Negara: Swiss

  • Viral Air Danau Singkarak Jernih di Tengah Banjir Sumatra, Biru Kehijauan

    Viral Air Danau Singkarak Jernih di Tengah Banjir Sumatra, Biru Kehijauan

    Jakarta

    Fenomena air di Bendungan kawasan Ombilin dari Danau Singkarak, Sumatra Barat, berwarna jernih bikin geger warga TikTok. Airnya biru kehijauan.

    Berbagai unggahan membahas soal meluapnya Danau Singkarak. Salah satu akun, @furqannnn09 salah fokus dan membandingkan aliran air itu dengan sungai di Eropa.

    “Pasca pelepasan air Danau Singkarak di Ombilin seperti sungai di Swiss,” ujarnya sembari membagikan pemandangan dari atas atap masjid.

    Netizen pun banyak yang meninggalkan rasa kagum mereka dengan kejernihan air tersebut. mereka berbondong-bondong menuliskan komentar.

    “pengen nangiss disetiap vt pelepasan air danau singkarak ini tiap lewat saking indahnya🥺🥰,” tulis shiny fishh.

    “Ini beneran di indonesia ada danau sebersih dan seindah ini ? 😭,” C keheranan.

    “sungai ombilin itu memang indah sejak saya kecil 30 tahun silam warna airnya hijau, semoga terjaga selalu,” kenang Kurnia Hadinata735.

    “Itu AI masih aja percaya,” satu orang skeptis, kemudian dibalas langsung oleh pemilik konten.

    “Asli kok kk☺️,” ujar Furqan sambil menyematkan tangkapan layarnya sedang live dengan background air Danau Singkarak.

    @furqannnn09 Pasca pelepasan air danau singkarak di ombilin seperti sungai di Swiss #sumbar #fypaiatanang ♬ suara asli – furqannnn09

    Danau Singkarak merupakan sebuah danau yang membentang di dua Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia, yakni Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Sejak dulu, air di danau tersebut memang dikenal bersih dan jernih, memiliki warna kehijauan.

    (ask/ask)

  • Dikonfirmasi Sang Kakak, Brisia Jodie Akan Gelar Pemberkatan Nikah Besok di Gereja Katedral

    Dikonfirmasi Sang Kakak, Brisia Jodie Akan Gelar Pemberkatan Nikah Besok di Gereja Katedral

    JAKARTA – Kabar bahagia datang dari penyanyi Brisia Jodie. Ia dan Jonathan Alden dikonfirmasi akan melangsungkan pemberkatan nikah atau holy matrimony pada esok hari, Rabu, 3 Desember, di Gereja Katedral, Jakarta.

    Kabar yang cukup mengejutkan ini dipastikan langsung oleh kakak kandung Brisia Jodie, Sonia Jasmine. Konfirmasi tersebut ia sampaikan melalui pesan singkat kepada awak media pada hari ini, Selasa, 2 Desember.

    Saat ditanya mengenai kebenaran kabar pernikahan sang adik, Sonia memberikan jawaban yang lugas.

    “Besok holy matrimony kak,” tulis Sonia Jasmine saat dihubungi awak media, Selasa, 2 Desember.

    Sebagai informasi, Jodie dan Alden sudah saling kenal sejak tahun 2022, ketika mereka sama-sama muncul di sebuah konten, sehingga terjalin pertemanan.

    Setelah masing-masing berpisah dari pasangan sebelumnya, pada sekitar awal Juni 2024 publik mulai mencurigai kedekatan mereka. Keduanya terlihat jalan bersama, bergandengan tangan — yang membuat rumor pacaran muncul.

    Pada September 2024, Alden menyematkan cincin kepada Jodie saat perilisan lagu baru Jodie, sebagai simbol komitmen dan keseriusan hubungan mereka.

    Pada 9 Januari 2025, Alden melamar Jodie di Swiss, di momen yang sangat romantis, di tengah salju. Dalam video lamaran, Alden berlutut dan bertanya “Will you marry me?”, dan Jodie menjawab “Yes.”

    Alden mengatakan bahwa setelah 8 bulan berpacaran, ia merasa sudah cukup mengenal Jodie untuk melangkah ke jenjang serius.

    Kemudian pada 21 Juni 2025, mereka secara resmi bertunangan, acara lamaran digelar secara privat, hanya dihadiri keluarga dan sahabat dekat.

  • Importir Sebut Perbaikan Kinerja Bea Cukai Butuh Waktu dan Pendalaman

    Importir Sebut Perbaikan Kinerja Bea Cukai Butuh Waktu dan Pendalaman

    Liputan6.com, Jakarta – Perbaikan kinerja dan layanan Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) membutuhkan waktu dan pendalaman terkait rencana pembekuan Ditjen Bea Cukai jika tidak segera perbaiki layanan.  

    Demikian disampaikan Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) seperti dikutip dari Antara, Selasa (2/12/2025).

    “Kalau ada kekurangan dari Bea Cukai hendaknya dan sudah sewajarnya diperbaiki, bukan malah ingin dibekukan,” ujar Ketua Umum GINSI Subandi dikutip dari Antara.

    Terkait pelayanan Bea Cukai saat ini, Subandi menilai pelayanan yang diberikan oleh instansi tersebut sudah cukup responsif dan cepat berkaitan dengan kegiatan importasi.

    Namun, ia juga mengakui jika ada kekurangan atau hambatan yang menyangkut teknis dan kasuistik terkait kepabeanan dan cukai, biasanya hanya pada problem klasik seperti saat sistem Ceissa mengalami error.

    “Yang kami rasakan selama ini layanan Bea Cukai sudah sangat cepat dari mulai pengajuan dokumen sampai jadi surat persetujuan pengeluaran barang (SPPB) impor. Terutama yang kami rasakan di Pelabuhan Tanjung Priok dan beberapa pelabuhan lainnya di Indonesia,” kata dia.

    Sebelumnya, Menkeu Purbaya mengultimatum lembaga Bea Cukai untuk segera memperbaiki kinerja pelayanan karena jika tidak, sistem kepabeanan akan dikembalikan pada skema yang berlaku pada zaman Orde Baru (Orba).

    Pada zaman itu, Societe Generale de Surveillance (SGS) merupakan perusahaan inspeksi, verifikasi, pengujian, dan sertifikasi asal Swiss yang berpengalaman mengawasi standar mutu perdagangan internasional.

    Dengan pelimpahan tugas ini, menurut dia, sejumlah pegawai Bea Cukai di zaman itu harus dirumahkan karena fungsi mereka diambilalih oleh PT Surveyor Indonesia bersama SGS.

    Purbaya mengungkapkan, SGS merupakan langkah cadangan. Jika perbaikan internal tidak berjalan signifikan, pemerintah bukan tidak mungkin mengembalikan sistem pemeriksaan kepabeanan seperti era Orde Baru.

    Rencana itu, menurut Menkeu, justru membuat jajaran Bea Cukai lebih bersemangat karena menyadari risiko kehilangan kewenangan mereka yang utama

  • Purbaya Tak Main-main Soal Pembekuan Bea Cukai: Betul-betul Beku!

    Purbaya Tak Main-main Soal Pembekuan Bea Cukai: Betul-betul Beku!

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa secara terbuka memastikan akan membekukan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) apabila tidak berhasil membenahi diri selama satu tahun ke depan. 

    Purbaya mengaku diberikan target oleh Presiden Prabowo Subianto untuk membenahi salah satu unit Kemenkeu itu dalam satu tahun ke depan. Apabila gagal, maka ada peluang Bea Cukai bakal dibekukan seperti pada pemerintahan Presiden ke-2 Soeharto, di mana tugasnya diserahkan ke perusahaan Swiss, SGS. 

    “Bebas. Nanti kami lihat seperti apa. Kalau memang enggak bisa perform ya kami bekukan dan betul-betul beku. Artinya, 16.000 pekerja Bea Cukai kami rumahkan, tetapi saya minta waktu ke Presiden untuk memperbaiki Bea Cukai,” ujarnya kepada wartawan usai menghadiri Rapimnas Kadin 2025, Jakarta, Senin (1/12/2025). 

    Namun demikian, Purbaya menyebut tidak semua petugas Bea Cukai bermasalah. Dia melihat masih ada petugas di sana yang bisa dibentuk dan memperbaiki diri. 

    “Sebaiknya kami perbaiki diri dulu sendiri selama setahun, daripada kami langsung tutup tanpa warning kan jelek. Jadi dikasih kesempatan untuk memperbaiki diri,” lanjut mantan Deputi di Kemenko Maritim dan Investasi itu. 

    Keluhan Pengusaha

    Sebelumnya, saat masih dalam sesi tanya jawab rapimnas Kadin yang dihadiri olehnya, Purbaya mendapatkan keluhan dari pengusaha konstruksi baja.

    Pengusaha meminta agar Bea Cukai memperketat pengawasan terhadap impor konstruksi baja, padahal produksi di dalam negeri juga tinggi. 

    Keluhan itu disampaikan kepada Purbaya oleh Ketua Umum Indonesia Society of Steel Construction (ISSC) Budi Harta Winata, pada rapat pimpinan nasional (rapimnas) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Senin (1/12/2025). 

    Budi menyampaikan bahwa dia bersama sekitar 1.000 orang sebelumnya telah menggelar aksi di depan kantor pusat Bea Cukai, Rawamangun, Jakarta Timur, Oktober 2025 lalu. Dia menceritakan bahwa gempuran impor konstruksi baja ke Indonesia itu menyebabkan perusahaan-perusahaan konstruksi dalam negeri harus merumahkan karyawannya. 

    Pemilik PT Artha Mas Graha Andalan itu mengatakan, perusahaannya harus melakukan efisiensi pekerja dari awalnnya 1.000 orang juru las menjadi tinggal 70 orang saja.

    Budi mengakui bahwa harusnya permasalahan ini bukan disampaikan ke Purbaya selaku Menkeu. Namun, mengingat Bea Cukai berada di bawah kewenangannya, maka dia meminta agar pengawasan keluar masuk barang di pelabuhan bisa diperketat. 

    “Kami minta Bea Cukai lebih ketat, mestinya produksi barang yang bisa dibikin dalam negeri, mestinya janganlah boleh masuk, Pak. Karena kami tukang las-tukang las dalam negeri yang mengerjakan,” ucapnya. 

    Purbaya pun menyatakan bakal memelajari masalah yang disampaikan oleh Budi dan para pelaku usaha konstruksi baja. Dia berjanji akan melihat langsung seperti apa pelaksanaan tugas Bea Cukai di lapangan dalam hal pengawasan. 

    “Kalau saya tanya ke anak buah saya, bagus terus. Saya tanya Bea Cukai ada impor baja? ‘Enggak ada Pak’. Saya tanya pelaku, ada. Yang mana yang bener, tapu gua yakin anak buah gua ngibulin gue. Nanti anda kirim laporan ke saya,” ucapnya sambil disambut tawa oleh peserta Rapimnas Kadin. 

    Ekonom yang pernah menjabat Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) itu juga mengakui tengah melakukan ‘bersih-bersih’ di Bea Cukai. “Kami betulin setahun ke depan, kalau dalam setahun enggak beres, Bea Cukai betul-betul dibekukan. Saya ganti SGS,” tegasnya. 

  • Stres yang Dihadapi Manusia Modern Setara seperti Berhadapan dengan Singa

    Stres yang Dihadapi Manusia Modern Setara seperti Berhadapan dengan Singa

    Jakarta

    Kasus stres kronis yang meningkat kemungkinan disebabkan oleh ketidaksesuaian antara kehidupan modern dan biologi tubuh manusia. Stres yang kini banyak dialami dikaitkan dengan stres yang sama seperti berhadapan dengan singa.

    Dikutip dari laman Science Alert, penelitian menunjukkan bahwa manusia lebih cocok hidup di lingkungan alam dibandingkan kawasan perkotaan yang padat. Dua antropolog evolusi, Colin Shaw dari Zurich University di Swiss dan Daniel Longman dari Loughborough University di Inggris mengumpulkan banyak bukti yang menunjukkan evolusi biologis manusia dikalahkan oleh transformasi teknologi dan lingkungan yang cepat.

    Aktivitas sehari-hari manusia dipenuhi dengan pemicu rasa gelisah, mulai dari kotak masuk surel yang menumpuk, konstruksi yang bising hingga tenggat pekerjaan. Hal tersebut juga membuat tubuh tetap siaga sepanjang waktu. Padahal, kondisi ini belum pernah terjadi pada sebagian besar sejarah manusia.

    “Pada masa nenek moyang kita, tubuh manusia sangat terbiasa menghadapi stres akut untuk menghindar atau melawan pemangsa,” kata Shaw.

    “Reaksi yang muncul adalah bertarung atau melarikan diri. Sesekali muncuk seekor singa dan kita harus siap mempertahankan diri atau kabur,” tambahnya.

    Menurut Shaw, kuncinya adalah singa tersebut akhirya pergi. Upaya habis -habisan seperti itu penting untuk bertahan hidup, tapi sangat menguras energi dan membutuhkan waktu pemulihan yang lama.

    Para peneliti mengatakan, kondisi tersebut menimbulkan dampak luas, penurunan fungsi kognitif, penyakit autoimun, dan menurunnya tingkat kesuburan. Semuanya bisa dikaitkan dengan stres kehidupan modern di lingkungan perkotaan yang padat dan sibuk.

    Beragam studi mencakup bukti bahwa kebugaran fisik akan lebih buruk di area perkotaan, adanya keterkaitan antara polusi udara dan kerusakan otak, serta hubungan antara lemahnya sistem imun dan lingkungan industri.

    =====BREAK====
    Pemicu Stres

    Beberapa faktor pemicu stres ini, mulai dari paparan cahaya buatan hingga mikroplastik, ditambah gaya hidup sedentarari, secara keseluruhan memberi dampak negatif terhadap kesehatan manusia dalam berbagai cara.

    “Entah itu percakapan sulit dengan pasangan atau atasan, atau kebisingan lalu lintas, sistem respons stres Anda tetap sama seperti jika Anda sedang menghadapi singa berulang kali,” ungkap Shaw.

    “Akibatnya, Anda mengalami repsons yang sangat kuat dari sistem saraf Anda, tetapi tidak ada efek sampingnya,” tambahnya.

    Ulasan tersebut merupakan ringkasan komprehensif dari semua temuan para peneliti sejauh ini tentang potensi dampak negatif kehidupan dan lingkungan abad ke 21. Manusia telah mencapai banyak kemajuan transformatif dalam bidang kesehatan, teknologi, dan pemahaman tentang dunia. Namun, sebagai spesies, manusia kini justru menjadi lebih cemas dan mudah depresi dibandingkan dengan para leluhur.

    (elk/elk)

  • Tragis, Turis Swiss Tewas Diserang Hiu di Pantai Australia

    Tragis, Turis Swiss Tewas Diserang Hiu di Pantai Australia

    Sydney

    Tragis! Seorang turis asal Swiss tewas dalam serangan hiu di sebuah pantai dekat lokasi selancar populer di pantai timur Australia. Satu turis lainnya, juga dari Swiss, mengalami luka serius.

    Kepolisian New South Wales, seperti dilansir Reuters, Jumat (28/11/2025), menyebut layanan darurat dipanggil untuk menghadapi situasi serangan hiu di Pantai Kylies, Crowdy Bay, dekat Port Macquarie, yang berjarak sekitar 350 kilometer di sebelah utara Sydney, pada Kamis (27/11) waktu setempat.

    Laporan awal menyebutkan dua orang digigit hiu di pantai tersebut.

    Seorang wanita, yang diyakini berusia 20-an tahun, meninggal dunia di lokasi kejadian. Identitasnya belum diungkap ke publik.

    Seorang pria, yang juga diyakini berusia 20-an tahun, dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis.

    Kepala Inspektur Kepolisian Timothy Bayly, dalam konferensi pers, menyebut kedua korban saling mengenal.

    Departemen Luar Negeri Federal Swiss telah mengonfirmasi bahwa keduanya merupakan warga negara Swiss.

    “Seorang warga negara Swiss meninggal dunia, dan seorang warga negara Swiss lainnya mengalami luka-luka,” demikian pernyataan Departemen Luar Negeri Federal Swiss.

    Konsulat Jenderal Swiss di Sydney telah berkomunikasi dengan otoritas Australia dan memberikan dukungan kepada keluarga korban.

    Kepala otoritas ambulans New South Wales, Josh Smyth, mengatakan bahwa seorang saksi di pantai merawat korban pria dengan “tourniquet darurat”, yang berpotensi menyelamatkan nyawanya dan memberi waktu kepada layanan darurat untuk memberikan pertolongan pertama.

    “Keberanian beberapa orang di sekitar sungguh luar biasa, dan dalam situasi seperti ini, berani bertindak sendiri sungguh heroik, dan itu memberikan kami waktu untuk menolong pasien pria ini,” kata Smyth.

    Pantai Kylies ditutup sementara menyusul itu, dengan otoritas setempat berupaya menentukan spesies hiu yang terlibat dalam serangan tersebut. Drumlines, alat pengendali hiu, juga telah dikerahkan dengan harapan dapat menangkap hiu di balik serangan mematikan itu.

    Serangan hiu ini terjadi dua bulan setelah seorang pria tewas diserang hiu saat berselancar di Pantai Long Reef di Sydney bagian utara.

    Tonton juga video “Kisah Menegangkan Peselancar Australia Diserang Hiu”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Dolar AS Masih Betah di Level Rp 16.600

    Dolar AS Masih Betah di Level Rp 16.600

    Jakarta

    Mata uang dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap rupiah pagi ini, Jumat (28/11). Mata uang Paman Sam bergerak di level Rp 16.600-an pada awal pembukaan.

    Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar dolar AS saat ini menguat 15 poin atau sekitar 0,09% ke level Rp 16.651. Pada penutupan perdagangan kemarin, Kamis (28/11), dolar AS berada di level Rp 16.648.

    Mata uang Paman Sam ini juga bergerak variatif terhadap sejumlah mata uang asing lainnya. Terhadap mata uang euro misalnya, dolar AS melemah 0,11%.

    Kemudian melemah juga terhadap yen Jepang (JPY) sebesar 0,03%. Pelemahan juga terjadi terhadap mata uang GBP sebesar 0,03%.

    Sementara itu, dolar AS menguat terhadap mata uang AUD yang menguat 0,03%. Kemudian melemah terhadap dolar Kanada (CAD) sebesar 0,01%. Sedangkan terhadap mata uang Swiss (CHF), mata uang Negeri Paman Sam tersebut menguat sebesar 0,07%.

    (ahi/ara)

  • Pembekuan Bea Cukai Bukan Hal Baru, Pernah Terjadi pada Era Orde Baru!

    Pembekuan Bea Cukai Bukan Hal Baru, Pernah Terjadi pada Era Orde Baru!

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto melemparkan ultimatum kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Prabowo siap membekukan instansi tersebut apabila kinerja dan citra publik mereka tak kunjung membaik.

    Secara historis, pembekuan Bea Cukai bukan hal yang baru. Era Orde Baru, tepatnya periode pertengahan 1980-an hingga awal 1990-an mencatat babak penting tarik-ulur kewenangan di pelabuhan.

    Berdasarkan laporan Media Keuangan terbitan Kementerian Keuangan bertajuk Mengurai Sejarah Lembaga Bea Cukai, saat itu pelabuhan di Indonesia terkenal sangat korup: penyeludupan dan penyelewengan oleh petugas Bea Cukai sudah menjadi rahasia umum.

    Keluhan juga datang dari pengusaha, termasuk pengusaha Jepang. Aparat Bea Cukai disebut ribet, berbelit-belit, sehingga pada akhirnya melakukan pungutan liar.

    Masalah tersebut sampai ke Presiden Soeharto. Kepala negara dan pemerintah itu pun menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1985 (Inpres 4/1985) setelah berdiskusi dengan para menteri dan mendapat penilaian dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

    “Bahwa kelancaran arus lalu lintas barang antar pulau, ekspor dan impor merupakan unsur penting dalam peningkatan kegiatan ekonomi pada umumnya dan peningkatan ekspor komoditi non migas pada khususnya,” jelas pertimbangan Inpres 4/1985.

    Soeharto mengerahkan belasan menteri hingga Panglima ABRI untuk memastikan instruksi ini berjalan, sebuah sinyal bahwa kemacetan di pelabuhan telah menjadi masalah keamanan dan stabilitas ekonomi nasional.

    Lewat beleid itu, Soeharto memangkas sebagian besar kewenangan Bea Cukai dalam memeriksa barang impor. Pemerintah kemudian menunjuk Société Générale de Surveillance (SGS), sebuah perusahaan surveyor swasta asal Swiss, untuk mengambil alih tugas pemeriksaan barang.

    Reformasi 1991 dan Pengembalian Wewenang 1997

    Enam tahun berselang, kebijakan tersebut dievaluasi: pemerintah menilai Inpres 4/1985 telah sukses memperlancar arus barang. Hanya saja, dinamika perdagangan ekspor-impor menuntut penyesuaian baru. 

    Pada 25 Juli 1991, Presiden Soeharto menandatangani Inpres No. 3/1991. Poin paling krusial dari aturan ini adalah pernyataan tegas bahwa Inpres 4/1985 dinyatakan tidak berlaku lagi.  

    Dalam Lampiran Inpres 3/1991, ditegaskan kembali bahwa kewenangan pemeriksaan barang impor berada pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

    Kendati demikian, kewenangan ini tidak serta-merta kembali seperti era pra-1985. Pemerintah menerapkan sistem pengawasan berlapis menggunakan jasa Surveyor. 

    “Berdasarkan pemeriksaan tersebut surveyor menerbitkan Laporan Pemeriksaan Surveyor – Ekspor (LPS-E) yang dipergunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam rangka pemeriksaan yang bersifat final,” tertulis dalam Lampiran Inpres 3/1991.

    Dijelaskan, barang impor hanya diizinkan masuk ke wilayah pabean Indonesia apabila dilengkapi Laporan Pemeriksaan Surveyor Impor (LPS-I) yang diterbitkan oleh surveyor di negara asal barang (tempat ekspor dilakukan).  

    Dalam hal ini, pemerintah melibatkan PT Surveyor Indonesia (PT SI) untuk bekerja sama dengan SGS. Laporan surveyor ini menjadi ‘dokumen sakti’.

    Bea Cukai menggunakan LPS-I sebagai dasar pemeriksaan yang bersifat final. Artinya, petugas Bea Cukai di pelabuhan Indonesia tidak lagi memeriksa fisik barang secara acak, melainkan hanya melakukan pencocokan dokumen alias hanya ‘memberi stempel’.

    Kewenangan kemudian dikembalikan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai setelah Undang-Undang No. 10/1995 tentang Kepabeanan (UU Kepabeanan) diberlakukan secara efektif pada 1 April 1997.

    UU Kepabenan kembali memberikan wewenang pemeriksaan barang kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan kontrak dengan SGS berakhir.

    Disinggung Purbaya 

    Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyinggung sejarah ‘pembekuan’ Bea Cukai era Orde Baru itu ketika mengungkapkan bahwa Prabowo telah memberikan ultimatum.

    Menurutnya, Prabowo siap mengembalikan fungsi pemeriksaan kepabeanan kepada surveyor swasta internasional seperti SGS era Orde Baru apabila kinerja dan citra publik Bea Cukai tak kunjung membaik.

    “Kalau kita gagal memperbaiki, nanti 16.000 orang pegawai Bea Cukai dirumahkan,” ujar Purbaya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (27/11/2025).

    Purbaya mengakui bahwa saat ini persepsi publik terhadap instansi kepabeanan tersebut berada di titik kritis. Dalam rapat internal, dia secara terbuka menyampaikan kepada jajarannya bahwa citra Bea Cukai kurang bagus di mata media, masyarakat, hingga Prabowo.

    Hanya saja, di tengah ancaman pembubaran tersebut, Purbaya mengaku telah memasang badan. Dia telah meminta tenggat waktu satu tahun kepada Prabowo untuk melakukan bersih-bersih internal secara mandiri tanpa intervensi pihak luar.

    “Saya sudah minta waktu keberhasilannya satu tahun untuk tidak diganggu dulu. Biarkan saya, beri waktu saya untuk memperbaiki Bea Cukai, karena ancaman ini serius,” tegasnya.

    Sebagai langkah perbaikan, bendahara negara itu mulai mengadopsi teknologi kecerdasan imitasi alias artificial intelligence (AI) di pos-pos pelayanan Bea Cukai.

    Teknologi ini difokuskan untuk mendeteksi praktik under-invoicing atau manipulasi faktur harga barang impor yang selama ini menjadi celah kebocoran penerimaan negara.

    Purbaya menilai, respons internal Bea Cukai terhadap ultimatum ini cukup positif. Dia meyakini sumber daya manusia (SDM) di instansi tersebut memiliki kapasitas intelektual yang mumpuni untuk berubah.

    “Saya pikir tahun depan sudah aman. Artinya, Bea Cukai akan bisa bekerja dengan baik dan profesional. Orang Bea Cukai pintar-pintar dan siap untuk merubah keadaan,” tutupnya.

  • Kalau Masyarakat Nggak Puas, Bea Cukai Bisa Dibekukan

    Kalau Masyarakat Nggak Puas, Bea Cukai Bisa Dibekukan

    Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkap dirinya telah meminta waktu kepada Presiden Prabowo Subianto untuk memperbaiki kinerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Lantaran citra DJBC yang kurang baik di mata masyarakat.

    Purbaya mengatakan jika tidak ada perbaikan ada ancaman DJBC akan dibekukan dan kembali seperti pada masa orde baru menggunakan perusahaan swasta asal Swiss, Societe Generale de Surveilance (SGS).

  • Purbaya ‘Sentil’ Bea Cukai: Citranya Kurang Bagus!

    Purbaya ‘Sentil’ Bea Cukai: Citranya Kurang Bagus!

    Jakarta

    Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa bicara terkait citra Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) di mata masyarakat hingga pimpinan tertinggi. Citra tentang instansi tersebut dianggap kurang bagus.

    Hal itu sudah disampaikan Purbaya di depan jajaran DJBC saat melakukan rapat internal. Ia meminta agar citra yang kurang bagus itu diperbaiki dengan peningkatan kinerja.

    “Bea Cukai, saya sudah panggil mereka, kita rapat internal ya, kita diskusikan dengan mereka. Saya bilang begini, image Bea Cukai kurang bagus di media, di masyarakat, di pimpinan tertinggi kita. Jadi kita harus perbaiki dengan serius,” ujar Purbaya kepada wartawan di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (27/11/2025).

    Purbaya meminta waktu ke Presiden Prabowo Subianto untuk memperbaiki kinerja DJBC dalam satu tahun. Jika tidak ada perbaikan, instansi tersebut terancam dibekukan dan dialihkan kepada perusahaan swasta asal Swiss, Societe Generale de Surveilance (SGS) seperti kebijakan pada masa orde baru.

    “Saya sudah minta waktu ke Presiden, satu tahun untuk nggak diganggu dulu. Saya biarkan, biarkan saya beri waktu saya untuk memperbaiki Bea Cukai, karena ancamannya serius,” ucap Purbaya.

    “Kalau kita, Bea Cukai tidak bisa memperbaiki kinerjanya dan masyarakat masih nggak puas, Bea Cukai bisa dibekukan, diganti dengan SGS seperti jaman dulu lagi,” tambahnya.

    Menurut Purbaya, para pegawai DJBC telah memahami ancaman yang mengintai mereka sehingga semangat untuk berbenah. Pasalnya jika tidak, 16.000 orang pegawai berada di ujung tanduk untuk dirumahkan.

    “Karena gini saya bilang, kalau kita gagal memperbaiki, nanti 16.000 orang pegawai Bea Cukai dirumahkan. Orang Bea Cukai pintar-pintar dan siap untuk mengubah keadaan,” tutur Purbaya.

    Salah satu perbaikan yang dilakukan yakni peningkatan sistem digital di seluruh kantor Bea Cukai untuk mengantisipasi penyelewengan. “Kita sudah mulai terapkan AI-AI di stasiun-stasiun Bea Cukai, jadi nanti under invoicing akan cepat terdeteksi sambil kita perbaiki yang lain. Jadi sekarang cukup baik kemajuannya, saya pikir tahun depan sudah aman, artinya Bea Cukai akan bisa bekerja dengan baik dan profesional,” tambahnya.

    Tonton juga video “Purbaya: Kalau Masyarakat Nggak Puas, Bea Cukai Bisa Dibekukan”

    Saksikan juga Blak-blakan: Adi Arnawa Ungkap Fokus Utama Akselerasi Pembangunan Kabupaten Badung

    (aid/hns)