Negara: Suriah

  • Tutup Sejak 2012, Kedubes Turki di Suriah Kembali Dibuka

    Tutup Sejak 2012, Kedubes Turki di Suriah Kembali Dibuka

    Ankara

    Kedutaan Besar Turki di Damaskus, Suriah akan dibuka lagi. Diketahui, Kedubes Turki di Suriah tutup sejak 2012.

    “Utusan yang baru, Burhan Koroglu, dan stafnya berangkat hari ini, kedutaan akan beroperasi besok,” kata Menteri Luar Negeri Hakan Fidan kepada televisi swasta NTV dilansir AFP, Sabtu (14/12/2024).

    Koroglu ditunjuk untuk jabatan sementara Duta Besar Turki untuk Suriah. Tidak diketahui kapan Koruglu akan memulai pekerjaan tersebut.

    Diketahui, Kedutaan Besar Damaskus ditutup pada 26 Maret 2012, setahun setelah perang saudara di Suriah dimulai. Hal itu terjadi karena situasi keamanan yang memburuk di tengah seruan pemerintah Turki agar Assad mundur.

    Koroglu diangkat menjadi duta besar Turki untuk Nouakchott, Mauritania, tepat setahun lalu.

    (isa/isa)

  • Turki Buka Kembali Kedubes di Suriah Sabtu Ini Usai Tutup Sejak 2012

    Turki Buka Kembali Kedubes di Suriah Sabtu Ini Usai Tutup Sejak 2012

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kedutaan Besar Turki di Damaskus, Suriah, yang ditutup sejak 2012 akan kembali beroperasi pada Sabtu (14/12) waktu setempat.

    Keputusan ini diumumkan tak lama usai pembenrontak berhasil menggulingkan Presiden Bashar Al Assad. Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengatakan para diplomat akan kembali bekerja di Suriah.

    “Kepala utusan yang baru, Burhan Koroglu, dan stafnya berangkat hari ini. Kedutaan besar akan beroperasi besok,” kata Fidan dalam sebuah wawancara dengan NTV, dikutip Reuters, Sabtu (14/12).

    Koroglu merupakan duta besar Turki untuk Nouakchott, Mauritania. Fidan tidak menjelaskan berapa lama Koroglu akan menjabat di Damaskus.

    Fidan juga mengatakan pemerintah juga menambahkan delegasi diplomatik menuju Suriah.

    “Kami ingin melihat Suriah yang bebas teror, di mana kaum minoritas tidak diperlakukan dengan buruk. Kami menginginkan pemerintahan yang inklusif di Suriah,”

    Ia menambahkan jumlah warga Suriah yang ada di Turki yang akan ‘pulang kampung’ akan meningkat secara bertahap seiring dengan stabilnya Suriah.

    Selain itu, Fidan menambahkan pemberantasan Unit Perlindungan Rakyat (The People’s Protection Units/YPG) adalah tujuan strategis Turki.

    Turki mengatakan YPG adalah kelompok teroris, yang terkait erat dengan militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang telah memerangi negara Turki selama 40 tahun.

    Kedutaan besar Turki di Damaskus ditutup pada 26 Maret 2012, setahun setelah perang saudara Suriah dimulai. Penutupan dilakukan karena memburuknya situasi keamanan di tengah seruan pemerintah Turki agar Assad mengundurkan diri.

    (pta/pta)

  • Tank-tank Israel Makin Maju ke Wilayah Selatan Suriah, Tel Aviv Puji Momen Bersejarah – Halaman all

    Tank-tank Israel Makin Maju ke Wilayah Selatan Suriah, Tel Aviv Puji Momen Bersejarah – Halaman all

    Tank-tank Israel Makin Maju ke Wilayah Selatan Suriah, Tel Aviv Puji Momen Bersejarah

    TRIBUNNEWS.COM- Tank-tank Israel menembus jauh ke pedesaan Quneitra semalam dan memasuki kota Khan Arnabeh, salah satu kota terbesar di provinsi tersebut, sumber lokal melaporkan kepada Al Mayadeen pada 13 Desember.

    Israel telah mengambil keuntungan dari jatuhnya pemerintahan Presiden Bashar al-Assad untuk menduduki wilayah Suriah dan menghancurkan infrastruktur militernya

    Sumber tersebut menambahkan bahwa tank-tank Israel memasuki bekas pangkalan militer yang ditinggalkan di Khan Arnabeh, sebelum mundur lagi.

    Pasukan Israel juga mengeluarkan peringatan kepada penduduk desa-desa di pedesaan barat Daraa untuk tetap tinggal di rumah mereka, kata koresponden Al Mayadeen Reda al-Basha.

    Israel telah menduduki wilayah tambahan di Suriah selatan dan Dataran Tinggi Golan sejak Assad digulingkan pada hari Minggu oleh militan ekstremis dari Hayat Tahrir al-Sham (HTS).

    Kelompok tersebut, yang dipimpin oleh mantan komandan Negara Islam (ISIS) Abu Mohammad al-Jolani, yang baru-baru ini mulai menggunakan nama aslinya Ahmad al-Sharaa, menerima dukungan asing yang kuat dari AS, Turki, dan Israel dalam kampanye kilatnya untuk merebut kota-kota besar Suriah, termasuk Damaskus.

    Serangan tadi malam terjadi ketika Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, memerintahkan militer untuk “bersiap untuk tetap tinggal” sepanjang musim dingin di zona penyangga yang dipatroli PBB di Dataran Tinggi Golan.

    “Mengingat situasi di Suriah, sangatlah penting bagi keamanan untuk mempertahankan kehadiran kami di puncak Gunung Hermon, dan segala sesuatunya harus dilakukan untuk memastikan kesiapan (tentara) di lokasi untuk memungkinkan para pejuang tetap berada di sana meskipun kondisi cuaca yang menantang,” kata juru bicara Katz dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.

    Katz menyebut pengembalian puncak Gunung Hermon di Suriah ke kendali Israel sebagai “momen bersejarah yang mengharukan.”

    “Netanyahu dan saya mengunjungi Dataran Tinggi Golan dan melihat puncak Gunung Hermon di Suriah, yang kembali ke kendali kami setelah 51 tahun,” tambahnya.

    Katz menyampaikan komentarnya saat rekaman video pemukim Yahudi Israel yang melakukan ritual Talmud muncul di wilayah yang dikuasai tentara Israel di dalam wilayah Suriah. Gerakan pemukim Israel meminta agar tentara “menaklukkan dan menghancurkan” sebanyak mungkin wilayah di Suriah dan Lebanon untuk membuka jalan bagi pemukiman Yahudi.

    Israel juga melakukan serangan udara pada dini hari di ibu kota, Damaskus.

    Koresponden Al Mayadeen mengatakan bahwa serangan Israel “menargetkan Gunung Qasioun di ibu kota Suriah, Damaskus, tempat markas Garda Republik rezim sebelumnya berada.”

    Pengeboman itu terjadi sebagai bagian dari upaya Israel untuk secara sistematis menghancurkan semua senjata dan infrastruktur militer Suriah.

    Pada tanggal 10 Desember, angkatan udara Israel memanfaatkan runtuhnya tentara Suriah untuk  melancarkan lebih dari 350 serangan udara dalam 48 jam di Suriah.

    Serangan hebat tersebut “tidak menyisakan satu pun aset tentara Suriah,” kata sumber keamanan regional dan perwira dalam tentara Suriah yang kini telah jatuh  kepada  Reuters. 

    Target Israel di Suriah  termasuk  pangkalan militer, pesawat tempur, depot rudal, fasilitas manufaktur, drone, tank, radar, kapal angkatan laut, dan banyak lagi, kata militer.

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Poros Perlawanan Digebuk Israel, Iran: Suriah Bukan Kejutan, Milisi Bakal Ada di Seluruh Kawasan – Halaman all

    Poros Perlawanan Digebuk Israel, Iran: Suriah Bukan Kejutan, Milisi Bakal Ada di Seluruh Kawasan – Halaman all

    Poros Perlawanan Digebuk Israel, Iran: Gejolak Suriah Bukan Kejutan, Milisi Bakal Ada di Seluruh Kawasan

     

    TRIBUNNEWS.COM – Iran rupanya tidak kaget atas gejolak di Suriah yang menumbangkan satu di antara tokoh sekutu utama mereka di kawasan Asia Timur Tengah, rezim Bashar al-Assad.

    Hal itu diungkapkan Ketua Parlemen Iran, Mohammad Bagher Ghalibaf yang mengatakan gerakan perlawanan justru akan meluas dan mencakup seluruh Timur Tengah.

    Dia menambahkan, Iran akan terus mendukung perlawanan sebagai strategi terpentingnya dalam menghadapi musuh utama mereka, Israel.

    Bagher Ghalibaf merujuk pada pernyataan Pemimpin Iran, Ayatollah Seyyed Ali Khamenei kemarin, yang menyatakan kekuatan Iran tidak berkurang meski Assad tumbang di Suriah.

    Soal jatuhnya pemerintahan mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad, Ghalibaf mengakui kalau itu akan sedikit mengganggung rantai gerakan perlawanan.

    Namun, mencontohkan Hizbullah, Ghalibaf mengatakan kalau gerakan Perlawanan akan menyesuaikan strategi dan langkah taktis mereka dengan kondisi di lapangan.

    “Tentu saja, jelas bahwa jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad akan mengganggu aktivitas gerakan perlawanan, tetapi kelompok-kelompok perlawanan, khususnya Gerakan Perlawanan Hizbullah di Lebanon, telah menunjukkan bahwa mereka tidak hanya akan beradaptasi dengan kondisi baru, tetapi juga akan bertindak lebih bersemangat dan lebih kuat dari sebelumnya,” kata dia dilansir MNA, Jumat (13/12/2024).

    Suar yang dinyalakan tentara Israel jaruh di area Har Dov di Gunung Hermon, 13 November 2023. (Jalaa MAREY / AFP)

    Tak Kaget Gejolak di Suriah

    Terkait perkembangan terkini di Suriah yang kini berganti rezim dan kekuasaan, Ghalibaf menegaskan kalau perkembangan tersebut tidak dapat dielakkan dan bukan sesuatu yang mengejutkan.

    Iran, kata dia, telah memperingatkan pemerintah Suriah di bawah rezim Assad.

    Iran juga telah menilai rencana intervensionis yang disusun terhadap negara Arab tersebut, kata Ghalibaf.

    “Jika peringatan ini ditanggapi dengan serius pada waktu yang tepat dan jalur dialog dengan rakyat serta pencapaian persatuan nasional telah ditempuh, saat ini bangsa Suriah tidak akan berada di ambang kekacauan internal, konflik sektarian dan kerusakan aset nasional, dan akibatnya, (Suriah) tidak akan menyaksikan agresi berulang-ulang dari rezim Zionis (Israel) dan penghancuran infrastrukturnya,” tambah juru bicara parlemen tersebut.

    Ghalibaf menekankan, Iran akan terus mendukung gerakan-gerakan perlawanan yang tersebar di kawasan dalam aksi melawan Israel.

    “Kami dengan tegas menyatakan bahwa dengan keyakinan yang lebih besar, kami akan terus mendukung perlawanan sebagai strategi yang paling penting dan utama untuk menjamin keamanan negara,” kata Ghalibaf.

    Dia kemudian menekankan seruan dari Khamenei kalau “Gerakan perlawanan akan meluas dan meliputi seluruh kawasan dan (ada di) semua pemerintah yang bersekutu dengan rezim Zionis (Israel).”

    Serangan skala besar Israel ke wilayah Suriah di masa transisi kekuasaan pasca-tergulingnya Rezim Bashar al-Assad. (MNA/screenshot)

    Netanyahu Klaim Israel Gebuk Poros Perlawanan yag Dipimpin Iran

    Dalam konteks pergolakan di Suriah, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengklaim serangan Israel terhadap militan sekutu Iran telah memicu reaksi berantai yang akan mengubah wajah di kawasan Timur Tengah.

    Ia menyebut gerakan Hamas di Jalur Gaza, Hizbullah di Lebanon, dan sejumlah militan di Suriah dan Irak adalah kelompok perlawanan yang didukung oleh Iran.

    Menurutnya, kekacauan di Timur Tengah saat ini adalah reaksi berantai dari serangan Israel terhadap mereka.

    “Peristiwa bersejarah yang kita saksikan hari ini adalah reaksi berantai,” kata Netanyahu dalam pidatonya yang ditujukan kepada rakyat Iran, Kamis (12/12/2024).

    Perdana Menteri Israel mengatakan ini semua diawali ketika Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, yang disusul dengan serangan dari Hizbullah Lebanon, dan sekutu militannya yang berada di Suriah hingga Irak terhadap Israel.

    Netanyahu sesumbar bahwa reaksi Israel dengan menyerang mereka telah memicu reaksi berantai di Timur Tengah.

    “Reaksi berurutan terhadap pemboman Hamas, penghapusan Hizbullah, dan penargetan (mantan Sekretaris Jenderal Hassan) Nasrallah, terhadap serangan yang kami kirimkan ke poros teror yang didirikan oleh rezim Iran,” katanya.

    Ia juga menyoroti runtuhnya kekuasaan Presiden Suriah Bashar al-Assad yang berhasil digulingkan oleh aliansi oposisi bersenjata, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), pada 8 Desember 2024.

    Netanyahu menuduh Iran menghabiskan puluhan miliar dolar untuk mendukung Bashar al-Assad dan untuk mendukung Hamas di Jalur Gaza dan Hizbullah di Lebanon.

    Menurutnya, rezim Bashar al-Assad selama ini menyediakan jalur aman bagi Iran untuk memasok senjata ke Hizbullah di Lebanon, sebagai imbalan atas dukungan Iran untuk melawan oposisi Suriah.

    “Yang dilakukan Israel hanyalah mempertahankan negaranya, namun melalui hal tersebut kita membela peradaban dalam menghadapi kebrutalan,” lanjutnya.

    Netanyahu mencoba meyakinkan rakyat Iran bahwa mereka berada di bawah kekuasaan rezim Ali Khamenei yang mengancam kedamaian di kawasan itu.

    “Anda menderita di bawah kekuasaan rezim yang mengejek Anda dan mengancam kami. Akan tiba saatnya hal ini berubah. Akan datang suatu hari ketika Iran akan bebas,” kata Netanyahu.

    “Saya yakin kita akan mencapai masa depan ini bersama-sama lebih cepat dari yang diperkirakan sebagian orang. Saya tahu dan percaya bahwa kita akan mengubah Timur Tengah menjadi mercusuar kemakmuran, kemajuan dan perdamaian,” lanjutnya.

    Dengan jatuhnya rezim Bashar al-Assad, Iran kehilangan mata rantai utama dalam “poros perlawanan” yang dipimpinnya untuk melawan Israel.

     

    (oln/mna/*)

  • Tentang Bendera Baru Suriah Usai Rezim Bashar Al Assad Tumbang

    Tentang Bendera Baru Suriah Usai Rezim Bashar Al Assad Tumbang

    Jakarta

    Pasukan oposisi Suriah, dipimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS) berhasil merebut kekuasaan dari Presiden Bashar Al Assad. Mereka pun mengganti bendera negara Suriah yang sebelumnya digunakan sejak tahun 1980.

    Diketahui, HTS yang merupakan bekas afiliasi Al-Qaeda, menyatakan mereka berhasil menggulingkan Assad setelah menyerbu dan menguasai Damaskus pada Minggu (8/12) waktu setempat. Mereka juga menyatakan presiden Suriah itu telah meninggalkan negaranya. Belakangan diketahui, Assad pergi ke Rusia.

    Bendera lama Suriah berwarna merah-putih-hitam dengan dua bintang hijau di atas warna putih di tengah. Bendera ini digunakan sejak tahun 1980, dan merupakan bendera dari Republik Arab bersatu yang berdiri pada 1958 sampai 1961.

    Bendera lama Suriah saat rezim Assad (Photo by LOUAI BESHARA / AFP) Foto: AFP/LOUAI BESHARA

    Persegi panjang berwarna merah melambangkan darah yang tertumpah dalam revolusi Suriah. Persegi panjang putih melambangkan perdamaian. Lalu, persegi panjang hitam melambangkan penindasan orang Arab.

    Ayah Presiden Bashar Al Assad yang digulingkan dan pejabat partai Ba’ath menetapkan desain dasar ini sebagai bendera resmi Suriah setelah kudeta.

    Seorang pria mengibarkan bendera oposisi Suriah di Benteng Aleppo di Suriah utara pada 11 Desember 2024. (Photo by Ozan KOSE / AFP) Foto: AFP/OZAN KOSE

    Bendera itu kini diganti dengan bendera baru. Coraknya mirip, hanya warna merah di bagian atas diganti dengan warna hijau, dengan bintang merah berjumlah tiga di atas warna putih.

    Dilansir Reuters, bendera yang kini dikibarkan merupakan bendera kaum oposisi. Desainnya dinamakan ‘bendera kemerdekaan’, dikibarkan saat Suriah merdeka dari Prancis. Suriah merdeka pada 17 April 1946. Tiga bintang merah di tengah mencerminkan tiga distrik utama di Suriah, yakni Aleppo, Damaskus, dan Deir el-Zor.

    Selengkapnya di halaman selanjutnya.

  • Jam-Jam Terakhir Rezim Assad di Suriah, Kejatuhan hingga Pelarian

    Jam-Jam Terakhir Rezim Assad di Suriah, Kejatuhan hingga Pelarian

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bashar al-Assad, Presiden Suriah selama 24 tahun, meninggalkan Damaskus dalam sebuah pelarian rahasia yang menandai runtuhnya pemerintahannya dan berakhirnya lebih dari setengah abad kekuasaan keluarganya. Pelariannya pada dini hari Minggu, 8 Desember, ke Moskow dilakukan dengan penuh kerahasiaan, bahkan tanpa memberi tahu orang-orang terdekatnya, termasuk keluarga dan pejabat kepercayaannya.

    Dalam jam-jam terakhir di Suriah, Assad tetap mempertahankan kesan optimisme di hadapan bawahannya. Pada Sabtu malam, dalam sebuah pertemuan di Kementerian Pertahanan dengan sekitar 30 komandan militer dan kepala keamanan, ia meyakinkan bahwa dukungan militer Rusia segera datang.

    Namun, di balik layar, Assad telah mempersiapkan pelariannya, menurut seorang komandan yang hadir dalam pertemuan tersebut.

    Assad meninggalkan kantornya dengan alasan pulang ke rumah tetapi langsung menuju bandara. Bahkan penasihat media utamanya, Buthaina Shaaban, ditipu; ia dipanggil ke rumah Assad untuk membantu menyusun pidato tetapi mendapati rumah tersebut kosong.

    “Assad bahkan tidak memberikan perlawanan terakhir atau memotivasi pasukannya. Dia membiarkan para pendukungnya menghadapi nasib mereka sendiri,” kata Nadim Houri, Direktur Eksekutif Arab Reform Initiative, Dilansir Reuters, Jumat (13/12/2024).

    Pelarian

    Assad meninggalkan Damaskus menggunakan pesawat yang terbang rendah tanpa transponder untuk menghindari deteksi radar. Ia mendarat terlebih dahulu di Pangkalan Udara Hmeimim Rusia di Latakia sebelum melanjutkan perjalanan ke Moskow.

    Keluarga terdekatnya, termasuk istrinya Asma dan tiga anak mereka, telah terlebih dahulu berada di Moskow. Namun, saudara laki-lakinya Maher Assad dan sepupunya Ehab dan Eyad Makhlouf ditinggalkan di tengah kekacauan.

    Maher berhasil melarikan diri ke Rusia melalui Irak, sementara Ehab tewas dalam serangan oleh pemberontak saat mencoba melarikan diri ke Lebanon, menurut sumber yang mengetahui peristiwa tersebut.

    Di media sosial, video yang diambil oleh warga menunjukkan rumah Assad di Damaskus ditinggalkan secara tergesa-gesa, dengan makanan yang masih berada di atas kompor dan album foto keluarga tertinggal di tempatnya.

    Dukungan dari Rusia dan Iran

    Selama hari-hari terakhir pemerintahannya, Assad berulang kali meminta bantuan militer dari Rusia dan Iran. Namun, baik Moskow maupun Teheran menolak untuk memberikan intervensi langsung.

    Di Moskow pada 28 November, Assad bertemu dengan pejabat Rusia, tetapi permintaannya untuk dukungan militer ditolak. Kremlin telah mengalihkan fokusnya ke Ukraina, dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, hanya menawarkan bantuan diplomatik untuk memastikan keselamatannya.

    Situasi yang sama terjadi dalam pertemuan Assad dengan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi pada 2 Desember di Damaskus. Menurut seorang diplomat senior Iran, Assad mengakui bahwa militer Suriah terlalu lemah untuk melakukan perlawanan signifikan.

    Namun, ia tidak meminta Iran mengerahkan pasukannya, khawatir hal itu akan memicu serangan Israel terhadap Iran atau pasukannya di Suriah.

    Meskipun begitu, moskow berperan penting dalam mengatur pelarian Assad. Lavrov memimpin upaya diplomatik dengan Qatar dan Turki untuk menjamin keselamatannya. Rusia juga bekerja sama dengan negara-negara tetangga untuk memastikan pesawat Assad tidak dicegat atau diserang selama perjalanan keluar dari Suriah.

    HTS (Hayat Tahrir al-Sham), kelompok Islamis yang telah menguasai Aleppo dan Homs, dikabarkan terlibat dalam pengaturan pelarian Assad, meskipun Qatar dan Turki secara resmi membantah memiliki hubungan dengan kelompok tersebut.

    Runtuhnya Dinasti Assad

    Dengan pelariannya, Assad mengakhiri kekuasaan keluarganya yang dimulai oleh ayahnya, Hafez al-Assad, pada 1971. Hadi al-Bahra, pemimpin oposisi utama Suriah di luar negeri, mengatakan Assad telah menipu bawahannya dengan menjanjikan bantuan militer Rusia yang tidak pernah ada.

    Perdana Menteri terakhir Assad, Mohammed Jalali, mengungkapkan percakapan terakhirnya dengan presiden pada Sabtu malam. “Dia mengatakan, ‘Besok kita akan lihat.’ Itu adalah kata-kata terakhirnya kepada saya,” kata Jalali dalam wawancara dengan Al Arabiya.

    Kepergian Assad menandai berakhirnya perang saudara yang telah berlangsung selama 13 tahun dan meninggalkan negara itu dalam keadaan kacau balau. Sementara pemberontak merayakan kemenangan mereka, tantangan besar menanti Suriah dalam upaya rekonstruksi dan pemulihan stabilitas.

    Dengan Assad yang kini berada di pengasingan di Moskow, pertanyaan besar tetap ada mengenai masa depan politik Suriah dan bagaimana negara tersebut akan mengatasi luka yang dalam akibat perang berkepanjangan.

    (luc/luc)

  • Kapal Perang Rusia OTW Suriah, Raja Hamad Kirim Pesan, Iran dan UEA Desak Israel Berhenti – Halaman all

    Kapal Perang Rusia OTW Suriah, Raja Hamad Kirim Pesan, Iran dan UEA Desak Israel Berhenti – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Konflik di Suriah melibatkan sejumlah negara dengan militernya masing-masing.

    Pasca-kudeta Pemerintahan Bashar al-Assad, Suriah dilanda situasi darurat gara-gara serangan bertubi-tubi Israel.

    Rusia berberes-beres di pangkalan militernya di Suriah kali ini mendatangkan kapal perang.

    Informasi intelijen, kapal perang Rusia tengah bergerak ke pangkalan Tartus di Suriah.

    Mereka dikabarkan ingin mengeluarkan peralatan militer Rusia dari negara itu.

    Sisa-sisa kontingen militer Rusia dari wilayah paling terpencil di Suriah sedang ditarik ke pangkalan angkatan laut dan udara di Tartus dan Khmeimim, Intelijen Pertahanan melaporkan, dikutip dari Ukrainian Shiping Magazine (USM).

    Untuk memindahkan senjata dan peralatan militer dari Suriah ke pangkalan di Tartus, kapal pendarat besar Ivan Gren dan Alexander Otrakovsky melanjutkan perjalanan mereka.

    Saat ini diketahui perjalanan sampai di Laut Norwegia, dan dijadwalkan melewati Selat Inggris dalam beberapa hari.

    Kapal kargo kering Rusia “Sparta”, yang meninggalkan kota Baltiysk, juga bergerak ke pelabuhan Suriah. Kapal “Sparta II” , yang meninggalkan St. Petersburg, juga direncanakan akan terlibat dalam pemindahan peralatan militer dari republik Arab tersebut.

    Warga Rusia yang telah mencapai lokasi evakuasi, biasanya, mabuk dan menjarah sambil menunggu penerbangan mereka, demikian laporan Intelijen Pertahanan.

    USM sebelumnya melaporkan bahwa Rusia telah mendatangkan pasukan khusus untuk membantu kapal mundur dari Suriah.

    Raja Hamad Kirim Pesan

    Yang Mulia Raja Hamad bin Isa Al Khalifa, Presiden KTT Arab saat ini, mengirim pesan kepada Ahmad Al Sharaa, Komandan Divisi Koordinasi Militer di Republik Arab Suriah.

    Ia memuji kerja sama Direktorat Urusan Politik dengan duta besar Arab yang tinggal di Damaskus.

    Raja Hamad menggarisbawahi pentingnya menjaga kedaulatan, stabilitas, integritas teritorial, dan persatuan Suriah, diberitakan BNA.

    Dirinya menekankan dukungan Bahrain bagi Suriah untuk melanjutkan perannya.

    Juga menekankan kesiapan Bahrain untuk melanjutkan konsultasi dan koordinasi dengan Suriah dan untuk mendukung organisasi regional dan internasional dalam upaya yang menguntungkan rakyat Suriah. 

    Yang Mulia Raja menyatakan aspirasi Bahrain bagi Suriah untuk melanjutkan perannya dalam Liga Arab.

    Menteri luar negeri Iran dan Uni Emirat Arab menyerukan diakhirinya segera serangan militer rezim Israel terhadap Suriah.

    Dalam percakapan telepon pada hari Kamis, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi dan mitranya dari Emirat Sheikh Abdullah bin Zayed bin Sultan Al Nahyan berbicara tentang perkembangan regional terkini, khususnya situasi di Suriah.

    Kedua diplomat meninjau perkembangan terkini di Suriah dan menggarisbawahi perlunya menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial Suriah, serta memelihara keamanan dan stabilitas negara Arab tersebut.

    Mereka juga menyerukan penghentian segera serangan darat dan udara oleh rezim Zionis terhadap Suriah, situs web Kementerian Luar Negeri Iran melaporkan.

    Pembicaraan tersebut selanjutnya membahas pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan dan menghindari tindakan provokatif yang dapat mengganggu suasana persahabatan dan kerja sama antarnegara kawasan selama situasi sensitif saat ini.

    Bahaya HTS

    Mosab Hassan Yousef , putra mantan pemimpin Hamas Sheikh Hassan Yousef, yang kisahnya dijelaskan dalam buku Son of Hamas atau Anak Hamas, baru-baru ini mengunggah pesan di akun X.

    Ia memperingatkan pemimpin baru Suriah Abu Mohammed al-Jolani atau dikenali juga Julani.

    Yousef telah menjadi suara terkemuka dalam diskusi Barat tentang terorisme, khususnya terorisme jihad Islam, karena latar belakang dan keterlibatannya dengan Hamas .

    Dalam unggahannya pada hari Rabu (11/12/2024), Mosab Hassan Yousef memperingatkan Barat agar tidak mengakui atau melegitimasi al-Jolani.

    Menurutnya, jika hal itu terjadi prediksinya akan memiliki konsekuensi yang mematikan bagi kemanusiaan. 

    Unggahan itu tampaknya menyebabkan akun X miliknya ditangguhkan, Yousef sebelumnya memberi pesan.

    “Sebuah kekaisaran Islam baru telah lahir; jangan memberinya makan, tapi buatlah ia kelaparan,” tulisnya dikutip dari All Israel.

    Mantan anggota Hamas yang kini menjadi agen Shin Bet Israel itu mengatakan, sebagian besar warga Timur Tengah dan seluruh dunia tidak menyadari konsekuensi yang menghancurkan dari perkembangan baru di Suriah (Al-Sham).  

    Masalahnya, lanjut Yousef, adalah generasi jihadis baru lebih canggih daripada kelompok teroris mana pun di masa lalu. 

    Dia mengatakan bahwa Hay’at Tahrir al-Sham (HTS), yang sebelumnya dikenal sebagai Jabhat al-Nusra (Front al-Nusra), dan memiliki hubungan dengan Al-Qaeda dan ISIS, telah mengubah strategi politik, tetapi bukan identitas, untuk meninabobokan negara-negara Barat agar percaya bahwa mereka telah melakukan reformasi.

    Mengutip upaya HTS untuk memulai layanan bus dan melanjutkan fungsi kota lainnya di wilayah yang direbut sebagai bukti reformasi yang mereka duga, Yousef memperingatkan bahwa kegiatan ini dimaksudkan “untuk memanipulasi masyarakat internasional dengan menunjuk tokoh-tokoh pemerintah yang moderat.”

    “Mereka memiliki kesabaran dan tidak terburu-buru menyerang musuh-musuh mereka; strategi baru mereka adalah membangun infrastruktur dan institusi, serta memperoleh pengakuan global untuk mendirikan Ummah Jihadi (organisasi Muslim global),” ia memperingatkan. 

    “Strategi baru mereka adalah menciptakan iklim yang sesuai yang akan mengarah pada pembentukan negara Jihadi.”

    Amerika Serikat dan sekutunya tidak boleh mengakui atau melegitimasi penguasa baru Damaskus, tidak peduli seberapa cerdik mereka akan memainkan kartu mereka untuk memanipulasi masyarakat internasional dengan menunjuk tokoh-tokoh pemerintahan yang moderat.

    Lebih jauh lagi – dan pada bagian postingan yang kemungkinan membuatnya diblokir – mantan anggota Hamas tersebut menganjurkan “penghapusan pemimpin utama pemberontak, terutama al-Julani, sebelum mereka memperoleh lebih banyak dukungan dan simpati dari masyarakat yang putus asa dan mendambakan perubahan dan kebebasan, yang akan memungkinkan munculnya kepemimpinan yang sah.”

    “Memberikan penghargaan atau pujian kepada para Jihadis karena menggulingkan diktator Suriah yang brutal adalah sebuah kesalahan, mereka mungkin memainkan peran penting, tetapi mereka bukanlah kekuatan sebenarnya yang menjatuhkan Assad,” klaim Yousef. 

    “Al-Julani memiliki potensi untuk menciptakan Negara Teroris yang kuat yang belum pernah kita alami sebelumnya,” kata Putra Hamas tersebut.

    “Ia cenderung membangunnya secara perlahan, penuh perhatian, dan sabar. Teroris global ini tidak berintegrasi dari seorang Jihadi menjadi seorang negarawan, ia mengubah dirinya dari seorang Jihadi biasa menjadi seorang Khalifah Islam modern, dan membiarkannya berkembang akan memiliki konsekuensi yang mematikan bagi kemanusiaan.” 

    Mantan anggota Hamas itu bukan satu-satunya suara dari Timur Tengah yang memperingatkan agar tidak menerima klaim reformasi al-Jolani.

    Peneliti Yayasan Pertahanan Demokrasi, Hussain Abdul-Hussain memperingatkan bahwa Ahmed Hussein al-Sharaa, yang menggunakan nama samaran Abu Mohammed al-Jolani, tampaknya menerapkan hukum Syariah di banyak wilayah yang telah dikuasainya. 

    Abdul-Hussain menegaskan bahwa al-Jolani telah menempatkan pemerintah Idlib yang menegakkan Syariah sebagai pemerintah transisi bagi Suriah, yang bukan merupakan pertanda baik bagi janjinya untuk menghormati dan melindungi minoritas non-Muslim. 

    “Saya berharap proyeksi saya ternyata salah dan Sharaa telah berubah dan bersikap moderat, atau ‘dewasa’, seperti yang ia katakan kepada CNN,” tulis Abdul-Hussain.

    “Namun, saya tidak berharap terlalu banyak.” 

    Pengucilan Para Pemimpin Suriah

    Di Damaskus, para diplomat telah menyuarakan keprihatinan mengenai pengucilan para pemimpin oposisi politik lainnya.

    Kelompok Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) dengan cepat mengonsolidasikan otoritasnya atas negara Suriah, menunjukkan kecepatan yang sama seperti saat mereka mengambil alih negara itu, Reuters melaporkan.

    Kelompok tersebut telah mengerahkan pasukan polisi, membentuk pemerintahan sementara, dan memulai pertemuan dengan utusan asing, sehingga memicu kekhawatiran mengenai inklusivitas kepemimpinan baru Damaskus, kantor berita tersebut menunjukkan.

    Sejak HTS menggulingkan Bashar al-Assad pada hari Minggu sebagai bagian dari aliansi, para pejabatnya—yang sebelumnya menjalankan pemerintahan Islam di sudut terpencil di barat laut Suriah—telah mengambil alih kantor-kantor pemerintahan di Damaskus.

    Pada hari Senin, Mohammad al-Bashir, yang sebelumnya menjabat sebagai kepala pemerintahan daerah di Idlib yang dikuasai HTS, diangkat sebagai perdana menteri sementara Suriah. 

    Langkah ini menggarisbawahi dominasi HTS di antara faksi-faksi bersenjata yang berjuang selama lebih dari 13 tahun untuk mengakhiri kekuasaan al-Assad.

    Meskipun HTS memutuskan hubungannya dengan organisasi teroris al-Qaeda pada tahun 2016, HTS telah meyakinkan para pemimpin suku, pejabat lokal, dan warga sipil selama perjalanannya menuju Damaskus bahwa agama minoritas akan dilindungi.

    Pemerintah sementara yang baru kurang inklusif, kata seorang sumber.

    Di Kantor Gubernur Damaskus, Mohammad Ghazal—seorang insinyur sipil berusia 36 tahun dari Idlib yang sekarang mengawasi urusan administratif—menepis kekhawatiran terhadap pemerintahan Islam.

    “Tidak ada yang namanya pemerintahan Islam. Bagaimanapun, kita adalah Muslim dan itu adalah lembaga atau kementerian sipil,” katanya, dikutip dari AL MAYADEEN.

    “Kami tidak memiliki masalah dengan etnis dan agama apa pun,” katanya, seraya menambahkan bahwa “yang membuat masalah adalah rezim (Assad).”

    Namun, muncul kekhawatiran mengenai komposisi pemerintahan sementara yang baru, yang sangat bergantung pada para administrator dari Idlib.

    Reuters mengutip empat tokoh oposisi dan tiga diplomat yang mengatakan bahwa proses tersebut kurang inklusif.

    Walaupun al-Bashir telah menyatakan ia hanya akan menjabat hingga Maret, HTS, yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh AS, Turki, dan lainnya, belum menguraikan aspek penting dari transisi tersebut, termasuk rencana untuk konstitusi baru.

    “Anda mendatangkan (menteri) dari satu warna, seharusnya ada partisipasi dari yang lain,” tegas Zakaria Malahifji, Sekretaris Jenderal Gerakan Nasional Suriah dan mantan penasihat politik oposisi di Aleppo.

    Ia menggambarkan kurangnya konsultasi dalam pembentukan pemerintahan sebagai sebuah kesalahan.

    “Masyarakat Suriah beragam dalam hal budaya, suku bangsa, jadi sejujurnya ini mengkhawatirkan,” tegasnya.

    Seperti pejabat “Pemerintah Keselamatan” yang berafiliasi dengan HTS lainnya yang direlokasi dari Idlib ke Damaskus, Ghazal telah mendesak pegawai negeri untuk kembali bekerja, seraya menekankan keadaan negara yang mengerikan.

    “Ini adalah negara yang runtuh. Ini adalah reruntuhan, reruntuhan, reruntuhan,” katanya.

    Sasaran langsung Ghazal untuk tiga bulan ke depan termasuk memulihkan layanan dasar dan merampingkan birokrasi.

    Ia mengumumkan rencana untuk menaikkan gaji, yang saat ini rata-rata $25 per bulan, agar sesuai dengan upah minimum $100 di Salvation Government.

    Persaingan antar faksi menimbulkan risiko terhadap stabilitas.

    Meskipun HTS mendominasi, faksi-faksi bersenjata lainnya, terutama di dekat perbatasan dengan Yordania dan Turki, tetap aktif, sehingga menimbulkan risiko bagi stabilitas di Suriah pasca-Assad, Reuters mencatat, seraya menambahkan bahwa persaingan antar faksi, yang berakar pada konflik bertahun-tahun, semakin memperparah tantangan-tantangan ini.

    Yezid Sayigh, seorang peneliti senior di Carnegie Middle East Center, menyatakan bahwa HTS “jelas berusaha mempertahankan momentum di semua tingkatan”.

    Ia memperingatkan risikonya, termasuk potensi pembentukan rezim otoriter baru dengan dalih Islam.

    Namun, ia menunjukkan bahwa keberagaman oposisi dan masyarakat Suriah kemungkinan akan mencegah satu kelompok pun memonopoli kekuasaan.

    Dalam konteks yang sama, Reuters mengutip sumber oposisi yang mengetahui konsultasi HTS yang mengklaim bahwa semua sekte Suriah akan terwakili dalam pemerintahan sementara.

    Selama tiga bulan ke depan, isu utama yang akan diputuskan termasuk apakah Suriah mengadopsi sistem presidensial atau parlementer, sumber itu menambahkan.

    Dalam wawancara untuk Il Corriere della Sera pada hari Rabu, al-Bashir menekankan bahwa pemerintah sementara akan mengundurkan diri pada bulan Maret 2025.

    Ia menguraikan prioritas seperti memulihkan keamanan, menegakkan kembali otoritas negara, memulangkan pengungsi, dan menyediakan layanan penting.

    Ketika ditanya apakah konstitusi baru akan memiliki kerangka Islam, al-Bashir menyatakan bahwa rincian seperti itu akan dibahas selama proses penyusunan konstitusi.

    Di Damaskus, para diplomat telah menyuarakan kekhawatiran tentang pengecualian terhadap para pemimpin oposisi politik lainnya.

    “Kami prihatin – di mana semua pemimpin oposisi politik,” kata seorang diplomat.

    Yang lain mencatat potensi dampak destabilisasi dari faksi-faksi bersenjata yang belum dilucuti senjatanya atau didemobilisasi.

    Joshua Landis, seorang pakar Suriah dan direktur Pusat Studi Timur Tengah di Universitas Oklahoma, menyarankan bahwa al-Jolani “harus segera menegaskan kewenangannya untuk menghentikan kekacauan yang terjadi.”

    “Namun, ia juga harus berupaya meningkatkan kapasitas administratifnya dengan melibatkan para teknokrat dan perwakilan dari berbagai komunitas,” tegas Landis.

    (Tribunnews.com/ Chrysnha/Barir)

  • Kelompok Pertama WNI Dievakuasi dari Suriah Tiba di Tanah Air

    Kelompok Pertama WNI Dievakuasi dari Suriah Tiba di Tanah Air

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kelompok pertama WNI yang dievakuasi dari Suriah tiba di tanah air pada Kamis (12/12) usai jatuhnya rezim Presiden Bashar al-Assad.

    Setidaknya 37 WNI melarikan diri dari Suriah melalui Beirut, Lebanon dan kembali ke Jakarta dengan pesawat komersil.

    Lebih dari 1.000 warga negara Indonesia masih berada di Suriah dan sebagian besar dari mereka bekerja secara ilegal.

    Direktur Perlindungan WNI, Judha Nugraha mengatakan bahwa mereka akan terus memantau situasi di Suriah yang masih dinamis dan potensi ancaman dari Israel.

  • Israel Siapkan Serangan ke Fasilitas Nuklir Iran, IAEA Meradang: Dilarang Hukum Internasional – Halaman all

    Israel Siapkan Serangan ke Fasilitas Nuklir Iran, IAEA Meradang: Dilarang Hukum Internasional – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Angkatan Udara Israel sedang menyiapkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Informasi ini dibocorkan pejabat militer kepada Times of Israel.

    Negara Yahudi tersebut percaya bahwa pengambilalihan Suriah secara tiba-tiba oleh pemberontak jihadis telah melemahkan posisi Teheran di wilayah tersebut, yang dapat mendorong Iran untuk mempercepat program atomnya, kata outlet tersebut.

    Sementara itu, serangan udara Israel telah menghancurkan sebagian besar pertahanan udara Suriah, sehingga membuka jalan bagi operasi melawan Iran.

    Teheran telah lama bersikeras bahwa program nuklirnya bersifat damai dan bersifat sipil, bertolak belakang dengan tuduhan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa Iran sedang mencari bom atom.

    DI 2015, lima negara kekuatan nuklir terbesar di dunia membuat perjanjian dengan Iran untuk memantau aktivitas nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi.

    Namun AS secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut pada tahun 2018.

    Israel dilaporkan mempertimbangkan serangan terhadap situs nuklir Iran setelah serangan rudal Teheran pada tanggal 1 Oktober, namun tidak menindaklanjuti rencana tersebut.

    Pemerintahan Netanyahu telah memanfaatkan penggulingan pemerintahan di Suriah untuk menghancurkan kemampuan militer negara tetangganya dengan meluncurkan “salah satu operasi serangan terbesar dalam sejarah” angkatan udaranya. 

    Awal pekan ini, jet Israel menyerang lebih dari 250 sasaran di seluruh Suriah, termasuk bandara dan pelabuhan, lokasi pertahanan udara dan rudal, fasilitas industri militer, dan gudang.

    Pasukan Israel juga bergerak melampaui zona penyangga di Dataran Tinggi Golan, dan mengklaim Gunung Hermon.

    Pemerintahan Bashar Assad di Suriah digulingkan oleh militan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) pekan lalu. Kelompok HTS sejauh ini belum mengkonsolidasikan kekuatan.

    Israel Yakin Iran Kini Terisolir

    Israel yakin, kini Iran “terisolasi” setelah Assad digulingkan dan sekutu utamanya lainnya di wilayah tersebut, Hizbullah yang berbasis di Lebanon, telah dilemahkan secara signifikan oleh serangan IDF baru-baru ini di sana.

    Hal ini dapat mendorong Iran untuk mempercepat program nuklirnya dan menciptakan peluang bagi serangan pendahuluan Israel, menurut Times of Israel.

    IAEA Larang Israel Serang Fasilitas Nuklir Iran

    Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, telah memperingatkan kepada Israel agar tidak menyerang instalasi nuklir Iran.

    Dia beralasan, hal ini dilarang oleh hukum internasional dan dapat menimbulkan konsekuensi yang mengerikan bagi seluruh kawasan.

    Grossi menyampaikan pernyataan tersebut pada konferensi pers di Teheran, di mana dia melakukan kunjungan dua hari untuk membicarakan program nuklir Iran.

    Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi di konferensi pers di Teheran, Iran, 14 November 2024.

    “Serangan seperti itu dapat menimbulkan konsekuensi radiologis yang sangat serius. IAEA dan negara-negara anggotanya sebelumnya telah menyatakan penolakan keras terhadap tindakan tersebut,” kata Grossi menanggapi pertanyaan tentang ancaman serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran.

    Ketegangan antara Teheran dan Yerusalem Barat telah meningkat sejak pecahnya perang terbaru Israel-Hamas di Gaza tahun lalu dan serangan Israel ke Lebanon yang menargetkan Hizbullah.

     

    Iran mengecam Israel atas kedua konflik tersebut, dan kedua negara telah saling melancarkan serangan rudal beberapa kali tahun ini.

    Para pejabat Israel sebelumnya menyebut situs-situs nuklir Iran sebagai target serangan potensial, namun sejauh ini dilaporkan telah ditekan oleh AS untuk tidak menindaklanjuti ancaman tersebut.

    Namun awal pekan ini, menteri pertahanan Israel yang baru diangkat, Israel Katz, mengatakan, Iran “lebih rentan terhadap serangan terhadap fasilitas nuklirnya.” 

    Dia mengatakan, Israel sekarang memiliki peluang “untuk mencapai tujuan terpenting kami – untuk menggagalkan dan menghilangkan ancaman nyata terhadap Negara Israel.”

    Pernyataanya ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Yerusalem Barat akan segera menyerang situs tersebut.

    Selama konferensi pers, Grossi mencatat bahwa ketegangan regional saat ini “menunjukkan bahwa ruang untuk negosiasi dan diplomasi” mengenai program nuklir Iran “semakin kecil.”

    Upaya Iran dalam pengayaan uranium telah lama dipandang oleh Barat sebagai upaya terselubung untuk mengembangkan senjata nuklir.

    Meskipun perjanjian nuklir tahun 2015 antara Iran dan negara-negara besar membatasi program tersebut dengan imbalan keringanan sanksi yang signifikan bagi Teheran, perjanjian tersebut gagal setelah Amerika menarik diri dari perjanjian tersebut pada tahun 2018.

    Hal ini menyebabkan Iran meningkatkan kemampuan pengayaannya, yang menurut Grossi, kini mendekati ambang batas yang diperlukan untuk persenjataan.

    IAEA telah mendorong lebih banyak pemantauan dan kerja sama di situs nuklir Iran. Grossi mengatakan dia bertekad menjadikan kunjungannya “sukses” dalam hal ini mengingat “keadaan serius di wilayah tersebut.”

    Iran telah lama membantah mempunyai ambisi untuk membuat senjata nuklir, dan berulang kali menekankan bahwa program pengayaannya selalu bersifat damai dan hanya ditujukan untuk penggunaan sipil.

    Setelah pertemuan dengan Grossi pada Kamis malam, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan negaranya bersedia bekerja sama dan bernegosiasi dengan IAEA mengenai program nuklirnya, namun tidak akan melakukannya “di bawah tekanan dan intimidasi.”

  • Israel Kuasai Perbatasan Golan usai Rezim Suriah Runtuh

    Israel Kuasai Perbatasan Golan usai Rezim Suriah Runtuh

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pasukan militer Israel beroperasi di zona penyangga antara Suriah dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel pada Kamis (12/12).

    Operasi ini dilakukan usai pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad runtuh, menciptakan kekosongan kekuasaan di wilayah perbatasan.

    PM Israel Benjamin Netanyahu berdalih operasi untuk mencegah ancaman kelompok jihadis ke komunitas Israel di Golan.

    Netanyahu menambahkan bahwa pengerahan ini bersifat sementara untuk menjaga keamanan perbatasan.