Negara: Swedia

  • Spesifikasi 48 Jet Tempur Turki yang Dibeli Indonesia

    Spesifikasi 48 Jet Tempur Turki yang Dibeli Indonesia

    Jakarta

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan bakal ekspor 48 jet tempur untuk Indonesia. Berikut ini spesifikasinya.

    “Dalam kerangka perjanjian yang kami tandatangani dengan teman dan saudara kami Indonesia, 48 KAAN akan diproduksi di Turki dan diekspor ke Indonesia,” tulis Erdogan dalam akun X miliknya dikutip Kamis (12/6/2025).

    “Kemampuan lokal Indonesia juga akan digunakan dalam produksi KAAN,” tambah dia.

    Dilansir Antara, Kamis (12/6/2025), jet tempur KAAN ini dibeli lewat nota kesepahaman (MoU) kerja sama antara Kementerian Pertahanan RI dan Sekretariat Industri Pertahanan Turki (Savunma Sanayii Baskanligi/SSB). MoU dilakukan pada hari pertama Indo Defence Expo & Forum di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (11/6).

    “Saya berharap bahwa perjanjian ini, yang mencerminkan perkembangan dan capaian industri pertahanan domestik dan nasional kita, akan membawa manfaat bagi Türkiye dan Indonesia,” kata Erdogan.

    “Saya ingin menyampaikan salam dan terima kasih kepada rekan saya yang terhormat, Presiden Indonesia Prabowo Subianto, yang telah memainkan peran besar dalam penandatanganan perjanjian ini melalui tekad yang ditunjukkannya,” tambahnya lagi.

    KAAN Jet Tempur Turki Foto: Screenshot X Erdogan

    Menilik kemampuan terbangnya, dikutip dari Armyrecognition, Jet tempur KAAN, yang sebelumnya dikenal sebagai TF-X, merupakan pesawat tempur generasi kelima andalan Turki yang dikembangkan oleh Turkish Aerospace Industries (TAI).

    Pesawat ini merupakan bagian dari inisiatif strategis Turki untuk menggantikan armada F-16 yang menua dan menegaskan kedaulatan teknologi di sektor pertahanan. Proyeknya dimulai pada tahun 2010 dengan nama TF-X, dan pengembangan resminya diluncurkan pada tahun 2016. Momentum proyek ini meningkat secara signifikan setelah Turki dikeluarkan dari program F-35 Lightning II pada 2019 karena pembelian sistem rudal S-400 buatan Rusia.

    Pesawat tempur KAAN dikembangkan oleh Turkish Aerospace Industries dengan bantuan teknis dari BAE Systems Inggris, juga suplai mesin dari General Electric.

    Sebagai pesawat multirole yang mampu melakukan misi siluman, KAAN dirancang untuk keunggulan udara dan misi serangan presisi.

    Penerbangan perdana pesawat KAAN dilakukan pada Februari 2024, sebuah momen penting bagi industri kedirgantaraan Turki. Hingga pertengahan tahun 2025, satu prototipe telah berhasil terbang, sementara prototipe kedua sedang dalam proses perakitan dan diharapkan akan bergabung dalam fase pengujian dalam tahun ini.

    Secara dimensi, jet tempur KAAN berkursi tunggal dan ganda ini memiliki panjang 21 meter, lebar sayap 14 meter, dan tinggi 6 meter. Berat lepas landas maksimum pesawat sekitar 27.215 kg. Pesawat diklaim mampu menempuh jarak lebih dari 2.000 km.

    KAAN menggunakan mesin General Electric F110-GE-129 Turbofan yang memiliki daya dorong 76,31 kN (17,155 lbf) thrust each dry, 131 kN (29,000 lbf) dengan afterburner, sama seperti yang ditemukan di F-16 Turki. Mesin pesawat ini diklaim bisa mencapai kecepatan maksimal 1,8 mach dan membawa pesawat sampai ketinggian maksimal 17.000 meter.

    Salah satu fitur paling canggih di pesawat generasi kelima seperti KAAN adalah fitur elektroniknya alias avionik. KAAN sudah dilengkapi Advanced Navigation Features (ICNI), Integrated Electro-Optical Systems (IEOS) Infrared Search and Track (IRST), Electro-Optical Targeting System (EOTS) etc.), Advanced Cockpit, Human Machine Interface.

    KAAN juga bakal mendapatkan teknologi radar AESA (Active Electronically Scanned Array) yang canggih. Radar ini mampu mendeteksi pergerakan, melacak pesawat musuh, baik target darat maupun laut, juga dapat mengendalikan peluru kendali. Saking canggihnya radar ini, hanya AS, Inggris, Prancis, Swedia, dan Israel yang bisa membuatnya.

    Fitur lain yang penting di KAAN adalah fitur siluman. Bodi pesawat ini dirancang supaya bisa menyerap gelombang radar pesawat musuh. Selain itu, bodi pesawat juga dibekali lapisan khusus yang membuatnya tidak terdeteksi dari radar pesawat musuh.

    Dari segi persenjataan, KAAN bisa menggendong banyak armament canggih nan mematikan. Seperti rudal udara ke udara BVR dan BVRAAM, rudal udara ke permukaan Kuzgun, Akbaba, dan MBDA Spear 3. Juga bisa menggendong berbagai bom, dari seri HGK, KGK, SARB, NEB, dan Aselsan.

    (riar/din)

  • Anggota DPR kecam penculikan aktivis kemanusiaan untuk Gaza

    Anggota DPR kecam penculikan aktivis kemanusiaan untuk Gaza

    Jakarta (ANTARA) – Anggota Komisi I DPR Jazuli Juwaini mengecam keras aksi militer Israel yang menculik aktivis kemanusiaan dan lingkungan asal Swedia Greta Thunberg bersama 11 aktivis lainnya di yang membawa bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza dengan menggunakan kapal Madleen, pada Senin (9/6).

    “Tindakan Israel ini tidak bisa ditoleransi. Ini adalah bentuk arogansi penjajah yang melanggar hukum laut internasional dan mengabaikan prinsip-prinsip hak asasi manusia,” kata Jazuli dalam keterangannya di Jakarta, Rabu

    Kapal Madleen yang merupakan bagian dari Koalisi Armada Kebebasan (Freedom Flotilla Coalition/FFC) sedang berada di perairan internasional saat disergap oleh pasukan Israel.

    Dia pun mendesak pemerintah Indonesia untuk menyuarakan protes keras melalui jalur diplomatik, sekaligus menuntut Dewan Keamanan PBB dan lembaga internasional terkait agar menekan Israel untuk membebaskan seluruh aktivis yang ditahan secara ilegal.

    Jazuli meminta dunia internasional menjatuhkan sanksi tegas atas pelanggaran terhadap hukum internasional tersebut dan menjamin perlindungan dan keselamatan bagi seluruh misi kemanusiaan yang membantu rakyat Palestina.

    “Mereka yang membawa bantuan kemanusiaan, termasuk Greta Thunberg, adalah simbol keberanian dan solidaritas dunia terhadap penderitaan rakyat Gaza. Dunia internasional tidak boleh diam. Diam adalah bentuk pembiaran terhadap kejahatan,” ujarnya.

    Dia pun menegaskan kembali komitmennya untuk membela perjuangan rakyat Palestina dan mendukung segala upaya kemanusiaan yang memperjuangkan keadilan dan hak hidup yang layak bagi warga Gaza serta lepas dari penjajahan Israel.

    Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
    Editor: Budi Suyanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Populasi Penguin ‘Emperor’ Berkurang Hampir Seperempat

    Populasi Penguin ‘Emperor’ Berkurang Hampir Seperempat

    Selamat memasuki pertengahan pekan ini!

    Kami kembali hadir dengan rangkuman informasi berbagai negara, agar Anda bisa dengan mudah mengikuti perkembangan Dunia Hari Ini.

    Edisi Rabu, 11 Juni, akan kami awali dari Antartika.

    Populasi penguin ’emperor’ menyusut

    Perkiraan populasi 16 koloni penguin di antartika, menurun hingga 22 persen, seperti yang terlihat dalam foto satelit yang diambil antara tahun 2009 dan 2024.

    Menurut Peter Fretwell, dari British Antarctic Survey (BAS) yang melacak satwa liar dari luar angkasa, penurunan tersebut sekitar 50 persen lebih buruk daripada perkiraan yang paling pesimistis dari populasi saat ini.

    “Penguin emperor (kaisar) mungkin merupakan contoh paling jelas di mana perubahan iklim benar-benar menunjukkan dampaknya,” kata Fretwell kepada AFP.

    “Tidak ada penangkapan ikan. Tidak ada perusakan habitat. Tidak ada polusi yang menyebabkan populasi mereka menurun.

    “Hanya suhu di es tempat mereka berkembang biak dan hidup, dan itu benar-benar terdampak perubahan iklim.”

    Sanksi internasional untuk dua menteri Israel

    Australia mengeluarkan sanksi terhadap dua pejabat senior Israel, Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich, yang langsung mendapat kecaman dari pemerintah Amerika Serikat dan Israel.

    Itamar menjabat sebagai menteri keamanan nasional dalam pemerintahan koalisi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, sementara Bezalel adalah menteri keuangan.

    Sanksi ini adalah tindakan bersama yang dilakukan pemerintah Australia, Inggris, Kanada, Selandia Baru, dan Norwegia, yang melarang kedua pria ini berpergian dan aset mereka akan dibekukan.

    Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong, mengatakan keduanya “menghasut kekerasan ekstremis dan pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia Palestina.”

    “Retorika ekstremis yang menganjurkan pemindahan paksa warga Palestina dan pembangunan permukiman Israel baru sangat mengerikan dan berbahaya,” katanya dalam pernyataan bersama.

    Penembakan di sekolah Austria

    Polisi Austria menggelar penyelidikan setelah seorang pria melakukan “pembunuhan massal” di sekolah di Graz, sebelum ia bunuh diri, Selasa kemarin.

    Menteri Dalam Negeri Austria, Gerhard Karner, mengatakan selain 10 orang tewas, sejumlah orang lainnya terluka.

    Ia juga mengatakan tersangka pelaku adalah mantan murid di sekolah tersebut yang tidak lulus.

    “Hari ini adalah hari yang gelap dalam sejarah negara kita,” katanya dalam sebuah konferensi pers, yang akan menerapkan tiga hari berkabung nasional.

    Surat kabar Austria Kronen-Zeitung mengatakan polisi menemukan catatan dari penembak saat menggeledah rumahnya, namun tidak disebutkan apa isi catatan tersebut.

    Israel mendeportasi aktivis Greta Thunberg

    Kementerian luar negeri Israel mengatakan sudah mendeportasi Greta Thunberg, setelah ia ditahan saat kapal bantuan yang ia tumpangi hendak masuk ke Gaza.

    Greta sedang dalam penerbangan ke Prancis, sebelum melanjutkan perjalanannya ke negara asalnya Swedia, kata Kemenlu Israel, Selasa kemarin.

    Sementara itu kelompok hak asasi Israel yang bertindak sebagai kuasa hukum, mengatakan jika delapan awak kapal lainnya menolak perintah dideportasi.

    Para aktivis ini akan ditahan di pusat penahanan sebelum sidang di pengadilan, yang belum jelas kapan akan digelar.

    Tonton juga video: Pesto Si Bayi Penguin ‘Gemoy’ yang Digemari Katy Perry

  • Dideportasi Israel, Greta Thunberg Tuding Pelanggaran yang Disengaja

    Dideportasi Israel, Greta Thunberg Tuding Pelanggaran yang Disengaja

    Jakarta

    Aktivis Swedia Greta Thunberg dideportasi oleh otoritas Israel , setelah ditahan bersama aktivis lainnya di perairan internasional, saat mereka dalam perjalanan membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza, dalam bentuk beberapa karung tepung terigu. Thunberg mengatakan, ia dan rekan-rekannya “diculik” oleh Israel setelah kapal Madleen yang mereka tumpangi disita oleh militer Israel.

    Para aktivis menyatakan, tujuan mereka adalah mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, yang saat ini menghadapi krisis besar-besaran dan ancaman kelaparan di tengah serangan Israel di wilayah tersebut.

    “Saya sangat jelas dalam kesaksian saya bahwa kami diculik di perairan internasional dan dibawa secara paksa ke Israel,” kata Thunberg kepada wartawan di Bandara Charles de Gaulle, Paris.

    Thunberg menaiki pesawat yang membawanya keluar dari Israel menuju Prancis, pada Selasa (10/6).

    “Ini adalah pelanggaran hak yang disengaja berikutnya, menambah daftar panjang pelanggaran lain yang dilakukan oleh Israel,” kata Thunberg di Paris, seraya menambahkan bahwa pengalamannya “tidak sebanding dengan apa yang dialami rakyat Palestina.”

    Thunberg menyebut timnya telah melakukan penilaian risiko sebelum perjalanan dimulai.

    “Kami sangat menyadari risiko misi ini,” ujarnya. “Tujuannya adalah untuk mencapai Gaza dan mendistribusikan bantuan.”

    Israel tuding tindakan Thunberg sebagai aksi sensasional

    Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan, Greta Thunberg dideportasi ke Prancis untuk kembali ke negara asalnya, setelah kapal Madleen yang ia tumpangi menuju Gaza disita oleh militer Israel, pada Senin (09/6).

    Israel mencoba menggambarkan kampanye ini sebagai aksi sensasional di media sosial, dengan menyebut kapal itu sebagai “kapal yacht selfie” yang membawa “selebriti.”

    Koalisi Freedom Flotilla, kelompok yang mengorganisasi perjalanan tersebut, menyatakan kapal Madleen disita pada Senin (09/6) pagi sekitar 200 kilometer dari pantai Gaza.

    Dalam pernyataannya, kelompok itu mengatakan Israel tidak memiliki “otoritas hukum” untuk menahan para aktivis di kapal, dan menegaskan, mereka “tidak bisa didiskriminalisasi karena menyalurkan bantuan atau menentang blokade ilegal.”

    Komisi PBB: Israel diduga lakukan kejahatan perang di Gaza

    Sebuah komisi independen PBB yang menyelidiki wilayah pendudukan Palestina menyatakan, serangan Israel terhadap sekolah, serta situs-situs keagamaan dan budaya di Gaza, tergolong sebagai kejahatan perang.

    “Israel telah menghancurkan sistem pendidikan Gaza dan menghancurkan lebih dari setengah situs keagamaan dan budaya di Jalur Gaza,” kata Komisi Penyelidikan Internasional Independen PBB untuk Wilayah Pendudukan Palestina.

    Laporan tersebut menuduh Israel “menyerang warga sipil secara langsung” dan melakukan “pembunuhan dengan sengaja.”

    “Dengan membunuh warga sipil yang berlindung di sekolah dan situs keagamaan, pasukan keamanan Israel melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pemusnahan,” tulis laporan itu.

    Ketua komisi PBB, Navi Pillay, mengatakan dalam pernyataan bahwa tindakan tersebut menunjukkan adanya kampanye sistematis oleh Israel untuk menghancurkan “kehidupan rakyat Palestina” di wilayah yang terkepung itu.

    “Kami semakin banyak melihat indikasi bahwa Israel tengah melancarkan kampanye yang disengaja untuk memusnahkan kehidupan Palestina di Gaza,” katanya.

    Bagaimana situasi di Gaza?

    Israel menghadapi kecaman internasional yang semakin meningkat atas serangannya di Jalur Gaza, yang diblokade ketat.

    Komisaris HAM PBB Volker Türk awal bulan ini,menyerukan investigasi, setelah saksi dan pekerja kemanusiaan mengatakan bahwa militer Israel menembaki warga Palestina yang mengantre bantuan.

    Israel menyatakan, pihaknya sedang berusaha menghancurkan kelompok militan Hamas di Gaza, yang pada 7 Oktober 2023 melancarkan serangan ke Israel dan menewaskan sekitar 1.200 orang, sekitar dua pertiganya warga sipil, serta menyandera sekitar 250 orang.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh: Rahka Susanto
    Editor: Prita Kusumaputri dan Agus Setiawan

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Greta Thunberg Dideportasi Israel, Beberapa Aktivis Menolak Dipulangkan

    Greta Thunberg Dideportasi Israel, Beberapa Aktivis Menolak Dipulangkan

    Jakarta

    Pemerintah Israel mengatakan mulai mendeportasi 12 aktivis pro-Palestina, termasuk aktivis Swedia Greta Thunberg, yang kapal bantuannya menuju Gaza dicegat oleh pasukan Israel di Laut Mediterania.

    Kementerian luar negeri Israel mengatakan Thunberg meninggalkan Tel Aviv pada Selasa (10/06) pagi dengan penerbangan ke Prancis setelah dia sepakat untuk dideportasi.

    Namun Prancis mengatakan lima dari enam aktivis Prancis menolak menandatangani perintah deportasi.

    Saat ini mereka akan dibawa ke hadapan otoritas peradilan Israel.

    “Mereka yang menolak menandatangani dokumen deportasi dan meninggalkan Israel akan dibawa ke hadapan otoritas peradilan, sesuai dengan hukum Israel, guna mengesahkan deportasi mereka,” demikian Kemenlu Israel.

    Kapal layar mereka, Madleen, dicegat saat mereka mencoba mengirimkan sejumlah bantuan “simbolis” ke Gaza.

    Greta dkk menentang blokade laut Israel yang mengakibatkan krisis kemanusiaan di sana.

    Pada Selasa (10/06) pagi, Kemenlu Israel mengatakan Greta Thunberg “baru saja meninggalkan Israel dengan penerbangan ke Swedia (melalui Prancis)”, dan memposting foto dirinya duduk di pesawat.

    Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, sebelumnya menulis di X: “Konsul kami dapat melihat enam warga negara Prancis yang ditangkap oleh otoritas Israel tadi malam.”

    “Salah satu dari mereka telah setuju untuk pergi secara sukarela dan harus kembali hari ini. Lima lainnya akan dikenakan proses deportasi paksa.”

    Barrot tidak mengidentifikasi mereka, tetapi enam warga negara Prancis tersebut termasuk anggota Parlemen Eropa Rima Hassan dan jurnalis Al Jazeera Omar Faiad.

    Selain Prancis dan Swedia, warga negara Brasil, Jerman, Belanda, Spanyol, dan Turki berada di dalam Madleen.

    Freedom Flotilla Coalition (FFC), kelompok aktivis yang mengoperasikan kapal layar tersebut, mengatakan bahwa mereka memperkirakan setiap penumpang yang menolak perintah deportasi akan dipindahkan ke penjara Ramle, dekat Tel Aviv.

    “Kami terus menuntut pembebasan segera semua relawan dan pengembalian bantuan yang dicuri. Penculikan mereka melanggar hukum dan hukum internasional,” tambahnya.

    FFC mengatakan Madleen membawa susu formula bayi, makanan, dan obat-obatan.

    Kapal tersebut berlayar dari Italia pada 1 Juni untuk meningkatkan kesadaran akan kondisi kelaparan di Gaza dan mengirimkan bantuan.

    Israel mengatakan blokade di Gaza diperlukan untuk mencegah pengiriman senjata ke kelompok Hamas di sana.

    Greta Thunberg berbicara dalam sebuah konferensi pers. Greta merupakan bagian dari awak kapal Madleen yang menuju Gaza untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan pada 1 Juni 2025 di Catania, Italia. (Getty Images/Fabrizio Villa / Stringer)

    Sebelumnya, Pemerintah Israel mengatakan seluruh awak kapal bantuan Gaza yang ditumpangi belasan aktivis dari Freedom Flotilla Coalition (FFC) “tidak terluka” dan dalam kondisi “selamat”.

    Mereka disebutkan saat ini dalam perjalanan menuju Israel sebelum dipulangkan ke negaranya masing-masing.

    Greta Thunberg dan belasan aktivis lainnya tetap berkukuh mereka “diculik pasukan Israel”.

    Kementerian luar negeri Palestina telah menyerukan perlindungan atas keselamatan para aktivis.

    Sementara seorang pejabat PBB telah meminta lebih banyak kapal untuk “berlayar bersama” guna membawa bantuan ke Gaza.

    Pada Senin (09/06), kapal layar Madleen yang ditumpangi oleh 12 aktivis solidaritas Palestina, termasuk Greta Thunberg, dicegat oleh pasukan Israel saat dalam perjalanan menuju Gaza, Palestina.

    Kapal itu diketahui hilang kontak pada Minggu (08/06) malam.

    Lokasi terakhir kapal masih belum jelas, begitu pula waktu dan tempat kapal berlabuh menyusul adanya perbedaan laporan antara otoritas Israel dan media lokal.

    BBC pertama kali mendapatkan informasi tentang penghadangan kapal tersebut setelah pukul 05:30 waktu setempat. Kapal itu diketahui berlayar di dekat pantai di sebelah utara Mesir.

    Operator kapal Madleen yakni koalisi armada kebebasan atau Freedom Flotilla Coalition yang salah satu anggotanya adalah aktivis Greta Thunberg mengunggah foto yang memperlihatkan orang-orang memakai jaket pelampung duduk dengan tangan terangkat di Telegram.

    “SOS! Para relawan di Madleen telah diculik oleh pasukan Israel,” ucap Greta.

    Apa penjelasan pemerintah Israel?

    Tak lama kemudian, kementerian luar negeri Israel mengatakan bahwa seluruh awak kapal yang “tidak terluka” dan dalam kondisi “selamat” itu sekarang dalam perjalanan menuju Israel.

    Dan, tepat setelah pukul 08:00 waktu setempat, menteri pertahanan Israel mengatakan kapal, bersama awaknya, yang dihadang itu akan dibawa ke kota pelabuhan Israel, Ashdod.

    BBC masih memantau alat pelacak milik Freedom Flotilla Coalition (FFC), namun informasi baru yang terekam sekitar pukul 03:00 waktu setempat.

    Juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, pasukan Israel yang menarik kapal layar tersebut telah memberi “banyak makanan dan minuman” kepada 12 aktivis tersebut.

    Mereka juga menegaskan bahwa Greta dan kawan-kawannya akan dikembalikan ke negaranya masing-masing.

    Sebelumnya, FFC mengatakan bahwa mereka bekerja “untuk mengakhiri blokade ilegal Israel terhadap Gaza” dan bahwa Madleen membawa sejumlah bantuan simbolis, termasuk beras dan susu formula bayi.

    Siapa saja penumpang kapal Madleen?

    Sebanyak 12 orang berada di atas kapal Madleen yang berlayar dari Pelabuhan Catania, Sisilia, Italia, pada 1 Juni. Mereka di antaranya:

    Greta Thunberg, aktivis perubahan iklim asal SwediaRima Hassan, anggota parlemen Eropa yang lahir di kamp pengungsi Palestina di SuriahYasemin Acar, aktivis Jerman yang lahir dan dibesarkan oleh orang tua etnis Kurdi dari TurkiThiago Avila, koordinator Freedom Flotilla Coalition di Brazil dan anggota Komite Pengarah koalisi Freedom FlotillaYanis Mhamdi, jurnalis dan direktur di Blas, sebuah media independen di PrancisOmar Faiad, koresponden Al Jazeera MubasherSergio Toribio, berasal dari LSM konservasi laut Sea Sheperd

    Di atas kapal itu juga ada dokter dan aktivis asal Prancis Baptise Andre; aktivis dari Turki Suayb Ordu; mahasiswa teknik asal Belanda Mark van Rennes; warga negara Prancis Reva Viard; dan Pascal Maurieras yang sebelumnya telah berpartisipasi dalam misi Freedom Flotilla.

    Kapal FFC ke Gaza ‘terbakar’ bulan lalu

    Sebelum insiden penghadangan kapal Madleen, kapal lain bernama Conscience yang sedianya menuju Gaza terbakar di lepas pantai Malta, satu bulan lalu.

    Kapal tersebut juga dikelola oleh Freedom Flotilla Coalition.

    Aktivis dari koalisi itu berkata, kapal tersebut diserang oleh pesawat tanpa awak milik Israel di perairan internasional pada 2 Mei lalu.

    Menanggapi tuduhan tersebut, Israel mengeklaim sedang menyelidiki serangan itu.

    Getty Images/Fabrizio Villa / StringerGreta Thunberg bersama sebagian awak kapal Madleen, sesaat sebelum keberangkatan ke Gaza, selama konferensi pers di San Giovanni Li Cuti pada tanggal 1 Juni 2025 di Catania, Italia.

    Koalisi juga mengatakan insiden itu menyebabkan empat relawan sipil terluka dan kapal tersebut lumpuh serta terbakar di perairan Eropa.

    Pemerintah Malta mengatakan semua orang di kapal selamat dan api berhasil dikendalikan.

    Aktivis perubahan iklim Greta Thunberg tadinya masuk dalam kelompok yang akan menaiki kapal itu dalam perjalanannya ke Gaza. Namun dia akhirnya berlayar dengan kapal Madleen pada Jumat lalu.

    “Pemerintah di seluruh dunia diam ketika kapal Conscience dibom. Sekarang Israel menguji kebungkaman itu lagi,” ujar Tan Safi, seorang anggota koalisi Freedom Flotilla.

    Apa tujuan mereka ke Gaza?

    Lebih dari dua juta orang di Gaza, Palestina, berisiko kelaparan, demikian penilaian sejumlah lembaga termasuk PBB pada awal bulan ini.

    Kepala hak asasi manusia (HAM) PBB Volker Trk sebelumnya mengatakan warga Palestina dihadapkan pada “pilihan yang paling suram: mati kelaparan atau berisiko terbunuh ketika mencoba mengakses makanan yang hanya sedikit disediakan itu”.

    Adapun Israel baru-baru ini mengizinkan pengiriman bantuan, namun dalam jumlah terbatas, masuk ke Gaza setelah pemberlakuan blokade darat selama tiga bulan.

    Getty Images/Anadolu / ContributorWarga Palestina membawa jeriken berisi air yang didistribusikan oleh truk tangki air, di Khan Yunis, Gaza pada 9 Juni 2025.

    Israel disebut hanya memprioritaskan distribusi bantuan melalui Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat.

    Tetapi lembaga itu jatuh dalam ‘kontroversi’ lantaran beberapa insiden mematikan terjadi selama minggu pertama operasionalnya.

    Puluhan warga Palestina dilaporkan tewas dan ratusan lainnya luka-luka saat berusaha mencapai lokasi distribusi bantuan.

    Setidaknya enam orang tewas akibat tembakan Israel, klaim badan pertahanan sipil yang dikelola Hamas.

    Pasalnya sistem pendistribusian bantuan GHF mengharuskan warga Palestina melakukan perjalanan melewati zona perang di reruntuhan sebelah selatan Gaza demi mendapatkan sekotak ransum.

    Kantor pusat yang dikelola GHF disebut telah menghentikan operasinya lebih dari satu kali untuk mengatasi kepadatan dan masalah keamanan.

    Siapa ‘Freedom Flotilla Coalition’?

    Kapal layar yang membawa aktivis Greta Thunberg dan belasan aktivis lainnya dalam perjalanan ke Gaza. (Reuters)

    Sementara itu, Freedom Flotilla Coalition (FFC) menggambarkan dirinya sebagai “gerakan solidaritas akar rumput antarmasyarakat” yang diklaim bekerja “untuk mengakhiri blokade ilegal Israel terhadap Gaza”,

    Koalisi ini dibentuk pada 2010.

    Mereka menyebut bekerja dengan “mitra masyarakat sipil”, bukan dengan partai, fraksi, atau pemerintah mana pun.

    Kapal Madleen, dinamai menurut nama nelayan pertama dan satu-satunya di Gaza, meninggalkan Italia pada 1 Juni dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran akan kekurangan pangan di Gaza.

    Koalisi berkata bahwa kapal tersebut membawa sejumlah bantuan simbolis, termasuk beras, dan susu formula bayi.

    Namun, Israel mengatakan bahwa kapal itu membawa “kurang dari satu truk penuh bantuan”.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Greta Thunberg Kembali ke Swedia Usai Dideportasi Israel

    Greta Thunberg Kembali ke Swedia Usai Dideportasi Israel

    Jakarta

    Aktivis Greta Thunberg kembali ke Swedia setelah dideportasi Israel. Greta sebelumnya singgah di Prancis sebelum kembali ke Swedia.

    Dilansir AFP, Rabu (11/6/2025), Thunberg mengecam Israel atas pelanggaran hukum internasional dan kejahatan perang di gaza. Thunberg dideportasi setelah pasukan keamanan Israel mencegat sebuah kapal yang membawanya dan 11 aktivis lainnya yang berusaha mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza dan menerobos blokade Israel di Palestina.

    Setibanya di Swedia, wanita berusia 22 tahun itu disambut oleh sekitar 30 pendukung yang bersorak-sorai sambil melambaikan bendera Palestina di tengah banyaknya media di bandara Arlanda, Stockholm, setelah mendarat tepat setelah pukul 22.30 waktu setempat. Pada saat di Paris, Thunberg menuduh Israel ‘menculik’ dirinya dan aktivis lainnya.

    Thunberg menceritakan pengalamannya ketika menaiki kapal Madleen. Dia mengatakan saat itu dia merasa cemas.

    “Yang saya takutkan adalah orang-orang terdiam selama genosida yang sedang berlangsung,” kata Thunberg saat di Stockholm.

    “Yang paling saya rasakan adalah keprihatinan atas pelanggaran hukum internasional dan kejahatan perang yang terus dilakukan Israel,” imbuhnya.

    Beberapa kelompok hak asasi manusia termasuk Amnesty International menuduh Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina di Gaza, meski Israel dengan keras menolak istilah tersebut.

    “Kita harus bertindak, kita harus menuntut pemerintah kita untuk bertindak, dan kita harus bertindak sendiri ketika pemerintah kita yang terlibat tidak bertindak,” kata Thunberg.

    (zap/yld)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Aksi Greta Thunberg Dijegal Israel Berakhir Gagal ke Gaza

    Aksi Greta Thunberg Dijegal Israel Berakhir Gagal ke Gaza

    Jakarta

    Aktivis Greta Thunberg terpaksa gagal ke Gaza, Palestina. Ia dideportasi oleh Israel setelah dicegat saat berada di kapal yang menuju ke Gaza.

    Berdasarkan rangkuman detikcom, dilansir dari AFP, Senin (9/6), Thunberg dkk berlayar menuju Jalur Gaza dengan kapal Madleen. Mereka bertujuan untuk mengirimkan bantuan untuk Gaza. Namun di perjalanan, kapal dihentikan oleh pasukan Israel.

    “Koneksi terputus di ‘Madleen’. Tentara Israel telah menaiki kapal tersebut,” tulis Freedom Flotilla Coalition di Telegram, seraya menambahkan bahwa para penumpang telah “diculik” oleh pasukan Israel. AFP kehilangan kontak dengan para aktivis di atas kapal tersebut.

    Mahmud Abu-Odeh, seorang petugas pers yang berbasis di Jerman di Freedom Flotilla Coalition, mengatakan bahwa “para aktivis tampaknya telah ditangkap”. Israel telah berjanji untuk mencegah kapal tersebut mencapai Gaza.

    Israel mengatakan telah mengalihkan kapal Madleen yang berlayar menuju ke Jalur Gaza, pada Senin (9/6) waktu setempat, ke wilayahnya. Kapal yang membawa bantuan kemanusiaan simbolis untuk Jalur Gaza itu mengangkut 12 aktivis kemanusiaan, termasuk aktivis asal Swedia, Greta Thunberg.

    Langkah Tel Aviv itu mencegah para aktivis, termasuk Thunberg, untuk mencapai Jalur Gaza yang menjadi tujuan mereka.

    Kapal berbendera Inggris, yang dioperasikan oleh kelompok aktivis Freedom Flotilla Coalition (FFC) yang pro-Palestina itu, berangkat dari Italia pada 1 Juni dengan tujuan mengirimkan bantuan simbolis ke Gaza dan untuk meningkatkan kesadaran akan kekurangan pangan yang terjadi di Jalur Gaza.

    Macron Mengecam

    Foto: Ludovic Marin/Pool via REUTERS/File Photo

    Greta Thunberg ternyata bersama dengan 6 Warga Negara Prancis ketika ditahan oleh pihak Israel. Presiden Prancis Emmanuel Macron pun mengecam aksi Israel tersebut.

    Macron mendesak pembukaan kembali rute pasokan kemanusiaan ke Gaza. Pemerintah Prancis juga telah mengkonfirmasi terdapat enam warganya di dalam kapal Madleen yang dicegat Israel.

    “Macron telah meminta agar keenam warga negara Prancis diizinkan kembali ke Prancis sesegera mungkin,” kata Macron dalam keterangan kantor kepresidenan Prancis dilansir AFP, Selasa (10/6).

    Pemerintah Prancis juga meminta Israel untuk memastikan perlindungan para aktivis. Macron menyebut blokade kemanusiaan di Gaza sebagai skandal dan aib.

    “Prancis “waspada” dan mendukung semua warga negaranya saat mereka dalam bahaya,” kata Macron.

    Greta Thunberg Dideportasi

    Foto: Getty Images/Fabrizio Villa

    Pihak Israel lalu bereaksi setelah menuai banyak kecaman, termasuk dari Macron. Israel mengatakan aktivis asal Swedia, Greta Thunberg, telah meninggalkan negara itu dengan penerbangan menuju ke Prancis.

    Thunberg diterbangkan keluar dari Israel usai sempat ditahan bersama belasan aktivis lainnya buntut pencegatan terhadap kapal Madleen yang berlayar menuju ke Jalur Gaza.

    “Greta Thunberg telah meninggalkan Israel dengan penerbangan ke Prancis,” kata Kementerian Luar Negeri Israel dalam pernyataan via media sosial X, seperti dilansir AFP.

    Kementerian Luar Negeri Israel menyertakan dua foto yang menunjukkan Thunberg di dalam pesawat sebelum lepas landas. Tidak dijelaskan mengapa Thunberg diterbangkan ke Prancis, bukan ke negara asalnya, Swedia.

    Otoritas Israel mengatakan pada Selasa (10/6) bahwa Thunberg dan para aktivis lainnya, yang ditahan di atas kapal yang berlayar menuju ke Jalur Gaza, telah dibawa ke bandara Ben Gurion di Tel Aviv untuk dideportasi.

    Halaman 2 dari 3

    (maa/maa)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Aksi Greta Thunberg Dijegal Israel Berakhir Gagal ke Gaza

    Sempat Dijegal-Dibawa ke Israel, Greta Thunberg: Ini Pelanggaran HAM

    Jakarta

    Aktivis Swedia Greta Thunberg menjelaskan kejadian yang dialaminya usai kapal Madleen yang berlayar menuju ke Jalur Gaza dicegat Angkatan Laut Israel. Ia mengaku seperti diculik dan dibawa ke Israel tanpa persetujuan.

    “Menculik kami di perairan internasional dan membawa kami ke Israel tanpa persetujuan kami,” kata Thunberg, kepada wartawan saat tiba di bandara Charles de Gaulle di Paris setelah dideportasi dari Israel, Selasa (10/6/2025) waktu setempat.

    “Ini adalah pelanggaran hak asasi manusia yang disengaja lainnya yang ditambahkan ke dalam daftar pelanggaran lain yang tak terhitung jumlahnya yang dilakukan Israel,” lanjut perempuan berumur 22 tahun itu.

    Thunberg menekankan bahwa pengalamannya sendiri “tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang dialami warga Palestina,” ujarnya.

    Dari 12 orang di atas kapal Madleen yang membawa makanan dan perlengkapan untuk Gaza, lima aktivis Prancis ditahan setelah mereka menolak meninggalkan Israel secara sukarela.

    Namun Thunberg, yang terkenal sebagai aktivis siswi sekolah di dideportasi oleh Israel dengan penerbangan komersial maskapai nasional El Al menuju Paris.

    “Ini bukan cerita yang sebenarnya. Cerita yang sebenarnya adalah ada genosida yang terjadi di Gaza dan kelaparan sistematis,” kata Thunberg.

    “Kelanjutan dan pelanggaran hukum internasional dan kejahatan perang yang secara sistematis dilakukan oleh Israel dengan tidak mengizinkan masuknya bantuan ke Gaza,” ujarnya.

    “Ini adalah misi untuk mencoba sekali lagi membawa bantuan ke Gaza dan mengirimkan solidaritas. Dan kami melihat kami tidak bisa,” lanjut Thunberg.

    Ia juga mengecam apa yang disebutnya sebagai “keheningan dan kepasifan” pemerintah di seluruh dunia atas apa yang terjadi di Gaza.

    “Tidak ada kata-kata yang dapat menggambarkan pengkhianatan yang terjadi setiap hari oleh pemerintah kita sendiri,” katanya.

    Thunberg tak menghentikan perjuangannya untuk berjuang membela Gaza. Ia berjanji untuk melanjutkan kampanyenya untuk menuntut kekejaman Israel.

    “Kami tidak akan berhenti. Kami akan berusaha setiap hari untuk menuntut diakhirinya kekejaman yang dilakukan Israel,” ujarnya.

    (eva/dek)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Aksi Greta Thunberg Dijegal Israel Berakhir Gagal ke Gaza

    Aktivis Greta Thunberg Tiba di Prancis Usai Dideportasi Israel

    Jakarta

    Aktivis asal Swedia Greta Thunberg telah tiba di Paris usai dideportasi Israel. Thunberg sempat ditahan bersama belasan aktivis lainnya buntut pencegatan terhadap kapal Madleen yang berlayar menuju ke Jalur Gaza.

    Dikutip Aljazzeera, Thunberg tiba di Bandara Charles de Gaulle Paris, Selasa (10/6/2025) waktu setempat. Thunberg sempat memberikan keterangan saat tiba di Paris.

    Thunberg mengatakan pasukan Israel melakukan penyerangan dan menculik secara ilegal. Dia bersama tiga aktivis lainnya disebut tengah mengirim bantuan ke gaza dengan kapal kemanusiaan.

    “Menyerang dan menculik secara ilegal,” ujarnya.

    Sementara dilansir france24, aktivis Swedia itu mengatakan dia dan temannya tidak melanggar hukum apa pun. Ia menyerukan pembebasan segera para aktivis yang masih berada di Israel.

    “Saya sangat jelas dalam kesaksian saya bahwa kami diculik di perairan internasional dan dibawa ke Israel tanpa keinginan kami,” kata Thunberg.

    Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Israel menyertakan dua foto yang menunjukkan Thunberg di dalam pesawat sebelum lepas landas. Tidak dijelaskan mengapa Thunberg diterbangkan ke Prancis, bukan ke negara asalnya, Swedia.

    Kapal bernama Madleen yang dioperasikan oleh kelompok aktivis Freedom Flotilla Coalition dan membawa bantuan kemanusiaan simbolis untuk Jalur Gaza itu dicegat oleh pasukan Angkatan Laut Israel sebelum berhasil mencapai daerah kantong Palestina tersebut.

    Kapal yang berangkat dari Italia pada 1 Juni lalu itu dicegat pasukan Tel Aviv di perairan internasional dekat Jalur Gaza pada Senin (9/6) dan dialihkan ke pelabuhan Ashdod, Israel. Tel Aviv menyebut kapal Madleen itu sebagai “selfie yacht” dan para aktivis yang ada di dalamnya sebagai “selebriti”.

    “Para penumpang ‘Selfie Yacht’ telah tiba di bandara Ben Gurion untuk meninggalkan Israel dan kembali ke negara asal mereka,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Israel.

    “Mereka yang menolak untuk menandatangani dokumen deportasi dan meninggalkan Israel akan dibawa ke hadapan otoritas peradilan,” imbuh pernyataan tersebut.

    Freedom Flotilla Coalition, dalam pernyataannya, menyebut 12 aktivis yang ada di kapal Madleen “sedang diproses untuk dipindahkan ke tahanan otoritas Israel” dan “mereka mungkin diizinkan terbang meninggalkan Tel Aviv paling cepat malam ini.

    Di antara 12 aktivis yang ada di kapal tersebut, terdapat Thunberg dan seorang anggota Parlemen Eropa asal Prancis, Rima Hassan, kemudian dua jurnalis bernama Omar Fayyad dari Al Jazeera dan Yanis Mhamdi dari publikasi online Blast.

    (dek/eva)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Semakin Membabi Cegat Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza

    Israel Semakin Membabi Cegat Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza

    Jakarta

    Kekejaman Israel terhadap Gaza makin membabi buta. Bantuan kemanusiaan yang dibawa oleh Koalisi Freedom Flotilla dengan kapal Madleen dicegat Israel.

    Aksi pencegatan bantuan itu diumumkan Israel melalui aku X Kementerian Luar Negeri Israel. Kemlu Israel menyebut Madleen “sampai ke pantai Israel dengan selamat.”

    Lewat postingan itu juga, Kemlu Israel menjelaskan kalau para awak, termasuk pejuang iklim asal Swedia Greta Thunberg, kemungkinan akan dipulangkan ke negara asalnya.

    “Saat Greta dan koleganya berusaha melakukan provokasi media yang tujuannya semata-mata mencari ketenaran dan hanya membawa kurang dari satu truk bantuan, lebih dari 1.200 truk bantuan telah memasuki Gaza dari Israel dalam dua pekan terakhir,” seperti dikutip dari akun resmi Kemlu Israel di platform X.

    “Bantuan berjumlah kecil yang diangkut oleh kapal pesiar dan belum digunakan oleh para ‘selebriti’ itu akan ditransfer ke Gaza melalui jalur kemanusiaan yang sesungguhnya,” sambung postingan tersebut.

    Koalisi Freedom Flotilla, menuduh pihak berwenang Israel telah “menculik” orang-orang yang ada di kapal tersebut.

    Dalam serangkaian postingan di Telegram, kelompok tersebut juga mengatakan bahwa kapal Madleen telah “diserang di perairan internasional” dan pasukan Israel telah menyemprot kapal tersebut dengan “zat iritasi putih” sebelum “secara ilegal” menduduki kapal tersebut.

    Koalisi Freedom Flotilla mengatakan bahwa kapalnya “diserang di perairan internasional” ketika mendekati wilayah Palestina yang dikuasai oleh Israel pada hari Senin (09/06) dini hari waktu setempat. Sejumlah pesawat nirawak berjenis Quadcopter dilaporkan mengudara di sekitar kapal.

    “Quadcopter mengelilingi kapal, menyemprotkan zat iritasi berwarna putih,” kata Koalisi Freedom Flotilla lewat kanal Telegram.

    “Komunikasi terputus, dan suara-suara yang mengganggu terdengar di radio komunikasi.”

    Kemudian, kelompok itu mengatakan bahwa tentara Israel telah “menaiki kapal.”

    RI Mengecam

    Situasi di Gaza (Foto: REUTERS/Ramadan Abed)

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Sugiono, mengecam tindakan Israel usai mencegat kapal Madleen yang berisi sejumlah aktivis membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza. Sugiono mengatakan tindakan itu menjadi contoh kesekian kali dari Israel yang acuh terhadap hukum internasional.

    “Saya mengecam keras intersepsi kapal Madleen oleh Israel di perairan internasional saat mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Tindakan yang sekali lagi menunjukkan ketidakpedulian Israel terhadap hukum internasional dan menjadi pukulan berat bagi penderitaan rakyat Gaza,” tulis Sugiono di akun X resmi Menteri Luar Negeri Indonesia seperti dilihat, Selasa (10/6).

    Sugiono menilai langkah Israel melakukan blokade bantuan ke Gaza baik di jalur laut dan darat hanya memperburuk konflik. Tindakan itu juga memperbesar risiko kelaparan yang menimpa rakyat Gaza.

    “Blokade Israel di darat dan laut adalah bentuk hukuman kolektif yang memperburuk risiko kelaparan massal. Sesuai hukum internasional dan perintah ICJ, Israel wajib memastikan bantuan kemanusiaan tersalur secara berkelanjutan dan tanpa hambatan, serta menjamin keselamatan pekerja kemanusiaan,” ujar Sugiono.

    “Upaya internasional untuk membuka koridor maritim patut diapresiasi, namun kiranya tidak mengalihkan fokus dari akses bantuan melalui jalur darat yang tetap menjadi kebutuhan paling mendesak,” tambahnya.

    Sugiono mengatakan isu distribusi bantuan ke jalur Gaza telah konsisten disuarakan oleh pemerintah Indonesia. Dia menyebut perbuatan Israel yang menghalangi kapal bantuan ke Gaza juga akan kembali disuarakan Indonesia di KTT New York pada pertengahan Juni mendatang.

    “Di berbagai forum, saya selalu serukan bahwa pembukaan semua jalur bantuan ke Gaza adalah keharusan. Di KTT Palestina mendatang di NY, saya menyerukan komunitas internasional, khususnya DK PBB, bertindak tegas: lindungi warga sipil dan adopsi resolusi untuk akhiri blokade dan jamin akses kemanusiaan,” tutur Sugiono.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mengecam Israel mencegat kapal Madleen yang berisi 12 aktivis dan hendak membawa bantuan ke Gaza. Macron menilai tindakan Israel itu memalukan dan skandal.

    Macron mendesak pembukaan kembali rute pasokan kemanusiaan ke Gaza. Pemerintah Prancis juga telah mengkonfirmasi terdapat enam warganya di dalam kapal Madleen yang dicegat Israel.

    “Macron telah meminta agar keenam warga negara Prancis diizinkan kembali ke Prancis sesegera mungkin,” kata Macron dalam keterangan kantor kepresidenan Prancis dilansir AFP, Selasa (10/6).

    Lihat juga Video ‘Reaksi Greta Thunberg Diminta Trump Ambil Kelas Manajemen Amarah’:

    Halaman 2 dari 2

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini