Negara: Taiwan

  • Mencari jalan keluar beban utang Whoosh

    Mencari jalan keluar beban utang Whoosh

    Jakarta (ANTARA) – Proyek kereta cepat Jakarta–Bandung, atau yang dikenal publik dengan nama Whoosh (Waktu Hemat, Operasi Optimal, Sistem Hebat) sejak awal diiringi ambisi besar: mewujudkan efisiensi waktu tempuh dari sekitar 3 jam menuju kurang dari 1 jam, meningkatkan konektivitas, dan menjadi simbol lompatan transportasi modern Indonesia.

    Banyak pihak yang menyebutnya sebagai tonggak sejarah baru transportasi di Indonesia yang mulai masuk ke dalam fase moda transportasi modern, serta menjadi simbol kesejajaran dengan negara maju, terutama dalam hal mewujudkan moda mobilitas berkecepatan tinggi.

    Whoosh lahir dari kolaborasi dua raksasa ekonomi Asia: Indonesia dan Tiongkok, dalam proyek yang sejak awal diimpikan akan menjadi cikal bakal revolusi infrastruktur transportasi modern di negeri ini.

    Di balik euforia kebanggaan atas lahirnya kereta cepat pertama di Asia Tenggara, terselip kenyataan bahwa perjalanan Whoosh belum sepenuhnya mulus. Di antara deru lajunya, bayang-bayang beban utang masih membayangi neraca dan keuangan negara.

    Proyek yang semula digadang-gadang tanpa jaminan fiskal, kini memunculkan pertanyaan baru: bagaimana memastikan keberlanjutannya, tanpa menjadi beban bagi APBN? Di sinilah urgensi itu muncul bahwa kebanggaan infrastruktur modern harus diimbangi dengan kecerdasan finansial dan keberanian mencari jalan keluar kreatif.

    Bukan untuk menyesali keputusan masa lalu, tetapi untuk memastikan agar investasi besar ini benar-benar memberi nilai tambah bagi perekonomian dan generasi mendatang.

    Kompleksitas

    Proyek kereta cepat Jakarta–Bandung sejatinya dirancang dengan biaya awal sekitar US$6 miliar. Hanya saja, seiring perjalanan waktu, berbagai faktor, mulai dari pembebasan lahan, perubahan desain, hingga kenaikan harga bahan konstruksi yang mendorong cost overrun hingga mencapai sekitar US$7,2 miliar atau setara Rp116 triliun.

    Sebagian besar pembiayaan berasal dari pinjaman luar negeri, khususnya dari China Development Bank (CDB) yang menanggung sekitar 75 persen total utang proyek. Sementara sisanya dibiayai oleh konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), yang di dalamnya terdapat PT KAI sebagai pemegang saham mayoritas dari pihak Indonesia.

    Pada titik ini, struktur keuangan proyek mulai menunjukkan tanda-tanda tekanan. Setiap tahun, beban bunga atas pinjaman tersebut diperkirakan mencapai US$120 juta hingga US$130 juta, setara hampir Rp2 triliun hanya untuk membayar bunga, belum pokoknya. Jumlah yang sangat besar untuk proyek yang baru berjalan dan belum mencapai keseimbangan operasi.

    Laporan keuangan semester I tahun 2025 menunjukkan bahwa KCIC mencatat kerugian sekitar Rp1,6 triliun. Di sisi lain, jumlah penumpang sepanjang 2024 hanya mencapai sekitar 6 juta orang, dengan rata-rata tarif Rp250 ribu per tiket. Artinya, total pendapatan kotor setahun tidak lebih dari Rp1,5 triliun dan masih jauh di bawah kebutuhan untuk membayar bunga saja.

    Bahkan, jika tingkat okupansi meningkat, margin keuntungannya tetap tipis karena biaya operasi dan pemeliharaan kereta cepat yang bersifat padat modal dan teknologi tinggi, sehingga tidak bisa ditekan secara signifikan.

    Mengurai persoalan utang

    Sejak awal, proyek Whoosh dijanjikan akan berjalan, tanpa menggunakan uang negara. Pemerintah menegaskan bahwa tidak ada jaminan APBN yang disertakan. Semua tanggung jawab, baik konstruksi maupun pembiayaan, sepenuhnya menjadi urusan badan usaha yang menjadi penanggung jawab proyek strategis tersebut.

    Namun ketika beban bunga mulai jatuh tempo, dan arus kas proyek belum kuat, diskursus publik berubah. Kekhawatiran muncul bahwa Whoosh berpotensi menjadi liability terselubung bagi keuangan negara, terutama karena PT KAI sebagai BUMN utama yang menanggung porsi terbesar dalam konsorsium. Jika KAI mengalami tekanan likuiditas, imbasnya akan terasa pada layanan publik lain, seperti kereta ekonomi bersubsidi, commuter line, hingga perawatan infrastruktur dasar.

    Mengurai persoalan beban utang Whoosh tidak cukup hanya dengan menyebut angka, tetapi harus dilihat sebagai bagian dari kombinasi kebijakan, asumsi ekonomi, dan tantangan struktural yang saling terkait.

    Pertama, perencanaan proyek yang terlalu optimistis. Proyeksi jumlah penumpang yang menjadi dasar kelayakan ekonomi ternyata jauh meleset dari kenyataan. Di atas kertas, angka okupansi yang tinggi dianggap realistis karena jarak Jakarta–Bandung cukup padat aktivitas. Hanya saja, dalam praktiknya, banyak calon penumpang tetap memilih kendaraan pribadi atau moda transportasi lain karena alasan fleksibilitas, harga, dan akses stasiun.

    Kedua, keterbatasan konektivitas dan integrasi transportasi pendukung. Banyak pengguna mengeluhkan bahwa stasiun Whoosh di Tegalluar relatif jauh dari pusat Kota Bandung, sementara akses transportasi penghubung belum optimal. Hal ini membuat perjalanan menjadi tidak efisien.

    Ketiga, pembengkakan biaya konstruksi (cost overrun) yang luar biasa. Faktor perubahan desain, kenaikan harga bahan, dan hambatan pembebasan lahan membuat biaya naik hampir 20 persen dari rencana awal. Setiap penambahan biaya otomatis memperbesar pinjaman, dan setiap pinjaman baru berarti tambahan bunga yang menekan keuangan proyek.

    Keempat, struktur pembiayaan yang berat sebelah. Sebagian besar pinjaman bersumber dari lembaga keuangan luar negeri dengan bunga dan tenor tertentu yang kurang fleksibel terhadap kondisi pasar domestik. Ini menambah kerentanan terhadap fluktuasi nilai tukar dan risiko makroekonomi.

    Kekhawatiran fiskal

    Tidak heran jika beban utang Whoosh menjadi topik hangat di DPR maupun ruang publik. Sebagian anggota dewan menilai proyek ini “belum siap secara ekonomi”, sementara sebagian lainnya menganggap bahwa proyek seperti ini memang harus dipandang sebagai investasi jangka panjang.

    Di tengah perdebatan itu, satu hal yang pasti: proyek ini tidak bisa berhenti di tengah jalan. Infrastruktur sebesar dan semahal ini tidak mungkin ditinggalkan, tanpa penyelesaian. Maka, fokus kini beralih pada bagaimana cara mengelola risiko dan menata kembali struktur keuangannya.

    Pemerintah telah membuka opsi restrukturisasi utang kepada pihak CDB, termasuk kemungkinan memperpanjang tenor pembayaran, menurunkan bunga, atau memberikan masa tenggang (grace period), namun negosiasi lintas negara bukan hal mudah. Tiongkok, sebagai kreditur, tentu memiliki kepentingan menjaga kepastian investasinya.

    Opsi lain yang mengemuka adalah penyertaan modal negara (PMN) tambahan ke PT KAI, yang nantinya bisa digunakan untuk memperkuat posisi keuangan konsorsium. Tetapi langkah ini juga mengandung risiko politik, karena publik bisa menilai bahwa “uang rakyat” kembali digunakan untuk menalangi proyek yang seharusnya mandiri.

    Di sisi lain, jika tidak ada dukungan fiskal sama sekali, beban bunga yang menumpuk bisa memperlemah kemampuan KAI menjaga stabilitas bisnis yang dimiliki, dan lebih jauh bisa berujung pada kesulitan pembayaran utang korporasi. Inilah dilema klasik antara menjaga reputasi fiskal negara dan memastikan keberlanjutan infrastruktur strategis.

    Peluang

    Meski situasinya berat, bukan berarti semua menghadapi jalan buntu. Di tengah tekanan utang, Whoosh tetap menyimpan potensi strategis besar bagi ekonomi nasional, asal dikelola dengan cara pandang strategis dan terintegrasi.

    Salah satu peluang utama terletak pada pengembangan kawasan transit-oriented development (TOD) di sekitar stasiun-stasiun utama, seperti Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar. Jika pemerintah dan BUMN mampu mengelola kawasan ini dengan pendekatan komersial, maka Whoosh tidak hanya menghasilkan pendapatan dari tiket, tetapi juga dari sewa lahan, pusat perbelanjaan, perkantoran, hingga properti residensial.

    Pendapatan non-tiket inilah yang di banyak negara menjadi penyelamat finansial proyek kereta cepat. Jepang, misalnya, melalui operator JR East, mampu membiayai sebagian besar operasional Shinkansen dari bisnis properti dan ritel di sekitar stasiun, bukan semata-mata dari tiket. Model value capture seperti ini juga diterapkan di Taiwan High-Speed Rail (THSR) yang menempatkan TOD sebagai sumber pendapatan jangka panjang dan penyeimbang beban utang.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Perusahaan Taiwan Ini Tertarik Kolaborasi dengan Pemerintah di Pusat Data Nasional

    Perusahaan Taiwan Ini Tertarik Kolaborasi dengan Pemerintah di Pusat Data Nasional

    Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan manajemen data dan infrastruktur penyimpanan asal Taiwan, Synology menyampaikan ketertarikannya terhadap rencana pemerintah yang tengah membangun Pusat Data Nasional (PDN).

    Country Manager Synology Indonesia Clara Hsu menyatakan siap berkontribusi melalui kolaborasi dengan sektor pemerintah dan swasta lainnya.

    “Kami sangat antusias jika dapat berpartisipasi dalam proyek pemerintah, apalagi yang berkaitan dengan pengelolaan data nasional. Itu yang bisa kami garap dari sisi solusinya,” ujarnya, Jumat (17/10/2025).

    Adapun saat ini, portofolio bisnis perseroan di Indonesia tercatat relatif seimbang antara sektor pemerintah dan swasta, dengan tahun ini lebih banyak di sektor swasta.

    Namun dia memperkirakan pada 2026 mendatang, porsi penggunaan antara keduanya akan kembali seimbang seiring meningkatnya kebutuhan penyimpanan data terintegrasi di berbagai sektor.

    Dia menyampaikan kesadaran perusahaan di Indonesia terhadap pentingnya pengelolaan dan keamanan data semakin meningkat. 

    Tren ini mendorong banyak pelaku industri, baik dari sektor swasta maupun pemerintah, untuk beralih ke solusi penyimpanan data on premise, yang dinilai lebih aman dan efisien dibandingkan dengan sepenuhnya mengandalkan layanan cloud publik.

    Clara Hsu memaparkan pertumbuhan industri data di tanah air menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. 

    Pasalnya saat ini semakin banyak perusahaan yang sudah sadar bahwa data adalah aset penting. Namun kondisi ini juga menimbulkan tantangan, volume data terus bertambah sedangkan ancaman siber juga semakin kompleks.

    “Sekarang software jahat menyerang tanpa pandang bulu, baik perusahaan kecil, menengah, maupun besar semuanya bisa jadi target,” imbuhnya.

    Dalam situasi tersebut, banyak perusahaan mulai menilai ulang strategi penyimpanan data mereka. Solusi on-premise menjadi pilihan karena memberikan kontrol penuh atas privasi dan biaya yang lebih terkendali.

    Synology mencatat, adopsi solusi on-premise saat ini tidak hanya terjadi di sektor swasta, tetapi juga di sektor pemerintahan. 

    Instansi pemerintah, yang mengelola data sensitif dan bersifat privat, cenderung memilih private cloud berbasis on premise agar tetap dapat menikmati fitur cloud tanpa melepas kontrol data dari tangan sendiri.

    Instansi pemerintah, yang mengelola data sensitif dan bersifat privat, cenderung memilih private cloud berbasis on-premise agar tetap dapat menikmati fitur cloud tanpa melepas kontrol data dari tangan sendiri.

    “Kalau di pemerintah, fokusnya adalah penyimpanan data berskala besar dan privasi tinggi. Sedangkan di sektor swasta, banyak digunakan untuk kebutuhan file sharing dan kolaborasi antar tim,” tambahnya.

    Sektor perbankan dan industri lain juga mulai beralih ke solusi modern untuk kebutuhan backup dan arsip data. 

    Head of Southeast Asia Synology, Thachawan Chinchanakarn mengatakan transformasi digital menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan data.

    Momentum ini mendorong meningkatnya permintaan akan solusi yang lebih canggih, termasuk di Indonesia. 

    “Lima tahun terakhir, Synology mendapat kepercayaan dari berbagai vertikal industri di Indonesia, mendorong pertumbuhan pendapatan hingga 400%,” ujarnya.

  • TEI Hari Ke-2, Dari Sapaan Hangat Jadi Kabar Transaksi Ekspor

    TEI Hari Ke-2, Dari Sapaan Hangat Jadi Kabar Transaksi Ekspor

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Perdagangan Budi Santoso kembali menyapa para pelaku usaha peserta Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 pada hari kedua pameran ini, Kamis, (16/10). Pada kunjungan tersebut Budi mendapat kabar menggembirakan, karena sapaan tersebut berbuah laporan positif terkait keberhasilan mendapatkan calon pembeli.

    Beberapa UMKM peserta pameran TEI 2025 juga antusias menyambut kedatangan Budi. Kalimat pertama yang paling sering terdengar adalah, “Terima kasih Pak, kami berhasil bertemu dengan calon pembeli Pak”. “Oh ya, ekspor ke mana?” tanya Mendag menanggapi kabar tersebut.

    Kabar baik dimulai dari perwakilan CV Faber Instrument Indonesia. Produk uniknya berupa Wooden Radio Vintage Return sukses memikat calon pembeli dari Uni Emirat Arab (UEA). “Kami berhasil bertemu dengan Hasyim, calon pembeli produk kami dengan potensi nilai transaksi mencapai Rp3 miliar,” lapor perwakilan CV Faber kepada Budi yang turut didampingi Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Widy Haryono.

    Selanjutnya, Ifana, perwakilan dari PT Ladang Sehat Indonesia melaporkan potensi transaksi yang diraihnya pada hari ke-2 pelaksanaan TEI 2025. “Pak Menteri, kami sudah dapat calon pembeli dari Taiwan untuk produk tepung mocaf, tepung premix, kukis, mi, dan pasta sebanyak 1 kontainer 20 feet senilai Rp200 juta,” ujar Ifana.

    Tidak hanya itu, Ahmad, pemilik PT Tartaruga Dinasti Indonesia, menyampaikan langsung ke Mendag mengenai penawaran yang menjanjikan dari calon pembeli yang hadir di TEI 2025. “Hari kedua ini, kami telah menerima kunjungan calon buyer yang tertarik dengan produk Mini Sheet Crispy Seaweed. Kami sedang berdiskusi untuk kesepakatan bisnis,” cerita Ahmad.

    Lebih lanjut, Ahmad juga secara khusus menyampaikan rasa bangganya terhadap interaksi yang terjalin. “Jujur, kami bangga dengan antusiasme Mendag untuk berinteraksi dengan kami dan mendengarkan capaian kami yang telah mengikuti program UMKM BISA Ekspor. Mendag juga memberikan dukungan penuh atas proses sertifikasi (BPOM, GMP, HACCP dan ISO22000) produk kami,” jelas Ahmad. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan moral adalah energi terbesar bagi UMKM.

    Usai menerima kabar baik dari UMKM eksportir peserta pameran TEI 2025, Budi melanjutkan peninjauan ke Hall 2 yang menampilkan produk makanan, minuman, dan agrikultur. Di stan T Fabindo Sejahtera, produk kosmetik, yang berada di stan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Mendag juga berinteraksi dengan penjaga stan.

    Kunjungan kemudian berlanjut ke stan Good Durian, produk yang dihasilkan oleh PT Good Mitra International, dan diakhiri di stan Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekspor dan Jasa Perdagangan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perdagangan (PPEJP BPSDMP). Kepala PPEJP, Sugih Rahmansyah menyambut kedatangan Mendag dan mengenalkan UMKM binaan PPEJP yang menjadi peserta pameran TEI 2025.

    Rangkain kunjungan hari kedua Mendag ini menegaskan, TEI 2025 bukan sekadar pameran, tetapi peluang untuk menghasilkan transaksi ekspor yang membuktikan daya saing produk Indonesia di pasar global.

    (rah/rah)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Waralaba kopi Indonesia bukukan potensi transaksi Rp9,6 miliar di TEI

    Waralaba kopi Indonesia bukukan potensi transaksi Rp9,6 miliar di TEI

    Tangerang (ANTARA) – Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei menyebut waralaba kopi Indonesia mencatatkan potensi transaksi sebesar 600 ribu dolar AS atau sekitar Rp9,6 miliar dalam Trade Expo Indonesia (TEI) ke-40 di ICE BSD, Tangerang, Banten.

    KDEI Taipei memfasilitasi penjajakan bisnis antara pelaku waralaba Indonesia dan mitra bisnis dari Taiwan. Nilai transaksi tersebut merupakan hasil penjajakan awal yang dituangkan dalam Letter of Intent (LoI).

    “Kami kerap menerima permintaan penjajakan dari pelaku usaha Taiwan yang mencari waralaba kopi Indonesia. Mereka ingin membuka cabang toko kopi waralaba dari Indonesia di Taiwan. Permintaan itu akhirnya terealisasi yang mempertemukan langsung pelaku usaha kopi Indonesia dengan pebisnis Taiwan,” ujar Kepala KDEI Taipei Arif Sulistiyo dalam keterangannya di Tangerang, Jumat.

    Menurut Arif, Taiwan memiliki potensi besar bagi pengembangan bisnis waralaba makanan dan minuman Indonesia. Selain karena faktor demografis dan daya beli masyarakatnya, keberadaan ribuan pekerja migran Indonesia di Taiwan menjadi pasar awal yang menjanjikan bagi ekspansi merek kuliner Nusantara.

    Selain waralaba kopi, KDEI Taipei juga memperkenalkan para mitra pembeli kepada sejumlah merek makanan dan minuman Indonesia lainnya yang berpotensi masuk ke pasar Taiwan, seperti produk seperti mi, martabak, dan krep.

    Arif menilai, produk-produk ini memiliki cita rasa khas yang dapat diterima masyarakat Taiwan.

    “KDEI Taipei berkomitmen melanjutkan fasilitasi penjajakan kerja sama lanjutan antara pelaku usaha Indonesia dan mitra Taiwan. KDEI Taipei juga berkomitmen memperluas promosi waralaba Indonesia di berbagai kota di Taiwan,” terang Arif.

    Kinerja perdagangan antara Indonesia dan Taiwan juga menunjukkan tren positif. Ekspor kopi, teh, mete, dan rempah-rempah Indonesia ke Taiwan pada periode Januari-Agustus 2025 tercatat meningkat sebesar 6,5 juta dolar AS atau 31,17 persen dibandingkan periode sebelumnya.

    Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Harta Karun China Mengguncang Dunia, Taiwan Beri Komen Tak Terduga

    Harta Karun China Mengguncang Dunia, Taiwan Beri Komen Tak Terduga

    Jakarta, CNBC Indonesia – Langkah China memperluas pembatasan ekspor ‘harta karun’ logam tanah jarang (LTJ). Hal ini kembali berdampak pada industri global.

    Negeri Tirai Bambu itu menambahkan lima unsur baru ke dalam daftar larangan ekspor dan memperketat pengawasan terhadap pengguna di sektor semikonduktor, menjelang pertemuan penting antara Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping. 

    Tak lama kemudian, Trump mengumumkan tak ada alasan bertemu Xi Jinping. Trump juga membalas pembatasan ekspor China dengan tarif tinggi 100% ke barang-barang impor China yang masuk ke AS mulai 1 November 2025. 

    Di tengah kekhawatiran akan terganggunya rantai pasok global akibat aturan ekspor LTJ terbaru dari China, Taiwan justru menyatakan hal berbeda.

    Kementerian Perekonomian Taiwan memastikan bahwa kebijakan baru China tidak akan berdampak besar terhadap industri semikonduktor di negaranya.

    Dalam pernyataannya, otoritas setempat menjelaskan bahwa unsur-unsur tanah jarang yang termasuk dalam pembatasan baru tersebut berbeda dari material yang dibutuhkan dalam proses produksi chip di Taiwan.

    “Unsur logam tanah jarang yang masuk dalam daftar larangan ekspor China tidak sama dengan yang digunakan dalam industri semikonduktor kami. Jadi, untuk saat ini tidak ada dampak signifikan terhadap manufaktur semikonduktor di Taiwan,” tulis kementerian tersebut, dikutip dari Reuters, Senin (13/10/2025).

    Taiwan, yang menjadi rumah bagi raksasa pembuat chip dunia Taiwan Semiconductor Manufacturing (TSMC), selama ini dikenal sebagai jantung industri semikonduktor global. Chip buatan TSMC menjadi komponen penting bagi berbagai produk teknologi tinggi, termasuk ponsel pintar dan sistem AI.

    Kementerian juga menegaskan bahwa kebutuhan domestik Taiwan terhadap logam tanah jarang sebagian besar dipasok dari negara-negara seperti Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang, bukan dari China.

    Meski demikian, otoritas Taiwan tetap mengingatkan bahwa langkah terbaru Beijing bisa menimbulkan efek domino terhadap rantai pasok global untuk produk lain, seperti kendaraan listrik dan drone.

    “Dampaknya perlu terus dipantau dengan cermat,” kata kementerian tersebut.

    Sementara itu, Beijing membela kebijakan barunya dengan alasan keamanan nasional. Pemerintah China menyebut pembatasan ekspor logam tanah jarang dan peralatan terkait dilakukan karena kekhawatiran atas potensi penggunaan militer material tersebut di tengah meningkatnya konflik bersenjata di berbagai kawasan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ramai-ramai Serbu Amerika, China Sebentar Lagi Lewat

    Ramai-ramai Serbu Amerika, China Sebentar Lagi Lewat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Industri chip tak ubahnya ‘harta karun’ yang jadi rebutan negara-negara ekonomi terbesar di dunia. Pasalnya, chip merupakan tulang punggung infrastruktur teknologi kecerdasan buatan (AI) yang diprediksi akan mendorong transformasi inovasi dan kehidupan manusia secara umum.

    Amerika Serikat (AS) dan China sudah terlibat ‘perang’ untuk mendominasi industri chip agar bisa menguasai teknologi AI. Selain itu, Taiwan dan Korea Selatan juga dikenal sebagai negara produsen chip krusial dalam rantai pasok global.

    Sejak era kepemimpinan Joe Biden, larangan ekspor chip dan alat pembuat chip ke China sudah dilancarkan untuk menghambat perkembangan di negeri Tirai Bambu.

    Namun, langkah itu justru membawa ‘berkah’ bagi China yang makin kencang mengembangkan industri chip secara mandiri. Pabrikan lokal seperti Huawei menangkap peluang dan menciptakan chip sendiri untuk mengalahkan dominasi Nvidia asal AS.

    China tak tanggung-tanggung menggelontorkan investasi dan subsidi pemerintah untuk pengembangan chip. Di sisi lain, AS juga makin menggenjot industri chip dalam negeri.

    Terbaru, Nikkei Asia melaporkan bahwa investasi chip AS diproyeksikan akan melewati China, Taiwan, dan Korea Selatan, pada 2027 mendatang, dikutip dari Taiwan News, Senin (13/10/2025).

    Investasi chip AS yang makin gencar didorong oleh kebijakan Trump yang meminta produksi semikonduktor diperkuat secara domestik.

    Laporan Nikkei Asia menyebut AS akan melihat lonjakan pengeluaran untuk membangun fasilitas fabrikasi dan alat pembuat chip canggih hingga 2030 mendatang, menurut ramalan dari Semi.

    Dorongan ini akan didukung oleh insentif pemerintah yang menargetkan produksi chip memori dan logika.

    Lebih spesifik, investasi chip di AS dari 2027 ke 2030 diproyeksikan bisa tembus US$158 miliar (Rp2.619 triliun). Senior Director untuk Market Intelligence Semi, Tseng Jui-yu, mengatakan pertumbuhan dengan skala tersebut belum pernah terlihat di mana-mana.

    “AS sepertinya akan melampaui seluruh dunia dari segi pertumbuhan berdasarkan komitmen-komitmen manufaktur semikonduktor yang telah terkonfirmasi sejauh ini,” kata Tseng dalam gelaran perdagangan Semicon West di Phoenix, AS.

    Ia menambahkan bahwa proyek-proyek yang dibekingi pemerintah sepertinya akan membuat pengeluaran AS melampaui para kompetitor dalam dekade ke depan.

    Laporan Semi juga menunjukkan bahwa pengeluaran global untuk alat pabrik chip yang memproduksi wafer 12 inci akan mencapai NT$11,4 triliun (Rp6.159 triliun) antara 2026 dan 2028. Angka tersebut akan melampaui nilai NT$3 triliun untuk pertama kalinya, menandai pencapaian baru setelah ekspansi pasca-pandemi.

    Para analis industri mengatakan lonjakan pengeluaran menunjukkan optimisme bahwa permintaan chip AI akan terus bertahan di masa depan.

    Sejak perilisan ChatGPT oleh OpenAI pada 2022, permintaan data center dan komputasi canggih kian membara. Hal ini mendorong peningkatan pemesanan untuk prosesor AI dan teknologi pengemasan canggih.

    Para raksasa pembuat chip merespons fenomena ini dengan investasi yang memecahkan rekor di fasilitas AS. TSMC asal Taiwan telah berkomitmen untuk menggelontorkan investasi total senilai NT$5 triliun untuk banyak situs.

    Sementara itu, Samsung mengeluarkan lebih dari NT$1,22 triliun di Texas. Raksasa memori AS Micron Technology menginvestasikan NT$6,1 triliun di berbagai proyek yang tersebar di Idaho, New York, dan Virginia.

    Dengan komitmen-komitmen tersebut, AS diprediksi akan melampai Jepang dalam pengeluaran alat produksi chip hingga 2028. Semi memproyeksikan investasi AS untuk alat pembuat chip tembus NT$1,83 triliun dari 2026-2028.

    China akan menjadi pembeli alat chip terbesar dengan estimasi pengeluaran mencapai NT$2,87 triliun di 2026-2028. Namun, fokusnya akan didominasi pada mature nodes yang lebih ‘rendah’, seiring pembatasan akses ekspor AS ke teknologi yang digunakan untuk prosesor kelas atas.

    Korea Selatan dan Taiwan diprediksi akan menginvestasikan masing-masing NT$2,6 triliun dan NT$2,3 triliun pada periode yang sama. Eropa dan Timur Tengah secara bersamaan diprediksi akan mengeluarkan NT$427 miliar, sementara Asia Tenggara akan berinvestasi sekitar NT$366 miliar.

    Proyeksi ini juga merefleksikan perkembangan baru-baru ini di antara para pemain utama AI. OpenAI baru saja mengumumkan kesepakatan jangka panjang dengan AMD untuk membeli ratusa ribu chip AI yang setara dengan kapasitas 6 gigawatt mulai akhir 2026.

    Kesepakatan ini mengikuti mekanisme serupa dengan Nvidia yang akan menciptakan sistem berkinerja tinggi setidaknya berkapasitas 10 gigawatt.

    Analis memprediksi pembuat chip kontrak seperti intel akan melakukan ekspansi secara agresif untuk memenuhi pesanan-pesanan tersebut. CEO Intel Lip-Bu Tan mengatakan di Semicon West bahwa perusahaan berencana melipatgandakan bisnis pengecorannya, meskipun terjadi pelemahan produksi baru-baru ini.

    “Seiring chip AI menjadi makin rumit, pengemasan canggih menjadi hambatan, dan kemudian kendala kapasitas,” ujarnya.

    “Bagaimana cara benar-benar meningkatkan skalanya agar memenuhi permintaan, menurut saya, merupakan peluang yang luar biasa bagi Intel,” ia menuturkan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • “Perang” Trump Nggak Ngefek! Ekspor China Lampaui Target, Naik 8,3%

    “Perang” Trump Nggak Ngefek! Ekspor China Lampaui Target, Naik 8,3%

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ekspor China melonjak hingga 8,3% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada bulan September. Data terbaru disampaikan General Administration of Customs (Administrasi Umum Kepabeanan), Senin (13/10/2025).

    Angka tersebut melampaui proyeksi 6% dan meningkat dari kenaikan 4,4% pada Agustus. Perdagangan luar negeri China tumbuh lebih cepat dari perkiraan bulan lalu, di tengah kekhawatiran baru akan eskalasi besar dalam perang tarif antara China dan Amerika Serikat (AS).

    Mengutip Trading Economics, ekspor meningkat ke level tertinggi tujuh bulan sebesar US$328,6 miliar pada September 2025. Hal ini menandai laju pengiriman keluar tercepat sejak Maret, karena produsen menemukan pasar baru di luar AS sementara kesepakatan tarif dengan Presiden Donald Trump masih belum tercapai.

    Secara year-to-date, ekspor China naik 6,1% yoy, mencapai total US$ 2,78 triliun. Selama periode tersebut, pertumbuhan ekspor tercatat dalam beberapa kategori, antara lain produk pertanian (1,4%), pupuk (59,6%), produk keramik (0,8%), sirkuit terpadu (23,3%), mobil (10,8%), modul layar panel datar CD (9,6%), dan kapal (21,4%).

    Ekspor meningkat ke Jepang (4,4%), Hong Kong (12,6%), Taiwan (11,1%), Australia (4,3%), India (12,9%), ASEAN (14,7%), dan Uni Eropa/UE (8,2%). Sebaliknya, ekspor ke AS merosot sebesar 16,9% sementara ekspor ke Rusia (-11,3%) dan Korea Selatan (Korsel) turun sebesar 0,3%.

    Sebelumnya, kekhawatiran meningkat selama akhir pekan bahwa perang dagang tahun ini antara dua ekonomi terbesar dunia akan semakin memburuk menyusul ancaman Trump untuk mengenakan tarif tambahan 100% terhadap semua barang China. Beijing, pada gilirannya, menuduh Washington bertindak tidak adil, dengan Kementerian Perdagangannya pada hari Minggu menyebut ancaman tersebut sebagai “contoh tipikal ‘standar ganda’”.

    Trump menyampaikan nada yang lebih lunak pada hari Minggu. Ia menulis dalam sebuah unggahan media sosial bahwa AS “ingin membantu China, bukan merugikannya”.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Patrick Kluivert Pasrah Soal Posisinya Usai Indonesia Gagal ke Piala Dunia 2026

    Patrick Kluivert Pasrah Soal Posisinya Usai Indonesia Gagal ke Piala Dunia 2026

    JAKARTA – Pelatih timnas Indonesia Patrick Kluivert mengaku belum mengetahui masa depannya setelah skuad Garuda dipastikan gagal melaju ke putaran final Piala Dunia 2026 usai kalah 0–1 dari Irak, Minggu.

    Pada pertandingan Grup B putaran keempat kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia sebelumnya yang juga dimainkan di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah, timnas Indonesia takluk 2-3 dari tuan rumah Arab Saudi. Kedua kekalahan itu memastikan timnas Indonesia gagal melaju ke putaran final maupun menuju ke putaran kelima.

    “Saat ini belum ada rencana. Kami perlu berefleksi terhadap apa yang telah kami lakukan, namun saya benar-benar tidak memiliki jawabannya,” kata Kluivert pada jumpa pers usai pertandingan, dikutip dari rekaman audio yang diterima pewarta, Minggu.

    “Saya tidak tahu. Saya benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi,” lanjutnya.

    Mantan penyerang Barcelona dan timnas Belanda itu ditunjuk oleh PSSI untuk menjadi pelatih timnas Indonesia sejak 8 Januari. Ia menggantikan pelatih asal Korea Selatan Shin Tae-yong yang dipecat PSSI pada 6 Januari.

    Debut Kluivert menakhodai timnas Indonesia diwarnai hasil pahit, yakni kekalahan 1-5 dari Australia pada pertandingan Grup C putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia yang berlangsung pada Maret.

    Hasil-hasil yang diperoleh tim Garuda kemudian membaik pada laga kedua Kluivert. Timnas Indonesia menang 1-0 atas Bahrain pada pertandingan Grup C putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia yang berlangsung pada Maret. Indonesia kembali menang dengan skor yang sama pada pertandingan Grup C saat menjamu China pada Juni.

    Pada pertandingan terakhir Grup C, Indonesia dipaksa menyerah 0-6 saat melawat ke markas Jepang. Meski demikian, berkat hasil-hasil sebelumnya, Indonesia tetap berhak melaju ke putaran keempat kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia dengan menduduki posisi keempat.

    Untuk menyiapkan tim menuju putaran keempat, Indonesia di bawah asuhan Kluivert menjalani dua pertandingan uji coba pada awal September di Jawa Timur. Pada pertandingan uji coba pertama, Indonesia menang besar 6-0 atas Taiwan, namun pasukan Kluivert kemudian ditahan imbang 0-0 oleh Lebanon pada laga uji coba kedua.

  • AS-China Memanas Lagi, Produsen Chip Dunia Ketar-ketir

    AS-China Memanas Lagi, Produsen Chip Dunia Ketar-ketir

    Jakarta

    Ketegangan antara Amerika Serikat dan China kembali meningkat dan kali ini industri semikonduktor menjadi taruhannya. Presiden AS Donald Trump pada Jumat (10/10) mengancam akan membatalkan pertemuannya dengan Presiden Xi Jinping, setelah Beijing memperketat kontrol ekspor logam tanah jarang – bahan penting dalam pembuatan chip.

    Pembatasan ini menjadi langkah besar pertama Beijing untuk menerapkan yurisdiksi jangka panjang atas perusahaan asing, khususnya di sektor semikonduktor dan AI. Aturan baru mewajibkan persetujuan ekspor untuk segala material yang mengandung logam tanah jarang dari China-bahkan dalam jumlah kecil-dan secara eksplisit menargetkan komponen untuk chip komputer serta penelitian AI dengan aplikasi militer.

    “Ini adalah kontrol ekspor terketat yang pernah diterapkan China,” tegas Gracelin Baskaran, direktur fokus mineral kritis di Center for Strategic and International Studies (CSIS). “Jelas bahwa mereka punya wewenang untuk memaksa kepatuhan, bukan hanya dari perusahaan AS, tapi seluruh dunia.”

    Beberapa analis mempertanyakan durasi pembatasan ini, yang dianggap sebagai manuver pencitraan menjelang kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Asia akhir bulan ini, termasuk pertemuan potensial dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping.

    Belum jelas bagaimana China akan memantau jejak logam tanah jarang di tingkat mikroskopis untuk menegakkan aturan. Pada Jumat lalu, Trump mengancam membatalkan pertemuan tersebut, menyebut kebijakan baru sebagai “bermusuhan” dan berjanji “kenaikan besar-besaran” tarif impor dari China.

    Dalam unggahan di Truth Social, Trump menulis: “Saya selalu merasa mereka sedang mengintai, dan sekarang, seperti biasa, saya terbukti benar! Tiongkok tidak boleh ‘menawan’ dunia. AS punya posisi monopoli yang lebih kuat-saya hanya belum pakai, sampai sekarang!”

    Chip Jadi Korban Perang Ekonomi

    Dilansir dari Bloomberg, seorang sumber yang akrab dengan ASML Holding NV-perusahaan Belanda yang memasok mesin pembuat semikonduktor paling mutakhir di dunia-pembatasan ekspor ini berpotensi melumpuhkan operasional.

    “Perusahaan sedang bersiap menghadapi gangguan, terutama karena klausul yang mewajibkan perusahaan asing meminta persetujuan China untuk mengekspor kembali produk berbahan logam tanah jarang,” ujar sumber tersebut, yang meminta anonim karena sensitivitas isu.

    ASML disebut sedang melobi pemerintah Belanda dan Amerika Serikat untuk mencari alternatif pasokan. Saat dikonfirmasi, ASML menolak memberikan komentar.

    Di sisi lain, seorang manajer senior di perusahaan chip besar AS mengungkapkan bahwa timnya masih mengkaji dampak potensial. “Risiko paling nyata saat ini adalah kenaikan harga magnet yang bergantung pada logam tanah jarang, yang vital bagi rantai pasokan chip,” kata sumber anonim tersebut.

    Sementara itu, pejabat di perusahaan chip AS lainnya mengaku sedang buru-buru mengidentifikasi produk yang mengandung bahan dari China, dengan kekhawatiran bahwa persyaratan lisensi ekspor akan “melumpuhkan” alur pasok global.

    Produsen chip terbesar dunia seperti Intel Corp., Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. (TSMC), dan Samsung Electronics Co. juga bergantung pada ASML untuk produksi semikonduktor. Ketiganya menolak berkomentar atas permintaan.

    (afr/afr)

  • Siaga Invasi China, Sekutu AS Bangun T-Dome Mirip Iron Dome Israel

    Siaga Invasi China, Sekutu AS Bangun T-Dome Mirip Iron Dome Israel

    Jakarta, CNBC Indonesia – Taiwan mengumumkan rencana ambisius untuk meningkatkan pertahanan udara mereka secara drastis dengan membangun sistem baru berlapis-lapis yang dinamakan “T-Dome”. Pengumuman ini disampaikan oleh Presiden Lai Ching Te di tengah meningkatnya tekanan militer dan politik dari China.

    Dalam pidato Hari Nasional Taiwan, Jumat (10/10/2025), Presiden Lai menegaskan bahwa peningkatan belanja pertahanan adalah sebuah “kebutuhan yang jelas” untuk menghadapi ancaman musuh dan menjadi kekuatan pendorong dalam pengembangan industri pertahanan Taiwan sendiri.

    “Sistem T-Dome yang akan dipercepat pembangunannya ini bertujuan untuk membentuk sistem pertahanan udara yang ketat di Taiwan dengan pertahanan multi-lapis, deteksi tingkat tinggi, dan intersepsi yang efektif, guna melindungi nyawa dan properti warga negara,” ujarnya.

    Meskipun Presiden Lai tidak memberikan rincian teknis, kantor berita Reuters melaporkan bahwa menurut salah satu sumber, T-Dome akan dirancang menyerupai Iron Dome Israel, sebuah sistem pertahanan rudal.

    Sistem pertahanan udara Taiwan saat ini sebagian besar didasarkan pada rudal Patriot buatan Amerika Serikat (AS) dan rudal Sky Bow yang dikembangkan di Taiwan.

    Selain T-Dome, Taiwan juga baru saja meluncurkan rudal pertahanan udara terbarunya bulan lalu, yang dinamakan Chiang-Kong. Rudal ini dirancang untuk mencegat rudal balistik tingkat menengah dan mencapai wilayah udara yang lebih tinggi daripada Patriot.

    Lai juga mengumumkan bahwa Taiwan bertekad untuk menghabiskan lebih banyak anggaran untuk pertahanan dan akan mengusulkan anggaran khusus untuk pengeluaran militer pada akhir tahun.

    Langkah ini diambil karena Taiwan menghadapi China, yang memiliki militer jauh lebih besar, dilengkapi dengan senjata canggih baru seperti jet tempur siluman, kapal induk, dan berbagai rudal.

    “Peningkatan belanja pertahanan memiliki tujuan; itu adalah kebutuhan yang jelas untuk melawan ancaman musuh dan kekuatan pendorong untuk mengembangkan industri pertahanan kita,” ujar Lai.

    Lai juga menyerukan agar China “melepaskan penggunaan kekuatan atau paksaan untuk mengubah status quo di Selat Taiwan.”

    Taiwan, yang diperintah secara demokratis, menghadapi tekanan militer dan politik yang kian membesar dari China, yang mengklaim pulau itu sebagai wilayahnya sendiri.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]