Negara: Swedia

  • Perbandingan Kekuatan Militer Thailand dan Kamboja dari Sisi Anggaran dan Alutsista

    Perbandingan Kekuatan Militer Thailand dan Kamboja dari Sisi Anggaran dan Alutsista

    Bisnis.com, JAKARTA — Konflik bersenjata di perbatasan Thailand dan Kamboja terus berlanjut dan telah memasuki hari ketiga pada Sabtu (26/7/2025), dengan munculnya titik bentrokan baru. 

    Setidaknya 30 orang tewas dan lebih dari 130.000 warga terpaksa mengungsi akibat pertempuran paling sengit antara dua negara Asia Tenggara tersebut dalam 13 tahun terakhir.

    Dilansir dari Reuters, Angkatan Laut Thailand melaporkan adanya bentrokan baru di Provinsi pesisir Trat pada Sabtu pagi, membuka front konflik baru yang berjarak lebih dari 100 kilometer dari titik-titik pertikaian utama di perbatasan yang telah lama disengketakan.

    Ketegangan antara kedua negara meningkat sejak insiden penembakan yang menewaskan seorang tentara Kamboja pada akhir Mei, dalam baku tembak singkat. Sejak saat itu, kedua belah pihak memperkuat pengerahan pasukan di sepanjang perbatasan, memicu krisis diplomatik besar yang nyaris menggoyahkan pemerintahan koalisi Thailand yang rapuh.

    Bagaimana gambaran kekuatan militer konvensional kedua negara tersebut? Berikut adalah perbandingan kekuatan militer Thailand dan Kamboja yang dikutip dari berbagai sumber

    Kekuatan dan Anggaran

    Berdasarkan data Global Power, Kamboja memiliki skor Indeks Kekuatan (PwrIndx) sebesar 2,0752, peringkat ke-95 dari 145 negara. Sementara itu, Thailand memiliki posisi yang lebih kuat dengan PwrIndx sebesar 0,4536, peringkat ke-25 secara global.

    Sementara itu, data International Institute for Strategic Studies menyebut, anggaran pertahanan Kamboja sebesar US$1,3 miliar atau sekitar Rp21 triliun pada 2024, dengan total personel militer aktif sebanyak 124.300 orang. 

    Angkatan bersenjata Kamboja dibentuk pada 1993 melalui penggabungan kekuatan militer bekas komunis dan dua kelompok perlawanan lainnya.

    Adapun, Thailand memiliki anggaran pertahanan yang jauh lebih besar, yakni US$5,73 miliar atau sekitar Rp93 triliun pada tahun yang sama, dengan jumlah personel aktif mencapai lebih dari 360.000 orang. 

    Thailand juga diklasifikasikan sebagai sekutu utama non-NATO oleh Amerika Serikat.

    Angkatan Darat

    Tentara Kamboja memiliki sekitar 75.000 personel, dilengkapi dengan lebih dari 200 tank tempur dan sekitar 480 unit artileri. Sementara itu, Angkatan Darat Thailand berjumlah sekitar 245.000 personel, termasuk sekitar 115.000 wajib militer. 

    Thailand mengoperasikan sekitar 400 tank tempur, lebih dari 1.200 kendaraan lapis baja, serta sekitar 2.600 senjata artileri. Angkatan Darat Thailand juga memiliki armada udara sendiri yang terdiri dari pesawat penumpang, helikopter seperti Black Hawk buatan AS, dan drone.

    Angkatan Udara

    Angkatan Udara Kamboja tercatat memiliki sekitar 1.500 personel, dengan armada pesawat yang tergolong kecil. Saat ini, Kamboja hanya mengoperasikan 10 pesawat angkut dan 10 helikopter transportasi. 

    Kamboja dilaporkan tidak memiliki jet tempur, tetapi mengandalkan 16 helikopter multirole, termasuk 6 Mi-17 buatan Uni Soviet dan 10 Z-9 buatan China.

    Sebaliknya, Thailand memiliki salah satu kekuatan udara terbesar dan terbaik di kawasan Asia Tenggara. Negeri Gajah Putih mengerahkan sekitar 46.000 personel di angkatan udaranya, dengan 112 pesawat tempur aktif, termasuk 28 jet F-16 buatan AS dan 11 jet tempur Gripen buatan Swedia, serta puluhan helikopter berbagai tipe.

    Angkatan Laut 

    Angkatan Laut Kamboja diperkirakan memiliki sekitar 2.800 personel, termasuk 1.500 pasukan infanteri laut. Armada lautnya mencakup 13 kapal patroli dan tempur pesisir, serta 1 kapal pendarat amfibi.

    Sementara itu, Angkatan Laut Thailand memiliki hampir 70.000 personel, mencakup unit penerbangan angkatan laut, marinir, pertahanan pantai, serta personel wajib militer.

    Thailand juga mengoperasikan 1 kapal induk, 7 fregat, dan 68 kapal patroli dan tempur pesisir. Armada ini diperkuat oleh sejumlah kapal pendarat dan amfibi berkapasitas ratusan personel, serta 14 kapal pendarat kecil untuk operasi pantai.

    Divisi penerbangan angkatan laut Thailand memiliki armada tersendiri yang mencakup helikopter dan drone (UAV). Di darat, Korps Marinir Thailand terdiri atas 23.000 personel, didukung oleh puluhan kendaraan tempur lapis baja.

  • Eskalasi Konflik Makin Memanas, Ini Perbandingan Kekuatan Militer Kamboja dan Thailand

    Eskalasi Konflik Makin Memanas, Ini Perbandingan Kekuatan Militer Kamboja dan Thailand

    YOGYAKARTA – Dalam artikel ini akan dibahas perbandingan kekuatan militer Kamboja dan Thailand. Kedua negara ini diketahui sudah saling bersitegang di wilayah perbatasan yang disengketakan selama berminggu-minggu sejak Mei 2025, di mana seorang tantara Kamboja tewas dalam baku tembak di perbetasan.

    Belakangan, eskalasi konflik antara Kamboja dan Thailand semakin memanas. Pada Kamis, 24 Juli 2025 pagi, militer Thailand mengerahkan jet tempur F-16 untuk menggempur pangkalan militer milik Kamboja.

    Aksi ini dilakukan setelah Kamboja menyerang wilayah perbatan Provinsi Sisaket dengan sistem roket BM-21 Grad, dikutip dari Antara.

    Baik Kamboja maupun Thailand, keduanya saling menyalahkan atas dimulainya serangan pada Kamis pagi di wilayah perbatasan yang dikenal sebagai segita Zamrud. Wilayah ini merupakan perbatasan Thailand-Kamboja-Laos dengan batas yang tak pernah benar-benar disepakati.

    Perbandingan Kekuatan Militer Kamboja dan Thailand

    Jika konfik bersenjata meluas dan diplomasi tidak menemui titik terang, militer Kamboja-Thailand berpotensi saling berhadap-hadapan sebagai musuh.

    Di atas kertas, kekuatan militer Thailand jauh lebih unggul dari Kamboja. Negeri Gajah Putih memiliki skor indeks kekuatan (PwrIndx) sebesar 0,4536, peringkat ke-25 secara global. Sementara PwrIndx Kamboja berada di level 2,0752, peringkat ke-95 dari 145 negara.

    Secara lebih rinci, berikut perbandingan kekuatan militer Kamboja dan Thailand berdasarkan informasi yang dihimpun VOI.

    Personel

    Dari segi personel, kekuatan militer Kamboja masih jauh di bawah Thailand. Populasi total Kamboja sekitar 17 juta jiwa (peringkat 72), sedangkan Thailand sekitar 70 juta jiwa (peringkat 20).

    Kamboja diketahui memiliki 221.000 personel aktif. Sementara Thailand mempunyai 360.850 personel dengan 200.000 personel cadangan. Terkait hal ini, Kamboja dilaporkan tidak mempunyai personel cadangan.

    Lebih lanjut, kamboja memiliki 10.000 pasukan paramiliter. Sementara jumlah pasukan paramiliter yang dimiliki Thailand mencapai 25.000 orang.

    Anggaran Pertahanan

    Anggaran pertahanan yang dialokasikan oleh pemerintah kamboja berada di level 860 juta dolar AS (sekitar Rp14 triliun). Angka ini masih berada di bawah Thailand yang anggaran militernya sebesar 598 miliar dolar AS (sekitar Rp95 triliun).

    Kekuatan Angkatan Darat

    Angkatan darat Kamboja dilaporkan memiliki 644 tank dan 3.627 unit kendaraan lapis baja. Kamboja juga mempunyai 30 unit artileri swagerak, 430 artileri tarik. Untuk proyektor roket bergerak, Kamboja menduduki peringkat ke-10 dunia dengan 463 unit.

    Sedangkan Thailand memiliki 635 unit tank dan 16.935 unit kendaraan lapis baja. Angkatan Darat Thailand juga mengoperasikan 589 unit artileri tarik dan 50 unit artileri swagerak.

    Kekuatan Angkatan Laut

    Kekuatan Angkatan Laut Kamboja hanya terdiri dari sekitar 2.800 personel, termasuk 1.500 marinir, dan hanya mempunyai 13 kapal patrol serta 1 kapal pendarat amfibi.

    Lain halnya dengan Thailand, Negeri Gajah Putih memiliki armada laut besar dengan hampir 70.000 personel, meliputi divisi penerbangan Angkatan laut, mariner, pertahanan pantai, dan personel wajib militer.

    Selain itu, Angkatan Laut Thailand juga memiliki 1kapal induk, 7 fregat, 68 kapal patrol dan tempur pesisir, kapal pendarat amfibi berkapasitas ratusan personel, Armada UAV dan helicopter Angkatan laut, serta mariner aktif sebanyak 23.000 personel.

    Kekuatan Angkatan Udara

    Dari segi angkatan udara, militer Kamboja mempunyai sekitar 1.500 personel dan hanya memiliki inventaris pesawat terbatas yang mencakup 10 pesawat angkut dan 10 helikopter angkut. Negeri Seribu Pagoda dilaporkan tidak mengoperasikan jet tempur, namun memiliki 16 helikopter multi-peran, seperti enam Mi-17 era Soviet dan 10 Z-9 China.

    Sementara Thailand, merujuk laporan International Institute for Strategic Studies (IISS), memiliki angkatan udara yang sangat terlatih.

    Jumlah personel Angkatan Udara Kerajaan Thailand dilaporkan mencapai 46.000 personel. Selain itu, Thailand juga memiliki 112 pesawat tempur aktif, dengan rincian 28 unit jet tempur F-16 Fighting Falcon, 11 unit jet temput Gripen buatan Swedia, dan puluhan helicopter tempur dan UAV.

    Jika melihat perbandingan kekuatan militer Kamboja dan Thailand, Kamboja tidak diuntungkan lantaran kekuatan militernya jauh di bawah Thailand. Meski begitu, Kamboja tidak memiliki wilayah perairan yang luas, sehingga bisa lebih fokus pada kekuatan angkatan darat.

    Demikian informasi tentang perbandingan kekuatan militer Kamboja dan Thailand. Dapatkan update berita pilihan lainnya hanya di VOI.ID.

  • IHSG ditutup menguat di tengah `wait and see` pertemuan FOMC The Fed

    IHSG ditutup menguat di tengah `wait and see` pertemuan FOMC The Fed

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    IHSG ditutup menguat di tengah `wait and see` pertemuan FOMC The Fed
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Jumat, 25 Juli 2025 – 18:10 WIB

    Elshinta.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat sore ditutup menguat di tengah pelaku pasar bersikap “wait and see” terhadap pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed pada pekan depan.

    IHSG ditutup menguat 12,60 poin atau 0,17 persen ke posisi 7.543,50. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 5,29 poin atau 0,66 persen ke posisi 794,51.

    “Pasar menantikan lanjutan negosiasi dagang dan FOMC Meeting pekan depan,” sebut Tim Riset Phintraco Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Jumat.

    Dari mancanegara, mayoritas bursa saham kawasan Asia ditutup melemah di tengah meningkatnya konflik antara Thailand dan Kamboja, yang dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap perekonomian kedua negara yang bergantung dari pariwisata.

    Pada pekan depan, banyak agenda global yang akan dicermati oleh para pelaku pasar, diantaranya negosiasi dagang lanjutan antara Amerika Serikat (AS) dan China di Stockholm, Swedia, pada 28 dan 29 Juli 2025, kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Skotlandia pada 25 sampai 29 Juli 2025, serta pertemuan FOMC The Fed pada 29 dan 30 Juli 2025.

    Pada kunjungan ke Skotlandia, berpotensi adanya negosiasi lanjutan antara AS dengan Inggris mengenai tarif impor 25 persen atas produk baja dan aluminium dari Inggris.

    Pada perjanjian awal antara AS dan Inggris yang mulai berlaku 30 Juni 2025 ada salah satu komitmen bahwa AS akan menghapus tarif impor produk baja dan aluminium dari Inggris tersebut.

    Dibuka menguat, IHSG betah di teritori positif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih betah di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham

    Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, tujuh sektor menguat yaitu dipimpin sektor keuangan yang naik sebesar 1,68 persen, diikuti oleh sektor infrastruktur dan sektor barang baku yang naik masing- masing sebesar 0,99 persen dan 0,76 persen.

    Sedangkan, empat sektor melemah yaitu dipimpin sektor barang konsumen kesehatan yang turun sebesar 0,77 persen, diikuti oleh sektor transportasi & logistik dan sektor barang konsumen primer yang turun masing- masing sebesar 0,68 persen dan 0,19 persen.

    Adapun saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu CLAY, FUJI, PGUN, BUVA dan SMMA. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni FMII, FITT PANR, RELI, dan VTNY.

    Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.433.111 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 23,25 miliar lembar saham senilai Rp12,21 triliun. Sebanyak 246 saham naik 255 saham menurun, dan 203 tidak bergerak nilainya.

    Bursa saham regional Asia sore ini antara lain Indeks Nikkei melemah 352,84 poin atau 0,84 persen ke 41.473,00, indeks Shanghai menguat 12,07 poin atau 0,33 persen ke 3.593,19, indeks Hang Seng melemah 278,27 poin atau 1,09 persen ke posisi 25.388,31, dan indeks Straits Times menguat 11,19 poin atau 0,28 persen ke 4.261,09.

    Sumber : Antara

  • Bursa Saham Global Jatuh Seusai Wall Street Cetak Rekor

    Bursa Saham Global Jatuh Seusai Wall Street Cetak Rekor

    Jakarta, Beritasatu.com – Bursa saham global melemah pada Jumat (25/7/2025), setelah Wall Street mencetak rekor baru yang ditopang saham Alphabet dan perusahaan berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

    Pada awal perdagangan di Eropa, indeks DAX Jerman turun 0,6% ke 24.152,20. FTSE 100 Inggris turun 0,4% ke 9.101,41, sementara CAC 40 Paris melemah 0,3% ke 7.793,33.

    Dari Asia, indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,9% ke 41.456,23, setelah sebelumnya mencatat kenaikan selama dua hari. Pelemahan ini terjadi setelah Presiden Donald Trump mengumumkan kesepakatan dagang yang memberlakukan tarif 15% atas barang impor dari Jepang, lebih rendah dari ancaman tarif 25% yang semula direncanakan berlaku mulai 1 Agustus.

    Di Tiongkok, indeks Hang Seng Hong Kong turun 1,1% ke 25.388,35, dan Shanghai Composite terkoreksi 0,3% ke 3.593,66. Sementara itu, di Korea Selatan, Kospi naik 0,2% ke 3.196,05. Indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,5% ke 8.666,90. Di Taiwan, Taiex sedikit melemah, dan indeks Sensex India turun 0,9%.

    Pada pekan depan, Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Scott Bessent dijadwalkan bertemu pejabat Tiongkok di Stockholm, Swedia, untuk membahas kesepakatan dagang menjelang tenggat waktu 12 Agustus. Trump menyebut kunjungan ke Tiongkok tidak akan lama lagi seiring meredanya ketegangan perdagangan.

    “Pertanyaan besar bagi pasar adalah apakah gencatan tarif akan diperpanjang. Kami memperkirakan kesepakatan dapat tercapai, tetapi pasar akan memantau perubahan tarif yang mungkin terjadi,” tulis ING Economics.

  • Perbandingan Kekuatan Militer Thailand dan Kamboja, bak Langit daan Bumi

    Perbandingan Kekuatan Militer Thailand dan Kamboja, bak Langit daan Bumi

    GELORA.CO – Perbandingan kekuatan militer Thailand dan Kamboja menarik diketahui. Kedua negara terlibat konflik bersenjata di sepanjang perbatasan pada Kamis (24/7/2025). Berdasarkan data lembaga think tank, kekuatan Thailand jauh di atas Kamboja dari semua sisi.

    Anggaran militer Thailand saja, berdasarkan data 2024, lima kali lipat lebih besar dibandingkan Kamboja.  

    Thailand menyerang Kamboja menggunakan jet tempur F-16 yang direspons dengan gempuran roket Grad oleh militer Phnom Penh. 

    Thailand melaporkan sejauh ini 12 orang tewas di pihaknya, 11 di antaranya adalah warga sipil. Sementara Kamboja masih menutup rapat informasi mengenai korban di pihaknya.

    Berikut gambaran kekuatan militer kedua negara, berdasarkan data dari Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) yang berbasis di London, Inggris.

    Anggaran dan Personel Ankatan Darat

    • Kamboja

    Kamboja memiliki anggaran pertahanan sebesar 1,3 miliar dolar AS pada 2024 serta 124.300 personel militer aktif. Dari jumlah tersebut, kekuatan Angkatan Darat Kamboja lebih besar dibandingkan matra lainnya, yakni sekitar 75.000 personel yang didukung lebih dari 200 tank tempur dan sekitar 480 artileri.

    Angkatan bersenjata Kamboja dibentuk pada 1993 dengan menggabungkan bekas militer Komunis dan dua kelompok perlawanan lainnya.

    • Thailand

    Thailand, yang merupakan sekutu utama Amerika Serikat (AS), memiliki kekuatan militer lebih besar dibandingkan Kamboja. 

    Anggaran pertahanannya sebesar 5,73 miliar dolar pada 2024 serta memiliki total lebih dari 360.000 personel angkatan bersenjata aktif.

    Angkatan Darat (AD) Thailand memiliki personel terbanyak dibandingkan matra lainnya dengan total 245.000 personel, termasuk sekitar 115.000 wajib militer, sekitar 400 tank tempur, lebih dari 1.200 kendaraan angkut lapis baja, dan sekitar 2.600 senjata artileri.

    Selain itu AD Thailand memiliki pesawat sendiri, terdiri dari pesawat penumpang, puluhan helikopter Black Hawk buatan AS, dan drone.

    Angkatan Udara

    • Kamboja 

    Angkatan Udara Kamboja memiliki 1.500 personel, dengan jumlah armada pesawat relatif kecil, termasuk 10 pesawat dan 10 helikopter angkut.

    Negara ini tidak memiliki jet tempur, tetapi memiliki 16 helikopter multiperan, termasuk enam Mi-17 era Soviet dan 10 Z-9 buatan China.

    • Thailand

    Thailand memiliki kekuatan angkatan udara dengan perlengkapan dan pelatihan terbaik di Asia Tenggara, dengan perkiraan 46.000 personel, 112 jet tempur, termasuk 28 unit F-16 dan 11 jet tempur Gripen buatan Swedia, serta puluhan helikopter.

    Angkatan Laut

    • Kamboja 

    Angkatan Laut Kamboja diperkirakan memiliki 2.800 personel, termasuk 1.500 infanteri angkatan laut, dengan 13 kapal patroli, armada tempur pesisir, serta satu kapal pendarat amfibi.

    • Thailand

    Kekuatan Angkatan Laut Thailand jauh lebih besar dengan hampir 70.000 personel, terdiri atas marinir, personel penerbangan angkatan laut, dan pertahanan pesisir, serta wajib militer.

    Thailand memiliki satu kapal induk, tujuh fregat, 68 kapal patroli, dan kapal tempur pesisir.

    Armada Thailand juga memiliki beberapa kapal amfibi dan pendarat yang masing-masing mampu menampung ratusan pasukan, serta 14 kapal pendarat yang lebih kecil.

    Angkatan Laut Thailand juga memiliki armada pesawat sendiri, termasuk helikopter dan drone. 

    Selain itu korps marinir Thailand beranggotakan 23.000 personel, didukung puluhan kendaraan tempur bersenjata

  • Apple Sebar Notifikasi ke Pemilik iPhone, Isinya Tanda Bahaya

    Apple Sebar Notifikasi ke Pemilik iPhone, Isinya Tanda Bahaya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Apple menebar peringatan ke puluhan warga Iran yang iPhone-nya disebut menjadi sasaran spyware pemerintah.

    TechCrunch menerima laporan soal serangan hacker tersebut dari Miaan Group, organisasi hak digital yang fokus di isu Iran, dan Hamid Kashfi, peneliti keamanan siber yang tinggal di Swedia. Miaan Group dan Kashfi mengaku berbicara dengan warga Iran yang menerima notifikasi dari Apple.

    Miaan Group membeberkan soal tiga kasus penyadapan warga Iran oleh pemerintah. Dua warga Iran yang menjadi sasaran tinggal di negara tersebut, sedangkan satu orang lagi tinggal di Eropa. Mereka menerima peringatan pada April bulan lalu.

    “Dua orang di Iran berasal dari keluarga dengan sejarah panjang aktivitas politik menentang Republik Islam Iran. Banyak anggota keluarga mereka telah dihukum mati dan mereka tidak pernah ke luar negeri. Saya percaya ada tiga gelombang serangan, dan ini hanya pucuk gunung es,” kata Amir Rashidi dari Miaan Group.

    Rashidi menjelaskan kemungkinan besar pemerintah di balik serangan siber tersebut adalah Iran. Namun, ia menegaskan bahwa perlu ada penyelidikan lebih jauh untuk mencapai kesimpulan.

    Kashfi, pendiri perusahaan keamanan DarkCell, menyatakan bahwa ia memandu dua korban untuk melakukan forensik awal. Namun, ia tidak bisa memberikan kepastian soal pembuat spyware yang digunakan dalam serangan. Beberap korban kemudian memilih tidak meneruskan proses penyelidikan.

    “Hampir semua korban ketakutan dan langsung tidak membalas lagi pesan kami setelah diberitahu kasus ini sangat serius,” kata Kashfi.

    Dalam beberapa tahun terakhir, Apple mengirim notifikasi ke pengguna iPhone yang menjadi sasaran perangkat mata-mata milik pemerintah seperti Pegasus buatan NSO Group atau Graphite buatan Paragon. Software “jahat” yang memata-matai pengguna HP ini dikenal sebagai spyware bayaran atau komersial. 

    Notifikasi dari Apple membantu peneliti yang fokus terhadap spyware untuk mencatat peristiwa pembobolan di beberapa negara, termasuk India dan Thailand.

    Apple pada April lalu menyatakan bahwa sejak 2021, peringatan spyware telah disebar ke pengguna di lebih dari 150 negara. Namun, Apple tidak mengungkapkan nama-nama negara atau jumlah pengguna iPhone yang dikirimi notifikasi.

    Korban software mata-mata disarankan untuk menghubungi kelompok pejuang hak digital bernama AccessNow.

    Pejabat pemerintah Indonesia juga sempat menjadi sasaran software mata-mata ForcedEntry buatan NSO Group asal Israel. Pada 2022, Reuters melaporkan bahwa lebih dari selusin pejabat sipil dan militer Indonesia menjadi target ForcedEntry.

    Selain Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, sasaran peretasan yang disebut Reuters adalah pejabat TNI, diplomat dan penasihat di Kementerian Pertahanan yang saat itu dipimpin oleh Prabowo Subianto dan Kementerian Luar Negeri yang ketika itu dipimpin oleh Retno Marsudi.

    Enam dari pejabat dan penasihat yang menjadi target menyatakan kepada Reuters bahwa mereka menerima e-mail dari Apple Inc pada November 2021, menyatakan bahwa Apple menduga para pejabat disasar oleh “serangan oleh oknum yang disponsori oleh negara”.

    Upaya peretasan ke iPhone para pejabat itu, menggunakan ForcedEntry, software yang dikembangkan oleh NSO Group. Peranti lunak ini memanfaatkan celah di iPhone sehingga bisa mengakses data tanpa membutuhkan respons pengguna.

    Lembaga pengawas keamanan siber Citizen Lab mempublikasikan tentang software ini pada September 2021. Bahkan, peneliti keamanan Google mendapuk ForcedEntry sebagai “teknik paling canggih” yang pernah mereka lihat, dalam blog pada Desember.

    Celah yang dimanfaatkan oleh ForcedEntry telah ditutup oleh Apple pada September tahun lalu. Pada November, Apple mulai mengirimkan pesan ke “beberapa pengguna yang diduga menjadi sasaran”.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kekuatan Militer Thailand Vs Kamboja, Siapa Lebih Perkasa?

    Kekuatan Militer Thailand Vs Kamboja, Siapa Lebih Perkasa?

    Jakarta

    Ketegangan yang telah berlangsung selama berbulan-bulan antara Kamboja dan Thailand meletus menjadi konflik bersenjata, termasuk pengerahan jet tempur F-16 Thailand, dalam pertempuran terberat antara kedua negara tetangga di Asia Tenggara tersebut dalam lebih dari satu dekade.

    Berikut sekilas tentang kekuatan pertahanan dan persenjataan kedua negara, menurut data dari International Institute for Strategic Studies yang berbasis di London, seperti dikutip detikINET dari Reuters:

    Anggaran dan personel darat

    Kamboja memiliki anggaran pertahanan sebesar USD 1,3 miliar pada tahun 2024 dan 124.300 personel militer aktif. Angkatan bersenjata tersebut dibentuk tahun 1993 dari penggabungan bekas militer Komunis negara tersebut dan dua angkatan bersenjata perlawanan lainnya. Dari jumlah tersebut, Angkatan Darat Kamboja merupakan kekuatan besar, dengan sekitar 75.000 tentara, didukung oleh lebih dari 200 tank tempur dan sekitar 480 artileri.

    Thailand, yang diklasifikasikan AS sebagai sekutu utama non-NATO, memiliki militer yang besar dan didanai dengan baik, dengan anggaran pertahanan sebesar USD 5,73 miliar pada tahun 2024 dan lebih dari 360.000 personel angkatan bersenjata aktif.

    Tentara Thailand memiliki total 245.000 personel, termasuk sekitar 115.000 wajib militer, sekitar 400 tank tempur, lebih dari 1.200 pengangkut personel lapis baja, dan sekitar 2.600 senjata artileri.

    Angkatan Darat memiliki armada pesawatnya sendiri, yang terdiri dari pesawat penumpang, helikopter seperti puluhan Black Hawk buatan AS, dan kendaraan udara nirawak.

    Angkatan Udara

    Angkatan udara Kamboja memiliki 1.500 personel, dengan armada pesawat relatif kecil, termasuk 10 pesawat angkut dan 10 helikopter angkut. Negara ini tidak memiliki pesawat tempur, tetapi memiliki 16 helikopter serbaguna, termasuk enam Mi-17 era Soviet dan 10 Z-9 Tiongkok.

    Thailand memiliki salah satu angkatan udara dengan perlengkapan dan pelatihan terbaik di Asia Tenggara, dengan perkiraan 46.000 personel, 112 pesawat tempur, termasuk 28 F-16 dan 11 jet tempur Gripen Swedia, serta puluhan helikopter.

    Angkatan Laut

    Angkatan Laut Kamboja diperkirakan memiliki 2.800 personel, termasuk 1.500 infanteri angkatan laut, dengan 13 kapal patroli dan tempur pesisir serta satu kapal pendarat amfibi.

    Angkatan Laut Thailand jauh lebih besar, dengan hampir 70.000 personel, terdiri dari penerbangan angkatan laut, marinir, pertahanan pesisir, dan wajib militer. AL Thailand memiliki satu kapal induk, tujuh fregat, dan 68 kapal patroli dan tempur pesisir. Armada Thailand juga memiliki beberapa kapal amfibi dan pendarat yang masing-masing mampu menampung ratusan pasukan dan 14 kapal pendarat yang lebih kecil.

    (fyk/fyk)

  • Kian Banyak Warga Jerman Tinggal Sendiri, Bagaimana dengan Indonesia?

    Kian Banyak Warga Jerman Tinggal Sendiri, Bagaimana dengan Indonesia?

    Jakarta

    Sebanyak 17 juta orang di Jerman, atau sekitar 20,6% dari total populasi, kini tinggal sendirian di rumah mereka, menurut data terbaru dari Kantor Statistik Federal Jerman (Destatis).

    Jumlah orang yang hidup sendiri meningkat secara signifikan dalam dua dekade terakhir. Dua puluh tahun lalu, angkanya hanya 17,1% atau sekitar 14 juta orang.

    Lansia dan anak muda mendominasi

    Data menunjukkan bahwa kelompok usia lanjut adalah yang paling mungkin hidup sendiri: 34% dari mereka yang berusia di atas 65 tahun tinggal sendiri, dan angkanya melonjak menjadi 56% untuk mereka yang berusia 85 tahun ke atas. Namun,tren ini juga menonjol di kalangan anak muda. Sebanyak 28% orang berusia 25 hingga 34 tahun tinggal sendiri, jauh di atas rata-rata nasional.

    Secara keseluruhan, perempuan lebih sering tinggal sendiri dibanding laki-laki, yaitu 21,2% berbanding 20%.

    Jerman di atas rata-rata Uni Eropa

    Dibandingkan dengan rata-rata Uni Eropa yang berada di angka 16,2%, proporsi rumah tangga satu orang di Jerman tergolong tinggi. Negara-negara yang memiliki angka lebih tinggi dari Jerman antara lain Lituania, Finlandia, Denmark, Estonia, dan Swedia. Sementara itu, Slovakia, Irlandia, dan Polandia mencatat angka terendah.

    Rumah tangga satu orang saat ini menjadi jenis rumah tangga paling umum di Jerman, menyumbang 41,6%. Menurut proyeksi, angka ini diperkirakan akan melebihi 45% pada tahun 2040.

    Bagaimana dengan Indonesia?

    Di Indonesia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, terdapat lebih dari 2,3 juta lansia (usia 60 tahun ke atas) yang tinggal sendirian, atau setara dengan 7,10% dari total populasi lansia. Fenomena ini menunjukkan adanya tren rumah tangga satu orang di kalangan lansia, meskipun proporsinya jauh lebih rendah dibandingkan Jerman.

    Belum ada data yang pasti terkait jumlah penduduk di luar lansia yang tinggal sendirian.

    Risiko kesepian dan kemiskinan

    Tinggal sendiri memiliki tantangan tersendiri. Di Jerman, satu dari empat orang (sekitar 25%) yang tinggal sendiri mengaku sering merasa kesepian, jauh lebih tinggi dibanding rata-rata pada populasi berusia sepuluh tahun ke atas sebesar 16,3%

    Kesepian paling banyak dialami oleh mereka yang berusia di bawah 30 tahun dan tinggal sendiri, dengan hampir 36% di antaranya mengaku sering merasa kesepian. Untuk kelompok usia 65 tahun ke atas yang tinggal sendiri, angka ini turun menjadi 17,6%.

    Selain itu, mereka yang tinggal sendiri juga lebih rentan terhadap kemiskinan. Pada tahun 2023, sekitar 29% dari individu yang tinggal sendiri dikategorikan berisiko mengalami kemiskinan, hampir dua kali lipat dari rata-rata populasi secara keseluruhan.

    Di Indonesia sendiri, riset dari Health Collaborative Center (HCC) menunjukkan bahwa 34% siswa SMA di Jakarta terindikasi memiliki masalah kesehatan jiwa. Riset menemukan bahwa 20% remaja dengan masalah mental mental mengalami perasaan kesepian. Penyebabnya mencakup konflik dengan teman, kurangnya kedekatan dengan teman sebaya, serta menurunnya interaksi sosial karena penggunaan gawai dan media sosial yang berlebihan.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Alfi Milano Anadri

    Editor: Prihardani Purba

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Volvo Rugi Belasan Triliun Rupiah Gara-gara Tarif dan Penundaan Peluncuran Mobil Listrik Baru

    Volvo Rugi Belasan Triliun Rupiah Gara-gara Tarif dan Penundaan Peluncuran Mobil Listrik Baru

    JAKARTA – Pabrikan mobil asal Swedia Volvo yang kini dikendalikan oleh Geely Holding dari China, mengumumkan akan mencatat kerugian besar 11,4 miliar krona Swedia (sekitar Rp 19,5 triliun) di laporan keuangan kuartal kedua nanti. Kerugian ini terjadi karena masalah pada dua model mobil listrik terbaru mereka, yaitu ES90 dan EX90, terutama disebabkan oleh tarif impor dan penundaan peluncuran.

    Berdasarkan laporan Reuters, Selasa, 15 Juli, Volvo menyatakan bahwa mereka saat ini tidak dapat menjual Volvo ES90, yang dibuat di China, secara menguntungkan di Amerika Serikat karena tarif impor. Margin keuntungan untuk model yang sama juga berada di bawah tekanan di Eropa karena alasan serupa.

    “Biaya penurunan nilai ini terutama mencerminkan penyesuaian dalam volume yang diharapkan dan profitabilitas siklus hidup yang direncanakan terkait dengan platform untuk mobil EX90 dan ES90,” kata Volvo dalam sebuah pernyataan.

    Selain masalah tarif, penurunan nilai ini juga mencerminkan penundaan peluncuran yang signifikan di masa lalu dan biaya pengembangan tambahan yang timbul setelahnya. Dari total jumlah tersebut, 4,0 miliar krona diperkirakan akan memengaruhi biaya penjualan, dan sebagian besar sisanya akan memengaruhi lini Litbang (R&D) dalam laporan keuangan.

    Volvo Cars, yang dijadwalkan akan menerbitkan hasil kuartal kedua pada 17 Juli mendatang, menyatakan bahwa dampak pada laba bersih mereka pada periode tersebut akan mencapai 9 miliar krona Swedia.

  • Hasil Lawatan Prabowo dari Tanah Haram, BRICS, Pusat Eropa, hingga Bastille Day

    Hasil Lawatan Prabowo dari Tanah Haram, BRICS, Pusat Eropa, hingga Bastille Day

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto melakukan kunjungan ke luar negeri selama 2 pekan terakhir. Dia mengunjungi tanah haram, hadir dalam konferensi tingkat tinggi BRICS di Brasil, bertemu Presiden Uni Eropa, hingga berjumpa Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam peringatan Hari Bastille.

    Hari Bastille adalah momen spesial dalam sejarah Prancis. Momen penyerbuan penjara Bastile pada abad ke 18 lalu yang menandai era munculnya negara modern Prancis dan berakhirnya era monarki absolute. 

    Prabowo menjadi tamu spesial dalam peringatan tersebut. Dia duduk di samping Presiden Prancis Emmanuel Macron. Prabowo juga disambut cukup antusias. Dia dijamu Macron, dalam sebuah jamuan makan malam.

    Namun demikian, rangkaian tour Prabowo ke negara-negara Arab Saudi, Brasil hingga Eropa bukannya tanpa hasil. Sebelum ke Prancis, Prabowo telah bertemu dengan Presiden Uni Eropa, Ursula von der Leyen. Dia membawa sejumlah kesepakatan dalam pertemuan di Brussel, Belgia, Minggu (13/7/2025).

    Presiden Prancis Emmanuel Macron

    Salah satu yang dihasilkan adalah kesepakatan mengenai Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement atau IEU-CEPA. 

    Perjanjian kemitraan ekonomi secara menyeluruh antara kedua negara itu memakan waktu selama 10 tahun dalam rangka negosiasi, dan akhirnya baru disepakati melalui perundingan panjang. 

    Pada keterangan pers bersama di Brussel, Prabowo berterima kasih kepada Presiden von der Leyen yang telah menerimanya pada Minggu siang ini. Dia menyampaikan bahwa pertemuan itu menunjukkan kedua negara memiliki hubungan baik. 

    Prabowo lalu mengumumkan bahwa pada hari ini kedua negara juga telah mencapai kesepakatan pada IEU-CEPA, yang dinilainya merupakan suatu terobosan. 

    “Setelah 10 tahun negosiasi, kami telah menyelesaikan kesepakatan terhadap Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif, yang pada dasarnya adalah perjanjian perdagangan bebas,” ujarnya kepada awak media, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (13/7/2025). 

    Menurut Prabowo, Indonesia dan Uni Eropa telah mencapai banyak kesepakatan dalam pertemuan bilateral ini. Kedua negara juga disebut akan mengakomodasi kepentingan ekonomi satu sama lain yang mencerminkan hubungan saling menguntungkan.

    Timbal Balik Indonesia-Eropa 

    Presiden ke-8 RI itu memaparkan, Uni Eropa adalah negara yang memimpin dalam hal ilmu pengetahuan, teknologi serta keuangan. Sementara itu, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya kritis. 

    Dia menilai kemitraan antara kedua negara, termasuk dengan Asean, akan memberikan kontribusi yang penting terhadap stabilitas ekonomi dan geopolitik dunia. 

    “Kami menilai Eropa penting bagi kami, oleh karena itu kami ingin melihat lebih kehadiran dan partisipasi Eropa pada perekonomian kami,” ucap Prabowo. 

    Pada pertemuan antara pemimpin kedua negara dan jajarannya, terang Prabowo, tidak ada ketidaksepakatan antara Indonesia dan Uni Eropa. 

    “Itu kesimpulan yang kami punya hari ini. Saya pikir dalam era ketidakstabilan dan kebingungan ini, saya kira kita membuat contoh yang tepat,” tuturnya. 

    Di sisi lain, Prabowo juga menggunakan kesempatan tersebut untuk menyampaikan kekagumannya terhadap Eropa. Di secara blakblakan menyampaikan ingin agar Uni Eropa tumbuh lebih kuat. 

    “Mungkin tidak banyak dari kita yang ingin mengakuinya secara terbuka, tapi saya di sini mengakui terbuka bahwa kami ingin melihat Eropa yang lebih kuat,” ucapnya. 

    Dilansir dari situs Kemenko Perekonomian, perjanjian kemitraan ekonomi Indonesia dan Uni Eropa itu akan perlu diratifikasi oleh parlemen masing-masing di kedua negara. 

    Terdapat beberapa komoditas utama yang mendominasi ekspor Indonesia ke Eropa yakni minyak kelapa sawit dan turunannya, bijih tembaga, fatty acids (oleokimia), produk alas kaki, bungkil kelapa, besi baja, lemak cokelat dan kopra, serta produk berbasis karet dan mesin.

    Fasilitas Visa Bagi WNI

    Sementara itu, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan fasilitas baru terkait dengan visa bagi Warga Negara Indonesia (WNI). Hal itu disampaikannya usai pertemuan bilateral dengan Presiden RI Prabowo Subianto. 

    Pada pernyataan pers bersama di Brussel, Belgia, Presiden von der Leyen mengumumkan bahwa Uni Eropa telah mengadopsi kebijakan baru terkait dengan visa cascade. 

    Dia menuturkan, para WNI yang mengunjungi Uni Eropa untuk kedua kalinya dapat mengajukan Visa Schengen yang bersifat multi-entry. 

    “Artinya dari sekarang hingga seterusnya, warga negara Indonesia yang mengunjungi Uni Eropa untuk kedua kalinya akan bisa mengajukan Visa Schengen multi-entry,” terangnya pada pernyataan pers bersama dengan Prabowo di Brussel, Belgia, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (13/7/2025). 

    Untuk diketahui, Visa Schengen berlaku untuk mengunjungi negara-negara di Eropa dengan alasan pariwisata, bisnis, pameran dagang, atau tujuan lainnya di luar mendapat pekerjaan selama maksimal 90 hari. 

    Dilansir dari situs resmi Kedutaan Besar Jerman, yang merupakan salah satu anggota Uni Eropa, negara-negara yang dapat dikunjungi dengan visa tersebut adalah Austria, Belanda, Belgia, Bulgaria, Denmark, Estonia, Finlandia, Hongaria, Islandia, Italia, Kroasia dan Latvia. 

    Kemudian, Liechtenstein, Lituania, Luksemburg, Malta, Norwegia, Polandia, Portugal, Prancis, Republik Ceko, Rumania, Slovakia, Slovenia, Swedia, Swiss, Spanyol, Yunani.

    “Ini akan memudahkan kunjungan dan juga untuk berinvestasi, belajar dan menjalin hubungan. Intinya, kita membangun jembatan antara masyarakat kita, Pak Presiden,” ujar von der Leyen.