Negara: Suriah

  • Presiden Suriah Janji Tangkap-Adili Pihak Terlibat Bom Bunuh Diri di Gereja

    Presiden Suriah Janji Tangkap-Adili Pihak Terlibat Bom Bunuh Diri di Gereja

    Jakarta

    Presiden sementara Suriah Ahmed al-Sharaa buka suara soal penembakan dan bom bunuh diri di sebuah gereja di Damaskus, ibu kota Suriah. Ia berjanji akan menangkap semua pihak yang terlibat dalam peristiwa itu.

    “Kami berjanji bahwa kami akan bekerja siang dan malam, mengerahkan semua badan keamanan khusus kami, untuk menangkap semua orang yang berpartisipasi dalam dan merencanakan kejahatan keji ini dan membawa mereka ke pengadilan,” kata Sharaa dilansir AFP, Senin (23/6/2025).

    Serangan itu “mengingatkan kita akan pentingnya solidaritas dan persatuan pemerintah dan rakyat dalam menghadapi semua yang mengancam keamanan dan stabilitas negara kita”, tambahnya.

    Penembakan dan bom bunuh diri terjadi di sebuah gereja di Damaskus, ibu kota Suriah saat berlangsung kebaktian pada hari Minggu (22/6) waktu setempat. Sedikitnya 22 orang tewas dalam serangan itu. Otoritas Suriah menyalahkan seorang anggota ISIS atas serangan itu.

    Masyarakat internasional mengutuk serangan di gereja Ortodoks itu, yang pertama kali terjadi di ibu kota Suriah sejak pasukan yang dipimpin Islamis menggulingkan penguasa lama Bashar al-Assad pada bulan Desember lalu.

    Itu juga merupakan serangan yang pertama di dalam sebuah gereja di Suriah sejak perang saudara negara itu meletus pada tahun 2011.

    “Seorang pelaku bom bunuh diri yang berafiliasi dengan kelompok teroris Daesh (ISIS) memasuki gereja Saint Elias di daerah Dwelaa… melepaskan tembakan lalu meledakkan dirinya dengan sabuk peledak,” kata pernyataan kementerian dalam negeri Suriah, dilansir kantor berita AFP, Senin (23/6/2025).

    Tonton juga “Bom Bunuh Diri ISIS Meledak di Gereja Suriah, 20 Orang Tewas” di sini:

    (eva/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 5 Fakta Terkait AS Gempur Tiga Situs Nuklir Iran – Page 3

    5 Fakta Terkait AS Gempur Tiga Situs Nuklir Iran – Page 3

    Di tengah memuncaknya ketegangan di Timur Tengah, Iran memperingatkan akan adanya “konsekuensi berat” bagi Amerika Serikat (AS) setelah AS bergabung dengan pasukan Israel untuk menyerang tiga lokasi nuklir di Iran pada Minggu 22 Juni 2025.

    Televisi pemerintah Iran menyatakan bahwa “setiap warga negara atau personel militer AS” di Asia Barat kini menjadi “target” setelah serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.

    Hossein Shariatmadari, orang dekat Pemimpin Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei dan pemimpin redaksi surat kabar garis keras Kayhan, menulis editorial pada Minggu yang menyerukan kepada pasukan Iran untuk menyerang armada laut AS di Bahrain dan menutup Selat Hormuz bagi kapal-kapal AS, Inggris, Jerman, dan Prancis.

    “Sekarang giliran kita untuk bertindak tanpa penundaan. Sebagai langkah pertama, kita harus meluncurkan serangan rudal terhadap armada laut AS di Bahrain dan secara bersamaan menutup Selat Hormuz bagi kapal-kapal AS, Inggris, Jerman, dan Prancis,” tulisnya seperti dilansir NDTV.

    Editorial yang ditulis Shariatmadari ini menyusul peringatan langsung dari Khamenei sendiri, yang sebelumnya memperingatkan AS akan adanya konsekuensi berat atas intervensi militernya.

    Sementara Iran merencanakan langkah balasannya, sejumlah pangkalan militer utama AS di Timur Tengah menjadi sorotan karena dinilai bisa menjadi target.

    Di seluruh Timur Tengah, AS dilaporkan menempatkan lebih dari 40.000 tentara di berbagai pangkalan militer dan kapal perang milik AS—yang berada di bawah komando militer AS untuk kawasan tersebut, yaitu Komando Pusat AS (CENTCOM). Konsentrasi utama pasukan AS di kawasan ini berada di Qatar, Bahrain, Irak, Suriah, Kuwait, dan Uni Emirat Arab (UEA).

    Berikut sejumlah pangkalan utama AS di Timur Tengah:

    Bahrain: Armada Kelima Angkatan Laut AS dan Komando Pusat Angkatan Laut AS bermarkas di Bahrain—sebuah kerajaan kecil di Teluk yang memainkan peran strategis bagi AS di kawasan Teluk Persia sejak lama hingga sekarang.

    Pelabuhan laut dalam milik Bahrain mampu menampung beberapa kapal militer terbesar milik AS, termasuk kapal induk. Pangkalan ini menjadi rumah bagi empat kapal pemburu ranjau AS dan dua kapal pendukung logistik. Menurut laporan The Times of Israel, Penjaga Pantai AS juga mengoperasikan kapal-kapalnya di negara tersebut.

    Pangkalan ini telah digunakan oleh Angkatan Laut AS sejak tahun 1948, ketika masih dioperasikan oleh Angkatan Laut Kerajaan Inggris.

    Qatar: Pangkalan Udara Al Udeid, yang merupakan pangkalan militer terbesar milik AS di Timur Tengah, terletak di Qatar. Pangkalan ini dilaporkan menjadi markas bagi komponen terdepan Komando Pusat AS (CENTCOM), serta menampung kekuatan angkatan udara dan pasukan operasi khusus AS di kawasan.

    Al Udeid menjadi lokasi penempatan bergilir pesawat-pesawat tempur AS, sekaligus markas bagi Wing Ekspedisi Udara ke-379—satuan udara tempur yang dapat dikerahkan untuk berbagai operasi militer di wilayah tersebut.

    Irak: AS memiliki berbagai instalasi militer di Irak, termasuk Pangkalan Udara Al Asad di Provinsi Al-Anbar dan Pangkalan Udara Al Harir di Erbil. Baghdad bukan hanya sekutu dekat Washington sejak perang 2003, namun juga merupakan musuh bebuyutan Iran di kawasan.

    Negara ini menampung sekitar 2.500 tentara AS sebagai bagian dari koalisi internasional dalam perang melawan ISIS.

    Iran pernah menargetkan Pangkalan Udara Al Asad pada 2020, setelah terbunuhnya pemimpin Pasukan Quds Qasem Soleimani. Pangkalan Udara Al Harir pernah menjadi sasaran serangan drone yang dilancarkan oleh kelompok proksi Iran.

    Suriah: Selama bertahun-tahun, AS mempertahankan kehadiran militer di sejumlah instalasi di Suriah sebagai bagian dari upaya internasional melawan kelompok ISIS, yang muncul dari perang saudara di negara itu dan sempat menguasai sebagian besar wilayah Suriah serta negara tetangganya, Irak. Garnisun Al Tanf milik AS terletak di wilayah selatan Suriah, dekat perbatasan dengan Irak dan Yordania.

    Kuwait: Kuwait menjadi tuan rumah bagi beberapa pangkalan militer AS, termasuk Pangkalan Udara Ali al-Salem yang terletak sekitar 32,19 km dari perbatasan Irak. Pangkalan ini menampung anggota Wing Ekspedisi Udara ke-386 Angkatan Udara AS, satuan yang bertanggung jawab atas pengangkutan logistik dan pasukan di kawasan.

    Pangkalan Ali al-Salem dikenal sebagai pusat pengangkutan udara utama dan gerbang strategis untuk mengirimkan kekuatan tempur kepada pasukan gabungan dan koalisi di Timur Tengah.

    Uni Emirat Arab (UEA): Pangkalan Udara Al Dhafra milik AS terletak di Uni Emirat Arab dan menjadi markas bagi Wing Ekspedisi Udara ke-380 Angkatan Udara AS. Satuan ini mengoperasikan jet tempur F-22 Raptor, serta berbagai jenis pesawat pengintai dan drone, termasuk MQ-9 Reaper.

    Selain itu, Pangkalan Udara Al Dhafra juga menjadi lokasi Gulf Air Warfare Centre, fasilitas pelatihan pertahanan udara dan rudal yang digunakan untuk memperkuat kemampuan tempur serta koordinasi operasi udara antara AS dan sekutunya di kawasan.

  • Tanda Perang Iran Meletus, Orderan Pizza Melonjak di Pentagon

    Tanda Perang Iran Meletus, Orderan Pizza Melonjak di Pentagon

    Jakarta, CNBC Indonesia – Lonjakan aktivitas di sejumlah restoran pizza dekat Pentagon kembali memicu teori lama yang ramai dibicarakan publik, terutama di tengah konflik antara Israel dan Iran.

    Diketahui, Pentagon yang terletak di Arlington, Virginia, merupakan markas utama Departemen Pertahanan Amerika Serikat dan disebut sebagai pusat saraf operasi militer AS.

    Akun populer di platform X (dulunya Twitter) bernama @PenPizzaReport atau Pentagon Pizza Report melaporkan bahwa hampir semua tempat makan pizza di sekitar Pentagon mengalami peningkatan aktivitas secara signifikan pada malam tanggal 12 Juni 2025 pukul 19.00 waktu setempat.

    Dalam unggahannya, akun tersebut membagikan tangkapan layar dari empat restoran, We, The Pizza, Domino’s Pizza, District Pizza Palace, dan Extreme Pizza, yang menunjukkan grafik “Popular Times” meningkat tajam, diduga berdasarkan data dari mesin pencari populer.

    Momen lonjakan ini terjadi bersamaan dengan laporan bahwa militer Israel memulai serangkaian serangan udara terhadap fasilitas nuklir dan infrastruktur misil Iran.

    Keterkaitan waktu kembali menghidupkan teori konspirasi lama, di mana aktivitas tinggi pemesanan pizza di Pentagon disebut-sebut sebagai pertanda operasi militer besar, demikian dikutip dari Fox Business, Senin (23/6/2025).

    Saat dimintai tanggapan terkait unggahan Pentagon Pizza Report dan teori pizza, Departemen Pertahanan AS (DOD) hanya menyatakan bahwa mereka tidak memiliki komentar apapun terkait hal tersebut.

    Sementara itu, juru bicara Pentagon mengatakan bahwa unggahan tersebut tidak sesuai dengan kejadian sebenarnya.

    Pentagon juga menambahkan bahwa di dalam kompleks markas besar militer AS itu sudah tersedia berbagai pilihan makanan. Dengan kata lain, kebutuhan konsumsi staf bisa dipenuhi tanpa harus memesan dari luar.

    Teori ini berangkat dari gagasan bahwa aktivitas konsumsi makanan, terutama pizza, meningkat signifikan saat lembur intensif di Pentagon, sebuah sinyal tak langsung bahwa sesuatu sedang terjadi.

    Meski belum pernah dikonfirmasi secara resmi, sebagian analis OSINT menyebutkan pola serupa terjadi sebelum Perang Irak dan serangan drone ke Suriah.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • KSAL apresiasi perwira TNI AL jadi lulusan terbaik di Rusia

    KSAL apresiasi perwira TNI AL jadi lulusan terbaik di Rusia

    Jakarta (ANTARA) – Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhamad Ali mengapresiasi capaian perwira TNI AL asal Kabupaten Garut, Mayor Laut (P) Firman Cahyadi lantaran menjadi lulusan terbaik Military Educational and Scientific Centre of The Navy di Rusia.

    Dalam siaran pers resmi TNI AL yang diterima Antara di Belitung Timur, Senin, dijelaskan bahwa capaian yang diraih Firman Cahyadi patut menjadi inspirasi bagi seluruh personel TNI AL.

    “Jadi seperti dalam hal ini bidang pendidikan guna mewujudkan prajurit yang profesional, modern, dan berdaya saing global, serta dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi prajurit lainnya,” kata Ali dalam siaran pers tersebut.

    Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Tunggul menjelaskan bahwa Firman mengikuti pendidikan tersebut sejak tahun 2022 hingga 2025.

    Tunggul menjelaskan, Firman mengikuti pendidikan tersebut bersama 299 perwira lainnya yang berasal dari Rusia, Afrika Selatan, Angola, Aljazair, China, Djibouti, Ethiopia, Guinea, Indonesia, Kazakstan, Kongo, Korea Selatan, Libya, Nikaragua, Suriah, dan Vietnam.

    Tunggul menambahkan, mayoritas peserta didik berasal dari Rusia dengan jumlah 161 siswa.

    Selama menempuh pendidikan, Firman bersama ratusan perwira lainnya mendalami ilmu di bidang kepemimpinan militer, perencanaan strategis, manajemen sumber daya pertahanan, dan manajemen operasi militer.

    Setelah mempelajari ragam ilmu tersebut selama masa pendidikan, Firman akhirnya berhasil mendapatkan gelar Strata 2 (S2) dengan predikat cumlaude.

    Tunggul berharap ilmu yang didapat Firman bisa diimplementasikan ketika kembali bertugas di TNI AL demi memajukan pertahanan laut Indonesia.

    Pewarta: Walda Marison
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bom Bunuh Diri Guncang Gereja di Negara Arab, 22 Orang Tewas

    Bom Bunuh Diri Guncang Gereja di Negara Arab, 22 Orang Tewas

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebanyak 22 orang tewas dan 63 lainnya luka-luka setelah seorang pengebom bunuh diri menyerang sebuah gereja Ortodoks Yunani di pinggiran Kota Damaskus, Suriah, pada Minggu (22/6/2025).

    Menurut laporan media pemerintah SANA, pelaku memasuki Gereja Mar Elias di kawasan Dweil’a saat jemaat sedang mengikuti Liturgi Ilahi, ibadah dalam tradisi Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Katolik Timur. Pelaku melepaskan tembakan ke arah jemaat sebelum meledakkan diri dengan rompi peledak.

    “Seorang pria bersenjata masuk ke dalam gereja dan menembaki orang-orang sebelum meledakkan dirinya. Ini adalah serangan pengecut terhadap tempat ibadah,” kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Suriah Noureddine Al-Baba dalam konferensi pers, seperti dikutip Associated Press (AP News), Senin (23/6/2025).

    Al-Baba kemudian menambahkan bahwa indikasi awal mengarah kepada kelompok ekstremis ISIS sebagai dalang serangan.

    Jumlah korban tewas dikonfirmasi oleh Kementerian Kesehatan Suriah. Namun, Syrian Observatory for Human Rights, lembaga pemantau konflik yang berbasis di Inggris, melaporkan sedikitnya 19 korban jiwa dan puluhan terluka, meski tidak memberikan angka pasti. Beberapa media lokal menyebutkan bahwa anak-anak termasuk di antara korban.

    Serangan ini disebut sebagai yang pertama terhadap gereja Kristen dalam beberapa tahun terakhir di Suriah, yang kini berada di bawah kekuasaan pemerintahan Islamis de facto.

    “Keamanan tempat ibadah adalah garis merah,” tegas Al-Baba, sambil menuding sisa-sisa kelompok ISIS dan faksi loyalis rezim Assad yang digulingkan sebagai pihak yang ingin menciptakan kekacauan.

    Saksi mata menggambarkan situasi mencekam. “Pria bersenjata itu mengenakan penutup wajah dan menembaki jemaat. Ketika beberapa orang mencoba menghalaunya, dia meledakkan diri di pintu masuk gereja,” kata Pastor Fadi Ghattas, yang mengaku menyaksikan sedikitnya 20 jenazah. “Saat itu ada sekitar 350 jemaat yang sedang berdoa.”

    Sementara itu, Pendeta Meletius Shahati mengatakan ada pelaku kedua yang menembaki pintu gereja, memperparah kepanikan yang terjadi.

    Seorang jemaat, Issam Nasr, menggambarkan horor yang terjadi: “Saya melihat orang-orang terbakar berkeping-keping. Kami hanya membawa doa-doa kami, bukan senjata.”

    Usai ledakan, pasukan keamanan dan tim medis langsung dikerahkan ke lokasi. Foto-foto yang dirilis SANA menunjukkan kondisi gereja yang porak-poranda, dengan bangku-bangku berlumuran darah dan puing berserakan.

    (tfa/tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Serangan Israel ke Iran Termasuk Tindakan Agresi, Lembaga Internasional Harus Turun Tangan

    Serangan Israel ke Iran Termasuk Tindakan Agresi, Lembaga Internasional Harus Turun Tangan

    JAKARTA – Pakar Hukum Internasional Universitas Muhammadiyah Surabaya, Satria Unggul Wicaksana menilai serangan militer Israel ke wilayah yang disebut sebagai pangkalan Iran pada 13 Juni 2025 merupakan pelanggaran prinsip-prinsip dasar Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kini memicu eskalasi konflik global.

    “Dalam Piagam PBB Pasal 2 Ayat 4 ditegaskan bahwa setiap negara anggota wajib menahan diri dari ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik negara lain. Serangan ini jelas mencederai prinsip tersebut,” ujarnya, Minggu 22 Juni 2025.

    Menurut dia, meski Israel mengklaim serangan tersebut ditujukan untuk mencegah penguatan militer Iran di tengah proses perundingan antara Amerika Serikat dan Iran, tindakan sepihak semacam ini dapat menimbulkan ketegangan yang lebih luas.

    Terlebih, Israel bukan pertama kali melakukan serangan ke negara-negara lain, di mana sebelumnya mereka juga melakukan operasi militer ke Lebanon, Suriah, hingga Irak. “Serangan terbaru yang dinamai Rising Lion ini sangat berbahaya karena bisa memicu keterlibatan sekutu-sekutu besar seperti Rusia, Tiongkok, dan Korea Utara yang dikenal memiliki kedekatan dengan Iran,” tambah Satria.

    Dia mengungkapkan, kemungkinan Iran akan menggunakan hak untuk membela diri sebagaimana diatur dalam Pasal 51 Piagam PBB, yang mengizinkan negara melakukan pertahanan diri atau retaliasi jika diserang terlebih dahulu. Dalam konteks ini, langkah Israel bisa dianggap sebagai agresi militer yang sah untuk direspons menurut hukum internasional.

    Dia menambahkan, konflik yang dibiarkan tanpa penyelesaian objektif oleh lembaga internasional seperti Dewan Keamanan PBB berisiko berkembang menjadi perang berskala global. “Bila negara-negara yang seharusnya berperan sebagai mediator justru tidak mampu menengahi atau bersikap objektif, maka potensi meletusnya Perang Dunia Ketiga menjadi sangat nyata. Kita harus dudukkan persoalan ini secara jernih, siapa yang melakukan serangan lebih dulu, dialah yang bertanggung jawab secara hukum internasional,” tukasnya.

    Satria menegaskan, serangan Israel ke wilayah Iran bisa dikategorikan sebagai agresi berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB Tahun 1974 tentang Definisi Agresi, Pasal 5 Ayat 1. “Jika konflik ini bisa diselesaikan melalui jalur damai, seperti melalui Mahkamah Internasional, tentu akan lebih baik. Namun jika tidak, kita sedang berdiri di ambang krisis global yang bisa berkembang menjadi bencana besar,” tutupnya.

  • Maskapai Ogah Lewat, Langit Iran-Israel Kosong

    Maskapai Ogah Lewat, Langit Iran-Israel Kosong

    Jakarta, CNBC Indonesia — Sejumlah maskapai penerbangan komersial terus menghindari wilayah udara di Timur Tengah pada Minggu (22/6/2025), menyusul serangan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran.

    Menurut data situs pelacakan penerbangan FlightRadar24, pola ini merupakan lanjutan dari pengalihan rute yang sudah berlangsung sejak pekan lalu akibat meningkatnya ketegangan dan aksi saling serang rudal di kawasan tersebut.

    “Setelah serangan AS ke fasilitas nuklir Iran, lalu lintas penerbangan komersial di kawasan ini masih beroperasi sesuai dengan pembatasan wilayah udara yang diberlakukan sejak minggu lalu,” tulis FlightRadar24 di platform X dikutip kantor berita Reuters di Jakarta, Minggu (22/6/2025).

    Situs tersebut menunjukkan, maskapai tidak lagi melintasi wilayah udara Iran, Irak, Suriah, dan Israel. Sebagai gantinya, mereka memilih jalur alternatif melalui utara lewat Laut Kaspia atau selatan melalui Mesir dan Arab Saudi. Meskipun rute ini menyebabkan waktu tempuh lebih lama dan biaya bahan bakar serta kru meningkat, langkah ini dinilai lebih aman.

    Situs informasi risiko penerbangan, Safe Airspace yang dijalankan oleh OPSGROUP (organisasi berbasis keanggotaan yang memantau risiko penerbangan global) memperingatkan, serangan AS terhadap Iran dapat meningkatkan risiko bagi operator penerbangan asal AS di wilayah tersebut.

    “Meski belum ada ancaman spesifik terhadap penerbangan sipil, Iran sebelumnya telah memperingatkan akan membalas dengan menyerang kepentingan militer AS di Timur Tengah, baik secara langsung maupun lewat kelompok proksi seperti Hizbullah,” tulis Safe Airspace.

    Sejak Israel melancarkan serangan ke Iran pada 13 Juni lalu, sejumlah maskapai telah menangguhkan penerbangan ke negara-negara terdampak. Beberapa negara mengatur penerbangan evakuasi dari kawasan, sementara maskapai seperti American Airlines dan United Airlines telah menghentikan sementara layanan ke Qatar dan Dubai.

    Safe Airspace juga memperingatkan, risiko wilayah udara dapat meluas ke negara-negara lain seperti Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. “Kami terus menyarankan kewaspadaan tinggi saat ini,” ujarnya.

    Maskapai Israel seperti El Al, Arkia, dan Israir juga mengumumkan penangguhan penerbangan evakuasi hingga pemberitahuan lebih lanjut. El Al memperpanjang pembatalan penerbangan terjadwal hingga 27 Juni. Otoritas bandara Israel menyatakan, wilayah udara negara tersebut ditutup untuk semua penerbangan, meskipun jalur darat ke Mesir dan Yordania masih dibuka.

    Akibat kondisi ini, puluhan ribu warga Israel dan wisatawan yang telah memesan tiket menuju Israel kini tertahan di luar negeri. Sekitar 40 ribu turis yang saat ini berada di Israel juga berusaha meninggalkan negara tersebut, baik melalui perbatasan darat menuju Amman, Yordania, maupun dengan kapal ke Siprus.

    Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Jepang menyatakan telah mengevakuasi 21 orang termasuk 16 warga negara Jepang melalui jalur darat dari Iran menuju Azerbaijan. Ini merupakan evakuasi kedua sejak Kamis lalu. Jepang juga menyatakan siap melakukan evakuasi lanjutan jika diperlukan.

    Selain itu, Pemerintah Selandia Baru mengumumkan, mereka akan mengirimkan pesawat angkut militer Hercules C-130J ke Timur Tengah sebagai langkah siaga untuk mengevakuasi warganya. Pesawat dan tim pemerintah dijadwalkan berangkat dari Auckland pada Senin, meski dibutuhkan beberapa hari untuk mencapai kawasan. Pemerintah Selandia Baru juga menjajaki kerja sama dengan maskapai komersial untuk mendukung upaya evakuasi.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Sejarah Hubungan Iran-Israel, Dulu Pernah Mesra

    Sejarah Hubungan Iran-Israel, Dulu Pernah Mesra

    Jakarta, CNBC Indonesia — Iran telah melakukan serangan militer ke Israel sejak Sabtu, 13 April 2024 silam. Lebih dari 100 drone milik Iran berhasil masuk ke wilayah Israel.

    Gempuran militer tersebut merupakan balasan Iran atas serangan yang dilakukan oleh Israel terhadap konsulatnya di Damaskus pada 1 April 2024. Dalam serangan tersebut, terdapat tujuh petugas Garda Revolusi termasuk dua komandan senior dinyatakan tewas.

    Peristiwa tersebut tentu membuat ketegangan kedua negara semakin meningkat, bahkan sampai sekarang. Dalam sejarah, Iran memang tidak senang terhadap keberadaan Israel sejak 1979 lantaran faktor ideologi. Petinggi Iran menganggap Israel sebagai penjajah karena telah terbukti menindas bangsa Palestina.

    Berawal dari situ, Iran kemudian sangat galak terhadap Israel dan sekutu setianya, Amerika Serikat (AS). Sama halnya dengan Israel dan AS yang kerap bertindak agresif terhadap Iran. Permusuhan ini tumbuh selama beberapa dekade ketika kedua belah pihak berusaha untuk memperkuat dan mengembangkan kekuatan dan pengaruh mereka di wilayah Timur Tengah.

    Kini, Iran mendukung jaringan “poros perlawanan” yang terdiri dari kelompok-kelompok politik dan bersenjata di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman. Israel juga telah beberapa kali melakukan serangan terhadap Iran, baik itu melalui upaya spionase atau sabotase.

    Meski sekarang saling baku hantam, pernah ada suatu periode di mana Iran dan Israel punya hubungan spesial. Sebelum tahun 1979 atau saat Republik Islam Iran belum berdiri, Iran-Israel merupakan sekutu mesra.

    Pada saat Israel diproklamirkan, banyak negara Arab yang mayoritas Muslim menentang pendiriannya. Salah satu cara untuk meredam tentangan tersebut adalah lewat kerja sama. Pada titik ini, Iran jadi salah satu negara yang menerima dengan tangan terbuka kerja sama Israel.

    Di bawah kuasa Mohammad Reza Pahlavi, Iran akhirnya menyetujui proposal kerja sama diplomatik dengan Israel. Reza yang cenderung pro-Barat sejak awal telah melihat cerahnya masa depan Iran jika hubungan dengan Israel terjalin. Pasalnya, dia takut terhadap agresi Uni Soviet di Timur Tengah. Tidak menutup kemungkinan, sewaktu-waktu Iran terpengaruh oleh rezim komunis bawaan Soviet.

    Sebagai upaya mencari bekingan, Iran aktif menjalin hubungan dengan Israel pada 1953. Seperti dugaan Reza, hubungan bersama Israel membuat Iran menjadi jadi cerah, terutama dari sisi ekonomi.

    Dalam studi yang dilakukan Marta Furlan dengan judul “Israeli-Iranian Relations” (2022), disebut bahwa beberapa kali Iran mendapat proyek menguntungkan hasil kerja sama Israel dan AS. Proyek ini lantas membuat pendapatan negara meningkat pesat. Selain itu, kedua negara juga saling terlibat di sektor militer.

    Kemlu Iran Buka Suara

    Pada 1960-an, Iran dan Israel menganggap Irak sebagai ancaman bersama. Keduanya terbukti membantu gerakan Kurdi yang memberontak di Irak. Tak hanya itu, kedua negara tersebut juga sempat mengerjakan persenjataan rudal bersama.

    Semua itu dilakukan selama lebih kurang 20 tahun, atau saat berulangkali terjadi aksi penindasan Israel terhadap Palestina, negara yang sangat dibela oleh negara Muslim di seluruh dunia.

    Namun, hubungan mesra itu sirna pada 1979. Revolusi Iran membuat Reza Pahlavi terguling dari kursi pemimpin. Revolusi itu juga mengubah Iran menjadi Republik Islam Iran. Kini, Iran menjadi negara yang sangat garang terhadap Israel dan AS.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Turki Sebut Israel Bawa Timur Tengah Menuju ‘Bencana Total’

    Turki Sebut Israel Bawa Timur Tengah Menuju ‘Bencana Total’

    Istanbul

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki, Hakan Fidan, menuduh Israel sedang membawa kawasan Timur Tengah menuju “bencana total” dengan menyerang Iran secara besar-besaran pada 13 Juni lalu.

    “Israel sekarang membawa kawasan ini ke ambang bencana total dengan menyerang Iran, tetangga kita,” ucap Fidan saat berbicara dalam pertemuan puncak Organisasi Kerja Sama Islam di Istanbul, seperti dilansir AFP, Sabtu (21/6/2025).

    “Tidak ada masalah Palestina, Lebanon, Suriah, Yaman atau Iran, tetapi jelas ada masalah Israel,” sebutnya.

    Fidan menyerukan diakhirinya apa yang disebutnya sebagai “agresi tanpa batas” oleh Israel terhadap Iran.

    “Kita harus mencegah situasi memburuk menjadi kekerasan yang meluas, yang akan semakin membahayakan keamanan regional dan global,” cetusnya.

    Konflik terbaru antara Israel dan Iran pecah pada 13 Juni, atau sepekan lalu, ketika Tel Aviv melancarkan serangan besar-besaran terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran yang diklaim bertujuan mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir.

    Iran membalas dengan rentetan serangan rudal dan drone terhadap wilayah Israel. Teheran juga kembali menegaskan bahwa program nuklirnya bersifat damai.

    Lihat juga Video Erdogan: Iran Membela Diri dari Israel, Wajar dan Sah

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Rentetan serangan terus saling dilancarkan oleh kedua negara hingga saat ini, dengan Tel Aviv dan Teheran saling menuding menargetkan warga sipil.

    Menurut laporan Human Rights Activists News Agency, sedikitnya 639 orang tewas di berbagai wilayah Iran akibat serangkaian serangan udara Israel. Mereka yang tewas termasuk pejabat eselon atas militer dan para ilmuwan nuklir Iran, serta para warga sipil.

    Sementara otoritas Tel Aviv melaporkan sedikitnya 25 orang tewas akibat serangan-serangan rudal Iran.

    Lihat juga Video Erdogan: Iran Membela Diri dari Israel, Wajar dan Sah

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Irak Tuduh 50 Pesawat Tempur Israel Langgar Wilayah Udaranya

    Irak Tuduh 50 Pesawat Tempur Israel Langgar Wilayah Udaranya

    New York

    Irak menuduh sebanyak 50 pesawat tempur Israel telah melanggar wilayah udaranya, saat pertempuran sengit terus berlanjut antara Tel Aviv dan Iran selama sepekan terakhir.

    Tuduhan itu, seperti dilansir Reuters, Sabtu (21/6/2025), disampaikan oleh perwakilan Irak untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau charge d’affaires misi Irak di PBB, Abbas Kadhom Obaid Al-Fatlawi, saat berbicara sebelum konflik Iran-Israel dibahas dalam pertemuan PBB pada Jumat (20/6).

    Dia menyebut bahwa puluhan pesawat tempur Israel itu datang dari area perbatasan Suriah-Yordania.

    “Diawali oleh sekitar 20 pesawat terbang, kemudian diikuti oleh 30 pesawat terbang yang mengudara ke wilayah selatan Irak, dan pesawat-pesawat itu terbang di atas kota Basra, Najaf, dan Karbala,” sebut Al-Fatlawi dalam pernyataannya.

    “Pelanggaran-pelanggaran ini merupakan pelanggaran hukum internasional dan Piagam PBB,” tuduhnya.

    “Pelanggaran ini juga merupakan ancaman terhadap tempat-tempat suci dan kawasan yang mungkin menimbulkan reaksi keras dari masyarakat, mengingat pentingnya tempat-tempat suci ini bagi rakyat kami,” ucap Al-Fatlawi.

    Pernyataan tersebut disampaikan saat Israel dan Iran terus saling melancarkan serangan udara selama sepekan terakhir, atau sejak 13 Juni lalu, ketika Tel Aviv melancarkan serangan besar-besaran terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran yang diklaim bertujuan mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir.

    Lihat juga Video: Momen Warga Irak Bersukacita Sambut Serangan Iran ke Israel

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Iran membalas dengan rentetan serangan rudal dan drone terhadap wilayah Israel. Teheran juga kembali menegaskan bahwa program nuklirnya bersifat damai.

    Area-area permukiman di kedua negara turut terdampak perang udara yang berlangsung sengit tersebut, dengan Tel Aviv dan Teheran saling menuding menargetkan warga sipil.

    Menurut laporan Human Rights Activists News Agency, sedikitnya 639 orang tewas di berbagai wilayah Iran akibat serangkaian serangan udara Israel. Mereka yang tewas termasuk pejabat eselon atas militer dan para ilmuwan nuklir Iran, serta para warga sipil.

    Sementara otoritas Tel Aviv melaporkan sedikitnya 25 orang tewas akibat serangan-serangan rudal Iran.

    Lihat juga Video: Momen Warga Irak Bersukacita Sambut Serangan Iran ke Israel

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini