Cerita Pencari Kerja di Jakarta Job Fair: Sulit Diterima karena Terbentur Syarat hingga Ingin Jadi Pengusaha
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta melalui Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi (Disnakertransgi) kembali menggelar Jakarta
Job Fair
pada 15-16 April 2025.
Kali ini, Jakarta Job Fair digelar di Gelanggang Mahasiswa Universitas Trisakti, Jalan Kyai Tapa No.1, Grogol, Jakarta Barat.
Dalam pergelaran
bursa kerja
tersebut, terdapat sejumlah cerita yang diungkapkan para
pencari kerja
atau
job seeker.
Dua peserta Jakarta Job Fair, Nova (24) dan Caca (23), mengaku tidak mempermasalahkan pekerjaan yang bisa didapat saat mencari kerja, sekalipun itu di luar minat dan berbeda dengan latar belakang pendidikan mereka.
Keduanya tidak menutup kesempatan jika memang ada perusahaan yang mau menerima latar belakang pendidikan mereka untuk posisi yang berbeda.
“Sebenernya dari awal minatnya ke bidang manajemen SDM (sumber daya manusia), cuma kalau misalnya ke depannya ada peluang buat lintas sektor, atau kalau misalnya aku dapet
company
yang kebetulan mencari orang di bidang yang lain dan aku tertarik, mungkin bakalan
move
jurusan, pindah sektor gitu dan cocok gitu ya, dari pusatnya juga nerima,” jelas Nova saat ditemui di Jakarta Job Fair, Selasa (15/4/2025).
“Kalau nanti ke depannya enggak tahu keadaannya gimana, mungkin ya udah menyesuaikan. Enggak apa deh lintas sektor gitu karena mengerjakan hal baru juga ya dan sesuai
passion
sih,” kata Caca di tempat yang sama, Selasa.
Senada dengan Nova dan Caca, pencari kerja lainnya, Niko (30), siap ditempatkan di pekerjaan apa pun meski ia sudah memiliki pengalaman bekerja bertahun-tahun.
Niko mengaku selama dua tahun belakangan ini dirinya melakukan pekerjaan sampingan. Namun, saat ini ia ingin punya pekerjaan utama yang lebih menjanjikan.
“Gantinya yang apa ajalah, yang penting ada berpeluang jadi karyawan tetap aja ya. Soalnya umur makin nambah, saingan makin banyak,” ungkapnya.
Pencari kerja
lainnya, Jaya (30), juga secara khusus
mencari pekerjaan
baru yang sama sekali berbeda dari pekerjaan yang pernah ia lakukan sebelumnya.
Akan tetapi, ia tetap mempertimbangkan kemampuan dan latar belakang pendidikan yang ia miliki dalam memilih pekerjaan.
“Cari di bidang apa aja sesuai dengan kriteria saya. Sesuai dengan
skill
yang saya punya, kayak Excel,
data entry
, saya juga bisa di bidang sistem informasi yang saya ngerti, kuliahnya dulu jurusan Sistem Informasi,” tutur Jaya.
Tak sedikit dari pencari kerja mengeluhkan soal sulitnya mencari pekerjaan di Indonesia lantaran terbentur syarat-syarat yang dinilai tidak masuk akal.
Satu syarat yang paling bermasalah bagi Niko adalah batas usia. Biasanya perusahaan Indonesia memberikan batas usia 25 tahun dalam merekrut pekerja.
Syarat tersebut cukup menghambat Niko untuk bisa mendapatkan pekerjaan lantaran ia sudah menginjak usia 30 tahun.
“Kesulitannya paling syaratnya, terutama usia. Usia sangat-sangat jadi penghambat. Saingannya makin bertambah, posisinya makin berkurang (jadi sulit diterima),” kata Niko.
Sementara itu, berdasarkan pengalaman Nova, melamar posisi magang pun sama sulitnya dengan pekerja tetap.
“Kalau kita lamar ke
internship
pun tetap susah ya. Karena entah itu dari mereka yang mau nyarinya yang
unpaid
, atau mereka yang nyarinya emang masih belia. Jadinya susah dari situ juga dari
internship
,” jelas Nova.
Sementara itu, Caca merasa adanya umpan balik (
feedback
) yang kurang dari perusahaan tempat ia melamar pekerjaan sehingga membuatnya kesulitan dalam mengembangkan diri.
Menurut Caca, ada baiknya perusahaan memberi kabar terkait proses rekrutmen agar pencari kerja tahu hal apa yang kurang dan harus dikembangkan ke depannya.
“Dari proses rekrutmen itu kadang enggak ada
feedback
-nya. Jadi kita enggak tahu nih, kita kurang di mana, kurang menarik di CV kah, atau
simply
karena enggak
match
di
background
ya,” sahut Caca.
Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno menyebutkan, ada lebih dari 100.000 lapangan pekerjaan yang siap diisi warga Indonesia di Jepang.
“Jepang itu memberikan kuota yang cukup besar untuk Indonesia, hampir 148.000. Kalaulah Jakarta bisa mengambil 10.000, harus mulai inventarisasi hari ini,” kata Rano kepada awak media, Selasa (15/4/2025).
Selain Jepang, Rano juga menyebutkan sejumlah negara yang membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah banyak.
Oleh karena itu, hal tersebut disebut dapat dimanfaatkan warga Indonesia, khususnya Jakarta.
“Bahwa ada potensi lapangan pekerjaan di luar negeri. Taiwan membutuhkan jumlah yang sangat besar, Jepang, Jerman, kemudian termasuk Belanda,” tuturnya.
Mendengar hal itu, sejumlah pencari kerja merasa tertarik, salah satunya Niko. Di Jakarta Job Fair, Niko berdiri cukup lama untuk mempelajari informasi terkait kesempatan bekerja di luar negeri, khususnya Jepang di salah satu
booth
perusahaan mitra.
Ia mengaku tertarik untuk bekerja di Jepang atau negara Eropa. Menurut Niko, pekerjaan yang ditawarkan di luar negeri memiliki persyaratan yang lebih mudah dibandingkan Indonesia.
“Sempet cari info yang luar negeri. Cuma, saya bandingkan dengan di Indonesia, enggak serumit di Indonesia ya. Di sana kayaknya yang penting ibaratnya mau kerja ajalah,” katanya.
Jaya berpendapat serupa. Ia menilai, bekerja di luar negeri lebih menjanjikan dibandingkan di Indonesia.
Namun, sampai saat ini Jaya masih belum cukup yakin dan siap untuk mendaftarkan dirinya bekerja jauh di negeri orang.
“Sebenarnya tertarik ya, karena yang dijanjikan sama perusahaan luar tuh buat kita
benefit
-nya lebih banyaklah. Kita loyal ke perusahaan, perusahaan juga loyal ke kita. Tapi koneksinya saya belum banyaklah buat bisa masuk. Kalau buat negaranya Jepang sih tertarik,” jelas Jaya.
Berbeda dengan Niko dan Jaya, pencari kerja lainnya, Rifki (24), belum merasa tertarik untuk bekerja ke luar negeri.
Untuk saat ini, Rifki ingin bekerja di Jakarta saja dan dekat dengan keluarganya.
“Belum tertarik ke luar negeri sih. Masih mau coba kerja di negara sendiri dulu aja. Enggak mau jauh dari keluarga karena orangtua nungguin di rumah kan, enggak enak ngerantau terus,” kata Rifki.
Membuka usaha pribadi menjadi alternatif bagi sebagian orang di tengah persaingan ketat dalam mencari kerja.
Rifki mungkin memang belum tertarik bekerja di luar negeri. Namun, pria lulusan jurusan bisnis ini tertarik untuk mengembangkan usaha makanan dan minuman.
Namun, untuk saat ini Rifki merasa belum yakin untuk memulai bisnisnya karena peluang untung rugi yang belum pasti.
“Sempet tertarik, kadang kalau awal-awal agak
gambling
gitu kalau usaha. Walaupun udah ada modal, cuma
gambling
aja,” kata Rifki.
Nova pun merasa tertarik setelah membantu ibunya mengelola toko kelontong sambil ia terus berusaha mencari pekerjaan.
“Jadi kayak meneruskan, mencoba memahami, sambil cari kerja. Karena kan sebelumnya udah punya ilmu, jadi pengin juga diterapin,” kata Nova.
Selain berbisnis, menjadi pekerja lepas (
freelance
) adalah alternatif lain yang diambil pencari kerja sambil mencari pekerjaan tetap.
Niko dan Jaya sempat mengambil langkah tersebut, tetapi menghadapi sejumlah penurunan dalam beberapa waktu ini.
Jaya sudah memulai proyek di bidang teknologi informasi bersama rekannya sejak ia masih bekerja di perusahaan kehewanan. Namun, proyek tersebut agak tersendat beberapa waktu ini.
“Saya juga lagi ada
project
, cuma masih
stuck
sekarang,” ungkap Jaya.
Di samping itu, Jaya juga bekerja sebagai pengemudi
ojek online
(ojol). Pendapatannya yang tidak seberapa itu membuat Jaya harus berusaha lebih keras dalam mencari pekerjaan baru.
Jaya tak mau terus-menerus menjadi pekerja lepas.
Sama halnya dengan Jaya, Niko juga mengembangkan usaha di bidang yang hampir serupa.
Selama Niko merawat ibunya yang kurang sehat, ia menawarkan jasa penggunaan kecerdasan buatan (
artificial intelligent
/AI) dalam mengelola data.
Namun, sering kali Niko dipandang sebagai penganggur karena hanya bekerja di depan laptopnya di rumah.
“Sebenernya lumayan penghasilannya. Cuma keluarga tuh lihatnya itu enggak kerja. Harus keluar rumah, harus apa gitu. Jadi kadang keluarga suka dateng di rumah, ‘Ini di rumah mulu ini,’ cuma saya enggak jelasin kerjaan saya sih. Enggak bakal ngerti juga, udah pada tua,” jelas Niko.
Bersaing dengan pekerja dari seluruh penjuru dunia untuk mendapatkan proyek membuat Niko harus selalu siaga di depan laptop.
“Kalau kita keluar rumah jadi enggak bisa dapet duit. Mesti harus
stand by
mulu di depan laptop soalnya rebutan sama negara lain juga. Jadi siapa cepat dia dapat,” katanya.
Dengan munculnya AI yang bervariasi saat ini, Niko mulai kehilangan banyak proyek. Ia tidak lagi bisa bertumpu pada pekerjaan itu.
Seperti halnya Jaya, Niko harus berusaha lebih ekstra untuk mendapatkan pekerjaan formal yang baru dan layak.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Negara: Taiwan
-
/data/photo/2025/04/15/67fe54cd0fcfa.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
4 Cerita Pencari Kerja di Jakarta Job Fair: Sulit Diterima karena Terbentur Syarat hingga Ingin Jadi Pengusaha Megapolitan
-

Dorong penempatan PMI berkualitas, Kemen PPMI gandeng Pemkot Solo dan UNS
Sumber foto: Agung Santoso/elshinta.com.
Dorong penempatan PMI berkualitas, Kemen PPMI gandeng Pemkot Solo dan UNS
Dalam Negeri
Editor: Sigit Kurniawan
Selasa, 15 April 2025 – 17:21 WIBElshinta.com – Pemerintah terus memperkuat upaya penempatan tenaga kerja migran Indonesia ke luar negeri dengan menggandeng berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan perguruan tinggi. Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, Abdul Kadir Karding, menegaskan hal ini usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dan Focus Group Discussion (FGD) antara KP2MI, Universitas Sebelas Maret (UNS), dan Pemerintah Kota Solo di Kampus UNS, Senin (14/4/2025).
Karding menjelaskan, saat ini terdapat permintaan tinggi untuk tenaga kerja Indonesia di luar negeri, mencapai 1,7 juta orang. Namun, kementeriannya baru mampu mendorong penempatan sebanyak 297 ribu pekerja.
“Untuk itu, kita perlu membangun kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk universitas dan pemerintah daerah. Salah satu bentuknya adalah penyiapan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan internasional,” kata Karding.
Menurutnya, kerja sama ini mencakup pelatihan vokasi, penyusunan kurikulum yang selaras dengan kebutuhan pasar luar negeri, serta penyediaan instruktur berkualitas. Ia menekankan, keterampilan yang baik akan berdampak positif bagi pekerja migran, baik dari sisi perlindungan maupun peningkatan pendapatan.
“Kalau skill-nya bagus, gajinya juga bagus. Dia bahkan bisa menjadi expert setelah pulang ke Indonesia. MoU ini akan mencakup mulai dari pra-pemberangkatan, penempatan kerja, hingga kepulangan. Ini bagian dari sistem tata kelola yang kita bangun bersama,” jelas Karding.
Dia juga mengapresiasi komitmen Walikota Solo Respati Ardi, yang telah menyiapkan infrastruktur pendukung seperti Teknopark dan program Asta Cita “Rumah Siap Kerja”.
“Visi Solo sangat bagus, ingin memanfaatkan bonus demografi untuk mengisi peluang kerja luar negeri, terutama ke Jepang,” ujarnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Agung Santoso, Selasa (15/4).
Karding berharap MoU ini tak hanya menjadi wacana semata, tetapi benar-benar menjadi role model bagi sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan perguruan tinggi.
Dalam kesempatan tersebut, Karding juga memaparkan negara-negara yang memiliki permintaan tinggi terhadap tenaga kerja Indonesia, seperti Taiwan, Hong Kong, dan Arab Saudi.
“Arab Saudi bahkan meminta 650 ribu pekerja, namun kita harus buka dulu MoU-nya. Sementara itu, untuk negara-negara seperti Kamboja, Myanmar, dan Thailand, kita tidak punya perjanjian penempatan, sehingga saya larang, apalagi dengan risiko TPPO,” tegasnya.
Target penempatan tenaga kerja migran tahun ini pun ditingkatkan menjadi 425 ribu orang.
“Kita tidak ingin hanya berdiskusi, tapi fokus pada eksekusi, khususnya di Kota Solo,” tambah Karding.
Sementara itu, Rektor UNS Prof. Hartono menyambut baik kolaborasi ini. UNS, kata dia, tengah menyiapkan fasilitas pendidikan untuk program diploma D3 dan D4 guna mencetak tenaga kerja berkualitas.
“Kami berharap kerja sama ini bukan hanya simbolis, tapi menjadi fondasi kuat untuk kolaborasi berkelanjutan dan berdampak luas bagi masyarakat, khususnya para pekerja migran yang menjadi pilar pembangunan nasional,” ungkap Hartono.
Diskusi lanjutan akan digelar dalam sesi FGD untuk merumuskan langkah konkret penguatan SDM bagi pasar kerja global.
Senada, Walikota Solo Respati Ardi menyampaikan bahwa Pemkot Solo telah menetapkan program utama “Rumah Siap Kerja” dalam RPJMD yang telah diperbarui. Anggaran terbesar pun dialokasikan untuk sektor ketenagakerjaan.
“Kita akan menghadapi bonus demografi. Kalau kota tidak siap memberi opsi kerja, maka kita akan berat. Harapannya, dengan dukungan program dari kementerian dan UNS, angka kemiskinan yang saat ini 8,31 persen bisa kita tekan,” tutur Respati.
Sumber : Radio Elshinta
-

Tanggapi Tarif Trump, Ahli Strategi Partai Republik Samakan Pendekatan Presiden AS dengan Matador – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Ahli strategi veteran Partai Republik, Douglas Heye, menggambarkan Amerika Serikat (AS) diliputi kecemasan dan ketidakpastian di tengah gelombang tindakan eksekutif terbaru Presiden AS Donald Trump.
Pada 2 April 2025, Donald Trump mengumumkan tarif besar-besaran pada impor dari berbagai negara, mencap hari itu sebagai salah satu “kelahiran kembali industri Amerika.”
Langkah-langkah ini termasuk tarif universal 10 persen pada impor dari hampir semua negara, dengan tarif yang lebih tinggi untuk negara-negara tertentu, seperti tarif kumulatif 145 persen pada barang-barang China.
Segera setelah itu, perusahaan-perusahaan seperti Apple dan Porsche berebut untuk mengimpor barang sebelum penerapan tarif untuk menghindari peningkatan biaya.
Apple menyewa pesawat kargo untuk menerbangkan sekitar 1,5 juta iPhone dari India, sementara Porsche mengungkapkan bahwa hasil Q1-nya terpengaruh secara negatif oleh pengiriman front-loading untuk mengalahkan tarif 25 persen pada mobil dan suku cadang impor.
Mengenai kebijakan ini, Douglas Heye menyamakan pendekatan Donald Trump dengan matador, yang dengan cekatan mengalihkan perhatian dan mengendalikan narasi.
“Donald Trump sebenarnya adalah pembawa pesan yang sangat disiplin ketika dia memilih untuk bersikap demikian,” kata Heye dalam wawancara dengan Al Arabiya News, Selasa (15/4/2025).
“Dan salah satu hal yang kita ketahui tentang Trump adalah jika keadaan melenceng, jika pembicaraan tidak sesuai dengan yang dia inginkan, dia adalah matador, dan dia melambaikan jubah merahnya, dan dia tahu media dan Demokrat akan mengikutinya,” jelasnya.
Di kalangan Republik, Heye mencatat kontras yang mencolok antara dukungan publik dan perhatian pribadi terkait tindakan Pemerintah AS.
“Publik sangat terbuka terhadap komentar dari anggota Kongres, Senator yang bersatu di belakang presiden, benar-benar enggan mengatakan sesuatu yang negatif tentang apa yang mereka lakukan,” katanya.
“Secara pribadi, ada banyak kekhawatiran tentang apa itu Doge, apa dampaknya, dan apa dampaknya di distrik dan negara bagian tertentu,” papar Heye.
Heye juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh anggota parlemen yang mewakili distrik dengan universitas riset atau industri yang secara langsung terkena dampak tarif.
“Anda berbicara tentang penelitian medis yang jelas penting, Anda juga berbicara tentang pekerjaan di distrik Anda dan distrik tetangga,” ungkapnya.
Hubungan pemerintah dengan media juga telah berkembang, dengan Heye mengungkapkan perasaan campur aduk tentang perubahan di ruang pers Gedung Putih.
“Pada beberapa tingkatan, ya, pada beberapa tingkatan, tidak,” katanya.
“Orang-orang mengonsumsi berita dengan cara yang sangat berbeda dibandingkan lima tahun lalu, tentu saja 10, 15 tahun lalu. Banyak di antaranya adalah teknologi, sebagian lagi bersifat politis,” imbuh Heye.
Para Pemimpin Dunia Kritik Tarif Trump
Keputusan Donald Trump untuk mengenakan tarif baru pada semua barang yang masuk ke AS merupakan “pukulan besar bagi ekonomi dunia,” kata kepala Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
Komentarnya senada dengan komentar sejumlah negara lain, termasuk Tiongkok, yang telah menyatakan penentangannya terhadap langkah tersebut dan telah memperingatkan akan mengambil “tindakan balasan yang tegas” terhadap AS.
Peringatan mereka muncul setelah Trump mengumumkan tarif universal sebesar 10 persen untuk semua impor ke AS mulai 5 April.
Sekitar 60 negara juga akan dikenakan tarif yang lebih tinggi mulai 9 April.
Diberitakan BBC, Trump mengatakan tindakan tersebut merupakan balasan atas kebijakan perdagangan yang tidak adil, seraya menambahkan bahwa ia telah “sangat baik” dalam mengambil keputusan.
Trump mengatakan tarif akan digunakan untuk meningkatkan manufaktur AS, dan mengatakan pada hari Rabu bahwa langkah tersebut akan “membuat Amerika kaya kembali”.
Giorgia Meloni dari Italia, sekutu Trump, mengatakan keputusan itu “salah” tetapi dia akan berupaya mencapai kesepakatan dengan AS untuk “mencegah perang dagang”.
Rekannya dari Spanyol Pedro Sánchez mengatakan Spanyol akan “terus berkomitmen pada dunia yang terbuka”.
DONALD TRUMP – Foto ini diambil pada Selasa (15/4/2025) dari Facebook The White House memperlihatkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, duduk ketika menyambut kunjungan Presiden El Salvador Nayib Bukele (tidak terlihat di foto) di Ruang Oval pada Senin (14/4/2025). (Facebook The White House)
Sementara di Irlandia, Taoiseach Micheál Martin mengatakan keputusan Trump “sangat disesalkan” dan tidak menguntungkan siapa pun.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut tarif tersebut sebagai “keputusan yang brutal dan tidak berdasar” yang akan berdampak besar pada ekonomi Eropa, seraya menambahkan bahwa ekonomi dan konsumen AS akan muncul “lebih miskin dan lebih lemah”.
Kemudian, Hongaria menyalahkan Uni Eropa, yang merupakan negara anggotanya, atas tarif yang dikenakan.
Wakil Perdana Menteri Ukraina Yulia Svyrydenko mengatakan negaranya “berusaha untuk mendapatkan persyaratan yang lebih baik”, dan menambahkan bahwa negaranya “memiliki banyak hal untuk ditawarkan”.
Di luar Eropa, Tiongkok – salah satu negara yang dianggap sebagai “pelanggar terburuk” oleh Presiden AS – dikenakan tarif sebesar 34 persen atas barang, di samping pungutan sebesar 20 persen yang sudah ada, sehingga total bea masuk menjadi sedikitnya 54 persen.
Kementerian Perdagangan Tiongkok mendesak AS untuk “segera membatalkan” tarif tersebut, seraya menambahkan bahwa Tiongkok akan “dengan tegas mengambil tindakan balasan untuk melindungi hak dan kepentingannya sendiri.”
Taiwan, yang akan menghadapi tarif sebesar 32 persen untuk ekspor ke AS, menyebut langkah tersebut “sangat tidak masuk akal”.
Pejabat Presiden Korea Selatan Han Duck-soo mengatakan perang dagang global “telah menjadi kenyataan” dan pemerintahnya akan mencari cara untuk “mengatasi krisis perdagangan” setelah negara Asia Timur itu dikenakan tarif sebesar 25 persen.
Jepang mengatakan tarif sebesar 24 persen tersebut “sangat disesalkan” dan dapat melanggar Organisasi Perdagangan Dunia serta perjanjian AS-Jepang, sementara Thailand mengatakan akan menegosiasikan tarif sebesar 36 persen.
Perdana Menteri Vietnam Ông Phạm Minh Chính mengatakan dia sedang membentuk satuan tugas untuk menangani tarif AS.
Pejabat ekonomi di Israel, yang telah membatalkan semua tarif impor Amerika sebelum pengumuman tersebut, dikatakan berada dalam “kejutan total” atas tarif sebesar 17 persen tersebut, media lokal melaporkan.
Pejabat Gedung Putih mengatakan pungutan tersebut merupakan tindakan balasan terhadap negara-negara seperti Tiongkok, yang menurutnya mengenakan tarif lebih tinggi pada barang-barang AS, memberlakukan hambatan “non-tarif” pada perdagangan AS, atau bertindak dengan cara lain yang menurut pemerintah dapat merusak tujuan ekonomi Amerika.
Para pemimpin negara yang dikenai tarif dasar 10 persen juga bereaksi terhadap tindakan Trump, dengan Anthony Albanese dari Australia mengatakan warga Amerika akan membayar harga terbesar untuk apa yang disebutnya “tarif yang tidak dapat dibenarkan”.
Pemerintahnya tidak akan memaksakan tindakan balasan, katanya, seraya menambahkan:
“Kami tidak akan bergabung dalam perlombaan menuju ke titik terendah yang berujung pada harga yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang lebih lambat”.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Berita lain terkait Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
-

Nelayan Filipina Temukan Drone Bawah Air, Bisa Kirim Sinyal ke China
Manila –
Nelayan-nelayan Filipina menemukan sedikitnya lima drone bawah air di lepas pantai negara tersebut. Militer Filipina menyebut drone-drone bawah air itu mampu mengumpulkan informasi, yang bisa membantu dalam “perang bawah air”.
Setidaknya salah satu drone bawah air tersebut, menurut militer Filipina dalam pernyataannya seperti dilansir AFP, Selasa (15/4/2025), telah mengirimkan sinyal ke China.
Temuan drone bawah air ini diumumkan menyusul konfrontasi selama berbulan-bulan antara Filipina dan China di perairan Laut China Selatan yang menjadi sengketa beberapa negara, dan terjadi saat Manila bersiap menggelar latihan militer skala besar dengan sekutunya, Amerika Serikat (AS), bulan ini.
Sejumlah pejabat militer Filipina mengatakan kepada wartawan bahwa drone-drone itu ditemukan antara tahun 2022 hingga tahun 2024 di lokasi-lokasi “penting secara strategis dalam pertahanan dan keamanan tidak hanya negara ini, tetapi juga untuk navigasi maritim internasional”.
Pengumpulan data oleh drone-drone bawah air tersebut, menurut juru bicara Angkatan Laut Filipina untuk urusan Laut China Selatan Laksamana Muda Roy Vincent Trinidad, memiliki tujuan “di luar navigasi”.
Trinidad menyebut informasi yang didapatkan drone bawah air itu bisa digunakan untuk “perang bawah air”, mendeteksi ancaman dan menguji persenjataan di bawah permukaan.
Meskipun menolak untuk mengidentifikasi secara pasti asal drone tersebut, Trinidad menekankan bahwa beberapa drone yang ditemukan itu memiliki tanda-tanda terkait China, dengan setidaknya satu drone telah mengirimkan sinyal ke Beijing.
Tiga drone di antaranya, sebut Trinidad, ditemukan di lepas pantai sebelah utara Luzon, pulau utama di Filipina, termasuk dua drone di antaranya di dekat Terusan Balintang di sebelah selatan Taiwan.
Dua drone lainnya ditemukan dari lokasi yang diidentifikasi sebagai “titik rawan kritis”, dengan satu drone ditemukan di dekat Pulau Masbate di Filipina bagian tengah dan satu lainnya di dekat Mindanao.
Kedutaan Besar China belum memberikan tanggapan atas temuan drone-drone bawah air oleh para nelayan Filipina ini.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
-

TSMC Bangun Infrastruktur AI di AS Rp8.391 Triliun, Efek Tarif Trump
Bisnis.com, JAKARTA — Nvidia, perusahaan teknologi yang berfokus pada kecerdasan buatan (AI), dikabarkan menjalin kerja sama dengan perusahaan teknologi Taiwan, TSMC, membangun infrastruktur AI di Amerika Serikat. Keduanya menggelontorkan investasi sebesar US$500 miliar atau setara dengan Rp8.391 triliun (kurs: Rp16.790) untuk membangun infratruktur tersebut selama empat tahun ke depan.
Dilansir dari Reuters, Selasa (15/4/2025), Pengumuman muncul di tengah dorongan yang makin kuat untuk membawa manufaktur dan rantai pasokan teknologi ke dalam batas wilayah AS seiring dengan pemberlakuan tarif tinggi pada impor dari sejumlah negara.
Selain itu, strategi ini juga bagian dari upaya dari Nvidia yang selama ini produksi semikonduktornya dilakukan di Taiwan. Sementara itu, langkah TSMC kemungkinan besar akan diikuti oleh perusahaan manufaktur teknologi lainnya.
analis DA Davidson Gil Luria mengatakan bahwa keputusan tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump mengambil andil besar dalam keputusan Nvidia-TSMC berinvestasi besar di AS.
“Mustahil Nvidia ingin memindahkan produksi apa pun ke AS jika bukan karena tekanan dari pemerintahan Trump. Angka setengah triliun itu mungkin hiperbola, sama seperti Apple membuat janji setengah triliun,” tutur David.
Pengumuman Nvidia muncul beberapa jam setelah AS membebaskan barang elektronik seperti telepon pintar dan chip dari tarif timbal baliknya terhadap China, tetapi mengatakan akan mengumumkan tarif untuk chip impor selama minggu depan.
Sebelumnya, serangan tarif terbaru Presiden Donald Trump mulai berlaku bahkan lebih kuat dari yang direncanakan. Tarif pada semua mitra dagang dinaikkan seperti perkiraan sebelumnya. Namun, yang paling mencolok adalah tarif tambahan terhadap China menjadi 145% dari 34% akibat aksi retaliasi yang meningkat.
Namun, dalam riset terbaru Bloomberg Intelligence yang diterbitkan pada Rabu (9/4/2025), China diprediksi dapat menghadapi dengan baik guncangan tarif Trump karena ketergantungan ekonominya terhadap Amerika Serikat tidak lebih dari 3%.
-
/data/photo/2023/09/15/6503c7e73e2c7.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
1 Tenaga Kerja Indonesia Dilarang Kerja di Thailand, Myanmar, dan Kamboja, Kenapa? Regional
Tenaga Kerja Indonesia Dilarang Kerja di Thailand, Myanmar, dan Kamboja, Kenapa?
Tim Redaksi
SOLO, KOMPAS.com –
Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, Abdul Kadir Karding, menargetkan sebanyak 425.000
tenaga kerja Indonesia
dapat terserap di luar negeri pada tahun 2025.
Karding juga mengungkapkan larangan untuk tenaga kerja Indonesia di tiga negara.
Seusai menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Pemerintah Kota Solo dan Universitas Sebelas Maret (UNS) di Gedung Tower UNS Solo, Jawa Tengah, pada Senin (14/4/2025), Karding menjelaskan bahwa saat ini terdapat permintaan sebanyak 1,7 juta tenaga kerja dari Indonesia.
Namun hingga saat ini, baru 297.000 orang yang berhasil dipenuhi.
“Tahun ini saya menargetkan 425.000 dari 297.000 (tenaga kerja),” ujar Karding.
Menurutnya, permintaan tenaga kerja Indonesia paling banyak berasal dari Taiwan dan Hongkong.
Dia juga menambahkan bahwa Arab Saudi menunjukkan minat yang besar, dengan permintaan mencapai 650.000 tenaga kerja.
“Arab Saudi itu menghubungi saya minta 650.000 orang tenaga kerja untuk dikirim ke Arab Saudi. Tapi harus dibuka dulu MoU-nya,” tambahnya.
Karding juga mengumumkan larangan bagi warga Indonesia untuk bekerja di tiga negara, yaitu Kamboja, Myanmar, dan Thailand.
Larangan ini diambil karena tidak adanya kerja sama antara Indonesia dengan ketiga negara tersebut terkait penempatan tenaga kerja.
Selain itu, Karding menyoroti adanya kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang terjadi di Thailand.
“Kita ini sama Kamboja, Myanmar, dan Thailand tidak punya kerja sama penempatan. Kalau tidak punya kerja sama penempatan sebenarnya tidak boleh. Dan apalagi di sana banyak warga kita kena TPPO, makanya saya berinisiatif untuk melarang itu,” tegas Karding.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Saham Apple Hingga Nvidia Melonjak Tajam Usai Trump Tunda Tarif Pajak Barang Elektronik – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Mayoritas saham perusahaan elektronik dilaporkan rebound, melesat ke puncak tertinggi usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunda tarif pajak untuk untuk ponsel, komputer, dan barang elektronik konsumen populer lainnya.
Dalam pernyataanya resminya yang dirilis akhir pekan kemarin, Trump Penangguhan tarif berlaku untuk barang elektronik konsumen, termasuk barang elektronik China dari tarif 125 persen, dan tarif tetap 10 persen di seluruh dunia.
Namun penangguhan ini hanya bersifat sementara, Trump mengatakan dalam postingan di Truth Social bahwa produk-produk ini masih tunduk pada Tarif Fentanil 20 persen yang ada, dan mereka hanya pindah ke ’ember’ Tarif yang berbeda.
“Penangguhan hanya bersifat sementara saya akan tetap mengenakan tarif pada barang elektronik konsumen. Tidak ada yang lolos begitu saja,’” kata Trump dalam unggahan media sosialnya.
Kendati penundaan hanya di berlakukan sementara, akan tetapi pengumuman ini telah membawa angin segar bagi perusahaan elektronik lantaran pelonggaran tersebut memberi sinyal adanya keterbukaan untuk berunding dengan perusahaan-perusahaan terkait cakupan tarif sektoralnya untuk semikonduktor.
Usai penangguhan tarif diberlakukan saham-saham teknologi naik dilaporkan naik, seperti misalnya Saham Apple Inc. yang melesat naik lebih dari 6 persen persen.
Disusul Nasdaq 100 berjangka yang melonjak lebih dari 2,3 persen pada awal jam perdagangan Asia hari Senin (14/4/2025).
Di Taiwan, perusahaan perakit iPhone, Hon Hai Precision Industry Co. juga ikut terkerek naik sebanyak 7,1 persen. Sementara Produsen komponen Korea Selatan LG Innotek Co, yang mendapatkan sebagian besar pendapatannya dari Apple, melonjak sebanyak 8,9 persen.
Menyusul yang lainnya, Pemasok Nvidia Corp, Advantest Corp juga rebound 6, persen di Tokyo dan Indeks saham teknologi Asia naik sebanyak 2,6 persen. Pergerakan positif ini lantas mendorong kebangkitan bursa Wall Street.
Di bursa AS Indeks S&P 500 naik 5,70 persen. Kinerja ini menjadi yang terbaik sejak 3 November 2023, termasuk indeks Dow Jones Industrial Average melesat 4,95 persen. Serta Nasdaq Composite yang ikut naik 7,29 persen
“Kami berada di posisi yang jauh lebih baik daripada hari Jumat dan para investor teknologi. sekarang dapat bernapas lega,” tulis analis Wedbush, Daniel Ives, dalam sebuah catatan dikutip dari The Guardian.
/data/photo/2022/10/12/6346db191fa39.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

