Negara: Sri Lanka

  • Kereta ‘Ratu Samudera’, Pengingat Dahsyat Tsunami 2004 dari Sri Lanka

    Kereta ‘Ratu Samudera’, Pengingat Dahsyat Tsunami 2004 dari Sri Lanka

    Jakarta, CNN Indonesia

    Sejumlah warga Sri Lanka memperingati tragedi besar bencana tsunami dua dekade silam di Peraliya, Sri Lanka, Kamis (26/12).

    Tepat di daratan yang pernah diempas ombak tsunami, kereta berjalan lambat pada Kamis, menandai momen peringatan tsunami paling mematikan di negara itu.

    Gelombang tsunami pernah ‘mengamuk’ dan mengempaskan kereta tersebut.

    Kereta Ocean Queen Exrpess Sri Lanka menjadi simbol peringatan bencana alam terbesar di negara Asia Selatan itu pada 26 Desember 2004 silam.

    Bencana itu pula yang meluluhlantakan Aceh dan sejumlah wilayah di Thailand.

    Di Sri Lanka, sekitar seribu orang tewas akibat bencana tsunami tersebut. Sebagian merupakan para korban yang berada di kereta Ocean Queen Exrpess Sri Lanka.

    Para warga dan penumpang saat itu mencoba menaiki atap kereta untuk menghindar dari terjangan gelombang pertama tsunami yang menyapu daratan.

    Namun malang tak dapat ditolak, gelombang tsunami kedua yang jauh besar menghantam kereta tersebut sehingga keluar dari jalur.

    Kereta terseret ombak besar itu bahkan hingga sejauh 100 meter dari garis pantai. Ratusan orang dalam kereta pun tewas dan sedikit yang selamat.

    Warga naik kereta Ratu Laut yang jadi simbol peringatan dahsya tsunami 2004. (Photo by Ishara S. KODIKARA / AFP)

    Setiap tahun bertepatan 26 Desember, Ocean Queen selalu jalan perlahan dan berhenti sejenak di lokasi bencana tersebut di Peraliya. Mereka memperingati bencana mematikan terbesar di Sri Lanka.

    Peringatan juga digelar tiap tahun di desa Peraliya, untuk mengenang mereka yang meninggal dunia akibat bencana tsunami terbesar.

    Warga Peraliya, Tekla Jitsu, bahkan enggan mengingat kenangan pilu ketika ia kehilangan anaknya yang baru dua tahun akibat terjangan tsunami 20 tahun silam.

    “Bagi saya, ini semua membawa saya kembali ke kenangan yang amat berat. Saya tidak mau berpikir dan membahas itu. Amat menyakitkan,” ujarnya seperti dikutip dari VoA.

    “Sejumlah monumen tidak akan membawa mereka (para korban meninggal) kembali lagi,” ia menuturkan.

    Para penyintas dan keluarga korban biasanya menaiki kereta Ocean Queen di Kolombo sebelum kereta melaju ke selatan dengan bendera nasional berkibar di bagian depan kereta. Kereta kemudian melambat dan berhenti sejenak sesampainya di Peraliya.

    Para penduduk desa pun keluar dan jalur kereta ditutup, serta beberapa saat kemudian hening.

    Para pelayat kemudian meletakkan bunga dan menyalakan dupa di tugu peringatan tsunami di tepi pantai untuk mengenang 1.270 orang yang tewas dalam bencana alam itu.

    Mereka semua dimakamkan secara massal dengan upacara keagamaan Islam, Buddha, Hindu, dan Kristen.

    Salah satu penduduk, UA Kulawathi, mengenang masa-masa memilukan ketika ia kehilangan putrinya akibat terjangan tsunami.

    “Saya mulai berlari menjauh dari pantai ketika saya melihat gelombang pertama. Air mencapai atap dan orang-orang memanjat atap untuk menyelamatkan diri,” ujar Kulawathi.

    (bac/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Peringatan Serentak 20 Tahun Tsunami 2004 di Berbagai Negara Asia

    Peringatan Serentak 20 Tahun Tsunami 2004 di Berbagai Negara Asia

    Jakarta, CNN Indonesia

    Warga Asia secara serentak mengenang 220.000 orang yang meninggal dunia 20 tahun lalu ketika tsunami menghancurkan wilayah pesisir di sekitar Samudera Hindia. Salah satu bencana alam paling dahsyat dalam sejarah manusia itu juga termasuk mengguncang wilayah Indonesia.

    Gempa bumi berkekuatan 9,1 di ujung barat Indonesia pada tanggal 26 Desember 2004 menimbulkan serangkaian gelombang setinggi 30 meter (98 kaki) yang menghantam garis pantai 14 negara dari Indonesia hingga, India, Thailand, dan Somalia.

    Di Provinsi Aceh, Indonesia, di mana lebih dari 100.000 orang tewas, warga mengenang sirene yang berbunyi di Masjid Agung Baiturrahman untuk memulai serangkaian peringatan tsunami.

    “Saya pikir itu adalah hari kiamat,” kenang Hasnawati, seorang guru berusia 54 tahun saat diwawancara AFP di sebuah masjid di Indonesia yang rusak akibat tsunami, Kamis (26/12).

    “Pada suatu Minggu pagi saat kami sekeluarga sedang tertawa bersama, tiba-tiba terjadi bencana dan semuanya musnah. Saya tidak bisa menggambarkannya dengan kata-kata,” tambahnya.

    Di kuburan massal Siron di Aceh, tempat sekitar 46.000 orang dimakamkan, para kerabat tampak membacakan doa. Salah satunya, Khyanisa, seorang ibu rumah tangga Indonesia berusia 59 tahun yang kehilangan ibu dan putrinya.

    “Saya terus menyebut nama Tuhan. Ada saat di mana saya menyadari mereka telah pergi. Saya merasakan dada saya sakit, saya menjerit,” ungkap Khyanisa.

    Sementara di Thailand, di mana setengah dari 5.000 orang yang tewas adalah wisatawan asing, peringatan dua dekade tsunami dimulai sejak dini di Ban Nam Khem. Desa yang paling parah terkena dampaknya.

    Kerabat yang menangis meletakkan bunga dan karangan bunga di dinding melengkung berbentuk gelombang tsunami dengan plakat bertuliskan nama korban. Napaporn Pakawan (55), kehilangan kakak perempuan dan keponakannya dalam tragedi tersebut.

    “Saya merasa cemas. Saya datang ke sini setiap tahun,” katanya kepada AFP.

    “Waktu berlalu tetapi waktu berjalan lambat dalam pikiran kita.”

    Setelah upacara antaragama, Francesca Ermini, 55, seorang penyintas asal Italia, berterima kasih kepada para sukarelawan karena telah menyelamatkan nyawanya.

    “Saya pikir kita semua (yang selamat), ketika memikirkan Anda, membuat kami merasa sangat penuh harapan,” katanya.

    Sementara di Sri Lanka, di mana lebih dari 35.000 orang tewas, para penyintas dan kerabat berkumpul untuk mengenang sekitar 1.000 korban yang meninggal ketika gelombang menggelincirkan kereta api.

    Para pelayat menaiki Ocean Queen Express yang telah dipugar dan menuju ke Peraliya — tempat persisnya kereta tersebut ‘dicabut’ dari relnya, sekitar 90 kilometer (56 mil) selatan Kolombo.

    Sebuah upacara keagamaan singkat diadakan dengan keluarga korban meninggal di sana. Sementara upacara agama Budha, Hindu, Kristen dan Muslim juga diselenggarakan untuk memperingati para korban di seluruh negara kepulauan Asia Selatan.

    Hampir 300 orang tewas hingga Somalia, serta lebih dari 100 orang di Maladewa dan puluhan orang di Malaysia dan Myanmar.

    Dorothy Wilkinson, seorang wanita Inggris berusia 56 tahun yang kehilangan pasangannya dan orang tuanya akibat tsunami di Thailand, mengatakan peringatan tersebut adalah saat untuk mengenang mereka yang meninggal.

    “Saya senang bisa datang… sedikit sedih. Ini merayakan hidup mereka,” pungkas Wilkinson.

    (tim/DAL)

    [Gambas:Video CNN]

  • Peringatan 20 Tahun Tsunami Aceh: Bagaimana Tsunami Bisa Terjadi?

    Peringatan 20 Tahun Tsunami Aceh: Bagaimana Tsunami Bisa Terjadi?

    Banda Aceh

    20 tahun lalu, tepatnya pada 26 Desember 2004, salah satu gempa bumi terbesar yang pernah tercatat menggelegar di lepas pantai barat Sumatera.

    Dengan kekuatan 9,1 skala Richter, gempa tersebut menciptakan tsunami besar yang menyapu pesisir Provinsi Aceh di Indonesia dan berbagai negara di sekitar Samudra Hindia.

    Tsunami tersebut, yang di Indonesia disebut sebagai Tsunami Aceh, menewaskan hampir 230.000 orang di 14 negara, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.

    Di antara mereka terdapat 9.000 wisatawan asing dari berbagai negara.

    Namun, data Tsunami Evaluation Coalition menunjukkan bahwa sedikitnya 275.000 orang tewas. Jumlah itu belum termasuk korban yang tercatat hilang.

    Gelombang mematikan

    BBC

    Sejumlah penyintas bahkan menyaksikan pantai mengering sejauh ratusan meter sehingga mereka bisa melihat dasar laut.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Kurang dari 30 menit setelah gempa bumi, gelombang tsunami mulai menghantam pantai Sumatera bagian utara dan Kepulauan Nicobar di India.

    Dalam waktu dua jam, gelombang tersebut mencapai India Selatan, Sri Lanka, dan Thailand.

    Kemudian dalam waktu tujuh jam, gelombang tsunami menghantam Tanduk Afrika.

    Dampak ekonomi dari bencana tersebut diperkirakan hampir mencapai US$10 miliar (sekitar Rp16,1 triliun).

    Tsunami menghancurkan Desa Kuede Teunom di Provinsi Aceh pada 2004 lalu (PA Media)

    Dampak tsunami dan perubahannya 20 tahun kemudian

    Di bawah ini adalah sejumlah foto yang menggambarkan kerusakan akibat gempa dan tsunami pada 2004 dan perubahan lanskap yang terjadi pada 2024 di beberapa negara terdampak, termasuk Indonesia, Thailand, Sri Lanka dan India.

    BBC

    BBC

    BBC

    BBC

    Apa itu tsunami?

    Tsunami adalah kata dalam bahasa Jepang yang berasal dari kata tsu yang berarti pelabuhan dan nami yang berarti gelombang.

    Tsunami terbentuk ketika energi gempa bumi secara vertikal menggeser dasar laut sejauh beberapa meter sehingga memindahkan ratusan kilometer kubik air.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa menggambarkan tsunami sebagai “gelombang yang sering kali tampak seperti dinding air dan dapat menyerang garis pantai serta berbahaya selama berjam-jam.”

    BBC

    Gelombang pertama mungkin tidak selalu menjadi yang terbesar.

    Pada tsunami Samudra Hindia tahun 2004, gelombang terbesar adalah gelombang kedua.

    Sedangkan pada tsunami Alaska tahun 1964, gelombang terbesar adalah gelombang keempat.

    Tsunami dapat dihasilkan oleh gempa bumi, tanah longsor, atau letusan gunung berapi.

    Peringatan tsunami

    Rakyat Jepang adalah yang pertama menghubungkan tsunami dengan aktivitas gempa sejak 1896.

    Hal itu terjadi setelah tsunami Sanriku, yang menewaskan lebih dari 22.000 orang.

    Pada 1923, sebelum negara mana pun memiliki kemampuan untuk mengeluarkan peringatan tsunami, Thomas Jaggar, seorang seismolog dan pendiri Hawaiian Volcano Observatory, adalah ilmuwan pertama yang menyebutkan kemungkinan tsunami setelah gempa bumi Kamchatka di Rusia timur.

    Pada 1941, organisasi peringatan dini tsunami pertama di dunia didirikan di Sendai, Jepang.

    Chennai, yang terletak 200km dari pusat gempa, juga terdampak gelombang tsunami pada 2004 lalu (Getty)

    Pusat Peringatan Tsunami pertama milik pemerintah AS didirikan pada 1949 di Observatorium Geomagnetik Honolulu. Pusat tersebut kemudian menjadi bagian penting dari Pusat Peringatan Tsunami Pasifik.

    Namun, pada 2004 lalu, negara-negara di kawasan Samudra Hindia tidak memiliki sistem peringatan maupun mekanisme untuk memperingatkan dan mengevakuasi penduduk pesisir yang rentan.

    Sistem Peringatan dan Mitigasi Tsunami Samudra Hindia baru dibentuk pada 2005 dengan partisipasi 28 negara. Sistem itu kemudian beroperasi pada 2011.

    Banyak negara di kawasan ini juga menerapkan sistem peringatan tsunami masing-masing.

    Lihat juga Video ‘Kisah Pilu Korban Tsunami Aceh Berharap Anaknya Kembali’:

    (nvc/nvc)

  • Peringatan Serentak 20 Tahun Tsunami 2004 di Berbagai Negara Asia

    Mengenang Tragedi 20 Tahun Tsunami Aceh di Berbagai Negara

    Jakarta, CNN Indonesia
    Gempa di Aceh 2024 memicu tsunami di sejumlah negara di kawasan pesisir Samudra Hindia, dari mulai Thailand, India hingga Sri Lanka.

    Bagikan:

    url telah tercopy

  • Peringatan 20 Tahun Tsunami Aceh Ditandai Raungan Sirene

    Peringatan 20 Tahun Tsunami Aceh Ditandai Raungan Sirene

    Jakarta

    Upacara dimulai di seluruh Asia pada Kamis pagi (26/12) untuk memperingati 220.000 orang yang meninggal dua puluh tahun lalu, ketika gelombang tsunami yang dipicu gempa dahsyat berkekuatan 9,1 Skala Richter di Aceh menghancurkan wilayah pesisir di sekitar Samudera Hindia yang menjadikannya salah satu bencana alam terburuk dalam sejarah umat manusia.

    Di Provinsi Aceh, Indonesia, di mana lebih dari 100.000 orang tewas, sirene berbunyi selama tiga menit di Masjid Agung Baiturrahman tepat jam 8 pagi waktu setempat, diikuti dengan salat berjamaah untuk memulai serangkaian peringatan yang dijadwalkan di wilayah itu.

    Suara sirine serentak terdengar di seluruh kota. Ketika sirene berbunyi, kendaraan yang melintas di semua persimpangan berhenti. Polisi berjaga-jaga hingga suara sirene berakhir. Di beberapa lokasi, suara sirene berasal dari mobil polisi lalu lintas.

    “Saya pikir itu hari kiamat,” kata Hasnawati, seorang guru berusia 54 tahun mengenang bencana dahsyat 20 tahun silam itu.

    “Pada hari Minggu pagi saat kami sekeluarga sedang tertawa bersama, tiba-tiba terjadi bencana dan semuanya musnah. Saya tidak bisa menggambarkannya dengan kata-kata.”

    Totalnya sebanyak 226.408 orang tewas akibat tsunami tersebut, menurut EM-DAT, pusat data bencana global yang diakui. Hari itu tidak ada peringatan akan datangnya tsunami, sehingga hanya ada sedikit waktu untuk evakuasi, meskipun ada jeda waktu berjam-jam antara gelombang yang menghantam benua yang berbeda.

    Saat bencana itu itu melanda, belum ada jaringan stasiun peringatan dini tsunami di banyak tempat. Setelah tsunami Aceh, sejumlah negara termasuk Indonesia membangun jejaring peringatan dini.

    Banyak jenazah masih belum dikenali di Thailand

    Tsunami merenggut nyawa lebih dari 8.000 orang di Thailand, termasuk banyak orang yang masih hilang, meninggalkan bekas luka yang mendalam dalam sejarah negara tersebut. Hampir 400 jenazah masih belum diklaim oleh keluarganya.

    Para pelayat menitikkan air mata dan saling menghibur saat mereka meletakkan bunga di peringatan tsunami Phang Nga. Sekitar 300 orang mengikuti upacara sederhana bersama dengan umat Islam, Kristen, dan Buddha.

    Urai Sirisuk mengatakan, dia menghindari taman peringatan di tepi pantai sepanjang tahun ini, karena kehilangan putrinya yang berusia 4 tahun masih sangat terasa setiap kali dia teringat akan hal itu.

    “Saya merasa laut telah mengambil anak saya. Saya sangat marah. Saya bahkan tidak bisa menginjakkan kaki saya di air,” katanya.

    “Saya masih mendengar suaranya di telinga saya, bahwa dia memanggil saya. Saya tidak bisa meninggalkannya. Jadi saya harus berada di sini, demi anak saya.”

    Sekitar 35 ribu orang tewas di Sri Lanka

    Di Sri Lanka, di mana lebih dari 35.000 orang tewas, para penyintas dan kerabatnya berkumpul untuk mengenang sekitar 1.000 korban yang meninggal ketika gelombang tsunami dahsyat menghantam kereta api penumpang hingga keluar dari relnya.

    Para pelayat menaiki Ocean Queen Express yang telah dipugar dan menuju ke Peraliya — lokasi persisnya kereta tersebut keluar dari relnya dan terguling, sekitar 90 kilometer selatan Kolombo.

    Upacara keagamaan singkat diadakan bersama dengan keluarga korban. Upacara Budha, Hindu, Kristen, dan Islam juga diselenggarakan untuk memperingati para korban di seluruh negara kepulauan Asia Selatan.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    hp/as (afp, ap, Reuters)

    Lihat Video ‘Kisah Pilu Korban Tsunami Aceh Berharap Anaknya Kembali’:

    (nvc/nvc)

  • Sirene Berbunyi Tandai Peringatan 20 Tahun Tsunami Aceh

    Sirene Berbunyi Tandai Peringatan 20 Tahun Tsunami Aceh

    Jakarta, CNN Indonesia

    Suara sirene peringatan tsunami berbunyi di Banda Aceh, Aceh, pada Kamis (26/12) pagi sebagai tanda resmi peringatan 20 tahun tsunami dahsyat dari Samudera Hindia pada 2004.

    Diberitakan AFP, peringatan resmi itu dimulai di Masjid Raya Banda Aceh berupa menyalakan sirene peringatan selama tiga menit, dimulai pada pukul 07.58 WIB, waktu yang sama saat tsunami 2004 menghantam Aceh.

    AFP menyebut peringatan tersebut berlangsung emosional. Setelah sirene peringatan berbunyi, masyarakat yang berkumpul melanjutkan dengan doa bersama sebagai awal dari berbagai peringatan yang digelar di banyak lokasi provinsi itu.

    Para korban yang selamat dan keluarga korban meninggal dan hilang juga mendatangi pemakaman massal korban tsunami Aceh. Mereka mengenang momen mengerikan yang terjadi 20 tahun lalu dan merenggut harta, benda, dan kerabat mereka.

    “Saya pikir itu kiamat,” kata Hasnawati, seorang guru berusia 54 tahun, saat mengunjungi masjid yang rusak karena tsunami.

    “Minggu pagi itu kami sekeluaga, semua tertawa bersama, tiba-tiba bencana melanda dan semuanya lenyap. Saya tidak dapat menggambarkannya dengan kata-kata,”

    AFP melaporkan peringatan 20 tahun tsunami Samudera Hindia juga digelar melalui sejumlah upacara keagamaan di Sri Lanka, India, dan Thailand, beberapa negara yang ikut menjadi korban tsunami 2004.

    Pada 26 Desember 2004, gempa bumi berkekuatan 9,1 skala Richter pecah di ujung barat Sumatera yang menghasilkan serangkaian gelombang besar di Samudera Hindia dan menghantam pesisir pantai 14 negara, dari Indonesia hingga Somalia.

    Gelombang itu bahkan mencapai ketinggian 30 meter, menyapu nyaris bersih pemukiman, penduduk, hingga wisatawan yang sedang merayakan momen libur natal dan akhir pekan sekaligus.

    Gelombang dari dasar laut itu melaju dengan kecepatan dua kali lebih cepat dari kereta cepat, melintasi seluruh bagian Samudera Hindia hanya dalam beberapa jam.

    Tsunami tersebut menerjang tanpa didahului peringatan tsunami. Namun meskipun sebagian negara memiliki teknologi tersebut dan berfungsi, jeda waktu untuk menyelamatkan diri sangatlah sempit.

    Tercatat, sebanyak 226.408 orang meninggal dunia akibat tsunami tersebut di seluruh negara. Indonesia menjadi negara paling terdampak, yakni setidaknya 160 ribu orang meninggal dunia. Kala itu, Aceh tak memiliki sistem peringatan dini.

    “Saya berharap kita tidak akan pernah mengalaminya lagi,” kata Nilawati yang kini berusia 60 tahun. “Rasanya seperti baru terjadi kemarin. Setiap kali saya mengingatnya, rasanya seperti semua darah mengalir keluar dari tubuh saya.”

    “Anak-anak, istri, ayah, ibu, semua saudara saya hanyut,” kata Baharuddin Zainun, seorang nelayan 70 tahun yang selamat dari bencana. “Tragedi yang sama juga dirasakan oleh orang lain. Kami merasakan hal yang sama.”

    Di Sri Lanka, korban jiwa akibat tsunami mencapai 35 ribu orang. Sementara itu, para korban selamat dan keluarga berkumpul untuk mengenang 1.000 orang meninggal saat tsunami menghantam kereta yang tengah melaju kala itu.

    Upacara keagamaan singkat diadakan bersama keluarga korban di sana. Sementara upacara Buddha, Hindu, Kristen, dan Muslim juga diselenggarakan untuk mengenang para korban di seluruh negara pulau Asia Selatan itu.

    Sementara itu di Thailand, acara peringatan tidak resmi diperkirakan akan menyertai upacara peringatan pemerintah. Tsunami 2004 menelan 5.000 korban jiwa di negara itu, dengan lebih dari separuhnya adalah wisatawan asing.

    Sebuah hotel di provinsi Phang Nga mengadakan pameran tsunami, pemutaran film dokumenter, dan pengenalan kesiapsiagaan bencana dan langkah-langkah ketahanan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga kemanusiaan.

    Hampir 300 orang tewas di tempat yang jauh seperti Somalia, serta lebih dari 100 orang di Maladewa dan puluhan di Malaysia dan Myanmar.

    (AFP/end)

    [Gambas:Video CNN]

  • 20 Tahun Tsunami Aceh dan Ancaman Nyata Megathrust di Indonesia

    20 Tahun Tsunami Aceh dan Ancaman Nyata Megathrust di Indonesia

    Jakarta, CNN Indonesia

    Hari ini, 26 Desember, genap 20 tahun sejak gelombang tsunami dahsyat meluluhlantakkan Aceh. Ancaman bencana serupa terulang di Indonesia pun masih menghantui sampai sekarang.

    Tsunami Aceh pada 2004 masih menjadi pembahasan, mulai dari ketinggian gelombang air, gempa besar yang menjadi penanda, hingga total kerusakan ribuan jiwa.

    Gelombang tsunami dahsyat itu meratakan sebagian wilayah pesisir Aceh, terjadi hanya dalam waktu 30 menit, dengan ketinggian hingga 30 meter dan kecepatan mencapai 100 meter per detik atau 360 kilometer per jam. Akibatnya, ratusan ribu orang meninggal dunia dalam bencana tersebut.

    Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wisyanto kemudian mengkaji lebih dalam bencana ini. Ia kemudian menuliskannya dalam jurnal berjudul ‘Tsunami Aceh 2004 Sebagai Dasar Penataan Ruang Kota Meulaboh’ beberapa waktu lalu.

    Dalam jurnal tersebut, ia mengutip laporan Survei Geologi AS (USGS) yang menjelaskan bahwa tsunami Aceh kala itu diawali dengan gempa tektonik pada 26 Desember 2004. Gempa tercatat mengguncang tanah Serambi Mekah pada pukul 07.59 WIB, berpusat di titik 3.316 derajat N, 95,84 derajat E dengan kekuatan M9,1.

    Gempa tersebut memicu gelombang tsunami dahsyat yang menyapu daratan Aceh. Tak hanya dirasakan di Indonesia, gempa itu bahkan terasa hingga Sri Lanka, India, Bangladesh, Thailand, Maladewa, Malaysia, dan Somalia.

    Gempa disebabkan pergerakan lempeng Bumi di bawah Pulau Sumatera, termasuk provinsi Aceh. Namun, disebutkan ada tiga zona yang dapat menyebabkan gempa kuat di wilayah itu.

    Dalam jurnal berjudul ‘Melihat Potensi Gempabumi dan Tsunami Aceh’ yang terbit 2017, disebutkan bahwa gempa bisa jadi karena pertemuan lempeng Indo-Australia atau zona subduksi, zona patahan Sumatera, atau Investigator Fractur Zone (IFZ).

    Gempa bumi di Aceh 20 tahun lalu yang memicu tsunami itu memiliki periode berulang, artinya gempa disertai tsunami bisa kembali terjadi di masa depan. Hal itu mengingatkan kembali agar terus memperhatikan sifat periode ulang gempa.

    Ancaman megathrust

    Menurut catatan Peta Sumber Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017 yang disusun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta lembaga terkait lainnya, gempa dahsyat yang disusul tsunami di Aceh 20 tahun silam ini tak lepas dari megathrust.

    Megathrust adalah daerah pertemuan antar-lempeng tektonik Bumi yang berpotensi memicu gempa kuat dan tsunami dahsyat. Zona ini diprakirakan dapat ‘pecah’ secara berulang dengan jeda hingga ratusan tahun.

    Di Indonesia, tercatat setidaknya ada 13 zona megathrust yang mengepung Indonesia. Namun, beberapa di antaranya mengalami pecah segmen, sehingga membentuk segmen-segmen baru, seperti Segmen Mentawai yang dibagi menjadi Segmen Mentawai-Siberut dan Segmen Mentawai-Pagai.

    Ada pula segmen Jawa yang dibagi menjadi tiga segmen, yaitu Segmen Selat Sunda-Banten, Segmen Jawa Barat, dan Segmen Jawa Tengah-Jawa Timur.

    BMKG mencatat saat ini ada dua zona megathrust yang masih jadi ancaman karena sudah lama tak melepaskan energi besarnya. Dua zona ini diprediksi dapat ‘meledak’ secara berulang dengan jeda hingga ratusan tahun.

    Dua zona itu Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Sibert. Kedua zona ini disebut seismic gap, yakni zona sumber gempa potensial tapi belum terjadi gempa besar dalam masa puluhan hingga ratusan tahun terakhir.

    Daryono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, menuturkan dua zona megathrust ini “tinggal menunggu waktu” untuk pecah. Meski begitu, tidak diketahui pasti kapan zona megathrust ini bakal mengguncang daratan.

    “Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata ‘tinggal menunggu waktu’ karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar,” kata Daryono dalam keterangan tertulisnya beberapa waktu lalu.

    Megathrust Selat Sunda, yang punya panjang 280 km, lebar 200 km, dan pergeseran (slip rate) 4 cm per tahun, tercatat pernah ‘pecah’ pada 1699 dan 1780 dengan Magnitudo 8,5.

    Sementara, Megathrust Mentawai-Siberut, dengan panjang 200 km dan lebar 200 km, sertaslip rate 4 cm per tahun, pernah gempa pada 1797 dengan M 8,7 dan pada 1833 dengan M8,9.

    Peringatan buat Jakarta di halaman selanjutnya…

    Wilayah Jakarta tak luput dari bahaya ancaman megathrust. Wilayah ini diapit dua segmen megathrust, yakni Selat Sunda dan Jawa Tengah bagian barat.

    Megathrust Selat Sunda menjadi ancaman serius karena zona ini bisa pecah kapan saja.

    Eks Ketua Ikatan Alumni Akademi Meteorologi dan Geofisika (IKAMEGA) Subardjo dalam acara Sarasehan Nasional IKAMEGA pada 2018 silam sempat menyampaikan ancaman tersebut.

    “Berdasarkan segmentasi megathrust pada Peta Gempa Bumi Nasional pada tahun 2017, kita ketahui ada dua megathrust yang dekat dengan Jakarta, yang bisa mempengaruhi kerusakan bangunan atau infrastruktur yang ada di Jakarta,” kata Subardjo saat itu.

    Subardjo mengatakan yang jadi kekhawatiran para ilmuwan adalah zona Megathrust Selat Sunda, karena saat ini merupakan zona seismic gap.

    Menurut dia jika Megathrust Selat Sunda pecah, bukan tidak mungkin Jakarta akan mengalami nasib serupa di Aceh seperti 20 tahun silam.

    “Jika terjadi, Megathrust Selat Sunda itu berpotensi gempa dengan 8,7 SR, setara dengan 9.0 Magnitude Moment atau MW. Itu setara dengan gempa di Aceh (Desember 2004), sehingga akan menimbulkan tsunami,” kata Subardjo.

    “Tapi yang menjadi kekhawatiran bagi kita adalah bukan tsunaminya, tapi getarannya atau goncangannya, mengingat jarak antara Megathrust Selat Sunda dengan Jakarta itu sekitar 200-250 km, di bawah tanah Jakarta itu adalah tanah endapan atau aluvial yang bisa menimbulkan amplifikasi atau pun besaran-besaran amplitudo,” lanjut dia.

    Potensi tsunami 20 meter

    Wilayah yang paling terdampak apabila Megathrust Selat Sunda pecah adalah Banten, karena lokasinya yang sangat berdekatan. Bahkan, jika megathrust pecah dan mengguncang wilayah tersebut, ada kemungkinan besar gelombang tsunami dapat mencapai 20 meter dan menyapu wilayah di ujung barat Pulau Jawa itu.

    Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nuraini Rahma Hanifa mengatakan potensi tersebut muncul setelah ia dan sejumlah peneliti lainnya melakukan pemodelan tsunami dalam sebuah studi yang terbit pada tahun 2020.

    “Tsunami ini, kalau dengan skenario satu selatan Jawa, maka potensi tinggi tsunami di selatan Jawa itu bisa mencapai 5-20 meter,” kata Rahma.

    Rahma menjelaskan dari hasil simulasi yang dia dan peneliti lain lakukan, mereka melihat akumulasi energi yang lebih besar ada di bagian barat Pulau Jawa.

    “Mungkin di daerah Lebak, Banten [tinggi gelombang tsunami] bisa sampai 20 meter,” jelas Rahma.

    “Rata-rata daerah lainnya 15 meter, sama tinggi lah ya. Makanya kita keluarnya rata-rata di selatan Jawa itu potensinya bisa 20 meter dengan waktu tempuh rata-rata 20 menit,” ujarnya menambahkan.

    Fakta-fakta Megathrust, Teror dari Lautan RI (Foto: Basith Subastian/CNNIndonesia)

    Langkah mitigasi di halaman berikutnya…

    Pemerintah tidak berdiam diri menghadapi ancaman megathrust. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan pihaknya sudah menambah jumlah alat pendeteksi sensor gempa untuk menghadapi potensi gempa dahsyat di zona megathrust.

    Ia mengatakan saat ini jumlah sensor gempa mencapai 530 unit yang tersebar di seluruh negeri. Jumlah itu meningkat dari yang sebelumnya hanya 176 unit pada 2019.

    “Khusus megathrust di seluruh Indonesia, kami sebelum tahun 2019, sensor-sensor gempa hanya berjumlah 176, tapi dalam rangka merapatkan sensor tadi, terutama dalam menghadapi megathrust, kami tambah menjadi 500 sensor. Saat ini angkanya sudah 530-an sensor,” kata Dwikorita beberapa waktu lalu.

    Menurut Dwikorita lonjakan jumlah sensor gempa itu tak lepas dari ‘trauma’ masa lalu ketika gempa dahsyat mengguncang Aceh pada 2004. Gempa yang bersumber di zona Megathrust Andaman-Sumatera itu mengeluarkan kekuatan hingga Magnitudo 9,3 sehingga memicu tsunami.

    “Jadi megathrust itu skenario terburuk, naudzubillah min dzalik semoga tidak terjadi, tapi seperti Banda Aceh. Insya Allah kalau kita siap, tidak terjadi,” lanjutnya.

    Dwikorita juga mengungkap bahwa pihaknya dalam beberapa tahun terakhir fokus mengerahkan alat mitigasi gempa besar di sekitar Banten, wilayah yang paling terancam keberadaan Megathrust Selat Sunda.

    Ia mengatakan sejak 2018 pihaknya sudah berkoordinasi dengan sejumlah pemangku kepentingan, baik itu pemerintah daerah, industri, hingga masyarakat setempat.

    Dengan pihak industri, BMKG sudah bekerja sama untuk memasang peringatan dini, termasuk jalur-jalur evakuasi. Menurut dia mitigasi gempa besar megathrust yang berpotensi memunculkan tsunami dahsyat di wilayah itu butuh perhatian serius.

    “Di sana juga banyak hotel, masyarakatnya padat penduduk, jadi total ini kami barangkali di selat sunda melebihi dari yang lain lah,” tuturnya.

    Ia merinci, setidaknya sejak 2019 pihaknya sudah memasang 39 unit seismograf atau alat untuk mengukur pergerakan Bumi. Padahal, sebelumnya hanya ada kurang dari 10 alat seismograf di wilayah tersebut.

    Kemudian, BMKG juga sudah memasang 20 unit akselerograf atau yang dikenal dengan strong motion seismograf, sebuah perlatan yang digunakan untuk merekam guncangan tanah yang sangat kuat sehingga percepatan permukaan tanah terukur.

    Menurut Dwikorita, pemasangan 20 unit akselerograf di Banten itu merupakan yang terbanyak dibanding wilayah lain.

    Selanjutnya, Dwikorita mengklaim bahwa BMKG sudah memasang sebanyak 22 unit automatic water level atau tsunami gate yang berpotensi mendeteksi potensi tsunami yang kemungkinan disebabkan oleh gempa megathrust ataupun aktivitas Gunung Anak Krakatau.

    Bukan hanya itu, BMKG juga sudah menambah sirine evakuasi menjadi 15 unit dari sebelumnya hanya 2 unit di wilayah Banten. BMKG, kata Dwikorita, juga telah memasang 81 Warning Receiver System (WRS) di BPBD, hotel, dan industri.

    Warning Receiver System merupakan salah satu alat diseminasi informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami.

    “Dan kami lakukan sekolah lapang gempa ada di 7 lokasi. Ini masih terus, terutama untuk berdayakan pemda dan masyarakat agar mereka mampu mandiri,” jelas dia.

  • Museum Tsunami Aceh, Tempat Terbaik Merenungkan Peristiwa 20 Tahun Lalu

    Museum Tsunami Aceh, Tempat Terbaik Merenungkan Peristiwa 20 Tahun Lalu

    Liputan6.com, Aceh – Museum Tsunami Aceh berlokasi di Jalan Sultan Iskandar Muda No.3, Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Aceh. Museum ini dibangun untuk mengenang musibah gempa dan tsunami dan menguncang Aceh pada 26 Desember 2004.

    Peristiwa yang telah terjadi 20 tahun lalu ini menyisakan duka bagi para korban. Mengutip dari museumtsunami.acehprov.go.id, bencana tsunami di Aceh terjadi pada 26 Desember 2004 sekitar pukul 07.58 WIB.

    Bencana tersebut diawali dengan gempa dahsyat berkekuatan 9.3 skala richter (SR). Gempa tersebut menyebabkan serangkaian tsunami dahsyat di sepanjang daratan yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia.

    Aceh menjadi wilayah yang terkena dampak paling parah. Adapun wilayah lain yang juga terdampak adalah Sri Lanka, Thailand, dan India.

    Peristiwa ini menelan banyak korban jiwa. Tercatat sekitar 170.000 jiwa terenggut dalam musibah ini.

    Untuk mengenang para korban, Museum Tsunami Aceh pun didirikan. Museum ini sekaligus menjadi tempat edukasi dan pusat evakuasi bencana.

    Museum Tsunami Aceh didirikan pada 23 Februari 2009. Bangunan museum ini dirancang oleh Ridwan Kamil yang memenangkan sayembara tingkat internasional pada 2007 dalam rangka memperingati peristiwa tsunami 2004.

    Museum Tsunami Aceh menyimpan sekitar 6.038 koleksi yang dibagi ke dalam beberapa jenis, mulai dari koleksi etnografika, arkelogika, biologika, teknologika, keramonologika, seni rupa, numismatika dan heraldika, geologika, filologika, serta historika dan ruang audio visual. Koleksi ini tidak dipamerkan secara serentak, ada beberapa yang ditampilkan dalam pameran temporer.

    Koleksi di museum ini dirotasi oleh pengelola setiap enam bulan sekali. Dalam satu pameran, terdapat sekitar 1.300 koleksi yang tersebar di tiga titik, yaitu rumah Aceh, pameran temporer, dan ruang pameran tetap.

    Saat memasuki Museum Tsunami Aceh, pengunjung akan melewati sebuah lorong kecil dengan pencahayaan minim. Saat berada di lorong tersebut, pengunjung akan merasakan berbagai emosi yang sulit dijelaskan.

    Selanjutnya, terdapat ruang bernama The Light of God. Tempat tersebut menampilkan ratusan ribu nama korban bencana tsunami Aceh.

    Untuk berkunjung ke Museum Tsunami Aceh, pengunjung perlu membayar tiket senilai Rp3.000 untuk anak-anak, pelajar, dan mahasiswa. Adapun untuk anak di bawah lima tahun tidak dikenakan biaya tiket masuk alias gratis.

    Sementara untuk umum dan orang dewasa dikenakan biaya Rp5.000, sedangkan untuk turis mancanegara dibanderol harga Rp20.000. Museum Tsunami Aceh beroperasi setiap Sabtu hingga Kamis. Jam operasional dibagi menjadi dua sesi, yakni pukul 09.00 hingga 12.00 WIB dan pukul 14.00 hingga 16.00 WIB.

     

    Penulis: Resla

  • MNEK 2025, TNI AL siapkan bakti sosial dan kesehatan untuk warga Bali

    MNEK 2025, TNI AL siapkan bakti sosial dan kesehatan untuk warga Bali

    Komandan Gugus Tempur Laut (Danguspurla) Komando Armada II TNI AL selaku Komandan Satgas MNEK Ke-5 2025 Laksamana Pertama TNI Amrin Rosihan Hendrotomo (kanan) di Jakarta, Kamis (19/12/2024), bertemu dengan Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo (kiri) untuk berkoordinasi mengenai pelaksanaan program bakti sosial (encap) MNEK 2025. ANTARA/HO-Dinas Penerangan Koarmada II TNI AL.

    MNEK 2025, TNI AL siapkan bakti sosial dan kesehatan untuk warga Bali
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Rabu, 25 Desember 2024 – 06:17 WIB

    Elshinta.com – TNI Angkatan Laut menyiapkan serangkaian program bakti kesehatan dan karya bakti di sejumlah daerah di Bali yang tergabung dalam kegiatan latihan bersama nonkombatan Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2025.

    Kepala Dinas Penerangan Komando Armada (Koarmada) II Kolonel Laut (P) Widyo Sasongko saat dihubungi di Jakarta, Selasa, menjelaskan Komandan Gugus Tempur Laut (Danguspurla) Koarmada II Laksamana Pertama TNI Amrin Rosihan Hendrotomo selaku Komandan Satgas MNEK Ke-5 Tahun 2025 telah berkoordinasi dengan sejumlah kementerian terkait untuk mendukung pelaksanaan bakti kesehatan dan bakti sosial tersebut.

    Widyo menyebut Dansatgas MNEK ke-5 pada pekan lalu telah bertemu Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo untuk membahas serangkaian program bakti sosial yang juga disebut engineering civic action program (encap) dalam Latihan Bersama MNEK 2025.

    “Danguspurla Koarmada II menjelaskan kepada Menteri Pekerjaan Umum rencana pelaksanaan encap selama 45 hari di Desa Antiga Kelod, Karangasem, Bali. Proyek yang direncanakan meliputi renovasi gudang peralatan nelayan, pembangunan fasilitas MCK, dan pengaspalan jalan sepanjang 1 kilometer,” kata Kadispen.

    Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodi menyatakan dukungannya terhadap rencana encap tersebut.

    Kemudian, untuk program bakti kesehatan atau yang disebut juga medical civic assistance program (medcap), Amrin berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan RI.

    Dansatgas MNEK ke-5 itu menemui Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes yang mewakili Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, pekan lalu.

    Dalam pertemuan itu, Amrin memaparkan rencana bakti kesehatan selama MNEK berlangsung, di antaranya pemeriksaan kesehatan umum, donor darah, operasi katarak dan operasi bibir sumbing di Karangasem, Bali.

    Kemenkes menyambut baik rencana tersebut sekaligus memberikan masukan terkait pentingnya protokol kesehatan dan prosedur CIQ (customs, immigration, and quarantine) saat menyambut kedatangan delegasi asing berikut kapal-kapal perang dan pesawat udara negara peserta.

    Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) merupakan agenda latihan bersama yang rutin digelar sejak 2014 oleh TNI Angkatan Laut setiap dua tahun sekali. MNEK ke-5 dijadwalkan berlangsung di Bali pada 15–22 Februari 2025.

    TNI AL mengundang total 56 negara dari lima benua untuk MNEK ke-5 di Bali pada Februari 2025. Sejauh ini, ada 30 negara lebih yang mengonfirmasi keikutsertaannya dalam latihan maritim nonkombatan itu.

    Negara-negara yang diundang oleh TNI AL itu mencakup Amerika Serikat, Australia, Arab Saudi, Bangladesh, Belanda, Brasil, Brunei Darussalam, Chile, China, Kolombia, Fiji, Filipina, dan India.

    Kemudian, ada juga Angkatan Laut Inggris, Irak, Iran, Italia, Jepang, Jerman, Kamboja, Kanada, Kenya, Korea Selatan, Korea Utara, Kazakhstan, Laos, Mesir, Malaysia, Meksiko, Myanmar, Selandia Baru, Nigeria, Kaledonia Baru, Oman, Pakistan, Papua Nugini, Prancis, Peru, Polandia, Portugal, Rusia, Singapura, Afrika Selatan, Spanyol, Sri Lanka, Swedia, Thailand, Timor Leste, Tonga, Turki, Uni Emirat Arab, Vanuatu, Vietnam, Lebanon, Bahrain, dan Kuwait.

    Sumber : Antara

  • Tanggal 26 Desember 2024 Memperingati Hari Apa?
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        24 Desember 2024

    Tanggal 26 Desember 2024 Memperingati Hari Apa? Nasional 24 Desember 2024

    Tanggal 26 Desember 2024 Memperingati Hari Apa?
    Penulis
    KOMPAS.com –
    Tanggal 26 Desember 2023 jatuh pada hari Kamis. Tanggal ini diperingati sebagai Hari Peringatan
    20 Tahun Tsunami Aceh
    .
    Tanggal 26 Desember setiap tahunnya diperingati sebagai hari untuk mengenang bencana alam berupa gempa dan tsunami di Aceh 20 tahun silam.
    Tsunami Aceh pada tahun 2004 menjadi bencana yang tak pernah terlupakan. Tidak hanya bagi rakyat Aceh namun juga untuk Indonesia.
    Menurut PBB peristiwa tsunami Aceh menjadi bencana kemanusiaan terbesar yang pernah terjadi di Indonesia. 
    Pada tanggal 26 Desember 2004 tepatnya pukul 07.58 WIB, terjadi sebuah gempa berkekuatan 9.3 skala richter (SR). Pusat gempa berada di sekitar 157 KM bagian barat Kota Meulaboh dengan kedalaman 10 KM di bawah dasar laut.
    Gempa ini menyebabkan tsunami dahsyat di sepanjang daratan yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia.
    Aceh menjadi salah satu daerah yang terkena dampak paling parah selain Sri Lanka, Thailand, dan India.
    Melansir Museum Tsunami Aceh, hampir 170.000 jiwa menjadi korban tewas. Kejadian itu menjadi pusat perhatian tak hanya di Indonesia namun juga di dunia.
    Untuk mengenang korban atas tragedi tersebut, diresmikanlah Museum Tsunami Aceh pada Februari 2008.
    Pada peringatan 20 tahun ini, banyak dilakukan dzikir akbar dan doa bersama di sejumlah daerah di Aceh, khususnya berpusat di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.