Negara: Tepi Barat

  • Pilu, Wanita Palestina Ditembak Mati Tentara Israel di Tepi Barat

    Pilu, Wanita Palestina Ditembak Mati Tentara Israel di Tepi Barat

    Tepi Barat

    Tentara Israel menembak mati seorang wanita Palestina di dekat Salfit, Tepi Barat. Tel Aviv mengklaim wanita berusia 30 tahun itu mendalangi serangan penikaman di area tersebut.

    Kementerian Kesehatan Palestina, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (9/4/2025), mengidentifikasi wanita 30 tahun yang tewas itu sebagai Amana Ibrahim Mohammed Yaqub. Disebutkan bahwa Amana “ditembak oleh pasukan (Israel) di dekat Salfit” — dekat Nablus — pada Selasa (8/4) waktu setempat.

    Diklaim oleh militer Israel dalam pernyataan terpisah bahwa pasukannya telah melumpuhkan “seorang teroris” yang berupaya menyerang tentaranya di Tepi Barat.

    “Telah melumpuhkan seorang teroris yang melemparkan batu dan berusaha menikam tentara-tentara yang ada di dekat persimpangan Gitai Avisar,” sebut militer Israel dalam pernyataannya. Gitai Avisar disebut terletak dekat desa Hares di Tepi Barat.

    Seorang jurnalis AFP yang ada di area itu melaporkan dirinya melihat jenazah Amana tergeletak di pinggir jalan. Rekaman video yang diunggah ke media sosial menunjukkan sesosok jenazah terbaring telentang dengan ditutup selimut dan dikelilingi oleh tentara.

    Dituturkan wali kota setempat, Ahmed Abu Safiyeh, kepada AFP bahwa Amana merupakan seorang pengacara dan seorang ibu dari tiga anak yang berasal dari area Biddya.

    Area di sekitar Salfit yang menjadi lokasi penembakan itu diketahui padat dengan permukiman Yahudi, termasuk di area kota Ariel.

    Sejak awal perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober 2023 lalu, rentetan aksi kekerasan meningkat di wilayah Tepi Barat. Para tentara Israel dan pemukim Yahudi, menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina, telah menewaskan sedikitnya 918 warga Palestina di wilayah tersebut.

    Sementara menurut laporan otoritas Israel, sedikitnya 33 warganya, termasuk tentara, tewas dalam rentetan serangan dan bentrokan dengan warga Palestina selama periode yang sama di wilayah tersebut.

    Lihat juga Video ‘Israel Serang Markas Media Lokal Palestina, Tewaskan 1 Jurnalis’:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Jajak Pendapat: Mayoritas Warga AS Tidak Menyukai Israel, Pandangan Makin Negatif – Halaman all

    Jajak Pendapat: Mayoritas Warga AS Tidak Menyukai Israel, Pandangan Makin Negatif – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hasil jajak pendapat terbaru memperlihatkan bahwa sebagian besar warga Amerika Serikat (AS) tidak menyukai Israel atau memiliki pandangan buruk mengenai negara Zionis itu.

    Jajak pendapat itu dilakukan oleh lembaga survei terkenal asal AS bernama Pew Research Center dan hasilnya dirilis Selasa kemarin, (8/4/2025).

    Perilisan itu bertepatan dengan kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke Gedung Putih untuk bertemu dengan Presiden AS Donald Trump.

    Pew Research Center menyebut pandangan warga AS mengenai Israel makin negatif dalam tiga tahun terakhir.

    Saat ini mayoritas orang dewasa di AS (53 persen) punya pandangan buruk tentara Israel. Jumlah ini meningkat karena pada bulan Maret 2022 angkanya 42 persen.

    Peningkatan itu terjadi setelah Hamas menyerang Israel tahun 2023, kemudian Israel menginvasi Jalur Gaza.

    Menurut survei terbaru, kepercayaan warga AS kepada Netanyahu juga tetap rendah, yakni 32 persen.

    Survei itu dilakukan tanggal 24 hingga 30 Maret 2025 atau sebelum Netanyahu kembali berkunjung ke AS. Sampel survei adalah 3.605 orang dewasa di AS.

    PATROLI IDF – Tangkap layar Khaberni Sabtu (15/3/2025) menunjukkan seorang tentara Israel (IDF) melakukan patroli di sebuah titik di pagar pembatas keamanan di perbatasan Israel-Yordania. Israel mau memperkuat pagar pembatas ini dengan alasan keamanan. Alasan ini dicurigai hanya kedok untuk mencaplok Tepi Barat, Palestina. (khaberni/tangkap layar)

    Adapun sebanyak 54 persen responden merasa perang di Gaza adalah persoalan yang penting bagi mereka. Angka ini turun karena sebelumnya (Januari 2024) mencapai 65 persen.

    Sebanyak 69 persen responden pendukung Partai Demokrat memandang buruk Israel, sedangkan pada responden Partai Republik ada 37 persen yang memandang buruk Israel.

    Jumlah ini meningkat karena pada tahun 2022 angkanya 53 persen (Demokrat) dan 27 persen (Republik).

    “Responden muda Demokrat dan yang lebih tua menjadi makin berpandangan negatif terhadap Israel selama periode tiga tahun ini, tetapi pandangan negatif dari responden muda demokrat telah naik 9 poin, dibandingan dengan kenaikan 23 poin di antara responden Demokrat yang lebih tua,” demikian kata lembaga survei itu.

    Di antara responden pendukung Republik, sebanyak 50 persen kalangan di bawah 50 tahun berpandangan negatif terhadap Israel, sedangkan 48 persen memandang positif.

    Hal ini menunjukkan terjadinya pergeseran karena pada tahun 2022 ada 63 persen yang memilki pandangan positif terhadap Israel dan 35 persen berpandangan negatif.

    Sementara itu, 93 persen responden dari kalangan Yahudi Amerika memandang konflik di Gaza merupakan persoalan penting bagi mereka. Sebanyak 74 persennya bahkan menganggapnya sangat penting.

    Lalu, sebagian besar responden muslim (68 persen) juga memandang konflik itu sebagai persoalan penting bagi mereka secara pribadi.

    Sikap terhadap Netanyahu

    Pew Research juga menyurvei pandangan warga AS terhadap Netanayahu.

    Hasilnya, 53 persen responden tidak punya kepercayaan atau hanya sedikit punya kepercayaan terhadap Netanyahu untuk “melakukan hal yang tepat dalam urusan dunia”. Adapun 32 persen respin mempercayainya.

    Angka ini tidak berubah besar sejak survei tahun lalu. Meski demikian, jumlah warga AS yang tidak percaya kepada Netanyahu telah meningkat drastis antara tahun 2023 dan 2024.

    Responden pendukung Republik jauh lebih optimistis (51 persen) mengenai Netanyahu dibandingkan dengan Demokrat.

    Sementara itu, di antara para responden Demokrat, sebagian besar responden muda dan tua kurang percaya kepada Perdana Menteri Israel itu.

    NETANYAHU – Foto ini diambil dari publikasi X Netanyahu pada Jumat (21/2/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Netanyahu berpidato. (X @netanyahu)

    Pendapat tentang apakah Israel dan Palestina bisa berdampingan

    Sebanyak 45 persen warga AS meyakini ada jalan agar negara Israel dan Palestina bisa eksis secara berdampingan. Cara itu ialah dengan menerapkan “solusi dua negara”.

    Angka ini turun dibandingkan dengan hasil survei tahun 2023 (52 persen).

    Saat ini sebagian besar responden Demokrat (56 persen) melihat ada kemungkinan Israel dan Palestina bisa berdampingan.

    Sementara itu, hanya 36 persen responden Republik yang merasa ada kemungkinan itu.

  • Serangan Israel Hantam Dapur Amal di Gaza saat Warga Kumpul untuk Makan, Lebih dari 30 Orang Tewas – Halaman all

    Serangan Israel Hantam Dapur Amal di Gaza saat Warga Kumpul untuk Makan, Lebih dari 30 Orang Tewas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Serangan Israel menghantam dekat dapur amal tempat warga Palestina berkumpul untuk menerima makanan matang, saat persediaan makanan menipis akibat blokade Israel selama sebulan di Jalur Gaza, Senin (7/4/2025).

    Ini menjadi satu dari serangkaian serangan di wilayah tersebut yang menewaskan lebih dari 30 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, kata pejabat rumah sakit.

    Serangan lainnya menghantam tenda media di luar rumah sakit, menewaskan dua orang, termasuk seorang wartawan lokal, dan melukai enam wartawan lainnya, kata petugas medis.

    Militer Israel mengklaim serangan itu menargetkan seorang pria yang diidentifikasi sebagai militan Hamas yang menyamar sebagai wartawan.

    Rekaman video menunjukkan orang-orang membawa jenazah seorang gadis kecil, wajahnya berlumuran darah, akibat ledakan yang menurut saksi mata menghantam sebuah tenda di samping dapur amal di luar kota Khan Younis di selatan.

    Enam orang lainnya tewas, termasuk dua wanita, dan 10 orang terluka, kata pejabat rumah sakit.

    Pemogokan terjadi sekitar tengah hari saat dapur umum sedang mendistribusikan makanan kepada para pengungsi yang tinggal di tenda-tenda pengungsian.

    Warga bernama Samah Abu Jamie mengatakan keponakannya termasuk di antara mereka yang tewas, dan putrinya yang masih kecil terluka saat mereka menunggu dengan panci mereka untuk mengambil makanan bagi keluarga mereka.

    “Mereka hendak mengambil makanan. Saya bilang padanya, ‘Nak, jangan pergi’,” katanya, Senin, dilansir AP News.

    “Mereka masih anak-anak, dan mereka tidak membawa apa pun kecuali panci. Apakah panci adalah senjata?” tanya dia.

    Pasukan Israel Menembak Kru Gaza

    Sementara itu, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan 15 petugas medis dan penyelamat yang dibunuh oleh pasukan Israel bulan lalu di Gaza ditembak di tubuh bagian atas dengan “niat membunuh.”

    Pembunuhan itu terjadi di Jalur Gaza selatan pada 23 Maret 2025, beberapa hari setelah serangan baru Israel di wilayah Palestina, dan sejak itu memicu kecaman internasional.

    Younis al-Khatib, Presiden Bulan Sabit Merah di Tepi Barat yang diduduki Israel, mengatakan kepada wartawan di Ramallah:

    “Telah dilakukan autopsi terhadap para martir dari Bulan Sabit Merah dan tim pertahanan sipil. Kami tidak dapat mengungkapkan semua yang kami ketahui, tetapi saya akan mengatakan bahwa semua martir ditembak di bagian atas tubuh mereka, dengan maksud untuk membunuh.”

    Al-Khatib menyerukan penyelidikan internasional atas pembunuhan tersebut, yang secara terpisah diumumkan sedang diselidiki oleh militer Israel.

    “Kami menyerukan kepada dunia untuk membentuk komisi penyelidikan internasional yang independen dan tidak memihak terkait keadaan pembunuhan yang disengaja terhadap kru ambulans di Jalur Gaza,” kata al-Khatib, dikutip dari Al Arabiya.

    Militer Israel mengatakan tentaranya menembaki “teroris” yang mendekati mereka dengan “kendaraan mencurigakan,” dan seorang juru bicara kemudian menambahkan bahwa lampu kendaraan tersebut dimatikan.

    Namun, video yang ditemukan dari ponsel salah satu pekerja bantuan yang terbunuh, yang dirilis oleh Bulan Sabit Merah, tampaknya bertentangan dengan pernyataan militer Israel.

    Rekaman itu memperlihatkan ambulans melaju dengan lampu depan menyala dan lampu darurat menyala.

    Mereka yang tewas termasuk delapan staf Bulan Sabit Merah, enam anggota badan pertahanan sipil Gaza, dan satu pegawai badan PBB untuk pengungsi Palestina.

    Mayat-mayat tersebut ditemukan terkubur di dekat lokasi penembakan di daerah Tal al-Sultan kota Rafah, yang oleh Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) digambarkan sebagai kuburan massal.

    “Mengapa kalian menyembunyikan mayat-mayat itu?” kata al-Khatib tentang pasukan Israel yang terlibat dalam serangan itu.

    Israel Hentikan Pasokan untuk Penduduk Gaza

    Dapur amal telah menarik lebih banyak orang Palestina karena sumber makanan lain mulai menipis.

    Lebih dari sebulan yang lalu, Israel menghentikan semua makanan, bahan bakar, obat-obatan, dan pasokan lain untuk penduduk Gaza yang berjumlah lebih dari 2 juta orang, sehingga memaksa kelompok-kelompok bantuan untuk membatasi persediaan mereka.

    Program Pangan Dunia telah memperingatkan bahwa persediaannya untuk menjaga dapur tetap beroperasi dapat habis minggu depan.

    PENGUNGSI GAZA – Foto yang diambil dari kantor berita Wafa tanggal 8 April 2025 memperlihatkan situasi di tenda-tenda pengungsian di Al Rimal, Kota Gaza. (Wafa)

    Juru bicara Abeer Etefa mengatakan pada hari Senin bahwa program tersebut harus menghentikan pendistribusian kotak-kotak makanan pokok langsung ke keluarga minggu lalu.

    Toko roti yang dikelolanya juga telah tutup karena kekurangan tepung, sehingga sumber utama roti bagi ratusan ribu orang pun berakhir.

    Sejak mengakhiri gencatan senjata dengan Hamas bulan lalu, Israel telah melakukan pemboman di Gaza, menewaskan ratusan orang, dan pasukan darat telah membentuk zona militer baru.

    Israel mengatakan bahwa mereka menekan Hamas untuk membebaskan para sandera yang tersisa, melucuti senjata, dan meninggalkan wilayah tersebut.

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Israel telah setuju untuk berunding demi pembebasan para sandera.

    Kepala enam badan PBB yang beroperasi di Gaza mengatakan dalam pernyataan bersama hari Senin bahwa blokade tersebut telah membuat penduduk Gaza “terjebak, dibom, dan kelaparan lagi.”

    Mereka mengatakan klaim Israel bahwa pasokan yang cukup masuk selama gencatan senjata “jauh dari kenyataan di lapangan, dan komoditas semakin menipis.”

    “Kami menyaksikan aksi perang di Gaza yang menunjukkan ketidakpedulian terhadap nyawa manusia,” kata mereka.

    “Lindungi warga sipil. Fasilitasi bantuan. Bebaskan sandera. Perbarui gencatan senjata,” tegasnya.

    Diketahui, serangan militer Israel sebagai balasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 50.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang perhitungannya tidak membedakan antara militan dan warga sipil.

    Serangan tersebut telah menghancurkan sebagian besar wilayah Jalur Gaza dan menyebabkan sekitar 90 persen penduduknya mengungsi.

    Israel mengatakan pihaknya berupaya menghindari jatuhnya korban sipil dan menyalahkan Hamas atas kematian mereka karena Hamas beroperasi di tengah penduduk.

    Dalam serangan pada 7 Oktober, militan yang dipimpin Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik 251 orang.

    Mereka masih menahan 59 tawanan — 24 di antaranya diyakini masih hidup — setelah sebagian besar tawanan lainnya dibebaskan melalui gencatan senjata atau kesepakatan lainnya.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Israel Mulai Pindahkan Warga Palestina ke Luar Gaza, ‘Penerbangan Deportasi’ Dibuka – Halaman all

    Israel Mulai Pindahkan Warga Palestina ke Luar Gaza, ‘Penerbangan Deportasi’ Dibuka – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel dilaporkan mulai menjalankan rencana pemindahan warga Palestina dari Jalur Gaza.

    Menteri Dalam Negeri Israel Moshe Arbel pada hari Senin, (7/4/2025), mengatakan penerbangan untuk pemindahan warga Gaza sudah dibuka di Bandara Ramon.

    Menurut dia, sudah ada 16 penerbangan yang membawa warga Palestina keluar dari Gaza. Penerbangan itu diduga merupakan upaya yang didukung pemerintah Israel untuk memindahkan paksa warga Gaza.

    “Saya bisa berkata bahwa penerbangan ini mungkin sekali akan meningkat pada periode mendatanga,” kata Arbel dikutip dari The New Arab.

    Arbel tidak merinci ukuran atau kapasitas “pesawat deportasi itu”, jumlah penumpang dari Gaza, dan negara tujuan.

    Pernyataan pejabat tinggi Israel itu merupakan sinyal terbaru tentang keinginan Israel untuk memindahkan warga Gaza.

    Israel mengklaim rencananya sebagai “migrasi sukarela” warga Gaza. Namun, organisasi HAM mengecamnya sebagai upaya pemindahan paksa dan pembersihan etnis.

    GAZA HANCUR – Foto yang diambil dari kantor berita Wafa tanggal 6 Maret 2025 memperlihatkan bangunan-bangunan di Jalur Gaza hancur karena serangan Israel. Mesir mengusulkan rencana pembangunan kembali Gaza. (Wafa)

    Arbel ditanya apakah usul pemindahan yang pertama kali disampaikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump itu bakal sukses.

    Dia menjawab, “Kami menyediakan layanan untuk Koordinator Aktivitas Pemerintah di Wilayah dan Kementerian Pertahanan.”

    “Kami menyediakan peralatan untuk menjalankan misi ini.”

    Arbel mengklaim ada pergerakan signifikan di antara orang-orang di Gaza yang ingin hidup dan membesarkan anak mereka dalam kedamaian.

    Di samping itu, dia menyebut ada keinginan kuat warga Gaza untuk pergi ke Eropa dan negara-negara lain.

    Menurutnya, Israel kini bekerja sama dengan otoritas perbatasan dan otoritas di Tepi Barat untuk mengurus perlintasan aman dari Gaza ke Bandara Ramon. Negara ketiga, terutama yang ada di Eropa, akan mengambil alih transportasi udara.

    Narasumber dari organisasi HAM Israel menduga banyak dari penumpang pesawat itu punya kewarganegaraan ganda.

    Pekan lalu surat kabar sayap kiri di Israel, Haaretz, mengatakan ada tokoh politik senior yang mendamping Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ke Hungaria. Pejabat itu mengonfirmasi bahwa Israel aktif berunding dengan lebih dari satu negara agar bersedia menerima warga Gaza.

    “Israel sangat serius dalam menerapkan rencana Trump untuk memindahkan penduduk Gaza ke negara lain,” kata narasumber Haaretz itu.

    Dia mengatakan beberapa negara pada dasarnya sudah sepakat, tetapi meminta imbalan strategis, tidak hanya uang.

    “Prioritas kami adalah menyelamatkan sandera, melenyapkan Hamas, dan menciptakan peluang yang nyata untuk pemindahan sukarela,” ujarnya.

    Dia mengklaim jajak pendapat yang dilakukan sebelum perang menunjukkan 60 persen warga Gaza ingin meninggalkan tanah Palestina itu.

    “Kita berbicara mengenai lebih dari sejuta orang.”

    WARGA GAZA BUKBER – Foto merupakan tangkap layar dari YouTube Al Jazeera English yang diambil pada Minggu (2/3/2025), menunjukkan momen warga Gaza berbuka puasa di tengah reruntuhan. (Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English)

    Trump dan Netanyahu bahas cara pindahkan warga Gaza

    Trump dan Netanyahu dilaporkan membahas pemindahan warga Gaza ketika PM Israel itu berkunjung ke Gedung Putih.

    Mereka mendiskusikan negara-negara yang mungkin bisa menerima kedatangan warga Gaza.

    Dalam pertemuan itu Trump mengaku ingin melihat perang di Gaza berhenti. Dia juga mengklaim perang itu akan selesai dalam waktu dekat.

    Sementara itu, seorang pakar politik Palestina-Amerika bernama Omar Baddar mengkritik rencana Trump dan Netanyahu.

    Menurut Baddar, pertemuan Trump dengan Netanyahu merupakan hal yang “sangat tercela”. Pertemuan itu menunjukkan bahwa Israel bagi AS adalah sebuah negara yang “berada di atas hukum”.

    Dia mengecam Trump dan Netanyahu karena membuat Gaza “tak bisa ditinggali”.

    “Mereka mengenai Gaza yang menjadi tempat berbahaya, tetapi Gaza hanya berbahaya karena mereka bersikeras mengebom dan menghancurkannya, membuatnya tak cocok untuk kehidupan manusia,” katanya dikutip dari Al Jazeera.

    Adapun Presiden Mesir Abdel Fattah El Sisi sudah menggelar pembicaraan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Raja Yordania Abdullah untuk membahas situasi parah di Gaza.

    Mereka menolak pemindahan paksa warga Palestina dari tanah air mereka dan pencaplokan wilayah Palestina.

  • Gaza Dikepung ‘Balas Dendam’: Roket Qassam Hujani Israel, Tel Aviv Balas dengan Bom Bertubi-tubi – Halaman all

    Gaza Dikepung ‘Balas Dendam’: Roket Qassam Hujani Israel, Tel Aviv Balas dengan Bom Bertubi-tubi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Gaza dikepung balas dendam, roket Al-Qassam hujani Israel, Tel Aviv membalas dengan meluncurkan bom bertubi-tubi.

    Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas, meluncurkan serangan roket bergelombang ke kota-kota di selatan Israel pada Minggu (6/4/2025) malam.

    Penyerbuan kemarin menandai eskalasi baru dalam konflik yang terus membara di kawasan tersebut.

    Media Israel melaporkan sirene peringatan serangan udara meraung-raung di berbagai wilayah selatan negara itu dan menyebabkan kalangan warga panik luar biasa.

    Dalam pernyataan resminya, Brigade Al-Qassam menyebut serangan ini sebagai respons terhadap aksi militer Israel di Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem.

    “Neraka Brigade Qassam telah dimulai,” kata mereka.

    Al-Qassam menyatakan rudal-rudal yang mereka lancarkan adalah bentuk perlawanan atas penindasan yang terus terjadi, termasuk terhadap Masjid Al-Aqsa.

    Militer Israel mengonfirmasi ada sekitar 10 roket ditembakkan, sebagian besar berhasil dicegat.

    Namun, pecahan peluru tetap melukai sejumlah warga dan menyebabkan kerusakan di beberapa area, dikutip dari Arab News dan layanan darurat setempat.

    Tak lama setelah serangan roket, militer Israel memerintahkan evakuasi warga dari beberapa distrik di Deir Al-Balah, Jalur Gaza tengah.

    “Ini adalah peringatan terakhir sebelum serangan,” demikian bunyi pengumuman resmi militer, dikutip dari Arab News.

    Israel kemudian melancarkan serangan udara balasan yang diklaim menyasar peluncur roket Hamas.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang saat itu dalam perjalanan ke Washington, langsung memerintahkan tanggapan militer yang “kuat”, menurut pernyataan kantornya.

    Stasiun televisi Channel 12 Israel menyebutkan bahwa 12 orang mengalami luka ringan akibat serangan roket Hamas, mengutip pernyataan rumah sakit Bazilai di Ashkelon.

    Di sisi lain, otoritas kesehatan di Gaza menyebutkan bahwa serangan balasan Israel pada hari yang sama telah menewaskan sedikitnya 39 warga Palestina.

    Puluhan lainnya luka-luka akibat rentetan bom yang menghantam area permukiman.

    Konflik ini tidak hanya memakan korban jiwa dari warga sipil, tetapi juga berdampak tragis bagi jurnalis.

    Laporan lembaga pemikir Watson Institute for International and Public Affairs yang berbasis di AS menyatakan perang di Gaza telah menjadi konflik paling mematikan bagi jurnalis dalam sejarah modern.

    Sejak Oktober 2023, sebanyak 232 jurnalis telah tewas, termasuk dalam serangan terbaru Israel terhadap kamp media di sekitar dua rumah sakit besar di Gaza.

    Dalam serangan itu, seorang jurnalis, Ahmed Mansour, dilaporkan terbakar hidup-hidup akibat serangan rudal, dikutip dari Al Arabiya.

    Serangan tersebut juga menewaskan dua orang lainnya dan melukai enam jurnalis lainnya.

    Militer Israel mengklaim serangan tersebut ditujukan kepada militan Hamas dan menegaskan mereka berupaya menghindari korban sipil.

    Tudingan bahwa Hamas menggunakan fasilitas sipil untuk tujuan militer terus dibantah oleh staf rumah sakit dan organisasi kemanusiaan.

    Kondisi kemanusiaan di Gaza kian memburuk.

    Menurut data pejabat Palestina, lebih dari 50.000 warga Palestina telah tewas sejak Israel meluncurkan serangan balasan pasca serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang dan menculik 251 lainnya sebagai sandera.

    Upaya perdamaian pun belum membuahkan hasil.

    Gencatan senjata yang sempat disepakati pada Januari 2025 kini tak lagi efektif, seiring saling tuding antara Israel dan Hamas atas kebuntuan dalam perundingan damai.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Tenaga Medis Gelar Konvoi Ambulans di Jalanan Jakarta, Bentuk Solidaritas untuk Kondisi di Palestina

    Tenaga Medis Gelar Konvoi Ambulans di Jalanan Jakarta, Bentuk Solidaritas untuk Kondisi di Palestina

    Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra

    TRIBUNJAKARTA.COM – Ratusan dokter dan tenaga kesehatan menggelar aksi solidaritas terhadap Palestina di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (7/4/2025) sore 

    Hal itu sebagai respons mereka terhadap para tenaga kesehatan dan relawan kemanusiaan yang menjadi korban kekerasan di Gaza, Palestina.

    Aksi bertajuk “Protect Them: Lindungi Tenaga Kesehatan dan Relawan Kemanusiaan di Gaza” ini dimulai di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, dan dilanjutkan dengan konvoi ambulans dari Patung Kuda menuju Bundaran HI. 

    Konvoi akan memutar sebanyak tiga kali sebagai bentuk penghormatan simbolik terhadap para tenaga medis yang gugur.

    Peserta aksi juga membawa pesan-pesan kemanusiaan seperti bertuliskan “Lindungi Tenaga Kesehatan, Ambulans Bukan Target, hingga Gaza Urusan Kita Juga sebagai bentuk protes terhadap pelanggaran hukum humaniter internasional.

    Kegiatan yang diinisiasi oleh Aliansi Rakyat Bela Palestina ini menyusul pengakuan Israel yang menyatakan tentaranya menembak 15 petugas medis di Gaza Selatan pada 24 Maret 2025 lalu. 

    Adapun para tenaga medis yang terlibat dalam aksi damai terdiri dari perwakilan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Kementerian Kesehatan RI, MER-C, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), serta masyarakat umum.

    Menurut Forum Dokter dan Tenaga Kesehatan untuk Palestina (FODKES Palestina) yang diwakili dr. Piprim Basarah Yanuarso, hingga 7 April 2025, jumlah korban meninggal dunia di Gaza telah mencapai 50.669 orang, termasuk 17.954 anak-anak dan 13.365 perempuan.

    Dari jumlah itu,1.516 di antaranya adalah tenaga kesehatan, sementara seluruh rumah sakit di Gaza dalam kondisi lumpuh, dengan hanya 17 yang berfungsi sebagian.

    “Ini adalah bentuk solidaritas sejawat, bahwa kami tidak tinggal diam melihat rekan-rekan medis dibantai saat menjalankan tugas kemanusiaan,” ujar Piprim, Senin.

    Dalam aksinya, FODKES Palestina menyampaikan tujuh pernyataan sikap terhadap kondisi di Gaza, Palestina.

    “Pertama, hentikan genosida Israel terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza maupun Tepi Barat,” kata Piprim.

    Sikap kedua, mengutuk Israel dan Amerika Serikat yang bersama-sama melakukan kejahatan perang dan genosida terhadap rakyat Palestina, terlebih terhadap para tenaga kesehatan dan relawan kemanusiaan.

    Kemudian, poin ketiga yakni mendesak masyarakat dunia agar segera menyeret Israel kembali kepada kesepakatan awal gencatan senjata.

    “Keempat, Mendesak ICC negara-negara yang tergabung di dalamnya untuk meningkatkan upaya penangkapan Benjamin Netanyahu,” ujarnya.

    Selanjutnya poin kelima yakni menyerukan seluruh dokter dan tenaga kesehatan di Indonesia dan dunia untuk meningkatkan solidaritas pembelaan kepada rekan sejawat di Palestina dan menolak kejahatan Israel terhadap pekerja medis.

    “Keenam, menyesalkan sikap negara-negara Arab yang dekat dengan Palestina yang tetap diam tanpa mengambil langkah eskalatif dalam menyelamatkan rakyat Palestina dan menghentikan kejahatan Israel,” tutur Piprim.

    Ketujuh, mendorong seluruh dokter, tenaga kesehatan, maupun organisasi profesi untuk melakukan aksi serupa yang dilakukan pada hari ini, serta meningkatkan aksi boikot, media sosial, dan doa untuk membela Palestina.

     

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Remaja Palestina-AS Ditembak Mati Pasukan Israel di Tepi Barat – Halaman all

    Remaja Palestina-AS Ditembak Mati Pasukan Israel di Tepi Barat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Beberapa pejabat Palestina mengatakan bahwa pasukan Israel telah menembak mati seorang remaja Palestina berkewarganegaraan AS di kota Turmus Aya, Tepi Barat pada hari Minggu (6/4/2025).

    Hal tersebut dikonfirmasi oleh wali kota Turmus Aya, Adeeb Lafi.

    Lafi mengatakan pada hari sebelumnya bahwa remaja tersebut adalah Omar Mohammad Rabea.

    Saat itu, remaja berusia 14 tahun itu bersama kedua temannya.

    Kemudian pemukim Israel menembak ketiga remaja ini saat berada di pintu masuk Turmus Aya.

    Tentara Israel mengonfirmasi bahwa satu dari 3 remaja tersebut meninggal dunia.

    Sehari setelahnya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memberikan pernyataan.

    Dalam pernyataan tersebut, IDF mengklaim bahwa mereka menembak seseorang yang melempar batu dan dianggap membahayakan warga sipil.

    “Selama kegiatan kontraterorisme di wilayah Turmus Aya, tentara Israel mengidentifikasi tiga orang yang melemparkan batu ke arah jalan raya, sehingga membahayakan warga sipil yang mengemudi,” kata tentara Israel dalam sebuah pernyataan, dikutip dari The New Arab.

    “Tentara melepaskan tembakan ke arah seseorang yang membahayakan warga sipil, menewaskan satu orang dan mengenai dua orang lainnya,” tambahnya.

    Mengetahui insiden ini, Kementerian Luar Negeri Palestina mengutuk hal tersebut.

    Menurut Kemenlu Palestina, insiden ini telah melanggar hukum.

    Tidak hanya itu, Kemenlu Palestina juga mengatakan bahwa insiden tersebut merupakan hasil dari ‘kekebalan hukum’ Israel yang terus berlanjut.

    “Kekebalan hukum Israel yang terus berlanjut sebagai kekuatan pendudukan ilegal mendorongnya melakukan kejahatan lebih lanjut,” demikian peringatannya, dikutip dari BBC.

    Ini adalah insiden terbaru di Tepi Barat di tengah konfrontasi dan kekerasan yang terjadi hampir setiap hari.

    Kekerasan pemukim dan bentrokan antara pasukan Israel dan warga Palestina terus berlanjut di Tepi Barat.

    Kamis lalu, kepala hak asasi manusia PBB mengatakan situasi di Tepi Barat ‘sangat mengkhawatirkan’.

    Mogok Kerja Massal di Tepi Barat

    Mogok kerja massal melanda kota-kota besar, kecil, dan kamp-kamp pengungsi di seluruh Tepi Barat yang diduduki pada hari Senin (7/4/2025).

    Aksi ini  sebagai bentuk solidaritas terhadap Gaza dan untuk menekan diakhirinya genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap warga Palestina, dikutip dari Anadolu Anjansi.

    Toko-toko, sekolah, dan sebagian besar kantor administrasi publik ditutup di seluruh Tepi Barat.

    Pasukan nasional dan Islam Palestina mengeluarkan pernyataan pada hari Minggu yang menyerukan “serangan menyeluruh di semua bidang kehidupan di semua wilayah Palestina yang diduduki dan diaspora, bergabung dengan seruan solidaritas global untuk pemogokan umum di seluruh dunia pada hari Senin, dalam solidaritas dengan Gaza, dikutip dari Anadolu Anjansi.

    Salah seorang pemilik toko souvenir di Kota Tua Yerusalem mengatakan bahwa hari ini ia menutup tokonya sebagai aksi solidaritas.

    “Hari ini kami tutup untuk keluarga kami di Gaza, anak-anak kami di Gaza,” kata Imad Salman, 68 tahun, yang memiliki toko suvenir di Kota Tua Yerusalem, dikutip dari Arab News.

    “Di Yerusalem, di Tepi Barat, kami tidak bisa berbuat lebih dari apa yang kami lakukan di sini sekarang,” katanya kepada AFP.

    Di Yerusalem timur yang dianeksasi Israel, jalan Salaheddin yang biasanya ramai tampak kosong.

    Menurut seorang warga yang bernama Ahmed, mogok kerja ini sebagai aksi protes terhadap Trump dan Netanyahu.

    “Mogok kerja ini sebagai bentuk solidaritas dengan Gaza dan apa yang terjadi di sana, dan perang yang dilancarkan terhadap rakyat Palestina, baik oleh (Presiden AS Donald) Trump, (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu, pemerintah Israel, atau pemerintah Amerika,” kata Ahmed.

    Menurutnya, agresi ini harus segera dihentikan.

    “Perang ini harus dihentikan, pembunuhan dan penghancuran harus dihentikan, dan hanya perdamaian yang harus menang, perdamaian, dan tidak ada yang lain selain perdamaian,” katanya.

    Sejak dimulainya perang Gaza, kekerasan telah melonjak di Tepi Barat.

    Kekerasan di Tepi Barat telah menewaskan  909 warga Palestina di Tepi Barat sejak 7 Oktober 2023.

    Dari jumlah tersebut, termasuk 191 anak-anak dan lima orang penyandang disabilitas. 

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Tepi Barat dan Konflik Palestina vs Israel

  • Eks Agen CIA Klaim Tahu Lokasi Tabut Perjanjian yang Disebutkan dalam Alkitab

    Eks Agen CIA Klaim Tahu Lokasi Tabut Perjanjian yang Disebutkan dalam Alkitab

    GELORA.CO – Seorang mantan agen Dinas Intelijen Pusat Federal Amerika Serikat (CIA) telah mengklaim bahwa ia tahu persis di mana Ark of Covenant atau Tabut Perjanjian, yang disebutkan dalam Allkitab itu sebenarnya berada.

    Tabut Perjanjian adalah kotak kayu berhias emas yang konon merupakan peti penyimpanan dan relik keagamaan yang dianggap sebagai objek paling suci oleh orang Bani Israil. Dalam Kitab Keluaran disebutkan bahwa Tuhan memerintahkan Nabi Musa untuk membuat peti ini selama 40 hari tinggal di Gunung Sinai.

    Mayor Ed Dames bekerja untuk CIA sebagai mata-mata sepanjang 1980-an dan mengatakan bahwa ia tahu di mana Tabut Perjanjian itu sebenarnya berada.

    Dames bahkan mengklaim bahwa ia tidak hanya tahu di mana lokasinya, tetapi juga bahwa ia adalah bagian dari program rahasia Angkatan Darat AS yang menggunakan orang-orang yang dikenal sebagai ‘pemantau jarak jauh’ untuk mengungkap informasi tentang objek atau orang dari masa lalu.

    Berbicara kepada MailOnline, Dames membagikan dokumen yang menyatakan bahwa dia terlibat dalam proyek Stargate, yang berlangsung dari 1977 hingga 1995, saat proyek itu dihentikan. Dia diduga sebagai salah satu ‘pengamat jarak jauh’, dan ia membantu melacak lokasi Tabut itu di dunia.

    Ia mengklaim bahwa benda itu berada di dalam Gua Leluhur, yang terletak di Hebron, Tepi Barat.

    Menurut kepercayaan Kristen, Yahudi, dan Islam, di sinilah beberapa tokoh yang disebutkan dalam kitab suci seperti Nabi Ibrahim, Ishak, dan Yakub dimakamkan.

    Disebutkan dalam Alkitab bahwa Tabut Perjanjian yang dibangun Bani Israil berbentuk peti sebagai peti emas. Tabut ini dibuat tak lama setelah orang-orang Bani israil melarikan diri dari Mesir pada abad ke-13 SM.

    Lebih lanjut diyakini bahwa Nabi Musa meletakkan Sepuluh Perintah di peti tersebut, yang menurut para sejarawan disimpan di Ruang Mahakudus, ruang terdalam di Kuil kuno Yerusalem, tetapi saat Yerusalem dijarah Babilonia pada 586 SM, Tabut tersebut menghilang.

    Penglihatan Jarak Jauh

    Dames mengklaim bahwa kekuatan pikirannya, yang katanya ia ajarkan kepada orang lain untuk digunakan juga, membimbingnya ke ‘sejenis terowongan batu’. Ia mengatakan bahwa ia masih mengajarkan orang lain ‘penglihatan jarak jauh’, karena ia menggunakan ‘kemampuannya’ terutama untuk mencari anak-anak yang hilang.

    “Saya berada di dalam tempat yang gelap, dan saya merasa sangat tidak aman karena ada perasaan yang tidak dapat saya gambarkan. Tidak pernah merasakannya sebelumnya, dan itu membuat saya takut,” katanya berbicara tentang pencarian Tabut yang hilang itu kepada Mail Online.

    “Saya berada di dalam semacam terowongan batu, dan ada sebuah objek, dan objek itu berbentuk kotak dan berat serta padat,” jelasnya.

    “Gelap, saya masih sedikit gelisah, tetapi saya masih dapat mengendalikan alam bawah sadar saya.

    “Ide-ide konkret yang terkait dengan target adalah struktur kotak,” kata mantan agen CIA tersebut.

    Ia kemudian merasakan sebuah ‘relik suci’ dan akan menyelidiki detail tentang bagaimana benda itu muncul, mencatat bahwa itu adalah ‘alkitabiah’.

    Menurutnya, sesi penglihatan jarak jauh kedua membuatnya mengklaim bahwa benda itu berada di Gua Leluhur. Dames berkata bahwa ketika menjadi bagian dari program Stargate, ia ditugaskan menjadikan Tabut itu sebagai target selama pelatihan.

    Tak Ada Bukti Konkret

    Sebuah dokumen CIA yang tampaknya muncul kembali mengungkapkan apa yang ditemukan dalam latihan pada tahun 1988, yang menyatakan bahwa pelatihan itu berlokasi di Timur Tengah.

    Dames mengklaim bahwa ia memasuki ‘kondisi kesadaran yang berubah’ untuk menemukan targetnya, menggunakan kelima indranya.

    Pada tahun 90-an, LA Times melaporkan bahwa ‘paranormal’ dapat menjadi berharga bagi mereka, menghabiskan jutaan dolar untuk mendatangkan mereka.

    Saat ini tidak ada bukti konkret yang menunjukkan bahwa Tabut itu pernah ada, dan meskipun Dames mengklaim bahwa itu nyata dan berada di Tepi Barat, tidak seorang pun diizinkan memasuki gua-gua kuno ini, yang berarti lokasinya mungkin tidak akan pernah dapat diverifikasi.

  • Kota-Kota Israel Hujan Roket, Sayap Militer Hamas: Neraka Brigade Qassam Telah Dimulai – Halaman all

    Kota-Kota Israel Hujan Roket, Sayap Militer Hamas: Neraka Brigade Qassam Telah Dimulai – Halaman all

    Kota-Kota Israel Hujan Roket, Sayap Militer Hamas: Neraka Brigade Qassam Telah Dimulai

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Hamas, mengeluarkan pernyataan pada Minggu (6/4/2025) malam setelah melancarkan serangan roket bergelombang ke kota-kota di Israel Selatan.

    Laporan media-media Israel menyatakan, serangan tersebut menghasilkan kepanikan luar biasa bagi pemukim di mana sirene peringatan serangan udara meraung-raung di berbagai wilayah.

    Dalam pernyataannya, Brigade Al Qassam menyinggung kata-kata yang kerap digemakan Amerika Serikat (AS) dan Israel soal akan terciptanya gerbang neraka di Gaza.

    Dari rentetan serangan rudal yang mereka luncurkan, Brigade Al Qassam menyebut kalau neraka dari mereka buat Israel sudah dimulai.

    Berikut pernyataan lengkap Brigade Al Qassam atas serangan roket yang mereka luncurkan ke sejumlah kota Israel tersebut:

    Atas nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. 

    “Dan bukan kamu yang melempar pada waktu kamu melempar, melainkan Allah yang melempar.”

    Wahai seluruh rakyat yang tengah berjuang, wahai rakyat kami yang sabar dan tabah… Kami umumkan, dengan pertolongan Allah SWT dan tekad para mujahidin yang gagah berani, bahwa neraka Brigade Qassam telah dimulai.

    Dan inilah rudal-rudal kita yang diberkahi menghujani pemukiman musuh, mengguncang entitas yang runtuh dan menebarkan teror ke dalam hati para prajurit dan pemukimnya.

    Kami, Brigade Al-Qassam, menegaskan bahwa serangan yang diberkahi ini dilakukan sebagai respons terhadap kejahatan pendudukan Israel yang terus berlanjut terhadap rakyat kami di Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem, dan sebagai respons terhadap penargetan rakyat kami dan Masjid Al-Aqsa kami yang diberkahi. 

    Kami berjanji kepada Anda bahwa masa depan lebih baik, dan api banjir tidak akan padam sampai penjajah diusir dari tanah kami, Insya Allah. 

    Kami menyerukan kepada bangsa dan rakyat kami yang heroik untuk mendukung dan membantu para pejuang mereka, karena pertempuran ini adalah pertempuran setiap orang yang merdeka, dan mendukung perlawanan adalah kewajiban setiap orang yang setia. 

    Itu adalah jihad… kemenangan atau kesyahidan.

    Brigade Izz ad-Din al-Qassam

    Jumat | 6 Syawal 1446 H bertepatan dengan 06/04/2025 M

    DIGUYUR ROKET – Tim pemadam kebakaran dan unit reaksi cepat Israel memadamkan api yang membakar sebuah mobil yang terkena roket serangan di Ashkelon, Israel, Minggu (6/4/2025). Sirene serangan udara diaktifkan di banyak kota Israel di malam itu saat serangan roket dari Gaza Tengah mengguyur kota. (Kredit Foto: Layanan Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Israel)

    Puing Berserakan di Israel

    Hamas menembakkan rentetan roket ke kota-kota di selatan Israel pada Minggu (6/4/2025).

    Serangan Hamas ini sebagai tanggapan atas “pembantaian” warga sipil oleh Israel di Gaza.

    Militer Israel mengatakan sekitar 10 proyektil ditembakkan, tetapi sebagian besar berhasil dicegat.

    Layanan darurat Israel mengatakan mereka merawat satu orang yang terluka akibat pecahan peluru.

    Kaca mobil yang pecah dan puing-puing berserakan di jalan kota, seperti yang ditunjukkan dalam video yang disebarkan oleh layanan darurat Israel.

    Sementara itu, otoritas kesehatan lokal Gaza mengatakan serangan militer Israel menewaskan sebanyak 39 orang di seluruh Jalur Gaza pada hari Minggu.

    Tak lama setelah penembakan roket, militer Israel memposting perintah evakuasi baru di X, yang menginstruksikan penduduk beberapa distrik di Kota Deir Al-Balah di Jalur Gaza bagian tengah untuk meninggalkan daerah mereka, dengan alasan penembakan roket sebelumnya.

    “Ini adalah peringatan terakhir sebelum serangan,” kata pernyataan peringatan militer tersebut, seperti diberitakan Arab News.

    Kemudian, disebutkan bahwa roket itu mengenai peluncur roket yang sebelumnya digunakan untuk meluncurkan proyektil dari Jalur Gaza.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang sedang dalam penerbangan ke Washington untuk bertemu Presiden AS Donald Trump, diberi pengarahan tentang serangan roket tersebut oleh Menteri Pertahanannya, Israel Katz.

    Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya mengatakan bahwa Netanyahu menginstruksikan agar tanggapan yang “kuat” dilakukan dan menyetujui kelanjutan aktivitas intensif oleh militer Israel terhadap Hamas.

    Televisi Channel 12 Israel mengatakan 12 orang yang terluka ringan telah dirawat akibat tembakan roket dari Gaza, mengutip pernyataan pejabat di Rumah Sakit Bazilai di Ashkelon.

    Perang Israel di Gaza Paling Mematikan bagi Jurnalis

    Sementara itu, perang Israel di Gaza telah menewaskan lebih banyak jurnalis daripada gabungan kedua perang dunia, Perang Vietnam, Perang Saudara Amerika, perang di Yugoslavia, dan perang AS di Afghanistan, menurut laporan lembaga pemikir berbasis di AS yang diterbitkan pada 1 April 2025.

    Institut Watson untuk Urusan Internasional dan Publik mengatakan perang di Gaza adalah yang paling mematikan bagi pekerja media yang pernah tercatat.

    Agresi dan serangan Israel telah menewaskan 232 jurnalis sejak Oktober 2023.

    Hal itu membuat jumlahnya menjadi rata-rata 13 wartawan yang terbunuh per minggu.

    Israel menyerang tenda-tenda media di luar dua rumah sakit besar di Jalur Gaza pada malam hari (Rumah Sakit Al Nassr di Khan Younis dan Rumah Sakit Martir Al Aqsa di kota pusat Deir al-Balah) menewaskan dua orang, termasuk Yousef al-Faqawi, dan melukai sembilan lainnya, termasuk enam wartawan, kata petugas medis pada Senin (7/4/2025).

    Dalam rekaman yang mengganggu dari serangan Israel terhadap rumah sakit Al Nassr yang beredar luas di internet, seorang jurnalis untuk Palestine Today yang melaporkan identitasnya sebagai Ahmed Mansour, terlihat dibakar hidup-hidup, sementara warga Palestina dan petugas penyelamat berusaha mati-matian untuk menyelamatkannya.

    “Rekan saya Ahmed Mansour terbakar oleh rudal (Israel) dan masih dalam perawatan intensif, menderita luka bakar serius akibat penargetan tenda tempat dia duduk di kamp jurnalis di Rumah Sakit Nasser,” kata Wael Abo Omar, jurnalis Palestina di Jalur Gaza, Senin, dilansir Al Arabiya.

    Lima belas orang lainnya tewas dalam serangan terpisah di wilayah tersebut, menurut rumah sakit.

    BOLA API – Bombardemen udara Israel ke wilayah Khan Yunis, Gaza Selatan, Senin (24/3/2025) dini hari. Israel dilaporkan melakukan lebih dari 900 pelanggaran gencatan senjata di Jalur Gaza. (khaberni/tangkap layar)

    Israel telah menyerbu rumah sakit beberapa kali, menuduh Hamas menggunakannya untuk tujuan militer, tuduhan yang dibantah oleh staf rumah sakit.

    Militer Israel mengatakan telah menyerang seorang militan Hamas, tanpa memberikan informasi lebih lanjut.

    Militer mengklaim bahwa mereka mencoba untuk menghindari melukai warga sipil dan menyalahkan Hamas atas kematian mereka dengan mengatakan bahwa kelompok tersebut sangat kuat di daerah permukiman.

    Menurut lembaga pemikir tersebut, sebagian besar wartawan yang terluka atau terbunuh, seperti yang terjadi di Gaza, adalah wartawan lokal.

    Lembaga tersebut memperingatkan bahwa pembunuhan terhadap wartawan akan “merusak liputan berita” dan memfasilitasi terciptanya apa yang disebutnya sebagai “kuburan berita.”

    “Reporter lokal tidak hanya menghadapi risiko besar, berdiri sendiri menghadapi kekerasan luar biasa; hal ini juga merusak liputan berita dan sebagai hasilnya, ekosistem informasi di seluruh dunia,” kata Watson Institute for International and Public Affairs.

    Sebagai informasi, tahap pertama gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku pada 19 Januari 2025 setelah 15 bulan perang dan melibatkan penghentian pertempuran, pembebasan beberapa sandera Israel yang ditahan oleh Hamas, dan pembebasan beberapa tahanan Palestina.

    Namun, Israel mengatakan pada 19 Maret bahwa pasukannya melanjutkan operasi darat di Jalur Gaza bagian tengah dan selatan.

    Kedua pihak saling menyalahkan atas kebuntuan dalam pembicaraan gencatan senjata.

    Lebih dari 50.000 warga Palestina tewas akibat serangan Israel di Gaza, kata pejabat Palestina.

    Israel memulai serangannya setelah ribuan orang bersenjata pimpinan Hamas menyerang masyarakat di Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan menculik 251 orang sebagai sandera, menurut penghitungan Israel.

     
     

  • Terkejutnya 2 Anggota Parlemen Inggris Ditolak Israel Masuk Tepi Barat

    Terkejutnya 2 Anggota Parlemen Inggris Ditolak Israel Masuk Tepi Barat

    Jakarta

    Dua anggota parlemen Inggris yang ditolak masuk ke Israel telah kembali ke London setelah mencoba mengunjungi Tepi Barat dalam perjalanan pencarian fakta. Dua anggota parlemen tersebut, Abtisam Mohamed dan Yuan Yang mengaku terkejut atas penolakan tersebut.

    Dilansir Reuters, Senin (7/4/2025), Abtisam Mohamed dan Yuan Yang dari Partai Buruh yang berkuasa di Inggris bepergian sebagai bagian dari delegasi parlemen. Namun menurut kedutaan besar Israel di Inggris, perjalanan kedua anggota parlemen itu dihentikan di perbatasan dengan alasan mereka diduga bermaksud memprovokasi kegiatan anti-Israel.

    Diketahui, pemblokiran kunjungan kedua anggota parlemen Inggirs itu menandai upaya terbaru dari serangkaian upaya Israel untuk membatasi masuknya anggota parlemen dan pejabat asing yang mengkritik kebijakan negara tersebut. Sementara itu Mohamed dan Yang mengaku terkejut dengan tindakan Israel yang mendeportasinya.

    “Kami terkejut dengan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya yang diambil oleh otoritas Israel untuk menolak masuknya anggota parlemen Inggris dalam perjalanan kami untuk mengunjungi Tepi Barat yang diduduki,” kata Mohamed dan Yang dalam pernyataan bersama.

    “Sangat penting bagi anggota parlemen untuk dapat menyaksikan secara langsung situasi di wilayah Palestina yang diduduki,” imbuhnya.

    Mohamed dan Yang mengatakan mereka telah berbicara di parlemen Inggris tentang konflik antara Israel dan Palestina serta pentingnya mematuhi hukum internasional.

    “Anggota parlemen seharusnya merasa bebas untuk berbicara jujur di DPR, tanpa takut menjadi sasaran,” kata mereka.

    “Orang-orang ini menuduh Israel membuat klaim palsu, terlibat aktif dalam mempromosikan sanksi terhadap menteri Israel, dan mendukung kampanye yang bertujuan memboikot Negara Israel,” kata Kedubes Israel di London.

    Sebelumnya, pada bulan November, Mohamed, sempat bertanya kepada pemerintah Inggris apakah mereka akan meninjau hubungannya dengan Israel mengingat “kekejaman yang terjadi di Gaza, Tepi Barat, dan di Lebanon”. Yang, juga telah memberi tahu parlemen bahwa penting bagi Inggris untuk melanjutkan sanksi terhadap pejabat pemerintah Israel.

    Pada bulan Oktober, menteri luar negeri Israel mengatakan bahwa ia melarang Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memasuki negara tersebut karena ia belum “dengan tegas” mengutuk serangan rudal oleh Iran terhadap Israel.

    Inggris Geram 2 Anggota Parlemennya Ditahan Israel

    Pemerintah Inggris geram atas penahanan dua anggota parlemen negara tersebut oleh otoritas Israel. Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mengatakan bahwa penahanan tersebut “tidak dapat diterima”.

    Yuan Yang dan Abtisam Mohamed, dari Partai Buruh yang berkuasa, terbang dari London, Inggris ke Israel pada Sabtu (5/4) waktu setempat, tetapi dilarang untuk memasuki negara itu dan dideportasi, media Inggris melaporkan.

    “Tidak dapat diterima, kontraproduktif, dan sangat memprihatinkan bahwa dua anggota parlemen Inggris dalam delegasi parlemen ke Israel telah ditahan dan ditolak masuk oleh otoritas Israel,” kata Lammy dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Minggu (6/4/2025).

    “Saya telah menjelaskan kepada rekan-rekan saya di pemerintahan Israel bahwa ini bukanlah cara yang tepat untuk memperlakukan anggota parlemen Inggris, dan kami telah menghubungi kedua anggota parlemen malam ini untuk memberikan dukungan kami,” imbuhnya.

    “Fokus pemerintah Inggris tetap mengamankan kembalinya gencatan senjata dan negosiasi untuk menghentikan pertumpahan darah, membebaskan para sandera, dan mengakhiri konflik di Gaza,” ujarnya.

    Lihat juga Video Kepala Kantor HAM PBB: Israel Caplok Wilayah Palestina di Tepi Barat!

    (yld/idn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini