Negara: Swedia

  • AS Selidiki Email Malware yang Targetkan Perundingan Dagang dengan China

    AS Selidiki Email Malware yang Targetkan Perundingan Dagang dengan China

    Bisnis.com, JAKARTA— Otoritas Amerika Serikat (AS) tengah menyelidiki email palsu yang mengatasnamakan seorang anggota Partai Republik dan berisi malware.

    FBI menduga email ditujukan untuk memberikan akses kepada China terhadap informasi perundingan dagang pemerintahan Donald Trump dengan Beijing. 

    Melansir laman Reuters pada Senin (8/9/2025) email berisi malware tersebut tampak dikirim oleh Anggota DPR AS John Moolenaar pada Juli lalu kepada sejumlah asosiasi perdagangan, firma hukum, serta lembaga pemerintah di AS. 

    Menurut para analis siber, serangan itu ditelusuri berasal dari kelompok peretas APT41 yang diyakini berhubungan dengan intelijen China. Moolenaar, yang dikenal sebagai pengkritik keras Beijing, saat ini menjabat sebagai ketua komite kongres yang fokus pada persaingan strategis antara AS dan China, termasuk ancaman terhadap keamanan nasional AS. 

    Email palsu ini disebut sebagai operasi peretasan terbaru yang dikaitkan dengan Beijing dan bertujuan memperoleh informasi terkait rekomendasi kepada Gedung Putih dalam perundingan dagang yang sensitif.

    Kedutaan Besar China di Washington menanggapi dengan mengatakan tidak mengetahui detail kasus tersebut. Pihaknya menekankan semua negara menghadapi serangan siber yang sulit dilacak. 

    “China dengan tegas menentang dan memerangi segala bentuk serangan maupun kejahatan siber. Kami juga menolak keras upaya menyudutkan pihak lain tanpa bukti kuat,” demikian pernyataan resmi yang dikirim melalui email.

    Menurut WSJ, email berisi malware itu pertama kali dikirim tak lama sebelum perundingan dagang AS-China di Swedia, yang kemudian menghasilkan perpanjangan gencatan senjata tarif hingga awal November. 

    Pada periode tersebut, Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping dijadwalkan bertemu dalam sebuah konferensi ekonomi di Asia. Email itu memuat ajakan untuk meninjau rancangan undang-undang terlampir dengan kalimat: Pandangan Anda sangat penting. 

    Apabila lampiran dibuka, malware di dalamnya berpotensi memberi akses luas kepada para peretas terhadap lembaga atau kelompok sasaran. Namun, belum dapat dipastikan apakah upaya peretasan itu berhasil. WSJ melaporkan, Kepolisian Capitol tengah melakukan penyelidikan, meski menolak memberikan komentar. 

    FBI dalam pernyataannya kepada Reuters mengatakan pihaknya mengetahui situasi tersebut dan sedang bekerja sama dengan mitra terkait untuk mengidentifikasi serta mengejar pelaku. Dalam pernyataan terpisah kepada WSJ, Moolenaar menyebut serangan itu sebagai bukti lain dari operasi siber China yang bertujuan mencuri strategi AS. 

    “Kami tidak akan gentar,” tegasnya.

    Kasus ini terungkap setelah staf di komite yang dipimpin Moolenaar menerima sejumlah pertanyaan aneh mengenai email tersebut, menurut sumber yang dikutip WSJ.

  • Politik sebagai Konten: Transformasi Gerakan Sosial di Era Digital
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        8 September 2025

    Politik sebagai Konten: Transformasi Gerakan Sosial di Era Digital Nasional 8 September 2025

    Politik sebagai Konten: Transformasi Gerakan Sosial di Era Digital
    Profesor di Unika Atmajaya, Full Member Sigma Xi, The Scientific Research Honor Society, Magister Hukum di IBLAM School of Law dan Doktor Hukum di Universitas Pelita Harapan
    FENOMENA
    yang merebak di ruang publik Indonesia dalam beberapa minggu terakhir, memperlihatkan bagaimana dinamika politik kini tidak lagi sekadar berkutat pada ruang rapat parlemen, ruang sidang pengadilan, atau jalan-jalan kota yang penuh demonstran, tapi juga muncul sebagai konten digital yang dikonsumsi, dibagikan, dan diperdebatkan secara masif.
    Ketika gagasan politik dirangkum dalam simbol sederhana berupa angka, warna, dan infografis lalu beredar cepat melalui ponsel jutaan orang, kita menyaksikan kelahiran bentuk artikulasi politik baru.
    Tidak hanya di Indonesia, fenomena serupa telah terjadi di berbagai belahan dunia, dari Amerika Serikat dengan tagar
    #BlackLivesMatter
    , Hong Kong dengan
    Umbrella Movement
    , hingga Eropa dengan
    Fridays for Future.
    Semua menghadirkan satu pola yang semakin jelas: politik tidak lagi sekadar proses formal institusional, melainkan juga performa visual dan naratif yang dirancang agar cocok dengan logika algoritme media sosial.
    Kasus 17+8 Tuntutan Rakyat yang meledak di Indonesia adalah contoh paling mutakhir, di mana 17 tuntutan jangka pendek dan 8 tuntutan jangka panjang disusun dengan ringkas, tapi resonan, dikemas dalam warna pink yang lembut, namun penuh makna, dan dipopulerkan oleh influenser digital yang sebelumnya tidak dikenal sebagai aktivis politik.
    Fenomena ini menimbulkan banyak pertanyaan tentang masa depan demokrasi, hubungan antara estetika digital dengan substansi politik, dan sejauh mana masyarakat bisa bergantung pada gerakan berbasis viralitas untuk menyelesaikan problem struktural yang dalam.
    Masalah yang tersirat dari semua ini adalah bagaimana politik sebagai praksis kolektif kini menghadapi tantangan ganda.
    Di satu sisi, keberhasilan gerakan
    digital-first
    menunjukkan bahwa partisipasi rakyat masih sangat hidup, bahkan justru menemukan ruang ekspresi baru di luar kanal formal.
    Di sisi lain, keterbatasan struktur, kerapuhan organisasi, dan risiko superfisialitas mengintai, sebab logika media sosial cenderung lebih menyukai konten singkat, emosional, dan mudah dibagikan ketimbang argumentasi panjang yang penuh nuansa.
    Di sinilah problem konseptual muncul: apakah gerakan yang lahir dari viralitas dapat bertahan melampaui siklus trending?
    Apakah politik yang disajikan sebagai konten mampu menembus sistem hukum, kebijakan, dan birokrasi yang penuh resistensi?
    Pertanyaan semacam ini membawa kita pada dilema epistemologis dan normatif yang mengingatkan pada perdebatan lama tentang peran opini publik dalam demokrasi.
    Jürgen Habermas, dalam karya monumentalnya tentang ruang publik, menekankan pentingnya diskursus rasional yang terbentuk dalam arena komunikasi.
    Namun, pada era media sosial, yang kita hadapi bukan sekadar diskursus rasional, melainkan banjir konten yang mencampuradukkan opini, emosi, dan simbol.
    Teori-teori tentang gerakan sosial membantu kita memahami transisi ini. Manuel Castells, sosiolog asal Spanyol, dalam analisisnya tentang jaringan komunikasi, menggambarkan bahwa kekuatan masyarakat kini terletak pada kemampuan membentuk jaringan horizontal yang mem-
    bypass
    institusi formal.
    Konsep
    networked movement
    menjelaskan mengapa gerakan tanpa pemimpin tunggal, tanpa organisasi mapan, tetap bisa meluas cepat karena jaringannya bersifat desentral.
    Zeynep Tufekci, peneliti asal Turki-Amerika, juga menekankan hal serupa dalam kajiannya tentang protes digital.
    Ia menunjukkan bahwa kekuatan viralitas bisa menciptakan mobilisasi masif dalam waktu singkat, tetapi tanpa kapasitas organisasi yang kokoh, gerakan tersebut rentan kehilangan arah setelah momen awal.
    Persis di sinilah kita melihat paradoks. Gerakan 17+8 di Indonesia mampu menggalang dukungan luas hanya dalam hitungan hari. Namun, pertanyaan yang muncul adalah, apakah ia bisa bertahan lebih lama dan menghasilkan perubahan struktural nyata?
    Jika kita menggeser pandangan ke ranah filsafat politik, kita menemukan refleksi yang memperkaya analisis ini.
    Alexis de Tocqueville, ketika menganalisis demokrasi Amerika pada abad ke-19, sudah menyinggung tentang bahaya tirani mayoritas dan ketidakstabilan opini publik yang cepat berubah.
    Pada masa kini, fenomena itu menemukan bentuk digitalnya: opini publik yang viral dapat menjadi basis legitimasi sesaat, tetapi tidak selalu membawa konsistensi kebijakan.
    Hannah Arendt, dengan fokusnya pada ruang publik sebagai arena tindakan politik, menekankan pentingnya keberlanjutan dalam bertindak kolektif.
    Tanpa kesinambungan, tindakan politik mudah memudar. Refleksi ini menyoroti bahwa politik sebagai konten menghadapi tantangan menjaga keberlanjutan, bukan hanya menciptakan ledakan viral sesaat.
    Studi kasus dari berbagai negara memperlihatkan pola yang mirip. Di Amerika Serikat,
    #BlackLivesMatter
    lahir dari pengalaman diskriminasi rasial dan kekerasan polisi, lalu menjadi gerakan global melalui visual dan hashtag.
    Di Hong Kong,
    Umbrella Movement
    pada 2014 memperlihatkan bagaimana simbol sederhana—payung kuning—mampu menjadi ikon perlawanan terhadap Beijing.
    Di Swedia, Greta Thunberg memulai
    Fridays for Future
    dengan aksi personal yang difoto dan dibagikan, lalu berkembang menjadi protes iklim global.
     
    Di dunia Arab, gelombang
    Arab Spring
    berawal dari unggahan di media sosial yang kemudian menyulut revolusi.
    Di Indonesia, gerakan
    #ReformasiDikorupsi
    pada 2019 memperlihatkan kekuatan mahasiswa memobilisasi protes melalui visual digital.
    Semua ini mengajarkan bahwa viralitas adalah katalis, tetapi tidak otomatis menjamin hasil politik.
    Jika kita menganalisa lebih dalam, yang menjadi kekuatan utama gerakan digital adalah kemampuan menciptakan narasi singkat, mudah diingat, dan bersifat simbolik.
    17+8 adalah contoh sempurna: angka 17 dan 8 bukan hanya jumlah tuntutan, tetapi juga resonansi dengan 17 Agustus, hari kemerdekaan Indonesia.
    Warna pink bukan sekadar pilihan estetis, tetapi juga strategi membedakan diri dari warna-warna protes tradisional yang keras. Pink menyampaikan kesan empati, kelembutan, dan keterlibatan emosional yang lebih luas.
    Simbolisme ini sejalan dengan analisis semiotik Roland Barthes, yang menunjukkan bagaimana tanda-tanda visual dapat mengkristal menjadi mitos sosial.
    Barthes menulis bahwa mitos bukan kebohongan, melainkan cara tertentu dalam memberikan makna, dan dalam konteks ini pink menjadi mitos baru tentang perlawanan yang inklusif.
    Namun, di balik daya tarik simbolik, ada juga keterbatasan struktural. Tufekci menulis bahwa gerakan digital cenderung “mudah naik, mudah turun.”
    Tidak adanya organisasi mapan membuat mereka cepat meluas, tetapi juga cepat memudar. BLM bertahan lebih lama karena memiliki jaringan komunitas yang sudah lama ada di Amerika.
    Fridays for Future
    bertahan karena terhubung dengan isu global yang berkelanjutan. Sementara
    Umbrella Movement
    mengalami keterpecahan karena represi keras dan perbedaan strategi internal.
    Pertanyaannya, apakah 17+8 akan mengalami hal sama? Apakah ia akan menemukan struktur baru yang menghubungkan viralitas digital dengan advokasi hukum, perubahan kebijakan, atau bahkan lahirnya partai politik baru?
    Implikasinya bagi demokrasi sangat signifikan. Di satu sisi, gerakan seperti ini memperlihatkan bahwa masyarakat masih peduli, bahwa demokrasi tidak mati, dan bahwa rakyat menemukan cara kreatif menuntut keadilan.
    Di sisi lain, ada risiko bahwa pemerintah hanya melihat gerakan ini sebagai “tren medsos” yang bisa dibiarkan padam dengan sendirinya.
    Ada pula risiko bahwa partai politik justru akan meniru strategi ini untuk tujuan pencitraan, sehingga gerakan rakyat direduksi menjadi gaya kampanye. Hal ini menimbulkan dilema antara substansi dan performa.
    Jean Baudrillard, dalam teorinya tentang simulasi, mengingatkan bahwa dalam masyarakat kontemporer, tanda dan simbol sering kali lebih kuat daripada realitas itu sendiri.
    Politik sebagai konten bisa jatuh dalam jebakan simulasi, di mana performa digital lebih penting daripada hasil nyata.
    Di sinilah muncul kemungkinan solusi. Gerakan berbasis konten digital perlu mencari cara agar tidak hanya berhenti pada viralitas.
    Salah satunya adalah menjembatani antara dunia digital dan dunia formal: tuntutan yang viral harus diterjemahkan ke dalam advokasi hukum,
    judicial review,
    lobi parlemen, atau pembentukan jaringan sipil yang lebih kokoh.
    Hal ini membutuhkan kerja sama antara influenser digital dengan aktivis LSM, akademisi, dan praktisi hukum.
    Jika gerakan digital hanya berhenti pada “konten yang indah”, maka ia akan hilang bersama arus timeline. Namun, jika ia berhasil membentuk aliansi dengan struktur yang lebih berjangka panjang, maka ia dapat menjadi katalis perubahan nyata.
    Pengalaman BLM yang mendorong reformasi kepolisian, atau
    Fridays for Future
    yang memaksa isu iklim masuk agenda politik, menunjukkan bahwa hal ini mungkin dilakukan.
    Maka, yang perlu dipikirkan adalah bagaimana menggabungkan kekuatan viralitas dengan ketahanan institusional.
    Habermas mengingatkan bahwa ruang publik harus menghasilkan diskursus rasional, bukan hanya pertukaran opini emosional.
    Tantangannya adalah bagaimana membuat konten digital yang bukan hanya estetis, tetapi juga menyajikan argumentasi rasional yang bisa masuk ke ranah kebijakan.
    Di sinilah peran akademisi dan intelektual publik sangat penting. Mereka dapat menjadi jembatan antara konten digital yang viral dengan substansi kebijakan yang kompleks.
    Antonio Gramsci pernah menulis tentang pentingnya “intelektual organik” yang terhubung dengan rakyat.
    Dalam era digital, intelektual organik mungkin adalah mereka yang mampu menulis, berbicara, dan menyajikan analisis di media sosial tanpa kehilangan kedalaman.
    Akhirnya, kita melihat bahwa politik sebagai konten adalah gejala zaman yang tidak bisa diabaikan.
    Ia lahir dari perubahan struktur komunikasi global, dari media cetak ke televisi hingga media sosial. Ia memperlihatkan kreativitas rakyat dalam menyuarakan aspirasi.
    Ia juga menunjukkan keterbatasan, karena viralitas tidak selalu berarti keberlanjutan. Namun, justru dalam ketegangan itulah demokrasi diuji.
    Apakah ia akan mampu menyerap energi digital menjadi reformasi nyata, ataukah ia akan membiarkan energi itu hilang begitu saja.
     
    Masa depan demokrasi Indonesia, dan mungkin demokrasi global, sangat ditentukan oleh bagaimana kita menjawab pertanyaan itu.
    Gerakan 17+8, dengan semua simbol, warna, angka, dan viralitasnya, adalah cermin dari era baru politik. Ia menunjukkan potensi sekaligus risiko.
    Ia adalah tanda bahwa politik kini harus dipahami bukan hanya sebagai keputusan di ruang sidang, tetapi juga sebagai konten yang viral di layar ponsel.
    Dan jika kita menutup refleksi panjang ini, jelas bahwa 17+8 bukan sekadar episode sesaat, melainkan momen penting yang menandai pergeseran paradigma.
    Ia membuat kita menyadari bahwa generasi digital menemukan cara baru untuk berbicara, memprotes, dan menuntut. Kita tidak bisa menolaknya, karena ini adalah bahasa politik zaman ini.
    Tantangan kita adalah memastikan bahwa bahasa baru ini tidak berhenti sebagai gaya visual, melainkan menjadi jalan menuju perubahan substantif.
    Demokrasi yang sehat hanya mungkin jika energi viral di dunia maya menemukan perwujudannya di dunia nyata. Dan perjalanan itu baru saja dimulai.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • DNA Bakteri Purba Berusia 1,1 Juta Tahun Ditemukan dari Fosil Mamut

    DNA Bakteri Purba Berusia 1,1 Juta Tahun Ditemukan dari Fosil Mamut

    Jakarta

    Dari fosil gigi mamut yang menjelajahi Bumi lebih dari satu juta tahun yang lalu, para ilmuwan telah menemukan jejak bakteri purba yang pernah hidup di dalamnya. Penemuan ini menandai DNA mikroba terkait inang tertua yang pernah ditemukan, menawarkan pandangan langka ke dalam mikroorganisme tersembunyi yang membentuk kehidupan (dan mungkin bahkan kematian) raksasa yang telah punah ini.

    Para ilmuwan di Centre for Palaeogenetic di Swedia menganalisis DNA mikroba dari 483 spesimen mamut, yang 440 di antaranya diurutkan untuk pertama kalinya. Tujuan mereka adalah untuk menguji apakah mereka dapat membedakan antara DNA mamut itu sendiri dan materi genetik lain yang tersisa dari mikroba yang menginvasi tubuh mereka sebelum dan sesudah kematian.

    Dengan menggunakan teknik genomik dan bioinformatika canggih pada sampel gigi dan tulang mereka, tim tersebut berhasil mengidentifikasi 310 mikroba yang termasuk dalam enam kelompok, termasuk kerabat Actinobacillus, Pasteurella, Streptococcus, dan Erysipelothrix.

    “Hasil penelitian kami mendorong studi DNA mikroba lebih dari satu juta tahun, membuka kemungkinan baru untuk mengeksplorasi bagaimana mikroba yang berasosiasi dengan inang berevolusi secara paralel dengan inangnya,” ujar Benjamin Guinet, penulis utama studi dan peneliti pascadoktoral di Centre for Palaeogenetics, dikutip dari IFL Science.

    “Penelitian ini membuka babak baru dalam memahami biologi spesies yang telah punah. Kita tidak hanya dapat mempelajari genom mamut itu sendiri, tetapi kita sekarang dapat mulai mengeksplorasi komunitas mikroba yang hidup di dalamnya,” tambah Love Dalén, Profesor Genomik Evolusioner di Centre for Palaeogenetics.

    Beberapa mikroba ini bukan hanya penumpang yang tidak berbahaya, tetapi juga kuman yang berpotensi patogen. Tim ini menemukan bakteri mirip Pasteurella yang sangat mirip dengan bakteri yang telah memicu wabah mematikan pada gajah Afrika modern.

    Tim juga merekonstruksi sebagian genom Erysipelothrix, bakteri penyebab penyakit yang menginfeksi babi, unggas, dan spesies hewan peliharaan lainnya, dari sampel gajah purba tertua dalam penelitian ini, mamut stepa berusia 1,1 juta tahun.

    Mamut stepa (Mammuthus trogontherii) adalah spesies yang menjelajahi Eurasia Utara dan, kemudian, Amerika Utara selama Zaman Es. Mamut ini merupakan nenek moyang mamut berbulu dan mammoth Kolombia, yang semuanya telah punah.

    Meskipun gajah modern tidak secara langsung merupakan keturunan mammoth, kedua garis keturunan tersebut dapat ditelusuri kembali ke nenek moyang yang sama yang terbagi menjadi cabang-cabang evolusi terpisah jutaan tahun yang lalu. Dalam hal ini, mammoth dan gajah memiliki hubungan yang seperti sepupu yang telah lama hilang dalam silsilah keluarga besar proboscidea.

    Hasil studi terbaru ini meningkatkan kemungkinan bahwa raksasa Zaman Es yang telah punah ini menderita penyakit serupa yang terus menghantui kerabat mereka yang masih hidup. Mamut ini sudah lama punah, tetapi mungkin mikroba yang memengaruhi nasib mereka masih hidup.

    “Seiring mikroba berevolusi dengan cepat, memperoleh data DNA yang andal selama lebih dari satu juta tahun bagaikan mengikuti jejak yang terus menulis ulang dirinya sendiri,” kata Tom van der Valk, penulis senior dan peneliti di Pusat Paleogenetika.

    “Temuan kami menunjukkan bahwa sisa-sisa purba dapat melestarikan wawasan biologis jauh melampaui genom inangnya, menawarkan kita perspektif tentang bagaimana mikroba memengaruhi adaptasi, penyakit, dan kepunahan dalam ekosistem Pleistosen,” simpulnya.

    (rns/rns)

  • Kallas Peringatkan Perpecahan Uni Eropa Terkait Gaza Merusak Kredibilitas Blok Tersebut

    Kallas Peringatkan Perpecahan Uni Eropa Terkait Gaza Merusak Kredibilitas Blok Tersebut

    JAKARTA – Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Kaja Kallas memperingatkan pada Hari Senin, kredibilitas blok tersebut dirusak oleh perpecahannya di Timur Tengah, terutama serangan Israel di Jalur Gaza, Palestina.

    Berbicara di Forum Strategis Bled di Slovenia, Kallas mengakui negara-negara anggota masih terpecah belah mengenai pendekatan mereka terhadap konflik ini, tidak seperti di Ukraina, di mana konsensus telah tercapai.

    “Saya terus mendesak, sangat keras, karena saya juga merasa kredibilitas Uni Eropa yang dipertaruhkan, bahwa kita harus, Anda tahu, bersatu dalam respons ini,” ujarnya, melansir Daily Sabah 2 September.

    Kendati demikian, Kallas menolak klaim Uni Eropa, yang tidak menangguhkan perjanjian asosiasinya dengan Israel atau menjatuhkan sanksi apa pun, tidak aktif di Gaza, menekankan blok tersebut merupakan salah satu penyedia bantuan kemanusiaan terbesar dan tetap menjadi pendukung terkuat Otoritas Palestina.

    “Kami melakukan semampu kami, tetapi itu tidak cukup, karena bencana kemanusiaan ini masih berlangsung. Jadi, saya terus bekerja sama dengan negara-negara anggota untuk mencapai posisi yang sama,” tandasnya.

    Diketahui, jumlah negara Uni Eropa yang mengakui dan berencana mengakui Negara Palestina terus bertambah. Terbaru, Belgia menyatakan rencananya mengakui Negara Palestina dalam Sidang Majelis Umum PBB bulan ini.

    Dalam unggahannya di media sosial X Menteri Luar Negeri Maxime Prevot menuliskan, Belgia akan bergabung dengan para penandatangan Deklarasi New York, yang membuka jalan bagi solusi dua negara, atau Negara Palestina yang hidup berdampingan secara damai dengan Israel.

    Keputusan ini diambil “mengingat tragedi kemanusiaan yang terjadi di Palestina, khususnya di Gaza, dan sebagai tanggapan atas kekerasan yang dilakukan oleh Israel yang melanggar hukum internasional,” tambah Menlu Prevot, dikutip dari Reuters.

    Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan negaranya akan mengakui Negara Palestina dalam Sidang Majelis Umum PBB bulan ini.

    Dikutip dari Anadolu, hingga rencana pengakuan Prancis, ada 12 negara UE yang sudah atau akan mengakui Negara Palestina. Sebelumnya Polandia, Hongaria, Rumania, Slovakia, Bulgaria, Spanyol, Swedia, Norwegia, Irlandia, Slovenia dan Siprus Yunani sudah terlebih dahulu mengakui Negara Palestina.

  • Aktivis Greta Thunberg Tepati Janji Berlayar Lagi ke Gaza

    Aktivis Greta Thunberg Tepati Janji Berlayar Lagi ke Gaza

    Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, menepati janjinya untuk kembali berlayar membawa bantuan ke Gaza. Kali ini ia tergabung dalam Global Sumud Flotilla yang melibatkan banyak aktivis dari 44 negara dengan lebih dari 50 armada dengan misi menembus blokade Israel dan kirim bantuan buat Gaza, Palestina. Greta berangkat dari Barcelona, Sabtu (31/8/2025).

    Semangatnya tak padam meski sebelumnya Greta dkk sudah mencoba berlayar ikut misi kemanusiaan ke Gaza pada Juni 2025 dengan kapal Medleen, akan tetapi dicegat Israel. Saat itu Greta pun dideportasi Israel dan kembali ke Swedia.

    Klik di sini untuk menonton video-video lainnya!

  • Daftar Durasi Tidur Negara-negara di Dunia, Indonesia Urutan ke Berapa?

    Daftar Durasi Tidur Negara-negara di Dunia, Indonesia Urutan ke Berapa?

    Jakarta

    Tidur dengan durasi yang cukup memiliki peranan yang penting untuk kesehatan tubuh secara menyeluruh. Di setiap negara di dunia, durasi tidur bisa berbeda-beda.

    Dikutip dari Jagran Rosh, pola tidur global sangat bervariasi. Ini dipengaruhi oleh budaya, pekerjaan, dan teknologi. Beberapa negara memandang istirahat merupakan sesuatu yang penting.

    Berikut daftar 10 negara dengan rata-rata durasi tidur terlama di dunia:

    1. Selandia Baru (7 jam 27 menit)
    2. Belanda (7 jam 24 menit)
    3. Finlandia (7 jam 23 menit)
    4. Inggris (7 jam 22 menit)
    5. Australia (7 jam 20 menit)
    6. Belgia (7 jam 18 menit)
    7. Irlandia (7 jam 37 menit)
    8. Swedia (7 jam 15 menit)
    9. Prancis (7 jam 14 menit)
    10. Denmark (7 jam 14 menit)

    Daftar 10 negara dengan rata-rata durasi tidur paling sedikit di dunia:

    50. Jepang (5 jam 52 menit)
    49. Arab Saudi (6 jam 2 menit)
    48. Korea Selatan (6 jam 2 menit)
    47. Filipina (6 jam 8 menit)
    46. Kuwait (6 jam 15 menit)
    45. Taiwan (6 jam 21 menit)
    44. Indonesia (6 jam 25 menit)
    43. Qatar (6 jam 26 menit)
    42. Malaysia (6 jam 27 menit)
    41. Singapura (6 jam 34 menit)

    Manfaat Tidur yang Cukup

    Dikutip dari Healthline, mendapatkan waktu tidur yang cukup dapat berdampak baik bagi kesehatan. Rata-rata, seseorang membutuhkan waktu tidur 7 hingga 9 jam per hari.

    Ada beberapa manfaat kesehatan yang bisa didapatkan jika seseorang tidur dengan cukup, di antaranya:

    1. Mengontrol Berat Badan

    Sebuah analisis tahun 2020 menemukan bahwa orang dewasa yang tidur kurang dari 7 jam per malam memiliki risiko 41 persen lebih tinggi untuk mengalami obesitas. Efek tidur terhadap penambahan berat badan diyakini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk hormon dan motivasi untuk berolahraga.

    Kekurangan tidur meningkatkan kadar ghrelin dan menurunkan kadar leptin. Ghrelin adalah hormon yang membuat kita merasa lapar sementara leptin membuat kita merasa kenyang.

    2. Meningkatkan Konsentrasi

    Kognisi, konsentrasi, produktivitas, dan kinerja semuanya terpengaruh negatif oleh kekurangan tidur. Lalu, durasi tidur yang cukup telah terbukti meningkatkan keterampilan memecahkan masalah dan kinerja baik pada anak-anak maupun orang dewasa.

    3. Mencapai Level Kebugaran Terbaik

    Tidur yang cukup dapat meningkatkan keterampilan motorik halus, waktu reaksi, kekuatan otot, daya tahan otot, dan keterampilan memecahkan masalah. Selain itu, kurang tidur dapat meningkatkan risiko cedera dan menurunkan motivasi untuk berolahraga.

    4. Meningkatkan Kesehatan Jantung

    Kualitas tidur yang rendah dan durasi tidur yang singkat dapat meningkatkan risiko terkait penyakit jantung.

    Satu analisis dari 19 penelitian menemukan bahwa tidur kurang dari 7 jam per hari mengakibatkan peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung sebesar 13 persen.

    5. Memperbaiki Suasana Hati

    Durasi tidur yang cukup dapat membantu seseorang dalam memperbaiki suasana hatinya. Pasalnya, saat kurang tidur, maka bisa berdampak pada susahnya mengelola emosi. Ketika tidak cukup tidur, seseorang mungkin menjadi pemurung dan mudah tersinggung.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Rekomendasi Makanan yang Bisa Bikin Kualitas Tidur Lebih Baik”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/kna)

  • Tegang! Jerman Kerahkan Jet Tempur Cegat Pesawat Pengintai Rusia

    Tegang! Jerman Kerahkan Jet Tempur Cegat Pesawat Pengintai Rusia

    Jakarta

    Tegang! Jet-jet tempur Jerman dikerahkan untuk mencegat sebuah pesawat pengintai Rusia yang terbang di atas Laut Baltik.

    Media Jerman, Deutsche Welle melaporkan bahwa dua jet tempur Jerman, Eurofighter lepas landas dari pangkalan udara Rostock-Laage di Jerman setelah pesawat Rusia tersebut terlihat terbang di wilayah udara internasional di atas Laut Baltik pada Selasa lalu.

    Dilansir media Independent, Kamis (28/8/2025), pesawat Il-20 milik Rusia tersebut terlihat dengan transponder dimatikan dan tanpa rencana penerbangan yang diajukan. Komando udara NATO memberi perintah untuk mencegat pesawat tersebut.

    Belum jelas berapa lama pesawat pengintai Rusia tersebut berada di wilayah udara tersebut.

    Ini adalah pengerahan kesepuluh pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara Jerman di atas Laut Baltik tahun ini, menurut kantor berita dpa. Ini terjadi seiring wilayah Baltik semakin tegang karena pesawat-pesawat pengintai Rusia telah berulang kali terbang dari Kaliningrad untuk mengumpulkan informasi tentang aktivitas militer NATO di pesisir Baltik, khususnya di Polandia, Jerman, Denmark, dan Swedia.

    Surat kabar Jerman, Bild menyebut aksi pesawat pengintai Rusia itu sebagai bagian dari “intimidasi militer Rusia dan taktik pengumpulan intelijen.”

    Kejadian ini terjadi seminggu setelah pesawat-pesawat militer Polandia dan sekutu diaktifkan setelah Rusia melancarkan serangan udara yang menargetkan Ukraina barat, dekat perbatasan dengan Polandia.

    Pesawat-pesawat tersebut dikerahkan untuk menjaga keamanan wilayah udara Polandia, menurut Komando Operasional Angkatan Bersenjata Polandia.

    Lihat Video ‘Jerman Setop Kirim Senjata ke Israel Buntut Serangan Tewaskan Jurnalis’:

    (ita/ita)

  • Pengganti Starlink Sudah Lebih Canggih, Elon Musk Minggir

    Pengganti Starlink Sudah Lebih Canggih, Elon Musk Minggir

    Jakarta, CNBC Indonesia – Starlink punya penantang baru yang lebih canggih. Berasal dari Swedia, sistem komunikasi itu jauh lebih ringkas dan bisa dibawa ke mana-mana.

    Startup TERASi meluncurkan sistem RU1. Sistem radio gelombang itu diklaim sebagai yang terkecil dan teringan di dunia.

    “RU1 digunakan dalam hitungan menit untuk menjaga unit tetap terhubung pada lingkungan yang cepat berubah,” kata CEO dan salah satu pendiri TERASi, James Campion dikutip dari The Next Web, Jumat (22/8/2025).

    Perangkatnya berbentuk kotak kecil yang bisa dipasang dimanapun. Misalnya dengan menggunakan tripod atau drone.

    The Next Web menuliskan RU1 dapat terhubung dengan jaringan mesh yang menyediakan bandwidth untuk aplikasi penting seperti video drone langsung, pengendali otonom dan fusi data sensor.

    Perangkat RU1 memiliki antena yang terfokus pada pancaran sinar seperti laser yang sempit. Jadi dipastikan sulit diganggu dan dicegat pihak lain.

    Sementara kecepatan datanya diklaim mencapai 10 Gbps, 50 kali dari Starlink. Bahkan menjanjikan versi terbarunya bisa memiliki kecepatan 20 Gbps.

    Selain itu juga memiliki latensi di bawah 5 milidetik. Campion mengatakan ini krusial untuk penggunaan deteksi drone.

    Perusahaan juga menyediakan keamanan yang tidak dimiliki Starlink. Pengguna dipastikan memiliki kendali penuh dan orang lain tidak bisa mengontrol jaringan.

    “RU1 memberi pengguna kendali atas komunikasi dengan menciptakan jaringan aman berkecepatan tinggi yang dimiliki dan kelola sendiri, tanpa dimasuki penyedia pihak ketiga seperti Starlink yang bisa dimatikan atau batasi dari jarak jauh, seperti pada insiden di Ukraina tahun 2022,” jelasnya.

    Pada 2022, beberapa waktu setelah pasokan tersedia di Ukraina, Elon Musk yang juga CEO SpaceX menghentikan cakupan Starlink di negara tersebut. Ini terjadi saat serangan balasan di Kherson, membuat gangguan pada drone pengintai, artileri bertarget, dan koordinasi pasukan.

    Tak lama setelah kejadian itu, Musk menolak permintaan mengaktifkan Starlink dekat Krimea. Dia juga diduga diminta Vladimir Putin membatasi jangkauan di Taiwan.

    Layanan TERASi tak hanya bisa digunakan untuk militer. Dapat digunakan pula untuk penanggulangan bencana, karena dapat memulihkan tautan gigabit untuk petugas tanggap darurat tanpa menunggu jaringan dari satelit atau perbaikan jaringan serat optik.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Daftar Teknologi Baterai Terbaru Mobil Listrik, Tak Butuh RI-China

    Daftar Teknologi Baterai Terbaru Mobil Listrik, Tak Butuh RI-China

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan di seluruh dunia, termasuk startup, berlomba mengembangkan baterai jenis baru untuk motor dan mobil listrik. Hasilnya, variasi baterai yang lebih efisien dengan komponen baru terus bertambah.

    China saat ini menguasai 85 persen dari sel baterai yang diproduksi di seluruh dunia dan mengendalikan 90 persen dari bahan baku baterai yang digunakan oleh baterai yang mendominasi pasar mobil listrik.

    Oleh karena itu, pelaku industri berusaha mengembangkan jenis baterai baru yang mengurangi ketergantungan atas logam tanah jarang asal China.

    Menurut Reuters, teknologi baterai berkembang sangat cepat. Namun, apa pun teknologinya, tiap baterai terdiri dari tiga komponen utama yaitu katoda, anoda, dan elektrolit.

    Berikut adalah teknologi baterai yang sedang dikembangkan di seluruh dunia: 

    1. Timbal (lead)

    Digunakan untuk menyalakan mobil dengan kapasitas 6 sampai 12 volt.

    Kelebihan: Murah, bisa berfungsi di kondisi ekstrem
    Kekurangan: Berat dengan kapasitas energi rendah

    2. Nikel-Cadmium (Ni-Cd)

    Baterai yang bisa diisi ulang

    3. Nikel-Metal-Hydrida (Ni-Mh)

    Teknologi yang digunakan di Toyota Prius, mobil produksi Toyota yang memelopori teknologi hibrida.

    4. Sodium Nikel Klorida

    Digunakan oleh Venturi Automobiles yang menyediakan armada layanan pos Prancis.

    Kelebihan: Kecil, bisa diselipkan ke dalam mobil produksi saat ini tanpa proses konversi
    Kekurangan: Kecepatan terbatas di 100 km per jam dan jarak hanya 100 km

    5. Lithium Metal Polimer (LMP)

    Digunakan oleh BlueCar produksi Bollore Pininfarina dan perusahaan berbagi kendaraan Autolib. Kedua model kini sudah berhenti diproduksi. Teknologi ini kini banyak digunakan untuk sumber tenaga tempat penyimpanan dingin, bus, dan trem.

    Kelebihan: Teknologi kering berdasarkan prinsip kapasitor, proses produksinya sederhana
    Kekurangan: Harus lewat proses pra-pemanasan dan harus dijaga di suhu tertentu

    6. Lithium-Ion

    Teknologi yang paling banyak digunakan saat ini di HP, laptop, mobil listrik dan perangkat lainnya. Pertama kali dikomersialisasi oleh Sony pada 1991.

    NMC dan LFP adalah baterai Li-Ion yang sekarang mendominasi industri.

    NMC atau Nickel Manganese Cobalt, memiliki kepadatan energi tinggi sehingga pas digunakan untuk kendaraan besar. Sumber pasokan kobalt terbesar adalah Republik Demokratis Kongo. Penambangan di Kongo memiliki risiko politik, keamanan, dan sosial.

    LFP atau Lithium Iron Phosphate:

    Kelebihan: Tidak membutuhkan kobalt dengan teknologi yang lebih murah untuk kendaraan kecil.
    Kekurangan: Kapasitas lebih kecil dibanding NMC.

    7. Sodium-Ion

    Kelebihan: Tidak membutuhkan bahan baku logam tanah jarang yaitu lithium, atau nikel dan kobalt. Bahan penggantinya adalah aluminium, besi, dan mangan. Sodium komponen utama garam, adalah sumber daya yang melimpah. Tidak mudah terbakar, bisa bertahan hingga 50.000 pengisian ulang atau 10 kali lebih banyak dari li-ion.
    Kekurangan: Kapasitas energi rendah. Produksi baterai sangat sedikit, bergantung kepada harga lithium.

    8. Lithium Nikel Mangan Oksida (LNMO)

    Dikembangkan oleh Renault dengan target pengiriman pertama pada 2028.

    Kelebihan: Tidak membutuhkan kobalt. Menggabungkan densitas energi NMC tetapi semurah dan seaman LFP, bisa diisi ulang kurang dari 15 menit.
    Kekurangan: Masih dalam pengembangan.

    9. Lithium-Sulfur

    Dikembangkan oleh Lyten, startup yang didanai oleh Stellantis, lewat akuisisi atas aset Northvolt, startup asal Swedia yang kini sudah bangkrut.

    Kelebihan: Densitas energi dua kali lipitas lithium-ion. Tidak membutuhkan nikel, kobalt, dan mangan yang semuanya bisa ditambang di Amerika Utara dan Eropa.
    Kekurangan: Target produksi, paling lambat 2028.

    10. Baterai padat (Solid-state)

    Baterai yang menggunakan elektrolit padat, menggantikan elektrolit cair yang digunakan di teknologi li-ion.

    Kelebihan: Densitas energi tinggi, ringan, tidak mudah terbakar
    Kelebihan: Masih dalam pengembangan tanpa produksi skala besar.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Spotify Naikkan Harga Langganan Mulai September 2025, Incar 1 Miliar Pengguna

    Spotify Naikkan Harga Langganan Mulai September 2025, Incar 1 Miliar Pengguna

    Bisnis.com, JAKARTA — Spotify akan menaikkan harga langganan platform streaming musik mereka pada September 2025 mendatang. Hal ini dilakukan seiring dengan investasi fitur baru yang akan dirilis. 

    Dikutip dari Reuters, Minggu (24/8/2025) layanan musik langganan itu akan berinvestasi dalam fitur baru dan menargetkan 1 miliar pengguna, sebagaimana dilaporkan Financial Times dalam wawancara bersama Co-President dan Chief Business Officer Spotify, Alex Norstrom.

    Perusahaan asal Swedia itu mengatakan akan menaikkan harga bulanan langganan individu premiumnya di beberapa pasar mulai September untuk meningkatkan margin keuntungan.

    Kabarnya, harga langganan Spotify akan naik menjadi 11,99 euro atau sekitar US$14,05 dari sebelumnya 10,99 euro di pasar termasuk Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika, Eropa, Amerika Latin, dan wilayah Asia-Pasifik.

    “Kenaikan harga dan penyesuaian harga dan sebagainya, itu adalah bagian dari kotak peralatan bisnis kami dan kami akan melakukannya ketika itu masuk akal,” kata Norstrom dalam surat kabar lokal.

    Langkah kenaikan harga yang dilakukan setelah upaya pemotongan biaya dalam beberapa tahun terakhir sehingga dapat membantu Spotify mencapai keuntungan tahunan pertamanya tahun lalu.

    Kendati demikian, Spotify belum memberikan tanggapan lebih detail terkait dengan layanan dan fitur baru yang direncanakan. Pihak Spotify tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters.

    Diberitakan Bisnis sebelumnya, setelah menghabiskan setengah tahun mengembangkan bisnis video dan iklan, serta menaikkan tarif berlangganan premium, Spotify Technology SA melaporkan kerugian pada kuartal II/2025.

    Rapor Spotify pada kuartal II/2025 gagal memenuhi estimasi analis setelah layanan streaming musik itu mencatatkan pengeluaran terkait kompensasi karyawan yang lebih tinggi.

    Pendapatan kuartal II/2025 meningkat sekitar 10% menjadi 4,19 miliar euro, meleset dari perkiraan Wall Street 4,27 miliar euro. Pendapatan sepanjang paruh pertama 2025, dengan demikian menjadi 8,39 miliar euro.

    Spotify juga mencatatkan rugi 86 juta euro pada kuartal II/2025, sehingga laba sepanjang semester I/2025 menjadi 139 juta euro. Perusahaan yang berbasis di Stockholm ini juga memberikan proyeksi untuk kuartal ini yang lebih lemah dari perkiraan analis.