Negara: Suriah

  • Sekolah Dibuka Lagi di Damaskus Usai Keruntuhan Rezim Assad

    Sekolah Dibuka Lagi di Damaskus Usai Keruntuhan Rezim Assad

    Jakarta, CNN Indonesia

    Sekolah-sekolah di Damaskus kembali dibuka pada Minggu (15/12), menandai awal baru setelah runtuhnya pemerintahan Bashar al-Assad yang berkuasa selama lebih dari dua dekade.

    Di Sekolah Jawdat al-Hashemi, bendera penguasa baru Suriah dikibarkan dengan sorak-sorai dari para siswa dan guru.

    Namun, membangun kembali Suriah bukanlah tugas yang mudah.

    Perang saudara selama 13 tahun telah menewaskan ratusan ribu orang dan meninggalkan kerusakan parah di seluruh negeri.

    Keruntuhan infrastruktur, jutaan pengungsi, dan trauma yang mendalam menjadi tantangan besar bagi pemerintah baru.

  • Hayat Tahrir al-Sham Tolak Berperang dengan Israel meski Suriah Dibombardir IDF – Halaman all

    Hayat Tahrir al-Sham Tolak Berperang dengan Israel meski Suriah Dibombardir IDF – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) menolak berkonflik dengan Israel meskipun Pasukan Pertahanan Israel (IDF) terus melancarkan serangan ke wilayah Suriah.

    Pemimpin HTS, Abu Mohammed al-Jolani, mengungkapkan bahwa Israel menggunakan Iran sebagai alasan untuk melakukan intervensi di Suriah.

    Jolani menegaskan bahwa HTS tidak memiliki niat untuk terjun ke dalam konflik melawan Israel.

    “Kondisi Suriah yang letih karena perang tidak memungkinkan adanya konfrontasi baru. Prioritas saat ini adalah pembangunan kembali dan stabilitas,” ujarnya dalam wawancara dengan Syria TV.

    Dia juga menambahkan bahwa solusi diplomatik adalah satu-satunya cara untuk mencapai keamanan dan stabilitas, dan petualangan politik yang tidak terencana tidak diinginkan.

    Sementara itu, Kepala Staf IDF Letjen Herzi Halevi menyatakan bahwa pihaknya tidak ingin terlibat dalam urusan politik domestik Suriah.

    “Tujuan IDF beroperasi di Suriah adalah untuk memastikan keamanan Israel,” kata Halevi.

    Serangan IDF ke Suriah

    IDF baru-baru ini meluncurkan serangkaian serangan besar ke Suriah yang dikenal sebagai Operasi Anak Panah Bashan.

    Dalam tujuh hari terakhir, Israel mengklaim telah menghancurkan 70 hingga 80 persen kemampuan militer Suriah di bawah rezim Presiden Bashar al-Assad.

    Menurut laporan, IDF menyerang sejumlah gudang senjata strategis di Suriah dengan menggunakan lebih dari 350 pesawat tempur.

    Serangan ini bertujuan untuk mencegah senjata jatuh ke tangan kelompok teroris.

    “Operasi ini sudah rampung dan berhasil menghancurkan hampir semua peralatan militer Suriah yang dianggap mengancam Israel,” ungkap IDF.

    Situasi di Suriah saat ini

    HTS telah meningkatkan kekuatan politik dan keamanannya setelah kejatuhan kekuasaan Assad.

    Pada 14 Desember 2024, pasukan HTS berhasil menguasai Kota Daara dan perlintasan perbatasan Nassib, serta melakukan pertemuan dengan kelompok pemberontak lainnya untuk membahas urusan militer dan sipil.

    Jolani menekankan bahwa saat ini fokus utama mereka adalah membangun kembali negara dan menghindari konflik yang dapat memperburuk keadaan.

    “Kita tidak ingin terlibat dalam sengketa yang bisa memunculkan kehancuran lebih lanjut,” katanya.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Tak Hanya Diklaim Punya 200 Ton Emas, Eks Presiden Suriah Assad Timbun Rp1,1 T di Bank Inggris – Halaman all

    Tak Hanya Diklaim Punya 200 Ton Emas, Eks Presiden Suriah Assad Timbun Rp1,1 T di Bank Inggris – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad dilaporkan menimbun uang senilai lebih dari 55 juta poundsterling atau sekitar Rp1,1 triliun di rekening bank di Kota London, Inggris.

    Laporan surat kabar Inggris bernama I Paper menyebutkan uang itu adalah bagian dari dana sebesar 163 juta poundsterling yang ditimbun oleh Assad dan keluarganya di rekening-rekening bank Inggris.

    I Paper mendasarkan laporan itu pada narasumber perbankan yang diperolehnya.

    Adapun dokumen pengadilan dari tahun 2011 menyebutkan bahwa Assad memiliki sekitar 40 juta poundsterling di sebuah rekening bank HSBC di London.

    Dikutip dari The New Arab, uang atau dana itu sudah dibekukan lewat sanksi yang dijatuhkan terhadap rezim Assad. Akibatnya, Assad tidak bisa mengaksesnya.

    Karena terus berbunga, simpanan itu kini bernilai lebih dari 55 juta poundsterling.

    Assad dijatuhi sanksi setelah dia menindak tegas para pengunjuk rasa menjelang Perang Saudara Suriah pada 2011 silam.

    Dia diyakini memiliki kekayaan hampir 12,5 miliar poundsterling atau sekitar Rp252,7 triliun.

    Kekayaan itu berbentuk aset berupa 200 ton emas, rumah-rumah di berbagai belahan dunia, dan jaringan bisnis di Timur Tengah dan lainnya.

    Mobil-mobil mewah koleksi presiden Suriah Bashar al-Assad (X/Twitter)

    Pemerintah Inggris juga telah membekukan aset milik paman Assad, Riffat al-Assad. Aset itu termasuk rumah enam lantai senilai 26 juta poundsterling di Mayfair.

    Menurut I Paper, muncul permintaan agar para menteri di Inggris menggunakan Undang-Undang Hasil Kejahatan 2002 untuk mengambil alih dana itu. Dana tersebut nantinya akan diberikan kepada pemerintahan baru di Suriah apabila sudah berdiri.

    “Inilah waktu terakhir yang memungkinkan bagi pemerintah Inggris untuk mengambil tindakan yang menentukan guna membantu korban konflik Suriah dan rezim Assad,” kata mantan Ketua Partai Konservatif Sir Iain Duncan Smith kepada i Paper.

    Seperti Duncan, politikus John McDonnell menyebut pemerintah Inggris harus bergerak cepat guna membekukan aset Assad dan menggunakannya untuk kemakmuran rakyat Suriah.

    Razan Rashidi selaku Direktur Eksekutif Campaign Syria, yakni kelompok HAM di Suriah, turut meminta uang Assad dikembalikan kepada rakyat Suriah.

    “Jutaan (poundsterling) di bank-bank Inggris dimiliki oleh rakyat Suriah dan telah ditimbung dengan mengorbankan banyak nyawa,” ujar Rashidi.

    Kolase foto Vladimir Putin dan Bashar al-Assad (Kolase Tribunnews/TASS)

    Seberapa kaya Assad?

    Dikutip dari ET Now News, keluarga Assad berkuasa selama puluhan tahun di Suriah dan menguasai banyak sekali uang.

    Keluarga itu menjadi pusat jaringan ekonomi terbesar di Suriah. Jaringan itu menyentuh hampir setiap bagian dari ekonomi Suriah dan mendanai rezim itu melalui cara legal maupun ilegal.

    Surat kabar Arab Saudi bernama Elav mengungkap kekayaan keluarga berdasarkan informasi dari MI6 atau intelijen Inggris.

    Kekayaan keluarga itu termasuk 200 ton emas, uang 16 miliar dolar AS, dan uang 5 miliar euro.

    Jumlah itu disebut setara dengan APBN Suriah selama tujuh tahun. Akan tetapi, angka-angka itu belum diverifikasi atau dikonfirmasi secara independen.

    Kementerian Luar Negeri AS dalam laporannya tahun 2022 juga memberikan perkiraan tentang kekayaan keluarga diktator itu. Menurut AS, keluarga Assad punya harta sebanyak 1 hingga 2 miliar dolar.

    Jumlah pasti kekayaan Assad dan keluarganya susah diketahui lantaran disembunyikan di banyak rekening, perusahaan offshore, dan perusahaan induk bidang real estate.

    Mereka juga diduga menggunakan perusahaan cangkang dan identitas palsu guna menghindari sanksi dan deteksi.

    Kekayaan keluarga Assad berasal dari hasil legal dan ilegal. Mereka dituding terlibat dalam tindak penyelundupan, perdagangan senjata, narkoba, dan pemerasan.

    Uang hasil tindakan terlarang itu disalurkan lewat perusahaan dan organisasi nonprofit sehingga susah dilacak.

    Keluarga Shalish, sepupu Assad dari ayahnya, juga menjadi pemain penting dalam kerajaan bisnis Assad.

    Dhu-al-Himma Shalish dan Riad Shalish diperkirakan memiliki kekayaan lebih dari $1 miliar. Harta itu berasal dari berbagai bisnis mereka, termasuk dalam bidang konstruksi dan impor mobil.

    (Tribunnews/Febri)

  • HTS Minta Faksi-Faksi Palestina di Suriah ‘Lucuti’ Senjata Sendiri, Aksi Melawan Israel Dilarang – Halaman all

    HTS Minta Faksi-Faksi Palestina di Suriah ‘Lucuti’ Senjata Sendiri, Aksi Melawan Israel Dilarang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dilaporkan meminta faksi-faksi perjuangan Palestina di Suriah untuk menanggalkan atau melepaskan senjata mereka.

    Pejabat HTS menyebut faksi-faksi itu tak akan lagi diizinkan memiliki senjata apa pun, kamp pelatihan, ataupun markas militer.

    Menurut laporan Ibrahim Amin, wartawan Al-Akhbar, faksi-faksi Palestina harus membubarkan organisasi militer mereka sesegera mungkin.

    Itu sebagai balasan atas upaya di bidang politik dan amal yang dilakukan rezim baru Suriah.

    Sejumlah faksi Palestina, termasuk Fatah, Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP), Front Populer untuk Pembebasan Palestina-Komando Umum (PFLP-GC), Saiqa, dan Jihad Islam Palestina memiliki pejabat yang berada di Suriah. Mereka bertindak sebagai tamu pemerintah Suriah selama puluhan tahun.

    Kepada Erem News, narasumber dari PFLP-GC berkata bahwa faksi-faksi itu diberi tahu tentang keputusan dalam rapat yang dipimpin oleh Ahmed al-Sharaa di kamp pengungsian Palestina di Kota Damaskus.

    Sharaa yang juga dikenal sebagai Abu Muhammad al-Jolani adalah pemimpin HTS yang baru saja menumbangkan rezim Presiden Bashar al-Assad di Suriah.

    Pemimpin HTS, Mohammed Al-Julani yang menggulingkan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad pada 8 Desember 2024. (X)

    Dikutip dari The Cradle, banyak warga Palestina yang mengungsi ke Suriah saat peristiwa Nakba tahun 1948.

    Pada saat itu milisi Zionis mengusir sekitar 750 ribu warga Palestina dari wilayah yang nantinya menjadi negara Israel.

    Di Suriah, banyak pengungsi Palestina yang tinggal di Kamp Yarmouk di pinggiran selatan Damaskus. Kamp itu menjadi pusat diaspora warga Palestina.

    Faksi-faksi Palestina itu membentuk kelompok perlawanan bersenjata yang menyediakan personel untuk Tentara Pembebasan Palestina (PLA). Kelompok tersebut menjadi penyokong Angkatan Darat Suriah.

    Amin menyebut faksi-faksi Palestina kini dilarang menggunakan Suriah sebagai markas untuk aktivitas apa pun yang melawan Israel.

    Menurut dia, pemerintahan baru Suriah tidak berujar tentang upaya membangun hubungan dengan Israel.

    Meski demikian, perwakilan pemerintah menyinggung upaya untuk mencegah perlawanan apa pun terhadap Israel dari wilayah Suriah.

    HTS tolak berperang dengan Israel

    Pemimpin HTS al-Jolani mengaku enggan berkonflik dengan Israel meski Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berulang kali menyerang Suriah.

    Pemimpin HTS Abu Mohammed al-Jolani mengatakan Israel menggunakan Iran sebagai dalih untuk memasuki Suriah.

    Kendati demikian, Jolani mengatakan pihaknya “tidak punya keinginan untuk terjun dalam konflik melawan Israel”.

    Dikutip dari laporan Institut Kajian Perang (ISW) edisi 14 Desember 2024, Israel juga mengklaim enggan berkonflik dengan Suriah yang baru saja mengalami revolusi besar akibat ambruknya rezim Assad.

    Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Herzi Halevi berujar pihaknya enggan campur tangan dalam urusan politik domestik Suriah.

    Kata dia, IDF tujuan IDF beroperasi di Suriah ialah hanya untuk memastikan keamanan Israel.

    Israel sudah melancarkan ratusan serangan yang menargetkan gudang-gudang senjata Suriah. Bahkan, Israel menduduki Gunung Hermon di Suriah.

    Assad mengatakan dalih Israel menduduki Suriah itu suatu alasan yang lemah dan tidak bisa digunakan sebagai pembenaran.

    “Israel sudah jelas melewati batas di Suriah, itu merupakan ancaman eskalasi tak berdasar di kawasan ini,” kata Jolani saat diwawancarai Syria TV.

    “Kondisi suriah yang letih karena perang, setelah konflik dan perang bertahun-tahun, tidak mengizinkan adanya konfrontasi baru. Prioritas saat ini adalah pembangunan kembali dan stabilitas, tidak ditarik ke dalam sengketa yang bisa memunculkan kehancuran lebih lanjut.”

    Di samping itu, dia mengatakan solusi diplomatik adalah satu-satunya cara untuk memastikan keamanan dan stabilitas. Menurutnya, “petualangan politik yang tanpa perhitungan” tidak dihendaki.

    Houthi siap bantu HTS jika melawan Israel

    Sementara itu, kelompok Houthi atau Ansrallah di Yaman mengaku siap membantu HTS jika mereka melawan serbuan Israel ke Suriah.

    “Operasi militer kami untuk mendukung Gaza sedang berlangsung dan tidak akan menyimpang dari kompas perseteruan yang mengatur jihad kami melawan musuh negara itu,” kata Mohammed al-Bukhaiti selaku anggota biro politik Houthi melalui media sosial X hari Senin, (9/12/2024).

    “Jika [HTS] beraksi melawan agresi Israel terhadap Suriah, kami akan menjadi yang pertama mendukungnya.

    Adapun Pasukan Pertahan Israel (IDF) sudah melancarkan serangan besar ke Suriah dalam operasi yang disebut “Operasi Anak Panah Bashan”.

    Selama tujuh hari belakangan Israel terus membombardir Suriah dengan serangan-serangan udaranya.

    Pada hari Selasa, (10/12/2024), IDF mengklaim sudah menghancurkan 70 hingga 80 persen kemampuan militer Suriah di bawah rezim Presiden Bashar al-Assad yang kini tumbang.

    “Dalam 48 jam terakhir, IDF menyerang sebagian besar gudang senjata strategis di Suriah,” kata IDF hari Selasa, (10/12/2024), dikutip dari All Israel News.

    Israel berdalih serangan itu dilakukan agar mencegah senjata jatuh ke tangan “unsur teroris”.

    Menurut Israel, Operasi Anak Panah Bashan sudah rampung hari Selasa pekan ini.

    Adapun Bashan adalah nama Dataran Tinggi Golan dalam Perjanjian Lama. Golan diduduki Israel setelah Perang Enam Hari tahun 1967 dan dicaplok tahun 1981 meski tindakan itu tidak diakui dunia.

    (Tribunnews/Febri)

  • AS Bareng Negara Arab dan PBB Sudah Komunikasi dengan HTS, Bahas Pemerintahan Transisi Suriah – Halaman all

    AS Bareng Negara Arab dan PBB Sudah Komunikasi dengan HTS, Bahas Pemerintahan Transisi Suriah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, mengaku pihaknya telah melakukan kontak langsung dengan kelompok militan Hayat Tahrir al-Sham atau HTS pada Sabtu (14/12/2024).

    Dikutip dari Associated Press (AP), hal itu disampaikan oleh Blinken dalam sebuah konferensi pers di Yordania.

    Blinken menuturkan komunikasi tersebut dilakukan bersama delapan negara Arab, Turki, Uni Eropa, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    Dalam komunikasi itu, Blinken menyebut adanya penandatanganan seperangkat prinsip terkait panduan pemerintahan transisi di Suriah setelah rezim Bashar al-Assad tumbang.

    Adapun prinsip tersebut diharapkan dapat menjadikan Suriah menjadi negara damai, nonsektarian, dan inklusif.

    Namun, Blinken tidak mau membahas secara lebih rinci apa saja yang dibicarakan dengan HTS.

    Dia hanya menekankan bahwa penting bagi AS untuk menyampaikan pesan kepada kelompok HTS soal tindakannya dan bagaimana mereka akan memerintah dalam masa transisi.

    “Ya kami telah melakukan kontak dengan HTS dan dengan pihak-pihak lain. Pesan kami kepada rakyat Suriah adalah kami ingin mereka berhasil dan kami siap membantu mereka melakukannya,” kata Blinken dalam konferensi pers di kota pelabuhan Aqaba, Yordania, dikutip pada Minggu (15/12/2024).

    Di sisi lain, ada yang unik dalam pertemuan antara AS dan kelompok HTS tersebut.

    Adapun keunikan yang dimaksud adalah HTS dicap oleh AS sebagai organisasi teroris sejak tahun 2018.

    Penetapan tersebut berujung pada sanksi berat berupa larangan pemberian “dukungan material” kepada kelompok ataupun anggota HTS.

    Hanya saja, tidak ada larangan dari pejabat AS untuk berkomunikasi dengan kelompok dari HTS.

    Pimpinan HTS Mau Calonkan Diri jadi Presiden Suriah jika Diminta

    Sementara itu, pemimpin HTS, Muhammad al-Julani, bakal mencalonkan diri sebagai Presiden Suriah jika diinginkan.

    “Saya akan mencalonkan diri sebagai Presiden Republik Suriah jika warga atau orang-orang di sekitar saya meminta saya untuk melakukannya,” kata al-Julani kepada media Suriah, Sabtu (14/12/2024).

    Al-Julani mengatakan, meski kemenangan di Suriah diraih dengan jalan revolusi, ia menekankan agar kepemimpinan Suriah tidak dijalankan dengan mentalitas revolusi.

    “Negara perlu membentuk negara berdasarkan hukum dan institusi untuk menjamin stabilitas berkelanjutan,” katanya.

    “Saya menekankan perlunya mentransfer mentalitas dari aksi revolusioner ke pembangunan negara, mengingat masa depan Suriah bergantung pada pembentukan fondasi pemerintahan dan keadilan,” katanya.

    Di sisi lain, ia menegaskan pemerintahan baru akan mengakhiri produksi Captagon, pil simultan ilegal di Suriah, setelah rezim Assad sebelumnya mengubah negara tersebut menjadi pabrik Captagon, menurut laporan internasional.

    Ia juga mengungkapkan situasi internal di Suriah setelah jatuhnya rezim Assad.

    “Kementerian Pertahanan akan membubarkan semua faksi dan tidak akan ada senjata di luar kewenangan negara Suriah,” katanya.

    “Kami memiliki hubungan dengan umat Kristen dan Druze, dan mereka berperang bersama kami di dalam Departemen Operasi Militer,” lanjutnya.

    Abu Mohammad al-Julani, panglima tertinggi kelompok Hay’at Tahrir al-Sham saat ini, yang mungkin tewas dalam serangan udara Rusia dan militer Suriah di Idlib pada Minggu (1/12/2024). (DailyMail)

    Mengenai bentuk kewenangan di Suriah di masa depan, al-Julani mengatakan hal ini akan diserahkan kepada ahli.

    “Hal ini diserahkan kepada keputusan para ahli dan ahli hukum, dan rakyat Suriahlah yang memutuskan,” katanya.

    “Kompetensi dan kemampuan menjadi dasar evaluasi dalam hal ini,” lanjutnya, seperti diberitakan Aljazeera.

    Dia mengatakan komite dan dewan yang peduli dengan kajian ulang konstitusi akan dibentuk.

    Selain itu, ia juga mengomentari pemboman Israel di sebagian besar Suriah.

    Rezim Bashar-al Assad Jatuh, Assad Diselamatkan Putin 

    Kolase foto Vladimir Putin dan Bashar al-Assad (Kolase Tribunnews/TASS)

    Setelah dikudeta oleh kelompok militan HTS, eks Presiden Suriah Bashar al-Assad langsung terbang ke Rusia pada Minggu (8/12/2024) pekan lalu.

    Adapun juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengungkapkan ada peran pihaknya sehingga Bashar al-Assad bisa terbang ke Rusia.

    Serangan kilat yang dilakukan HTS membuat Presiden Rusia, Vladimir Putin langsung memberikan suaka kepada Bashar al-Assad.

    Dikutip dari Sputnik, keputusan pemberian suaka tersebut merupakan langkah pribadi Putin.

    “Tentu saja, keputusan semacam itu tidak dapat dibuat tanpa persetujuan kepala negara. Itu adalah keputusannya (Putin),” ujarnya di Moskow.

    Sementara, menurut laporan jurnalis Aljazeera, Yulia Shapovalova, bahwa memang Bashar al-Assad tidak ditelantarkan oleh Putin.

    “Presiden Suriah yang mengundurkan diri dalam situasi yang sulit seperti ini membuanya dievakuasi oleh pesawat Rusia dari pangkalan udara Rusia di Latakia,” katanya.

    Shapovalova menuturkan belum ada informasi dari Rusia terkait keputusan pemberian suaka kepada Bashar al-Assad akan memengaruhi aset mantan Presiden Suriah tersebut.

    Sebagai informasi, Suriah merupakan sekutu penting Uni Soviet (sebelum Rusia) di Timur Tengah sejak awal tahun 1970-an.

    Hubungan baik kedua negara terus terjalin meski Perang Dingin telah berakhir dengan runtuhnya Uni Soviet.

    (Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

    Artikel lain terkait Konflik Suriah 

  • Dampak Jatuhnya Rezim Al-Assad: Israel Ambil Langkah Berani – Halaman all

    Dampak Jatuhnya Rezim Al-Assad: Israel Ambil Langkah Berani – Halaman all

    TRIBUNNEWS.com – Israel mengeluarkan ancaman serius terhadap kelompok oposisi Suriah, Hayat Tahrir Al-Sham (HTS).

    Ancaman ini disampaikan oleh jurnalis dan analis politik Israel, Barak Ravid, dalam wawancara dengan CNN.

    Ancaman Terhadap HTS

    Ravid menjelaskan bahwa Israel telah mengirim pesan peringatan kepada HTS melalui tiga pihak.

    “Kami, tentara pendudukan Israel, tidak akan tinggal diam jika HTS mendekati perbatasan,” ujar Ravid pada Sabtu, 14 Desember 2024.

    Ia menambahkan bahwa Israel memiliki hubungan erat dengan beberapa kelompok di Suriah, terutama dengan kelompok Kurdi di wilayah utara.

    Dukungan untuk Komunitas Druze

    Ravid juga menyoroti hubungan Israel dengan komunitas Druze di Dataran Tinggi Golan.

    “Israel telah memberi tahu Druze di Israel bahwa mereka akan melakukan intervensi jika komunitas Druze di Suriah terancam,” ungkapnya.

    Upaya Melemahkan Tentara Suriah

    Ravid mencatat bahwa Israel memiliki keraguan besar terhadap HTS, yang jauh lebih besar dibandingkan dengan sikap pemerintahan Presiden AS Joe Biden dan negara-negara Eropa.

    Ia menegaskan bahwa Israel berupaya melemahkan kemampuan tentara Suriah yang tersisa dan akan terus mengebom fasilitas-fasilitas militer dalam beberapa hari mendatang.

    “Israel bermaksud memanfaatkan situasi saat ini untuk memastikan bahwa pihak manapun yang menguasai Suriah dalam beberapa tahun mendatang akan membutuhkan waktu lama untuk membangun kembali tentara mereka,” tambah Ravid.

    Israel Klaim Kuasai Sebagian Wilayah Udara Suriah

    Sebelumnya, Israel dilaporkan telah menjatuhkan 1.800 bom di sekitar 500 target di Suriah.

    Komando militer Israel mengeklaim telah menghancurkan sebagian besar pertahanan udara Suriah.

    Saat ini, Angkatan Udara Israel mengeklaim mampu melakukan operasi dengan aman di wilayah udara Suriah setelah menguasai sebagian besar wilayah tersebut.

    Media Israel melaporkan bahwa jatuhnya rezim Bashar al-Assad memungkinkan militer Israel untuk menggunakan wilayah udara Suriah dalam serangan terhadap Iran.

    Meskipun pertahanan udara Suriah dianggap salah satu yang terkuat di Timur Tengah, Israel telah melanggar kedaulatan Suriah dengan melancarkan operasi udara besar-besaran.

    Tumbangnya Rezim al-Assad

    Rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad resmi tumbang pada Minggu, 7 Desember 2024, saat ibu kota Damaskus jatuh ke tangan oposisi.

    Kelompok oposisi bersenjata telah berjuang keras untuk menjatuhkan rezim al-Assad.

    Setelah bentrokan meningkat pada 27 November 2024, rezim al-Assad kehilangan kendali atas banyak wilayah, termasuk Aleppo dan Idlib.

    Dengan penguasaan Damaskus oleh oposisi, masa pemerintahan al-Assad selama 61 tahun berakhir.

    Al-Assad dan keluarganya diketahui melarikan diri dari Suriah setelah oposisi berhasil menguasai ibu kota.

    Rezim al-Assad dimulai pada 1963 setelah kudeta Partai Baath Sosialis Arab dan berlanjut hingga kematiannya pada tahun 2000, yang kemudian dilanjutkan oleh al-Assad.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Bashar al-Assad Mengadu ke Iran sebelum Digulingkan Oposisi Suriah yang Didukung Turki – Halaman all

    Bashar al-Assad Mengadu ke Iran sebelum Digulingkan Oposisi Suriah yang Didukung Turki – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Suriah yang digulingkan, Bashar al-Assad, dilaporkan mengeluh kepada Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengenai dukungan Turki terhadap pasukan oposisi yang berupaya menggulingkannya.

    Dua pejabat Iran mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut berlangsung pada hari-hari terakhir sebelum penggulingan Assad.

    Keluhan Assad kepada Iran

    Dalam pertemuan tersebut, Assad mengekspresikan kemarahannya atas upaya intensif Turki untuk menggulingkannya.

    “Dukungan Turki kepada oposisi sangat mengkhawatirkan,” ungkap seorang pejabat senior Iran kepada Reuters pada Sabtu, 14 Desember 2024.

    Menanggapi hal ini, Menlu Iran, Abbas Araghchi, berjanji akan mengangkat masalah ini kepada pihak Ankara dan menjamin dukungan Iran yang berkelanjutan untuk Assad.

    Keesokan harinya, Araghchi bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, untuk menyampaikan keprihatinan Iran mengenai dukungan Turki terhadap oposisi di Suriah.

    Pertemuan ini berlangsung dalam ketegangan, di mana Iran menyatakan ketidakpuasannya terhadap sikap Turki yang dianggap bias terhadap agenda Amerika dan Israel.

    “Dukungan Turki terhadap oposisi Suriah adalah ancaman bagi sekutu Iran di wilayah ini,” kata pejabat Iran.

    Fidan, di sisi lain, menyalahkan Assad atas krisis yang terjadi.

    Ia menekankan bahwa kegagalan Assad untuk terlibat dalam perundingan perdamaian dan pemerintahan yang menindas selama bertahun-tahun adalah akar penyebab konflik.

    Pelarian Assad

    Di tengah ketegangan tersebut, Assad dilaporkan melarikan diri beberapa jam sebelum pasukan oposisi menyerbu kantor pemerintahannya di Damaskus pada Minggu, 8 Desember 2024.

    Menurut seorang penasihat presiden yang tidak ingin disebutkan namanya, Assad menelepon penasihat medianya pada malam sebelumnya untuk menyiapkan pidato sebelum ia terbang ke pangkalan Hmeimim di Rusia.

    Ia melarikan diri bersama putranya, Hafez, tanpa memberitahu keluarga atau rekan dekatnya.

    Sementara itu, saudara laki-lakinya, Maher, yang memimpin Brigade ke-4 angkatan bersenjata, juga kabur ke Irak setelah mengetahui situasi tersebut secara kebetulan.

    Hingga saat ini, keberadaan Bashar al-Assad masih belum diketahui setelah oposisi mendeklarasikan jatuhnya kekuasaan rezimnya.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Beda Bendera Suriah Lama dan Baru Beserta Artinya

    Beda Bendera Suriah Lama dan Baru Beserta Artinya

    Jakarta, CNN Indonesia

    Rezim presiden Bashar Al Assad yang sudah berkuasa 50 tahun di Suriah berhasil digulingkan oleh milisi Hayat Tahrir al Sham pada 8 Desember lalu.

    Usai berhasil menggulingkan rezim otoriter tersebut, HTS langsung mengganti bendera Suriah dengan bendera baru.

    Bendera baru ini merupakan bendera yang dipakai oleh kelompok aktivis anti-Assad yang selama ini menjadi oposisi di pemerintah Suriah.

    Perbedaan bendera lama dan baru Suriah

    Bendera lama dan bendera baru yang saat ini digunakan Suriah usai rezim Assad runtuh tentu punya perbedaan.

    Sebelum rezim Assad runtuh, Suriah menggunakan bendera dengan corak tiga persegi panjang berwarna merah, putih, dan hitam yang dihiasi dua bintang berwarna merah di bagian tengahnya.

    Namun, usai rezim Assad digulingkan HTS, mereka mengubah bendera Suriah yang menjadi bercorak tiga persegi panjang berwarna hijau, putih, dan hitam dengan tiga bintang hijau di tengahnya.

    Dilansir NDTV, bendera bercorak hijau, putih, dan hitam yang dilengkapi tiga bintang berwarna merah yang digunakan sebagai bendera Suriah ini merupakan hasil modifikasi dari bendera pertama saat Suriah berhasil merdeka dari Prancis pada 1932.

    Arti bendera lama dan baru Suriah

    Bendera lama dan baru Suriah tentu punya arti yang berbeda pula.

    Warna garis merah yang ada di bendera lama Suriah melambangkan tumpah darah warga Suriah dalam memerdekakan negaranya dari tangan penjajah.

    Warna putih melambangkan masa depan yang aman dan damai, sedangkan warna hitam melambangkan berbagai penindasan yang dilakukan Eropa kepada warga Arab.

    Adapun dua bintang hijau melambangkan Suriah dan Mesir yang merupakan pendiri negara Republik Arab Bersatu.

    Tiga persegi panjang berwarna hijau, putih, dan hitam yang ada di bendera baru Suriah saat ini melambangkan kekhalifahan Islam yang dahulu pernah berkuasa di Suriah, yakni Dinasti Rasyidin, Umayyah, dan Abbasiyah.

    Sementara itu, tiga bintang merah yang ada di bendera Suriah saat ini melambangkan perlawanan kelompok pemberontak Suriah terhadap rezim otoriter Bashar Al Assad.

    (gas/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Apa yang Dicari Israel di Suriah? Pemimpin HTS Minta Dunia ‘Buka Mata’ untuk Lawan Agresi IDF – Halaman all

    Apa yang Dicari Israel di Suriah? Pemimpin HTS Minta Dunia ‘Buka Mata’ untuk Lawan Agresi IDF – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Setelah jatuhnya rezim Presiden Bashar al-Assad, Israel seolah tak ingin kehilangan momen.

    Pasukan Israel langsung dikerahkan untuk melakukan agresi di Suriah dan merebut puncak Gunung Hermon.

    Tak hanya itu, pasukan Israel juga telah menghancurkan seluruh aset militer Suriah dengan menyerang lebih dari 500 target.

    Setelah menduduki puncak Gunung Hermon, Israel disebut-sebut telah menjadikannya hadiah yang paling bertahan lama meskipun para pejabat bersikeras bahwa pendudukannya bersifat sementara.

    “Ini adalah tempat tertinggi di kawasan ini, menghadap Lebanon, Suriah, dan Israel,” kata Efraim Inbar, direktur Institut Strategi dan Keamanan Yerusalem (JISS), dikutip dari CNN.

    “Tempat ini sangat penting secara strategis. Tidak ada yang dapat menggantikan gunung,” lanjutnya.

    Puncak Gunung Hermon terletak di Suriah, di zona penyangga yang memisahkan pasukan Israel dengan Suriah selama lima puluh tahun hingga akhir pekan lalu, saat pasukan Israel mengambil alih kendalinya.

    Hingga hari Minggu, puncak tersebut didemiliterisasi dan dipatroli oleh pasukan penjaga perdamaian PBB, posisi permanen tertinggi mereka di dunia.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, pada hari Jumat memerintahkan militer untuk bersiap menghadapi kondisi sulit akibat pengerahan pasukan pada musim dingin.

    “Karena perkembangan di Suriah, sangat penting bagi keamanan untuk mempertahankan kendali atas puncak Gunung Hermon,” katanya dalam sebuah pernyataan.

    Pasukan Pertahanan Israel (IDF) diklaim telah maju melampaui puncak hingga daerah Beqaasem, sekitar 25 kilometer dari Ibu Kota Suriah.

    Seorang juru bicara militer Israel minggu ini membantah bahwa pasukannya “maju menuju” Damaskus.

    Israel juga telah merebut Dataran Tinggi Golan, dataran tinggi strategis di Suriah barat daya yang berbatasan dengan Gunung Hermon.

    Suriah berupaya merebut kembali wilayah tersebut dalam serangan mendadak pada tahun 1973, tetapi gagal, dan Israel mencaploknya pada tahun 1981.

    Pendudukan tersebut ilegal menurut hukum internasional, tetapi Amerika Serikat (AS) mengakui klaim Israel atas Golan selama pemerintahan Trump.

    Selama puluhan tahun Israel menguasai beberapa lereng bawah Gunung Hermon, dan bahkan mengoperasikan resor ski di sana, tetapi puncaknya tetap berada di wilayah Suriah.

    Setelah melancarkan ratusan serangan udara terhadap aset militer Suriah dan merebut puncak Gunung Hermon, Israel tampaknya memanfaatkan apa yang dilihatnya sebagai momen peluang unik.

    Struktur komando Suriah berantakan, dengan posisi-posisi penting tampaknya dibiarkan tak berpenghuni setelah jatuhnya rezim Assad.

    Dikutip dari BBC, IDF mengatakan angkatan udara dan angkatan lautnya telah melakukan lebih dari 350 serangan sejak Sabtu malam, menghancurkan sekitar 70-80 persen aset militer strategis Suriah dari Damaskus hingga Latakia.

    IDF mengatakan, aset-aset itu termasuk pesawat tempur, radar dan lokasi pertahanan udara, kapal angkatan laut, serta persediaan senjata.

    “Angkatan Laut beroperasi tadi malam untuk menghancurkan armada Suriah dengan sukses besar,” kata Israel Katz.

    IDF juga telah memindahkan pasukan darat ke timur dari Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel ke zona penyangga demiliterisasi di Suriah dan, sekarang diakui, tepat di luarnya.

    Katz mengatakan dia telah memerintahkan militer untuk “membangun zona pertahanan steril yang bebas dari senjata dan ancaman teroris di Suriah selatan, tanpa kehadiran Israel secara permanen”.

    Mantan perwira Angkatan Udara Israel berkomentar dalam posting daring bahwa beberapa serangan yang dilakukan sebagai bagian dari operasi ini didasarkan pada rencana yang dibuat beberapa tahun lalu.

    Seorang analis militer mengatakan bahwa beberapa target telah diidentifikasi oleh Israel pada pertengahan tahun 1970-an.

    Sementara itu, pasukan telah menguasai posisi-posisi di Golan, termasuk puncak Gunung Hermon, menurut media Israel.

    “Wilayah itu menjamin kendali strategis atas seluruh wilayah selatan Suriah, yang menimbulkan ancaman langsung bagi Israel,” situs berita Ynet mengutip pernyataan Kobi Michael, seorang peneliti di Institut Studi Keamanan Nasional (INSS) Israel.

    “Tidak ada titik pandang yang lebih tinggi daripada wilayah Suriah di Golan,” lanjutnya.

    Kepala Staf IDF Sebut Israel Tak Tertarik dengan Suriah

    Keberadaan Pasukan Israel di Puncak Gunung Hermon, Suriah. Israel mengklaim perjanjian pasca-perang tahun 1973 yang mengharuskan mereka melepaskan penguasaan sejumlah wilayah Suriah, termasuk Gunung Hermon, bubar dengan sendirinya sejak rezim pemerintahan Bashar al-Assad tumbang. (rntv/tangkap layar)

    Kepala Staf IDF, Herzi Halevi mengatakan Israel tidak akan campur tangan dalam perkembangan di Suriah.

    “Kami tidak ikut campur dalam apa yang terjadi di Suriah. Kami tidak berniat mengelola Suriah,” tegas Halevi kepada The Jerusalem Post.

    Halevi mencatat bahwa IDF terus melindungi warga Israel, khususnya di Dataran Tinggi Golan, dari ancaman eksternal.

    Pernyataan senada juga diutarakan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

    Netanyahu dalam sebuah video mengungkapkan bahwa Israel tidak berniat campur tangan dalam urusan internal Suriah.

    “Namun, kami tentu berniat melakukan segala hal yang diperlukan untuk menjaga keamanan kami,” kata Netanyahu, dikutip dari CNN.

    Pemimpin HTS Minta Dunia ‘Buka Mata’

    Para pendukung menyambut pemimpin kelompok Islamis Suriah Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang memimpin serangan pemberontak kilat untuk merebut Damaskus dari kendali pemerintah, Abu Mohammed al-Jawlani (tengah), sebelum menyampaikan pidatonya di Masjid Umayyah yang merupakan bangunan bersejarah di ibu kota pada tanggal 8 Desember 2024. – Jolani, yang kini menggunakan nama aslinya Ahmed al-Sharaa, memberikan pidato saat massa meneriakkan “Allahu akbar (Tuhan Maha Besar),” seperti yang ditunjukkan dalam video yang dibagikan oleh para pemberontak di saluran Telegram mereka. (Photo by Aref TAMMAWI / AFP) (AFP/AREF TAMMAWI)

    Pemimpin Hayat Tahrir-al-Sham (HTS), Abu Mohammed al-Julani meminta dunia untuk membuka mata mereka terhadap tindakan Israel yang menginvasi wilayah Suriah.

    Al-Julani juga menyerukan masyarakat internasional untuk campur tangan dan membantunya menghentikan serangan Israel.

    Dalam sebuah wawancara pada hari Sabtu di saluran TV Suriah yang berbasis di Istanbul, Ahmad al-Sharaa atau al-Julain berbicara tentang Israel untuk pertama kalinya sejak mengambil alih negara tersebut.

    Al-Julani mengatakan bahwa “argumen Israel sudah tidak berdasar” dan “tidak membenarkan pelanggaran yang mereka lakukan baru-baru ini”.

    Dikutip dari Russia Today, pemimpin HTS itu menekankan bahwa Yerusalem Barat telah “melewati batas” di negara tersebut, yang dapat mengancam eskalasi di kawasan tersebut.

    Maka dari itu, al-Julani meminta masyarakat internasional untuk campur tangan dalam situasi ini dan “memikul tanggung jawabnya terhadap eskalasi ini”.

    Ia percaya bahwa satu-satunya cara untuk memastikan keamanan dan stabilitas adalah melalui “solusi diplomatik” dan “menjauh dari insiden militer yang tidak dipikirkan dengan matang”.

    (Tribunnews.com/Whiesa)

  • Rezim Assad Jatuh, Pasukan Rusia Masih Bertahan di Suriah

    Rezim Assad Jatuh, Pasukan Rusia Masih Bertahan di Suriah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Jatuhnya rezim Assad tak membuat Rusia menarik semua pasukan militernya dari Suriah. Mereka tidak meninggalkan dua pangkalan utamanya di negara tersebut.

    Reuters melaporkan penarikan militer Rusia terjadi di garis depan Suriah Utara serta pos-pos di Pegunungan Alawite. Sementara itu aktivitas masih terlihat di pangkalan udara Hmeimim Latakia dan fasilitas angkatan laut Tartous.

    Nasib pasukan Rusia di Suriah memang jadi pernyataan setelah rezim Assad tumbang beberapa waktu lalu. Presiden Bashar al-Assad dan ayahnya mendiang mantan presiden Hafez al-Assad diketahui menjalin aliansi dengan Rusia.

    Laporan dari rekaman satelit pada hari Jumat lalu menunjukkan dua Antonov AN-124 berada di Hmeimim dengan kerucut hidung terbuka. Reuters menuliskan nampaknya salah satu pesawat kargo terbesar dunia tersebut tengah bersiap untuk memuat, dikutip Minggu (15/12/2024).

    Reuters juga melaporkan di jalan raya yang menghubungkan Hmeimin dan Tartous terdapat konvoi kendaraan tempur infanteri dan kendaraan logistik Rusia. Kabarnya kendaraan tersebut menuju ke pangkalan udara.

    Laporan yang sama juga menyebutkan tentara Rusia berjalan di sekitar pangkalan. Jet-jet tempur terlihat terpangkir di hanggar.

    Pejabat keamanan Suriah yang berada di luar fasilitas mengatakan satu pesawat kargo terbang menuju Libya pada hari Sabtu.

    Sumber-sumber militer dan keamanan Suriah yang berhubungan dengan Rusia mengatakan Rusia tidak berniat menarik diri dari dua pangkalan tersebut.

    Perwira tentara senior Suriah yang berhubungan dengan militer Rusia juga menjelaskan beberapa peralatan dikirim kembali ke Moskow. Namun ini untuk menyusun kembali dan mengerahkan pasukan kembali sesuai perkembangan di lapangan.

    Pihak Kremlin mengatakan Rusia berdikusi dengan penguasa baru Suriah terkait pangkalan tersebut. Diskusi ini juga terungkap dari seorang sumber Rusia dan memastikan tidak ada penarikan pasukan dari pangkalan.

    Sementara itu, Reuters mengatakan tidak bisa memastikan bagaimana pemimpin pemberontak Suriah, Ahmad al-Sharaa melihat masa depan pangkalan Rusia dalam jangka panjang.

    (hsy/hsy)