluka di Gaza sejak tanggal itu tercatat sebanyak 115.063.

    9 Kelompok Palestina Desak Kepala HAM PBB Turun Tangan

    Kelompok-kelompok Palestina mendesak Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk, untuk mengambil Tindakan segera.

    ????PHROC address the Office of the High Commissioner for Human Rights (OHCHR), @volker_turk to demand an appropriate response to Israel’s manifestly unlawful actions across the OPT, especially in the northern West Bank and #Gaza Strip! https://t.co/JtMx8PK38Q— Al-Haq الحق (@alhaq_org) April 4, 2025

    Dewan Organisasi Hak Asasi Manusia Palestina (PHROC), yang terdiri dari sembilan kelompok, telah menulis surat kepada Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, mendesaknya turun tangan hadapi Israel.

    “Pasukan Israel terus membunuh warga Palestina dalam skala genosida di Gaza dan telah menciptakan kondisi hidup yang tidak layak untuk kelangsungan hidup manusia,” kata dewan PHROC kepada Turk.

    “Intensi Israel untuk menghilangkan dan akhirnya menghancurkan Palestina di seluruh Palestina yang diduduki secara ilegal juga terlihat di Tepi Barat yang diduduki,” katanya melanjutkan.

    PHROC mendesak Turk untuk dengan jelas menyebut perilaku Israel sebagai genosida, memberi tekanan pada pemerintah Israel untuk mengakhiri genosida ini, memastikan pertanggungjawaban bagi pelaku Israel, dan menggerakkan PBB untuk melaksanakan rencana untuk mengakhiri genosida terhadap Palestina di seluruh wilayah yang diduduki.

    Berikut adalah daftar organisasi yang tergabung dalam Dewan Organisasi Hak Asasi Manusia Palestina (PHROC):

    Addameer Prisoners’ Support and Human Rights Association Al-Haq – Defending Human Rights Hurryyat-Centre for Defence of Liberties and Civil Rights Jerusalem Center for Legal Aid and Human Rights Ramallah Center for Human Rights Studies Al-Mezan Center for Human Rights Aldameer Association for Human Rights Defense for Children International – Palestine The Palestinian Centre for Human Rights Independent Commission for Human Rights (Observer) Muwatin Institute for Democracy and Human Rights (Observer). ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Israel Bombardir Sekolah, Klinik, dan Infrastruktur Gaza, Jumlah Korban Tewas Tembus 50 Ribu Orang – Halaman all

    Israel Bombardir Sekolah, Klinik, dan Infrastruktur Gaza, Jumlah Korban Tewas Tembus 50 Ribu Orang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Serangan udara terbaru Israel di Gaza kembali memicu kemarahan internasional.

    Jet-jet tempur Israel mengebom tiga sekolah yang digunakan sebagai tempat pengungsian warga sipil Palestina.

    Dilaporkan Al Jazeera, sedikitnya 33 orang tewas dalam serangan itu, termasuk 18 anak-anak.

    Sekolah-sekolah tersebut menjadi tempat berlindung bagi ratusan keluarga yang mengungsi dari wilayah konflik.

    Pada saat yang sama, pasukan Israel juga menargetkan sebuah rumah di tenggara Khan Yunis, menewaskan sedikitnya 10 orang.

    Jet tempur Israel turut menghancurkan pabrik desalinasi air di sebelah timur Kota Gaza, merusak infrastruktur penting bagi penduduk yang telah terkepung selama berbulan-bulan.

    Sementara itu, dua warga Palestina ditembak mati dalam serangan terpisah di Kota Jenin dan Desa Husan, Tepi Barat yang diduduki.

    Agresi Israel juga menjalar ke wilayah Lebanon.

    Pesawat nirawak mereka membom sebuah apartemen di pelabuhan Sidon dan menewaskan tiga orang.

    Dalam dua minggu terakhir, Israel telah membunuh lebih dari 1.000 warga sipil di Gaza.

    Tentara Israel mengumumkan perluasan serangan darat, dengan tujuan merebut wilayah baru untuk dijadikan “zona penyangga”.

    Menurut laporan terbaru Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban tewas akibat agresi Israel sejak Oktober 2023 telah mencapai 50.609 orang.

    Sebanyak 287 orang terluka hanya dalam 24 jam terakhir, menjadikan total korban luka menjadi 115.063.

    Banyak korban diyakini masih terkubur di bawah reruntuhan karena tim penyelamat kesulitan menjangkau lokasi serangan.

    Klinik milik UNRWA di Jabalia juga hancur total setelah menjadi target serangan udara Israel, padahal klinik tersebut merupakan tempat pengungsian warga sipil, Reuters melaporkan.

    Sejak Israel melanjutkan operasi besar-besaran pada 18 Maret, tercatat 1.249 warga Palestina tewas dan 3.022 lainnya terluka.

    Krisis Anak Yatim Terbesar dalam Sejarah Modern

    Biro Statistik Pusat Palestina mengungkapkan bahwa lebih dari 39.000 anak di Gaza kini menjadi yatim, dengan sekitar 17.000 anak kehilangan kedua orang tua mereka.

    Krisis ini disebut sebagai bencana anak yatim terbesar dalam sejarah modern.

    Kondisi semakin buruk akibat penggusuran paksa terhadap lebih dari dua juta penduduk Gaza oleh militer Israel.

    Pada November lalu, Pengadilan Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga tengah menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ).

    Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Jerman menyerukan kembalinya gencatan senjata dan pembukaan akses bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    Namun, sikap ini dinilai kontradiktif.

    Jerman sebelumnya memberikan suara menolak resolusi Dewan HAM PBB yang menyerukan gencatan senjata, pembebasan tahanan, dan pencabutan blokade.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Tentara Israel Tembak Remaja Palestina hingga Tewas

    Tentara Israel Tembak Remaja Palestina hingga Tewas

    Tepi Barat

    Militer Israel menembak mati seorang remaja Palestina yang melemparkan batu ke arah pasukan mereka di dekat desa Husan di Tepi Barat. Israel menganggap remaja berusia 17 tahun itu sebagai teroris.

    “Beberapa teroris melemparkan batu ke arah Jalan 375 yang berdekatan dengan Husan. Tentara yang beroperasi di daerah itu membalas dengan tembakan ke arah teroris, melenyapkan satu teroris dan menembak seorang teroris lainnya,” ujar militer Israel seperti dilansir AFP, Sabtu (5/4/2025).

    Peristiwa itu terjadi pada Kamis (3/4). Wali Kota Husan, Jamal Sabateen, mengatakan tentara telah menembaki anak-anak muda yang melemparkan batu di desa di sebelah barat Betlehem.

    “Tentara Israel menembaki mereka, menewaskan satu orang dan melukai yang lain. Tentara menangkap mereka dan hingga sekarang mereka belum dikembalikan,” kata Sabateen.

    Kementerian Kesehatan Palestina yang berpusat di Tepi Barat melaporkan pemuda yang tewas akibat tembakan Israel itu sebagai Yussef Zaoul. Wilayah Husan terletak 7 Km di sebelah barat Betlehem.

    Wilayah itu biasanya lebih tenang daripada kota-kota utara Jenin dan Tulkarem. Dua lokasi itu merupakan benteng gerakan Palestina dan kerap menjadi sasaran serangan militer Israel.

    Kementerian Kesehatan Palestina juga melaporkan kematian Hussein Hardan yang berusia 42 tahun pada hari Jumat (4/4). Hardan terbunuh oleh tembakan Israel di Jenin saat fajar.

    Pasukan atau pemukim Israel telah menewaskan sedikitnya 917 warga Palestina sejak perang meletus di Gaza pada Oktober 2023. Serangan dan bentrokan Palestina selama penggerebekan militer telah menewaskan sedikitnya 33 warga Israel, termasuk tentara, selama periode yang sama.

    Lihat juga Video Warga Gaza: Seluruh Dunia Rayakan Idul Fitri, Kami Malah Dibom

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Militer Israel Umumkan Serangan Darat Baru di Gaza, Ingin Perluas Zona Keamanan di Wilayah Palestina – Halaman all

    Militer Israel Umumkan Serangan Darat Baru di Gaza, Ingin Perluas Zona Keamanan di Wilayah Palestina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel mengumumkan telah meluncurkan serangan darat baru di sebelah timur Kota Gaza pada Jumat (4/4/2025).

    Serangan itu untuk memperluas zona keamanan yang telah dibangunnya di dalam wilayah Palestina.

    “Selama beberapa jam terakhir pasukan telah mulai melakukan aktivitas darat di daerah Shejaiya di Gaza utara, untuk memperluas zona keamanan,” kata militer dalam sebuah pernyataan, Jumat, dilansir Arab News.

    “Selama dan sebelum aktivitas tersebut, pasukan mengizinkan evakuasi warga sipil dari zona pertempuran melalui rute yang terorganisir demi keselamatan mereka,” klaim Israel.

    Sementara, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan tentara membagi Gaza dan “merebut wilayah” untuk memaksa Hamas membebaskan sisa sandera Israel yang ditawan dalam serangan kelompok militan itu pada Oktober 2023 di Israel yang memicu perang Gaza.

    Pada Rabu (2/4/2025), Netanyahu mengatakan Israel sedang membangun koridor keamanan baru di Jalur Gaza untuk menekan Hamas, dengan maksud agar Hamas mengisolasi kota Rafah di selatan, yang telah diperintahkan Israel untuk dievakuasi, dari wilayah Palestina lainnya.

    Pengumuman itu muncul setelah menteri pertahanan Netanyahu mengatakan Israel akan merebut sebagian besar wilayah Gaza dan menambahkannya ke dalam apa yang disebut zona keamanannya.

    Diberitakan AP News, gelombang serangan Israel menewaskan lebih dari 40 warga Palestina, hampir setengahnya adalah wanita dan anak-anak, menurut pejabat kesehatan Palestina.

    Israel telah berjanji untuk meningkatkan perang yang telah berlangsung hampir 18 bulan dengan Hamas hingga kelompok militan tersebut memulangkan puluhan sandera yang tersisa, melucuti senjata, dan meninggalkan wilayah tersebut.

    Israel mengakhiri gencatan senjata pada bulan Maret dan telah memberlakukan penghentian selama sebulan atas semua impor makanan, bahan bakar, dan bantuan kemanusiaan.

    Netanyahu menggambarkan poros baru itu sebagai koridor Morag, menggunakan nama permukiman Yahudi yang pernah berdiri di antara Rafah dan Khan Younis, yang mengisyaratkan bahwa poros itu akan membentang di antara dua kota di selatan itu.

    Ia mengatakan itu akan menjadi “koridor Philadelphia kedua” yang merujuk pada sisi Gaza dari perbatasan dengan Mesir di selatan, yang telah berada di bawah kendali Israel sejak Mei lalu.

    Israel telah menegaskan kembali kendali atas koridor Netzarim, yang juga dinamai berdasarkan bekas pemukiman, yang memisahkan sepertiga bagian utara Gaza, termasuk Kota Gaza, dari sisa jalur pantai sempit tersebut.

    Kedua koridor yang ada membentang dari perbatasan Israel hingga Laut Tengah.

    “Kami memotong jalur itu, dan kami meningkatkan tekanan selangkah demi selangkah, sehingga mereka akan menyerahkan sandera kami,” kata Netanyahu.

    Penolakan Otoritas Palestina

    Otoritas Palestina yang didukung Barat, yang dipimpin oleh para pesaing Hamas, menyatakan “penolakannya sepenuhnya” terhadap koridor yang direncanakan Israel.

    Pernyataan tersebut juga menyerukan Hamas untuk menyerahkan kekuasaan di Gaza, tempat kelompok militan tersebut menghadapi protes yang jarang terjadi baru-baru ini.

    Di Gaza utara, serangan udara Israel menghantam gedung PBB di kamp pengungsi Jabaliya yang sudah dibangun, menewaskan 15 orang, termasuk sembilan anak-anak dan dua wanita, menurut Rumah Sakit Indonesia.

    Militer Israel mengatakan serangan itu menyerang militan Hamas di pusat komando dan kendali.

    Bangunan tersebut, yang sebelumnya merupakan klinik, telah diubah menjadi tempat penampungan bagi para pengungsi, dengan lebih dari 700 orang tinggal di sana, menurut Juliette Touma, juru bicara badan PBB untuk pengungsi Palestina, penyedia bantuan utama di Gaza.

    Tidak ada staf PBB yang terluka dalam serangan itu.

    Ia mengatakan staf PBB memperingatkan orang-orang tentang bahaya jika tetap tinggal di sana setelah pemogokan hari Rabu, tetapi banyak yang memilih untuk tetap tinggal, “hanya karena mereka tidak punya tempat lain untuk dituju.”

    PASUKAN ISRAEL – Foto yang diambil dari Yedioth Ahronoth tanggal 1 April 2025 memperlihatkan pasukan Israel di Jalur Gaza. (Yedioth Ahronoth/IDF)

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Dikutip dari Al Jazeera, setidaknya 112 warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangan Israel di Gaza, sebagian besar termasuk wanita dan anak-anak di antara 33 orang yang tewas dalam tiga serangan terpisah terhadap sekolah-sekolah yang menampung warga Palestina yang mengungsi di Kota Gaza.

    Israel memerintahkan lebih banyak pengusiran paksa dari lingkungan selatan Kota Gaza karena PBB memperkirakan sekitar 280.000 warga Palestina mengungsi secara paksa sejak Israel melanggar gencatan senjata di Gaza pada 18 Maret.

    Pembunuhan 15 petugas medis dan pekerja darurat oleh Israel baru-baru ini – sebuah dugaan kejahatan perang – adalah “salah satu momen tergelap” dalam perang di Gaza, kata presiden Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina.

    Militer Israel telah melancarkan serangan mematikan semalam di Gaza, termasuk serangan terhadap sebuah rumah di tenggara Khan Younis yang menewaskan sedikitnya 10 orang.

    Jet tempur Israel juga telah mengebom dan menghancurkan pabrik desalinasi air di sebelah timur Kota Gaza di utara, dalam serangan terbaru terhadap infrastruktur penting di daerah kantong yang terkepung tersebut.

    Militer Israel telah menembak dan membunuh dua warga Palestina dalam serangan terpisah semalam di kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki, dan desa Husan, sebelah barat Betlehem.

    Serangan militer Israel terhadap Lebanon terus berlanjut sepanjang malam, dengan tiga orang tewas setelah sebuah pesawat tak berawak mengebom sebuah apartemen di kota pelabuhan Sidon, Lebanon.

    Pemerintahan Trump berencana untuk membekukan hibah federal senilai $510 juta untuk Universitas Brown atas tuduhan anti-Semitisme di kampusnya, kantor berita Reuters telah melaporkan.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sebanyak 50.523 warga Palestina dipastikan tewas dan 114.638 terluka dalam perang Israel di Gaza.

    Kantor Media Pemerintah memperbarui jumlah korban tewas menjadi lebih dari 61.700 orang, dengan mengatakan ribuan orang yang hilang di bawah reruntuhan diduga tewas.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Hamas: Jika Kami Akan Lenyap, Biarlah dalam Pertempuran Terhormat, Bukan dalam Pengasingan – Halaman all

    Hamas: Jika Kami Akan Lenyap, Biarlah dalam Pertempuran Terhormat, Bukan dalam Pengasingan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas kini disebut menghadapi dilema di tengah berlanjutnya serangan Israel di Jalur Gaza.

    Gerakan perlawanan Palestina itu menghadapi tekanan internal dan eksternal agar menyerah saja. Namun, Hamas menegaskan kata menyerah tidak pernah terpikirkan.

    Dikutip dari The Cradle, narasumber dari internal Hamas mengatakan beberapa kelompok persaudaraan muslim bahkan sudah mendesak Hamas untuk menyerah saja, mengingat besarnya kehancuran di Gaza.

    Disebutkan bahwa penolakan Hamas untuk menyerah bukan karena persoalan bertahan hidup atau keberlanjutan politik, melainkan karena persoalan menjaga setiap ide dan aksi perlawanan.

    Menerima pengasingan tidak hanya berarti bahwa Hamas telah berakhir, tetapi juga hancurnya perjuangan bersenjata rakyat Palestina di seluruh faksi.

    Di samping itu, menyerah tidak akan mencegah pengusiran massal warga Palestina dari Gaza, bahkan malah akan mempercepatnya.

    Menurut koresponden Palestina, menyerahnya Hamas akan mengguncang Tepi Barat dan Yerusalem Timur sehingga menandai perjuangan terakhir rakyat Palestina.

    “Jika kami akan lenyap, biarlah itu terjadi dalam pertempuran terhormat, bukan dalam pengasingan,” kata narasumber dari Hamas.

    Hamas menyinggung peristiwa pembantaian di kamp pengungsian Sabra dan Shatila di Lebanon. Para pengungsi di kamp itu dibunuh segera setelah Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) meninggalkan Lebanon, 

    Adapun perbedaan saat ini ialah Hamas berada di wilayahnya sendiri dan di tengah-tengah rakyat Palestina.

    Kini taktik Hamas juga sudah bergeser. Keberadaan pasukan Israel di Gaza telah mengikis medan tempur sehingga mengurangi ruang untuk bermanuver.

    Sekarang Brigade AL Qassam Hamas mengandalkan taktik penyergapan dengan cara menunggu pasukan Israel masuk ke area perkotaan. Al Qassam nantinya akan menembakkan roket untuk memberikan tekanan psikologis terhadap Israel.

    HARI QUDS INTERNASIONAL – Foto dari akun Telegram resmi Brigade Al-Qassam pada 1 Februari 2025, memperlihatkan proses pembebasan tahanan Israel gelombang keempat. Hamas menyerukan mobilisasi global pada Hari Quds, yang jatuh di hari Jumat terakhir pada bulan Ramadhan. (Telegram/qassambrigades)

    Hamas: Israel halangi usul gencatan senjata

    Hamas menuding Israel menghalangi usul gencatan senjata yang disodorkan oleh negara-negara yang menjadi juru penengah.

    Dua pejabat Hamas menyebut kelompok itu sebenarnya sudah menyepakati usul yang dirancang oleh Qatar dan Mesir guna melanjutkan gencatan senjata. Kini Hamas meminta dunia mendesak Israel agar menyetujuinya juga.

    Di sisi lain, Israel justru menyodorkan usul tandingan yang langsung ditolak oleh Hamas.

    “Hamas memutuskan untuk tidak menindaklanjuti usul terbaru Israel yang disampikan melalui juru penengah,” kata seorang pejabat Hamas dikutip dari The New Arab.

    Perang di Gaza kembali berlanjut setelah bulan kemarin Israel kembali menyerang Gaza. Israel menolak tahap kedua gencatan senjata dan mengklaim sandera di Gaza hanya bisa dibebaskan lewat aksi militer.

    Sementara itu, Mesir, Qatar, dan AS berupaya mewujudkan gencatan senjata baru dan mengamankan pembebasan warga Israel yang disandera Hamas.

    TAWARAN HAMAS DITOLAK – Hamas mengatakan pada Jumat (14/3/2025) bahwa pihaknya telah menerima usulan dari para mediator untuk membebaskan tawanan Amerika-Israel terakhir yang masih hidup dan jenazah empat tawanan berkewarganegaraan ganda. Akan tetapi, Israel telah menolak tawaran Hamas untuk membebaskan seorang warga negara ganda Amerika-Israel. (Telegram Quds News Network)

    Menurut salah satu pejabat Hamas, usul Mesir dan Qatar itu meliputi gencatan senjata 50 hari. Hamas nantinya akan membebaskan lima tentara Israel, salah satunya juga berkewarganegaraan AS.

    Sebagai gantinya, Israel akan membebaskan 250 warga Palestina yang dipenjara, termasuk 150 orang yang menjalani hukuman seumur hidup.

    Di samping itu, Israel juga akan membebaskan 2.000 warga Palestina yang ditangkap tentara Israel sejak perang di Gaza meletus tanggal 7 Oktober 2023.

    Israel mengatakan masih ada 58 warga Israel yang disandera Hamas. Sebanyak 34 di antaranya sudah meninggal.

  • Remaja Palestina Meninggal di Penjara Israel Setelah Enam Bulan Ditahan Tanpa Dakwaan – Halaman all

    Remaja Palestina Meninggal di Penjara Israel Setelah Enam Bulan Ditahan Tanpa Dakwaan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang remaja Palestina, Walid Ahmad (17), meninggal di Penjara Megiddo, Israel, setelah ditahan selama enam bulan tanpa dakwaan.

    Associated Press (AP) melaporkan bahwa Walid pingsan dalam keadaan yang tidak jelas dan kemudian dinyatakan meninggal.

    Ia menjadi tahanan Palestina pertama di bawah usia 18 tahun yang meninggal dalam tahanan Israel sejak perang Gaza dimulai.

    Keluarga Walid menyatakan ia adalah seorang siswa sehat sebelum ditangkap pada September lalu atas dugaan melempar batu ke arah tentara Israel.

    Mereka meyakini ia tertular disentri amuba akibat kondisi sanitasi buruk di penjara, yang menyebabkan diare, muntah-muntah, dan pusing.

    Jika tidak diobati, penyakit ini bisa berakibat fatal.

    Pengacara Walid, Firas al-Jabrini, mengungkapkan bahwa otoritas Israel menolak permintaannya untuk mengunjungi kliennya.

    Menurut tiga tahanan yang bersama Walid, penyakit tersebut menyebar luas di kalangan pemuda Palestina dalam fasilitas penahanan.

    Kementerian Keamanan Nasional Israel telah mengakui bahwa kondisi di dalam penjara telah dikurangi ke tingkat minimum yang diizinkan menurut hukum Israel.

    Kematian yang Memicu Kecaman

    Juru bicara Komisi Tahanan Otoritas Palestina, Thaer Shriteh, mengatakan Walid jatuh dan kepalanya terbentur batang logam hingga kehilangan kesadaran.

    “Pihak penjara tidak menanggapi permintaan tahanan untuk perawatan darurat demi menyelamatkan nyawanya,” katanya, mengutip saksi mata.

    Organisasi Physicians for Human Rights Israel menyerukan penyelidikan independen atas kematian tahanan Palestina di penjara Israel.

    “Kami mendesak masyarakat internasional untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas kematian ini,” kata Oneg Ben Dror dari organisasi tersebut.

    Peningkatan Penahanan Massal

    Sejak serangan Hamas pada Oktober 2023, lebih dari 14.000 warga Palestina telah ditahan oleh tentara Israel di Tepi Barat.

    Banyak dari mereka ditahan dalam sistem penahanan administratif, di mana individu dapat ditahan tanpa dakwaan berdasarkan bukti yang tidak diungkapkan.

    Walid menjadi tahanan Palestina ke-63 dari Tepi Barat atau Gaza yang tewas dalam tahanan Israel sejak perang dimulai, menurut Otoritas Palestina.

    Data menunjukkan bahwa kondisi di penjara Israel semakin memburuk, dengan laporan tentang penyiksaan, kekurangan gizi dan fasilitas kesehatan yang tidak memadai.

    Pihak berwenang Israel mengklaim bahwa semua kematian dalam tahanan sedang diselidiki, tetapi kelompok hak asasi manusia terus menyerukan transparansi dan akuntabilitas atas kondisi di dalam penjara.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Mantan Pilot Israel Kecam Serangan di Gaza: Ini Genosida, Dunia Harus Bertindak! – Halaman all

    Mantan Pilot Israel Kecam Serangan di Gaza: Ini Genosida, Dunia Harus Bertindak! – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Mantan Pilot Angkatan Udara Israel, Yonatan Shapira, mengecam sikap diam komunitas internasional terhadap serangan militer Israel di Gaza.

    Ia juga mengkritik dukungan tidak langsung dari beberapa negara Barat yang memasok senjata dan jet tempur ke Israel.

    Dikutip dari Anadolu Agency, Selasa (1/4/2025), Shapira menegaskan negara-negara Barat dan Eropa turut bertanggung jawab atas genosida yang terjadi di Gaza.

    Menurutnya, kegagalan mereka untuk menghentikan dukungan terhadap Israel menjadi alasan utama konflik ini terus berlanjut.

    “Beginilah Holocaust terjadi terhadap leluhur saya, dan begitulah genosida di Gaza terjadi sekarang,” ungkap Shapira.

    Ia juga menyoroti warga Palestina di Gaza mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.

    Shapira mengungkapkan mereka menemukan pecahan rudal di reruntuhan yang berasal dari Inggris dan Amerika Serikat.

    Kritik terhadap Pemerintahan Netanyahu

    Shapira juga mengkritik keras pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

    Dia menyebut Israel di bawah pemerintahan lNetanyahu lebih buruk daripada pemerintahan mana pun sebelumnya.

    Ia bahkan menyamakan kebijakan Netanyahu dengan rezim Nazi.

    Selain itu, ia juga menuding negara-negara yang menormalisasi hubungan dengan Israel turut berperan dalam kejahatan yang terjadi.

    Sebut Serangan Israel sebagai Terorisme

    Lebihy jauh, Yonatan Shapira menyerukan agar pembantaian di Gaza segera dihentikan.

    Mantan pemimpin skuadron di Angkatan Udara Israel selama Intifada Palestina kedua ini menuduh negara-negara Barat sengaja mendukung genosida terhadap warga Palestina.

    Menurutnya, pilot Israel telah menyebabkan kematian ribuan warga sipil di Gaza.

    “Tidak ada kekuatan lain di wilayah ini yang telah menewaskan warga sipil tak berdosa sebanyak pilot Israel,” ujarnya.

    Ia mengungkapkan pesawat tempur Israel dikirim ke Gaza, Tepi Barat, dan Lebanon dengan tujuan membunuh warga sipil.

    Shapira pun menyadari bahwa perintah yang diberikan kepada tentara Israel merupakan tindakan terorisme.

    “Saya mulai menyadari bahwa ini adalah tindakan terorisme,” tegasnya.

    Shapira mengenang salah satu serangan udara yang menargetkan salah satu lingkungan terpadat di Gaza pada tengah malam.

    Sebuah bom seberat 1.000 ton dijatuhkan di sebuah rumah dan menewaskan banyak warga sipil, termasuk anak-anak.

    “Para pelaku pembantaian di Gaza tidak boleh lolos dari keadilan. Mereka harus ditangkap, diinterogasi, dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup,” tegasnya.

    Ia menambahkan, jika tentara dan perwira Israel tahu bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan mereka, mereka pasti akan berpikir dua kali sebelum melakukan pembantaian di Gaza.

    3 Warga Palestina Tewas di Rafah, Total Korban Meningkat

    Serangan Israel terhadap sebuah rumah di utara Rafah, Jalur Gaza selatan, menewaskan tiga warga Palestina.

    Dikutip dari Al Jazeera Arabic, serangan ini menambah jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Gaza sejak fajar hari ini menjadi 21 orang.

    Selain itu, serangan udara Israel juga menghancurkan sebuah rumah di kamp pengungsi Bureij di Gaza tengah.

    Sementara itu, pasukan Israel dilaporkan melakukan penembakan artileri di sebelah timur lingkungan Tuffah, Kota Gaza.

    Situasi di Gaza terus memburuk seiring dengan meningkatnya serangan yang menargetkan permukiman warga sipil.

    25 Toko Roti yang Didukung WFP Ditutup

    Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, Stephane Dujarric, mengungkapkan penangguhan bantuan ke Gaza terus memberikan dampak yang menghancurkan bagi warga yang membutuhkan.

    Dikutip dari pernyataannya kepada wartawan, Dujarric mengataka 25 toko roti yang sebelumnya didukung oleh Program Pangan Dunia (WFP) selama masa gencatan senjata kini ditutup akibat kekurangan tepung dan tidak tersedianya gas untuk memasak.

    Ia menambahkan bahwa WFP terus memprioritaskan distribusi makanan dengan stok yang tersisa.

    Namun, situasi tetap kritis sejak penutupan jalur penyeberangan kargo hampir sebulan yang lalu.

    Kondisi ini semakin memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza, dengan ribuan warga menghadapi kelaparan akibat terbatasnya pasokan pangan dan bahan bakar.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Eks Pilot Israel: Pemerintahan Benjamin Netanyahu Buruk, Mirip Nazi – Halaman all

    Eks Pilot Israel: Pemerintahan Benjamin Netanyahu Buruk, Mirip Nazi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Eks Pilot Angkatan Udara Israel, Yonatan Shapira mengkritik diamnya komunitas global atas serangan militer Israel di Gaza.

    Dirinya juga mengkritik dukungan tidak langsung yang diberikan beberapa negara Barat dengan memasok senjata dan jet tempur ke Israel.

    “Sebagian besar negara Barat dan Eropa terlibat dalam genosida ini. Kegagalan mereka untuk berhenti mendukung Israel adalah alasan mengapa hal ini (genosida di Gaza) terus berlanjut,” ujar dia.

    Dia menekankan bahwa tidak seorang pun berhak untuk tetap diam.

    “Beginilah Holocaust terjadi terhadap leluhur saya, dan begitulah genosida di Gaza terjadi sekarang,” lanjutnya.

    Shapira mencatat bahwa warga Palestina di Gaza tahu persis siapa yang bertanggung jawab atas serangan Israel ke Gaza.

    “Mereka (warga Gaza) menemukan pecahan rudal di reruntuhan dan menyadari bahwa rudal tersebut dibuat di Inggris dan AS,” ujar dia, mengutip Anadolu Agency, Selasa (1/4/2025).

    Pilot Israel yang mengundurkan diri itu juga mengkritik pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.

    Dia menyebut pemerintahan Netanyahu lebih buruk daripada pemerintahan mana pun dan mirip Nazi.

    Dia juga menuduh mereka yang menormalisasi hubungan dengan Israel juga terlibat dalam kejahatannya.

    Sebut Tindakan Israel Bentuk Terorisme

    Pilot Angkatan Udara Israel yang mengundurkan diri Yonatan Shapira mendesak agar pembantaian Israel di Gaza segera diakhiri.

    Diketahui Saphira bertugas sebagai pemimpin skuadron di Angkatan Udara Israel pada tahun 2003 selama Intifada Palestina kedua.

    Saphira menuduh negara-negara Barat sengaja mendukung genosida yang sedang berlangsung terhadap warga Palestina.

    Saphira menyebut pilot Israel telah membuat banyak warga sipil di Gaza tewas.

    “Tidak ada kekuatan lain di wilayah ini yang telah menewaskan warga sipil tak berdosa sebanyak pilot Israel,” kata Shapira, mengutip Anadolu Agency, Selasa (1/4/2025).

    Dia mengatakan pesawat tempur Israel dikirim ke Gaza, Tepi Barat, dan Lebanon untuk membunuh warga sipil.

    Saphira bahkan menyadari perintah hingga apa yang dilakukan tentara Israel, yang menewaskan masyarakat sipil Gaza adalah tindakan terorisme 

    “Saya mulai menyadari bahwa ini adalah tindakan terorisme,” katanya.

    Dia mengenang serangan udara di mana bom seberat 1.000 ton dijatuhkan di sebuah rumah di salah satu lingkungan terpadat di Gaza pada tengah malam.

    Serangan itu menewaskan banyak warga sipil.

    Kebanyakan dari mereka anak-anak.

    “Para pelaku pembantaian di Gaza tidak boleh lolos dari keadilan.”

    “Mereka harus ditangkap, diinterogasi, dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup,” kata dia.

    Dia menambahkan bahwa jika tentara dan perwira Israel tahu mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan mereka, mereka pasti akan berpikir dua kali sebelum melakukan ‘pembantaian’ di Gaza.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)