Negara: Suriah

  • 11 Hal Tentang Serangan Rudal Israel ke Iran dan Suriah

    11 Hal Tentang Serangan Rudal Israel ke Iran dan Suriah

    Jakarta

    Militer Israel melancarkan serangan ke Ibu Kota Iran, Teheran. Tak hanya Teheran, serangan Negara Zionis itu turut menyasar Suriah.

    Dirangkap detikcom dari berbagai sumber seperti AFP, Aljazeera, Al Arabiya, dan lain-lain, Sabtu (26/10/2024), sejumlah ledakan terdengar di Ibu Kota Iran. Israel mengklaim telah melakukan ‘serangan tepat sasaran’ pada target militer.

    “Menanggapi serangan terus-menerus selama berbulan-bulan dari rezim di Iran terhadap Negara Israel – saat ini Pasukan Pertahanan Israel (militer Israel) tengah melancarkan serangan tepat sasaran terhadap target militer di Iran,” kata militer dalam sebuah pernyataan.

    Disiarkan Aljazeera, terlihat suasana kota Tehran kondisinya masih gelap saat serangan itu muncul. Dilaporkan bahwa serangan tersebut bukanlah serangan jet tempur melainkan serangan dari semacam drone.

    Serangan udara Israel tak hanya dilancarkan terhadap Iran, tapi juga menargetkan sejumlah area di wilayah Suriah pada Sabtu (26/10) dini hari. Pasukan pertahanan udara Suriah dilaporkan berhasil mencegat sejumlah rudal yang ditembakkan pasukan Israel ke negara tersebut.

    Suriah dan Iran merupakan sekutu dalam kelompok yang disebut sebagai “poros perlawanan”, yang juga mencakup kelompok Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Jalur Gaza. Berikut fakta-fakta terkini terkait serangan rudal Israel ke Iran dan Suriah:

    1. Target Serangan

    Laporan kantor berita Suriah, SANA News Agency, yang mengutip sumber militer setempat, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Sabtu (26/10/2024), menyebut serangan udara Israel itu terjadi pada Sabtu (26/10) dini hari, sekitar pukul 02.00 waktu setempat.

    Disebutkan bahwa serangan itu menargetkan posisi-posisi militer yang ada di wilayah tengah serta selatan Suriah.

    Menurut SANA News Agency, pasukan pertahanan udara Suriah telah mencegat sejumlah rudal yang diluncurkan Israel “dari arah Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel dan wilayah Lebanon”.

    “(Pasukan pertahanan udara Suriah) Menembak jatuh beberapa (rudal) di antaranya,” sebut SANA News Agency.

    Laporan SANA News Agency juga menyebut adanya “rentetan suara ledakan” di sekitar ibu kota Suriah. “Pertahanan antipesawat kami menghadapi target-target musuh di langit sekitar Damaskus,” imbuh laporan tersebut.

    Serangan udara Israel itu, sebut SANA News Agency, mendorong otoritas militer Suriah mengaktifkan pertahanan udara di wilayahnya.

    2. Israel Klaim Serangan ke Iran Targetkan Militer

    Sama halnya dengan Suriah, Israel juga menargetkan Militer Iran. Militer Israel mengumumkan serangannya terhadap Iran pada Sabtu (26/10) dini hari sebagai “serangan presisi” terhadap target-target militer. Tel Aviv menyebut serangannya itu merupakan pembalasan atas serangan rudal Teheran pada 1 Oktober lalu.

    Militer Israel dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Sabtu (26/10/2024), menyebut pasukannya telah melancarkan “serangan presisi terhadap target-target militer di Iran” sebagai respons atas apa yang disebutnya sebagai “serangan terus-menerus selama berbulan-bulan dari rezim di Iran”.

    “Rezim di Iran dan proksinya di kawasan telah tanpa henti menyerang Israel sejak 7 Oktober — di tujuh front — termasuk serangan langsung dari wilayah Iran,” sebut militer Israel dalam pernyataannya.

    Selengkapnya di halaman selanjutnya.

    3. AS Sebut Serangan Israel ke Iran Latihan Pertahanan Diri

    Amerika Serikat (AS) buka suara atas serangan militer Israel ke Teheran, Iran. AS menyebut serangan Israel latihan pertahanan diri dan serangan balasan atas rudal balistik Iran awal Oktober lalu.

    Dilansir AFP, Sabtu (26/10/2024), pihak AS menyatakan serangan Israel terhadap sasaran militer di Iran adalah ‘latihan pertahanan diri’ menyusul serangan rudal balistik Teheran awal bulan ini. AS juga menyebut pihaknya telah diberitahu sebelum serangan tersebut.

    “Serangan yang ditargetkan terhadap sasaran militer adalah latihan pertahanan diri dan sebagai respons terhadap serangan rudal balistik Iran terhadap Israel pada 1 Oktober,” kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Sean Savett.

    Sementara itu, seorang pejabat pertahanan AS mengatakan pihaknya sudah diberitahu sebelumnya oleh pihak Israel terkait serangan tersebut. Dia pun menegaskan tidak ada keterlibatan AS dalam serangan itu.

    Pejabat itu juga tidak mengatakan seberapa jauh Amerika Serikat telah diberitahu atau apa yang telah dibagikan oleh Israel.

    Para pejabat Gedung Putih kemudian mengatakan dalam pernyataan terpisah bahwa Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris telah diberi pengarahan mengenai serangan tersebut dan akan terus menerima informasi terbaru dari tim keamanan nasional mereka.

    4. Netanyahu Sembunyi di Bunker Usai Israel Serang Iran

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikabarkan sembunyi usai serangan tersebut.

    Dilansir Aljazeera, Sabtu (26/10/2024), Netanyahu bersama Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dikabarkan bersembunyi usai serangan Israel ke Iran. Mereka berdua berada di bawah tanah di markas besar Kementerian Pertahanan di Tel Aviv.

    Laporan itu muncul setelah Israel menyatakan telah menyerang sasaran di Teheran.

    5. Iran Sempat Batalkan Semua Penerbangan

    Otoritas Iran menangguhkan semua penerbangan hingga pemberitahuan lebih lanjut, setelah Israel mengumumkan pasukannya melancarkan serangan terhadap negara Syiah tersebut pada Sabtu (26/10) dini hari.

    “Penerbangan semua rute telah dibatalkan hingga pemberitahuan lebih lanjut,” ucap juru bicara Organisasi Penerbangan Sipil Iran, seperti dilaporkan kantor berita IRNA dan dilansir AFP, Sabtu (26/10).

    Otoritas Iran kemudian mengumumkan operasional penerbangan di wilayahnya kembali normal setelah sempat ditangguhkan menyusul serangan udara Israel. Teheran menyatakan aktivitas penerbangan di bandara-bandara di negara tersebut dilanjutkan lagi sejak Sabtu (26/10) pagi.

    “Penerbangan-penerbangan akan kembali normal mulai pukul 09.00 waktu setempat pada Sabtu (26/10),” ucap juru bicara Organisasi Penerbangan Sipil Iran seperti dilaporkan kantor berita IRNA dan dilansir AFP, Sabtu (26/10/2024).

    Selengkapnya di halaman selanjutnya.

    6. Israel Klaim Hantam Pabrik Rudal

    Militer Israel menyatakan serangan udara terarah yang dilancarkan terhadap Iran telah dituntaskan. Tel Aviv mengklaim serangannya berhasil menghantam fasilitas manufaktur rudal, yang diyakini memproduksi rudal-rudal yang sebelumnya diluncurkan ke wilayah Israel.

    Dalam pernyataannya, seperti dilansir Anadolu Agency dan The Times of Israel, Sabtu (26/10/2024), militer Israel mengumumkan pasukannya telah menyelesaikan serangan udara secara terarah terhadap fasilitas-fasilitas militer Iran. Operasi militer Israel terhadap Iran itu diberi nama “Hari Pertobatan”.

    Militer Tel Aviv menyebut serangan udaranya menargetkan fasilitas manufaktur rudal, yang diyakini memproduksi rudal yang diluncurkan ke Israel dalam serangan Iran pada 14 April dan 1 Oktober lalu.

    Dalam serangannya, Israel juga menargetkan sistem rudal permukaan-ke-udara dan aset-aset udara Iran lainnya, yang menghambat kemampuan operasional Israel di wilayah udara Iran.

    “Operasi dilaksanakan secara sukses dan semua pesawat kembali dengan selamat ke pangkalan,” demikian pernyataan militer Israel.

    “Serangan pembalasan telah tuntas dan misi telah terpenuhi,” imbuh militer Israel dalam pernyataannya.

    Menurut militer Israel, puluhan pesawat Angkatan Udara mereka, termasuk jet-jet tempur, pesawat pengisi bahan bakar, dan pesawat mata-mata, terlibat dalam serangan di area yang berjarak sekitar 1.600 kilometer dari wilayah Israel.

    7. Iran Klaim Tangkal Serangan Israel

    Iran mengonfirmasi serangan udara Israel telah menargetkan lokasi-lokasi militer di wilayahnya. Namun diklaim oleh Teheran bahwa sistem pertahanan udaranya sukses dalam menangkal serangan udara Tel Aviv, meskipun ada “kerusakan terbatas” di beberapa lokasi.

    Pasukan pertahanan udara Iran dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters dan Press TV, Sabtu (26/10/2024), menyebut Israel menyerang target-target militer di tiga area, yakni Teheran, Khuzestan dan Ilam, pada Sabtu (26/10) pagi waktu setempat.

    “Meskipun ada peringatan sebelumnya dari para pejabat Republik Islam kepada rezim Zionis yang kriminal dan ilegal untuk menghindari aksi yang sangat berani, rezim palsu ini (Israel-red) menyerang sejumlah pusat militer di Provinsi Teheran, Khuzestan dan Ilam pagi ini,” demikian pernyataan pasukan pertahanan udara Iran.

    Lebih lanjut, Teheran mengklaim sistem pertahanan udara terintegrasi di wilayahnya berhasil mencegat dan menangkal “aksi agresi” Tel Aviv tersebut.

    Namun diakui oleh pasukan pertahanan udara Iran bahwa serangan-serangan itu “menyebabkan kerusakan terbatas” ketika aktivitas pencegatan dilakukan di beberapa lokasi. Besarnya kerusakan akibat serangan itu, menurut pasukan pertahanan udara Teheran, kini sedang diselidiki lebih lanjut.

    8. Serangan Israel Dikecam Arab Saudi hingga Dikutuk Hamas

    Arab Saudi mengecam serangan udara yang dilancarkan Israel terhadap target-target militer di wilayah Iran. Riyadh menyebut serangan semacam itu sebagai “pelanggaran kedaulatan” dan pelanggaran terhadap hukum internasional.

    Pernyataan otoritas Saudi ini dirilis setelah militer Israel melancarkan serangan udara terhadap wilayah Iran pada Sabtu (26/10), yang diklaim menargetkan fasilitas-fasilitas militer sebagai pembalasan atas rentetan serangan Teheran dan proksinya, termasuk serangan rudal pada 1 Oktober lalu.

    “Kerajaan Arab Saudi menyatakan kutukan dan kecaman terhadap penargetan militer Republik Islam Iran, yang merupakan pelanggaran kedaulatannya dan pelanggaran hukum dan norma internasional,” demikian pernyataan otoritas Arab Saudi, seperti dilansir Al Arabiya, Sabtu (26/10/2024).

    “Kerajaan (Arab Saudi) menegaskan posisinya yang teguh dalam penolakan terhadap eskalasi yang terus berlanjut di kawasan dan semakin meluasnya konflik yang mengancam keamanan dan stabilitas negara dan masyarakat di kawasan,” cetus pernyataan tersebut.

    Riyadh tidak menyebut secara langsung nama Israel dalam pernyataannya. Namun otoritas Saudi mendesak semua pihak untuk menahan diri secara maksimal dan menyerukan masyarakat internasional untuk mengambil tindakan menuju de-eskalasi dan mengakhiri konflik di kawasan tersebut.

    Diingatkan juga oleh otoritas Saudi soal konsekuensi berlanjutnya konflik militer di kawasan Timur Tengah.

    “Kerajaan (Arab Saudi) menyerukan komunitas internasional dan pihak-pihak yang berpengaruh dan aktif untuk menjalankan peran dan tanggung jawab mereka dalam mengurangi eskalasi dan mengakhiri konflik di kawasan,” sebut pernyataan otoritas Saudi tersebut.

    Sementara itu, Kelompok Hamas, yang sedang berperang melawan Israel di Jalur Gaza, mengutuk keras serangan udara yang dilancarkan Tel Aviv terhadap target-target militer di Iran. Hamas menyebut serangan Israel itu sebagai eskalasi yang mengancam keamanan kawasan.

    “Kami…mengutuk keras agresi Zionis terhadap Republik Islam Iran, dan penargetan situs-situs militer di beberapa provinsi,” kata Hamas dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Sabtu (26/10/2024).

    Hamas menyebut serangan udara Israel itu sebagai “pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan Iran dan sebuah eskalasi yang mengancam keamanan kawasan”.

    Hamas, yang didukung oleh Iran, berperang melawan militer Israel di Jalur Gaza sejak Oktober tahun lalu. Rentetan serangan Tel Aviv telah menewaskan lebih dari 42.000 orang di daerah kantong Palestina tersebut sejauh ini.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

    9. Dua Tentara Iran Tewas Dihantam Serangan Israel

    Militer Iran mengumumkan dua tentaranya tewas akibat serangan udara Israel yang menargetkan instalasi militer di negara tersebut pada Sabtu (26/10) dini hari.

    Dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Sabtu (26/10/2024), Angkatan Bersenjata Iran mengonfirmasi rentetan serangan udara Israel menargetkan lokasi-lokasi militer di Provinsi Teheran yang mengelilingi ibu kota negara tersebut, dan sejumlah wilayah lainnya di negara itu.

    Laporan lebih lanjut dari militer Iran menyebut Israel menyerang target-target militer di tiga area, yakni Teheran, Khuzestan dan Ilam.

    10. Israel Ingatkan Iran Akan Bayar Harga Mahal Jika Picu Eskalasi

    Militer Israel melontarkan peringatan terbaru untuk Iran usai melancarkan serangan pembalasan terhadap negara tersebut. Tel Aviv menegaskan Teheran akan “membayar harga yang mahal” jika memicu babak baru eskalasi konflik.

    Juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, dalam pernyataan terbarunya, seperti dilansir Al Arabiya dan The Times of Israel, Sabtu (26/10/2024), menyebut Tel Aviv telah menuntaskan respons terhadap rentetan serangan Teheran terhadap wilayahnya.

    “Saya sekarang dapat mengonfirmasi bahwa kami telah menuntaskan respons Israel atas serangan Iran terhadap Israel,” ucap Hagari dalam pernyataan videoa yang dirilis usai Tel Aviv menyerang Teheran pada Sabtu (26/10) pagi.

    “Kami telah menyelesaikan serangan yang terarah dan presisi terhadap target-target militer di Iran — menggagalkan ancaman langsung terhadap Negara Israel. Angkatan Bersenjata Israel telah memenuhi misinya,” ujarnya.

    “Jika rezim di Iran membuat kesalahan dengan memulai babak baru eskalasi, kami wajib meresponsnya,” cetus Hagari dalam pernyataan berbahasa Inggris.

    “Pesan kami jelas: Semua pihak yang mengancam Negara Israel dan berusaha menyeret kawasan ini ke dalam eskalasi yang lebih luas, akan membayar harga yang mahal. Hari ini kami menunjukkan bahwa kami memiliki kemampuan dan tekad untuk bertindak tegas, dan kami siap, dalam menyerang dan bertahan, untuk membela Negara Israel dan rakyat Israel,” tegasnya.

    11. Iran Tegaskan Berhak Membela Diri

    Otoritas Iran mengatakan pihaknya “berhak dan berkewajiban” untuk mempertahankan diri, setelah serangan pembalasan Israel menghantam target-target militer di negara tersebut dan menewaskan dua tentara Teheran pada Sabtu (26/10).

    “Iran memiliki hak dan kewajiban untuk mempertahankan diri terhadap tindakan agresi asing,” tegas Kementerian Luar Negeri Iran dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dan Reuters, Sabtu (26/10/2024).

    Kementerian Luar Negeri Iran merujuk pada pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam pernyataannya tersebut.

    Menurut situs resmi PBB, pasal 51 mengatur ketentuan soal hak melekat untuk pertahanan diri individu atau kolektif jika terjadi serangan bersenjata terhadap anggota PBB, hingga Dewan Keamanan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional.

    Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Iran menyebut serangan Israel terhadap wilayahnya sebagai pelanggaran hukum internasional, namun menegaskan Teheran “mengakui tanggung jawabnya terhadap perdamaian dan keamanan regional”.

    Halaman 2 dari 4

    (taa/lir)

  • Israel Serang Iran, Apa yang Diketahui Sejauh Ini?

    Israel Serang Iran, Apa yang Diketahui Sejauh Ini?

    Teheran

    Israel mengatakan telah melancarkan “serangan tepat sasaran terhadap target militer” di Iran, dengan ledakan terdengar di ibu kota Teheran.

    Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan serangan udara itu menargetkan sasaran militer Iran dan semua pesawat Israel telah kembali dengan selamat.

    “Beberapa saat lalu, IDF menyelesaikan serangan tepat dan terarah terhadap target militer di sejumlah wilayah di Iran,” kata sebuah pernyataan Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

    Pangkalan militer di wilayah barat dan barat daya ibu kota Iran menjadi sasaran, menurut kantor berita Iran yang dekat dengan Garda Revolusi negara tersebut. Namun media pemerintah Iran sejauh ini membantah adanya kerusakan nyata.

    IDF menyatakan serangan tersebut merupakan respons atas “serangan terus menerus selama berbulan-bulan dari rezim Iran” dan setelah rangkaian rudal Iran menghantam Israel pada 1 Oktober lalu.

    Sementara kantor berita pemerintah Suriah mengatakan serangan udara Israel juga telah menyasar beberapa Lokasi militer di wilayah Suriah bagian tengah dan selatan.

    Israel belum mengomentari serangan di luar Iran, sejauh ini.

    Ledakan terdengar di Teheran

    Pejabat intelijen Iran mengatakan bahwa suara ledakan keras “bisa jadi berasal dari aktivasi sistem pertahanan udara Iran”, menurut kantor berita Reuters, mengutip stasiun televisi pemerintah.

    Televisi pemerintah Iran mengatakan operasi di dua bandara terus berlanjut seperti “normal”, menurut kantor berita AFP.

    Iran menangguhkan semua penerbangan pada 26 Oktober setelah Israel mengumumkan akan melakukan serangan di negara itu. Israel mengumumkan peluncuran “serangan tepat sasaran” terhadap target militer di Iran (AFP)

    IDF mengklaim pihaknya berada di balik “serangan tepat sasaran terhadap target militer di Iran.

    Belum diketahui situs apa saja yang telah diserang di Iran. Sejauh ini, Israel hanya mengatakan bahwa mereka melakukan serangan terhadap “target militer.”

    IDF mengatakan, “seperti setiap negara berdaulat lainnya di dunia, Israel memiliki hak dan kewajiban untuk menanggapi”, karena “rezim di Iran dan proksinya di wilayah tersebut… tanpa henti menyerang Israel” sejak 7 Oktober 2023.

    “Kemampuan defensif dan ofensif kami dimobilisasi sepenuhnya,” kata IDF dalam keterangannya.

    “Kami akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk membela Negara Israel dan rakyat Israel,” tambahnya.

    Baca juga:

    Sekutu Israel, Amerika Serikat, mengatakan pihaknya memahami bahwa Israel melancarkan serangan di Iran sebagai “latihan membela diri”.

    “Kami memahami bahwa Israel melancarkan serangan terarah terhadap sasaran militer di Iran sebagai latihan membela diri dan sebagai respons terhadap serangan rudal balistik Iran terhadap Israel pada tanggal 1 Oktober,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional kepada mitra berita BBC di AS, CBS.

    Serangan itu terjadi setelah Iran meluncurkan hampir 200 rudal balistik ke Israel awal bulan ini. Israel mengatakan akan membalas tetapi tidak merinci kapan atau lokasi mana yang akan menjadi targetnya.

    Potret mendiang Yahya Sinwar, pemimpin Hamas yang disokong Iran (EPA)

    Israel telah menewaskan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan komandan operasi Korps Garda Revolusi Iran, Quds, Brigjen Abbas Nilforoushan.

    Sejauh ini, media pemerintah Iran menganggap serangan tersebut tidak berhasil, yang menurut para ahli kepada BBC merupakan respons khas Iran setelah insiden semacam itu.

    Namun, para ahli memperingatkan, hal itu mungkin berubah jika laporan kerusakan parah atau kematian muncul.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Iran ‘membayar harga’ atas serangan terbaru

    Dalam pernyataan terbarunya, juru bicara IDF, Danel Hagari mengatakan Iran telah “membayar harga” atas serangan terbarunya terhadap Israel.

    Ia mengatakan Israel melakukan “serangan tepat dan terarah terhadap target di berbagai wilayah di Iran”.

    Target-target ini mencakup fasilitas produksi rudal, susunan rudal permukaan-ke-udara, dan kemampuan udara lainnya, katanya.

    Ia mengatakan Israel memilih lokasi-lokasi ini dari “bank target yang luas”, dan bahwa Israel akan dapat “memilih target tambahan dan menyerangnya jika diperlukan”.

    “Ini adalah pesan yang jelas mereka yang mengancam Negara Israel akan membayar harga yang mahal,” tambahnya.

    Bagian cakrawala kota terlihat saat fajar setelah beberapa ledakan terdengar di Teheran pada 26 Oktober 2024 (Getty Images)

    Serangan lain di Suriah

    Ledakan juga terdengar di dekat ibu kota Suriah, Damaskus, lapor kantor berita Reuters dan kantor berita AFP. Keduanya mengutip media televisi pemerintah Suriah.

    Serangan tersebut menargetkan lokasi militer di Suriah tengah dan selatan, menurut Reuters, mengutip kantor berita pemerintah Suriah, Sana.

    Pasukan pertahanan udara Suriah mencegat rudal dan menembak jatuhnya, kata TV pemerintah, menurut Reuters dan AFP.

    Israel belum mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.

    Artikel ini akan terus diperbarui

    (nvc/nvc)

  • Irak Bunuh 9 Komandan Senior ISIS dalam Operasi di Pegunungan Hamrin

    Irak Bunuh 9 Komandan Senior ISIS dalam Operasi di Pegunungan Hamrin

    Jakarta

    Pemerintah Irak mengumumkan pasukannya telah membunuh sembilan komandan senior kelompok ISIS. Para petinggi ISIS itu tewas dalam operasi militer yang terjadi di Pegunungan Hamrin, Irak utara.

    Dilansir AFP, Selasa (22/10/2024), Komando Operasi Gabungan Irak dalam sebuah keterangan menyampaikan tim operasi gabungan membunuh sembilan teroris ISIS. Salah satu yang berhasil dibunuh ialah ‘Gubernur Irak’ yang mewakili ISIS bernama Jassim al-Mazrouei Abu Adel Qader.

    Analisi keamanan Irak, Fadel Abu Raghif, menyebut Mazrouei merupakan salah satu tokoh penting ISIS di Irak. Mazrouei disebut telah menjadi pemimpin ISIS di Irak dalam setahun terakhir.

    Kantor Perdana Menteri Irak, Mohammed Shia al-Sudani, juga telah mengumumkan ‘pembunuhan Gubernur Irak dan delapan pemimpin senior organisasi teroris Daesh’. Daesh diketahui merupakan akronim bahasa Arab untuk ISIS.

    Pemerintah Irak belum menjelaskan waktu operasi yang menewaskan sembilan komandan ISIS itu digelar. Pihak Irak hanya menyebut operasi militer itu menargetkan tempat persembunyian ISIS di Pegunungan Hamrin.

    Pasukan keamanan Irak, yang didukung oleh koalisi pimpinan Amerika Serikat, telah melakukan sejumlah penggerebekan terhadap tempat-tempat yang diduga sebagai tempat persembunyian ISIS.

    Militer Amerika mengumumkan pada hari Jumat (18/10) bahwa serangan udara yang dilakukan oleh pasukan Irak awal bulan ini telah menewaskan seorang pemimpin senior ISIS dan tiga militan lainnya.

    Sebuah laporan oleh para ahli PBB yang diterbitkan pada bulan Juli memperkirakan ada sekitar 1.500 hingga 3.000 jihadis yang tersisa di Irak dan Suriah.

    (ygs/haf)

  • 6 Operasi Kontroversial Mossad: Pengejaran Nazi-Penyelundupan Yahudi

    6 Operasi Kontroversial Mossad: Pengejaran Nazi-Penyelundupan Yahudi

    Jakarta

    Sejumlah pager atau penyeranta yang digunakan oleh anggota kelompok bersenjata Hizbullah berubah menjadi tombol kematian setelah meledak serentak di Lebanon beberapa waktu lalu.

    Hizbullah menggunakan penyeranta dan walkie-talkie untuk menghindari pengintaian Israel yang canggih.

    Namun, perangkat ini meledak di tangan para penggunanya dan menewaskan puluhan orang dan ribuan lainnya luka-luka.

    Pemerintah Lebanon menuduh Israel berada di balik serangan ini dan melabelinya sebagai “agresi Israel yang melanggar hukum”.

    Terpisah, Hizbullah bersumpah akan membalasnya secara setimpal.

    Israel biasanya memonitor aktivitas Hezbollah secara seksama. Operasi pager itu bisa jadi merupakan bagian dari konflik antara kedua belah pihak yang terus berlanjut.

    Apabila Israel benar bertanggungjawab, maka ini akan menjadi salah satu operasi yang paling mengejutkan dari pihak mereka.

    Ledakan pager ini bisa masuk ke dalam deretan misi Israel pada masa lalu, khususnya yang melibatkan badan intelijen Mossad.

    Baca juga:

    Mossad bertanggungjawab atas sejumlah operasi yang dinyatakan berhasil. Berikut adalah sebagian dari operasi-operasi itu.

    Pengejaran terhadap anggota Nazi, Adolf Eichmann

    Getty ImagesAdolf Eichmann selama persidangannya di Israel.

    Penculikan anggota Nazi, Adolf Eichmann, di Argentina pada 1960 adalah salah satu aksi intelijen Mossad yang paling tersohor.

    Eichmann adalah salah satu pihak yang mengarsiteki Holokos dan bertanggungjawab atas persekusi terhadap orang-orang Yahudi di kamp-kamp konsentrasi Nazi pada Perang Dunia II.

    Diperkirakan enam juta orang Yahudi mati di tangan Nazi Jerman.

    Upaya Eichmann menghindari penangkapannya dengan kabur ke beberapa negara berakhir di Argentina.

    Di negara itu, tim Mossad yang terdiri dari 14 agen melacaknya sebelum menculik Eichmann dan memboyongnya ke Israel.

    Eichmann akhirnya dieksekusi mati.

    Operasi Entebbe

    Sandera pesawat dibebaskan setelah seminggu ditahan. (Getty Images)

    Operasi Entebbe di Uganda dianggap sebagai salah satu misi militer Israel yang paling sukses.

    Mossad berhasil menyerahkan data intelijen yang digunakan militer Israel dalam operasi mereka.

    Komando pasukan Israel berhasil menyelamatkan 100 sandera dari pesawat yang terbang dari Tel Aviv menuju Paris melalui Athena. Pesawat itu ditumpangi 250 orang termasuk 103 orang Israel.

    Para pembajak dua anggota Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina dan dua kaki tangan mereka yang warga Jerman mengalihkan penerbangan ke Entebbe, Uganda.

    Operasi militer itu menewaskan tiga sandera, para penyekap, beberapa pasukan Uganda, dan prajurit militer Israel, Yonatan Netanyahu, saudara laki-laki Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.

    Penyelundupan ribuan Yahudi Etiopia

    Pada awal 1990-an, dalam operasi penyamaran yang dikenal sebagai Operation Brothers ini, Mossaddi bawah instruksi PM Israel Menachem Beginmenyelundupkan lebih dari 7.000 orang Yahudi Etiopia ke Israel melalui Sudan dengan menggunakan resor selam palsu sebagai kedok.

    Sudan adalah musuh Liga Arab, sehingga Mossad, yang beroperasi secara rahasia, mendirikan sebuah resor di pantai Laut Merah Sudan sebagai markas.

    Pada siang hari, mereka menyamar sebagai karyawan. Malam harinya, mereka menyelundupkan orang-orang Yahudi, yang secara diam-diam kabur dari Etiopianegara tetangga Sudanmelalui jalur udara dan laut.

    Operasi ini berlangsung setidaknya selama lima tahun. Ketika aksi ini diketahui, para agen Mossad telah melarikan diri.

    Aksi pembalasan terhadap penculikan di Olimpiade Munich

    Getty ImagesKontingen Israel berbaris menuju Stadion Olimpiade Munich untuk menghadiri upacara mengenang rekan-rekan senegaranya yang terbunuh oleh militan Palestina.

    Pada tahun 1972, kelompok milisi Palestina, September Hitam, membunuh dua anggota kontingen Israel di Olimpiade Munich dan menculik sembilan lainnya.

    Para sandera itu akhirnya tewas setelah upaya penyelamatan yang dilakukan Polisi Jerman Barat gagal.

    Baca juga:

    Sebelas anggota delegasi Olimpiade Israel tahun 1972 yang tewas terbunuh. (Getty Images)

    Setelah itu, Mossad menyerang sejumlah anggota Organisasi Pembebasan Palestina termasuk Mahmoud Hamshari.

    Hamshari menjadi korban dalam ledakan di apartemennya di Paris. Alat peledak diletakkan di dalam telepon apartemen.

    Dia kehilangan salah satu kakinya dalam serangan itu dan akhirnya meregang nyawa.

    Yahya Ayyash dan ledakan telepon genggam

    Yahya Ayyash dipajang di papan reklame sebagai simbol perjuangan Palestina. (EPA Foto)

    Dalam operasi serupa pada 1996, Yahya Ayyash, pembuat bom Hamas yang terkenal, tewas setelah ponsel Motorola Alpha diisi dengan 50 gram bahan peledak.

    Ayyash adalah pemimpin terkemuka sayap militer Hamas.

    Namanya menjadi terkenal karena terlibat pembuatan bom dan merancang serangan kompleks terhadap titik-titik di Israel yang menjadi sasaran.

    Hal ini membuat Ayyash menjadi salah satu orang yang paling dicari Israel.

    Baca juga:

    Pada akhir 2019, Israel mencabut sensor atas rincian tertentu dari pembunuhan tersebut.

    Televisi Israel Channel 13 menayangkan rekaman panggilan telepon terakhir antara Ayyash dan ayahnya.

    Pembunuhan Hamshari dan Ayyash menyoroti sejarah penggunaan teknologi canggih dalam pembunuhan yang begitu panjang dan rumit.

    Mahmoud al-Mabhouh: Dicekik sampai mati

    Getty ImagesMahmoud al-Mabhouh diberi sengatan listrik kemudian dicekik.

    Pada 2010, Mahmoud al-Mabhouh, pemimpin militer senior Hamas, ditemukan di sebuah hotel di Dubai, Uni Emirat Arab.

    Awalnya, kematian al-Mabhouh terlihat wajar. Akan tetapi, polisi Dubai dapat mengidentifikasi pembunuhnya setelah menganalisis rekaman CCTV.

    Polisi kemudian mengungkapkan bahwa al-Mabhouh dibunuh dengan sengatan listrik dan kemudian dicekik sampai tewas.

    Baca juga:

    Mossad diduga mendalangi operasi inisesuatu yang memicu kemarahan diplomatik di Uni Emirat Arab.

    Para diplomat Israel menyatakan tidak ada bukti yang mengaitkan Mossad dengan serangan tersebut.

    Akan tetapi, mereka tidak menyangkal keterlibatannya sejalan dengan kebijakan Israel untuk menjaga “ambiguitas” dalam hal-hal seperti ini.

    Kegagalan-kegagalan Mossad

    Patut dicatat bahwa Mossad juga mengalami banyak kegagalan. Berikut adalah sebagian dari operasi-operasi itu.

    Khaled Meshal, pemimpin politik Hamas

    Getty ImagesKhaled Meshal menjabat sebagai pemimpin politik Hamas antara 1996 hingga 2017.

    Salah satu operasi yang menyebabkan krisis diplomatik adalah percobaan pembunuhan terhadap Khaled Meshaal, kepala biro politik Hamas di Yordania, dengan menggunakan racun.

    Misi tahun 1997 ini gagal ketika agen-agen Israel tertangkap. Israel kemudian terpaksa menyediakan obat penawar racun untuk menyelamatkan nyawa Meshaal.

    Kepala Mossad saat itu, Danny Yatom, terbang ke Yordania untuk menawarkan pengobatan kepada Meshaal.

    Upaya pembunuhan ini secara signifikan merusak hubungan antara Yordania dan Israel.

    Mahmoud al-Zahar, pemimpin Hamas

    Getty ImagesMahmoud al-Zahar adalah salah satu pemimpin Hamas yang paling dicari oleh Mossad.

    Pada tahun 2003, Israel melakukan serangan udara ke rumah pemimpin Hamas, Mahmoud al-Zahar, di Kota Gaza.

    Meskipun al-Zahar selamat dari serangan itu, operasi tersebut menewaskan istri dan putranya, Khaled, serta beberapa orang lainnya.

    Pengeboman itu benar-benar menghancurkan tempat tinggal al-Zahar sekaligus menyoroti konsekuensi serius dari operasi militer di daerah padat penduduk.

    Kasus Lavon

    Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser mengumumkan nasionalisasi Terusan Suez. (Getty Images)

    Pada 1954, pihak berwenang Mesir membongkar operasi spionase Israel yang dikenal sebagai Operasi Susannah.

    Rencana yang digagalkan itu adalah upaya Israel menanam bom di instalasi Amerika dan Inggris di Mesir guna menekan Inggris agar tetap menempatkan pasukannya di Terusan Suez.

    Insiden ini dikenal sebagai kasus Lavon sesuai nama Menteri Pertahanan Israel saat itu, Pinhas Lavon.

    Lavon diyakini terlibat dalam perencanaan operasi tersebut. Mossad dianggap bertanggung jawab atas kegagalan intelijen.

    Perang Yom Kippur

    Pasukan Israel menyeberangi Terusan Suez pada bulan Oktober 1973 selama konflik Arab-Israel tahun 1973. (Getty Images)

    Pada 6 Oktober 1973, Mesir dan Suriah melancarkan serangan mendadak ke Israel untuk merebut kembali Semenanjung Sinai dan Dataran Tinggi Golan.

    Serangan ini dilakukan ketika Israel merayakan Yom Kippur, Hari Pendamaian Yahudi, ketika Israel lengah.

    Mesir dan Suriah menyerang Israel dari dua sisi.

    Pasukan Mesir menyeberangi Terusan Suez dan hanya menderita sedikit korban. Adapun pasukan Suriah menyerbu Dataran Tinggi Golan.

    Uni Soviet memasok persediaan ke Suriah dan Mesir, sementara AS menyediakan pengiriman pasokan darurat ke Israel.

    Israel berhasil memukul mundur pasukan militer tersebut. Perang berakhir pada 25 Oktober, empat hari setelah resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyerukan diakhirinya pertempuran.

    Serangan 7 Oktober 2023

    Hampir 50 tahun kemudian, Israel kembali dikejutkan oleh serangan mendadak.

    Pada 7 Oktober 2023, Hamas menyerang kota-kota di dekat perbatasan Gaza.

    Kegagalan Mossad dalam memprediksi serangan tersebut dianggap sebagai kegagalan besar.

    Para analis menyebut ini mencerminkan kelemahan Israel dari segi kebijakan pencegahan terhadap Hamas.

    Serangan 7 Oktober mengakibatkan kematian sekitar 1.200 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut pihak berwenang Israel.

    Sekitar 251 orang lainnya dibawa ke Gaza sebagai sandera.

    Sebagai tanggapan atas serangan Hamas, Israel melancarkan perang di Jalur Gaza yang sejauh ini telah mengakibatkan lebih dari 40.000 orang tewas.

    Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil,

    *Laporan tambahan oleh Raffi Berg dari BBC News.

    (ita/ita)

  • Kematian Yahya Sinwar Pukulan ke Hamas, Tapi Bukan Berarti Perang Berakhir

    Kematian Yahya Sinwar Pukulan ke Hamas, Tapi Bukan Berarti Perang Berakhir

    Jakarta

    Kematian Yahya Sinwar adalah kemenangan terbesar Israel sejauh ini dalam perang melawan Hamas di Gaza. Kematiannya menjadi pukulan telak bagi Hamas, kelompok milisi Palestina yang membuat kekalahan terparah bagi Israel sepanjang sejarah.

    Alih-alih tewas dalam operasi khusus yang telah direncanakan sebelumnya, Sinwar tewas dalam sebuah operasi pasukan Israel di Rafah, Gaza selatan.

    Sebuah foto yang diambil di tempat kejadian perkara menunjukkan Sinwar, mengenakan perlengkapan tempur, tergeletak tewas di reruntuhan bangunan yang dihantam tembakan tank.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memuji para tentara Israel dan menegaskan bahwa betapapun besarnya kemenangan, ini bukanlah akhir dari perang.

    “Hari ini kita kembali memperjelas apa yang terjadi pada mereka yang menyakiti kita. Hari ini kita sekali lagi menunjukkan kepada dunia kemenangan kebaikan atas keburukan.

    “Namun, saudara-saudara terkasih, ini belum berakhir. [Perang] ini sulit dan sangat merugikan kita.”

    Netanyahu dan sebagian besar warga Israel yang mendukung perang di Gaza membutuhkan kemenangan.

    Netanyahu telah berulangkali mengungkapkan tujuannya menghancurkan Hamas sebagai kekuatan militer dan politik dan membawa pulang para sandera.

    Belum satu pun tujuan ini tercapai, meski perang telah berlangsung selama setahun dan telah menewaskan sedikitnya 42.000 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza.

    Hingga kini, sandera yang tersisa belum berhasil dibebaskan, sementara Hamas terus melawan dan kerap kali membunuh tentara Israel.

    Membunuh Sinwar adalah kemenangan yang diinginkan Israel. Namun, hingga Netanyahu dapat mengeklaim bahwa tujuannya telah tercapai, perang di Gaza sesuai yang dia katakan akan terus berlanjut.

    Baca juga:

    Yahya Sinwar lahir pada 1962 di sebuah kamp pengungsi di Khan Younis, Jalur Gaza. Dia berusia lima tahun ketika kamp tersebut direbut oleh Israel dari Mesir dalam perang Timur Tengah pada 1967.

    Keluarganya termasuk di antara 700.000 warga Palestina yang melarikan diri dari rumah mereka oleh pasukan Israel dalam perang pada 1948.

    Keluarganya berasal dari kota yang kini dikenal sebagai Ashkelon, yang berdekatan dengan perbatasan utara Jalur Gaza.

    Ketika berusia sekitar 20 tahun, dia dihukum oleh Israel atas pembunuhan empat informan Palestina. Selama 22 tahun di penjara, dia belajar bahasa Ibrani dan mempelajari seluk-beluk Israel.

    Waktu yang dia habiskan di penjara membuat Israel memiliki catatan gigi dan sampel DNA, yang berarti mereka dapat mengidentifikasi jasadnya.

    Yahya Sinwar lahir pada 1962 di sebuah kamp pengungsi di Khan Younis, Jalur Gaza. (Reuters)

    Sinwar dibebaskan pada 2011, sebagai bagian dari pertukaran 1.000 tahanan Palestina dengan seorang tentara Israel, Gilad Shalit.

    Pada 7 Oktober tahun lalu dalam rangkaian serangan yang direncanakan dengan cermat, Sinwar dan anak buahnya menyerang Israel, menimbulkan kekalahan terparah dalam sejarah Israel dan trauma kolektif yang masih sangat terasa hingga kini.

    Pembunuhan sekitar 1.200 warga Israel dan penyanderaan mengingatkan banyak orang Israel pada holokos yang dilakukan Nazi.

    Pengalaman Sinwar dalam pertukaran tahanan pasti telah meyakinkannya mengenai nilai dan kekuatan penyanderaan.

    ReutersYahya Sinwar saat tiba bersama tahanan Palestina di perbatasan Rafah dengan Mesir di Jalur Gaza selatan pada 18 Oktober 2011.

    Di Tel Aviv, keluarga dari 101 orang yang hingga kini masih disandera Hamas di Gaza, Israel mengatakan setengah dari mereka mungkin sudah meninggal melakukan demonstrasi di alun-alun tempat mereka biasa berkumpul selama setahun terakhir.

    Mereka mendesak pemerintah Israel untuk meluncurkan negosiasi baru demi memulangkan kerabat mereka.

    “Netanyahu, jangan kubur para sandera. Pergilah sekarang ke mediator dan ke publik dan sampaikan inisiatif baru Israel,” ujar Einav Zangauker, ibu Matan Zangauker yang disandera Hamas.

    “Jika Netanyahu tidak memanfaatkan momen ini dan tidak tergerak sekarang untuk mengeluarkan inisiatif baru Israel, itu berarti dia telah memutuskan untuk meninggalkan para sandera dalam upaya untuk memperpanjang perang dan memperkuat kekuasaannya.”

    “Kami tidak akan menyerah sampai semua orang kembali.”

    Getty ImagesWarga Israel di Netanya bersorak dan melambaikan bendera nasional Israel saat merayakan kematian Sinwar

    Banyak warga Israel yakin bahwa Netanyahu ingin memperpanjang perang di Gaza demi menunda hari perhitungan atas kegagalannya memperketat keamanan Israel sehingga memungkinkan Sinwar dan anak buahnya masuk ke Israel.

    Selain itu, Netanyahu diduga menunda dimulainya kembali sidang terhadapnya atas tuduhan korupsi serius.

    Dia membantah tuduhan-tuduhan tersebut, menegaskan bahwa hanya apa yang disebutnya ‘kemenangan total’ di Gaza atas Hamas yang akan memulihkan keamanan Israel.

    Sama seperti organisasi berita lainnya, Israel tidak mengizinkan BBC berada di Gaza kecuali dalam kesempatan langka yang diawasi militer.

    Namun, kepada wartawan lepas setempat yang melaporkan untuk BBC, warga Palestina di Khan Younis, tempat kelahiran Sinwar, menegaskan perang akan terus berlanjut.

    “Perang ini tidak bergantung pada Sinwar, Haniyeh, atau Mishal, atau pada pemimpin atau pejabat mana pun,” kata Dr. Ramadan Faris.

    Baca juga:

    “Ini adalah perang pemusnahan terhadap rakyat Palestina, seperti yang kita semua tahu dan pahami. Masalahnya jauh lebih besar daripada Sinwar atau siapa pun.”

    Adnan Ashour mengatakan sebagian orang bersedih, sebagian lainnya acuh tak acuh terhadap Sinwar.

    “Mereka tidak hanya mengincar kita. Mereka menginginkan seluruh Timur Tengah. Mereka berperang di Lebanon, Suriah, dan Yaman… Ini adalah perang antara kita dan orang-orang Yahudi sejak 1919, lebih dari 100 tahun.”

    Ketika ditanya apakah kematian Sinwar akan mempengaruhi Hamas, dia menjawab: “Saya harap tidak, insyallah. Biar saya jelaskan: Hamas bukan hanya Sinwar… Hamas adalah perjuangan rakyat.”

    ReutersKeluarga dan pendukung sandera yang diculik selama serangan mematikan 7 Oktober 2023 berunjuk rasa di Tel Aviv

    Perang masih berlangsung di Gaza.

    Dua puluh lima warga Palestina tewas dalam serangan di Gaza utara. Israel mengatakan serangan itu mengenai pusat komando Hamas.

    Dokter di rumah sakit setempat mengatakan banyak korban luka yang dirawat adalah warga sipil.

    Pengiriman bantuan melalui parasut dilanjutkan setelah Amerika mengatakan Israel harus mengizinkan masuknya lebih banyak makanan dan pasokan bantuan.

    Setiap pemimpin Hamas sejak tahun 1990-an kecuali satu orang telah dibunuh oleh Israel, tetapi selalu ada penggantinya.

    Sementara Israel merayakan pembunuhan Sinwar, Hamas masih memiliki sandera dan masih melawan.

    (ita/ita)

  • Heboh Peta Timur Tengah Baru yang Diusulkan Israel, Seperti Apa?

    Heboh Peta Timur Tengah Baru yang Diusulkan Israel, Seperti Apa?

    Jakarta

    Istilah Timur Tengah baru telah digunakan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, baru-baru ini.

    Dalam forum internasional, Netanyahu menunjukkan dua buah peta Israel dan kawasan sekitarnya. Dalam peta itu, tidak ada sama sekali nama maupun wilayah Palestina.

    Upaya Israel untuk mengubah tatanan kekuasaan regional dan merestrukturisasi peta politik bukanlah hal baru.

    Namun, dinamika kawasan yang semakin kompleks dan eskalasi konflik pasca serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dan direspons dengan serangan Israel ke Gaza selama 12 bulan terakhir telah meyakinkan banyak pihak di Israel bahwa tujuan tersebut kini lebih realistis untuk dicapai.

    Peta Israel yang kontroversial

    Dalam pidatonya baru-baru ini di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Netanyahu menampilkan peta pertama, yang mencakup wilayah berwarna hijau untuk negara-negara yang memiliki perjanjian damai dengan Israel atau sedang dalam negosiasi untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.

    Peta yang dinamai “karunia” itu memuat negara-negara mencakup Mesir, Sudan, Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, Bahrain, dan Yordania.

    Sedangkan peta kedua menunjukkan wilayah yang diwarnai hitam. Netanyahu menyebutnya sebagai wilayah “kutukan”.

    EPAPerdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menunjukkan peta wilayah “kutukan” ketika berbicara di Sidang Umum PBB di New York, pada 27 September 2024.

    Dalam pidatonya baru-baru ini, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, memperingatkan tentang apa yang disebutnya sebagai “ambisi penuh kebencian Israel.”

    Erdogan mengatakan, “Mereka [Israel] akan menginginkan tanah air kita di antara Tigris dan Efrat. Dan secara terbuka menyatakan melalui peta yang mereka tunjukkan bahwa mereka tidak akan puas dengan Gaza.”

    Yezid Sayigh, peneliti senior dari Carnegie Middle East Center, ragu bahwa ambisi pemerintahan Netanyahu itu merupakan indikasi dari agenda langsung atau tujuan sebenarnya.

    Sayigh memprediksi bahwa “Timur Tengah baru yang Netanyahu upayakan saat ini adalah tentang memungkinkan Israel menjajah sisa wilayah Palestina.”

    Baca juga:

    Hal itu terlihat dari upaya Israel yang ‘tidak malu’ dalam memperluas proyek permukimannya, terutama di Tepi Barat.

    Ditambah lagi, Israel juga telah secara terbuka mengumumkan niatnya untuk meningkatkan jumlah permukiman, meskipun ada kritik dari Arab dan dunia internasional.

    “Ada sejumlah menteri dalam pemerintahan sayap kanan Israel yang tidak percaya pada solusi dua negara, dan sekarang kita tampaknya semakin jauh dari solusi negara Palestina sejak Perjanjian Oslo pada 1993.”

    EPAPerdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menunjukkan dua peta wilayah Timur Tengah yang dia namai “berkah” dan “kutukan” ketika berbicara di Sidang Umum PBB New York, pada 27 September 2024.

    “Tetapi saya tidak berpikir Amerika Serikat akan menyetujui peta Israel iniyang tidak mencakup wilayah Palestina,” kata David Schenker, peneliti senior di Washington Institute for Near East Policy.

    Sebelumnya, Schenker menjabat sebagai asisten menteri luar negeri untuk urusan wilayah timur dekat.

    “Pandangan Israel terhadap Timur Tengah baru adalah wilayah yang bebas dari ancaman Iran,” kata Schenker.

    Timur Tengah tanpa ‘ancaman Iran’

    Berbicara kepada BBC, Miri Eisen, pakar keamanan dan pensiunan perwira intelijen Israel, mengatakan: “Israel tidak ingin memaksakan Timur Tengah yang baru, tetapi untuk memastikan rezim mullah di Iran tidak mendefinisikan tatanan regional.”

    “Kata-kata Netanyahu ditujukan untuk mengakhiri program nuklir Iran dan memulihkan posisi historisnya setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menyebabkannya [Netanyahu] malu secara global,” kata Sayigh.

    Pembunuhan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallahsetelah serangan besar-besaran Israel yang menargetkan jantung pinggiran selatan Beirutdipandang sebagai titik balik ketegangan geopolitik dalam perang tersebut.

    Getty ImagesWarga Iran membakar bendera Israel dalam perayaan setelah serangan rudal terhadap Israel, 1 Oktober.

    Iran menembakkan rangkaian rudal balistik ke Israel. Negara itu menggunakan berbagai senjata yang telah lama membuat khawatir Barat, sebagai respons atas pembunuhan kepala politik Hamas, Ismail Haniyeh di wilayahnya.

    Di sisi lain, Israel berjanji untuk menanggapi serangan Iran pada waktu yang dipilihnya sendiri.

    Solusi militer tidaklah cukup

    Amerika Serikat (AS) memberikan dukungan signifikan kepada Israel untuk memastikan keunggulan strategisnya. AS juga telah mengintensifkan kehadiran militernya di kawasan tersebut, mengingat meningkatnya ketegangan belakangan.

    Namun, dukungan ini menyaratkan Israel agar tidak melewati batas merah yang diulang-ulang Washington dalam pidato resminya, yaitu menargetkan proyek nuklir Iran dan solusi dua negara.

    Eisen berkata: “Tindakan militer Israel dilakukan untuk melawan ekspor senjata dan ideologi Iran ke proksi-proksinya di kawasan yang mengancam Israel dan negara-negara lain, dan bertujuan untuk melemahkan kemampuan militernya.”

    David Schenker, peneliti senior di Washington Institute memandang bahwa Israel mungkin telah membuat kemajuan dalam melumpuhkan proksi Iran di kawasan tersebut. Tetapi, dia ragu bahwa Israel dapat menciptakan tatanan baru tanpa dukungan negara-negara Arab.

    EPAKendaraan militer Israel berkumpul di dekat perbatasan dengan Lebanon, 3 Oktober

    “Hamas dapat bangkit kembali tanpa otoritas Palestina, upaya Arab dan diplomasi internasional, serta begitu pula Hizbullah tanpa upaya masyarakat Lebanon.”

    Eisen menganalisis bahwa Israel berupaya memperkuat kemitraan keamanan, ekonomi, dan bahkan teknologi dengan para sekutu yang memiliki persepsi sama tentang “ancaman Iran”.

    Selama beberapa tahun terakhir, Washington telah memimpin proyek normalisasi di kawasan tersebut, dengan menawarkan bantuan ekonomi hingga militer.

    AS mempromosikan gagasan bahwa Israel bukanlah ancaman regional bagi negara-negara Arab, tetapi sebaliknya, mitra strategis dalam menghadapi Iran.

    Laju normalisasi hubungan negara-negara di kawasan dengan Israel telah meningkat selama empat tahun terakhir.

    Baca juga:

    Maroko, UEA, dan Bahrain telah menandatangani ‘Perjanjian Abraham’ dengan Israel, tetapi tersendat sejak serangan 7 Oktober 2023 dan serangan Israel di Gaza berikutnya.

    Israel telah berupaya menormalisasi hubungan dengan Arab Saudi yang menentang meningkatnya keterlibatan dan pengaruh Iran yang mayoritas Syiah di kawasan tersebut. Arab Saudi juga takut akan hegemoni Iran di Timur Tengah.

    Namun, Arab Saudi telah secara resmi menyatakan dalam sebuah artikel di Financial Times bahwa negara itu tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel sampai negara Palestina didirikan.

    Sebelum 7 Oktober 2023, pergeseran geopolitik dan ekonomi telah memainkan peran besar dalam mengubah sikap sejumlah negara Arab seperti Mesir, Suriah, Lebanon, dan Yordania.

    ReutersPengeboran gas alam lepas pantai Tamar dekat pantai Ashkalon

    Negara-negara itu sebelumnya menolak mengakui Israelsebagai protes atas pemisahan Palestinausai negara itu dideklarasikan pada tahun 1948.

    “Tidak diragukan lagi bahwa negara-negara ini bersimpati ke Palestina, tapi mereka menemukan Israel bukanlah satu-satunya masalah. Ada juga para pembuat keputusan di Palestina.”

    “Akhirnya negara-negara ini memutuskan untuk mengutamakan kepentingan mereka sendiri daripada menghubungkan normalisasi dengan konflik Palestina dan Israel,” kata Schenker.

    Kemitraan ekonomi

    Kesepakatan dan perjanjian Israel dengan negara-negara Timur Tengah ini diumumkan sebelum 7 Oktober 2023, mencakup investasi dalam pertahanan, keamanan siber, teknologi finansial, dan energi.

    Namun, perang sejak 7 Oktober 2023 mungkin telah memperlambat volume kerja sama perdagangan antara Israel dan mitra barunya dari negara-negara Arab.

    Walau demikian, data resmi Israel mengungkapkan bahwa perdagangan antara Israel dan lima negara Arab meningkat selama paruh pertama tahun fiskal ini, dipimpin oleh UEA, Mesir, Bahrain, dan Maroko.

    Surat kabar Israel Maariv mengungkapkan sebuah perjanjian telah ditandatangani antara UEA dan Israel untuk membungun rute perdagangan antara kedua negara, yang melewati Arab Saudi dan Yordania, dan juga meluas ke Mesir.

    Gas Israel juga merupakan sumber pasokan utama untuk beberapa jaringan listrik Mesir.

    “Israel harus menggabungkan diplomasi, kemitraan ekonomi, dan tindakan pertahanan dan militer yang kuat untuk membentuk tatanan regional baru,” kata Schenker.

    “Perubahan di Timur Tengah tidak dapat dilihat secara terpisah dari situasi internasional, yaitu konflik internasional lainnya antara AS, Rusia, dan China, serta perubahan politik dalam negeri di Eropa,” kata Sayigh.

    Peneliti dari Carnegie itu khawatir dengan percepatan perubahan regional dan globa, yang semuanya berkontribusi pada percepatan tren global menuju konflik.

    Lihat Video ‘Peringatan Israel untuk Iran: Lihat Gaza dan Beirut!’:

    (ita/ita)

  • Militer Suriah Panen Uang dari Pengungsi Krisis Lebanon

    Militer Suriah Panen Uang dari Pengungsi Krisis Lebanon

    Jakarta

    Perjalanan dari Lebanon untuk kembali ke Suriah panjang dan sulit dan, menurut mereka yang telah melakukannya, semakin mahal.

    Pria Suriah Khaled Massoud dan keluarganya butuh waktu tujuh hari dan uang sebesar $1.300 atau sekitar Rp20 juta agar bisa mencapai tempat yang aman di Suriah utara. Mereka melarikan diri dari pengeboman Israel di Lebanon.

    Keluarganya beranggotakan enam orang, ditambah keluarga putrinya. Mereka kini berada di kamp pengungsi dekat Maarat Misrin, utara Idlib, di daerah yang dikuasai oleh pasukan oposisi antipemerintah.

    Massoud adalah salah satu dari banyak orang. Minggu ini, kepala badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, Filippo Grandi, mengatakan sedikitnya 220.000 orang telah menyeberang dari Lebanon ke Suriah, menyusul pemboman Israel. Sekitar 80% dari mereka adalah warga Suriah. Sementara pihak berwenang Lebanon memperkirakan sebanyak 400.000 orang telah mengungsi ke Suriah.

    Bagi warga Suriah yang kembali ke negara mereka sendiri, menyeberangi perbatasan dari Lebanon bukanlah hal yang mudah. Sejak 2011, Suriah dilanda perang saudara antara pemerintah Bashar Assad dan pasukan antipemerintah.

    Siapa pun yang melarikan diri dari negara itu selama perang akan dicurigai, dan dipandang sebagai pengkhianat rezim Assad.

    Jadi, bagi banyak warga Suriah, menuju ke daerah yang masih dikuasai oleh kelompok oposisi antipemerintah adalah pilihan yang lebih aman. Hampir semua orang yang datang ke sini mengambil jalan pedesaan.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Raup uang dari kesengsaraan

    Seiring pengeboman oleh Israel ke Lebanon, pergerakan pengungsi di perbatasan pun menjadi bisnis yang menguntungkan.

    “Setiap pos pemeriksaan akan mengambil apa yang diinginkannya,” kata Hadi Othman, 20 tahun, warga Suriah yang baru saja melakukan perjalanan kembali ke Idlib. “Lebih seperti bisnis, dan berapa banyak yang mereka minta, suka-suka mereka saja.”

    Othman dan yang lainnya mengatakan kepada DW bahwa tiap orang membayar antara $300 dan $600 (sekitar Rp4,6 juta hingga Rp9,3 juta) untuk kembali ke wilayah yang dikuasai oposisi.

    Setiap perjalanan berbeda, kata sumber DW, penduduk setempat mengetahui cara kerja sistem tersebut. Ia mengatakan kepada DW bahwa berbagai cabang militer Suriah bekerja sama dengan milisi lain, termasuk pasukan Kurdi-Suriah, yang menguasai jalan, untuk memfasilitasi pembayaran tersebut.

    Pengungsi dianggap dolar berjalan

    Sering kali, pengungsi Suriah dilecehkan, diserang, atau bahkan ditangkap, sumber tersebut menambahkan. Menurutnya, jika bisa membayar, barulah mereka bisa melanjutkan perjalanan.

    Awal minggu ini, media independen Suriah Al Jumhuriya melaporkan sedikitnya 40 pemuda yang baru kembali dari Lebanon ditangkap di stasiun bus di Damaskus.

    “Orang-orang takut, lelah, dan mencari tempat tinggal. Jika perang di Lebanon tidak lebih buruk daripada situasi di Suriah, mereka akan tetap tinggal di sana, meskipun ada rasisme,” kata sumber tersebut.

    “Kini mereka dianggap sebagai uang dolar berjalan. Orang-orang yang meminta uang kepada mereka menuduh mereka sebagai pengkhianat dan mengatakan bahwa mereka kaya.”

    Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, sekitar 470 keluarga yang terdiri dari sekitar 2.500 orang, dan 200 pria lajang telah tiba di wilayah yang dikuasai oposisi. Masih banyak lagi yang sedang dalam perjalanan.

    Jika jumlah rata-rata uang yang dipungut yang dikatakan para pengungsi itu benar, ada kemungkinan berbagai pihak pasukan keamanan telah memeras lebih dari satu juta dolar dari pengungsi Suriah yang datang dari Lebanon.

    Biaya ini bukanlah kecil bagi kebanyakan warga Suriah yang mengungsi ke Lebanon karena perang saudara. Di sana, 90% warga Suriah hidup dalam kemiskinan dan mereka yang bisa bekerja secara legal menghasilkan sekitar $95 sebulan dari pekerjaan sambilan, menurut PBB. Undang-undang Lebanon tidak memperbolehkan para pengungsi Suriah bekerja.

    Othman mengatakan dia tinggal di Lebanon sejak 2012, setelah melarikan diri dari kampung halamannya di Binnish, di bagian barat laut Suriah.

    “Namun, hidup di Lebanon sangat sulit,” katanya kepada DW. “Dolar mahal, dan kondisi ekonomi buruk. Kami hidup dengan upah minimum dan tidak punya tabungan.”

    Di persimpangan Aoun al-Dadat, yang menghubungkan Kota Jarablus yang dikuasai oposisi dan Kota Manbij, yang dikuasai pasukan Kurdi, Othman mengatakan biaya pos pemeriksaan yang dikenakan di sana seharga $10.

    “Namun, di sana kami berdemonstrasi, dan tidak ada yang membayar,” kenangnya, menjelaskan bagaimana massa yang marah memprotes dan kemudian menerobos perbatasan tanpa membayar biaya apa pun.

    “Kami bersyukur kepada Tuhan karena kami berhasil kembali ke sini,” kata Othman. “Kami lelah, tetapi yang penting adalah kami telah mencapai desa, dan sekarang kami akan tinggal di rumah sendiri.”

    Diadaptasi dari artikel DW Inggris

    (ita/ita)

  • Israel Tewaskan Tokoh Hizbullah dalam Serangan di Suriah

    Israel Tewaskan Tokoh Hizbullah dalam Serangan di Suriah

    Jakarta

    Militer Israel mengatakan bahwa pasukannya telah menewaskan seorang tokoh Hizbullah dalam serangannya di dalam wilayah Suriah pada Rabu (9/10) waktu setempat. Ini terjadi seiring militer Israel terus menargetkan posisi dan petempur kelompok tersebut dengan serangan udara yang terus-menerus.

    Militer Israel dalam sebuah pernyataan dilansir Al Arabiya dan AFP, Kamis (10/10/2024), mengatakan bahwa Angkatan udara Israel menyerang dan melenyapkan Adham Jahout, seorang teroris dalam ‘Jaringan Teroris Golan’ milik Hizbullah, sel teror Hizbullah di Suriah.”

    Militer Israel menyebut Jahout sebagai perantara yang “menyampaikan informasi dari sumber-sumber rezim Suriah kepada Hizbullah”.

    Militer Israel mengatakan serangan udara tersebut terjadi di wilayah Quneitra di Suriah barat daya, dekat Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel.

    Otoritas Israel jarang mengomentari serangan-serangannya di Suriah, tetapi telah berulang kali mengatakan bahwa mereka tidak akan membiarkan musuh bebuyutan Iran memperluas kehadirannya.

    Pengumuman serangan udara itu muncul beberapa jam setelah panglima militer Israel Herzi Halevi bersumpah untuk terus menggempur Hizbullah. Dia mengatakan bahwa serangan akan terus berlanjut “tanpa henti” untuk mencegah kelompok itu bangkit kembali.

    Namun, sekutu utama Israel, Amerika Serikat, telah mengingatkan negeri Yahudi itu untuk tidak melakukan aksi militer seperti Gaza di Lebanon. Hal ini disampaikan setelah Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengancam Lebanon bisa mengalami “kehancuran” yang serupa dengan Gaza.

    Gedung Putih menyatakan, selama panggilan telepon antara Presiden AS Joe Biden dan Netanyahu pada Rabu (9/10) waktu setempat, Biden meminta Israel untuk “meminimalkan bahaya” bagi warga sipil di Lebanon, khususnya di “daerah padat penduduk di Beirut”.

    “Tidak boleh ada aksi militer di Lebanon yang mirip dengan Gaza dan menimbulkan hasil yang mirip dengan Gaza,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller kepada wartawan.

    Diketahui bahwa Hizbullah secara historis mengandalkan Suriah, yang menjadi sekutunya, untuk mengangkut senjata dan peralatan lain dari pendukung utamanya, Iran.

    Iran dan kelompok Hizbullah yang bermarkas di Lebanon itu, juga merupakan sekutu terpenting pemerintah Suriah dalam perang saudara, yang telah berlangsung lebih dari satu dekade di negara itu.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Serangan Israel ke Suriah Tewaskan 7 Warga Sipil, 11 Lainnya Terluka

    Serangan Israel ke Suriah Tewaskan 7 Warga Sipil, 11 Lainnya Terluka

    Damaskus

    Serangan udara Israel menyasar sebuah bangunan yang menjadi tempat tinggal di pinggiran Mezzah, sebelah barat ibukota Suriah, Damaskus. Akibatnya, 7 orang tewas dan 11 orang lainnya luka-luka.

    Dilansir Reuters, Kamis (10/10/2024), tujuh warga sipil yang tewas termasuk perempuan dan anak-anak. Mengutip sumber militer, media pemerintah Suriah menambahkan kejadian tersebut juga menyebabkan kerusakan material yang “serius” pada properti pribadi di daerah sekitarnya.

    Serangan udara datang dari arah Dataran Tinggi Golan. Ada sebanyak 3 rudal yang ditembakkan.

    Media pemerintah Suriah sebelumnya melaporkan pertahanan udara Suriah telah mencegat serangan “musuh” di sekitar Damaskus.

    Diketahui, Israel telah melakukan serangan terhadap sasaran-sasaran yang terkait dengan Iran di Suriah selama bertahun-tahun. Namun serangan ini meningkatkan sejak serangan 7 Oktober tahun lalu oleh kelompok Palestina Hamas di wilayah Israel yang memicu perang Gaza.

    (isa/isa)

  • Israel Vs Hizbullah Makin Panas Bikin WNI di Lebanon Mulai Dievakuasi

    Israel Vs Hizbullah Makin Panas Bikin WNI di Lebanon Mulai Dievakuasi

    Jakarta

    Saling serang antara Israel dan Hizbullah membuat situasi di Lebanon semakin mengkhawatirkan. Pemerintah Indonesia pun mulai mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Lebanon.

    Sebagai informasi, saling serang antara Hizbullah dan Israel sebenarnya sudah berlangsung lama. Namun, intensitasnya semakin meningkat sejak akhir September 2024.

    Serangan Hizbullah membuat warga di Israel utara dievakuasi. Israel pun melakukan serangan ke Lebanon dengan alasan menghancurkan Hizbullah agar warga mereka bisa kembali ke Israel utara.

    Konflik tersebut telah menyebabkan ribuan orang tewas di Lebanon, termasuk pimpinan Hizbullah Hassan Nasrallah. Korban tewas juga ada di pihak militer Israel.

    Situasi yang memanas itu membuat Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan Kemlu untuk melakukan evakuasi terhadap WNI di Lebanon. Jokowi menegaskan keselamatan WNI di luar negeri merupakan prioritas pemerintah.

    “Kementerian luar negeri, Bu Menteri sudah saya perintahkan untuk menindaklanjuti apa yang sudah saya sampaikan agar keselamatan perlindungan warga negara kita dinomorsatukan, evakuasi disegerakan,” ujar Jokowi di RSUD Kefamenanu, Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, Rabu (3/10/2024).

    WNI di Lebanon Mulai Dievakuasi

    Menlu Retno Marsudi mengatakan 25 dari 159 orang WNI telah dievakuasi dari Lebanon. Dia mengatakan evakuasi dilakukan lewat jalur darat.

    “Jadi kita sudah mengevakuasi sebagian dari warga negara kita, jadi yang dievakuasi kali ini adalah melalui darat,” kata Retno di Grand Sahid Hotel, Jakarta Pusat, Kamis (3/10/2024).

    Retno telah menerima laporan WNI yang dievakuasi dalam keadaan selamat. WNI yang dievakuasi itu segera diterbangkan ke Indonesia.

    “Tadi pagi saya sudah mendapatkan laporan bahwa mereka sudah sampai melalui Suriah, melalui Damaskus dengan selamat, untuk kemudian kembali ke Indonesia. Totalnya 20-25 kalau nggak salah, sekitar segitu,” katanya.

    Retno mengatakan dirinya terus memonitor perkembangan proses evakuasi WNI dari Lebanon. Dia mengatakan ruang udara di sejumlah negara di Timur Tengah mulai buka-tutup.

    “Karena situasi yang sangat dinamis di lapangan, ruang udara bisa dibuka kemudian ditutup lagi. beberapa hari yang lalu, ruang udara di atas Jordan juga ditutup, kemudian dibuka lagi, jadi sangat dinamis, dan kita akan terus memantau perkembangan ini,” ujarnya.

    Retno mengatakan masih ada WNI yang bertahan di Lebanon. Dia menjelaskan alasan sejumlah WNI memutuskan bertahan di Lebanon.

    “Tentunya pada saat evakuasi ini kita mengimbau yang ingin dievakuasi, ada beberapa juga keluarga, yang karena urusan keluarga, ya memilih untuk tinggal,” katanya.

    “Sebenarnya tidak menolak ya, kita mengevakuasi, ada beberapa yang dengan pertimbangan keluarga dan sebagainya, mereka memilih untuk tetap tinggal di sana,” sambung Retno.

    Jumlah WNI Dievakuasi Bertambah

    Kemlu terus menyampaikan perkembangan evakuasi WNI dari Lebanon. Terbaru, Kemlu menyatakan ada 40 orang WNI yang telah dievakuasi dari Lebanon ke Yordania.

    Direktur Pelindungan WNI Kemlu, Judha Nugraha, awalnya menjelaskan pemerintah telah menyiapkan rencana evakuasi sejak perang meletus di Gaza, Palestina, pada 7 Oktober 2023. Dia mengatakan rencana evakuasi itu dibuat untuk melindungi WNI.

    “Dari situasi tersebut, kita kembali melakukan asesmen, dan berdasarkan asesmen kita bahwa seluruh wilayah Lebanon itu berbahaya bagi warga negara kita dan oleh karena itulah kemudian pada 4 Agustus 2024 KBRI Beirut meningkatkan status siaga I tidak terbatas di Lebanon selatan, namun kita perluas untuk wilayah Lebanon, artinya seluruh wilayah Lebanon kita pandang berbahaya bagi warga negara kita dan sejak saat itu kita melakukan memulai proses evakuasi bagi warga negara kita,” ujar Judha di Kemlu, Jakarta Pusat, Jumat (4/10/2024).

    Judha mengatakan masih banyak WNI yang tidak mau dievakuasi dengan alasan pribadi. Hanya 25 orang yang bersedia dievakuasi pada Agustus 2024.

    “Dari proses yang kita sudah lakukan selama tanggal 10, 18, 28 Agustus, ada 25 warga negara kita yang bersedia dievakuasi, dan kemudian sudah kita lakukan evakuasi melalui jalur udara, dan alhamdulillah 25 warga negara tersebut sudah tiba di Indonesia dengan selamat,” katanya.

    Judha menyebut proses evakuasi masih terus dilakukan terutama setelah tewasnya Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah. Setelah Hassan dinyatakan tewas dalam serangan Israel, 40 WNI bersedia dievakuasi.

    “Tanggal 29 September kami lakukan pertemuan virtual dengan seluruh warga negara di sana, menyampaikan update situasi terakhir, kami menyampaikan perkiraan kabar ke depan yang kami sampaikan bahwa ‘this is time for us to leave Lebanon’. Kami kembali menyampaikan ke WNI untuk mau dievakuasi, untuk dalam pertemuan kedua ini yang awalnya hanya enam yang bersedia dievakuasi, akhirnya ada 40 warga negara kita yang bersedia dievakuasi,” ujar Judha.

    Menurut Judha, ada 40 WNI plus satu orang WN Lebanon yang merupakan pasangan dari WNI dievakuasi ke Amman, Yordania. Proses evakuasi dilakukan melalui jalur darat.

    “40 orang tersebut selama tanggal 2 dan 3 (Oktober) kita sudah lakukan proses evakuasi melalui jalur darat, 40 ini ditambah satu WN Lebanon yang merupakan pasangan dari warga negara kita,” ucapnya.

    Ke-40 orang itu dievakuasi dalam dua gelombang. Gelombang pertama sudah berada di Amman, sedangkan gelombang kedua saat ini masih dalam perjalanan ke Amman dari Damaskus.

    “Saat ini mereka sedang di perbatasan antara Suriah dan Yordania, teman-teman KBRI Amman sudah standby di perbatasan untuk menjemput akan hangover dari Damaskus, dan akan dikawal menuju Amman bergabung dengan WNI sebelumnya,” jelasnya.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Judha mengatakan para WNI ini akan dipulangkan ke Indonesia. WNI yang sudah dievakuasi akan dipulangkan via jalur udara pada 7 Oktober mendatang.

    Judha mengatakan masih ada 116 orang WNI yang berada di Lebanon. Angka itu disebut akan berubah sesuai dengan situasi di sana. Para WNI itu merupakan mahasiswa, pekerja migran, dan kawin campur.

    “Status terakhir per tanggal 4 Oktober mengenai jumlah WNI yang masih ada di Lebanon, ada 116. Kalau kemarin ada sekitar 159, angkanya memang naik turun ada beberapa yang sudah bisa keluar menggunakan penerbangan komersial, ada yang baru lapor diri, dan data itu menambah,” ujarnya.

    Imbauan Agar WNI Tak ke Lebanon-Israel

    Kemlu RI juga mengimbau WNI untuk tidak bepergian ke Lebanon ataupun Israel. Kemlu meminta WNI menghindari wilayah yang sedang berkonflik.

    “Bagi WN kita yang memiliki rencana berkunjung ke Lebanon, Suriah, Iran, Palestina, Israel, kami meminta untuk tidak dapat menunda perjalanan. Kami masih mencatat ada WN kita yang lakukan perjalanan ke Israel walaupun untuk tujuan situasi religi, dalam situasi saat ini kami sangat mengimbau perjalanan tersebut agar ditunda,” ucap Judha.

    Dia meminta WNI yang berada di wilayah konflik mematuhi imbauan evakuasi demi keselamatan. Dia mengatakan evakuasi harus segera dilakukan sebelum negara-negara di kawasan Timur Tengah menutup ruang udara karena konflik yang semakin memanas.

    “Terakhir, ketika ada serangan rudal antara Israel dan bebalas dan juga beberapa titik konflik yang lain kemungkinan beberapa negara di timur tengah melalukan penutupan wilayah udara sangat tinggi. Oleh karena itu, bagi warga negara kita yang memiliki rencana perjalanan dan akan menggunakan wilayah timteng untuk transit, seperti di Abu Dhabi, Dubai, kemudian Doha dan beberapa titik transit lain, please respect this instruction,” tuturnya.

    “Antisipasi kalau ada gangguan penerbangan, untuk menghindari warga negara kita stranded (terdampar) di beberapa titik penerbangan,” imbuhnya.

    Judha juga menyampaikan data keadaan kawasan Timur Tengah beserta jumlah WNI yang berada di sana:

    1. Palestina/Israel status siaga I. Jumlah WNI 4 di Palestina, 231 di Israel

    2. Lebanon status siaga I, jumlah WNI 116

    3. Iran status siaga II, jumlah WNI 391

    4. Suriah statusnya siaga III, dan siaga I di beberapa wilayah yakni Al Hasakeh, Ar Raqqah, Deir ez-Zur, dan Idlib. Jumlah WNI di Suriah 1.201.

    Pasukan TNI di Lebanon Siap Bantu Evakuasi

    TNI menyatakan prajurit yang berada di United Nations Interim Force In Lebanon (UNIFIL) siap membantu jika ada evakuasi. Kapuspen TNI Mayjen TNI Hariyanto mengatakan prajurit TNI yang ditugaskan di Lebanon bersama UNIFIL untuk misi perdamaian dalam kondisi baik.

    “TNI di Lebanon tetap berada di markas dan melakukan kegiatan seperti biasa,” kata Hariyanto di TMP Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (4/10/2024).

    “Yang disampaikan Panglima TNI kemarin juga seperti itu. Karena memang di sana aturan yang mengatur adalah commander UNIFIL itu pun harus koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri,” sambungnya.

    Hariyanto mengatakan pasukan TNI siap membantu jika ada perintah evakuasi. Hariyanto mengatakan pasukan TNI akan menunggu petunjuk yang dikoordinasikan oleh Kemlu.

    “TNI yang di homebase siap untuk membantu kapan saja dengan atas petunjuk atau perintah dari yang sudah dikoordinasikan oleh Kemlu. Kemlu juga akan berkoordinasi dengan situasi yang di sana commander UNIFIL untuk apa bila evakuasi dan sebagaimanya. Sementara sampai sekarang belum dan kita masih menunggu instruksi selanjutnya. Ini masih koordinasi,” tuturnya.

    Berdasarkan situs UNIFIL, ada 1.231 orang prajurit TNI yang menjadi bagian dari UNIFIL. Prajurit TNI itu bergabung bersama pasukan dari negara lain.

    UNIFIL sendiri dibentuk berdasarkan resolusi Dewan Keamanan 425 (1978) dan 426 (1978) tertanggal 19 Maret 1978. UNIFIL didirikan untuk memastikan penarikan pasukan Israel dari Lebanon selatan, memulihkan perdamaian dan keamanan internasional serta membantu Pemerintah Lebanon dalam memastikan kembalinya otoritas efektifnya di wilayah tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (haf/haf)