Negara: Suriah

  • Pasukan AS Bunuh Pemimpin Militer Terafiliasi Al-Qaeda di Suriah

    Pasukan AS Bunuh Pemimpin Militer Terafiliasi Al-Qaeda di Suriah

    Jakarta

    Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa mereka telah membunuh seorang pemimpin militer utama Hurras al-Din. Kelompok ini cabang Al-Qaeda di Suriah yang mengumumkan pembubarannya pada bulan Januari.

    Dilansir AFP, Minggu (2/3/2025),Komando Pusat AS (CENTCOM), yang bertanggung jawab atas pasukan AS di Timur Tengah, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukannya pada tanggal 23 Februari “melakukan serangan udara presisi di Suriah Barat Laut, yang menargetkan dan membunuh Muhammed Yusuf Ziya Talay, pemimpin militer senior organisasi teroris Hurras al-Din.”

    Sejak Hurras al-Din mengumumkan pada akhir Januari bahwa mereka membubarkan diri, serangan udara AS telah menewaskan beberapa pemimpin kelompok tersebut, menurut CENTCOM.

    Pada tanggal 22 Februari, dikatakan bahwa “serangan udara presisi” telah menewaskan Wasim Tahsin Bayraqdar, seorang pemimpin kelompok yang digolongkan AS sebagai organisasi teroris.

    Pasukan AS berada di Suriah sebagai bagian dari koalisi internasional yang dibentuk pada tahun 2014 untuk memerangi para jihadis kelompok negara Islam.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Setelah aliansi pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Islam radikal Hayat Tahrir al-Sham menggulingkan Presiden Bashar al-Assad dan mengambil alih kekuasaan di Damaskus pada tanggal 8 Desember, Hurras al-Din mengatakan bahwa aliansi tersebut tidak perlu ada lagi.

    Kelompok tersebut, termasuk para jihadis asing, bermarkas di pegunungan Suriah barat laut.

  • Resep Menjadi Negara Adikuasa Regional dan Macan Asia yang Disegani

    Resep Menjadi Negara Adikuasa Regional dan Macan Asia yang Disegani

    Resep Menjadi Negara Adikuasa Regional dan Macan Asia yang Disegani
    Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.
    KEINGINAN
    Presiden
    Prabowo Subianto
    untuk menjadikan
    Indonesia
    sebagai negara kuat di banyak bidang agar disegani negara-negara lain cukup bisa dipahami.
    Toh nyatanya Indonesia secara umum dan simbolik memang besar, setidaknya untuk ukuran regional.
    Dari sisi demografis, sisi ekonomi, dan sisi karakteristik negara kepulauan yang melekat (archipelago), mengindikasikan bahwa Indonesia sebenarnya dan semestinya telah lama menjadi “regional great power”, setidaknya untuk level Asia Tenggara.
    Sehingga cukup bisa dimaklumi mengapa Prabowo sangat berambisi untuk menyesuaikan potensi besar tersebut dengan kenyataan di lapangan di dalam waktu yang diasumsikan relatif singkat, maksimum dua periode pemerintahan beliau.
    Memang selama ini, secara simbolik Indonesia ditahbiskan oleh publik global sebagai “negara senior” di kawasan Asia tenggara, khususnya di dalam Organisasi seperti
    ASEAN
    . 
    Namun secara faktual, nyatanya “gelar simbolik” tersebut belum didukung oleh fakta yang ada, karena itulah ditahbiskan hanya secara simbolik.
    Dari sisi militer, boleh jadi jumlah dan kekuatan pertahanan Indonesia terbilang besar. Namun dari sisi kecanggihan teknologi pertahanan, misalnya, dibanding Singapura, tentu Indonesia harus rela berada di bawahnya.
    Dari sisi demografis pun demikian, jumlah penduduk Indonesia terbesar di Asia Tenggara. Namun lagi-lagi dari sisi kualitas SDM, Indonesia masih jauh di bawah Malaysia atau Vietnam, bahkan Filipina, alih-alih Singapura.
    Pun secara geopolitis, di level Asia Tenggara saja, Indonesia bukanlah negara dan kekuatan yang benar-benar bisa dikategorikan “leader”.
    Tidak ada negara anggota ASEAN yang benar-benar bergantung kepada Indonesia secara geopolitis di satu sisi dan tak ada negara di ASEAN yang benar-benar berada di bawah “sphere of influence” Indonesia di sisi lain.
    Sebut saja, misalnya, ketika kudeta terjadi di Myanmar beberapa tahun lalu. Terbukti Indonesia sebagai “pemimpin simbolik” ASEAN tidak bisa berbuat apa-apa untuk memengaruhinya.
    Bahkan, China yang dianggap berada di belakang kudeta tersebut tak berkomunikasi sedikitpun dengan Indonesia.
    Mengapa bisa demikian? Karena memang Myanmar, sekalipun secara kategoris dari berbagai sisi terbilang berada di bawah Indonesia, tidak berada di dalam “ruang lingkup pengaruh” Indonesia di satu sisi dan karena Indonesia secara faktual memang dianggap bukan “Regional Great Power” di sisi lain.
    Apalagi dari sisi
    soft power
    , secara ekonomi, budaya, pendidikan,
    governance
    , dan SDM, misalnya, Indonesia boleh jadi masih setara atau bahkan berada di bawah Filipina.
    Di level ASEAN, secara agregate memang ekonomi Indonesia paling besar, sama dengan aspek demografi. Namun, secara ekonomi, finansial Singapura sangat jelas memiliki “soft power” ketimbang Indonesia.
    Singapura memiliki layanan finansial berkelas dunia, sistem perdagangan yang juga tak kalah mendunianya, pun sistem pendidikan berkualitas global, tata kelola pemerintahan yang diakui semua pihak, budaya disiplin plus budaya antikorupsi kelas wahid, dan SDM-SDM yang memiliki
    skill
    yang setara dengan di negara-negara maju.
    Semua itu membuat negeri Singa itu menjadi “role model” di banyak bidang, bukan saja untuk negara-negara Asia Tenggara, tapi juga dunia.
    Ambil contoh lain, misalnya, tentang pengaruh
    soft power
    negara lain terhadap generasi muda Indonesia.
    Secara faktual budaya K-Pop terbukti lebih berhasil menjadi kiblat gaya hidup anak muda di Indonesia hari ini, setelah generasi sebelumnya juga sangat dipengaruhi oleh budaya “Hollywood” dari Paman Sam dan “Bollywood” dari India, plus budaya “anime” dari Jepang.
    Hanya sinteron yang sangat dramatis-artifisial yang mampu memengaruhi “emak-emak” Indonesia, itupun dalam konotasi negatif.
    Bahkan dalam perkembangan mutakhirnya, dengan viralnya tagar “Kabur Saja Dulu”, semakin memperjelas fakta orientasi psikologis dan kultural generasi muda kita yang sudah jauh berada di luar sana, tidak lagi ada di sini di negerinya sendiri, Indonesia.
    Jadi kembali kepada ambisi Prabowo Subianto untuk menempatkan Indonesia di tengah-tengah radar internasional sebagai “regional great power”, ambisi tersebut tentu sangat bisa dipahami dan semestinya juga didukung semua pihak di Indonesia.
    Selama dilakukan dengan cara dan jalan yang bisa diterima oleh semua pihak, bukan dengan jalan melemahkan demokrasi atau dengan jalan menciptakan oligarki-oligarki baru yang berada di bawah lindungan pemimpin baru, sekaligus menikmati berbagai fasilitas serta kemudahan dari pemerintah, misalnya.
    Karena dengan cara dan strategi yang tidak tepat, Indonesia berpotensi stagnan alias tak bergerak ke atas dalam konteks dan hierarki status geopolitik internasional.
    Misalnya, semakin bersemi korupsi dan nepotisme di Indonesia, maka serta merta akan mendegradasi Indonesia secara geopolitik di tingkat global dan stempel sebagai kepala negara koruptor akan melekat di jidat para pimpinannya sekaligus.
    Oleh karena itu, ambisi regional Prabowo tersebut cukup sejalan dengan semangat antikorupsi yang memang sudah sejak dulu beliau suarakan.
    Namun, apakah sudah didukung oleh fakta yang ada setelah selama beberapa bulan beliau menjadi presiden?
    Nampaknya masih jauh “panggang dari api”. Semoga beberapa kasus korupsi yang mulai diproses belakangan bukanlah bagian dari perang politik, tapi murni proses penegakan “law enforcement”. Sehingga masih tersisa harapan baik untuk waktu mendatang.
    Selain masalah korupsi, masalah demokrasi juga semestinya bisa menjadi “nilai unggul” Indonesia di tataran regional.
    Indonesia adalah negara yang paling demokratis di Asia Tenggara, dengan tatanan dinasti politik (
    dynastic politics
    ) yang lebih rendah dibanding Filipina, yakni negara demokratis lainnya di Asia Tenggara.
    Untuk menjadi kiblat budaya politik demokratis di kawasan Asia Tenggara, sangat jelas sekali Indonesia berpotensi besar.
    Selama Prabowo mewujudkan ambisi antikorupsinya di satu sisi dan melestarikan demokrasi yang substansial di sisi lain, maka Indonesia akan menjadi negara yang memiliki
    soft power
    politik di tingkat Asia Tenggara.
    Penduduk dari negara-negara yang setengah hati menjalankan demokrasi di Asia Tenggara tentu akan menjadikan Indonesia sebagai patokan demokrasi yang ingin mereka dapatkan.
    Namun, jika Indonesia justru mengesampingkan “political comparative advantage” tersebut, risikonya Indonesia justru akan menjadi “follower” di Asia dan Asia Tenggara, karena menganggap bahwa
    political comparative advantage
    dari status negara paling demokratis di Asia Tenggara bukanlah sebagai “soft power” dan justru dikesampingkan.
    Yang terjadi kemudian adalah bahwa Indonesia akan ditertawakan di pentas internasional karena mencatumkan demokrasi di dalam konstitusinya, tapi yang dijalankan justru bentuk politik yang sama sekali tidak demokratis.
    Lalu secara geopolitik, langkah yang dituju oleh Prabowo untuk mencoba bersanding dengan para pemimpin dari negara “Regional Great Power” lainnya, seperti Vladimir Putin, Xi Jinping, Recep Tayyip Erdo?an, Narendra Modi, dan memasukkan Indonesia ke dalam BRICS, pun segera akan memasuki OECD, sejatinya baru setengah jalan.
    Karena setengah jalan lagi ada di kawasan di mana Indonesia berada, yakni Asia Tenggara.
    Rusia berusaha terus mempertahankan pengaruhnya di negara-negara bekas bagian Uni Soviet dulu, sebagai infrastruktur geopolitik Rusia menjadi
    Great Power
    .
    China pun sama, hampir semua negara saat ini sangat bergantung kepada China dalam satu dan lain hal, terutama Asia dan Afrika.
    India pun tak berbeda, negara-negara yang dianggap satu rumpun budaya dan religius dengan India masih sangat bergantung kepada India secara geopolitis, seperti Bangladesh dan Sri Langka, misalnya.
    Pun apa yang dilakukan Erdogan di Suriah baru-baru ini serta peran Turkiye di Libya juga adalah bagian dari upaya geopolitik Turkiye untuk menunjukkan ototnya (
    sphere of influence
    ) sebagai negara regional
    great power
    di kawasan Asia Minor, persis seperti apa yang dilakukan Iran di Suriah dan Lebanon, misalnya, karena Iran juga mencandra dirinya sebagai regional
    Great Power.
    Tak terkecuali dengan Arab Saudi yang terus menunjukkan pengaruhnya di Afghanistan dan Yaman, misalnya, sebagai simbol dari upaya Arab Saudi dalam mempertahankan statusnya sebagai salah satu
    the great power
    di wilayah Timur Tengah dalam rangka menyaingi Iran.
    Dengan kata lain, berusaha menyejajarkan diri dengan pemimpin-pemimpin negara regional
    great power
    lain adalah salah satu strategi penting, tapi menentukan kawasan yang menjadi domain di mana pengaruh sebuah “regional great power” direalisasikan adalah hal penting lainnya.
    Karena itu, sangat penting bagi pemerintahan yang baru di sini untuk merangkul negara-negara Asia Tenggara lainnya secara halus (secara geopolitik), menebar dan memperlihatkan otot yang ada (
    sphere of influence
    ), dan mendapatkan pengakuan dari mereka atas status Indonesia sebagai
    great power
    di Asia Tenggara, adalah langkah strategis lanjutan yang harus diambil oleh Presiden Prabowo Subianto.
    Namun, masalahnya tentu tak semudah membalik telapak tangan. Secara ekonomi, misalnya, perekonomian Indonesia harus benar-benar bisa tumbuh tinggi sekaligus progresif alias membesar secara signifikan, di mana perekonomian negara-negara Asia Tenggara lainnya menjadi sangat terpengaruh dengan apapun perkembangan yang terjadi di Indonesia.
    Celakanya, faktanya hari ini ekonomi Indonesia bergerak cukup positif, tapi negara-negara lain di Asia Tenggara tidak terlalu bergantung kepada Indonesia.
    Mitra dagang utama Indonesia secara regional bukanlah ASEAN, tapi negara lain, seperti China, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
    Bandingkan dengan Amerika Serikat, misalnya, meskipun defisitnya sangat besar dengan China, tapi mitra dagang utamanya tetap Kanada dan Meksiko, sebagai dua negara besar yang dianggap berada di bawah “sphere of influence” negeri Paman Sam.
    Ketegasan Presiden Donald Trump kepada dua negara ini sejak terpilih kembali menjadi presiden adalah bagian dari pertunjukan taring Amerika Serikat sebagai negara
    Great Power.
    Lebih dari itu, secara geopolitik, Indonesia harus bisa bertindak bahwa Indonesia adalah protektor Asia Tenggara dalam segala urusan.
    Sehingga apapun yang ingin dilakukan oleh negara besar dan
    great power/super power
    lain di Asia Tenggara, seharusnya menjadikan Indonesia sebagai negara pertama yang akan diajak untuk berbicara.
    Sayangnya hal itu pun masih jauh dari harapan. Bung Karno mengampanyekan “ganyang Malaysia” pada awalnya adalah karena ketersinggungan beliau terhadap rencana Inggris yang ingin memerdekakan Malaysia (termasuk Singapura kala itu), tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan Indonesia yang di mata Bung Karno kala itu adalah “Regional Great Power” di Asia Tenggara.
    Hari ini, Presiden Prabowo Subianto yang kerap mereferensikan dirinya kepada kepemimpinan nasionalistik Sukarno tentu harus belajar banyak dari kegagalan-kegagalan di masa lalu bahwa untuk menjadi negara besar dan “great power regional” tidak bisa sekadar didukung oleh narasi-narasi perlawanan terhadap negara adikuasa, tapi juga harus membangun Indonesia dari dalam di satu sisi dan membangun “ruang pengaruh/sphere of influence” tersendiri di kawasan Asia tenggara di sisi lain, agar Indonesia benar-benar secara defacto dianggap sebagai
    great power
    di tingkat regional.
    Faktanya, karena Indonesia belum mampu bertindak sebagai “great power” di Asia Tenggara, maka hampir semua anggota ASEAN justru berada dalam pengaruh dua kekuatan besar dunia, yakni Amerika Serikat dan China.
    Apalagi, ketika Prabowo bertemu dengan Xi Jinping tempo hari dan memberikan pernyataan bahwa penyelesaian masalah Laut China Selatan di Laut Natuna antara Indonesia dengan China bisa diselesaikan dengan jalur bilateral, serta merta membuat negara-negara anggota ASEAN justru mencurigai Indonesia dan semakin pesimistis bahwa Indonesia layak dianggap sebagai
    Great Power
    kawasan Asia Tenggara.
    Pasalnya, apa yang disampaikan oleh Presiden Prabowo melenceng dari “soliditas keserumpunan ASEAN” yang selama ini telah dibangun di satu sisi dan melenceng dari komitmen awal ASEAN untuk penyelesaian masalah Laut China Selatan dengan China harus melalui jalur multilateral dan jalur ASEAN.
    Dengan kata lain, yang disampaikan Prabowo justru membuat Indonesia berpotensi dikucilkan di Asia Tenggara, alih-alih dianggap sebagai “senior” di Asia Tenggara.
    Jadi secara geopolitik di Asia Tenggara, Indonesia harus mulai bersuara lantang dan menggandeng negara-negara yang bisa mengambil keuntungan ekonomi dan politik dari Indonesia, dalam makna positif tentunya, di mana Indonesia melebarkan sayap-sayap ekonominya ke negara-negara seperti Timor Leste, Brunei Darussalam, Myanmar, Filipina, dan bahkan Malaysia, sebelum Indonesia bisa menggandeng Singapura dan Vietnam, misalnya, yang dalam banyak hal tercandra lebih progresif dari Indonesia.
    Bahkan catatan khusus harus diberikan untuk Timor Leste, misalnya. Sekalipun pernah lepas dari Indonesia, tapi karena langsung bersebelahan dengan Indonesia, Indonesia semestinya harus bisa merebut kembali Timor Leste dalam makna geopolitis.
    Jangan biarkan pihak lain “cawe-cawe” di negara kecil yang berbatasan langsung dengan Indonesia itu.
    Bahkan Indonesia harus mendorong BUMN dan para oligar-oligar dalam negeri untuk mencari peluang investasi dan berekspansi ke negara tetangga, termasuk Timor Leste, agar tidak hanya menjadi raja kandang yang terus-menerus disusui oleh ibu pertiwi.
    Hal ini sangat strategis dan urgen dilakukan, mengingat dari berbagai sisi, Indonesia bisa menjadi mitra strategis bagi negara-negara tersebut di satu sisi dan bisa memberikan “sesuatu”, baik secara ekonomi maupun geopolitik dan pertahanan, di sisi lain.
    Gunanya tentu untuk menapaki jalan dalam mendapatkan pengakuan dari negara-negara tetangga terdekat sebagai negara regional
    great power.
    Pun langkah tersebut bisa dijadikan bagian dari bidak catur geopolitik Indonesia untuk mengunci pengakuan dari negara-negara terdekat atas kedaulatan teritorial Indonesia, terutama di daerah-daerah yang sedang berkonflik dengan pemerintahan pusat, seperti Papua.
    Tujuan teknisnya tentu seperti yang dilakukan China di lembaga-lembaga internasional di mana mayoritas negara di dunia tak lagi mempersoalkan kebijakan-kebijakan China di Xinjiang dan Tibet, misalnya, karena mayoritas negara di dunia kini sudah semakin bergantung kepada China, terutama dari sisi ekonomi, teknologi, dan militer.
    Dan tentu saja langkah-langkah strategis yang “outward looking” ini harus dijalankan bersamaan dengan pembenahan dan penguatan kapasitas internal Indonesia dari segala sisi secara “superserius” dan “superfokus”, terutama dari sisi ekonomi, pertahanan, SDM, dan ilmu pengetahuan serta teknologi. Semoga!
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Cerita Pilu 1.000 Orang Tewas di Bandara Selama Assad Berkuasa

    Cerita Pilu 1.000 Orang Tewas di Bandara Selama Assad Berkuasa

    Jakarta

    Masa pemerintahan Bashar al-Assad sebagai Presiden Rusia telah berakhir. Runtuhnya rezim Assad menyisakan sejumlah cerita pilu dari warga Suriah.

    Laporan dari Pusat Keadilan dan Akuntabilitas Suriah mengatakan lebih dari 1.000 warga Suriah tewas dalam tahanan yang terdapat di bandara militer di pinggiran Damaskus selama rezim Bashar al-Assad berkuasa. Mereka dilaporkan tewas akibat eksekusi mati, penyiksaan, atau penganiayaan di dalam tahanan tersebut.

    Dilansir Reuters, Jumat (28/2/2025), Pusat Keadilan dan Akuntabilitas Suriah mengidentifikasi lokasi kuburan massal dengan mengkombinasikan keterangan para saksi, citra satelit, dan dokumen-dokumen yang difoto di bandara militer di Mezzeh, pinggiran Damaskus, usai Assad lengser pada Desember 2024 lalu.

    Menurut laporan yang dirilis pada Kamis (27/2) waktu setempat itu, terdapat sedikitnya tujuh lokasi yang diduga kuburan massal dari orang-orang yang tewas di dalam penjara bandara tersebut selama rezim Assad berkuasa.

    Beberapa lokasi yang diduga kuburan massal itu berada di dalam area bandara. Sejumlah kuburan massal lainnya berada di berbagai wilayah Damaskus.

    Dua lokasi dari tujuh lokasi tersebut, salah satunya ada di area properti bandara Mezzeh dan satu lagi di area pemakaman di Najha, menunjukkan tanda-tanda jelas adanya parit memanjang yang digali selama jangka waktu tertentu, yang bersesuaian dengan keterangan saksi dalam laporan tersebut.

    Kesaksian Tahanan Korban Era Assad

    Foto: Sputnik/Vladimir Gerdo/Pool via REUTERS

    Shadi Haroun, salah satu penyusun laporan itu, termasuk di antara para tahanan di Suriah. Haroun yang ditahan selama beberapa bulan pada tahun 2011-2012 lalu karena menggelar unjuk rasa, menggambarkan interogasi harian yang dialaminya dengan penyiksaan fisik dan psikologi untuk memaksanya memberikan pengakuan.

    Dituturkan Haroun kepada Reuters bahwa kematian datang dalam berbagai bentuk dalam penjara itu. Meskipun para tahanan tidak melihat apa pun kecuali dinding sel tahanan atau ruang interogasi, ungkap Haroun, mereka dapat mendengar “penembakan sesekali, tembakan demi tembakan, setiap beberapa hari”.

    Ada juga luka-luka yang diderita oleh para tahanan yang dipicu oleh para penyiksa mereka di dalam penjara tersebut.

    “Luka kecil di kaki salah satu tahanan, yang disebabkan oleh cambuk yang diterimanya selama penyiksaan, dibiarkan tidak disterilkan atau diobati selama berhari-hari, yang lambat laun berubah menjadi gangrene, dan kondisinya memburuk hingga mencapai titik amputasi seluruh kaki,” tuturnya menceritakan penderitaan teman satu selnya.

    Ratusan ribu warga Suriah diperkirakan terbunuh sejak tahun 2011, ketika rezim Assad menindak keras unjuk rasa yang meluas menjadi perang skala penuh. Baik Assad maupun mendiang ayahnya, Hafez, sejak lama dituduh melakukan pembunuhan di luar proses hukum, termasuk eksekusi mati massal di dalam sistem penjara di negara itu dan penggunaan senjata kimia terhadap rakyat Suriah.

    Halaman 2 dari 2

    (ygs/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Pertimbangkan Beri Izin Masuk Komunitas Druze Suriah untuk Bekerja di Dataran Tinggi Golan – Halaman all

    Israel Pertimbangkan Beri Izin Masuk Komunitas Druze Suriah untuk Bekerja di Dataran Tinggi Golan – Halaman all

    Israel Pertimbangkan Beri Izin Masuk Komunitas Druze Suriah untuk Bekerja

    TRIBUNNEWS.COM- Israel sedang mempertimbangkan untuk mengizinkan masuknya komunitas Druze dari  Suriah  untuk bekerja di Dataran Tinggi Golan yang diduduki, menurut Menteri Pertahanan Israel Israel Katz. 

    Rencana tersebut merupakan bagian dari “komitmen besar kami terhadap teman-teman Druze di Suriah”, kata Katz pada hari Kamis. 

    “Saat ini kami sedang mempertimbangkan untuk mengizinkan orang-orang di sekitar untuk datang dan bekerja di Dataran Tinggi Golan setiap hari dan siap membantu mereka melalui berbagai organisasi dan cara. Kami ingin melihat mereka terlindungi – dan kami berupaya mewujudkannya dengan cerdas,” katanya.

    Dataran Tinggi Golan Suriah , yang diduduki Israel sejak 1967, sebagian besar dihuni oleh anggota komunitas Druze Suriah. 

    Awal minggu ini, Israel melancarkan serangkaian serangan udara terhadap apa yang disebutnya sebagai pangkalan militer di Suriah, menyusul pidato Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada hari Minggu yang menuntut “demiliterisasi menyeluruh” di wilayah selatan negara itu. Setidaknya dua orang tewas dalam serangan itu. 

    Menurut media Suriah , serangan itu menghantam kota Kiswah, selatan Damaskus, dan beberapa bagian provinsi Daraa.

    Dalam pidatonya, Netanyahu secara khusus merujuk pada komunitas Druze Suriah, yang sebagian besar tinggal di wilayah Sweida.

    “Kami tidak akan menoleransi ancaman apa pun terhadap komunitas Druze di Suriah selatan,” katanya.

    Sejak pemerintahan Bashar al-Assad digulingkan pada bulan Desember, Israel telah berulang kali merujuk pada kelompok minoritas agama dan etnis di Suriah, termasuk komunitas Kurdi dan Druze. 

    Sheikh Hikmat al-Hijri, pemimpin komunitas Druze di Suriah, mengatakan kepada Middle East Eye  dalam wawancara eksklusif pada bulan Desember bahwa ia mengutuk invasi Israel baru-baru ini ke tanah Suriah, yang dimulai segera setelah jatuhnya Assad. 

    “Orang Druze ingin tetap tinggal di tanah mereka dengan privasi, tetapi ini telah menjadi masalah internasional,” kata Hijri. “Invasi adalah sesuatu yang harus ditangani oleh semua negara.”

    Minggu ini, pengunjuk rasa Druze di Sweida mengangkat spanduk yang menolak pelanggaran Israel ke wilayah mereka. 

    “Masyarakat Sweida adalah bagian dari Suriah dan tidak akan menerima apa pun kecuali negara Suriah. Hukum Suriah adalah pelindung dan penjamin hak-hak mereka,” tulis salah satu plakat.

    Robin Yassin-Kassab, seorang pakar konflik Suriah, mengatakan kepada MEE bahwa Israel mencoba menciptakan “situasi yang tidak ada” dengan memecah belah Suriah.

    Ahmed al-Sharaa, pemimpin baru Suriah, minggu ini berbicara menentang serangan Israel ke Suriah, menolak “pernyataan provokatif perdana menteri Israel”. 

    Pemerintahan baru tersebut menyatakan bahwa Israel melanggar kedaulatan Suriah dan meminta masyarakat internasional untuk menekan Israel “agar menghentikan agresi”, serta menuntut “penarikan segera dan tanpa syarat”.

    Walau telah mengeluarkan kecaman lisan, Damaskus belum terlibat secara militer dengan Israel.

    Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap infrastruktur militer Suriah sejak bulan Desember, yang menyebabkan pemerintahan baru – yang sudah babak belur akibat perang saudara selama 14 tahun – hanya memiliki sedikit kapasitas untuk menanggapi secara militer.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR

  • Pemimpin PKK yang Dipenjara Menyerukan agar Kelompok Kurdi Membubarkan Diri dan Menyerahkan Senjata – Halaman all

    Pemimpin PKK yang Dipenjara Menyerukan agar Kelompok Kurdi Membubarkan Diri dan Menyerahkan Senjata – Halaman all

    Pemimpin PKK yang Dipenjara Menyerukan agar Kelompok Kurdi Membubarkan Diri dan Menyerahkan Senjata

    TRIBUNNEWS.COM- Abdullah Ocalan, pemimpin Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dipenjara, pada tanggal 27 Februari dalam sebuah pernyataan video yang sangat dinanti-nantikan menyerukan agar partainya meletakkan senjata dan membubarkan diri. 

    Ocalan mengatakan bahwa PKK telah “menyelesaikan hidupnya seperti kelompok-kelompok sejenisnya dan membuat pembubarannya menjadi hal yang penting.”

    Organisasi PKK telah terlibat dalam perjuangan bersenjata melawan negara Turki selama beberapa dekade.

    “Bahasa periode perdamaian dan masyarakat demokratis juga harus dikembangkan sesuai dengan kenyataan. Dalam iklim yang diciptakan oleh seruan yang disampaikan oleh [Anggota Parlemen Turki dari Partai Gerakan Nasionalis] Devlet Bahceli dan kemauan yang ditunjukkan oleh Presiden [Recept Tayyip Erdogan] dan pendekatan positif dari partai politik lain terhadap seruan yang diketahui, saya menyerukan untuk meletakkan senjata dan memikul tanggung jawab historis atas seruan ini,” imbuh Ocalan. 

    “Seperti yang akan dilakukan oleh setiap masyarakat dan partai kontemporer yang belum dibubarkan secara paksa, kumpulkan kongres Anda dan buat keputusan untuk berintegrasi dengan negara dan masyarakat; semua kelompok harus meletakkan senjata mereka dan PKK harus membubarkan diri. Saya menyampaikan salam saya kepada semua orang yang percaya pada kehidupan bersama dan yang mengindahkan seruan saya,” pungkas pemimpin Kurdi yang dipenjara itu.

    Sebagai tanggapan, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “Turki akan terbebas dari belenggu jika organisasi teroris menanggapi seruan ini dan meletakkan senjata serta membubarkan diri.”

    Dipenjara pada tahun 1999, Ocalan menjalani hukuman seumur hidup di penjara Imrali di pulau Imrali, Turki, di Laut Marmara. Organisasinya telah terlibat dalam perjuangan bersenjata melawan Turki selama beberapa dekade.

    Awal bulan ini, terungkap bahwa Ocalan telah menggarap rencana perdamaian “demokratis” untuk perseteruan selama puluhan tahun antara organisasi militan Kurdi dan Turki. 

    Rencana Ocalan diharapkan akan segera dipresentasikan secara resmi, mungkin sebelum Tahun Baru Kurdi di bulan Maret.

    Kelompok nasionalis Turki juga telah mengulurkan cabang zaitun kepada Ocalan dan telah menawarkan kemungkinan pembebasan jika ia meninggalkan militansi, sehingga memunculkan harapan bagi rencana perdamaian setelah hampir 10 tahun perundingan yang terhenti.

    Cabang PKK di Suriah – Unit Perlindungan Rakyat (YPG) – merupakan bagian integral dari kelompok militan Kurdi yang didukung AS di Suriah, Pasukan Demokratik Suriah (SDF). 

    Sejak jatuhnya pemerintahan mantan presiden Suriah Bashar al-Assad pada bulan Desember, SDF telah terlibat dalam bentrokan sengit dengan militan yang didukung Turki di Suriah utara. 

    Pertempuran tersebut telah menewaskan ratusan orang dan menyebabkan meningkatnya pemboman militer Turki. 

    Ankara baru-baru ini mengeluarkan pernyataan yang bersumpah untuk membasmi milisi PKK dan cabangnya di Suriah jika mereka tidak memilih untuk menyerahkan senjata mereka. 

    SDF, yang dibentuk pada tahun 2015, berafiliasi dengan pemerintahan otonom yang didukung AS yang telah memerintah sebagian wilayah Suriah utara selama lebih dari satu dekade. 

    Sejak jatuhnya pemerintahan Assad, muncul pertanyaan mengenai nasib faksi Kurdi di Suriah baru – yang diperintah oleh mantan sekutu Al-Qaeda, Hayat Tahrir al-Sham (HTS).

    Kekhawatiran tersebut khususnya terkait dengan potensi penggabungan SDF ke dalam militer baru Suriah. 

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Dana Rekonstruksi IMF dan Bank Dunia untuk Lebanon Bergantung pada Normalisasi dengan Israel – Halaman all

    Dana Rekonstruksi IMF dan Bank Dunia untuk Lebanon Bergantung pada Normalisasi dengan Israel – Halaman all

    Dana Rekonstruksi IMF dan Bank Dunia untuk Lebanon Bergantung pada Normalisasi dengan Israel

    TRIBUNNEWS.COM- Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia berupaya untuk menghubungkan dana rekonstruksi Lebanon dengan “normalisasi” dengan Israel dan “pelucutan senjata” Hizbullah, menurut sumber informasi yang berbicara dengan Al-Akhbar .

    Dalam pertemuan baru-baru ini antara penjabat gubernur Banque du Liban (BDL) Wassim Mansouri dan kepala IMF Kristalina Georgieva, pejabat barat tersebut dilaporkan mengindikasikan bahwa “akses Lebanon terhadap pendanaan dari IMF dan negara-negara donor akan … dikaitkan dengan langkah-langkah dan prosedur spesifik dengan kerangka waktu dan tujuan spesifik.”

    “Menurut mereka yang mengetahui masalah ini, langkah-langkah ini bertepatan dengan tekanan politik yang diharapkan dengan judul ‘normalisasi’ dan ‘pelucutan senjata’,” harian Lebanon itu melaporkan pada tanggal 26 Februari.

    Sehari sebelumnya, Steve Witkoff, utusan khusus AS untuk Asia Barat, menyatakan bahwa ia “melihat potensi” bagi Lebanon dan Suriah untuk bergabung dalam kesepakatan normalisasi dengan Israel.

    “Lebanon, omong-omong, sebenarnya bisa memobilisasi dan ikut serta dalam Perjanjian Damai Abraham, seperti juga Suriah. Jadi, begitu banyak perubahan mendalam yang sedang terjadi,” kata Witkoff pada hari Rabu dalam sebuah acara di Washington untuk Komite Yahudi Amerika.

    Pada tahun 2022, IMF dan Lebanon mencapai kesepakatan tingkat staf untuk Fasilitas Dana Tambahan (Extended Fund Facility/EFF) selama empat tahun yang bernilai sekitar $3 miliar, bergantung pada reformasi menyeluruh di sektor keuangan. 

    Akan tetapi, kesepakatan ini belum berjalan karena krisis yang sedang berlangsung di Lebanon dan korupsi yang mengakar.

    Awal bulan ini, Menteri Keuangan Lebanon Yassin Jaber mengumumkan bahwa Bank Dunia telah menyiapkan ” rencana awal ” untuk proyek rekonstruksi senilai $1 miliar guna membangun kembali infrastruktur dan membersihkan puing-puing dari perang Israel di Lebanon. Proyek tersebut mencakup komitmen pendanaan awal sebesar $250 juta untuk Beirut.

    Menurut sumber Al-Akhbar , perwakilan Bank Dunia telah meminta agar prosedur yang diperlukan dipercepat untuk menyetujui dana tersebut pada pertemuan Dewan Eksekutif Bank Dunia pada tanggal 25 Maret, bergantung pada tuntutan Barat untuk reformasi keuangan dan politik.

    Uni Eropa juga telah mensyaratkan pendanaan untuk Lebanon pada “kebutuhan untuk merestrukturisasi sistem perbankannya,” menunda pencairan bantuan sebesar 500 juta euro yang merupakan bagian dari kesepakatan tahun 2024 yang ditandatangani antara Beirut dan Brussels untuk mengurangi arus pengungsi ke Eropa.

    Setengah dari uang itu telah dibayarkan Agustus lalu. Namun, sisanya akan tunduk pada “beberapa persyaratan,” kata Komisaris Uni Eropa untuk Mediterania Dubravka Suica saat berkunjung ke Lebanon.

    “Prasyarat utamanya adalah restrukturisasi sektor perbankan… dan kesepakatan yang baik dengan Dana Moneter Internasional,” katanya setelah bertemu dengan Presiden Lebanon Joseph Aoun.

    Setelah perang brutal Israel di Lebanon, perkiraan mengatakan negara itu saat ini membutuhkan sekitar $ 6-7 miliar untuk rekonstruksi skala penuh.

    Perlawanan Lebanon sejauh ini telah menyediakan sebagian besar dana untuk membangun kembali Beirut selatan dan desa-desa selatan Lebanon, mengalokasikan sekitar $650 juta untuk perumahan dan restorasi—di mana sekitar $250 juta dicairkan menyusul pertikaian mengenai larangan penerbangan Iran dari bandara Beirut.

    Namun, kemampuan Hizbullah untuk mencairkan dana telah berulang kali terhambat, dengan tekanan AS yang kuat terhadap Lebanon dan Irak untuk menghentikan aliran dana bagi perlawanan.

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Rusia: Tindakan Israel di Dataran Tinggi Golan Melanggar Perjanjian Pemisahan Pasukan Tahun 1974 – Halaman all

    Rusia: Tindakan Israel di Dataran Tinggi Golan Melanggar Perjanjian Pemisahan Pasukan Tahun 1974 – Halaman all

    Rusia: Tindakan Israel di Dataran Tinggi Golan Melanggar Perjanjian Pemisahan Pasukan Tahun 1974

    TRIBUNNEWS.COM- Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa tindakan Israel di Dataran Tinggi Golan melanggar ketentuan perjanjian Suriah-Israel tahun 1974 tentang pemisahan pasukan.

    Maria Zakharova menegaskan kembali sikap Rusia terhadap Suriah, menekankan perlunya menghormati kedaulatan, persatuan, dan integritas teritorial negara tersebut.

    Ia mendesak semua anggota masyarakat internasional untuk bertindak secara bertanggung jawab, mematuhi hukum internasional secara ketat, dan menghindari langkah-langkah yang dapat meningkatkan ketegangan di Suriah.

    “Hal ini berlaku bagi Israel, yang tindakannya di Dataran Tinggi Golan melanggar ketentuan perjanjian Suriah-Israel tahun 1974 tentang pemisahan pasukan.”

    “Dan tentu saja, serangan Angkatan Udara Israel terhadap sasaran sipil dan militer di Suriah menjadi perhatian serius. Tindakan agresif seperti itu jelas tidak berkontribusi pada stabilitas tetapi malah memperburuk situasi yang sudah buruk di negara itu,” tegasnya.

    Beralih ke krisis kemanusiaan di Gaza, Zakharova menyoroti tantangan yang sedang berlangsung dalam penyaluran bantuan, dan meminta semua pihak untuk mematuhi perjanjian yang dicapai antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina Hamas pada 15 Januari.

    Mengomentari rencana terkini Presiden AS Donald Trump untuk secara paksa memindahkan warga Palestina dari Gaza dan mengubahnya menjadi “ Riviera Timur Tengah ”, ia menekankan pentingnya tindakan yang bertujuan untuk memperbaiki, bukan memperburuk, situasi.

    “Ini adalah pendekatan Gedung Putih saat ini – terkadang provokatif, bahkan keterlaluan. Kita lihat saja ke mana arahnya dan apa dampaknya. Saya berharap ada perbaikan dalam situasi ini,” katanya.

    Zakharova juga mencatat bahwa masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan tentang arah kebijakan Trump, mengingat ia baru menjabat sejak bulan lalu.

    “Mari kita tunggu lebih lama sebelum membuat penilaian definitif. Sejauh ini, pemerintahan baru AS baru berkuasa selama dua bulan. Kita harus menunggu sedikit lebih lama sebelum berkomentar secara rinci. Namun, yang pertama dan terutama, tentu saja, Palestina harus menyampaikan pendapat mereka tentang perkembangan ini,” katanya.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR 

  • AS Sebut Lebanon dan Suriah Bisa Segera Berdamai dengan Israel, Arab Saudi Jadi Kunci – Halaman all

    AS Sebut Lebanon dan Suriah Bisa Segera Berdamai dengan Israel, Arab Saudi Jadi Kunci – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Utusan Amerika Serikat (AS) untuk urusan Timur Tengah, Steve Witkoff, mengklaim Lebanon dan Suriah bisa segera menormalisasi hubungan dengan Israel.

    Klaim itu disampaikan Witkoff pada acara yang digelar oleh Komite Yahudi Amerika hari Senin, (24/2/2025).

    Witkoff yang baru saja diangkat oleh Presiden AS Donald Trump itu berujar transformasi politik di Timur Tengah mungkin “meluas hingga Lebanon dan Suriah”.

    Dia lalu menyinggung tantangan yang harus dihadapi, yakni faksi-faksi di kedua negara itu yang terkait dengan Iran.

    “Mengenai bulan sabit Iran, hal itu pada dasarnya sudah dihancurkan. Lihatlah apa yang terjadi di Suriah, kita melihat pemilu yang hebat di Lebanon, dan banyak hal yang terjadi,” katanya dikutip dari The New Arab.

    Bulan sabit Iran yang dimaksud Witkoff adalah wilayah berbentuk bulan sabit di Timur Tengah yang memiliki banyak penganut Islam Syiah atau berada di bawah pengaruh Iran.

    Dia menyebut Lebanon dan Suriah bisa saja dimasukkan ke dalam Abraham Accord atau perjanjian normalisasi antara Israel dan negara-negara Timur Tengah.

    “Jadi, banyak perubahan besar yang sedang terjadi,” katanya.

    Ide tentang normalisasi itu awalnya disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Israel Katz pada bulan Oktober 2024. Dia mengatakan Lebanon bisa memiliki hubungan diplomatik dengan Israel apabila Arab Saudi mengawalinya.

    Hingga saat ini Lebanon tidak mengakui negara Israel. Setiap warga Lebanon juga dilarang pergi ke Israel, sedangkan setiap orang yang punya paspor Israel dilarang memasuki Lebanon.

    Seorang pakar politik Palestina bernama Yasser Zaatreh mengkritik pedas pernyataan Witkoff. Menurutnya, ucapan Witkoff adalah suatu “tragedi”, mengingat Israel belum lama menginvasi Lebanon dan Suriah.

    “Trump dan geng penjahatnya berpikir mereka para dewa di alam semesta, mereka memberikan perintah dan dipatuhi,” kata Zaatreh.

    Lebanon dan Suriah turut terdampak oleh perang yang dikobarkan Israel di Jalur Gaza selama 1,5 tahun belakangan.

    Israel dan kelompok Hizbullah di Lebanon saling menyerang di perbatasan setelah perang Gaza meletus. Konflik Israel-Hizbullah membesar menjadi perang mulai September 2024 dan menewaskan lebih dari 4.000 warga Lebanon.

    Israel menyerbu Lebanon selatan bulan Oktober tahun kemarin. Lalu, gencatan senjata Israel-Hizbullah disepakati tanggal 27 November.

    Sementara itu, pasukan Israel di Suriah menyerang target yang disebutnya terkait dengan Hizbullah dan Iran.

    Israel juga menduduki zona penyangga di Suriah selatan yang berdekatan dengan Dataran Tinggi Golan setelah rezim Bashar Al Assad tumbang akhir tahun lalu.

    Pemerintahan sementara di Suriah sudah berulang kali meminta Israel untuk menarik pasukannya dari Suriah dan berhenti menyerang. Namun, rezim baru itu tidak bisa membalas Israel karena tidak mempunyai militer kuat dan masih berada dalam masa transisi.

    Sementara itu, Arab Saudi sudah lama dirumorkan ingin menormalisasi hubungan dengan Israel setelah Maroko, Uni Emirat Arab, dan Bahrain melakukannya.

    Namun, Arab Saudi juga berulang kali berkata tak ingin menormalisasi hubungan dengan Israel jika negara Palestina yang merdeka belum didirikan.

    Adapun pada bulan Januari lalu Trump sudah mengaku bakal membuat Arab Saudi menormalisasi hubungan.

    (*)

  • Cerita Pilu 1.000 Orang Tewas di Bandara Selama Assad Berkuasa

    1.000 Orang Tewas di Penjara Bandara Suriah Selama Assad Berkuasa

    Damaskus

    Lebih dari 1.000 warga Suriah tewas dalam tahanan yang ada di bandara militer di pinggiran Damaskus selama rezim mantan Presiden Bashar al-Assad berkuasa. Mereka dilaporkan tewas akibat eksekusi mati, penyiksaan, atau penganiayaan di dalam tahanan tersebut.

    Laporan yang dirilis Pusat Keadilan dan Akuntabilitas Suriah, seperti dilansir Reuters, Jumat (28/2/2025), mengidentifikasi lokasi kuburan massal dengan mengkombinasikan keterangan para saksi, citra satelit, dan dokumen-dokumen yang difoto di bandara militer di Mezzeh, pinggiran Damaskus, usai Assad lengser pada Desember lalu.

    Menurut laporan yang dirilis pada Kamis (27/2) waktu setempat itu, terdapat sedikitnya tujuh lokasi yang diduga kuburan massal dari orang-orang yang tewas di dalam penjara bandara tersebut selama rezim Assad berkuasa.

    Beberapa lokasi yang diduga kuburan massal itu berada di dalam area bandara. Sejumlah kuburan massal lainnya berada di berbagai wilayah Damaskus.

    Dua lokasi dari tujuh lokasi tersebut, salah satunya ada di area properti bandara Mezzeh dan satu lagi di area pemakaman di Najha, menunjukkan tanda-tanda jelas adanya parit memanjang yang digali selama jangka waktu tertentu, yang bersesuaian dengan keterangan saksi dalam laporan tersebut.

    Shadi Haroun, salah satu penyusun laporan itu, termasuk di antara para tahanan di Suriah. Haroun yang ditahan selama beberapa bulan pada tahun 2011-2012 lalu karena menggelar unjuk rasa, menggambarkan interogasi harian yang dialaminya dengan penyiksaan fisik dan psikologi untuk memaksanya memberikan pengakuan.

    Dituturkan Haroun kepada Reuters bahwa kematian datang dalam berbagai bentuk dalam penjara itu. Meskipun para tahanan tidak melihat apa pun kecuali dinding sel tahanan atau ruang interogasi, ungkap Haroun, mereka dapat mendengar “penembakan sesekali, tembakan demi tembakan, setiap beberapa hari”.

    Ada juga luka-luka yang diderita oleh para tahanan yang dipicu oleh para penyiksa mereka di dalam penjara tersebut.

    “Luka kecil di kaki salah satu tahanan, yang disebabkan oleh cambuk yang diterimanya selama penyiksaan, dibiarkan tidak disterilkan atau diobati selama berhari-hari, yang lambat laun berubah menjadi gangrene, dan kondisinya memburuk hingga mencapai titik amputasi seluruh kaki,” tuturnya menceritakan penderitaan teman satu selnya.

    Ratusan ribu warga Suriah diperkirakan terbunuh sejak tahun 2011, ketika rezim Assad menindak keras unjuk rasa yang meluas menjadi perang skala penuh. Baik Assad maupun mendiang ayahnya, Hafez, sejak lama dituduh melakukan pembunuhan di luar proses hukum, termasuk eksekusi mati massal di dalam sistem penjara di negara itu dan penggunaan senjata kimia terhadap rakyat Suriah.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • BNPT putus akses 3.000 akun media sosial terkait radikalisme

    BNPT putus akses 3.000 akun media sosial terkait radikalisme

    Kepala BNPT Komisaris Jenderal Polisi Eddy Hartono dalam acara Peluncuran Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah dan Pemutaran Film Road to Silence di Jakarta, Kamis (27/2/2025). (ANTARA/Agatha Olivia Victoria)

    BNPT putus akses 3.000 akun media sosial terkait radikalisme
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Kamis, 27 Februari 2025 – 16:09 WIB

    Elshinta.com – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemenkomdigi) memutus akses kurang lebih sebanyak 3.000 akun media sosial (medsos) yang terkait dengan radikalisme pada tahun 2024.

    Kepala BNPT Komisaris Jenderal Polisi Eddy Hartono mengungkapkan mayoritas akun tersebut berada di platform media sosial seperti Facebook, Telegram, dan sebagainya.

    “Kami setiap hari memonitor perkembangan di media sosial ini, bekerja sama dengan Kemenkomdigi, untuk terus melakukan antisipasi supaya jangan sampai di platform dan situasi seperti ini menjadi penyebab penyebaran paham radikalisme,” kata Eddy dalam acara Peluncuran Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah dan Pemutaran Film Road to Silence di Jakarta, Kamis.

    Dengan demikian, kata dia, tidak adanya aksi terorisme di atas permukaan dalam tiga tahun terakhir tidak menjadi alasan BNPT untuk lengah dari pemantauan terhadap penyebaran paham radikalisme.

    Untuk itu, Eddy menegaskan pihaknya terus berkolaborasi dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Badan Intelijen Negara (BIN), dan sebagainya dalam melakukan pemantauan cikal bakal aksi terorisme, utamanya dari paham radikalisme.

    Ia menuturkan BNPT mengemban amanat Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, di mana Pemerintah wajib melakukan pencegahan terorisme.

    Dengan begitu, BNPT bertugas, dari hulu hingga hilir, dalam merumuskan kegiatan, mengoordinasikan, dan membuat aksi strategis terhadap berbagai langkah pencegahan terorisme.

    “Ini yang terus dikembangkan, utamanya kesiapsiagaan nasional,” ucap dia.

    Oleh karena itu, dirinya mengapresiasi peluncuran buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah dan pemutaran film Road to Silence oleh komunitas Kreasi Prasasti Perdamaian.

    Menurut dia, film dan buku itu bisa menjadi edukasi dan literasi terhadap masyarakat yang rentan terpapar paham radikal terorisme.

    “Buku dan film ini membantu kami untuk melakukan kontra-radikalisasi dan kampanye radikal terorisme,” tutur jenderal polisi bintang tiga tersebut.

    Sumber : Antara