Negara: Taiwan

  • Pemerintah Targetkan Kirim 500.000 Tenaga Kerja ke 100 Negara Tujuan Tahun Depan

    Pemerintah Targetkan Kirim 500.000 Tenaga Kerja ke 100 Negara Tujuan Tahun Depan

    Pemerintah Targetkan Kirim 500.000 Tenaga Kerja ke 100 Negara Tujuan Tahun Depan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Menteri Pelindungan
    Pekerja Migran Indonesia
    /BP2MI Abdul Kadir Karding menargetkan dapat mengirim 500.000
    pekerja migran Indonesia
    (
    PMI
    ) ke 100 negara tujuan pada tahun depan. 
    Target ini, disebutnya, memang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
    “Kita enggak muluk-muluk, kalau kemarin 287.000 (PMI yang dikirim) kalau bisa di angka 400.000 sampai 500.000 sudah top,” kata Karding di Kantor BP2MI, Jakarta, Senin (23/12/2024).
    Karding mengatakan, pemerintah memiliki 6 negara tujuan utama untuk PMI yaitu Malaysia, Hong Kong, Taiwan, Singapura, Jepang, dan Korea Selatan.
    Tak hanya memberangkatkan, Kementerian P2MI juga bertanggungjawab ketika PMI kembali ke Tanah Air.
    “Kita akan dampingi mereka mendorong agar terjadi pemberdayaan. Banyak hal yang bisa kita lakukan, (mulai dari) pelatihan, menyambungkan produk ke pasar modal, dan mencoba melatih manajemen keuangan dan bisnis,” ujarnya.
    Terakhir, Karding mengatakan, terkait pengiriman PMI ke Arab Saudi, pemerintah memberikan dua syarat yaitu, jaminan gaji tinggi, dan perlindungan kesehatan.
    “Arab saudi masih kita kaji, prinsipnya kalau kita buka harus dua hal pertama gajinya tinggi, perlindungan kesehatan, perlindungan terhadap tenaga kerja paripurna,” ucap dia.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Mantap! Nenek Umur 90 Rutin Olahraga Angkat Beban, Staminanya Nggak Diragukan

    Mantap! Nenek Umur 90 Rutin Olahraga Angkat Beban, Staminanya Nggak Diragukan

    Jakarta

    Seorang nenek berusia 90 tahun di Taiwan membuat warganet terpukau dengan kekuatannya. Nenek bernama Cheng Chen Chin-Mei itu masih melakukan olahraga angkat beban seberat 35 kg ke pinggangnya dengan percaya diri.

    Cheng Chen mulai menjalani olahraga angkat beban sejak tahun lalu. Cucunya mengarahkannya untuk menekuni olahraga tersebut setelah Cheng Chen didiagnosis mengidap penyakit Parkinson.

    Ia menganggap latihan tersebut dapat membantunya memperbaiki postur tubuhnya.

    Aksi Cheng Chen dan 44 orang lainnya yang berusia 70 tahun ke atas dalam kompetisi angkat beban juga disaksikan oleh keluarga beserta ratusan penonton lainnya.

    Dalam kompetisi tiga ronde, Cheng Chen mengangkat beban sebanyak 45 kg menggunakan barbel berbentuk heksagonal. Alat itu dikatakan memberi pengangkat beban lebih banyak stabilitas dan pilihan untuk mencengkeram.

    “Saya ingin memberitahu semua orang tua untuk ikut latihan. Anda tidak perlu bekerja sangat keras, tetapi ini untuk tetap sehat,” terangnya kepada Reuters.

    Cheng Chen bukan satu-satunya nonagenarian dalam kompetisi tersebut. Peserta tertua dalam kompetisi tersebut berusia 92 tahun.

    “Hex bar deadlift adalah latihan yang mudah. Mirip dengan squat atau duduk dan berdiri,” kata pelatih kepala di LKK Wellness, Cheng Yu-shao.

    “Latihan ini dapat membantu mencegah kehilangan otot dan meminimalkan risiko jatuh,” sambungnya.

    Selama latihan, Cheng Chen mengatakan latihan beban itu membantunya mengatasi beberapa masalah kesehatannya.

    “Bahu saya menjadi lebih ringan setelah beberapa waktu latihan terus-menerus,” katanya.

    Ketika memenangkan kompetisi, Cheng Chen mendapatkan medali dan sertifikat. Namun, ia tetap merasa bangga dan bahagia dengan respons yang diberikan penontonnya.

    (sao/kna)

  • Negosiasi Segera Dimulai, Merger Honda-Nissan Disebut Terealisasi 2026

    Negosiasi Segera Dimulai, Merger Honda-Nissan Disebut Terealisasi 2026

    Bisnis.com, JAKARTA — Honda Motor Co. dan Nissan Motor Co. dikabarkan berencana untuk menyelesaikan perjanjian merger secepatnya pada bulan Juni setelah negosiasi dimulai pada Senin (23/12/2024) dan mungkin akan bergabung pada 2026 mendatang.

    Berdasarkan laporan dari stasiun penyiaran Jepang, NHK, yang dikutip dari Bloomberg, kedua produsen mobil tersebut berencana untuk membuat perusahaan induk yang akan dipimpin oleh seorang presiden yang dipilih oleh Honda. Sebuah jumpa pers diharapkan berlangsung pada sore ini, Senin (23/12/2024), setelah perusahaan mengadakan rapat dewan.

    Presiden Honda, Nissan, dan Mitsubishi Motor Corp.—mitra junior Nissan—terlihat memasuki dan meninggalkan kementerian transportasi Jepang pada hari Senin (23/12/2024) pagi, kemungkinan untuk memberi tahu para pejabat tentang rencana mereka untuk secara resmi memulai pembicaraan merger.

    Para eksekutif tidak menanggapi permintaan komentar saat mereka pergi, dan juru bicara Nissan dan Honda menolak berkomentar.

    Sebuah laporan terpisah di Yomiuri mengatakan tujuannya adalah untuk bergabung pada tahun 2026 dan menjadikan perusahaan induk sebagai kendaraan yang terdaftar. Saham Nissan merosot sebanyak 2,6%, sehingga penurunan untuk tahun ini menjadi sekitar 21%. Saham Honda diperdagangkan 2,1% lebih tinggi dan telah turun 14,4% sejak Januari.

    Laporan terpisah dari Yomiuri mengatakan tujuannya adalah untuk bergabung pada 2026 dan menjadikan perusahaan induk sebagai kendaraan yang terdaftar. Saham Nissan merosot sebanyak 2,6%, sehingga penurunan untuk tahun ini menjadi sekitar 21%. Saham Honda diperdagangkan 2,1% lebih tinggi. Turun 14,4% sejak Januari 2024.

    Honda dan Nissan sama-sama menghadapi tantangan yang signifikan, dengan yang terakhir dalam kesulitan keuangan yang mengerikan karena banjir kendaraan listrik dan hibrida dari pesaing di Tiongkok memaksa merek lama untuk menyatukan sumber daya.

    Nissan sangat membutuhkan perubahan haluan karena penjualan yang anjlok di AS dan China, yang telah memaksanya untuk memangkas pekerjaan, memangkas kapasitas produksi, dan menurunkan prospek laba tahunan hingga 70%.

    Pembicaraan awalnya menjadi rumit karena produsen Taiwan Hon Hai Precision Industry Co., yang dilaporkan menyatakan minatnya untuk mengakuisisi Nissan. Namun, pembuat iPhone yang dikenal sebagai Foxconn itu menghentikan sementara upayanya untuk saat ini guna melihat bagaimana pembicaraan antara kedua perusahaan Jepang itu berlangsung, kata seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut minggu lalu.

    Aliansi antara Honda dan Nissan—yang juga dapat mencakup mitra junior Nissan, Mitsubishi Motors—secara efektif akan memecah industri otomotif Jepang menjadi dua, mengadu ketiganya melawan Toyota Motor Corp. dan kemitraannya dengan Mazda Motor Corp., Subaru Corp., dan Suzuki Motor Corp.

    Honda dan Nissan telah mulai meletakkan dasar untuk kemitraan teknis awal tahun ini, mengumumkan rencana dengan Mitsubishi Motors untuk mengembangkan baterai, perangkat lunak, dan teknologi kendaraan listrik lainnya bersama-sama.

  • Trump Ancam Ambil Alih Terusan Panama Imbas Tarif Kapal Mahal

    Trump Ancam Ambil Alih Terusan Panama Imbas Tarif Kapal Mahal

    Jakarta, CNN Indonesia

    Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan mengambil alih Terusan Panama gara-gara tarif yang dipatok untuk kapal-kapal AS melintasi rute itu mahal.

    Trump menegaskan jika Panama tak bisa memastikan operasi yang aman, efisien, dan andal, maka terusan itu dikembalikan ke AS.

    “Kami akan menuntut agar Terusan Panama dikembalikan kepada kami, secara penuh, dan tanpa pertanyaan,” ujar dia, Sabtu (21/12), melansir AFP.

    Trump merasa pihak pengelola Terusan Panama menerapkan Harga yang “tak adil” untuk kapal-kapal AS.

    “Angkatan Laut dan Perdagangan kita diperlakukan dengan cara yang sangat tidak adil dan tidak bijaksana. Biaya-biaya yang dibebankan Panama sungguh menggelikan,” kata dia.

    Trump bahkan menyebut tarif yang dipatok ke kapal AS sebagai “penipuan.”

    “Penipuan terhadap negara kita ini akan segera dihentikan,” ungkap dia.

    Sebagai pengusaha, Trump merasa punya posisi unik untuk memperjuangkan kepentingan bisnis AS.

    Terusan Panama merupakan jalur penting bagi AS karena menjadi rute pemindahan barang-barang dari Samudra Atlantik dan Pasifik.

    AS berkontribusi dalam menyelesaikan Terusan Panama pada 1914. Mereka lalu mengembalikan jalur ini ke Panama berdasarkan perjanjian yang diteken Presiden Jimmy Carter pada 1977.

    Panama mengambil alih seutuhnya terusan tersebut pada 1999.

    Di kesempatan ini, Trump juga khawatir dengan pengaruh China di Terusan Panama yang kian menguat.

    AS dan China berselisih dalam banyak hal termasuk perdagangan, pengaruh kawasan, hinggaa isu Taiwan.

    “Itu semata-mata untuk dikelola Panama, bukan China, atau siapa pun. Kami tak akan membiarkan jatuh ke tangan yang salah!” ungkap Trump.

    Pihak berwenang di Panama belum memberi komentar atas keluhan Trump.

    Sekitar lima persen lalu lintas maritim global melewati Terusan Panama.

    Pengguna utama jalur tersebut yakni Amerika Serikat, China, Jepang, dan Korea Selatan.

    Otoritas Terusan Panama melaporkan jalur perairan tersebut memperoleh pendapatan rekor hampir $5 miliar atau sekitar Rp80 triliun pada 2023.

    (isa/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Telkomsel Gabung Travel Alliance, 158 Juta Pelanggan Berpeluang Diskon Hotel

    Telkomsel Gabung Travel Alliance, 158 Juta Pelanggan Berpeluang Diskon Hotel

    Bisnis.com, JAKARTA – Travel Alliance, yang terdiri dari Singtel, AIS, Globe, HKT, Optus, Taiwan Mobile, dan Telkomsel mengumumkan kemitraan strategis dengan Grab dan Trip.com, yang membuat pelanggan di dalamnya mendapat diskon saat bepergian. 

    Kolaborasi ini memungkinkan pelanggan Aliansi untuk mendapatkan diskon pada akomodasi, penerbangan, transportasi, dan pengantaran makanan selama bepergian. Promosi akan diluncurkan secara bertahap oleh anggota Aliansi mulai 1 Januari 2025.

    Direktur Marketing Telkomsel, Derrick Heng mengatakan kolaborasi  ini memberdayakan pelanggan Telkomsel, khususnya pengguna produk telko serba digital by.U, untuk bisa menukarkan poin loyalitas dengan layanan Trip.com, Grab, dan mitra lainnya saat bepergian ke tujuh negara peserta. 

    Telkomsel memiliki sekitar 158 juta pelanggan hingga kuartal III/2024. 

    “Kami juga menyambut pelanggan Travel Alliance ke Indonesia, memungkinkan mereka menukarkan poin untuk menjelajahi ragam kekayaan budaya dan keindahan alam di negara ini,” kata Derrick dikutip, Minggu (22/12/2024).

    Melalui aliansi ini, Trip.com akan memberikan diskon di pasaran sebesar 10% untuk pemesanan hotel dan 6% untuk pemesanan penerbangan bagi pelanggan Travel Alliance.

    Pelanggan Aliansi yang memenuhi syarat juga akan menikmati peningkatan langsung ke status Diamond pada Trip.com, yang mencakup akses gratis ke lounge VIP bandara dan upgrade mobil untuk transfer bandara.

    Untuk Grab, Travel Alliance dan Grab akan bekerja sama untuk menghadirkan penawaran dan diskon eksklusif bagi pelanggan Aliansi, termasuk Grab Tourist Pack khusus yang akan diluncurkan pada awal 2025.

    Head of Marketing Trip.com Hang Feng menyampaikan bahwa pihaknya sangat senang bermitra dengan aliansi tujuh perusahaan telekomunikasi untuk menghadirkan peluang perjalanan yang luar biasa kepada pengguna mereka di kawasan Asia Pasifik. 

    Kolaborasi ini mencerminkan komitmen Trip.com untuk membuat perjalanan lebih mudah diakses dan menguntungkan dengan memanfaatkan kemitraan inovatif. 

    “Dengan menggabungkan kemudahan platform kami dan diskon eksklusif bagi pelanggan telekomunikasi, kami berharap dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk merencanakan perjalanan impian mereka,” ucapnya.

  • China Tegaskan AS “Bermain Api” usai Sepakati Bantuan Militer untuk Taiwan

    China Tegaskan AS “Bermain Api” usai Sepakati Bantuan Militer untuk Taiwan

    JAKARTA – Pemerintah China memprotes Amerika Serikat (AS) atas keputusan perdagangan dan bantuan militer untuk Taiwan, Minggu 22 Desember. 

    Mengutip AP, China menyebut AS sedang “bermain api” atas tindakan tersebut.

    Presiden AS Joe Biden pada Sabtu 21 Desember setuju untuk memberikan dukungan pertahanan senilai 571,3 juta dolar AS untuk Taiwan.

    Dukungan itu termasuk material dan layanan Departemen Pertahanan AS meliputi pendidikan dan pelatihan militer.

    Terpisah, Departemen Pertahanan AS mengatakan pada Jumat 20 Desember telah menyetujui penjualan alat perang atau militer senilai 265 juta dolar kepada Taiwan.

    Penjualan alat militer itu termasuk sekitar 300 sistem radio taktis dan 30 juta dolar AS untuk 16 dudukan senjata.

    Meresponsnya, Kementerian Luar Negeri China mendesak AS untuk berhenti mempersenjatai Taiwan. Kemenlu menilai “tindakan itu berbahaya” berpotensi merusak perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.

    Dukungan pertahanan senilai 571,3 juta dolar AS tersebut merupakan tambahan dari kebijakan Biden untuk tujuan yang sama sebesar 567 juta dolar AS pada akhir September 2024 lalu. 

    Kemenlu Taiwan menyambut baik kesepakatan dukungan militer dan jual beli senjata yang dilakukan Taiwan bersama AS.

    “Komitmen pemerintah AS terhadap pertahanan kita,” ujar Kemenlu Taiwan.

  • 2
                    
                        Pangkalan Militer AS, Papua Barat, dan Perkara “Sa bodo tapi Sa tau”
                        Nasional

    2 Pangkalan Militer AS, Papua Barat, dan Perkara “Sa bodo tapi Sa tau” Nasional

    Pangkalan Militer AS, Papua Barat, dan Perkara “Sa bodo tapi Sa tau”
    Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.
    PADA
    pertengahan tahun lalu, tepatnya Juni 2023, draft kerja sama dari militer
    Amerika Serikat
    diajukan dan disepakati oleh Parlemen
    Papua
    Nugini.
    Di dalam perjanjian kerja sama militer tersebut dinyatakan bahwa Militer Amerika Serikat memiliki hak untuk mengembangkan kegiatan militer di satu sisi dan beroperasi dari pangkalan militer Amerika di
    Papua Nugini
    di sisi lain.
    Tentu sebagai konsesi, Papua Nugini, terutama militernya, akan mendapatkan berbagai jenis bantuan dari negara Paman Sam untuk mengembangkan militernya.
    Secara teknis, berdasarkan penjanjian tersebut, dengan persetujuan Papua Nugini, Amerika Serikat dapat menempatkan tentara dan kapal perangnya di enam pelabuhan dan bandar udara penting, termasuk Pangkalan Angkatan Laut Lombrum di Pulau Manus dan sejumlah fasilitas lain di ibu kota, Port Moresby.
    Dengan kata lain, Washington akan memiliki “akses tak terbatas” ke lokasi tersebut untuk “menempatkan peralatan, perlengkapan, dan material”, serta memiliki “hak penggunaan eksklusif” pada beberapa zona di mana dapat dilakukan pengembangan “aktivitas konstruksi” di zona-zona tersebut.
    Jika dilihat isi perjanjiannya, terlihat jelas bahwa Amerika Serikat memang cukup serius ingin bekerjasama dengan Papua Nugini, karena tingkat akses yang didapat cukup luas dan leluasa di satu sisi.
    Di sisi lain, kualitas keterkaitan yang ingin dibangun oleh kedua negara juga terbilang cukup lengket karena mencakup jenis aktifitas yang harus didukung oleh izin pembangunan “konstruksi” baru, sebagai gambaran bahwa jika diperlukan Amerika Serikat bisa membangun pangkalan militer yang lengkap dengan berbagai fasilitas pendukungnya di Papua Nugini.
    Ada apa gerangan? Mengapa tiba-tiba Amerika Serikat meningkatkan kerja sama militer dalam lingkup yang cukup luas dan kualitas kerja sama yang cukup “erat” dengan Papua Nugini?
    Padahal jika dilihat secara lebih detail ke dalam negara Papua Nugini sendiri, Amerika sebenarnya tak memiliki aset berharga untuk dilindungi, layaknya di negara-negara terdekat dari kawasan Indopasifik seperti Jepang, Korea, Taiwan, dan negara-negara kepulauan di Pasifik, atau pula di negara-negara Timur Tengah.
    Bahkan jika dilihat dari sisi bisnis, terutama pertambangan, China jauh lebih banyak memiliki aset di Papua Nugini ketimbang Amerika Serikat.
    Sebagian besar analis menduga bahwa inisiasi strategis Amerika Serikat tersebut terkait erat dengan semakin tegangngya relasi geopolitis antara Amerika Serikat dan China di wilayah Asia Pasifik.
    Sehingga sebagai imbasnya, Amerika Serikat membangun sebanyak-banyaknya perjanjian kerja sama militer dengan negara-negara yang terkait dengan kawasan Indopasifik, termasuk salah satunya Papua Nugini.
    Jika dilihat secara geostrategis dan geografis, Papua Nugini memang berada pada garis “ketiga” dari tiga lapis garis pertahanan China di Asia Pasifik, meskipun berada pada titik terujung.
    Pun dari sisi Amerika Serikat, Papua Nugini juga tersentuh garis kedua dari tiga lapis garis pertahanan Amerika Serikat di Indopasifik, pun terletak di garis terujungnya.
    Sehingga, secara strategis sebenarnya posisi Papua Nugini kurang terlalu penting, meskipun bukan berarti tidak penting bagi Amerika Serikat.
    Namun, mari kita andaikan saja Papua Nugini cukup penting bagi keduanya, terutama bagi Amerika Serikat, untuk rencana pembendungan ekspansi China ke depannya.
    Lantas, apakah itu adalah “the one and only” motif dari rencana geopolitis-strategis Amerika Serikat di Papua Nugini yang pada masa lalu oleh Australia diberi sebutan “Territory of Papua” itu?
    Atas pertanyaan kedua tersebut, saya justru memiliki perspektif lain. Amerika Serikat, dalam hemat saya, juga melihat Papua dan isu Papua Barat sebagai target lainnya yang ingin dijaga dan dikawal, jika muncul kemungkinan-kemungkinan terjadinya
    referendum
    baru di Papua dengan model referendum yang lebih bebas-demokratis setelah gerakan-gerakan pendukung Papua Barat berhasil berdiplomasi di PBB, sehingga muncul kemungkinan lepasnya Papua Barat dari Indonesia setelah itu.
    Untuk mengantisipasi hal tersebut, Pangkalan Militer Amerika Serikat di Papua Nugini mendadak menjadi urgen bagi Amerika Serikat tentunya.
    Andaikan jika itu terjadi, Amerika Serikat tentu bisa melakukan aksi gerak cepat untuk melindungi proses referendumnya di satu sisi dan melindungi Papua Barat sebagai kandidat negara baru di sisi lain, dari aksi “tidak terima Indonesia” atas kemungkinan yang bermula dari putusan PBB tersebut, yang berisiko membuat Indonesia kemudian mengambil langkah militer untuk menekan Papua Barat.
    Kemungkinan ini, dalam kacamata khusus, sebenarnya cukup masuk akal dan cukup bisa diterima logika, jika dilihat dari kacamata geopolitis di satu sisi dan dalam kacamata preseden sikap Amerika Serikat di sisi lain, terutama terkait dengan upayanya dalam melindungi proses referendum Papua Barat dan memproteksi calon negara baru di Tanah Papua.
    Karena jika lahir mandat PBB semacam itu dalam waktu-waktu mendatang, bagaimanapun jika itu linier dengan kepentingan Amerika Serikat, maka Amerika Serikat diminta ataupun tidak, akan dipastikan menjadi negara terdekat pertama yang akan memberikan perlindungan kepada Papua Barat, selain Australia tentunya.
    Apalagi, sebenarnya tidak ada yang benar-benar mengetahui sudah sejauh mana lobi-lobi para pihak yang terkait dengan kemerdekaan Papua Barat di level internasional di satu sisi dan di PBB di sisi lain.
    Dengan kata lain, keberhasilan TNI/Polri di lapangan dalam menekan pergerakan OPM dan jejaringnya di Papua, sama sekali bukanlah patokan utama dalam melihat kemungkinan apakah Papua Barat berpeluang lepas atau tidak dari Indonesia.
    Karena jika kita mau belajar dari sejarah, betapa Indonesia sangat tertekannya secara militer pasca-Soekarno mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia pada Agustus 1945. Namun, melalui jalur lain Indonesia akhirnya bisa menyempurnakan kemerdekaannya di Perjanjian Meja Bundar 1949.
    Bahkan Indonesia sama sekali tak berdaya ketika agresi militer Belanda pertama dan kedua dilancarkan. Ketika itu, Indonesia sebagai negara yang memiliki kekuatan militer, meskipun belum sempurna, sudah nyaris tidak bisa melawan lagi.
    Para pemimpin utama Indonesia telah dipenjarakan. Sehingga diplomasi di PBB di satu sisi dan suasana perang dingin di sisi lain yang mengharuskan Amerika Serikat untuk menekan Belanda agar segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia di tahun 1949 di sisi lain, adalah dua hal yang sangat krusial dalam menopang diakuinya Indonesia sebagai negara bangsa merdeka alias tidak lagi dianggap sebagai negara jajahan.
    Dalam kajian buku-buku sejarah geopolitik yang membahas peta besar geopolitik jelang diakuinya Indonesia di dalam Konperensi Meja Bundar dengan gamblang menuliskan betapa dukungan dan tekanan dari Amerika Serikat kepada Belanda agar segera memberikan pengakuan kepada Indonesia menjadi faktor yang sangat penting.
    Selain muncul bukti bahwa Belanda ternyata menggunakan senjata dan perlengkapan tempur yang semula berasal dari program “lend lease” yang dikeluarkan Amerika Serikat dalam membantu sekutu melawan Jerman, tapi akhirnya juga dipakai oleh Belanda untuk melakukan agresi militer pertama dan kedua di Indonesia.
    Begitu pula dengan anggaran Marshall Plan untuk Belanda, yang juga berasal dari Amerika Serikat, dipakai untuk mencoba menundukkan kembali Indonesia pasca-1945 oleh Belanda.
    Kedua hal itu cukup membuat Amerika Serikat marah kepada Belanda. Namun, ada faktor lain yang tak kalah pentingnya.
    Faktor lainnya yang membuat Amerika Serikat harus menekan Belanda, selain kedua faktor di atas, adalah dimulainya ketegangan geopolitis dengan Uni Soviet di Eropa, alias lahirnya “kawasan “iron Curtain” di Jerman.
    Amerika Serikat dan Eropa akhirnya membutuhkan tambahan pasukan dari kawasan lain untuk digeser dan ditumpuk di Eropa untuk mengimbangi jutaan tentara Stalin yang sudah terlanjur menumpuk di Jerman Timur dan Negara-Negara Eropa Timur pasca-Jerman tumbang.
    Nah, salah satunya adalah pasukan Belanda di Indonesia, yang bisa ditarik segera ke Eropa untuk mendukung kekuatan Sekutu menghadapi kemungkinan perang dengan Uni Soviet, jika Belanda bisa sesegera mungkin hengkang dari Indonesia.
    Kondisi geopolitis serupa nampaknya juga ada di hari ini, baik karena telah dimulainya perang dingin baru antara Amerika Serikat dan China (
    New Cold War
    ) di satu sisi dan karena kepentingan Amerika Serikat untuk membuat Indonesia tak condong ke China di sisi lain.
    Artinya, Papua Barat boleh jadi dijadikan oleh Amerika Serikat sebagai target untuk memberikan peringatan kepada Indonesia, jika Indonesia secara terbuka berani berada di sisi China.
    Karena itulah mengapa Indonesia harus mulai melihat upaya Amerika Serikat di Papua Nugini dalam kacamata kritis di satu sisi dan mulai memikirkan masalah Papua Barat benar-benar sebagai masalah strategis dan serius di sisi lain alias tidak sekadar urusan operasi militer di lapangan.
    Namun cukup disayangkan ketika Prabowo Subianto merumuskan masalah khusus yang harus segera ditangani sekaligus dengan utusan khusus presiden yang akan menyelesaikannya, masalah Papua Barat tidak termasuk di dalamnya.
    Padahal, masalah Papua sangatlah unik dan sudah menahun. Unik karena persoalan tak selesai sebab menggunakan formula penyelesaian yang didatangkan dari Jakarta, alias tak benar-benar lahir di Papua.
    Sehingga di lapangan, di tataran masyarakat Papua sendiri, apapun langkah yang diambil oleh pemerintah pusat untuk menyelesaian masalah Papua, sudah lebih dahulu dicurigai sebagai “rencana-rencana baru” untuk “menipu Papua”, terlepas sebenarnya belum tentu demikian niatan Jakarta.
    Kira-kira bunyi tanggapan masyarakat Papua yang sering saya dengar kala di sana adalah sebagai berikut, “Sa bodo tapi Sa tau”.
    Pernyataan pengakuan yang memiliki arti bahwa meskipun orang Papua Bodoh, tapi mereka mengetahui intensi “kurang baik” dari Indonesia yang hanya ingin menikmati tanah Papua sebagai menu santapan ekonominya.
    Dengan kata lain, rasa tidak percaya orang Papua kepada Indonesia sudah benar-benar berada pada titik nadir.
    Jika sampai terjadi referendum dengan sistem “one man one vote” di Bumi Papua atas isu Papua Barat, maka peluang Indonesia atau opsi pro-integrasi dengan Indonesia untuk menang sangatlah kecil.
    Ditambah lagi dengan hadirnya pangkalan baru Militer Amerika Serikat di Papua Nugini, yang sebenarnya dimaknai secara berbeda oleh orang Papua Barat, yakni sebagai simbol dukungan “hampir” penuh dari Amerika Serikat kepada Papua barat.
    Maka mau tak mau hal itu akan semakin memperburuk prospek Indonesia di tanah Papua jika ternyata suatu waktu terjadi referendum.
    Oleh karena itu, menurut hemat saya, pemerintah harus benar-benar mulai sangat serius dalam menangani masalah Papua Barat.
    Jika Badan Otonomi Khusus bertugas memastikan terealisasinya poin-poin penting di dalam status Otonomi Khusus yang telah diterima oleh Papua, semestinya ada utusan khusus yang selevel dengan menteri yang menangani urusan di luar urusan Otonomi Khusus tersebut.
    Utusan khusus tersebut fokus pada pencarian solusi-solusi strategis agar bisa semakin berdamai dan berdekatan dengan rakyat Papua dari segala tingkatan di satu sisi dan meningkatkan keterikatan emosial psikologis rakyat Papua dengan Indonesia di sisi lain, sembari menjauhkan kemungkinan-kemungkinan pengaruh asing di Papua.
    Pendeknya, dalam konteks yang telah saya jelaskan di atas, mengapa utusan khusus atau staf khusus percepatan penyelesaian masalah Papua, yang diduduki oleh tokoh atau figur yang memang benar-benar memahami dan punya hati untuk Papua di satu pihak dan benar-benar bisa diterima oleh rakyat Papua di pihak lain, menjadi sangat strategis dan krusial sifatnya saat ini.
    Tak menutup kemungkinan figur tersebut berasal dari militer, karena toh memang ada banyak figur militer yang pernah sangat lama bertugas di Bumi Cendrawasih dan memiliki hubungan baik dengan banyak tokoh Papua.
    Intinya, dalam hemat saya, memang diperlukan tim khusus untuk mempercepat proses penyelesaian masalah Papua, di luar Badan Otonomi Khusus, sebelum digoreng secara geopolitis oleh kekuatan-kekuatan besar dunia, salah satunya oleh Amerika Serikat.
    Semoga gagasan sederhana ini sampai kepada Presiden Republik Indonesia terpilih Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 10 Negara yang Diprediksi Bisa Terseret Perang Dunia 3

    10 Negara yang Diprediksi Bisa Terseret Perang Dunia 3

    5. Ukraina

    Perang antara Rusia dan Ukraina berisiko berkembang menjadi Perang Dunia III jika Amerika Serikat dan sekutu NATO terlibat langsung. Ukraina kemungkinan akan bergabung dengan pakta pertahanan NATO untuk menghadapi ancaman Moskow.

    6. China

    China berpotensi perang dengan AS dan negara-negara lain yang mendukung Taiwan jika Beijing menginvasi Taipei. Mengingat China dan AS sebagai negara kekuatan nuklir, potensi perang atom juga tak terhindarkan.

    Kemudian Medan Perang Laut China Selatan. China lagi-lagi berpotensi perang dengan AS yang akan membela Filipina jika Beijing dan Manila berperang terkait sengketa wilayah Laut Cina Selatan. Menurut Prof. Li Wei, pakar hubungan internasional, jika China melanjutkan kebijakan agresinya di Taiwan, kita mungkin akan melihat keterlibatan besar dari AS dan sekutunya.

    7. Korea Utara

    Korea Utara berpotensi perang dengan AS dan sekutunya jika pionnya menyerang Korea Selatan menggunakan senjata nuklir. Sebaliknya, Korea Utara juga didukung oleh Rusia dan China.

    Mengutip dari Journal Global Security Studies, Korea Utara memiliki potensi untuk menunjukkan konflik berskala besar yang melibatkan banyak negara, terutama jika mereka melakukan provokasi yang salah.

    8. Korea Selatan

    Korea Korea Selatan didukung AS dan sekutunya jika kembali berperang melawan Korea Utara. Amerika Serikat dan Korea Selatan telah beraliansi untuk menghadapi ancaman dari Korea Utara.

    AS juga melakukan latihan gabungan militer dengan Korea Selatan untuk memperkuat keamanan dan pertahanan. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta para anggotanya untuk mendukung Republik Korea dan pasukan Amerika segera dikirim ke Korea Selatan.

    9. Taiwan

    Taiwan bisa bergabung dengan AS dan sekutunya jika diinvasi China, dan konflik seketika berubah menjadi Perang Dunia Tiga. Taiwan bukan hanya masalah regional, itu adalah isu global yang dapat memicu ketegangan militar antara kekuatan besar.

    10. Filipina

    Mengutip dari Southeast Asian Studies Journal, Filipina dengan sokongan AS dan sekutunya bisa terseret dalam Perang Dunia Tiga melawan Chinae untuk memperbutkan wilayah sengketa di Laut China Selatan. Filipina sebagai sekutu AS, dapat terjebak dalam ketegangan yang meningkat di Laut China Selatan, yang dapat menarik negara-negara besar ke dalam konflik.

     

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Honda dan Nissan Bakal Rapat Bahas Merger Pekan Depan

    Honda dan Nissan Bakal Rapat Bahas Merger Pekan Depan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Honda Motor dan Nissan Motor akan memulai negosiasi soal kemungkinan merger paling cepat pada 23 Desember menurut Nikkei Asia pada Kamis (19/12) dari sumber anonim yang memahami hal itu.

    Potensi merger ini makin serius lantaran negosiasi bakal dilakukan secara resmi. Pertemuan di meja formal itu bisa mengakselerasi momentum konsolidasi kedua perusahaan asal Jepang tersebut.

    Bloomberg juga telah mengonfirmasi bahwa kesepakatan ini sedang dipertimbangkan oleh para pejabat senior masing-masing perusahaan dan bisa melebar hingga melibatkan Mitsubishi Motor yang sebagian besar sahamnya dimiliki Nissan.

    Upaya merger ini disulut produsen iPhone asal Taiwan, Hon Hai Precision Industri Co., alias Foxconn, yang diam-diam mau mengakuisisi Nissan.

    Honda, yang sudah bekerja sama dengan Nissan pada Agustus, mengancam bakal mengugurkan kesepakatan yang sudah ada bila Foxconn berhasil mendapatkan niatnya.

    Nikkei Asia menjelaskan Foxconn mengincar komposisi 22,8 persen saham Nissan yang dipegang berbagai pihak bank. Foxconn juga dikatakan sudah mendekati Renault, pemilik terbesar saham Nissan.

    Foxconn mengincar Nissan karena perusahaan ini sedang mengejar ambisinya masuk ke bisnis kendaraan listrik. Selain itu, kepala strategi Foxconn adalah Jun Seki, yang merupakan mantan pejabat eksekutif Nissan.

    Suki masuk Foxconn pada 2023 dan kini mengemban tugas jangka panjang membawa perusahaan mencapai 40 pangsa pasar kendaraan listrik global. Nissan jadi incaran kemungkinan karena ingin memiliki pengetahuan manufaktur mobil listrik dan penjualan global.

    Nissan adalah produsen yang pertama kali menjual mobil listrik produksi massal, Leaf, pada 2020.

    (fea/fea)

    [Gambas:Video CNN]

  • Nostalgia Mbok Jamu Gendong, Saat Dunia Medis dan ‘Kalcer’ Bersatu

    Nostalgia Mbok Jamu Gendong, Saat Dunia Medis dan ‘Kalcer’ Bersatu

    Bicara tentang jamu, mungkin tidak banyak orang Indonesia yang akan langsung membayangkan sosok wanita bersanggul yang satu ini. Ya, Nyonya Meneer namanya, yang punya nama asli Lauw Ping Nio. Dia adalah wanita bersanggul yang fotonya selalu ada di produk jamu bubuk kemasan.

    Lalu siapa sebenarnya Nyonya Meneer? Dia adalah seorang perempuan keturunan Tionghoa yang lahir di Sidoarjo pada 1895. Walaupun lahir pada masa penjajahan Belanda, nama Meneer yang dimilikinya bukan karena dia menikahi seorang meneer Belanda. Diceritakan sejak dalam kandungan, ibu Lauw Ping Nio emngidam menir, yaitu sisa butir halus penumbukan padi. Inilah yang kemudian membuat sang ibu memanggil Lauw Ping Nio dengan sebutan Menir, yang kemudian diubah menjadi Meneer karena pengaruh Belanda.

    Setelah dewasa, Meneer kemudian menikah dengan seorang pria dari Surabaya bernama Ong Bian Wan. Karena masih berada di bawah jajahan Belanda, saat itu rakyat Indonesia masih berada dalam kondisi memprihatinkan, termasuk juga suami Meneer.

    Ong Bian Wan sering sakit-sakitan dan sulit sembuh. Berbagai pengobatan sudah diberikan, tapi kondisinya tidak pernah benar-benar membaik. Inilah yang akhirnya mendorong Meneer untuk mulai meracik jamu, resep turun-temurun yang didapat dari keluarganya.

    Tak disangka-sangka, jamu racikan Meneer malah berhasil membuat suaminya sembuh. Hal ini membuat Meneer semakin bersemangat untuk meracik jamu dan mempraktikkan warisan kelihaiannya itu. Dari situ, Nyonya Meneer juga lantas mulai meracik jamu untuk kerabatnya. Jamu buatannya biasa untuk mengatasi sakit-sakit ringan, seperti demam, sakit kepala, masuk angin, dan lainnya. 

    Kabar kepiawaian Nyonya Meneer meracik jamu pun akhirnya semakin menyebar luas. Orang-orang dari banyak kota lain mendengar kemahiran Nyonya Meneer dalam meracik jamu, baik untuk pengobatan maupun sekadar menjaga daya tahan tubuh. Imbasnya banyak permintaan datang ke Nyonya Meneer. Banyak juga yang meminta Nyonya Meneer untuk mengantarkan sendiri jamu racikannya itu.

    Sayangnya, karena sibuk di dapur, Nyonya Meneer tidak mungkin mengantarkan jamunya sendiri. Inilah yang membuatnya kemudian menempelkan potret wajahnya pada kemasan jamu racikannya.

    Jamu racikan Nyonya Meneer semakin terkenal, dan daerah penjualannya juga semakin luas. Akhirnya pada 1919, suami dan keluarga Nyonya Meneer mendukungnya untuk mendirikan sebuah usaha jamu yang diberi nama “Jamu Cap Potret Nyonya Meneer” di Semarang.

    Nyonya Meneer lalu membuka tokonya di Jalan Pedamaran 92, Semarang. Tokonya itu terus berkembang pesat.

    Kemudian pada 1940, Jamu Nyonya Meneer makin meluaskan lini bisnisnya dengan membuka cabang di Jakarta, tepatnya di Jalan Juanda, Pasar Baru, yang saat itu menjadi salah satu pusat bisnis di ibu kota. Dari situ, merek dagang Jamu Nyonya Meneer juga ikut meluas sampai ke seluruh penjuru negeri.

    Pada tahun 1967, Nyonya Meneer duduk sebagai Direktur Utama perusahaan jamunya. Perusahaan itu secara formal dipercayakan kepada putranya, Hans Ramana. Tiga anak Nyonya Meneer yang lain, Lucy Saerang, Marie Kalalo, dan Hans Pangemanan, diangkat menjadi anggota dewan komisi perusahaan.

    Nyonya Meneer tutup usia pada 1978, dua tahun setelah Hans Rumana meninggal dunia. Nyonya Meneer mewariskan pabrik jamu seluas 9.980 m2 yang dilengkapi dengan laboratorium dan kantor terpisah. Perusahaan jamu itu akhirnya dikelola oleh lima orang cucunya.

    Dinyatakan pailit

    Pada 1985 terjadi perseteruan antara kelima cucu pewaris perusahaan jamu Nyonya Meneer. Perseteruan ini sampai membuat Menteri Tenaga Kerja saat itu, Cosmas Batubara, turun tangan. Tahun 1989 hingga 1994 terjadi konflik kedua yang berujung pada pelepasan saham anggota keluarga. Akhirnya, perusahaan jamu Nyonya Meneer, yang kemudian berubah nama jadi PT Nyonya Meneer, resmi menjadi milik salah seorang cucunya, Charles Saerang. Keempat saudaranya memilih berpisah setelah mendapatkan bagiannya masing-masing.

    Di tangan Charles Saerang, perusahaan jamu Nyonya Meneer berhasil melebarkan sayapnya dan menembus pasar Singapura, Malaysia, Arab Saudi, Taiwan, dan Australia.

    Perjalanan panjang perusahaan jamu Nyonya Meneer sempat dijadikan studi kasus ilmu pemasaran dan manajemen di sejumlah universitas di Amerika Serikat. Buku yang berjudul Family Business: A Case Study of Nyonya Meneer, One of Indonesia’s Most Successful Traditional Medicine Companies diluncurkan bertepatan dengan perayaan 88 tahun berdirinya Perusahaan Nyonya Meneer.

    Setelah berdiri lebih dari satu abad, sayangnya kini perusahaan jamu Nyonya Meneer mulai goyang. Mengutip Antara, Jumat (4/8/2017), PT Nyonya Meneer mengalami kesulitan likuiditas dan memiliki utang ratusan miliar ke 36 krediturnya. Majelis PN Semarang pun menyatakan PT Nyonya Meneer pailit.