Negara: Suriah

  • Beringas AS Bombardir ISIS di Suriah Usai 3 Warganya Tewas

    Beringas AS Bombardir ISIS di Suriah Usai 3 Warganya Tewas

    Jakarta

    Amerika Serikat (AS) membombardir lebih dari 70 target kelompok radikal Islamic State (ISIS) di wilayah Suriah. Gempuran pada Jumat (19/12) waktu itu untuk membalas serangan yang menewaskan tiga warga AS, termasuk dua tentara, di Suriah akhir pekan lalu.

    Seperti dilansir AFP, Sabtu (20/12/2025), Komando Pusat AS (CENTCOM) mengatakan bahwa sebagai respons, AS telah “menyerang lebih dari 70 target di berbagai lokasi di wilayah Suriah bagian tengah dengan jet tempur, helikopter serbu, dan artileri”.

    “Operasi tersebut menggunakan lebih dari 100 amunisi presisi yang menargetkan infrastruktur dan situs-situs senjata ISIS yang diketahui,” kata CENTCOM dalam pernyataannya.

    CENTCOM juga menambahkan bahwa AS dan pasukan sekutunya telah “melakukan 10 operasi di Suriah dan Irak yang mengakibatkan kematian atau penahanan 23 pelaku teroris” menyusul serangan di Palmyra. Tidak disebutkan lebih lanjut kelompok mana yang menjadi afiliasi para militan tersebut.

    Otoritas Washington mengatakan seorang pria bersenjata dari ISIS yang bertindak sendirian mendalangi serangan pada 13 Desember lalu di area Palmyra — rumah bagi reruntuhan kuno yang terdaftar di UNESCO dan pernah dikuasai para petempur ISIS — yang menewaskan dua tentara AS dan satu warga sipil AS.

    Warga-warga AS yang tewas dalam serangan Palmyra pada akhir pekan lalu terdiri atas dua sersan Garda Nasional Iowa, William Howard dan Edgar Torres Tovar, serta seorang warga sipil bernama Ayad Mansoor Sakat yang berasal dari Michigan dan bekerja sebagai penerjemah.

    Serangan yang menewaskan tiga warga AS itu merupakan insiden pertama sejak penggulingan penguasa lama Suriah, Bashar al-Assad, pada Desember tahun lalu. Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Suriah, Noureddine al-Baba, mengatakan pelakunya adalah anggota pasukan keamanan yang akan dipecat karena “ide-ide ekstremis Islamis-nya”.

    Para personel AS yang menjadi target serangan itu merupakan personel yang mendukung Operation Inherent Resolve, upaya internasional untuk memerangi ISIS, yang merebut sebagian besar wilayah Suriah dan Irak pada tahun 2014.

    Kelompok radikal itu telah dikalahkan oleh pasukan darat lokal, yang didukung serangan udara internasional dan dukungan lainnya, tetapi ISIS masih memiliki kehadiran di Suriah.

    Kementerian Luar Negeri Suriah, meskipun tidak secara langsung mengomentari serangan pada Jumat (19/12), mengatakan dalam sebuah postingan via media sosial X bahwa negaranya berkomitmen untuk memerangi ISIS.

    Ditegaskan juga oleh Kementerian Luar Negeri Suriah bahwa pihaknya “memastikan kelompok tersebut tidak memiliki tempat perlindungan yang aman di wilayah Suriah, dan akan terus mengintensifkan operasi militer terhadapnya di mana pun kelompok tersebut menimbulkan ancaman”.

    Peringatan Keras dari Trump

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan militer Washington telah melancarkan “pembalasan yang sangat serius” terhadap kelompok radikal Islamic State (ISIS) di Suriah, setelah serangan yang menewaskan tiga warga AS. Trump memperingatkan bahwa siapa pun yang menyerang atau mengancam AS, akan dihantam lebih keras.

    “Dengan ini saya mengumumkan bahwa Amerika Serikat melancarkan pembalasan yang sangat serius, seperti yang telah saya janjikan, terhadap para teroris pembunuh yang bertanggung jawab,” kata Trump dalam postingan Truth Social, seperti dilansir AFP, Sabtu (20/12/2025).

    “Kita menyerang dengan sangat kuat terhadap benteng-benteng ISIS di Suriah, tempat yang berlumuran darah dan memiliki banyak masalah, tetapi memiliki masa depan yang cerah jika ISIS dapat diberantas,” sebutnya.

    Lebih lanjut, Trump melontarkan peringatan terbaru bagi siapa pun, terutama para teroris, yang menyerang atau mengancam AS.

    “Semua teroris yang cukup jahat untuk menyerang warga Amerika dengan ini diperingatkan — ANDA AKAN DIHANTAM LEBIH KERAS DARIPADA YANG PERNAH ANDA ALAMI SEBELUMNYA JIKA ANDA, DENGAN CARA APA PUN, MENYERANG ATAU MENGANCAM AMERIKA SERIKAT,” tegasnya.

    5 Militan ISIS di Suriah Tewas Digempur AS

    Sedikitnya lima militan Islamic State (ISIS) tewas dalam gempuran militer AS di wilayah Suriah. Gempuran Washington itu merupakan balasan atas serangan akhir pekan lalu yang menewaskan tiga warga negaranya.

    Kepala kelompok pemantau Syrian Observatory for Human Rights, Rami Abdel Rahman, seperti dilansir AFP, Sabtu (20/12), melaporkan bahwa gempuran-gempuran AS itu memakan korban jiwa di wilayah Provinsi Deir Ezzor, Suriah bagian timur.

    “Setidaknya lima anggota kelompok Islamic State tewas,” sebut Rahman dalam pernyataan kepada AFP.

    Salah satu korban tewas, menurut Rahman, merupakan seorang pemimpin sel ISIS yang bertanggung jawab atas operasional drone di area tersebut.

    Seorang sumber keamanan Suriah mengatakan kepada AFP bahwa serangan-serangan AS menargetkan sel-sel ISIS di area gurun Badia yang luas, termasuk di Provinsi Homs, Deir Ezzor, dan Raqa. Disebutkan sumber keamanan tersebut bahwa serangan itu tidak mencakup operasi darat.

    Sebagian besar target serangan, menurut sumber tersebut, berada di area pegunungan yang membentang di sebelah utara Palmyra, termasuk menuju Deir Ezzor.

    Halaman 2 dari 3

    (kny/jbr)

  • Ahmed ‘Pahlawan Bondi’ Dihadiahi Rp41 Miliar! Dunia Patungan untuk Pria Muslim yang Hadang Penembakan Sydney

    Ahmed ‘Pahlawan Bondi’ Dihadiahi Rp41 Miliar! Dunia Patungan untuk Pria Muslim yang Hadang Penembakan Sydney

    GELORA.CO –  Keberanian seorang pria Muslim asal Suriah, Ahmed al-Ahmed.

    Dalam menghadang pelaku penembakan massal di Bondi Beach, Australia, kini berubah menjadi kisah yang mengguncang dunia.

    Tak hanya dipuji sebagai pahlawan nasional, Ahmed justru mendapat dukungan luar biasa dari masyarakat global lewat donasi yang menembus A$2,5 juta atau sekitar Rp41,7 miliar.

    Jumlah ini terkumpul hanya dalam beberapa hari dan membuat namanya viral di seluruh platform media sosial.

    Aksi heroik Ahmed terjadi saat penembakan brutal mengguncang kawasan Bondi pada 14 Desember 2025.

    Ketika banyak orang berlarian menyelamatkan diri, Ahmed justru berbuat sebaliknya.

    Ia berlari ke arah penyerang, menggunakan mobil sebagai perlindungan, lalu merebut senjata dari tangan pelaku.

    Upaya nekat itu membuatnya ditembak beberapa kali di tangan dan lengan, namun justru tindakan ini menghentikan laju pembantaian yang sedang berlangsung.

    Video ketika ia menjatuhkan pelaku dari belakang viral secara global.

    Mendorong masyarakat berbagai negara menyebutnya sebagai contoh nyata keberanian tanpa memandang agama atau latar belakang.

    Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, bahkan datang langsung ke rumah sakit untuk menyampaikan terima kasih, menyebut Ahmed sebagai “the best of humanity”.

    Tak lama setelah itu, sebuah halaman GoFundMe yang dibuat untuk membantu biaya pemulihan Ahmed langsung meledak.

    Masyarakat Australia, komunitas internasional, diaspora Suriah, hingga tokoh publik ikut memberikan dukungan.

    Reuters melaporkan, lebih dari 43 ribu donatur dari berbagai negara ikut menyumbang.

    Bahkan miliarder Amerika Serikat, Bill Ackman, tercatat sebagai salah satu penyumbang terbesar.

    Fenomena ini membuat sosok Ahmed tak hanya dikenal sebagai pahlawan lokal, tetapi juga simbol persatuan lintas agama.

    Sebab, serangan Bondi Beach terjadi saat acara perayaan Hanukkah komunitas Yahudi, dan Ahmed seorang Muslim justru mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan mereka.

    Narasi itu menjadi magnet besar bagi publik internasional yang menilai kisah Ahmed sebagai secercah kemanusiaan di tengah konflik global yang kian panas.

    Meski pujian datang dari berbagai penjuru, Ahmed juga sempat menerima komentar negatif dari sebagian kecil media sosial Timur Tengah.

    Mereka menyebutnya “pengkhianat” karena membantu korban Yahudi. Namun komentar tersebut tenggelam oleh gelombang dukungan internasional yang jauh lebih besar.

    Presiden, tokoh agama, akademisi, hingga komunitas kemanusiaan kompak menyebut Ahmed sebagai contoh keberanian universal.

    Di sela pemulihannya di rumah sakit, Ahmed disebut tak pernah mengira akan menerima hadiah sebesar itu.

    Menurut keluarganya, ia hanya melakukan apa yang menurutnya benar melihat banyak orang tak bersalah ditembaki.

    Para dokter melaporkan bahwa ia masih harus menjalani serangkaian operasi lanjutan untuk memulihkan saraf dan struktur lengan yang rusak akibat tembakan.

    Sementara itu, halaman crowdfunding terus menerima ucapan terima kasih dan doa dari warga dunia yang terinspirasi tindakannya.

    Banyak komentar menuliskan bahwa dana tersebut adalah “hadiah kecil” atas nyawa yang mungkin berhasil diselamatkan oleh Ahmed.

    Kisah ini membuat namanya semakin melejit di media internasional.

    Dari pedagang buah sederhana di Sydney, ia kini menjelma menjadi ikon keberanian yang tak memandang identitas.

    Membawa pesan kuat bahwa kemanusiaan tetap menjadi jembatan di tengah dunia yang terpecah.

    Hingga kini, publik Australia masih menanti kapan Ahmed kembali pulih sepenuhnya.

    Namun satu hal yang jelas keberaniannya telah mengubah hidupnya, menggugah dunia.

    Dan mencatatkan dirinya sebagai salah satu pahlawan sipil paling berpengaruh dalam sejarah modern Australia.***

  • Kongres AS Cabut Permanen Sanksi terhadap Suriah

    Kongres AS Cabut Permanen Sanksi terhadap Suriah

    Jakarta

    Kongres Amerika Serikat secara permanen mengakhiri sanksi-sanksi yang dikenakan pada Suriah di bawah pemimpin yang digulingkan, Bashar al-Assad. Langkah ini membuka jalan bagi kembalinya investasi ke negara yang dilanda perang tersebut.

    Presiden AS Donald Trump sebelumnya telah dua kali menangguhkan pelaksanaan sanksi tersebut. Namun, Presiden baru Suriah, Ahmed al-Sharya menginginkan pengakhiran sanksi secara permanen. Sebabnya, dia khawatir bahwa selama sanksi tersebut masih berlaku, hal itu akan menghambat bisnis di negara tersebut.

    Pada Rabu (17/12) waktu setempat, Senat meloloskan pencabutan Undang-Undang Caesar 2019 sebagai bagian dari paket pertahanan tahunan yang komprehensif. Senat memberikan suara 77 setuju banding 20 suara menolak untuk mendukung undang-undang tersebut, yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan diharapkan akan ditandatangani oleh Trump.

    Pencabutan undang-undang tersebut, yang didukung secara luas oleh para anggota parlemen dari kedua partai, “merupakan langkah penting untuk memberikan kesempatan nyata kepada rakyat Suriah untuk membangun kembali setelah puluhan tahun penderitaan yang tak terbayangkan,” kata Senator Jeanne Shaheen, pemimpin Partai Demokrat di Komite Hubungan Luar Negeri Senat.

    Damaskus menyambut keputusan tersebut sebagai titik balik.

    “Kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kami kepada Senat AS atas dukungannya kepada rakyat Suriah dan pemungutan suaranya untuk mencabut Undang-Undang Caesar,” kata Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shaibani.

    Ia menyebut langkah tersebut sebagai “perkembangan positif yang membuka cakrawala baru untuk kerja sama dan kemitraan antara negara kami dan dunia.”

    Undang-Undang Caesar, yang dinamai menurut nama seorang fotografer anonim yang mendokumentasikan kekejaman di penjara-penjara Assad, sangat membatasi investasi dan memutus akses Suriah dari sistem perbankan internasional.

    Undang-undang tersebut dimaksudkan untuk mencegah masuknya bisnis asing untuk membangun kembali Suriah pada saat Assad tampaknya telah menang, setelah lebih dari satu dekade perang saudara.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Total Warga 39 Negara Dilarang Trump Masuk AS Mulai Tahun Depan

    Total Warga 39 Negara Dilarang Trump Masuk AS Mulai Tahun Depan

    Jakarta

    Amerika Serikat (AS) memperluas batasan bagi warga negara asing masuk ke negaranya. Terbaru, Presiden AS Donald Trump melarang 7 warga negara asing masuk ke Paman Sam, sehingga total menjadi 39 negara.

    Dilansir Deutsche Welle (DW), aturan itu tertuang dalam deklarasi yang diteken oleh Donald Trump. Dalam dokumen yang ditandatangani pada Selasa (16/12) waktu setempat, AS membagi kategori pembatasan dalam bentuk larangan total dan sebagian.

    Warga Negara yang Dilarang Total Masuk AS

    Warga negara yang dilarang total masuk AS adalah warga dari Suriah, serta negara-negara Afrika seperti Burkina Faso, Mali, Niger, dan Sudan Selatan.

    Pemerintahan Trump juga sepenuhnya membatasi masuknya orang-orang yang menggunakan dokumen perjalanan yang diterbitkan oleh Otoritas Palestina.

    AS sebelumnya telah melarang keras pemegang paspor Otoritas Palestina untuk memperoleh dokumen perjalanan mengunjungi AS untuk keperluan bisnis, pekerjaan, wisata, atau pendidikan.

    Warga negara Sierra Leone dan Laos, yang sebelumnya dikenai pembatasan perjalanan parsial, kini sepenuhnya dilarang masuk ke AS.

    Warga negara Afganistan, Myanmar, Chad, Republik Kongo, Guinea Ekuatorial, Eritrea, Haiti, Iran, Libya, Somalia, Sudan, dan Yaman, sejak Juni 2025 telah dikenai larangan perjalanan penuh.

    Jika ditotal, ada 19 negara yang berada di bawah larangan perjalanan penuh, ditambah Otoritas Palestina.

    Larangan Secara Parsial

    Sebanyak 15 negara tambahan dimasukkan ke dalam daftar negara yang menghadapi pembatasan parsial, terutama dari kawasan Afrika sub-Sahara.

    Negara-negara Afrika tersebut adalah Angola, Benin, Pantai Gading, Gabon, Gambia, Malawi, Mauritania, Nigeria, Senegal, Tanzania, Zambia, dan Zimbabwe.

    Antigua dan Barbuda, Dominika, serta Tonga juga dikenai larangan parsial.

    Negara Burundi, Kuba, Togo, dan Venezuela tetap berada di bawah larangan perjalanan parsial yang sebelumnya telah diberlakukan sejak Juni 2025.

    Artinya, kini terdapat 19 negara yang berada di bawah larangan perjalanan parsial setelah AS pada Selasa (16/12) mencabut penangguhan parsial perjalanan bagi warga Turkmenistan.

    Siapa Saja Dibatasi Masuk ke AS?

    Pembatasan ini berlaku bagi orang-orang yang ingin mengunjungi AS, seperti turis, pelajar, dan pelaku perjalanan bisnis, hingga pihak yang ingin bermigrasi ke sana.

    Orang-orang yang telah memiliki visa, berstatus penduduk tetap sah di AS, atau memiliki kategori visa tertentu seperti diplomat atau atlet dikecualikan dari pembatasan ini.

    Pihak yang masuk ke AS dan dianggap melayani kepentingan AS juga dikecualikan dari pembatasan.

    Pemerintah AS menyatakan bahwa pembatasan terbaru ini akan mulai berlaku pada 1 Januari 2026.

    Alasan Trump Perketat Pembatasan

    Meskipun Donald Trump menjadikan pengetatan imigrasi sebagai salah satu pilar utama masa kepresidenannya, larangan perjalanan terbaru ini tampaknya dipengaruhi oleh sejumlah peristiwa baru-baru ini.

    Pemerintahan Trump pertama kali mengisyaratkan perluasan pembatasan perjalanan setelah penangkapan seorang warga negara Afganistan yang diduga terlibat dalam penembakan dua anggota Garda Nasional pada November 2025.

    Sejak penembakan tersebut, AS menghentikan seluruh keputusan terkait klaim suaka dan menangguhkan proses permohonan imigrasi dari 19 negara awal yang dikenai pembatasan perjalanan.

    Trump juga sempat mengancam akan melakukan aksi militer terhadap Nigeria pada awal November 2025. Dia mengklaim bahwa umat Kristen dianiaya di negara tersebut, tapi klaim ini kemudian dibantah oleh Nigeria.

    Terbaru, pada Sabtu (13/12), Trump bersumpah akan melakukan “pembalasan yang sangat serius” terhadap Suriah setelah dua tentara AS dan seorang penerjemah tewas akibat serangan yang diduga dilakukan oleh pelaku “ISIS”.

    Dalam pernyataannya, Gedung Putih mengaku sulit memverifikasi warga dari banyak negara yang terdampak pembatasan baru ini karena “korupsi yang meluas, dokumen sipil yang palsu atau tidak dapat diandalkan, hingga catatan kriminal”.

    Gedung Putih juga mengatakan bahwa beberapa negara memiliki tingkat pelanggaran izin tinggal yang tinggi atau menolak menerima kembali warga negaranya.

    Lihat juga Video ‘Imbas Tarif Trump, Perusahaan Teknologi AS Menuju Kebangkrutan’:

    Halaman 2 dari 2

    (lir/fas)

  • Trump Larang Warga dari 39 Negara Masuk AS Mulai 2026

    Trump Larang Warga dari 39 Negara Masuk AS Mulai 2026

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani sebuah deklarasi yang semakin membatasi masuknya warga negara asing ke kawasan Paman Sam.

    Dalam dokumen yang ditandatangani pada Selasa (16/12) waktu setempat, AS membagi kategori pembatasan dalam bentuk larangan total dan sebagian.

    Daftar negara yang dilarang total untuk masuk AS

    Suriah, serta negara-negara Afrika seperti Burkina Faso, Mali, Niger, dan Sudan Selatan kini dikenai larangan perjalanan total.

    Pemerintahan Trump juga sepenuhnya membatasi masuknya orang-orang yang menggunakan dokumen perjalanan yang diterbitkan oleh Otoritas Palestina.

    AS sebelumnya telah melarang keras pemegang paspor Otoritas Palestina untuk memperoleh dokumen perjalanan mengunjungi AS untuk keperluan bisnis, pekerjaan, wisata, atau pendidikan.

    Warga negara Sierra Leone dan Laos, yang sebelumnya dikenai pembatasan perjalanan parsial, kini sepenuhnya dilarang masuk ke AS.

    Warga negara Afganistan, Myanmar, Chad, Republik Kongo, Guinea Ekuatorial, Eritrea, Haiti, Iran, Libya, Somalia, Sudan, dan Yaman, sejak Juni 2025 telah dikenai larangan perjalanan penuh.

    Daftar negara yang dilarang secara parsial untuk masuk ke AS

    Sebanyak 15 negara tambahan dimasukkan ke dalam daftar negara yang menghadapi pembatasan parsial, terutama dari kawasan Afrika sub-Sahara.

    Negara-negara Afrika tersebut adalah Angola, Benin, Pantai Gading, Gabon, Gambia, Malawi, Mauritania, Nigeria, Senegal, Tanzania, Zambia, dan Zimbabwe.

    Antigua dan Barbuda, Dominika, serta Tonga juga dikenai larangan parsial.

    Negara Burundi, Kuba, Togo, dan Venezuela tetap berada di bawah larangan perjalanan parsial yang sebelumnya telah diberlakukan sejak Juni 2025.

    Artinya, kini terdapat 19 negara yang berada di bawah larangan perjalanan parsial setelah AS pada Selasa (16/12) mencabut penangguhan parsial perjalanan bagi warga Turkmenistan.

    Siapa saja yang dibatasi masuk ke AS?

    Pembatasan ini berlaku bagi orang-orang yang ingin mengunjungi AS, seperti turis, pelajar, dan pelaku perjalanan bisnis, hingga pihak yang ingin bermigrasi ke sana.

    Orang-orang yang telah memiliki visa, berstatus penduduk tetap sah di AS, atau memiliki kategori visa tertentu seperti diplomat atau atlet dikecualikan dari pembatasan ini.

    Pihak yang masuk ke AS dan dianggap melayani kepentingan AS juga dikecualikan dari pembatasan.

    Pemerintah AS menyatakan bahwa pembatasan terbaru ini akan mulai berlaku pada 1 Januari 2026.

    Alasan Trump perketat pembatasan perjalanan ke AS

    Meskipun Donald Trump menjadikan pengetatan imigrasi sebagai salah satu pilar utama masa kepresidenannya, larangan perjalanan terbaru ini tampaknya dipengaruhi oleh sejumlah peristiwa baru-baru ini.

    Pemerintahan Trump pertama kali mengisyaratkan perluasan pembatasan perjalanan setelah penangkapan seorang warga negara Afganistan yang diduga terlibat dalam penembakan dua anggota Garda Nasional pada November 2025.

    Sejak penembakan tersebut, AS menghentikan seluruh keputusan terkait klaim suaka dan menangguhkan proses permohonan imigrasi dari 19 negara awal yang dikenai pembatasan perjalanan.

    Trump juga sempat mengancam akan melakukan aksi militer terhadap Nigeria pada awal November 2025. Dia mengklaim bahwa umat Kristen dianiaya di negara tersebut, tapi klaim ini kemudian dibantah oleh Nigeria.

    Terbaru, pada Sabtu (13/12), Trump bersumpah akan melakukan “pembalasan yang sangat serius” terhadap Suriah setelah dua tentara AS dan seorang penerjemah tewas akibat serangan yang diduga dilakukan oleh pelaku “ISIS”.

    Dalam pernyataannya, Gedung Putih mengaku sulit memverifikasi warga dari banyak negara yang terdampak pembatasan baru ini karena “korupsi yang meluas, dokumen sipil yang palsu atau tidak dapat diandalkan, hingga catatan kriminal”.

    Gedung Putih juga mengatakan bahwa beberapa negara memiliki tingkat pelanggaran izin tinggal yang tinggi atau menolak menerima kembali warga negaranya.

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Muhammad Hanafi

    Editor: Prihardani Purba

    (ita/ita)

  • Trump Tambah 7 Negara di Daftar Larangan ke AS, Termasuk Suriah

    Trump Tambah 7 Negara di Daftar Larangan ke AS, Termasuk Suriah

    Jakarta

    Presiden Donald Trump menambah 7 negara masuk daftar larangan perjalanan ke Amerika Serikat (AS). Dari 7 negara baru ini, termasuk Suriah, serta pemegang paspor Otoritas Palestina.

    Dilansir AFP, Rabu (17/12/2025), Trump, yang sejak lama berkampanye untuk memperketat imigrasi dan kerap melontarkan retorika keras, kini mengambil langkah melarang masuk warga asing yang dinilai berpotensi mengancam keselamatan warga Amerika Serikat.

    Ia juga ingin mencegah warga asing di Amerika Serikat yang akan “merusak atau menggoyahkan budaya, pemerintahan, lembaga, atau prinsip-prinsip dasar negara,” kata sebuah pengumuman Gedung Putih.

    Langkah Trump ini terjadi beberapa hari setelah dua tentara AS dan seorang warga sipil tewas di Suriah, yang telah diupayakan Trump untuk direhabilitasi secara internasional sejak jatuhnya penguasa lama Bashar al-Assad.

    Otoritas Suriah mengatakan pelaku adalah anggota pasukan keamanan yang akan dipecat karena “ide-ide Islam ekstremis.”

    Pemerintahan Trump sebelumnya telah secara informal melarang perjalanan bagi pemegang paspor Otoritas Palestina sebagai bentuk solidaritas dengan Israel menentang pengakuan negara Palestina oleh negara-negara Barat terkemuka lainnya, termasuk Prancis dan Inggris.

    Negara-negara lain yang baru dikenai larangan perjalanan penuh berasal dari beberapa negara termiskin di Afrika-Burkina Faso, Mali, Niger, Sierra Leone, dan Sudan Selatan, serta Laos di Asia Tenggara.

    Dalam serangkaian tindakan baru, Gedung Putih mengatakan bahwa Trump juga memberlakukan pembatasan perjalanan sebagian terhadap warga negara Afrika lainnya, termasuk negara terpadat, Nigeria, serta negara-negara Karibia yang mayoritas penduduknya berkulit hitam.

    (eva/yld)

  • Ahmed Tak Pikirkan Nyawa Sendiri saat Rebut Senjata Penembak Bondi

    Ahmed Tak Pikirkan Nyawa Sendiri saat Rebut Senjata Penembak Bondi

    Canberra

    Seorang warga sipil Australia bernama Ahmed al Ahmed banjir pujian. Dengan keberaniannya, ia merebut senjata pelaku penembakan massal di Pantai Bondi.

    Ahmed, seperti dilansir Sydney Morning Herald, Selasa (16/12/2025), mengakui tidak menyesal telah menyergap pelaku penembakan dengan tangan kosong meskipun kini dia merasakan sakit yang luar biasa. Ahmed bahkan mengatakan akan melakukan hal yang sama meskipun diberondong peluru.

    Pernyataan terbaru Ahmed itu disampaikan melalui Sam Issa, seorang pengacara imigrasi yang mendampinginya. Issa datang mengunjungi Ahmed di Rumah Sakit St George di Kogarah, Sydney bagian selatan, pada Senin (15/12) malam waktu setempat.

    “Dia (Ahmed-red) tidak menyesali apa yang telah dilakukannya. Dia mengatakan akan melakukannya lagi. Tetapi rasa sakitnya mulai membebani dirinya,” kata Issa.

    “Dia sama sekali tidak sehat. Tubuhnya penuh luka tembak. Pahlawan kita sedang berjuang saat ini,” ucapnya menceritakan kondisi Ahmed di rumah sakit.

    Lima Luka Tembak

    Dituturkan Issa bahwa Ahmed menderita lima luka tembak yang tersebar di lengan kirinya, dengan satu peluru yang menembus hingga ke bagian belakang tulang belikat sebelah kiri belum berhasil dikeluarkan.

    Sebelumnya dilaporkan bahwa Ahmed terkena dua tembakan saat bergulat dengan pelaku untuk merebut senjatanya saat penembakan massal berlangsung di area Pantai Bondi pada Minggu (14/12) waktu setempat. Sedikitnya 15 orang tewas dan lebih dari 40 orang lainnya mengalami luka-luka.

    Saat Ahmed sedang dalam pemulihan dari operasi pertamanya di rumah sakit, Issa mengkhawatirkan kliennya akan kehilangan lengan kirinya. Dalam foto yang diambil di rumah sakit, terlihat lengan kiri Ahmed diperban sepenuhnya.

    Viral di media sosial aksi heroik seorang pria yang merebut senjata pelaku penembakan di Pantai Bondi, Sydney, Australia. Pria yang diketahui bernama Ahmed al Ahmed (43) ternyata merupakan pemilik toko buah.Ahmed terkena dua kali tembakan pada saat melakukan aksi heroik tersebut. Kini ia harus menjalani operasi karena luka tembak di bahu dan tangannya. Foto: Tangkapan Layar Video Viral

    “Kondisinya jauh lebih buruk dari yang diperkirakan. Ketika Anda membayangkan sebuah peluru di lengan, Anda tidak membayangkan cedera serius, tetapi dia telah kehilangan banyak darah,” tutur Issa.

    Sosok Ahmed

    Ahmed, yang seorang Muslim dan berasal dari Suriah, tiba di Australia pada tahun 2006. Dia mendapatkan status kewarganegaraan Australia pada tahun 2022, dengan Issa menyebut Ahmed berjuang keras untuk bisa memperoleh kewarganegaraan Australia setelah melarikan diri dari perang sipil di Suriah.

    Di Sydney, Ahmed yang berusia 44 tahun ini menjadi pemilik toko tembakau. Dia juga seorang ayah dari dua anak perempuan yang berusia 5 tahun dan 6 tahun.

    Dituturkan Issa bahwa Ahmed merasa “berhutang budi” kepada masyarakat Australia setelah dia berhasil mendapatkan status kewarganegaraannya.

    “Ahmed adalah seorang pria yang rendah hati, dia tidak tertarik pada pemberitaan, dia hanya melakukan apa yang harus dia lakukan sebagai manusia pada hari itu,” kata Issa dalam penuturannya.

    “Dia merasa bersyukur karena berada di Australia. Ini adalah caranya untuk menyampaikan rasa terima kasihnya karena bisa tinggal di Australia, karena telah diberikan kewarganegaraan,” sebutnya.

    “Dia benar-benar menghargai masyarakat ini, dan dia merasa bahwa sebagai anggota masyarakat, dia harus bertindak seperti itu dan berkontribusi,” ucap Issa.

    Dijenguk PM Australia

    Perdana Menteri (PM) Australia, Anthony Albanese menjenguk Ahmed di runah sakit. Usai menjenguk Ahmed, Anthony Albanese menyebut pria asal Suriah itu sebagai “pahlawan sejati Australia”.

    Ahmed juga disebutnya “mewakili yang terbaik dari negara kita”.

    “Dia sangat rendah hati. Dia merenungkan proses berpikirnya saat melihat kekejaman itu terjadi. Dia pergi ke Bondi bersama teman dan kerabatnya,”ungkap perdana menteri.

    “Dia hanya ingin minum kopi, sesederhana itu, dan mendapati dirinya berada di saat orang-orang ditembak di depannya. Dia memutuskan untuk bertindak, dan keberaniannya adalah inspirasi bagi semua warga Australia.”

    Menurutnya, ibu dan ayah Ahmed sudah tiba di Australia setelah melakukan perjalanan dari Suriah.

    “Saya juga dapat bertemu mereka. Mereka adalah orang tua yang sangat bangga.” Di saat kita menyaksikan kejahatan terjadi, dia bersinar sebagai contoh kekuatan kemanusiaan,” tandas Anthony Albanese.

    Tonton juga video “Ahmed Tak Menyesal Taklukan Penembak Bondi: Insyaallah akan Berlalu”

    Halaman 2 dari 4

    (isa/isa)

  • Kisah Assad Hidup Mewah di Rusia Usai Kabur dari Suriah

    Kisah Assad Hidup Mewah di Rusia Usai Kabur dari Suriah

    Moskow

    Mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan keluarganya kini hidup tenang dalam kemewahan di Moskow, Rusia. Assad, yang berkuasa sekitar 24 tahun di Suriah, kini kembali ke profesi lama sebagai dokter mata.

    Kehidupan Assad dan keluarganya setelah kabur dari Suriah itu, seperti dilansir Al-Arabiya, Selasa (16/12/2025), dilaporkan oleh media terkemuka Inggris, The Guardian, yang mengutip sumber-sumber dekat keluarga Assad. Assad telah menjalani pelatihan sebagai dokter mata di London, Inggris, sebelum mengambil alih peran ayahnya sebagai Presiden Suriah sejak tahun 2000.

    Dia dan keluarganya melarikan diri dari Suriah pada awal Desember 2024 lalu. Saat itu, pasukan oposisi bergerak maju ke Damaskus dari berbagai arah.

    Menurut laporan The Guardian, Assad dikawal oleh pasukan Rusia ke pangkalan udara Khmeimim di pantai Suriah dan diterbangkan ke luar negeri. Selama menjabat, Assad memang dekat dengan Rusia.

    Mengutip sumber yang dekat dengan keluarga mantan pemimpin Suriah itu, The Guardian menyebut Assad melanjutkan studi kedokteran selama berada dalam pengasingan. Assad juga disebut sedang mempelajari bahasa Rusia.

    “Dia sedang mempelajari bahasa Rusia dan kembali mengasah kemampuan oftalmologinya. Itu adalah hobinya, dia jelas tidak membutuhkan uang. Bahkan sebelum perang di Suriah dimulai, dia secara teratur mempraktikkan oftalmologinya di Damaskus,” sebut sumber tersebut.

    Keluarga Assad diyakini tinggal di Rublyovka, distrik elite di sebelah barat Moskow yang menjadi tempat tinggal para tokoh politik senior dan pengusaha kaya. Menurut laporan The Guardian, sebagian besar kekayaan keluarga Assad telah dipindahkan ke Rusia setelah sanksi-sanksi Barat diberlakukan pada tahun 2011 menyusul penindakan keras Assad terhadap unjuk rasa antipemerintah saat itu.

    Meskipun memiliki keamanan finansial, Assad dan keluarganya dilaporkan sebagian besar terisolasi dan berada di bawah pengawasan ketat otoritas Rusia.

    “Kehidupannya sangat tenang. Dia hampir tidak memiliki kontak dengan dunia luar,” tutur seorang teman keluarga Assad.

    Laporan The Guardian juga menyebut Assad dicegah untuk berkomunikasi dengan para mantan pejabat senior rezimnya. Assad diyakini hanya berhubungan dengan segelintir mantan ajudan istana kepresidenannya, termasuk Mansour Azzam dan Yassar Ibrahim.

    Seorang sumber yang dekat dengan Kremlin mengatakan Assad tidak lagi relevan secara politik bagi kepemimpinan Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin disebut tak peduli dengan tokoh yang telah kehilangan kekuasaan.

    “Putin memiliki sedikit kesabaran terhadap para pemimpin yang kehilangan kendali atas kekuasaan, dan Assad tidak lagi dipandang sebagai tokoh berpengaruh atau bahkan tamu yang menarik untuk diundang makan malam,” sebut sumber tersebut.

    Kondisi Suriah Setahun Setelah Assad Tumbang

    Dilansir DW, 8 Desember 2025 menandakan genap setahun sejak rezim Assad tumbang. Kekuasaan dinasi Alawi itu tumbang setelah selama lebih dari 50 tahun menguasai Suriah.

    Dinasti Alawi berkuasa dimulai oleh Hafez al-Assad sejak 1971 dan dilanjutkan putranya, Bashar, pada tahun 2000. Kekuasaan lalim dinasti Assad berakhir perlahan, dimulai dari gerakan Musim Semi Arab pada 2011 yang kemudian berkembang menjadi perang saudara brutal hampir 14 tahun.

    Kejatuhan Assad terjadi pada 8 Desember 2024 melalui serangan kilat kelompok milisi oposisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang nyaris tanpa perlawanan berarti. Assad dikabarkan melarikan diri ke Moskow melalui pangkalan militer Rusia.

    Pada Januari 2025, pemimpin HTS Ahmad al-Sharaa, yang sempat menghuni daftar teror Amerika Serikat, ditunjuk sebagai presiden sementara Suriah. Setahun berlalu, berbagai perubahan terjadi, tetapi tantangan besar masih membayangi seisi negeri.

    Saat ini, tidak ada lagi serangan udara militer Rusia atau pengeboman terhadap fasilitas kesehatan, yang dulu menjadi simbol kekejaman pasukan pemerintah Assad. Namun, laporan Dewan Keamanan PBB pada November menyebut Suriah masih menghadapi ‘lanskap keamanan yang terfragmentasi’.

    Ibu kota Damaskus dikabarkan relatif tenang dan tingkat kekerasan dilaporkan menurun tajam dan mencapai titik terendah pada pertengahan November. Meski demikian, bentrokan masih terjadi antara pasukan pemerintah yang baru dan kelompok lain di berbagai wilayah, termasuk kelompok Kurdi dan Druze.

    Sisa-sisa pendukung Assad juga masih beroperasi secara sembunyi-sembunyi, sementara kelompok ekstremis Negara Islam (ISIS) memanfaatkan celah keamanan untuk memperluas jejaringnya. Badan Suaka Uni Eropa mencatat, otoritas baru Suriah belum sepenuhnya menguasai seluruh wilayah negeri. Insiden pelanggaran hukum, kriminalitas, dan aksi balas dendam masih sering dilaporkan.

    Suriah juga menggelar pemilu parlemen yang relatif lebih bebas awal tahun ini, meskipun belum dilakukan secara langsung dan masih melalui mekanisme majelis pemilih. Al-Sharaa akan tetap menjabat presiden sementara hingga konstitusi baru disahkan.

    Penyusunan konstitusi tengah berlangsung disertai dialog nasional. Namun, perbedaan pandangan antara pemerintah sementara dan berbagai kelompok masyarakat masih tajam.

    Kondisi itu dikhawatirkan akan membuat konsolidasi kekuasaan berpusat di tangan al-Sharaa. Analis menilai masih terlalu dini membicarakan demokrasi di negeri yang masih dipenuhi konflik tersebut.

    Meski demikian, kemunculan institusi-institusi baru dipandang sebagai langkah awal bagi Suriah untuk kembali ke arena politik elektoral, dengan risiko masa depan yang masih terbuka antara demokratisasi atau kembalinya otoritarianisme. Perubahan paling mencolok terlihat dalam diplomasi luar negeri.

    Kantor-kantor perwakilan di seluruh dunia kembali dibuka, dan pejabat tinggi kembali aktif melakukan kunjungan internasional. Al-Sharaa, yang sebelumnya masuk daftar sanksi dan pernah diburu dengan hadiah jutaan dolar, kini bebas berpidato di depan Majelis Umum PBB dan menjadi pemimpin Suriah pertama yang mengunjungi Gedung Putih sejak 1946.

    Suriah juga menjalin komunikasi dengan seluruh anggota tetap Dewan Keamanan PBB, termasuk Rusia dan China. Namun, operasi militer Israel di wilayah Suriah masih menjadi sumber ketegangan utama yang menurut PBB mengancam transisi politik dan keamanan rapuh negara tersebut.

    Sekitar 2,9 juta warga Suriah yang sempat kabur saat perang sipil juga tercatat telah kembali. Akan tetapi, kebanyakan pengungsi itu akan menemui kehancuran di kampung halaman mereka. Hampir semua permukiman penduduk mengalami kerusakan infrastruktur, dengan sekolah dan rumah sakit yang tak berfungsi, atau maraknya sengketa kepemilikan lahan.

    Lebih dari separuh jaringan air dan sebagian besar jaringan listrik nasional rusak atau tidak beroperasi. Biaya rekonstruksi diperkirakan mencapai 250-400 miliar dolar AS. Meski ada tanda-tanda pemulihan, seperti renovasi ratusan sekolah dan penambahan aliran listrik di beberapa wilayah, dampaknya belum merata.

    Secara ekonomi, sekitar seperempat warga Suriah masih hidup dalam kemiskinan ekstrem. Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sekitar 1 persen pada 2025 ditopang pencabutan sanksi era Assad dan investasi dari negara-negara Teluk. Namun, dampak nyata bagi kehidupan sehari-hari warga dinilai masih belum terasa.

    Lihat juga Video ‘Presiden Suriah Serukan Perdamaian di Tengah Bentrokan Maut’:

    Halaman 2 dari 5

    (haf/haf)

  • Jenguk ke RS, PM Australia Sebut Ahmed al Ahmed Pahlawan Sejati

    Jenguk ke RS, PM Australia Sebut Ahmed al Ahmed Pahlawan Sejati

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Australia, Anthony Albanese menemui Ahmed al Ahmed, pria yang merebut senjata dari pelaku penembakan di Pantai Bondi, Australia. Dia menyebut pria pemilik kios buah itu sebagai “pahlawan sejati Australia”.

    Ahmed kini dirawat di sebuah rumah sakit setelah menjalani operasi akibat luka tembak di lengan dan tangannya.

    Usai menjenguk Ahmed, Anthony Albanese menyebut pria asal Suriah itu sebagai “pahlawan sejati Australia”.

    Ahmed juga disebutnya “mewakili yang terbaik dari negara kita”.

    “Dia sangat rendah hati. Dia merenungkan proses berpikirnya saat melihat kekejaman itu terjadi. Dia pergi ke Bondi bersama teman dan kerabatnya,”ungkap perdana menteri.

    “Dia hanya ingin minum kopi, sesederhana itu, dan mendapati dirinya berada di saat orang-orang ditembak di depannya. Dia memutuskan untuk bertindak, dan keberaniannya adalah inspirasi bagi semua warga Australia.”

    Menurutnya, ibu dan ayah Ahmed sudah tiba di Australia setelah melakukan perjalanan dari Suriah.

    Apa yang dilakukan Ahmed al Ahmed?

    Dalam video yang beredar, Ahmed terlihat bersembunyi di balik sebuah mobil yang diparkir, lalu melompat keluar ke arah penyerang dan menjatuhkannya.

    Dia berhasil merebut senjata api dari tangan penyerang, mendorongnya ke tanah, lalu mengarahkan senjata tersebut ke pelaku.

    Penyerang kemudian mulai mundur kembali ke arah jembatan.

    Ahmed lalu menurunkan senjata itu dan mengangkat satu tangan ke udara, seolah menunjukkan kepada polisi bahwa ia bukan salah satu pelaku penembakan.

    Penyerang yang sama kemudian terlihat kembali berada di jembatan, mengambil senjata lain dan kembali melepaskan tembakan.

    Siapa Ahmed al Ahmed?

    Ahmed adalah seorang pemilik toko buah dan ayah dari dua anak.

    Dia dilaporkan masih dirawat di rumah sakit karena luka-luka.

    Ia telah menjalani operasi akibat luka tembak di lengan dan tangannya, kata keluarganya kepada 7News Australia.

    Sepupu Ahmed, Mustafa, mengatakan kepada 7News Australia pada Minggu malam: “Dia pahlawan, 100% dia pahlawan. Dia terkena dua tembakan, satu di lengannya dan satu di tangannya.”

    AFP via Getty ImagesPara pelayat berkumpul di sekitar karangan bunga di Paviliun Bondi, Sydney, Selasa (16/12), untuk mengenang para korban penembakan di Pantai Bondi.

    Dalam perkembangan terbaru, Senin (15/12) dini hari, Mustafa berkata: “Saya berharap dia akan baik-baik saja.”

    “Saya menjenguknya tadi malam. Dia dalam kondisi cukup baik, tapi kami masih menunggu keterangan dari dokter.”

    Apa perkembangan terbaru penyelidikan?

    Kepolisian Australia mengkonfirmasi bahwa para pelaku penembakan mematikan di Pantai Bondi pada Minggu (14/12) telah melakukan perjalanan ke Filipina pada November 2025..

    “Alasan mengapa mereka pergi, tujuan mereka, dan ke mana mereka pergi selama berada di sana, sedang diselidiki saat ini,” kata Komisaris Polisi New South Wales, Mal Lanyon.

    Sebelumnya, dilaporkan bahwa para pelaku penembakanyang diidentifikasi oleh media lokal sebagai Sajid Akram, 50, dan putranya Naveed, 24pergi ke Filipina untuk menerima “pelatihan bergaya militer”.

    Lanyon juga mengatakan dua bendera kelompok ISIS “buatan sendiri” dan alat peledak improvisasi (IED) ditemukan di dalam kendaraan yang digunakan oleh para pelaku.

    Keterangan ini muncul setelah Perdana Menteri (PM) Australia, Anthony Albanese, mengatakan serangan itu tampaknya “dimotivasi oleh ideologi ISIS”.

    15 orang meninggal ketika dua pelaku penembakan menargetkan orang-orang Yahudi yang menghadiri acara Hanukkah.

    Para korban meninggal termasuk seorang gadis berusia 10 tahun, seorang rabi kelahiran Inggris, seorang pensiunan petugas polisi, dan seorang penyintas Holokos.

    Sebelumnya, dua pria bersenjata yang menewaskan 15 orang di Pantai Bondi, Sydney, pada Minggu (14/12) telah diidentifikasi oleh media lokal sebagai Sajid Akram, 50 tahun, dan putranya, Naveed, 24 tahun.

    Polisi sebelumnya telah mengkonfirmasi bahwa para pelaku adalah ayah dan anak.

    Pria yang lebih tua meninggal di tempat kejadian, sementara putranya dalam kondisi kritis di rumah sakit.

    Kedua pria tersebut dilaporkan telah menyatakan kesetiaan kepada kelompok Negara Islam atau ISIS.

    Kepolisian New South Wales, Australia, mengatakan 15 orang, termasuk seorang gadis berusia 10 tahun, tewas dalam penembakan di Pantai Bondi pada Minggu (14/12).

    Serangan itu terjadi saat acara sedang berlangsung untuk menandai dimulainya Festival Hanukkah.

    Polisi mengatakan mereka memperlakukan kasus penembakan ini sebagai insiden teror.

    Kedua pelaku penembakan adalah ayah dan anaknya, ungkap polisi.

    Pria terduga pelaku berusia 50 tahun meninggal di tempat kejadian.

    Adapun anaknya yang berusia 24 tahun masih dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis.

    Perdana Menteri (PM) Australia, Anthony Albanese menyebut serangan itu sebagai “tindakan kejahatan murni” yang “dengan sengaja menargetkan” komunitas Yahudi.

    Siapa pelaku penembakan di Pantai Bondi?

    Para pelaku penembakan yang menargetkan komunitas Yahudi di acara Hanukkah di Pantai Bondi adalah ayah dan anaknya, kata para pejabat Australia.

    Lima belas orangtermasuk seorang gadis berusia 10 tahuntewas dalam serangan itu, yang oleh Perdana Menteri (PM) Australia, Anthony Albanese disebut sebagai “tindakan antisemitisme… [dan] terorisme di pantai kita”.

    Pelaku penembakan yang lebih tua, 50 tahun, meninggal setelah ditembak mati oleh polisi.

    Adapun anaknya, pria yang berusia 24 tahun, dalam kondisi kritis.

    Penembakan massal di Australia sangat jarang terjadi, dan serangan di Bondi adalah insiden paling mematikan di negara itu sejak pembantaian Port Arthur pada 1996.

    Ketika itu 35 orang tewas oleh seorang penembak tunggal.

    Polisi telah menyatakan insiden tersebut sebagai serangan teroris.

    BBCLokasi penembakan di Bondi Beach, Australia.

    Pihak berwenang Australia belum mengungkap lebih jauh soal identitas dan motif kedua pelaku, selain menyatakan bahwa mereka adalah ayah dan anak.

    Sang anak lahir dan besar di Australia, sementara ayahnya tiba di Australia pada 1998 dengan visa pelajar, kata Menteri Dalam Negeri Tony Burke.

    Burke menyebut, visa sang ayah kemudian dialihkan menjadi visa pasangan pada 2001, dan selanjutnya mendapatkan izin tetap permanen.

    Perdana Menteri Anthony Albanese menyebut sang anak yang berusia 24 tahun, sempat “diperiksa berdasarkan dugaan keterkaitannya dengan pihak lain.”

    Albanese tak memerinci “pihak lain” tersebut, seraya menambahkan bahwa pemeriksaan itu berlangsung pada Oktober 2019.

    “Hasil penilaian menyimpulkan tidak ada indikasi ancaman berkelanjutan atau risiko keterlibatannya dalam tindakan kekerasan.”

    Kedua pelaku disebut tinggal di Bonnyrigg, sebuah wilayah di barat daya Sydney yang berjarak sekitar satu jam perjalanan darat dari Pantai Bondi.

    Mereka tinggal di sebuah rumah bata satu lantai dengan pagar berwarna krem di bagian depan halaman.

    Alamat tersebut tercatat sebagai tempat tinggal ayah dan anak itu, tapi kedua pelaku kemudian berpindah ke sebuah properti sewaan jangka pendek di Campsie.

    Polisi meyakini di lokasi itulah serangan tersebut dipersiapkan.

    Di Bonnyrigg, para tetangga mengaku terkejut.

    “Anak perempuan saya berteriak, ‘Bu, lihat ke luar,’ lalu saya melihat banyak polisi, banyak mobil, sirene, dan pengeras suara yang memanggil mereka untuk keluar,” kata Lemanatua Fatu, yang tinggal di seberang rumah pelaku.

    “Lalu saya melihat beritanya saya pikir, ya, ampun, tidak mungkin itu mereka,” ujar Fatu.

    Ia pun mengaku sering melihat pelaku yang lebih muda membuang sampah.

    “Kami tinggal di sini seperti orang-orang biasa, ini lingkungan yang baik,” pungkas Fatu.

    Apa yang diketahui sejauh ini?

    Sekitar pukul 18:47 waktu setempat, Kepolisian New South Wales, Australia, menerima laporan bahwa terjadi penembakan di Archer Park, Pantai Bondi.

    Tak lama kemudian, polisi mengeluarkan pernyataan, yang isinya mendesak siapa pun yang berada di tempat kejadian agar berlindung.

    Warga juga diminta menghindari daerah tersebut.

    Video yang telah diverifikasi merekam ratusan orang meninggalkan pantai tersebut.

    Mereka berteriak dan terlihat berlari saat terdengar rentetan tembakan.

    Rekaman yang diverifikasi oleh BBC memperlihatkan dua penembak melepaskan tembakan dari sebuah jembatan kecil yang melintasi dari tempat parkir di Campbell Parade menuju Pantai Bondi.

    Video terpisah yang diverifikasi oleh BBC menunjukkan seorang saksi mata menangkap salah satu pelaku bersenjata, sebelum merebut senjatanya dan mengarahkannya kepada pelaku.

    Pelaku bersenjata itu kemudian mundur ke arah jembatan, dari mana penyerang lain menembak.

    Saksi mata tersebut kemudian diidentifikasi sebagai Ahmed al Ahmed, pemilik toko buah dan ayah dari dua anak.

    Keluarganya mengatakan kepada 7News Australia bahwa ia masih dirawat di rumah sakit setelah menjalani operasi akibat luka tembak di lengan dan tangannya.

    Ia digambarkan oleh Perdana Menteri New South Wales, Chris Minns, sebagai “pahlawan sejati”.

    “Saya tidak ragu bahwa banyak sekali orang yang selamat malam ini berkat keberaniannya,” kata Minns dalam konferensi pers.

    Dalam rekaman yang sama, seorang pria lainyang tampaknya terlukaterlihat melarikan diri dari tempat kejadian, saat polisi tiba dan mulai menembak ke arah para pelaku bersenjata.

    Video terverifikasi lainnya menunjukkan beberapa petugas polisi di jembatan yang sama.

    Salah satu petugas tampak memberikan upaya pertolongan pertama kepada seorang pria yang tergeletak, sementara seseorang berteriak “dia mati, dia mati”.

    Siapa Ahmed al Ahmed?

    Ahmed adalah seorang pemilik toko buah dan ayah dari dua anak.

    Dia dilaporkan masih dirawat di rumah sakit karena luka-luka.

    Ia telah menjalani operasi akibat luka tembak di lengan dan tangannya, kata keluarganya kepada 7News Australia.

    Sepupu Ahmed, Mustafa, mengatakan kepada 7News Australia pada Minggu malam: “Dia pahlawan, 100% dia pahlawan. Dia terkena dua tembakan, satu di lengannya dan satu di tangannya.”

    Dalam perkembangan terbaru pada Senin (15/12) dini hari, Mustafa berkata: “Saya berharap dia akan baik-baik saja.”

    “Saya menjenguknya tadi malam. Dia dalam kondisi cukup baik, tapi kami masih menunggu keterangan dari dokter.”

    Apa yang dilakukan Ahmed al Ahmed?

    Dalam video yang beredar, Ahmed terlihat bersembunyi di balik sebuah mobil yang diparkir, lalu melompat keluar ke arah penyerang dan menjatuhkannya.

    Ia berhasil merebut senjata api dari tangan penyerang, mendorongnya ke tanah, lalu mengarahkan senjata tersebut ke pelaku.

    Penyerang kemudian mulai mundur kembali ke arah jembatan.

    Ahmed lalu menurunkan senjata itu dan mengangkat satu tangan ke udara, seolah menunjukkan kepada polisi bahwa ia bukan salah satu pelaku penembakan.

    Penyerang yang sama kemudian terlihat kembali berada di jembatan, mengambil senjata lain dan kembali melepaskan tembakan.

    Seorang pria bersenjata lainnya juga terus menembak dari arah jembatan.

    Belum jelas siapa atau apa yang menjadi sasaran tembakan mereka.

    Paling banyak dibaca:

    Seorang perempuan dibawa petugas kesehatan, sementara dua polisi berjaga di lokasi penembakan. (AFP via Getty Images)

    Siapa saja korban tewas? Mulai rabi, penyintas holocaust, hingga bocah 10 tahun

    Seorang gadis berusia 10 tahun termasuk di antara 15 orang yang tewas dalam penembakan tersebut, menurut Kepolisian New South Wales.

    Usia para korban berkisar antara 10 hingga 87 tahun. Tidak ada detail lebih lanjut yang diberikan.

    Keluarga Rabbi Eli Schlanger, 41 tahun, kelahiran Inggris, telah memberi tahu BBC bahwa ia termasuk di antara yang tewas.

    Sepupu Schlanger, Rabbi Zalman Lewis, mengatakan bahwa ia “ceria, energik, penuh semangat, dan orang yang sangat ramah dan suka membantu orang lain”.

    “Dia benar-benar mencintai orang lain. Saya pikir itulah cara saya ingin mengingatnya,” ujarnya kepada program BBC Breakfast.

    Lewis mengatakan sepupunya baru-baru ini juga membuka sebuah pusat komunitas di Sydney bersama ayah mertuanya “untuk membantu orang lain, untuk menyebarkan kasih,” sebuah upaya yang disebutnya sangat ia banggakan.

    Ia menambahkan bahwa interaksi terakhirnya dengan sang sepupu adalah saat mengucapkan selamat atas kelahiran putra pertama Schlanger pada Oktober lalu.

    “Jika Eli masih bersama kami hari ini, dia akan mengatakan kepada orang-orang: ‘lakukan perbuatan baik, doakan para korban, doakan keluarga mereka,’” tambah Lewis.

    Media Israelmengutip Kementerian Luar Negeri Israelmelaporkan bahwa seorang warga negara Israel juga tewas.

    Warga negara Prancis, Dan Elkayam, juga telah diidentifikasi sebagai korban serangan tersebut.

    AFP via Getty ImagesSeorang perempuan membawa bayinya di kawasan Bondi Beach usai penembakan terjadi, dengan garis polisi yang sudah dibentangkan di lokasi kejadian.

    Dalam sebuah penghormatan yang dibagikan kepada X, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Nol Barrot mengatakan bahwa ia berduka bersama keluarga dan orang-orang terkasih Elkayam, komunitas Yahudi, dan warga Australia yang berduka.

    Menteri Kesehatan New South Wales, Ryan Park, mengatakan kepada ABC News pada Senin (15/12) bahwa beberapa orang “mengalami luka kritis, beberapa luka serius”.

    Park juga mengatakan empat anak dipindahkan ke Rumah Sakit Anak Sydney. Tidak jelas apakah anak yang meninggal termasuk dalam jumlah ini.

    Dua petugas polisi ditembak dan terluka selama insiden tersebut, menurut polisi.

    Mereka dilaporkan pada Minggu (14/12) dalam kondisi “mendekati kritis”.

    Ada pula Alex Kleytman, seorang penyintas holocaust yang ikut tewas dalam penembakan tersebut.

    Ia menghadiri acara itu bersama anak-anak dan cucu-cucunya, demikian laporan Chabad.

    Seorang anak berusia 10 tahun juga disebut polisi termasuk di antara para korban.

    Atas permintaan keluarga, sang bocah meminta untuk diidentifikasi sebagai Matilda.

    Dalam sebuah penggalangan dana untuk keluarganya, guru Matilda menggambarkannya sebagai “anak yang cerdas, ceria, dan penuh semangat, yang membawa cahaya bagi semua orang di sekitarnya.”

    Korban lainnya adalah Peter Meagher, mantan polisi dan relawan klub rugby setempat. Ia bekerja sebagai fotografer lepas dalam acara Hanukkah tersebut, menurut keterangan Randwick Rugby Club.

    Salah satu pelaku kantongi izin senjata untuk berburu

    Polisi mengatakan para pelaku penembakan adalah ayah dan anak berusia 50 dan 24 tahun, kata Komisaris Polisi New South Wales, Mal Lanyon, dalam konferensi pers pada Senin pagi.

    Pria berusia 50 tahun itu adalah pemegang izin senjata api.

    Dia dikaitkan dengan enam senjata api, yang semuanya diyakini telah digunakan dalam serangan di Pantai Bondi, kata Lanyon.

    Mal Lanyon, menambahkan bahwa pelaku penembakan di Pantai Bondi yang berusia 50 tahun mengantongi “lisensi kategori AB” sehingga “memberikan hak kepadanya untuk memiliki senjata laras panjang yang ia bawa.”

    “Terkait izin kepemilikan senjata api, registri senjata api melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap seluruh permohonan untuk memastikan seseorang layak dan patut memegang izin senjata api,” ujar Lanyon.

    Merujuk situs Servis NSW, kelayakan senjata untuk berburu di negara bagian itu bergantung pada lahan tempat berburu, jenis hewan yang akan diburu, dan alasan berburu.

    Salah satu alasan berburu yang diakui adalah untuk ‘rekreasi atau konsumsi pribadi’, demikian pernyataan Service NSW.

    Bagaimana perkembangan terbaru?

    Polisi telah menyatakan penembakan pada Minggu (14/12) sebagai serangan teror.

    Sejak Minggu malam hingga Senin, zona larangan masuk didirikan di sekitar lokasi kejadian.

    Polisi menggunakan peralatan khusus untuk memeriksa alat peledak improvisasi (IED) yang ditemukan di dalam mobil yang terkait dengan salah satu pelaku penembakan.

    Polisi juga meminta masyarakat untuk menghindari area tersebut.

    Dalam pidato yang disiarkan televisi, Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese menyebut penembakan itu sebagai “tindakan antisemitisme yang jahat”.

    Presiden Israel, Isaac Herzog menyebut penembakan itu sebagai “serangan yang sangat kejam terhadap orang Yahudi”.

    Adapun Raja Charlesyang merupakan kepala negara di negara Persemakmuran mengatakan dia “terkejut dan sedih atas serangan teroris antisemitisme yang paling mengerikan”.

    Pemerintah Australia akan perketat aturan senjata api

    Perdana Menteri Anthony Albanese mengatakan bahwa “perlunya undang-undang senjata api yang lebih ketat,” selepas insiden di Pantai Bondi.

    Pembahasan itu, disebut Albanese akan masuk dalam agenda rapat kabinet nasional yang dijadwalkan berlangsung pukul 16.00 waktu setempat.

    “Sore ini, pukul empat, saya akan mengajukan agenda kepada kabinet nasional mengenai pengetatan undang-undang senjata api, termasuk pembatasan jumlah senjata yang dapat digunakan atau dilisensikan untuk individu, serta peninjauan ulang izin dalam jangka waktu tertentu,” kata Albanese kepada media.

    “Keadaan seseorang bisa berubah. Seseorang juga bisa mengalami radikalisasi seiring waktu. Izin tidak seharusnya berlaku seumur hidup,” ujarnya.

    Getty ImagesPerdana Menteri Anthony Albanese (kiri) berbicara soal penembakan Pantai Bondi di kantor parlemen Australia pada 14 Desember 2025.

    Australia selama ini kerap mengklaim sebagai negara yang aman, dengan salah satu undang-undang senjata api paling ketat di dunia.

    Setelah pembantaian Port Arthur pada 1996, ketika 35 orang tewas di negara bagian Tasmania, pemerintah segera melakukan perubahan besar dan krusial terkait kepemilikan senjata api oleh warga sipil, khususnya senjata otomatis.

    Berdasarkan Firearms Act 1996, seseorang “tidak boleh memiliki atau menggunakan senjata api, senjata api terlarang, atau pistol kecuali jika orang tersebut diberi kewenangan melalui izin atau lisensi.”

    Seluruh pemilik senjata api yang memegang izin atau lisensi wajib terdaftar, demikian pernyataan Kepolisian dan Pemerintah New South Wales (NSW) di situs resmi mereka mengenai perolehan senjata api dan amunisi.

    Seorang lelaki komunitas Yahudi memegang kepala, dengan latar dua orang anggota polisi. (AFP via Getty Images)

    Apa itu Hanukkah?

    Hanukkah, atau Chanukah dalam bahasa Ibrani, sering disebut sebagai festival cahaya Yahudi.

    Tanggal Hanukkah berubah setiap tahun, tetapi selalu jatuh pada November atau Desember dan berlangsung selama delapan hari.

    Sebuah acara untuk menandai hari pertama perayaan tersebut sedang berlangsung di Pantai Bondi pada saat penembakan terjadi.

    Sebuah pamflet digital untuk acara tersebut, yang bernama Chanuka by the Sea 2025, menunjukkan bahwa acara tersebut dijadwalkan berlangsung di dekat taman bermain anak-anak di pantai mulai pukul 17:00 waktu setempat (06:00 GMT) pada Minggu.

    Diselenggarakan oleh pusat Yahudi Chabad of Bondi, acara tersebut direncanakan akan menampilkan hiburan langsung dan kegiatan “untuk semua usia”.

    Sekitar 1.000 orang dilaporkan hadir di acara tersebut.

    Berita ini akan diperbarui secara berkala.

    (ita/ita)

  • Ahmed Tak Pikirkan Nyawa Sendiri saat Rebut Senjata Penembak Bondi

    Rebut Senjata Penembak Bondi, Ahmed Tak Menyesal Meski Diberondong Peluru

    Sydney

    Ahmed al Ahmed, seorang warga sipil Australia yang menuai pujian global karena merebut senjata pelaku penembakan massal di Pantai Bondi, sedang dalam pemulihan di rumah sakit setelah menjalani operasi untuk mengeluarkan peluru-peluru dari tubuhnya.

    Ahmed, seperti dilansir Sydney Morning Herald, Selasa (16/12/2025), mengakui tidak menyesal telah menyergap pelaku penembakan dengan tangan kosong meskipun kini dia merasakan sakit yang luar biasa. Ahmed bahkan mengatakan akan melakukan hal yang sama meskipun diberondong peluru.

    Pernyataan terbaru Ahmed itu disampaikan melalui Sam Issa, seorang pengacara imigrasi yang mendampinginya. Issa datang mengunjungi Ahmed di Rumah Sakit St George di Kogarah, Sydney bagian selatan, pada Senin (15/12) malam waktu setempat.

    “Dia (Ahmed-red) tidak menyesali apa yang telah dilakukannya. Dia mengatakan akan melakukannya lagi. Tetapi rasa sakitnya mulai membebani dirinya,” kata Issa.

    “Dia sama sekali tidak sehat. Tubuhnya penuh luka tembak. Pahlawan kita sedang berjuang saat ini,” ucapnya menceritakan kondisi Ahmed di rumah sakit.

    Dituturkan Issa bahwa Ahmed menderita lima luka tembak yang tersebar di lengan kirinya, dengan satu peluru yang menembus hingga ke bagian belakang tulang belikat sebelah kiri belum berhasil dikeluarkan.

    Sebelumnya dilaporkan bahwa Ahmed terkena dua tembakan saat bergulat dengan pelaku untuk merebut senjatanya saat penembakan massal berlangsung di area Pantai Bondi pada Minggu (14/12) waktu setempat. Sedikitnya 15 orang tewas dan lebih dari 40 orang lainnya mengalami luka-luka.

    Saat Ahmed sedang dalam pemulihan dari operasi pertamanya di rumah sakit, Issa mengkhawatirkan kliennya akan kehilangan lengan kirinya. Dalam foto yang diambil di rumah sakit, terlihat lengan kiri Ahmed diperban sepenuhnya.

    “Kondisinya jauh lebih buruk dari yang diperkirakan. Ketika Anda membayangkan sebuah peluru di lengan, Anda tidak membayangkan cedera serius, tetapi dia telah kehilangan banyak darah,” tutur Issa.

    Kondisi Ahmed di rumah sakit setelah menjalani operasi untuk mengeluarkan peluru dari tubuhnya Foto: AFP PHOTO/NSW Premier’s Department/HANDOUT

    Ahmed, yang seorang Muslim dan berasal dari Suriah, tiba di Australia pada tahun 2006. Dia mendapatkan status kewarganegaraan Australia pada tahun 2022, dengan Issa menyebut Ahmed berjuang keras untuk bisa memperoleh kewarganegaraan Australia setelah melarikan diri dari perang sipil di Suriah.

    Di Sydney, Ahmed yang berusia 44 tahun ini menjadi pemilik toko tembakau. Dia juga seorang ayah dari dua anak perempuan yang berusia 5 tahun dan 6 tahun.

    Dituturkan Issa bahwa Ahmed merasa “berhutang budi” kepada masyarakat Australia setelah dia berhasil mendapatkan status kewarganegaraannya.

    “Ahmed adalah seorang pria yang rendah hati, dia tidak tertarik pada pemberitaan, dia hanya melakukan apa yang harus dia lakukan sebagai manusia pada hari itu,” kata Issa dalam penuturannya.

    “Dia merasa bersyukur karena berada di Australia. Ini adalah caranya untuk menyampaikan rasa terima kasihnya karena bisa tinggal di Australia, karena telah diberikan kewarganegaraan,” sebutnya.

    “Dia benar-benar menghargai masyarakat ini, dan dia merasa bahwa sebagai anggota masyarakat, dia harus bertindak seperti itu dan berkontribusi,” ucap Issa.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/dhn)