Negara: Suriah

  • Wamenlu Anis Matta: Rakyat Suriah Dapat Memulai Kehidupan Baru Lebih Baik

    Wamenlu Anis Matta: Rakyat Suriah Dapat Memulai Kehidupan Baru Lebih Baik

    ERA.id – Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI Anis Matta mengatakan Indonesia menghormati keutuhan wilayah Suriah usai runtuhnya pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. Indonesia berharap warga Suriah bisa memulai kehidupan baru yang lebih baik.

    Dalam pernyataan resminya, Wamenlu Anis berharap rakyat Suriah bisa memulai kehidupan yang baru dengan jauh lebih baik pasca keruntuhan Assad. Dia juga menekankan pentingnya transisi demokrasi yang damai dan pemulihan ekonomi yang menjadi prioritas.

    “Indonesia menghormati keutuhan wilayah Suriah dan mengharapkan rakyat Suriah dapat memulai kehidupan baru yang lebih baik,” kata Wamenlu Anis Matta dalam pernyataannya, Selasa (10/12/2024).

    “Konsensus politik nasional, transisi demokratis yang damai, serta rekonstruksi/pemulihan ekonomi dan pembangunan sebagai prioritas Suriah di tahap selanjutnya,” lanjutnya.

    Pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad runtuh pada Minggu (8/12). Assad dan keluarganya pun melarikan diri ke Rusia dan disambut baik oleh Presiden Vladimir Putin.

    Kementerian Luar Negeri RI sebelumnya menegaskan bahwa Indonesia terus memantau situasi dan perkembangan yang terjadi di Suriah. Indonesia juga meningkatkan kewaspadaan tentang keamanan kawasan.

    “Indonesia memantau dengan seksama perkembangan di Suriah dan sangat khawatir akan dampaknya terhadap keamanan kawasan serta konsekuensi kemanusiaan yang ditimbulkan,” demikian pernyataan Kemlu RI, Minggu (8/12).

    Dalam pernyataan tersebut juga digariskan bahwa krisis di Suriah hanya bisa diselesaikan melalui proses transisi yang komperhensif, demokratis, dan damai. Hal ini juga harus diiringi dengan mengutamakan kepentingan dan keselamatan rakyat Suriah, sekaligus menjaga kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas teritorial Suriah.

    Indonesia juga menyerukan agar semua pihak memastikan perlindungan terhadap warga sipil sesuai dengan hukum internasional, terutama hukum humaniter internasional dan hukum hak asasi manusia internasional, sebagaimana disebutkan dalam pernyataan tersebut.

    Kedutaan Besar Indonesia di Damaskus juga telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan keselamatan warga negara Indonesia, termasuk persiapan untuk kemungkinan evakuasi ke lokasi yang lebih aman jika situasi keamanan memburuk.

  • Prancis dan Jerman Siap Bekerja Sama dengan Pemerintah Baru Suriah

    Prancis dan Jerman Siap Bekerja Sama dengan Pemerintah Baru Suriah

    ERA.id – Prancis dan Jerman menyatakan siap bekerja sama dengan pemerintah baru Suriah usai tumbangnya rezim Assad pekan ini.

    Sikap bersama tersebut muncul pada Senin (9/12/2024) usai percakapan telepon antara Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron pascapenggulingan pemimpin lama Suriah Bashar al-Assad oleh pasukan anti rezim pada akhir pekan lalu, Minggu (8/12/2024).

    “Assad telah menyebabkan penderitaan yang mengerikan bagi rakyat Suriah dan kerusakan besar bagi negaranya,” kata juru bicara pemerintah Jerman, Steffen Hebestreit, usai pembicaraan telepon kedua pemimpin tersebut dikutip dari Anadolu.

    “Keduanya sepakat bahwa mereka siap bekerja dengan penguasa baru berdasarkan hak asasi manusia yang fundamental dan perlindungan bagi minoritas etnis dan agama,” kata jubir.

    Kedua pemimpin menekankan pentingnya menjaga integritas teritorial dan kedaulatan Suriah, kata Hebestreit.

    “Keduanya sepakat untuk bekerja sama untuk memperkuat keterlibatan Uni Eropa di Suriah, termasuk mendukung proses politik inklusif di Suriah,” katanya menambahkan.

    Para pemimpin tersebut, menurut Hebestreit, akan membahas langkah-langkah selanjutnya melalui koordinasi erat dengan mitra-mitra di kawasan.

    Assad diketahui melarikan diri dari Suriah setelah kelompok anti rezim menguasai Ibu Kota Damaskus pada Minggu dini hari. Peristiwa itu menandai keruntuhan rezim Partai Baath, yang telah berkuasa di Suriah sejak 1963.

  • Operasi Militer Suriah Tekankan Peran Penting Lindungi Para Profesional Media dan Pastikan Kebebasan – Halaman all

    Operasi Militer Suriah Tekankan Peran Penting Lindungi Para Profesional Media dan Pastikan Kebebasan – Halaman all

    Operasi Militer Suriah Tekankan Peran Penting Lindungi Para Profesional Media dan Pastikan Kebebasan

    TRIBUNNEWS.COM- Administrasi Operasi Militer Suriah menekankan peran penting dalam melindungi para profesional media dan memastikan kebebasan mereka untuk bekerja dalam pelayanan kepada negara dan masyarakat.

    Administrasi Operasi Militer di Suriah mengumumkan pada hari Senin bahwa pasukannya hampir menyelesaikan kendali atas ibu kota, Damaskus, dan menjaga properti publik.

    Administrasi Operasional mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan bahwa “pemerintah baru akan memulai pekerjaannya segera setelah pembentukannya.”

    Sementara itu, sumber media melaporkan pemilihan Mohammad al-Bashir, kepala Pemerintahan Keselamatan yang berafiliasi dengan oposisi, untuk memimpin pemerintahan Suriah baru guna mengawasi fase transisi.  

    Pemerintah menghimbau masyarakat untuk “mengabaikan laporan palsu yang mengklaim keberadaan penjara bawah tanah atau tersembunyi,” dan menekankan bahwa “semua penjara di Suriah telah dibuka sepenuhnya.”

    Ia juga mengumumkan penangkapan sejumlah orang yang menghasut sektarianisme di antara massa dan mengancam warga negara dan kaum minoritas, dan bersumpah untuk menindak tegas setiap upaya untuk menebar perpecahan atau mengeluarkan ancaman, karena tanah air adalah milik semua orang, dan kami akan menjaga persatuannya dan keamanan warga negaranya.”

    Selain itu, Administrasi Operasional mengatakan pihaknya melarang keras segala bentuk pelecehan terhadap jurnalis yang bekerja untuk TV Suriah, Radio Suriah, dan halaman media sosial, serta segala bentuk ancaman terhadap mereka dalam situasi apa pun, dan berjanji akan memberikan hukuman setahun penjara bagi siapa pun yang melanggar keputusan tersebut.

    Pemerintah menekankan peran penting dalam melindungi para pekerja media dan memastikan kebebasan mereka untuk bekerja demi kepentingan bangsa dan masyarakat, dengan menyatakan, “Transparansi adalah pendekatan kami, dan kami berkomitmen untuk mengubah masa lalu demi membangun masa depan yang lebih baik.”

    Secara terpisah, Kementerian Perminyakan dan Sumber Daya Mineral Suriah meminta semua pekerja di lokasi produksi untuk kembali ke tempat kerja mereka mulai Selasa.  

    Oposisi Suriah mengusulkan rencana transisi 18 bulan

    Pada hari Minggu, Hadi al-Bahra, kepala oposisi utama Suriah di luar negeri, mengatakan kepada Reuters di sela-sela Forum Doha bahwa Suriah harus menjalani masa transisi selama 18 bulan untuk menciptakan “lingkungan yang aman, netral, dan tenang” untuk pemilihan umum yang bebas.  

    Dalam perkembangan monumental di Timur Tengah , kelompok bersenjata, yang sekarang bertindak sebagai pasukan pemerintah transisi Suriah, merebut kendali Damaskus pada hari Minggu, memaksa Presiden Bashar al-Assad melarikan diri setelah lebih dari 13 tahun perang dilancarkan di negara tersebut.   

    Al-Bahra, presiden Koalisi Nasional Suriah, mengusulkan agar Suriah merancang konstitusi baru dalam waktu enam bulan, dengan referendum sebagai dasar untuk pemilihan pertama di bawah kerangka kerja baru.

    “Konstitusi akan mengatakan, apakah kita akan memiliki sistem parlementer, sistem presidensial, atau sistem campuran? Dan berdasarkan ini, kita menyelenggarakan pemilu dan rakyat memilih pemimpin mereka,” jelas al-Bahra.

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • Assad Tumbang, Hamas Ucapkan Selamat ke Rakyat Suriah

    Assad Tumbang, Hamas Ucapkan Selamat ke Rakyat Suriah

    Jakarta

    Kelompok Hamas mengucapkan selamat kepada rakyat Suriah atas penggulingan Presiden Bashar al-Assad. Hamas pun menyerukan persatuan di negara itu.

    “Hamas mengucapkan selamat kepada saudara-saudara rakyat Suriah atas keberhasilan mereka dalam mencapai aspirasi mereka untuk kebebasan dan keadilan, dan kami menyerukan kepada semua komponen rakyat Suriah untuk menyatukan barisan mereka,” kata kelompok milisi Palestina itu dalam sebuah pernyataan, dilansir AFP dan Al Arabiya, Selasa (10/12/2024).

    Sebelumnya, Suriah di bawah al-Assad merupakan komponen utama dari “poros perlawanan” Iran, aliansi kekuatan yang bersatu dalam perlawanan mereka terhadap Israel, yang meliputi Hizbullah di Lebanon serta Hamas.

    Sejak perangnya dengan Hamas di Gaza meletus pada 7 Oktober 2023, Israel meningkatkan serangan udaranya terhadap target-target yang terkait dengan Iran di Suriah.

    Sebelumnya pada hari Senin, kelompok militan Jihad Islam Palestina (PIJ) mengatakan peristiwa yang sedang berlangsung di Suriah adalah “urusan Suriah” dan berharap Suriah akan tetap mendukung rakyat Palestina.

    “Apa yang terjadi di Suriah adalah urusan Suriah,” kata Sekretaris Jenderal PIJ Jihad al-Nakhalah dalam sebuah pernyataan.

    Ia menambahkan bahwa gerakannya berharap “Suriah akan tetap menjadi pendukung sejati rakyat Palestina dan tujuan mulia mereka, sebagaimana yang selalu terjadi.”

    Lihat Video ‘Momen Tahanan Kabur dari Penjara Seusai Runtuhnya Rezim Assad’:

  • Kelompok Muslim AS Kecam Serangan Israel terhadap Suriah – Halaman all

    Kelompok Muslim AS Kecam Serangan Israel terhadap Suriah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) telah mengeluarkan pernyataan tegas yang mengutuk invasi dan serangan pengeboman yang dilakukan oleh Israel terhadap Suriah.

    Dalam pernyataan tersebut, CAIR menekankan rakyat Suriah memiliki hak untuk membangun kembali negara mereka dengan bebas dari pendudukan dan kekerasan asing.

    “Rakyat Suriah berhak membangun kembali negara mereka yang bebas dari pendudukan dan kekerasan asing,” ungkap CAIR, dikutip dari Al Jazeera.

    Pernyataan ini menunjukkan solidaritas terhadap warga Suriah yang sedang menghadapi dampak dari konflik yang berkepanjangan.

    CAIR juga mengecam Presiden Joe Biden karena mengirimkan senjata kepada pemerintah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

    Dalam konteks ini, CAIR menyebut tindakan tersebut sebagai langkah yang tidak bijaksana, terutama ketika Israel terlibat dalam genosida di Gaza.

    CAIR menyoroti kelambanan ini telah membuat terdakwa penjahat perang Netanyahu semakin berani menentang hukum internasional dan menyerang Suriah.

    Ini menunjukkan CAIR melihat tindakan pemerintah AS berkontribusi terhadap ketegangan dan kekerasan yang sedang berlangsung.

    Sebagaimana yang telah dilaporkan, militer Israel melakukan serangan besar di Suriah, yang dianggap sebagai salah satu operasi serangan terbesar dalam sejarah angkatan udara mereka, terutama setelah jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad.

    Serangan ini menciptakan kekhawatiran lebih lanjut mengenai stabilitas di kawasan tersebut.

    Militer Israel juga dilaporkan telah merebut tanah di Dataran Tinggi Golan, yang merupakan wilayah yang diperebutkan antara Israel dan Suriah.

    Hal ini menambah kompleksitas konflik dan dampak terhadap rakyat Suriah yang masih berjuang untuk meraih keamanan dan kedamaian.

    Diplomat Suriah Diminta Tetap Bekerja

    Dalam pernyataannya di New York, Duta Besar Suriah untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Koussay Aldahhak, mengungkapkan para pemimpin negara saat ini telah memberikan instruksi kepada kedutaan dan misi Suriah untuk terus melaksanakan tugas mereka, meskipun negara tersebut tengah menghadapi masa transisi.

    Pernyataan ini muncul saat Dewan Keamanan PBB mengadakan konsultasi tertutup darurat mengenai situasi politik di Suriah, terutama terkait potensi penggulingan Presiden Bashar al-Assad oleh pihak oposisi.

    Aldahhak menjelaskan ia telah mengirim surat kepada Dewan Keamanan PBB dan Sekretaris Jenderal Antonio Guterres.

    Dalam surat tersebut, ia mengutuk serangan Israel terhadap Suriah dan menuntut agar Israel tidak diperbolehkan untuk mendapatkan keuntungan dari ketidakpastian yang tengah terjadi di negara tersebut.

    Ini menunjukkan diplomasi dan pengakuan internasional tetap menjadi fokus utama Suriah, bahkan dalam keadaan sulit.

    Menurut Aldahhak, Suriah sekarang berada di titik kritis dalam sejarahnya, memasuki era perubahan baru.

    Warga Suriah sangat berharap dapat membangun negara yang bebas, setara, dan demokratis di bawah supremasi hukum.

    “Kami akan bekerja sama membangun kembali negara kami, membangun kembali apa yang telah hancur, dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi seluruh warga Suriah,” tambahnya.

    Pernyataan ini menegaskan komitmen Suriah untuk melanjutkan diplomasi dan mencari dukungan internasional selama masa-masa yang tidak pasti ini.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Bendera Bintang Tiga Berkibar di Kedutaan Suriah Moskow

    Bendera Bintang Tiga Berkibar di Kedutaan Suriah Moskow

    Jakarta, CNN Indonesia
    Diaspora Suriah di Rusia membentangkan bendera kelompok oposisi usai rezim Bashar Al Assad lengser pada Minggu (8/12).

    Bagikan:

    url telah tercopy

  • Usai Jatuhnya Assad, AS Tak Berencana Tambah Pasukan Militer di Suriah

    Usai Jatuhnya Assad, AS Tak Berencana Tambah Pasukan Militer di Suriah

    ERA.id – Wakil Sekretaris Pers Pentagon Sabrina Singh mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) tidak berencana memperbanyak militernya di Suriah di tengah perubahan kekuasaan di negara itu.

    “Postur pasukan tetap sama. Seperti yang Anda ketahui, pasukan kami tetap berada pada level yang lebih tinggi, tetapi tidak ada perubahan yang terjadi atau perubahan yang telah dibuat atau diminta oleh komandan,” kata Singh dalam sebuah pengarahan tertutup dikutip dari Sputnik.

    Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS mengatakan Washington tidak meramalkan kemungkinan jatuhnya pemerintahan Bashar Assad. Namun, kelompok oposisi bersenjata Suriah berhasil merebut Damaskus pada Minggu (8/12/2024).

    Perdana Menteri Suriah Mohammad Ghazi al-Jalali mengatakan dirinya bersama 18 menteri lain memutuskan untuk tetap berada di ibu kota.

    Jalali juga mengatakan telah menghubungi para pemimpin kelompok militan yang telah memasuki kota.

    Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan Bashar Assad telah mengundurkan diri dari jabatan presiden dan meninggalkan negara itu setelah melakukan perundingan bersama beberapa dari mereka yang terlibat dalam konflik.

  • Reaksi Hamas, PA, PIJ, dan Faksi Palestina Lainnya atas Jatuhnya Rezim al-Assad di Suriah – Halaman all

    Reaksi Hamas, PA, PIJ, dan Faksi Palestina Lainnya atas Jatuhnya Rezim al-Assad di Suriah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas, PA, serta faksi-faksi Palestina lainnya sebagian besar menyatakan dukungan mereka terhadap rakyat Suriah setelah runtuhnya pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.

    Pada Minggu (8/12/2024), pasukan oposisi menyerbu Damaskus, ibu kota Suriah, setelah sebelumnya berhasil merebut kota-kota lain dalam serangan kilat selama dua minggu terakhir.

    Mengutip Al Jazeera, berikut adalah reaksi kelompok-kelompok Palestina atas jatuhnya rezim al-Assad:

    Pada Senin (9/12/2024), Hamas mengucapkan selamat kepada rakyat Suriah yang disebut telah mencapai “cita-cita untuk kebebasan dan keadilan.”

    “Kami berdiri teguh bersama rakyat Suriah yang hebat, dan menghormati keinginan, kemerdekaan, dan pilihan politik rakyat Suriah,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.

    Hamas juga mendesak rakyat Suriah untuk bersatu dan bangkit dari luka masa lalu.

    Selain itu, Hamas mengutuk apa yang disebutnya sebagai “agresi brutal” oleh Israel terhadap Suriah.

    Hamas menambahkan bahwa mereka berharap Suriah akan melanjutkan perannya yang bersejarah dan penting dalam mendukung rakyat Palestina.

    Meskipun bersekutu dengan Iran, Hamas berpihak pada pemberontakan terhadap al-Assad di awal krisis.

    Sekelompok pria mengibarkan bendera oposisi di kedubes Suriah di Moskow, sehari setelah pemerintahan Bashar al-Assad di Damaskus runtuh di sabotase kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham. (HTS) (Al Jazeera)

    2. Otoritas Palestina (PA)

    Negara Palestina, yang dipimpin oleh PA, mengatakan pada Minggu bahwa pihaknya mendukung rakyat Suriah.

    “Otoritas Palestina menghormati keinginan dan pilihan politik mereka, dengan cara yang menjamin keamanan dan stabilitas mereka serta mempertahankan prestasi mereka.”

    Kepresidenan Palestina menambahkan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya menegaskan perlunya menghormati persatuan, kedaulatan, dan integritas teritorial Republik Arab Suriah, serta menjaga keamanan dan stabilitasnya.

    PA juga mengharapkan kemajuan dan kemakmuran yang berkelanjutan bagi rakyat Suriah.

    PA menekankan bahwa partai politik harus memprioritaskan kepentingan rakyat Suriah sambil mendukung perjuangan Palestina menuju kebebasan dan kemerdekaan.

    3. Jihad Islam Palestina (PIJ)

    Faksi Palestina PIJ, yang bersekutu dengan Hamas dan Iran, mengatakan perkembangan terkini adalah masalah internal Suriah yang berkaitan dengan pilihan rakyat Suriah.

    “Jihad Islam berharap Suriah akan tetap menjadi pendukung sejati bagi rakyat Palestina dan tujuan mulia mereka, sebagaimana yang selalu terjadi,” kata Ziad al-Nakhala, kepala PIJ, dalam sebuah pernyataan.

    4. Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP)

    Kelompok sayap kiri ini, yang sebelumnya menyuarakan dukungan bagi pemerintah Suriah, tidak membahas jatuhnya al-Assad dalam pernyataan resmi pertamanya setelah pejuang oposisi merebut Damaskus.

    Namun, PFLP hanya berfokus pada serangan Israel yang sedang berlangsung di Suriah.

    “Agresi Zionis terhadap wilayah Suriah ini membawa dimensi berbahaya yang membutuhkan solidaritas untuk menghadapinya,” kata kelompok itu.

    “Front tersebut menekankan bahwa serangan udara musuh Zionis terhadap Suriah dan penyerbuannya ke wilayah Suriah merupakan eskalasi berbahaya dalam agresi terhadap rakyat dan negara-negara di kawasan tersebut,” imbuhnya.

    “Musuh berusaha memanfaatkan fase perubahan internal di Suriah untuk mencapai tujuan agresi baru terhadap Suriah dan rakyatnya.”

    Koalisi yang mencakup beberapa faksi Palestina menggambarkan penggulingan al-Assad sebagai masalah internal Suriah.

    “Pasukan Nasional dan Islam Palestina di Damaskus dengan tulus menantikan hak rakyat Suriah untuk menentukan masa depan mereka dan membangun Suriah yang bersatu dan berdaulat penuh dalam kerangka kebebasan, keadilan, demokrasi, dan kewarganegaraan yang setara tanpa diskriminasi,” kata koalisi tersebut.

    Ditambahkan pula bahwa mereka berharap Suriah terus memenuhi tugas persaudaraan dan nasionalnya terhadap rakyat Palestina.

    Apa yang Terjadi di Suriah? Penjelasan Singkat

    Kolase foto Presiden Suriah Bashar Al-Assad dan kelompok Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) (Syrian Presidency/AFP)

    Mengutip Hindustan Times, berikut poin-poin penjelasan singkat tentang situasi di Suriah:

    Perang Saudara Suriah dimulai pada tahun 2011 sebagai bagian dari Musim Semi Arab (Revolusi Timur Tengah), yang mengakibatkan jatuhnya berbagai rezim di dunia Arab.

    Meskipun Bashar al-Assad awalnya tampak goyah, situasi berubah ketika Rusia dan Iran membantunya mengusir para pemberontak.

    Suriah terus dilanda perang saudara sejak saat itu, namun mengalami periode yang relatif tenang dalam beberapa tahun terakhir karena Tentara Suriah dan sekutunya berhasil menahan para pemberontak.

    Perang saudara memasuki babak baru ketika pemberontak Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) dan Tentara Pembebasan Suriah berhasil merebut kota Aleppo minggu lalu, sebuah terobosan besar pertama mereka dalam beberapa tahun.

    Para pemberontak kemudian melanjutkan pawai mereka ke Damaskus, merebut kota demi kota.

    Empat kota jatuh ke tangan pemberontak dalam 24 jam terakhir sebelum mereka tiba di ibu kota pada Minggu (8/12/2024) pagi. Kota-kota tersebut adalah Daraa, Quneitra, Suwayda, dan Homs.

    Saat sekutu Suriah, Iran dan Rusia, disibukkan dalam konflik lain, tentara Suriah tampaknya melemah.

    Para pejuang pemberontak menguasai penjara Saydnaya pada Minggu pagi dan membebaskan tahanan politik yang ditahan oleh rezim Bashar al-Assad.

    Mereka kemudian memasuki kota dan menguasainya dalam hitungan jam, menggulingkan rezim yang telah berkuasa selama lima dekade terakhir.

    Sebelum Bashar al-Assad mengambil alih Suriah 24 tahun lalu, ayahnya, Hafez al-Assad, juga memerintah negara tersebut dengan cengkeraman besi yang sama.

    Perdana Menteri Suriah, Mohammad Jalali, mengatakan ia siap bekerja sama dengan oposisi dan menyerahkan pemerintahan, tetapi meminta masyarakat untuk tidak merusak gedung-gedung publik karena bangunan itu adalah milik semua orang.

    HTS kemudian mendeklarasikan Suriah dan Damaskus bebas dari “tiran Assad.”

    Mereka meminta para pejuang untuk menjaga gedung-gedung pemerintahan.

    Pemandangan di jalan-jalan menunjukkan perayaan, dan beberapa patung Assad serta ayahnya telah dirobohkan oleh masyarakat.

    Sementara itu, Assad dilaporkan telah meninggalkan Suriah dan mencari suaka di Rusia.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Fakta-fakta Terbaru Jatuhnya Rezim Bashar Al Assad di Suriah

    Fakta-fakta Terbaru Jatuhnya Rezim Bashar Al Assad di Suriah

    Daftar Isi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Milisi Suriah Hayat Tahrir al Sham (HTS) berhasil menguasai ibu kota Damaskus dan menggulingkan rezim otoriter Presiden Bashar Al Assad pada Minggu (8/12) kemarin.

    Keberhasilan mereka menguasai Damaskus ini menandai berakhirnya rezim Al Assad usai 50 tahun berkuasa di Suriah.

    Berikut fakta-fakta jatuhnya rezim Assad di Suriah seperti yang sudah dirangkum CNNIndonesia.com.

    Dilakukan dalam waktu singkat

    Penggulingan rezim Assad di Suriah oleh milisi HTS dilakukan dalam waktu yang terbilang singkat. Sebab, aksi ini dilakukan hanya 11 hari setelah HTS berhasil merebut kembali salah satu kota penting di Suriah, Aleppo, pada akhir November lalu.

    HTS merebut Aleppo pada 27 November. Kemudian, pada 5 November, kelompok pemberontak HTS kembali melakukan serangan ke salah satu kota penting di Suriah, Hama.

    Pada sore harinya, tentara Suriah mengakui kehilangan kendali atas kota yang terletak di antara Aleppo dan basis kekuasaan Presiden Bashar al-Assad di ibukota Damaskus tersebut.

    Berselang 3 hari, tepatnya pada 8 November, milisi Suriah dilaporkan berhasil menguasai Damaskus dan menggulingkan rezim otoriter Assad.

    Assad kabur ke Rusia

    Usai resmi digulingkan, Assad yang sudah menjadi mantan Presiden Suriah pun langsung melarikan diri ke Rusia guna mencari suaka politik. Ia dilaporkan terbang ke Moskow pada hari yang sama saat milisi Suriah menguasai Damaskus.

    Negeri Beruang Merah saat ini juga sudah memberi suaka politik kepada Assad. Pemberian suaka politik ini merupakan bentuk solidaritas Rusia kepada Suriah yang sudah berjalan sejak 2000-an.

    Rumah Assad dijarah warga

    Saat Assad terbang ke Rusia, warga Suriah dilaporkan menjarah rumahnya di istana kepresidenan di ibu kota Damaskus. Aksi ini dilakukan di hari yang sama kelompok pemberontak Suriah menguasai ibu kota Damaskus dan menggulingkan rezim otoriter Assad, yakni pada Minggu (8/12).

    Video yang beredar di media sosial menunjukkan para warga menjarah rumah Assad dan membawa kabur sejumlah barang berharga. Beberapa di antaranya, seperti lukisan mewah, perabotan, peralatan dapur, sejumlah senjata, hingga uang tunai, demikian dikutip NDTV.

    Selain itu, para warga juga dilaporkan menjarah garasi mobil yang terletak di bawah rumah. Garasi mobil itu berisi sejumlah mobil mewah milik Assad. Beberapa di antaranya, seperti Porsche, Mercedes-Benz, Ferrari, Audi, dan beberapa mobil SUV yang dilapisi baja.

    Bendera bintang tiga jadi foto profil sejumlah Kedubes Suriah

    Usai rezim Assad digulingkan milisi HTS, akun media sosial kedutaan besar Suriah di sejumlah negara dilaporkan mengganti foto profil mereka dengan foto bendera kelompok pemberontak.

    Kedutaan besar Suriah di Indonesia, Malaysia, dan Mesir dilaporkan telah mengganti foto profil mereka yang semula bergambar bendera Suriah bergaris merah, putih, dan hitam dengan bendera bergaris hijau, putih, dan hitam yang dilengkapi tiga bintang merah di bagian tengahnya.

    Bendera ini merupakan bendera yang digunakan oleh aktivis anti-Assad.

    Tindakan ini dilakukan oleh sejumlah kedubes Suriah usai kelompok pemberontak berhasil merebut ibu kota Damaskus dan menggulingkan rezim otoriter Bashar Al Assad pada Minggu (8/12) lalu.

    HTS minta eks PM Suriah jadi pemimpin sementara

    Usai Presiden Assad digulingkan, milisi Suriah menunjuk mantan Perdana Menteri Mohammed Ghazi Al Jalali sebagai pemimpin sementara negara tersebut.

    Pemimpin milisi Hayat Tahrir al Sham (HTS), Abu Mohammed Al Julani, mengatakan Al Jalali akan menjadi pemimpin sementara Suriah sampai pemerintahan selesai menjalani transisi.

    Ia berujar Al Jalali bakal bertugas mengawasi operasional kementerian dan lembaga negara hingga badan-badan tersebut sepenuhnya diserahkan ke pemerintahan baru.

    Selama waktu itu, pasukan militer di Damaskus tidak boleh mendekati lembaga-lembaga negara dan tak boleh melepaskan tembakan di udara.

    (gas/dna/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • AS dan Inggris Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Hitam Organisasi yang Dulu Mereka Sebut ‘Teroris’ – Halaman all

    AS dan Inggris Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Hitam Organisasi yang Dulu Mereka Sebut ‘Teroris’ – Halaman all

    AS dan Inggris Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Hitam Organisasi yang Dulu Mereka Sebut ‘Teroris’

    TRIBUNNEWS.COM- Pejabat AS sedang mempertimbangkan untuk menghapus Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dari daftar teroris Amerika Serikat setelah cabang Negara Islam Irak (yang kemudian dikenal sebagai ISIS) membantu mencapai tujuan jangka panjang AS untuk menggulingkan pemerintah Suriah yang dipimpin oleh Presiden Bashar al-Assad, The Washington Post melaporkan pada tanggal 9 Desember.

    Hayat Tahrir al-Sham menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad pada hari Sabtu, mencapai tujuan jangka panjang kebijakan luar negeri AS.

    “Pejabat AS tengah berhubungan dengan semua kelompok yang terlibat dalam pertempuran di Suriah, termasuk kelompok utama yang menggulingkan Assad, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang pernah berafiliasi dengan Al-Qaeda dan masih masuk dalam daftar teroris AS,” tulis surat kabar itu.

    Seorang pejabat AS mengatakan kepada The Post bahwa pemerintah AS belum mengesampingkan kemungkinan mencabut sebutan teroris dari HTS untuk memungkinkan kontak dan kerja sama AS yang lebih dalam dengan kelompok tersebut.

    “Kita harus cerdas … dan juga sangat memperhatikan dan pragmatis terhadap realitas di lapangan,” kata pejabat tersebut.

     

     

     

     

     

    Pejabat AS lainnya mengatakan Gedung Putih tengah melakukan “penilaian waktu nyata” tentang HTS, yang menguasai Damaskus pada hari Sabtu setelah serangan kilat selama dua minggu yang dilancarkan dari bentengnya di Provinsi Idlib, barat laut Suriah.

    Pemerintah Inggris juga mempertimbangkan untuk menghapus HTS dari daftar kelompok teroris terlarang.

    Menteri Kabinet Pat McFadden mengatakan kepada BBC bahwa situasi di negara itu “sangat tidak menentu,” dan jika keadaannya stabil, setiap perubahan dalam larangan tersebut akan menjadi “keputusan yang relatif cepat.”

    HTS dilarang sebagai organisasi teror di Inggris setelah ditambahkan sebagai alias Al-Qaeda pada tahun 2017.

    McFadden menegaskan Inggris saat ini tidak dapat berkomunikasi dengan HTS.

    Kota-kota besar Suriah, Aleppo, Hama, Homs, dan Damaskus, jatuh ke tangan HTS setelah Presiden Assad memerintahkan penarikan tentara Suriah dari posisi yang mempertahankan masing-masing kota tersebut.

    “Jatuhnya rezim Assad memenuhi tujuan kebijakan luar negeri AS yang sudah lama, setelah Rusia dan Iran mendukung Assad di tengah upaya pemerintahan Obama untuk menggulingkannya,” tambah The Post .

    Mantan utusan khusus AS untuk Suriah mengatakan dalam sebuah  kutipan wawancara pada bulan Maret 2021 bahwa HTS merupakan “aset” bagi strategi AS di Suriah. 

    Duta Besar James Jeffrey mengatakan bahwa cabang Al-Qaeda adalah “pilihan yang paling tidak buruk dari berbagai pilihan di Idlib, dan Idlib adalah salah satu tempat terpenting di Suriah, yang merupakan salah satu tempat terpenting saat ini di Timur Tengah.”

    Saat itu, strategi AS adalah menggulingkan pemerintah Suriah melalui sanksi ekonomi yang menghukum , serupa dengan sanksi AS terhadap Irak yang menewaskan 500.000 anak selama tahun 1990-an.

    Pada hari Minggu, Wakil Presiden terpilih JD Vance menyatakan kekhawatirannya mengenai sifat militan HTS, yang sering disebut di media barat sebagai “pemberontak.”

    “Banyak dari ‘pemberontak’ adalah cabang ISIS,”  tulis Vance . “Kita bisa berharap mereka telah berubah. Waktu yang akan menjawabnya.”

    The Post menambahkan bahwa Presiden AS Joe Biden mengatakan dia berusaha memastikan bahwa Suriah tetap stabil semaksimal mungkin.

    Surat kabar itu mengklaim bahwa kekhawatiran utama pemerintahan Biden adalah ISIS dapat memanfaatkan situasi kacau untuk membangun kembali dirinya sebagai kekuatan utama di negara tersebut.

    Namun, AS telah mendukung ISIS di masa lalu, termasuk menyediakan senjata bagi organisasi tersebut untuk menaklukkan Mosul, kota terbesar kedua di Irak, pada bulan Juni 2014. ISIS melakukan genosida terhadap suku Yazidi di distrik Sinjar di dekatnya dua bulan kemudian, pada bulan Agustus, dengan bantuan dari pemimpin Kurdi Irak Masoud Barzani, sekutu dekat AS dan Israel.

    Awal musim panas ini, Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS membebaskan lebih dari seribu tahanan ISIS dari penjara pusat di Hasakeh di timur laut Suriah.

    Warga Irak di Irak bagian barat, termasuk kaum Yazidi di Sinjar dan warga Arab Sunni di Mosul, menyatakan kekhawatiran mereka atas tindakan SDF, karena khawatir kelompok teror itu akan kembali.

     

    SUMBER: THE CRADLE