Negara: Swiss

  • Negara Terkaya Loyo ‘Diubek-ubek’Trump, Pertumbuhan Melambat Tajam

    Negara Terkaya Loyo ‘Diubek-ubek’Trump, Pertumbuhan Melambat Tajam

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pertumbuhan ekonomi Swiss melambat tajam pada Kuartal-II (Q2) 2025. Ekspor menurun setelah perusahaan-perusahaan bergegas menimbun barang menjelang ancaman tarif baru Amerika Serikat (AS).

    Perlu diketahui, ekonomi negara tersebut bergantung pada ekspor. Namun sektor itu hanya tumbuh 0,1% pada periode April-Juni dibandingkan dengan Kuartal-I (Q1), ketika tumbuh sebesar 0,8%.

    “Kinerja negatif di sektor industri telah diimbangi oleh keuntungan di sektor jasa,” kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan, dikutip Jumat (15/8/2025).

    Pertumbuhan telah meningkat pesat dalam tiga bulan pertama tahun ini karena pengiriman barang farmasi ke AS. Ekspor utama itu melonjak untuk mengantisipasi serangan tarif Presiden Donald Trump.

    “Pertumbuhan melambat secara signifikan di Swiss pada kuartal kedua karena tarif front-running mereda,” kata ekonom Eropa di perusahaan riset Capital Economics yang berbasis di London, Adrian Prettejohn.

    “Kami menduga perlambatan ini akan paling terasa di industri farmasi, setelah perusahaan-perusahaan bergegas mengekspor barang ke AS pada kuartal pertama,” ujarnya.

    Trump memberlakukan tarif “dasar” sebesar 10% untuk impor dari seluruh dunia pada bulan April. Ia memperingatkan bahwa puluhan negara, termasuk Swiss, akan menghadapi pungutan yang lebih tinggi lagi.

    Ekspor barang Swiss turun 5,3% pada Q2 dibandingkan dengan tiga bulan pertama tahun ini karena pengiriman produk kimia dan farmasi menurun. Namun, ekspor jam tangan melonjak pada bulan April karena importir AS bergegas membangun stok mereka setelah Trump memperingatkan bahwa Swiss dapat dikenakan tarif sebesar 31%.

    Trump sendiri mengejutkan Swiss dengan menandatangani bea masuk yang lebih besar, yaitu 39%, pada 1 Agustus. Tarif ini lebih dari dua kali lipat tarif yang dikenakan pada Uni Eropa (UE) dan para pesaingnya di Jepang.

    Pemerintah Swiss masih berharap dapat menegosiasikan tarif yang lebih rendah setelah perundingan terakhir di Washington gagal mengubah keputusan pemerintah AS. Meskipun produk farmasi sejauh ini terhindar dari tarif, pemimpin AS tersebut telah mengancam akan mengenakan tarif hingga 250 persen pada seluruh sektor jika harga obat tidak turun.

    “Perekonomian kemungkinan hanya akan tumbuh perlahan dalam beberapa kuartal mendatang karena tarif AS yang tinggi dan ketidakpastian bisnis yang meningkat membebani ekspor dan investasi,” kata Prettejohn.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Perundingan Global Batasi Polusi Plastik Berakhir Tanpa Hasil

    Perundingan Global Batasi Polusi Plastik Berakhir Tanpa Hasil

    Jakarta

    Perundingan untuk menyusun perjanjian global demi mengatasi polusi plastik berakhir buntu pada Jumat (15/08), tanpa adanya kesepakatan atau sikap bersama.

    Negosiasi selama 10 hari di markas PBB di Jenewa itu seharusnya berakhir pada Kamis (14/08), tetapi dengan sisa waktu 23 menit sebelum hari berakhir, sesi sempat diperpanjang.

    Namun meski negosiasi intensif sepanjang hari, hingga Jumat pagi belum terlihat tanda-tanda tercapainya kesepakatan untuk membatasi produksi atau mengelola limbah plastik.

    Sebanyak 1.000 anggota delegasi berkumpul di Swiss demi menuntaskan negosiasi mengurangi plastik yang mencemari tanah, laut, dan tubuh manusia.

    Menteri Lingkungan Hidup Prancis Agnes Pannier-Runacher mengaku dirinya “merasa gusar, karena kendati upaya yang besar dari banyak pihak dan kemajuan dalam diskusi, tidak ada hasil nyata yang bisa dicapai.”

    Ketua juru runding Kolombia Haendel Rodriguez bahkan secara terang-terangan menuduh negara produsen minyak sebagai biang keladi kebuntuan.

    Menurutnya, proses negosiasi “diblokir oleh sejumlah kecil negara yang benar-benar tidak menginginkan tercapainya kesepakatan.”

    Kekacauan di ruang sidang

    Pada Kamis (14/8), sidang pleno di aula utama Palais des Nations PBB, yang sedianya menjadi pertemuan pamungkas, hanya berlangsung kurang dari satu menit, membuat para delegasi yang memenuhi ruangan terkejut.

    “Suasana ruangan sangat tidak puas,” lanjutnya. “Meski banyak yang merasa kesepakatan tidak mungkin tercapai kali ini, mereka tetap berusaha mendorong isi naskah sesuai kepentingan masing-masing hingga detik terakhir.”

    Sepanjang hari, diplomat asal Ekuador, Vayas, berkeliling menemui delegasi regional untuk mencoba menyusun kesepakatan bersama setelah upaya sebelumnya pada Rabu (13/08) gagal.

    “Kami benar-benar bingung. Sepertinya ada yang hilang,” ujar seorang sumber diplomatik dari salah satu delegasi regional kepada AFP.

    Selama jam-jam panjang menunggu, negosiasi di belakang layar dan pertemuan informal berlangsung. Seorang kepala delegasi mengatakan kepada AFP bahwa mereka yakin akan ada draf kompromi baru, sementara delegasi dari benua lain mengungkapkan kekecewaan karena belum melihat naskah maupun proses yang jelas, khawatir negosiasi panjang yang dimulai lebih dari dua tahun lalu di Nairobi akan gagal total.

    Mencari titik tengah

    Setelah tiga tahun negosiasi, negara-negara yang menginginkan tindakan tegas untuk mengatasi sampah plastik berusaha menjalin kesepakatan dengan kelompok negara penghasil minyak.

    “Kita butuh perjanjian global yang koheren. Kita tidak bisa melakukannya sendiri,” kata Menteri Lingkungan Kenya, Deborah Barasa, yang tergabung dalam Koalisi Ambisi Tinggi yang mendorong tindakan agresif terhadap limbah plastik.

    Barasa mengatakan kepada AFP bahwa negara-negara bisa menyepakati perjanjian sekarang, lalu menyusun detailnya secara bertahap.

    “Kita harus menemukan titik tengah,” ujarnya. “Kemudian kita bisa mengambil pendekatan bertahap untuk membangun perjanjian ini… dan mengakhiri polusi plastik.”

    Sepanjang Kamis (14/08), berbagai kelompok regional dan lintas regional mengadakan pertemuan. Koalisi Ambisi Tinggi, yang terdiri dari Uni Eropa, Inggris, Kanada, serta banyak negara Afrika dan Amerika Latin, ingin ada komitmen untuk mengurangi produksi plastik dan menghapus bahan kimia beracun dalam plastik.

    Sementara itu, kelompok negara penghasil minyak seperti Arab Saudi, Kuwait, Rusia, Iran, dan Malaysia ingin fokus perjanjian lebih pada pengelolaan limbah.

    Kesepakatan tertunda

    Masalah polusi plastik begitu merajalela hingga mikroplastik ditemukan di puncak gunung tertinggi, palung laut terdalam, dan hampir di seluruh bagian tubuh manusia.

    Jika tren saat ini berlanjut, produksi plastik berbasis bahan bakar fosil akan hampir tiga kali lipat pada 2060 menjadi 1,2 miliar ton per tahun, sementara limbahnya akan melebihi satu miliar ton, menurut Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).

    “Tentu saja kami tidak dapat menyembunyikan bahwa sangat tragis dan sangat mengecewakan melihat beberapa negara mencoba menghalangi tercapainya sebuah kesepakatan,” kata Menteri Lingkungan Denmark, Magnus Heunicke.

    Padahal, menurutnya, perjanjian diperlukan untuk mengatasi “salah satu masalah polusi terbesar yang kita hadapi di bumi” dan berjanji akan melakukan upaya lebih lanjut untuk mencapai kesepakatan.

    “Kami akan terus bekerja hingga kita memiliki perjanjian yang akan membantu semua negara dalam menyelesaikan masalah ini,” katanya kepada wartawan.

    Editor: Rizki Nugraha

    (ita/ita)

  • 10 Eksperimen Gila Ilmuwan, Ada yang Ingin Bangkitkan Mayat

    10 Eksperimen Gila Ilmuwan, Ada yang Ingin Bangkitkan Mayat

    Paracelsus adalah ilmuwan Swiss-Jerman abad 16 yang membuat kemajuan kedokteran, biologi, dan kimia. Dia dianggap pendiri toksikologi karena tepat menyimpulkan dosis kecil zat beracun dapat digunakan secara bermanfaat. Dia juga suka mencoba-coba alkimia dan okultisme sesekali. Di 1537, empat tahun sebelum kematiannya, Paracelsus menulis De Rerum Naturae di mana dia menyajikan beberapa teori alkimia gila. Paling menarik adalah resepnya untuk membuat homunculus, manusia kecil yang diciptakan melalui alkimia. Pertama, ambil sperma dan  biarkan membusuk di kotoran kuda sekitar 40 hari. Pada titik ini, sperma akan hidup dan mulai menyerupai manusia kecil transparan tanpa tubuh. Kemudian beri darah manusia setiap hari. Lakukan ini selama 40 minggu, dan bum, homunculus menurutnya akan muncul. Foto: Wikimedia

  • Eksportir kerajinan DIY bidik pasar Eropa usai tarif impor AS berlaku

    Eksportir kerajinan DIY bidik pasar Eropa usai tarif impor AS berlaku

    Yang agak terpengaruh adalah komoditas kerajinan

    Yogyakarta (ANTARA) – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebutkan para eksportir sektor kerajinan di wilayah ini mulai membidik pasar Uni Eropa menyusul pemberlakuan tarif impor “timbal balik” Amerika Serikat sebesar 19 persen untuk produk Indonesia sejak 7 Agustus 2025.

    “Pelaku usaha kerajinan mulai menguatkan di pasar Eropa,” ujar Kepala Disperindag DIY Yuna Pancawati di Yogyakarta, Kamis.

    Yuna menuturkan dampak tarif impor AS berbeda-beda pada tiap komoditas meski secara umum permintaan produk DIY ke AS hingga kini masih tinggi.

    Namun, menurut dia, keberlanjutan ekspor saat ini sangat bergantung pada kondisi ekonomi dan strategi negosiasi para pembeli di Negeri Paman Sam.

    “Kalau buyer secara ekonomi mampu, ekspor jalan terus. Ada yang menegosiasikan harga barang dikurangi 3-4 persen, ini juga bisa lanjut, hanya mengurangi keuntungan eksportir. Untuk ‘buyer’ kecil biasanya menegosiasikan separuh dari tambahan tarif,” ujarnya.

    Menurut Yuna, sejumlah produk tekstil asal DIY sejauh ini masih relatif aman dan tidak terlalu terpengaruh.

    Akan tetapi, ia mengakui untuk produk kerajinan yang selama ini menjadi komoditas ekspor unggulan DIY mulai merasakan dampak dari kebijakan Presiden AS Donald Trump tersebut.

    “Yang agak terpengaruh adalah komoditas kerajinan,” ucapnya.

    Sebagai langkah antisipasi, Eropa dipandang para eksportir sektor kerajinan DIY sebagai alternatif pasar yang menjanjikan, apalagi didukung telah tercapainya “Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA)” yang membuka peluang perdagangan lebih luas tanpa hambatan tarif tinggi.

    Yuna mengatakan Pemda DIY belum menyiapkan insentif khusus bagi pelaku ekspor yang terdampak kebijakan tarif impor AS itu.

    Meski begitu, pihaknya tengah merancang skema untuk mempertemukan industri kecil dan menengah (IKM) di DIY dengan para buyer dari pasar non-tradisional.

    Tujuannya, agar tercipta diversifikasi pasar sehingga aktivitas ekspor tak hanya bergantung pada pasar utama seperti AS.

    Kebijakan tarif impor timbal balik AS diberlakukan Presiden Donald Trump untuk 67 negara dengan besaran antara 15 hingga 50 persen resmi berlaku sejak 7 Agustus 2025.

    India dan Brasil terkena tarif tertinggi sebesar 50 persen, Laos dan Myanmar 40 persen, dan Swiss 39 persen. Ekspor Indonesia ke AS kini dikenai tarif 19 persen, salah satu yang terendah di Asia Tenggara setelah Singapura (10 persen), tapi tetap menjadi beban signifikan bagi perdagangan.

    Pewarta: Luqman Hakim
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Trump Ikut Pertemuan Virtual dengan Zelensky Sebelum Jumpa Putin

    Trump Ikut Pertemuan Virtual dengan Zelensky Sebelum Jumpa Putin

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menghadiri pertemuan virtual dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan para pemimpin Eropa lainnya. Pertemuan tersebut dilakukan menjelang pertemuan Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska, AS.

    Pertemuan virtual tersebut diagendakan pada Rabu atau 2 hari sebelum Trump bertemu Putin, hal itu disampaikan seorang pejabat Gedung Putih kepada Anadolu. Pejabat tersebut mengonfirmasi keikutsertaan Trump dengan syarat anonim, sehari setelah Kanselir Jerman Friedrich Merz mengumumkan bahwa ia telah mengundang presiden AS, Zelensky, dan pejabat Eropa lainnya.

    Juru bicara pemerintah Jerman Stefan Kornelius mengatakan pertemuan virtual tersebut akan fokus untuk memberi tekanan pada Rusia. Pertemuan itu juga akan membahas tentang permintaan jaminan keamanan.

    “Akan berfokus pada opsi lebih lanjut untuk menekan Rusia dan persiapan untuk kemungkinan negosiasi perdamaian dan pertanyaan terkait klaim teritorial dan jaminan keamanan,” kata Kornelius, dilansir Anadolu, Rabu (13/8/2025)

    Pertemuan tersebut akan menyediakan berbagai format diskusi dengan partisipasi dari kepala negara dan pemerintahan Jerman, Finlandia, Prancis, Italia, Polandia, Inggris, dan Ukraina. Presiden Komisi Eropa, kepala Dewan Eropa, sekretaris jenderal NATO, dan wakil presiden AS juga diperkirakan akan bergabung dalam pembicaraan tersebut.

    Sementara itu, Gedung Putih sebelumnya menyebut pertemuan Trump dan Putin sebagai “latihan mendengarkan” bagi pemimpin Amerika tersebut.

    Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt mengonfirmasi bahwa pertemuan puncak Putin dan Trump tersebut akan diadakan di Anchorage, kota terbesar di Alaska, pada hari Jumat. Di saat Presiden Trump akan menetapkan “tujuan” untuk dapat “mencapai pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana kita dapat mengakhiri perang ini.”

    “Hanya satu pihak yang terlibat dalam perang ini yang akan hadir, jadi ini adalah tugas presiden untuk pergi dan mendapatkan pemahaman yang lebih tegas dan lebih baik tentang bagaimana kita diharapkan dapat mengakhiri perang ini,” ujarnya kepada para wartawan di Gedung Putih.

    Leavitt menyinggung terkait Zelensky yang tidak akan hadir selama pertemuan tersebut. Ia menekankan bahwa pertemuan tersebut berlangsung atas permintaan Putin.

    Pembicaraan mendatang akan menjadi pertemuan tatap muka pertama antara presiden Rusia dan AS yang sedang menjabat sejak Juni 2021, ketika Putin bertemu dengan Presiden AS saat itu, Joe Biden, di Jenewa, Swiss. Pertemuan ini juga akan menandai pertama kalinya seorang presiden Rusia menginjakkan kaki di tanah Alaska sejak Kekaisaran Rusia menjual wilayah tersebut kepada AS pada tahun 1867.

    (yld/zap)

  • Dunia Tak Baik-baik Saja, Rusa Kutub di Negara Nordik Sekarat karena Kepanasan

    Dunia Tak Baik-baik Saja, Rusa Kutub di Negara Nordik Sekarat karena Kepanasan

    Bisnis.com, JAKARTA — Negara-negara Nordik yang biasanya dingin kini dilanda suhu panas yang belum pernah terjadi sebelumnya, akibat polusi karbon di Eropa Utara. Rusa kutub yang biasa hidup di suhu dingin sekarat karena kepanasan. 

    Sebuah stasiun cuaca di wilayah Norwegia di Lingkaran Arktik mencatat suhu di atas 30°C selama 13 hari di bulan Juli, sementara itu, Finlandia mengalami tiga minggu berturut-tut dengan suhu panas 30°C.

    Para ilmuwan mengatakan, ini adalah rekor terpanjang yang terjadi sejak 1961, dan 50% lebih lama dari rekor sebelumnya.

    “Gelombang panas masih berlangsung dengan suhu maksimum sekitar 32-33°C,” kata Ilmuwan Iklim di Institut Meteorologi Finlandia, Mika Rantanen, dilansir The Guardian, Senin (11/8/2025). 

    Mika juga menyebut, wilayah Arktik mengalami suhu di atas 25°C selama tiga minggu, dan ada kemungkinannya itu akan menyamai rekor suhu panas bulan Agustus di sana.

    Di lain tempat, Lembaga Meteorologi Norwegia mencatat suhu di atas 30°C selama 12 hari di bulan Juli oleh setidaknya satu stasiun di tiga wilayah paling utara. 

    Walaupun negara tersebut sempat mengalami jeda singkat pekan lalu karena cuaca panas bergerak ke utara dan timur, lembaga tersebut memperkirakan suhu tinggi itu akan kembali tercapai selama akhir pekan.

    Selain itu, di Swedia, para ahli meteorologi mengatakan, gelombang panas jangka panjang juga tercatat di beberapa stasiun wilayah utara negara tersebut. Di stasiun cuaca Haparanda mencatat suhu 25°C atau lebih selama 14 hari berturut-turut, sementara itu di Jokkmokk Lapland, gelombang panas berlangsung selama 15 hari.

    Cuaca panas yang menyengat melanda Eropa utara sejak pertengahan Juli, didorong oleh air panas di lepas pantai utara Norwegia dan area bertekanan tinggi yang menyebabkan suhu di kawasan Nordik lebih tinggi 8-10°C dari suhu normal musiman.

    Hal tersebut telah mengejutkan banyak orang di Eropa. Para peneliti menemukan, negara-negara seperti Inggris, Norwegia, dan Swiss akan menghadapi peningkatan suhu relatif terbesar, imbas dari pemanasan global, dan telah memperingatkan bahwa infrastruktur mereka tidak memadai untuk mengatasinya.

    Pada Rabu, (6/8/2025), sebuah arena seluncur es di Finlandia utara sampai menawarkan tempatnya untuk orang-orang yang mencari perlindungan dari panas setelah ruang gawat darurat rumah sakit setempat dikabarkan penuh.

    Lalu, keesokan harinya, para penggembala mengabarkan, rusa kutub mereka berada di ambang kematian akibat panas. Sementara itu, radio Swedia melaporkan wisatawan asing yang menuju ke Skandinavia, yang mengharapkan liburan di tempat dengan suhu dingin malah menghadapi peringatan panas yang berbahaya.

    “Gelombang panas luar biasa akan semakin intens, seiring perubahan iklim. Nantinya ini akan terjadi lebih sering, parah, dan berlangsung lebih lama,” kata Ilmuwan Finlandia, Heikki Tuomenvirta, dikutip dari The Guardian. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

  • Mobil Listrik Pecahkan Rekor Dunia, Digas 1.200 Km Tanpa Ngecas

    Mobil Listrik Pecahkan Rekor Dunia, Digas 1.200 Km Tanpa Ngecas

    Jakarta

    Mobil listrik Lucid Air Grand Touring yang ditenagai baterai Samsung memecahkan rekor dunia. Mobil listrik itu dites jalan sejauh lebih dari 1.000 km tanpa mengisi ulang daya baterai di tengah perjalanan.

    Dikutip dari siaran persnya, Samsung SDI mengumumkan bahwa kendaraan listrik yang ditenagai oleh 21.700 sel baterai buatannya telah mencetak Guinness World Record. Rekor yang dipecahkan adalah perjalanan terpanjang dengan mobil listrik dalam kondisi baterai penuh.

    Mobil yang digunakan dalam pemecahan rekor ini adalah Lucid Air Grand Touring. Lucid Air Grand Touring menempuh jarak 1.205 kilometer (749 mil) dalam perjalanannya yang memecahkan rekor pada bulan Juli 2025. Perjalanan dilakukan dari St. Moritz, Swiss hingga München, Jerman, yang mencakup jalan pegunungan, jalan raya, dan jalan sekunder.

    Lucid melampaui rekor sebelumnya untuk perjalanan terpanjang sejauh 1.045 kilometer yang ditetapkan pada bulan Juni dengan selisih 160 kilometer. Tonggak sejarah ini dicapai melalui sinergi antara teknologi baterai mutakhir Samsung SDI yang dipadukan dengan platform powertrain internal Lucid serta desain dan rekayasa yang luar biasa.

    Lucid Air Grand Touring adalah varian sedan unggulan Lucid dengan jangkauan terjauh. Selain jangkauan berkendaranya yang jauh, kendaraan listrik berperforma tinggi ini dapat berakselerasi dari 0 hingga 100 km/jam hanya dalam 3,2 detik. Tenaga yang dihasilkan mencapai 831 tenaga kuda, dan mencapai kecepatan tertinggi 270 km/jam. Baterainya dapat menempuh jarak hingga 400 kilometer hanya dalam 16 menit berkat sel baterai, paket baterai, dan arsitektur pengisian daya ultra-cepatnya yang canggih.

    “Dengan sel baterai Samsung SDI yang menggerakkan kendaraan dengan jangkauan terjauh di dunia, kami telah membuktikan kehebatan teknologi kami,” ujar seorang pejabat Samsung SDI dalam siaran persnya.

    “Kami akan memperkuat kemitraan kami dengan Lucid untuk memperluas pangsa pasar global dan mempercepat pengembangan produk yang menggabungkan performa dan keamanan yang berbeda.”

    Sebagai informasi, Lucid merupakan produsen mobil listrik yang didirikan pada tahun 2016. Lucid memajukan teknologi kendaraan listrik mutakhir untuk kepentingan semua. Lucid Air yang telah memenangkan penghargaan dan Lucid Gravity terbaru menghadirkan performa terbaik, desain yang canggih, ruang interior yang luas, dan efisiensi energi yang maksimal. Lucid merakit kedua kendaraan tersebut di pabriknya di Arizona.

    (rgr/din)

  • Sentimen Ini Bayangi Harga Emas Selama Sepekan – Page 3

    Sentimen Ini Bayangi Harga Emas Selama Sepekan – Page 3

    Analis Forex.com, James Stanley juga prediksi harga emas akan naik.”Saya sudah bullish sejak lama dan tidak melihat alasan untuk berubah sekarang,” kata dia.

    Untuk emas spot, harga emas di posisi 3435 merupakan posisi yang menonjol karena telah melewati tiga pengujian pada Mei, Juni, dan Juli. “Namun sejauh ini masing-masing telah membawa retracement atau pullback yang lebih kecil, jadi saya pikir bullish masih berada di dalamnya dan dapat memaksa breakout,” kata dia.

    Sementara itu, COO Asset Stategis International Rich Checkan memperkirakan akan butuh sedikit waktu bagi berita terbaru tentang tarif emas batangan dari Swiss untuk meresap ke dalam sistem. “Tunggu dan lihat minggu ini untuk melihat kejelasan, atau perubahan lain dari Presiden Trump,” kata dia.

    Sentimen Pekan Ini

    Adapun sejumlah sentimen yang akan pengaruhi harga emas antara lain pada Selasa dini hari akan diumumkan keputusan suku bunga Bank Sentral Australia. Pasar memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin dari 3,85% menjadi 3,60%.

    Kemudian pelaku pasar akan mengalihkan perhatian ke laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika Serikat pada Juli yang diperkirakan menunjukkan inflasi inti naik menjadi 0,3% dari 0,2% pada Juni.

    Pada Rabu akan sepi data ekonomi. Namun, sejumlah pernyataan penting dari Gubernur The Fed Goolsbee dan Bostic.

     

  • Dunia Terbalik, Rusa Kutub Hampir Mati Kepanasan di Negara Nordik

    Dunia Terbalik, Rusa Kutub Hampir Mati Kepanasan di Negara Nordik

    Jakarta, CNBC Indonesia – Negara-negara Nordik yang selama ini dikenal sebagai kawasan paling dingin di Eropa harus menghadapi kenyataan baru, yakni panas ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Udara dingin bersalju kini berubah menjadi gelombang panas brutal. Membuat kawasan bersalju itu seperti “meleleh” dengan suhu di atas 30°C selama berhari-hari, memecahkan rekor tertinggi dalam lebih dari 60 tahun terakhir.

    Para ilmuwan menyebutnya sebagai gelombang panas yang benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya.

    Laporan dari Guardian, rusa kutub di sana dilaporkan mati kepanasan. Rumah sakit di Finlandia penuh sesak, hingga arena es harus dibuka darurat untuk mengungsi. Sementara itu, turis asing yang mencari liburan dingin malah disambut peringatan panas ekstrem.

    Stasiun cuaca di Arktik Norwegia mencatat suhu lebih dari 30°C selama 13 hari di bulan Juli, dan Finlandia mencatat tiga minggu berturut-turut dengan panas menyengat. Ini bukan hanya rekor, tetapi peringatan keras dari alam.

    Di Swedia, stasiun cuaca di wilayah utara seperti Haparanda dan Jokkmokk mencatat rekor suhu tinggi terpanjang dalam lebih dari satu abad. Suhu musim panas naik 8 hingga 10 derajat di atas normal, memicu badai, petir, dan kebakaran hutan di wilayah kutub.

    “Yang terjadi ini bukan anomali musiman. Ini pertanda zaman,” ujar Heikki Tuomenvirta, ilmuwan dari Institut Meteorologi Finlandia, dikutip dari Guardian, Kamis (7/8/2025).

    Ia memperingatkan bahwa gelombang panas ekstrem kini terjadi lebih sering, lebih intens, dan lebih lama, buah dari perubahan iklim akibat emisi karbon yang terus membumbung tinggi.

    Permasalahannya infrastruktur Skandinavia tidak siap. Negara-negara seperti Norwegia, Inggris, dan Swiss disebut sebagai yang paling rentan terhadap peningkatan hari-hari panas tak nyaman. Kota-kota yang biasanya dingin kini justru menghadapi risiko cuaca ekstrem tanpa kesiapan fasilitas pendingin, sistem medis, hingga pasokan energi.

    Adapun kondisi ini menambah panjang daftar bencana iklim global tahun ini. Dari banjir bandang di Asia Selatan, kebakaran hutan di Yunani, hingga suhu 50°C di Timur Tengah.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Negara yang Tidak Memiliki Militer: Fakta Unik dan Alasannya

    Negara yang Tidak Memiliki Militer: Fakta Unik dan Alasannya

    YOGYAKARTA – Di dunia modern, hampir setiap negara memiliki angkatan bersenjata sebagai bentuk pertahanan nasional. Namun, ternyata ada sejumlah negara yang tidak memiliki militer sama sekali. Fenomena ini cukup menarik, karena menimbulkan pertanyaan: bagaimana negara-negara tersebut menjaga keamanan dan kedaulatannya? Artikel ini akan membahas daftar negara tanpa militer, alasan di balik kebijakan tersebut, serta cara mereka menjaga keamanan nasional.

    Mengapa Ada Negara Tanpa Militer?

    Keputusan untuk tidak memiliki militer biasanya dipengaruhi oleh faktor sejarah, politik, ekonomi, hingga perjanjian internasional. Beberapa negara yang tidak memiliki militer mengambil langkah ini karena:

    Perjanjian Perlindungan – Mereka berada di bawah perlindungan negara lain yang memiliki militer kuat.Kondisi Geografis – Lokasi strategis dan aman membuat ancaman konflik bersenjata sangat kecil.Fokus pada Perdamaian – Negara tersebut memilih untuk mengalokasikan anggaran ke sektor pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan rakyat.Warisan Sejarah – Ada negara yang sejak awal kemerdekaannya tidak pernah membentuk angkatan bersenjata.

    Contoh Negara yang Tidak Memiliki Militer

    Berikut beberapa negara yang tidak memiliki militer dan penjelasan singkatnya:

    Kosta Rika

    Kosta Rika membubarkan militernya pada tahun 1949 setelah perang saudara. Sejak itu, negara ini mengandalkan polisi nasional dan bantuan internasional untuk menjaga keamanan. Kosta Rika justru dikenal sebagai salah satu negara paling damai di dunia dan fokus pada pendidikan serta pelestarian lingkungan.

    Panama

    Setelah invasi Amerika Serikat pada 1989, Panama menghapus militer secara permanen. Keamanan nasional dijaga oleh kepolisian dan pasukan keamanan publik. Hubungan diplomatik yang baik dengan banyak negara menjadi kunci pertahanan mereka.

    Vatikan

    Vatikan adalah negara terkecil di dunia dan tidak memiliki militer permanen. Keamanan negara ini dijamin oleh Garda Swiss yang bertugas melindungi Paus serta kerja sama dengan Italia.

    Samoa

    Samoa tidak memiliki militer tetap dan mengandalkan perjanjian keamanan dengan Selandia Baru. Perjanjian ini memastikan bantuan militer jika terjadi ancaman eksternal.

    Andorra

    Andorra, negara kecil di Eropa, tidak memiliki militer permanen. Keamanannya dijamin oleh kerja sama dengan Prancis dan Spanyol.

    Bagaimana Mereka Menjaga Keamanan?

    Meski tidak memiliki militer, negara yang tidak memiliki militer tetap memiliki strategi untuk menjaga keamanan:

    Kerja Sama Internasional – Perjanjian pertahanan dengan negara yang memiliki kekuatan militer.Pasukan Keamanan Internal – Polisi nasional dan satuan khusus yang dilatih untuk menghadapi ancaman internal.Kebijakan Netralitas – Menghindari keterlibatan dalam konflik internasional.Hubungan Diplomatik yang Kuat – Menjalin hubungan baik dengan berbagai negara untuk mencegah potensi konflik.

    Keuntungan dan Tantangan

    Memilih untuk tidak memiliki militer memiliki keuntungan dan tantangan tersendiri.

    Keuntungan:

    Anggaran negara dapat dialokasikan untuk pendidikan, kesehatan, dan pembangunan.Menciptakan citra negara yang damai dan netral.Mengurangi risiko terlibat dalam perang.

    Tantangan:

    Ketergantungan pada negara lain dalam hal pertahanan.Rentan terhadap ancaman jika perjanjian perlindungan berakhir.Perlu menjaga hubungan diplomatik yang stabil.

    Keberadaan negara yang tidak memiliki militer membuktikan bahwa pertahanan sebuah negara tidak selalu mengandalkan kekuatan senjata. Faktor diplomasi, perjanjian internasional, dan fokus pada pembangunan internal dapat menjadi alternatif strategi pertahanan. Meski jumlahnya tidak banyak, negara-negara ini menjadi contoh bahwa perdamaian bisa dicapai melalui jalur yang berbeda, selama ada kerja sama internasional yang solid dan komitmen untuk menjaga stabilitas.

    Siapa sangka Wajib Militer Bisa Diterapkan di Indonesia, Kemenhan: Tapi Butuh Anggaran Besar

    Jadi setelah mengetahui negara yang tidak memiliki militeri, simak berita menarik lainnya di VOI.ID, saatnya merevolusi pemberitaan!