Negara: Suriah

  • Israel Klaim Belum Berhasil Lobi Indonesia Agar Mau Tampung Warga Gaza, Reaksi Kemlu RI – Halaman all

    Israel Klaim Belum Berhasil Lobi Indonesia Agar Mau Tampung Warga Gaza, Reaksi Kemlu RI – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, ISRAEL – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menugaskan badan intelijen Mossad untuk mencari negara yang bisa menampung warga Gaza.

    Laporan terbaru menyebutkan Israel telah menghubungi Sudan, Somalia, Indonesia dan negara-negara lainnya untuk menerima pengungsi warga Gaza Palestina.

    Namun upaya tersebut belum membuahkan hasil.

    Demikian dikutip dari Times of Israel dikutip hari ini, Sabtu (29/3/2025).

    Media itu memberitakan bahwa beberapa negara telah mengkonfirmasi menerima sejumlah kecil warga Palestina yang sakit, kebanyakan anak-anak, untuk dirawat.

    Namun demikian  hingga saat ini belum ada negara yang setuju untuk menampung sejumlah besar warga Gaza.

    Didukung Donald Trump

    Upaya Israel ‘mengusir’ warga Gaza telah mendapat dukungan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Bulan lalu, Trump mengumumkan rencananya agar Amerika Serikat mengambil alih Gaza dan merelokasi seluruh populasi dua juta orang.

    Meski belakangan dia  mengklarifikasi bahwa tidak ada warga Palestina yang akan diusir secara paksa.

    Trump juga menyangkal  rencana relokasi itu  sebagai pembersihan etnis di Gaza.

    Israel juga bersikeras bahwa warga Gaza tidak akan dipaksa pergi tetapi para pejabat belum menjelaskan bagaimana caranya warga Gaza pergi secara sukarela.

    Menurut situs berita Axios, AS tidak secara aktif berupaya memajukan rencana Trump.

    Sementara utusan AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff malah  fokus pada pemulihan gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan antara Israel dan Hamas.

    Israel Klaim Telah Hubungi Indonesia dan Lainnya

    Israel klaim telah melakukan  pembicaraan dengan negara-negara Afrika Timur yang dilanda konflik, Somalia dan Sudan Selatan agar bisa menampung warga Gaza.

    “Termasuk berbicara dengan Indonesia dan negara-negara lain agar  menerima warga Palestina,” demikian Axios melaporkan, mengutip dua pejabat Israel dan seorang mantan pejabat AS.

    Namun media itu menyebut pembicaraan tersebut belum membuahkan hasil.

    Laporan sebelumnya telah menyebutkan Suriah , Sudan dan wilayah Somaliland yang memisahkan diri sebagai tujuan potensial untuk merelokasi warga Gaza yang sedang diincar AS dan Israel.

    Ditolak Palestina dan Dunia Arab

    Otoritas Palestina dan dunia Arab sebelumnya telah menolak keras upaya relokasi warga Gaza.

    Dengan alasan bahwa warga Palestina seharusnya diizinkan untuk tetap tinggal di Jalur Gaza.

    Memindahkan mereka ke tempat lain hanya akan memicu lebih banyak konflik dan ekstremisme di tempat lain.

    Bantahan Kemlu RI

    Jubir Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Rolliansyah Soemirat, memastikan pemerintah tidak pernah membahas rencana pemindahan warga Gaza ke Indonesia.

    Hal itu sekaligus menanggapi informasi yang beredar dari media asing.

    “Pemerintah Indonesia tidak pernah membahas dengan pihak manapun ataupun mendengar informasi tentang rencana pemindahan warga Gaza ke Indonesia yang disebut oleh beberapa media asing,” ujar Rolliansyah dalam keterangannya, Kamis (27/3/2025).

    Rolliansyah kembali menegaskan tidak ada satu pun kesepakatan pemerintah dengan pihak mana pun terkait wacana tersebut.

    “Dapat kami tegaskan bahwa tidak ada pembahasan apalagi kesepakatan antara Indonesia dengan pihak manapun mengenai hal tersebut,” jelasnya.

    Lebih lanjut, ia menambahkan saat ini pemerintah justru lebih mengedepankan rencana gencatan senjata antara Israel dan Palestina. Selain itu, desakan agar pembangunan kembali Gaza pasca penjajahan Israel.

    “Saat ini, Indonesia lebih memfokuskan dan mendorong terwujudnya Gencatan Senjata tahap II dan masuknya bantuan kemanusiaan, serta memastikan dimulainya rekonstruksi di Gaza,” pungkasnya.

     

  • Benjamin Netanyahu Sedang Survei Cari Negara yang Mau Tampung Warga Palestina

    Benjamin Netanyahu Sedang Survei Cari Negara yang Mau Tampung Warga Palestina

    PIKIRAN RAKYAT – Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dilaporkan tengah mengarahkan badan intelijennya, Mossad, untuk mengidentifikasi negara-negara yang bersedia menerima sejumlah besar pengungsi Palestina dari Jalur Gaza.

    “Laporan diterbitkan pada hari Jumat, 28 Maret 2025,” demikian menurut The Time of Israel, dikutip Sabtu, 29 Maret 2025.

    Meskipun sejumlah negara telah menerima sejumlah kecil warga Palestina yang sakit, terutama anak-anak untuk mendapatkan perawatan, hingga saat ini belum ada negara yang setuju menampung jumlah besar warga Gaza.

    Terlebih, masyarakat sipil Gaza juga tidak tertarik sama sekali pergi secara massal ke negara orang meninggalkan tanah kelahirannya.

    Namun demikian, Israel terus bersikeras melaksanakan pemindahan warga Palestina dari Gaza, dengan sejumlah pendukung terbesarnya yakni mitra koalisi sayap kanan Netanyahu, Bezalel Smotrich dan Itamar Ben Gvir.

    Didukung Trump dan AS

    Keinginan Israel ini juga mendapat dukungan dari Presiden AS Donald Trump, yang bulan lalu mengumumkan rencananya agar Amerika Serikat (AS) mengambil alih Gaza dan memindahkan seluruh populasi dua juta orang ke sana.

    Trump saat ini agaknya melunak dengan proposal tersebut, menjelaskan bahwa tidak ada warga Palestina yang akan dipaksa meninggalkan Gaza. Ia juga membantah bahwa rencana pemindahan tersebut adalah bentuk lain dari pembersihan etnis.

    Menurut situs berita Axios, AS tampak ‘mengabaikan’ rencana Trump, sebab utusan Timur Tengah Steve Witkoff lebih fokus memulihkan gencatan senjata dan kesepakatan sandera antara Israel dan Hamas.

    Di sisi lain, Israel berusaha mengisi reaksi AS dengan mengadakan pembicaraan bersama negara-negara Afrika Timur yang dilanda konflik seperti Somalia dan Sudan Selatan, serta Indonesia dan negara lainnya, mengenai kemungkinan mereka menerima warga Palestina.

    Axios dalam hal ini mengutip dua pejabat Israel dan seorang mantan pejabat AS. Pembicaraan dilaporkan belum menghasilkan kesepakatan.

    Laporan sebelumnya menyebutkan Suriah, Sudan, dan wilayah pemisah Somalia, Somaliland, sebagai tujuan potensial untuk pemindahan warga Gaza yang sedang dipertimbangkan oleh AS dan Israel. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Tak Hanya Myanmar, Gempa Dangkal Patahan Darat Pernah Hantam Turki

    Tak Hanya Myanmar, Gempa Dangkal Patahan Darat Pernah Hantam Turki

    Jakarta, CNBC Indonesia – Gempa berkekuatan magnitudo 7,7 yang berada pada kedalaman 10 km (6,2 mil) terjadi di Myanmar pada Jumat (28/4/2025) sekitar pukul 13:00 waktu setempat. Pusat gempa berada sekitar 17 km dari Mandalay, kota berpenduduk sekitar 1,5 juta jiwa.

    Data Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyebut gempa susulan berkekuatan magnitudo 6,4 tercatat 12 menit kemudian di lokasi terdekat berjarak sekitar 60 kilometer. Beberapa gempa yang lebih sedang muncul setelahnya.

    Gempa juga dirasakan hingga ke wilayah tengah dan utara Thailand, termasuk Bangkok hingga terasa provinsi Yunnan barat daya China, yang berbatasan dengan Myanmar.

    Gempa tersebut merupakan gempa kembar atau doublet earthquake, yakni dua peristiwa gempa bumi yang memiliki magnitudo hampir sama, terjadi dalam waktu dan lokasi pusat gempa yang relatif berdekatan.

    Akibat gempa ini, kota Bangkok mengalami kerusakan masif. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono menyebut kerusakan masif di Bangkok terjadi karena efek vibrasi periode panjang (Long Vibration Period) yang mana rawan terjadi di tempat-tempat yang tanahnya lunak dan lapisannya tebal, seperti karakteristik di Ibu Kota Negara Thailand tersebut.

    “Bangkok itu tanah endapan, akan resonansi,” terang Daryono kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (28/3/2025).

    “Endapan sedimen tanah lunak tebal di Bangkok dapat merespon gempa dari jauh hingga membentuk resonansi yang mengancam gedung-gedung tinggi,” tambahnya.

    Laporan BMKG menyebut berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi ini merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Besar Sagaing. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini memiliki mekanisme mendatar (strike-slip).

    Mirip dengan Gempa Turki 2023

    Gempa yang terjadi di Myanmar dilaporkan serupa dengan gempa yang terjadi di Turki pada tahun 2023 silam. Gempa bumi besar berkekuatan magnitudo 7,8 melanda Turki tengah dan barat laut Suriah pada 6 Februari 2023 pukul 04:17 pagi waktu setempat. Bencana alam ini juga dirasakan di Siprus, Yunani, Yordania, Lebanon, bahkan hingga Greenland.

    Pusat gempa berada sekitar 26 km sebelah timur kota Nurdagi di Turki pada kedalaman sekitar 18 km di Patahan Anatolia Timur. Gempa menyebar ke arah timur laut, membawa kehancuran ke Turki tengah dan Suriah.

    Selama abad ke-20, Patahan Anatolia Timur menghasilkan sedikit aktivitas seismik besar. “Jika kita hanya melihat gempa (besar) yang direkam oleh seismometer, itu akan terlihat kurang lebih kosong,” kata Roger Musson, rekan peneliti kehormatan di British Geological Survey, dikutip Reuters.

    Hanya tiga gempa bumi yang terdaftar di atas 6,0 Skala Richter (SR) sejak 1970 di daerah tersebut, menurut USGS. Namun, pada 1822, gempa berkekuatan 7,0 melanda wilayah tersebut, menewaskan sekitar 20.000 orang.

    Di Turki, rata-rata ada kurang dari 20 gempa bermagnitudo lebih dari 7,0 setiap tahun. Hal itu membuat peristiwa pada 2023 lalu tergolong kejadian luar biasa.

    Getaran gempa magnitudo 7,8 yang melanda Selatan Turki nyatanya tak hanya terasa di wilayah Timur Tengah dan Eropa. Bahkan, guncangan juga terasa hingga Greenland.

    “Gempa bumi besar di Turki tercatat dengan jelas di seismograf di Denmark dan Greenland”, ujar seismolog dari Survei Geologi Denmark dan Greenland, Tine Larsen, mengatakan kepada AFP saat itu.

    Sebelumnya, guncangan gempa yang terjadi di dekat perbatasan Turki-Suriah itu dilaporkan terasa hingga Mesir, Yunani, Siprus, dan Georgia. Bahkan, Italia pun sempat menyalakan tanda peringatan tsunami di sekitar wilayah bibir pantai Laut Tengah.

    Saat itu, menurut Badan Penanggulangan Bencana dan Darurat Turki (AFAD), setidaknya tercata 5.606 bangunan runtuh selama dan setelah gempa.

    Sementara korban jiwa gempa Turki dan Suriah telah menembus lebih dari 3.800 orang. Dilansir AFP, setidaknya 1.444 orang tewas di seluruh Suriah.

    Jumlah korban baru membuat total kematian di kedua negara menjadi setidaknya 3.823 setelah Turki merevisi jumlah korban sebelumnya menjadi 2.379. Ankara juga mengumumkan hampir 14.500 orang terluka dalam bencana tersebut.

    (fsd/fsd)

  • Pesawat Su-24M Rusia Serang Lebih 50 Target di Baltik, Sinyal Merah Putin Buat Sayap Timur NATO – Halaman all

    Pesawat Su-24M Rusia Serang Lebih 50 Target di Baltik, Sinyal Merah Putin Buat Sayap Timur NATO – Halaman all

    Pesawat Su-24M Rusia Serang Lebih 50 Target di Baltik, Sinyal Merah Putin Buat Sayap Timur NATO

    TRIBUNNEWS.COM – Pekan ini, awak pesawat pengebom taktis Su-24M dari penerbangan Angkatan Laut Armada Baltik Rusia dilaporkan melakukan latihan penerbangan taktis di dekat Kaliningrad.

    Situs militer BM, melansir Armada Baltik Rusia tengah melatih serangan presisi dan terkoordinasi terhadap target musuh yang disimulasikan.

    Latihan tersebut, yang diumumkan oleh Kementerian Pertahanan Rusia dan dilaporkan oleh kantor berita milik pemerintah Rusia TASS, difokuskan pada penghancuran fasilitas industri militer, lapangan udara, infrastruktur ekonomi penting, konsentrasi pasukan, pos komando, dan kolom peralatan militer.

    “Sekitar 10 pesawat terbang dan 50 personel dari resimen penerbangan campuran armada berpartisipasi, menargetkan lebih dari 50 sasaran dengan roket dan bom udara-ke-udara yang tidak terarah,” tulis situs tersebut menggambarkan aksi latihan militer ini.

    Disebutkan, latihan yang diadakan di wilayah Laut Baltik ini bertujuan untuk menyempurnakan koordinasi awak dan keterampilan taktis, dengan memanfaatkan pengalaman dari operasi militer Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina. 

    “Pelatihan ini menggarisbawahi upaya Moskow untuk memperkuat postur pertahanannya di wilayah yang secara strategis sensitif dan berbatasan dengan negara-negara NATO,” tulis laporan BM, dikutip Jumat (28/3/2025).

    TERHIMPIT NATO – Peta wilayah Kaliningrad, Rusia yang dihimpit wilayah-wilayah negara NATO. Kaliningrad merupakan enclave, teritorial yang terpisah dari daratan utama, Rusia.

    Kaliningrad Dihimpit Wilayah NATO, Risiko Ancaman di Baltik Bagi Rusia

    Sebagai catatan, Pesawat Su-24M, pesawat pengebom garis depan era Soviet dengan sayap sapuan variabel, tetap menjadi aset utama Armada Baltik, yang sebagian besar berpusat di Kaliningrad—daerah kantong yang terjepit di antara Polandia dan Lithuania—dan dekat St. Petersburg.

    Selama latihan, pilot Rusia berlatih manuver di ketinggian rendah, taktik pertempuran udara, pengintaian, dan serangan dengan persenjataan di pesawat, yang mensimulasikan medan pertempuran gabungan modern. 

    Menurut TASS, latihan tersebut mencakup pemberian dukungan tembakan kepada pasukan darat Armada Baltik, sebuah skenario yang mencerminkan integrasi pasukan udara dan darat dalam peperangan kontemporer.

    Biro pers pasukan Armada Baltik Rusia menekankan kalau pelatihan tersebut dibangun berdasarkan pelajaran dari “operasi militer khusus” Rusia —istilah yang digunakan Moskow untuk menggambarkan agresi militer Moskow di Ukraina— yang menekankan fokus pada penerapan di dunia nyata. 

    Tidak ada musuh tertentu yang disebutkan, tetapi lokasi dan cakupannya menunjukkan respons terhadap ancaman yang dirasakan Rusia di wilayah Baltik.

    Posisi unik Kaliningrad memperkuat signifikansi latihan-latihan ini.

    Dikelilingi oleh negara-negara anggota NATO, Polandia dan Lithuania, daerah kantong tersebut berfungsi sebagai pangkalan operasi terdepan bagi Rusia, yang menampung gabungan pasukan udara, laut, dan rudal.

    Laut Baltik, wilayah compact dengan garis pantai yang dimiliki oleh Estonia, Latvia, Lithuania, Polandia, Denmark, Jerman, dan Finlandia yang baru saja bergabung dengan NATO, telah lama menjadi titik nyala ketegangan Timur-Barat.

    Fokus kru pesawat Su-24M dalam menyerang infrastruktur penting dan target militer mencerminkan strategi pencegahan Rusia yang lebih luas, yang bertujuan melindungi sisi baratnya dari potensi serangan. 

    “Dengan melibatkan sekitar 10 pesawat, latihan ini berskala sederhana tetapi terkenal karena kompleksitasnya, menguji kemampuan Armada Baltik Rusia untuk melaksanakan rencana taktis terpadu dalam kondisi simulasi pertempuran,” papar laporan BM.

    JET PENGEBOM – Pesawat jet pengebom Su-24M Rusia yang menjadi bagian dari Armada Baltik, saat lepas landas. Rusia mengerahkan jet pengebom ini dalam latihan di kawasan Baltik di tengah ketegangan Moskow dengan negara-negara NATO, ditambah lokasi kaliningrad yang terhimpit negara-negara Barat.

    Seputar Penggunaan Su-24M oleh Militer Rusia

    Sejarah Su-24M memberikan konteks bagi perannya saat ini bagi militer Rusia. 

    Diperkenalkan pada tahun 1970-an, pesawat ini dirancang untuk serangan penetrasi dalam terhadap pasukan NATO selama Perang Dingin.

    Pesawat ini diketahui mampu membawa hingga 8 ton persenjataan, termasuk bom, roket, dan amunisi berpemandu presisi awal.

    Meskipun sudah tua, peningkatan seperti sistem navigasi dan penargetan yang lebih baik membuatnya tetap relevan, dengan radius tempur sekitar 600 kilometer—cukup untuk mencapai target di seluruh negara Baltik atau ke Polandia dari Kaliningrad.

    Kemampuan terbang di ketinggian rendah, yang sering kali di bawah deteksi radar, meningkatkan kemampuan bertahannya terhadap pertahanan udara, taktik yang mungkin diasah selama latihan baru-baru ini.

    Rusia telah mengerahkan Su-24 secara luas di Suriah dan Ukraina, tempat ia menargetkan infrastruktur militer dan sipil, menawarkan pengalaman praktis kepada awaknya yang sekarang dapat diterapkan dalam pelatihan.

    Sinyal Merah Putin Bagi Sayap Timur NATO 

    Analis pertahanan melihat latihan militer Armada Baltik Rusia ini sebagai sinyal merah dari Presiden Vladimir Putin bagi sayap timur NATO. 

    Estonia, Latvia, dan Lithuania—mantan negara republik Soviet yang menjadi sekutu NATO—terletak dalam jarak serang Kaliningrad, begitu pula Polandia, pemain kunci dalam strategi regional aliansi tersebut.

    Sejak 2014, NATO telah memperkuat kehadirannya di negara-negara ini melalui inisiatif Enhanced Forward Presence, dengan menempatkan kelompok tempur multinasional yang dipimpin oleh AS, Inggris, Jerman, dan Kanada.

    Negara-negara Baltik, dengan angkatan udara mereka sendiri yang terbatas, sangat bergantung pada misi pengawasan udara NATO yang diterbangkan dari pangkalan-pangkalan seperti Ämari di Estonia dan Šiauliai di Lithuania.

     Seorang pensiunan perwira Angkatan Udara AS, berbicara kepada Defense News, mencatat kalau kemampuan Su-24M Rusia sejalan dengan misi untuk mengganggu operasi pengawasan dan patroli NATO.

    Su-24M berpotensi menargetkan landasan pacu atau lokasi radar dalam keadaan krisis.

    “Ini adalah senjata yang ‘tumpul’, tetapi dapat menyelesaikan tugas,” katanya.

    Wilayah udara Laut Baltik yang padat menambah lapisan kompleksitas lainnya. NATO secara rutin melakukan latihan di sini, seperti latihan angkatan laut tahunan BALTOPS, yang melibatkan kapal dan pesawat dari berbagai anggota, termasuk Denmark dan Jerman. Rusia melawan dengan manuvernya sendiri, sering terbang dekat dengan wilayah udara NATO untuk menguji waktu respons.

    Su-24M telah terlibat dalam insiden semacam itu—terutama pada tahun 2016, ketika dua pesawat pengebom menabrak USS Donald Cook saat terbang rendah di atas Laut Baltik, yang memicu kecaman AS.

    Latihan terbaru ini, meskipun tidak secara langsung bersifat provokatif, sesuai dengan pola penegasan kendali atas wilayah tersebut.

    Seorang perwira angkatan laut Rusia, yang dikutip secara anonim oleh TASS, menggambarkan pelatihan tersebut sebagai “langkah rutin untuk menjaga kesiapan,”.

    Perwira Rusia tersebut membantah adanya niat eskalasi di kawasan tersebut.

    Pesawat Jet F-16 Angkatan Udara Ukraina di langit Ukraina pada Agustus 2024 (Angkatan Udara Ukraina via Defence Express)

    Jet Barat Vs Su-24M

    Dibandingkan dengan jet-jet milik Barat macam F-16 AS atau Tornado GR4 Inggris—keduanya sudah pensiun atau tidak lagi digunakan dalam beberapa armada—Su-24M memang tidak memiliki kemampuan siluman.

    Namun, kelemahan itu diimbangi dengan kecepatan dan kemampuan muatan Su-24M.

    F-16, dengan radius tempur lebih dari 500 kilometer dan amunisi berpemandu presisi, unggul dalam hal fleksibilitas, sementara Su-24M mengandalkan daya tembak mentah dan penetrasi tingkat rendah.

    Pertahanan NATO modern, seperti Patriot PAC-3 atau NASAMS Norwegia, dapat mematahkan kemampuan bertahan pesawat tua ini, terutama mengingat sistem pertahanan elektroniknya yang sudah ketinggalan zaman.

    “Namun, kemampuan Su-24M untuk menyerang dengan cepat dari Kaliningrad membuatnya tetap relevan, terutama terhadap target yang lebih lunak seperti infrastruktur atau formasi pasukan, seperti yang dipraktikkan dalam latihan,” tulis BM.

    Penekanan latihan pada koordinasi awak mencerminkan tren yang lebih luas dalam doktrin militer Rusia.

    Pelajaran dari Ukraina, di mana dukungan udara sangat penting tetapi sering terhambat oleh pertahanan udara Ukraina, tampaknya menjadi dasar pelatihan.

    Siaran pers Armada Baltik, yang dikutip oleh TASS, menekankan kerja sama tim di seluruh unit udara dan darat, sebagai bentuk penghormatan terhadap peperangan hibrida yang terlihat di Eropa Timur.

    Pilot berlatih manuver mengelak dan mengidentifikasi target, keterampilan yang sangat penting di wilayah udara yang diperebutkan di mana pesawat tempur NATO seperti Eurofighter Typhoon atau F-35 dapat merespons dengan cepat.

    Seorang analis pertahanan Eropa, yang diwawancarai oleh Jane’s Defence Weekly, menyatakan bahwa Rusia bermaksud menutupi kelemahan usia tua Su-24M dengan kecakapan pilot.

    “Mereka memanfaatkan setiap kemampuan dari platform lama,” katanya.

    Reaksi Negara-Negara NATO

    Reaksi regional beragam. Kementerian Pertahanan Lithuania mengeluarkan pernyataan singkat kepada Reuters, mengakui latihan tersebut tetapi menolak berspekulasi mengenai tujuannya, hanya mencatat bahwa NATO memantau aktivitas Rusia dengan ketat.

    Estonia dan Latvia, yang sering menjadi sasaran penerbangan Rusia, belum berkomentar secara terbuka, meskipun ketergantungan mereka pada pencegahan NATO tetap jelas.

    Sementara itu, Polandia telah meningkatkan pertahanan udaranya sendiri, dengan mengerahkan sistem HIMARS dan Patriot yang dipasok AS dalam beberapa tahun terakhir, sebuah langkah yang dipandang sebagai penyeimbang bagi persenjataan Kaliningrad.

    “Kami siap menghadapi skenario apa pun,” kata seorang juru bicara militer Polandia kepada kantor berita PAP, yang mencerminkan kewaspadaan Warsawa.

    Obrolan publik di platform seperti X menawarkan pandangan sekilas ke persepsi yang lebih luas. Beberapa pengguna menganggap latihan itu sebagai rutinitas.

    Seorang netizen menulis, “Pedoman lama Kaliningrad yang sama—tidak ada yang baru di sini.”

    Netizen lain melihatnya sebagai upaya melawan NATO, dengan tulisan, “Su-24 terbang di Baltik lagi? Rusia tidak cerdik.”

    Tanpa komentar resmi NATO, dampak langsung latihan ini masih bersifat spekulatif, tetapi waktunya di tengah ketegangan Timur-Barat yang sedang berlangsung memastikan bahwa latihan ini tidak akan luput dari perhatian.

    Pesawat Tua yang Tetap Jadi Ancaman

    Riwayat operasional Su-24M di Baltik tidaklah sempurna.

    Pada tahun 2014, sebuah kecelakaan selama penerbangan pelatihan di dekat Kaliningrad menewaskan kedua awaknya, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang perawatan dan keandalannya.

    Upaya modernisasi telah meningkatkan armada, meskipun jumlah pasti yang beroperasi tidak jelas—perkiraan dari Institut Internasional untuk Studi Strategis menunjukkan Rusia mengoperasikan sekitar 100 Su-24 di semua cabang, dengan sebagian kecil ditugaskan ke Baltik.

    Keberhasilan latihan tersebut, dengan lebih dari 50 target yang berhasil dihantam, menunjukkan bahwa pesawat tersebut tetap berfungsi, meskipun efektivitasnya terhadap pertahanan mutakhir masih diperdebatkan.

    Sebuah laporan tahun 2023 oleh Center for Naval Analyses mencatat bahwa meskipun Su-24M masih dapat mengancam aset yang tidak terlindungi, hari-harinya sebagai penyerang garis depan sudah dihitung.

     Ke depannya, ketergantungan Armada Baltik pada Su-24M mungkin akan bergeser seiring Rusia memperkenalkan platform baru seperti Su-34 atau Su-57, meskipun kendala anggaran dan penundaan produksi telah memperlambat transisi tersebut.

     Untuk saat ini, pesawat pengebom tersebut berfungsi sebagai pekerja keras, menjembatani kesenjangan antara warisan Soviet dan kebutuhan modern. Perannya dalam latihan tersebut menggarisbawahi pendekatan pragmatis—memaksimalkan aset yang ada untuk memproyeksikan kekuatan di kawasan tempat kehadiran NATO terus tumbuh.

    Latihan yang berfokus pada sasaran ekonomi juga mengisyaratkan strategi gangguan, yang bertujuan untuk menimbulkan kerusakan maksimum dalam konflik hipotetis tanpa memerlukan teknologi canggih.

    “Saat debu mulai mereda di tempat latihan dekat Kaliningrad, kemampuan Armada Baltik tetap menjadi fokus bagi Rusia dan negara-negara tetangganya. Latihan ini, meskipun tidak mengubah keadaan, memperkuat komitmen Moskow untuk mempertahankan pos terdepannya di wilayah barat,” tulis ulasan BM.

    Apakah hal itu akan mengubah keseimbangan di Laut Baltik? Itu bergantung pada respons NATO dan langkah Rusia selanjutnya.

    “Untuk saat ini, awak Su-24M telah mengasah keterampilan mereka, sehingga papan catur strategis di kawasan itu tetap tegang seperti sebelumnya,” tutup ulasan tersebut.

     

     

  • Teheran Gerah, Menteri Luar Negeri Iran: Disintegrasi Suriah Hanya Akan Menguntungkan Israel – Halaman all

    Teheran Gerah, Menteri Luar Negeri Iran: Disintegrasi Suriah Hanya Akan Menguntungkan Israel – Halaman all

    Teheran Gerah, Menteri Luar Negeri Iran: Disintegrasi Suriah Hanya Akan Menguntungkan Israel

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi mengomentari situasi keamanan di kawasan, khususnya di Suriah yang dikenal sebagai satu di antara kawasan proksi strategis Teheran.

    Abbas menyatakan, negaranya mengawasi semua gejolak yang terjadi di kawasan Timur Tengah yang dia sebut sebagai kawasan strategis negaranya.

    Khusus untuk Suriah, Abbas menekankan kalau konflik dan perpecahan di negara tersebut hanya akan menguntungkan Israel.

    Teheran rupanya gerah akan manuver Israel di negara tersebut yang dia siratkan akan berujung pada ancaman keamanan Iran.

    “Seluruh Timur Tengah adalah wilayah strategis kami, dan setiap negara di dalamnya memiliki arti penting. Terkait dengan peristiwa terkini di Suriah, perhatian utama kami adalah stabilitas negara Suriah, pelestarian persatuannya, dan integritas teritorialnya. Ini sangat penting, tidak hanya bagi kami tetapi juga bagi seluruh Timur Tengah,” kata Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi, dikutip dari Sputnik, Jumat (28/3/2025).
     
    “Disintegrasi Suriah menimbulkan bahaya besar… Saya yakin bahwa disintegrasi Suriah hanya akan menguntungkan Israel dan rezimnya,” imbuhnya.

    Pada akhir November 2024, pasukan oposisi dipimpin gerakan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) melancarkan serangan besar-besaran merebut Damaskus dan memaksa Presiden Bashar al-Assad melarikan diri.
     
    Pada hari yang sama, pasukan Israel menguasai sisi Suriah Gunung Hermon di Dataran Tinggi Golan.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan perjanjian pemisahan tahun 1974 batal setelah pasukan Suriah mundur, dan Israel mulai melakukan serangan udara terhadap lokasi militer Suriah.

    Ia juga bersikeras mempertahankan kendali atas Suriah selatan dan menuntut demiliterisasi penuh di wilayah tersebut.

    Suar yang dinyalakan tentara Israel jaruh di area Har Dov di Gunung Hermon, 13 November 2023. (Jalaa MAREY / AFP)

    Israel Bombardir Pangkalan Militer Suriah

    Komentar Menteri Luar Negeri Iran ini terjadi saat Israel mengintensifkan serangannya ke wilayah Suriah dalam apa yang mereka sebut sebagai upaya membentuk zona keamanan di perbatasan.

    Selain menduduki sejumlah wilayah perbatasan di sisi Suriah, Pasukan Pendudukan Israel (IDF) mengklaim serangan terhadap sasaran militer di pangkalan Suriah Tadmor dan T4 pada 25 Maret 2025 kemarin.

    “IDF menyerang kemampuan militer yang tersisa di pangkalan militer Suriah di Tadmur dan T4,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.

    Serangan IDF tersebut menyasar pangkalan di Palmyra dan sebuah pangkalan lain militer yang terletak 50 kilometer di sebelah barat kota Tadmur tersebut.

    Ditambahkannya: “IDF akan terus bertindak untuk menyingkirkan segala ancaman yang ditujukan kepada warga Negara Israel.”

    Serangan IDF serupa yang menargetkan kemampuan strategis militer Suriah juga terjadi pada Jumat malam.

    Pangkalan Udara Tiyas (T-4)

    Terletak di Kegubernuran Homs, barat laut Tiyas dan barat Palmyra, merupakan pangkalan udara terbesar Suriah.
    Pangkalan ini telah digunakan oleh Angkatan Udara Arab Suriah dan Pasukan Quds Iran untuk operasi.

    Pangkalan Tadmur

    Lokasi Bandara Militer Palmyra.
    Pangkalan udara ini telah menjadi titik fokus dalam konflik Suriah karena lokasinya dan baru-baru ini menjadi sasaran serangan udara Israel.

    Setelah pergantian kekuasaan di Damaskus pada awal Desember tahun lalu, tentara Israel mulai menyerang target militer bekas tentara Suriah.

    Depot senjata, lapangan udara militer, dan sistem pertahanan udara yang terletak di berbagai provinsi Suriah menjadi sasaran serangan besar-besaran IDF.

     

     

    (oln/sptnk/*)

  • Militer Israel Dihantam Krisis, Banyak Tentara Cadangan IDF Tolak Berperang di Gaza, Kecewa Berat – Halaman all

    Militer Israel Dihantam Krisis, Banyak Tentara Cadangan IDF Tolak Berperang di Gaza, Kecewa Berat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel dilaporkan mengalami krisis prajurit karena banyak tentara cadangannya menolak ikut berperang di Jalur Gaza.

    Saat ini Israel bersiap memperluas operasi militernya di Gaza. Ada puluhan ribu tentara yang akan dipanggil dalam waktu dekat.

    Media terkenal Israel bernama Haaretz melaporkan, seorang komandan senior Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah menyinggung banyaknya tentara cadangan yang menolak menjalankan kewajiban.

    Alasan utamanya adalah kekecewaan besar atas kebijakan pemerintah dan perasaan bahwa pemerintah belum cukup melakukan banyak hal untuk membebaskan sandera di Gaza.

    Alasan lainnya adalah penolakan tentara atas rancangan undang-undang (RUU) yang akan mengecualikan warga Israel ultra-Ortodoks dari dinas militer dan keinginan pemerintah untuk menguatkan kontrolnya atas pengadilan.

    Beberapa tentara cadangan mengaku para prajurit dan komandan mengalami keletihan yang begitu besar. Mereka kesulitan menjalani dinas.

    “Sudah melewati batas,” kata Alon Gur yang mengundurkan diri dari Angkatan Udara Israel minggu lalu setelah dicopot karena menolak berdinas.

    Gur menuding pemerintah Israel lebih mengutamakan politik ketimbang nyawa manusia.

    TENTARA ISRAEL – Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari publikasi resmi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada 1 Desember 2024, memperlihatkan tentara Israel beroperasi di lokasi yang tidak dipublikasikan di Jalur Gaza. (Instagram @idf)

    Pekan kemarin Haaretz menyebut respons panggilan berdinas berikutnya duperkirakan tidak akan mencapai lebih dari 50 persen. 

    Awal Maret lalu pemerintah Israel menyetujui RUU yang akan memungkinkan IDF memanggil hingga 400.000 tentara cadangan.

    Dua minggu kemudian Israel melanjutkan serangan ke Gaza dan menghalangi pembicaraan tahap kedua gencatan.

    Kekurang tentara

    Beberapa waktu lalu IDF juga sudah memperingatkan Israel kini kekurangan tentara.

    Direktorat Operasi IDF mengatakan kelangkaan tentara ini belum pernah terjadi sejak era pendudukan Israel di Lebanon selatan 1982, kemudian Intifada Kedua tahun 2000-an.

    Menurut IDF, kelangkaan itu disebabkan oleh “ketenangan palsu” selama bertahun-tahun. Lalu, kini IDF berusaha mencegah Hizbullah dan Hamas pulih seperti sedia kala.

    Media Israel Yedioth Ahronoth mengatakan saat ini pengerahan tentara Israel makin sering terjadi, rotasinya lebih lama, dan cuti menjadi lebih sedikit.

    Tentara Israel diperkirakan akan didera beban yang belum pernah terjadi sebelumnya lantaran IDF kesulitan memenuhi permintaan akan keamanan.

    Meski demikian, tentara Israel sudah mulai merasakan beban itu. Kini mereka hanya bisa beristirahat sekali tiap 2,5 pekan. Adapun selama 15 tahun sebelumnya, tentara bisa pulang ke rumah sekali setiap dua pekan.

    “Masyarakat Israel, rekrutmen baru, tentara aktif, dan terutama orang tua mereka harus menyesuaikan ekspektasi merek. Mereka akan jauh lebih jarang melihat anak mereka dalam beberapa tahun mendatang,” kata IDF.

    Menurut IDF, bahkan para tentara tetap akan jarang pulang andaipun perang di Gaza tidak berlanjut dan situasi di Lebanon, Suriah, dan Tepi Barat tetap “tenang” seperti saat ini.

    Para pejabat militer mengaku melakukan segalanya agar bisa mengurangi beban para tentara cadangan yang kelelahan.

    “Tetapi tentara tempur reguler akan menanggung beban itu. Kita perlu ribuan tentara di pos-pos terluar baru di dalam wilayah Lebanon, di Dataran Tinggi Golan, dan di sepanjang zona penyangga Jalur Gaza,” kata pejabat Israel.

    “Yang terpenting, kita harus menggandakan jumlah batalion regional yang ditempatkan di sekitar Gaza dan Galilea dibandingkan dengan masa sebelum perang. Kenyataan baru ini tidak akan berubah dalam beberapa tahun ke depan, bahkan dengan skenario paling optimistis pun.”

    Staf Umum Israel sangat mengkhawatirkan kurangnya tentara Israel. Israel membebastugaskan lebih dari 10.000 tentara sejak perang Gaza meletus.

    Menurut data IDF, sudah ada sekitar 12.000 tentara yang tewas atau terluka sejak perang.

    Di samping itu, meningkatkan kebutuhan untuk pertahanan di perbatasan dan makin banyaknya brigade lapis baja dan zeni membuat Israel kekurangan tentara.

    Guna mengatasi kelangkaan tentara, IDF dilaporkan menghubungi para eks tentara. IDF ingin membentuk brigade cadangan baru berisi orang-orang berusia 40 hingga 60 tahun.

    Meski demikian, brigade itu tetap kekurangan personel dan bergantung para relawan dengan kondisi kesehatan yang beragam.

    “Kami sudah mencapai batas maksimal, dan setiap tentara tempur IDF sudah merasakannya,” ujar pejabat Israel.

    Dia mengatakan para rekrutan baru juga sudah terdampak oleh beban besar. Beberapa peleton sudah harus dikirim ke satuan aktif meski baru menjalani dua bulan pelatihan.

    Menurut dia, satu-satunya cara mengatasi hal itu adalah menambah pasukan dalam jumlah yang belum pernah ada sebelumnya.

    Sementara itu, Direktorat Operasi IDF mengatakan salah satu strategi untuk mengatasi beban tentara adalah memberikan cuti selama lima hingga tujuh hari kepada seluruh personel di dalam satuan. Kebijakan ini pernah dilakukan terhadap Batalion Givati dan Nahal setelah dua bulan bertempur di Gaza.

    Meski demikian, tentara hanya bisa mendapatkannya setelah berdinas selama 50 hingga 60 hari tanpa pulang ke rumah.

    Narasumber IDF mengatakan para tentara cadangan akan menjadi kelompok pertama yang mendapat keringanan dalam bentuk apa pun.

    “Kami berusaha memastikan mereka tidak berdinas lebih dari 2,5 bulan pada tahun 2025, tetapi banyak yang masih dipanggil untuk dua pengerahan tambahan dalam satu tahun,” kata dia.

    (*)

  • Analisis: Cara Rezim Suriah Diam-Diam Mempreteli Perjuangan Palestina, Ada 3 Front – Halaman all

    Analisis: Cara Rezim Suriah Diam-Diam Mempreteli Perjuangan Palestina, Ada 3 Front – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sejak berkuasa di Suriah, Ahmad Al Sharaa disebut makin memperlihatkan keinginannya untuk mempreteli perjuangan rakyat Palestina.

    Koresponden Palestina untuk The Cradle mengatakan keinginann Al Sharaa itu diwujudkan dengan sejumlah cara.

    Rezim Al Sharaa menargetkan beberapa entitas. Pertama, entitas Otoritas Palestina (PA), faksi perlawanan seperti Hamas dan Jihad Islam Palestina (PIJ), dan faksi lain yang merupakan pecahan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

    Kedua, badan bantuan dari PBB (UNRWA) yang ditugasi menyalurkan bantuan kepada warga Palestina di Timur Tengah. Ketiga, perkemahan yang berisi pengungsi Palestina dan Suriah.

    Di samping itu, ada dua hal penting yang terjadi. Pertama, Turki dan Lebanon menghalangi warga Palestina pemegang paspor Suriah untuk kembali ke Suriah.

    Kedua, media Amerika Serikat (AS) mengungkapkan pembicaraan antara AS dan Suriah mengenai kemungkinan Suriah menerima puluhan ribu pengungsi Gaza. Sebagai gantinya, Suriah akan mendapat pengurangan sanksi.

    Front Pertama: PA dan faksi Palestina lainnya

    Al Sharaa yang kini menjadi Presiden Suriah berusaha menjauhkan Hamas dari Suriah.

    Kepala Politburo Hamas Khaled Meshaal sempat meminta izin berkunjung ke Damaskus, tetapi Suriha menolaknhya demi menghindari konfrontasi dengan Israel dan AS.

    Komunikasi antara Hamas dan Suriah kebanyakan dilakukan lewat Turki sebagai penengah. Turki disebut memfasilitasi pemindahan beberapa pejabat militer Hamas ke Idlib, yang menjadi markas militan Hayat Tahrir Al Shams (HTS).

    Di sisi lain, Sharaa membuka kanal resmi untuk PA di Damaskus dan mengakuinya sebagai satu-satunya perwakilan rakyat Palestina.

    Sehari setelah pasukan HTS memasuki Damaskus, mereka mulai menutup kantor-kantor faksi Palestina.

    Kantor milik Fatah Al Intifada, Al Saiwa, PFLP-GC ditutup. Senjata dan kendaraan mereka disita.

    Pada awal Februari lalu Sekjen Fatah Al Intifada Abu Hazem Ziad Al Saghir ditangkap di rumahnya.

    Dia dibebaskan setelah diinterogasi berjam-jam. Namun, seminggu kemudian dia ditangkap lagi.

    Front Kedua: Kamp pengungsi Palestina di Suriah

    Penindakan keras terhadap kelompok politik membuat kosongnya kepemimpinan di kamp Palestina di Suriah. Adapun kondisi di kamp tersebut sudah sangat memprihatinkan.

    Pada awal Februari muncul unjuk rasa karena Israel melancarkan serangan brutal di kamp Jenin, Tepi Barat. Unjuk rasa itu digelar setelah pemerintah Suriah mengakui PA secara formal.

    Banyak yang khawatir pengakuan formal itu akan mempercepat rencana memukimkan pengungsi secara permanen.

    Pada bulan yang sama Komite Pengembangan Masyarakat di Deraa mulai mengumpulkan data pribadi para pengungsi dengan dalih untuk memperbaiki layanan.

    Adapun Hamas menyalurkan bantuan makanan dan keuangan, kerap kali melalui personel yang tergabung dalam HTS.

    Pihak lain seperti Yayasan Jafra dan Bulan Sabit Merah Palestina terus beroperasi meski ada rintangan besar.

    Hal yang menjadi keprihatinan besar adalah adanya usul memukimkan kembali para pengungsi Palestina.

    Usul itu menawarkan tiga pilihan kepada warga Palestina di Suriah. Pertama, naturalisasi menjadi warga Suriah. Kedua, integrasi dengan “masyarakat” terafiliasi PA di bawah pengawasan kedutaan, atau klasifikasi konsuler dengan perpanjangan tempat tinggal tahunan.

    Front Ketiga: UNRWA dikesampingkan

    Rezim baru Suriah tidak secara terbuka menargetkan UNRWA. 

    Pemerintah Suriah kurang bekerja sama dengan UNRWA. Badan PBB itu tak lagi dianggap sebagai lembaga utama yang bertanggung jawab atas urusan warga Palestina di Suriah.

    Di Kamp Kahan Eshieh, komite setempat meminta Damaskus untuk menyiapkan rencana guna merehabilitasi infrastruktur kamp itu.

    Gara-gara hal itu, otoritas Suriah disebut ingin mengambil alih kamp tersebut dari UNRWA.

    (*)

  • Israel Klaim akan Meluncurkan Program Percontohan untuk Mengirimkan 100 Warga Gaza ke Indonesia – Halaman all

    Israel Klaim akan Meluncurkan Program Percontohan untuk Mengirimkan 100 Warga Gaza ke Indonesia – Halaman all

    Israel Luncurkan Program Percontohan untuk Mengirimkan 100 Warga Gaza ke Indonesia

    TRIBUNNEWS.COM- Israel telah memulai program percontohan untuk mendorong pembersihan etnis warga Palestina dari Gaza, yang disebut Israel sebagai “migrasi sukarela”. 

    Program ini bertujuan untuk mengusir 100 warga Palestina dari Gaza ke Indonesia, media Israel melaporkan pada hari Selasa.

    Menurut The Times of Israel, program ini awalnya akan memulangkan 100 warga Gaza ke Indonesia, di mana sebagian besar akan bekerja di bidang konstruksi. 

    Mayor Jenderal Israel Ghassan Alian, kepala Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT), akan mengawasi inisiatif tersebut.

    Jika berhasil, Israel berharap ribuan warga Gaza lainnya akan pindah “secara sukarela”, dengan persetujuan Jakarta. 

    Karena Israel dan Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik, saluran komunikasi khusus disiapkan untuk mengoordinasikan program tersebut. 

    Jika diperluas, otoritas pemerintah akan mengambil alih administrasinya, kata laporan itu.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, diperkirakan akan menunjuk pensiunan Brigadir Jenderal Ofer Winter untuk memimpin proyek tersebut. 

    Winter, seorang mantan perwira militer senior, sangat dihormati di kalangan nasionalis religius Israel.

    Program percontohan ini menyusul laporan yang berkembang tentang upaya Israel untuk memaksa warga Palestina meninggalkan Gaza. 

    Pada bulan Januari, media Israel mengungkapkan bahwa pemerintah telah menjajaki opsi relokasi dengan beberapa negara, termasuk Republik Demokratik Kongo, Suriah, Sudan, dan Somaliland.

    Prakarsa ini juga muncul setelah mantan Presiden AS Donald Trump mengusulkan untuk membeli Gaza dan mengubahnya menjadi “Riviera Timur Tengah” lalu mengusir penduduknya ke Mesir, Yordania, atau negara lain. 

    Sementara menteri Israel menyambut baik gagasan tersebut, Otoritas Palestina dan negara-negara Arab dengan tegas menolaknya.

    Kelompok hak asasi manusia telah memperingatkan bahwa upaya tersebut dapat dianggap sebagai pemindahan paksa, dan pelanggaran yang nyata terhadap hukum internasional.

    Rencana Israel untuk mengusir warga Palestina dari Gaza muncul di tengah berlanjutnya pengepungan dan pemboman di daerah kantong tersebut, menggunakan serangan udara, kelaparan, dan kekurangan dalam genosida yang sedang berlangsung.

    Israel yakin kejahatan perang ini akan membuat Gaza tidak layak huni, sehingga memaksa warga Palestina melakukan “migrasi sukarela.”

    SUMBER: QUDS NETWORK

  • Israel Gempur Wilayahnya, Suriah Geram!

    Israel Gempur Wilayahnya, Suriah Geram!

    Damaskus

    Pemerintah Suriah mengecam rentetan serangan Israel terhadap wilayahnya, yang memakan korban jiwa. Otoritas Suriah menyebut bombardir Israel sebagai “pelanggaran terang-terangan” terhadap kedaulatan Suriah.

    Militer Israel mengklaim pihaknya merespons serangan yang datang dari wilayah Suriah.

    Kekerasan terjadi di dekat zona penyangga, area patroli Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), di Dataran Tinggi Golan menyusul serangan udara Israel terhadap wilayah Suriah bagian tengah. Rentetan serangan udar Tel Aviv menghujani Suriah setelah rezim mantan Presiden Bashar al-Assad digulingkan pada Desember lalu.

    Kementerian Luar Negeri Suriah dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Rabu (26/3/2025), mengutuk keras “agresi Israel yang berkelanjutan di wilayah Suriah, yang menyebabkan eskalasi berbahaya di desa Kuwayya”, yang ada bagian selatan di Provinsi Daraa.

    “Artileri berat dan pengeboman udara menargetkan area permukiman dan pertanian, yang menyebabkan kematian enam warga sipil,” sebut Kementerian Luar Negeri Suriah.

    “Eskalasi ini terjadi dalam konteks serangkaian pelanggaran yang dimulai dengan pasukan Israel yang memasuki Provinsi Quneitra dan Daraa, dalam agresi yang sedang berlangsung di wilayah Suriah, yang merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan nasional dan hukum internasional,” tegas pernyataan Kementerian Luar Negeri Suriah.

    Pada Selasa (25/3) waktu setempat, militer Israel mengklaim pasukannya “mengidentifikasi beberapa teroris yang melepaskan tembakan ke arah mereka di wilayah Suriah bagian selatan”. Namun tidak disebutkan lokasi spesifik untuk sumber tembakan itu.

    “Pasukan membalas tembakan sebagai respons dan IAF (Angkatan Udara Israel-red) menyerang para teroris,” sebut militer Israel dalam pernyataannya.

    Gubernur Provinsi Daraa, Anwar al-Zoabi, mengatakan bahwa “pelanggaran tentara pendudukan Israel dan serangan berulang-ulang di wilayah Suriah telah mendorong sekelompok penduduk bentrok dengan pasukan militer yang mencoba menembus” Kuwayya, di barat laut kota Daraa.

    Disebutkan otoritas Suriah bahwa situasi itu “memicu eskalasi” oleh pasukan Israel “dengan tembakan artileri dan pengeboman drone”. Otoritas provinsi setempat menyebut sekitar 350 keluarga telah mengungsi ke tempat-tempat perlindungan di desa terdekat.

    Lihat Video ‘Beda Pernyataan Israel dengan Kesaksian Atas Penyerangan Hamdan Ballal’:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Kembali Gempur Suriah, Targetkan 2 Pangkalan Militer

    Israel Kembali Gempur Suriah, Targetkan 2 Pangkalan Militer

    Damaskus

    Militer Israel kembali menggempur dua pangkalan militer di wilayah Suriah bagian tengah pada Selasa (25/3) waktu setempat. Serangan terhadap wilayah Suriah tetap dilancarkan meskipun kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa memperingatkan Tel Aviv jika serangan semacam itu berisiko memicu eskalasi konflik.

    “Beberapa saat lalu, IDF (Angkatan Bersenjata Israel-red) menyerang kemampuan militer yang tersisa di pangkalan militer Suriah di Tadmur dan T4,” kata militer Israel dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Selasa (25/3/2025).

    Pernyataan militer Israel itu merujuk pada pangkalan militer di Palmyra dan pangkalan militer lainnya yang berjarak 50 kilometer sebelah barat kota itu.

    “IDF akan terus bertindak untuk menghilangkan ancaman apa pun yang ditimbulkan terhadap warga negara Israel,” tegas militer Israel.

    Israel mengatakan pada Jumat (21/3) bahwa pasukan mereka menyerang pangkalan yang sama.

    Selain menggempur dua pangkalan militer di Suriah, seperti dilansir France24 dan Al Jazeera, Israel juga menggempur kota Kuwayya, Provinsi Daraa, yang ada di wilayah selatan negara itu. Sedikitnya lima orang dilaporkan tewas akibat serangan tersebut.

    “Lima orang tewas dalam pengeboman Israel di Kuwayya… di sebelah barat Daraa,” demikian pernyataan otoritas Daraa via Telegram.

    Lihat Video dari Udara: Suriah Pasca-bentrokan Berdarah Tewaskan Ribuan Orang