Negara: Singapura

  • 3 Dosen Terkaya di Dunia, Hartanya Sampai Ratusan Triliun

    3 Dosen Terkaya di Dunia, Hartanya Sampai Ratusan Triliun

    Jakarta

    Ada beberapa dosen yang kaya luar biasa. Mereka rata-rata dosen yang juga berkecimpung dan berbisnis di jagat teknologi. Seperti dikutip detikINET dari VNExpress, inilah mereka:

    Fan Daidi: USD 4,2 miliar (Rp 69 triliun)

    Fan Daidi, 59 tahun, pada bulan April diangkat sebagai wakil presiden Universitas Northwest di provinsi Shaanxi, China. Ia diyakini memiliki kekayaan bersih tertinggi di antara para eksekutif universitas secara nasional di China, menurut South China Morning Post.

    Daidi, bersama suaminya Yan Jianya, mendirikan Giant Biogene Holding. Perusahaan tersebut, berspesialisasi dalam kolagen dan produk perawatan kulit lain, terdaftar di Bursa Efek Hong Kong pada tahun 2022. Selain itu, Fan menjabat sebagai dekan Institut Penelitian Biomedis di Universitas Northwest.

    Ia peneliti tamu senior Massachusetts Institute of Technologi dari 1999 hingga 2000. Fan juga punya saham di Beauty Farm Medical and Health Industry, penyedia layanan kecantikan yang go public di Bursa Efek Hong Kong tahun 2023. Ia sekarang berada di peringkat orang terkaya ke-923 secara global di daftar miliarder Forbes.

    David Cheriton: USD 15,4 miliar (Rp 253 triliun)

    David Cheriton, profesor emeritus di Universitas Stanford, mengumpulkan kekayaannya melalui investasi awal di Google. Bersama Andreas von Bechtolsheim, yang sekarang juga menjadi miliarder, Cheriton menginvestasikan USD 100.000 di Google saat perusahaan itu masih dalam tahap awal.

    Bersama-sama, mereka juga mendirikan tiga perusahaan yaitu Arista Networks, yang go public pada tahun 2014, Granite Systems yang diakuisisi oleh Cisco pada tahun 1996, dan Kealia, yang dijual ke Sun Microsystems pada tahun 2004.

    Cheriton mengundurkan diri dari dewan direksi Arista pada tahun 2014. Setelah perusahaannya Apstra diakuisisi oleh Juniper Networks pada tahun 2021, Cheriton mengambil peran sebagai kepala ilmuwan pusat data di Juniper Networks. Ia kini menjadi orang terkaya ke-162 di dunia.

    Henry Samueli: USD 26,8 miliar (Rp 440 triliun)

    Henry Samueli, 70 tahun, adalah profesor di University of California, Los Angeles (UCLA) yang juga salah satu pendiri dan chairman perusahaan semikonduktor Broadcom.

    Ia meluncurkan perusahaan tersebut bersama miliarder lainnya Henry Nicholas pada tahun 1991 dari sebuah kondominium di Redondo Beach, California. Di 2016, perusahaan chip yang berbasis di Singapura Avago mengakuisisi Broadcom senilai USD 37 miliar dalam bentuk tunai dan saham.

    Pada tahun 2017, keluarga Samueli memberikan donasi USD 200 juta kepada University of California, Irvine, donasi terbesar dalam sejarah institusi tersebut.

    Sebagai profesor di UCLA, ia menginspirasi mahasiswanya untuk meraih prestasi lebih tinggi. “Menjadi seorang insinyur adalah sangat berarti, membuat hidup orang-orang menjadi lebih baik (dengan) menerapkan matematika dan sains,” katanya. Samueli kini berada di peringkat ke-74 dunia dalam hal kekayaan.

    (fyk/fyk)

  • Ecommerce Ini Sarang Penipu, Polisi Turun Tangan Ancam Denda Miliaran

    Ecommerce Ini Sarang Penipu, Polisi Turun Tangan Ancam Denda Miliaran

    Jakarta, CNBC Indonesia – Polisi Singapura memerintahkan Meta untuk mengimplementasikan langkah untuk memblokir iklan, akun, profil, dan laman bisnis yang berpura-pura menjadi pejabat pemerintah di Facebook. Jika perintah tidak dilaksanakan, Meta terancam denda 1 juta dolar Singapura (Rp 12,73 miliar).

    Perintah tersebut adalah penerapan pertama dari Undang-Undang Kejahatan Online yang disahkan pada Februari 2024.

    “Kami mengeluarkan perintah ini ke Meta karena Facebook adalah platform utama yang digunakan oleh penipu dengan modus berpura-pura jadi orang lain. Polisi berkesimpulan harus ada tindakan lebih tegas untuk memberantas penipuan ini,” kata Menteri Urusan Dalam Negeri Singapura, Goh Pei Ming, Rabu (3/8/2025), seperti dikutip Reuters.

    Pada Agustus, pemerintah Singapura menemukan bahwa 1 dari 3 penipuan ecommerce yang dilaporkan pada 2024 terjadi lewat Facebook. Facebook Marketplace juga dinilai sebagai ecommerce paling lemah dalam hal fitur anti-penipuan.

    Data kepolisian Singapura menunjukkan bahwa modus penipuan dengan berpura-pura menjadi pejabat pemerintah naik tiga kali lipat sepanjang semester pertama 2025, menjadi 1.762 kasus. Nilai kerugian dari penipuan modus tersebut mencapai 126,5 juta dolar Singapura (Rp 1,6 triliun).

    Kementerian Urusan Dalam Negeri Singapura menyatakan Facebook Marketplace memang telah melakukan perubahan, seperti penerapan verifikasi lebih berlapis untuk beberapa akun penjual di Singapura sejak 2024 dan pemberitahuan anti-penipuan ke pengguna yang berisiko menjadi target.

    Perubahan diterapkan Facebook Marketplace setelah Meta mendapat teguran pemerintah Singapura.

    Pada Februari 2024, pemerintah Singapura menyatakan bahwa Meta “secara konsisten membandel” tidak menuruti rekomendasi yang disarankan pemerintah seperti mengharuskan pengguna melalui verifikasi dengan identifikasi resmi atau menawarkan opsi pembayaran yang lebih aman.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Danantara Mau Investasi Besar di Sektor Kesehatan, Ini Bocorannya

    Danantara Mau Investasi Besar di Sektor Kesehatan, Ini Bocorannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Danantara Indonesia siap menggelontorkan investasi besar-besaran di sektor kesehatan. Managing Director Investment Danantara Indonesia, Stefanus Ade Hadiwidjaja, menegaskan bahwa kesehatan bukan sekadar biaya, melainkan investasi yang strategis bagi Indonesia.

    “Dan salah satu pesan penting yang ingin saya tekankan adalah, kesehatan bukanlah biaya, melainkan investasi. Mari kita bersama-sama membangun sektor ini, mengingat peluang besar yang ada di pasar,” ujar Stefanus dalam acara InterSystems Asia Healtchcare Summit 2025 di Jakarta, Selasa (3/9/2025).

    Peluang investasi di sektor kesehatan Indonesia masih sangat besar karena jumlah rumah sakit dan pengeluaran warga untuk kesehatan masih jauh di bawah rata-rata regional, apalagi global. Jumlah rumah sakit di RI per 2024 hanya sekitar 1.070, dibandingkan dengan Filipina yang memiliki 1.753 rumah sakit. Pengeluaran kesehatan dibandingkan dengan PDB di Indonesia pun belum mencapai 3 persen.

    Stefanus memaparkan bahwa investasi kesehatan Danantara akan difokuskan pada tiga area utama, yakni layanan kesehatan, manufaktur, serta inovasi dan teknologi.

    Menurutnya, Indonesia masih kekurangan penetrasi rumah sakit, klinik, hingga saluran layanan kesehatan dibanding negara lain. Karena itu, Danantara akan memperkuat aset yang sudah ada, seperti jaringan rumah sakit IHC, termasuk Bali International Hospital di Sanur dan Kimia Farma Diagnostic yang memiliki hampir 400 klinik dan 100 fasilitas diagnostik.

    “Jadi, kami sebenarnya sudah memiliki dua aset besar. Bahkan, kedua aset ini. seluruh jaringan rumah sakit IHC termasuk Bali, merupakan jaringan rumah sakit terbesar di Indonesia,” terangnya.

    Di sisi manufaktur, Danantara menargetkan pembangunan pabrik-pabrik strategis, termasuk fasilitas pengolahan plasma darah. Produk turunan plasma ini terbukti penting saat pandemi Covid-19 karena mampu menyelamatkan banyak nyawa.

    Selain itu, Danantara juga menyiapkan investasi di bidang inovasi kesehatan seperti bioteknologi dan vaksin, agar Indonesia memiliki ekosistem kesehatan yang lebih kuat dan mandiri.

    “Harapannya, kami juga dapat berinvestasi dan terus meningkatkan ekosistem kesehatan secara keseluruhan, baik dalam hal inovasi, bioteknologi, vaksin, dan sebagainya,” terangnya.

    Ia kemudian menjelaskan, salah satu proyek unggulan Danantara adalah pembangunan rumah sakit berkelas dunia di Sanur, Bali, dengan kapasitas 250 tempat tidur. Fasilitas ini menggandeng mitra global ternama, seperti Mayo Clinic, Heart Center untuk jantung, hingga fasilitas diagnostik.

    “Kami ingin membangun fasilitas kesehatan dan rumah sakit berkelas dunia di Indonesia, yang bisa bersaing dengan yang ada di Singapura, Malaysia, maupun Thailand. Karena itu, saya sangat mendorong Anda semua, alih-alih pergi ke Singapura atau Malaysia untuk medical check-up, atau ke Penang, lebih baik datang ke Bali, ke Sanur, lakukan check-up di sana, dan sekaligus menikmati Bali,” pungkasnya.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Anggota DPR yakini travel warning tak berdampak ke industri pariwisata

    Anggota DPR yakini travel warning tak berdampak ke industri pariwisata

    “Travel warning merupakan imbauan yang sifatnya agar warga negara asing yang bersangkutan berhati-hati. Berbeda dengan travel banned yang melarang perjalanan pada wilayah tertentu,”

    Jakarta (ANTARA) – Anggota Komisi VII DPR RI Siti Mukaromah meyakini bahwa travel warning atau peringatan perjalanan ke Indonesia oleh beberapa negara tidak akan berpengaruh pada industri pariwisata tanah air.

    Menurutnya, hal tersebut dibuktikan dengan normalnya kegiatan pariwisata di beberapa lokasi wisata, antara lain di Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

    “Travel warning merupakan imbauan yang sifatnya agar warga negara asing yang bersangkutan berhati-hati. Berbeda dengan travel banned yang melarang perjalanan pada wilayah tertentu,” kata Erma, panggilan akrabnya, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

    Sebagai informasi, sejumlah negara, mulai dari Australia, Prancis, hingga Singapura mengeluarkan peringatan perjalanan ke Indonesia di tengah situasi maraknya demonstrasi besar di Jakarta dan beberapa wilayah di Indonesia.

    Erma mengatakan saat ini kondisi Indonesia berangsur pulih dan membaik sehingga dirinya meyakini keempat negara tersebut pasti akan segera mencabut peringatan perjalanan.

    Jika peringatan perjalanan dicabut, kata dia, maka juga akan berpengaruh pada pergerakan industri pariwisata yang memberikan efek domino terhadap sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta industri kreatif.

    “Meningkatnya angka pengangguran membuat kedua sektor tersebut bisa menjadi jalan keluar bagi masyarakat dalam membangun ekonomi keluarga,” ujarnya.

    Diketahui, sejumlah negara mengeluarkan peringatan perjalanan bagi warganya yang tinggal di Indonesia atau hendak berkunjung ke Indonesia, mulai dari Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Prancis, Jepang, Filipina, Inggris, hingga Kanada.

    Pewarta: Nadia Putri Rahmani
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • RI Kekurangan Dokter Spesialis, AI Bisa Bantu RS Layani Masyarakat

    RI Kekurangan Dokter Spesialis, AI Bisa Bantu RS Layani Masyarakat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Regional Managing Director, Asia Pacific, InterSystems, Luciano Brustia mengatakan Indonesia membutuhkan banyak tambahan dokter spesialis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat. Disebutkan Indonesia membutuhkan tambahan sekitar 50 ribu dokter spesialis.

    Untuk itu, kecerdasan buatan (artificial intelegent/AI) dapat dimanfaatkan tenaga medis untuk mempersingkat waktu dan meningkatkan kualitas layanan. Luciano mengatakan dibutuhkan kolaborasi dan inovasi untuk memetakan kebutuhan teknologi yang tepat.

    “Dengan teknologi yang tepat, maka tenaga medis bisa mendapatkan banyak informasi. Dengan bantuan AI dan basis data, InterSystems mampu memberikan layanan yang inovatif,” ujar Luciano dalam InterSystems Asia Healthcare Summit 2025, Rabu (3/9/2025).

    Kini adaptasi AI di bidang kesehatan semakin banyak digunakan di Asia, termasuk Indonesia. Salah satu fasilitas yang sudah menggunakan inovasi AI adalah RS Pondok Indah.

    InterSystems saat ini fokus menyasar ke berbagai negara, khususnya Asia Pasific untuk menawarkan solusi mutakhir dan membuka cabang di berbagai negara seperti Thailand, Singapura, dan Indonesia.

    “Kehadiran kami di Asia Pasifik semakin nyata dan kami akan meyakinkan mitra kami bahwa mereka sudah tepat memilih teknologi yang dimiliki InterSystem,” ungkapnya.

    (rah/rah)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Energi, Kolaborasi, dan Masa Depan ASEAN

    Energi, Kolaborasi, dan Masa Depan ASEAN

    Jakarta

    Tahun 2025 menandai Golden Jubilee ASEAN Council on Petroleum (ASCOPE), forum kerja sama sektor energi regional yang beranggotakan 10 perusahaan migas nasional dan otoritas energi negara ASEAN. ASCOPE telah menjadi wadah penting bagi kolaborasi energi lintas negara ASEAN, mulai dari mengelola potensi migas, membangun infrastruktur strategis, hingga memperkuat ketahanan energi kawasan.

    ASCOPE merupakan penghubung antarnegara lewat proyek migas untuk memenuhi kebutuhan pasokan energi yang terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi ASEAN. Secretary In Charge ASCOPE sekaligus SVP Strategy & Investment PT Pertamina (Persero) Henricus Herwin menjelaskan organisasi ini harus terus beradaptasi dengan perubahan peta energi global, tantangan geopolitik, serta tuntutan transisi menuju energi bersih agar tetap relevan dan memperkuat eksistensinya di masa depan.

    “Setengah abad perjalanan ASCOPE merupakan cermin perjalanan energi ASEAN dari era eksplorasi minyak lepas pantai, pembangunan pipa gas lintas negara, hingga memasuki babak transisi energi,” ungkap Henricus dalam keterangan tertulis, Rabu (3/9/2025).

    Tonggak Sejarah Migas ASEAN

    ASCOPE dibentuk tahun 1975, ketika negara-negara ASEAN tengah gencar mengeksplorasi sumber daya minyak dan gas untuk mendukung pembangunan ekonomi. Saat itu, kebutuhan forum kerja sama lintas negara amat terasa, terutama karena infrastruktur energi regional masih terfragmentasi. Dari sinilah lahir ASCOPE yang bertugas untuk membangun jejaring kolaborasi energi ASEAN.

    Warisan terpenting ASCOPE adalah Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP) proyek yang diinisiasi oleh Gas Advocacy Task Force. Kini, lebih dari 3.600 kilometer jaringan pipa gas telah terhubung lintas negara menghubungkan Thailand, Malaysia, Singapura, hingga Indonesia. Infrastruktur ini bukan hanya simbol kerja sama, tetapi juga sebagai instrumen strategis untuk memastikan ketersediaan energi kawasan.

    Seiring berkembangnya LNG sebagai virtual pipeline, ASCOPE turut mendorong pembangunan fasilitas regasifikasi dengan kapasitas lebih dari 58 juta ton per tahun (Mtpa) yang memperluas mobilitas gas lintas negara. Infrastruktur ini menawarkan fleksibilitas bagi negara-negara untuk memindahkan energi dari pusat produksi ke pusat konsumsi, bahkan melampaui keterbatasan jaringan pipa fisik.

    ASCOPE juga menginisiasi ASEAN Petroleum Security Agreement (APSA), perjanjian solidaritas energi untuk menghadapi potensi krisis pasokan. APSA menegaskan pentingnya perspektif keamanan energi kolektif di ASEAN.

    Disamping itu, Exploration and Production Task Force (EPTF) meluncurkan ASCOPE Decommissioning Guideline yang menstandarisasi proses penonaktifan fasilititas migas (facility decommissioning) secara aman dan andal.

    Transisi Energi Jadi Tantangan Baru

    ASEAN Energy Outlook 2024 memproyeksikan konsumsi energi kawasan akan melonjak dua kali lipat pada 2050 seiring pertumbuhan populasi yang mencapai 680 juta jiwa. Dalam hal tersebut, gas bumi akan memegang peran vital sebagai energi transisi. Tetapi dalam jangka panjang, negara-negara ASEAN sudah berkomitmen mencapai net zero emissions pada paruh kedua abad ini.

    ASCOPE tidak lagi bisa berfokus semata-mata pada migas, tetapi juga harus menjadi pendorong dalam pengembangan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS), pengurangan emisi metana, hingga integrasi energi terbarukan serta pemanfaatan infrastruktur gas untuk transportasi hidrogen.

    Langkah Nyata telah Dilakukan

    Policy, Research and Capability Building Task Force menggagas penyusunan template perjanjian lintas negara untuk CCUS. Pada 2023, ASCOPE membentuk Clean Energy Task Force untuk mengeksplorasi peluang teknologi rendah karbon, memperluas diskusi mekanisme perdagangan karbon, insentif investasi energi hijau, serta strategi penggunaan jaringan pipa gas untuk transportasi hidrogen di masa depan.

    Geopolitik dan Diplomasi Energi

    Permintaan energi yang tinggi dan perubahan iklim bukan menjadi satu-satunya alasan mengapa peran ASCOPE kian relevan. Geopolitik global dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan betapa rapuhnya rantai pasok energi internasional. Krisis energi yang dipicu konflik Rusia-Ukraina, serta lonjakan harga minyak dan gas pada 2022-2023, menjadi pengingat bahwa diversifikasi pasokan, pembangunan infrastruktur bersama, dan solidaritas regional bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan.

    Berbeda dengan organisasi energi lain, ASCOPE beranggotakan langsung otoritas energi nasional dan BUMN migas, seperti Petroleum Authority (Brunei Darussalam), Ministry of Mines and Energy (Cambodia), Pertamina (Indonesia), Petroliam Nasional Berhad/PETRONAS (Malaysia), Lao State Fuel Company (Lao PDR), Myanma Oil and Gas Enterprise/MOGE (Myanmar), Philippine National Oil Company PNOC (Philippines), Singapore LNG Corporation Pte Ltd/SLNG (Singapore), PTT (Thailand), dan Petrovietnam (Vietnam). Kolaborasi BUMN energi ini memberi daya tawar kolektif ASEAN di panggung global dan menjadikan ASCOPE sebagai aktor strategis dalam diplomasi energi.

    Momentum 50 Tahun

    Setengah abad ASCOPE bisa dibaca sebagai cermin perjalanan energi ASEAN dari era eksplorasi minyak lepas pantai, pembangunan pipa gas lintas negara, hingga memasuki babak transisi energi. Namun agar tetap relevan, ada empat catatan penting yang perlu diperhatikan.

    1. Adanya penguatan kelembagaan

    Untuk menghadapi tantangan baru, diperlukan payung hukum dan tata kelola yang lebih kokoh, melalui ASCOPE Charter dan Governance & Institutional Framework. Piagam ini diharapkan menjadi dasar komitmen bersama dalam kerja sama energi lintas batas.

    2. Perluasan fokus ke energi bersih

    Gas bumi akan selalu memegang peran penting, tetapi relevansi ASCOPE ke depan ditentukan oleh kemampuannya mengintegrasikan agenda transisi energi. Pengembangan CCUS, mekanisme perdagangan karbon, hingga peluang hidrogen hijau perlu menjadi bagian dari peta jalan baru organisasi.

    3. Peningkatan daya tarik investasi

    ASCOPE mendorong skema insentif dan kemudahan regulasi lintas negara untuk menarik investasi energi bersih dan infrastruktur strategis ASEAN.

    4. Penguatan riset dan inovasi

    ASEAN tidak bisa hanya bergantung pada teknologi impor. Kolaborasi penelitian, pembangunan pusat riset bersama, hingga kemitraan dengan swasta dan akademisi akan menentukan seberapa cepat kawasan ini beradaptasi.

    Dahulu, cerita energi ASEAN dimulai dari kilang dan anjungan minyak. Sekarang cerita itu berkembang menjadi jaringan pipa gas lintas negara hingga integrasi energi bersih dalam sistem kelistrikan regional. Golden Jubilee ASCOPE adalah momentum emas untuk mendefinisikan babak baru energi ASEAN dengan menegaskan komitmennya menjadi motor penggerak transisi menuju masa depan energi yang lebih hijau, tangguh, dan inklusif bagi Asia Tenggara.

    (ega/ega)

  • Pusat Data Indonesia Tumbuh Pesat, EdgeNext Gandeng EDGE DC Buka Layanan Edge Cloud di Jakarta – Page 3

    Pusat Data Indonesia Tumbuh Pesat, EdgeNext Gandeng EDGE DC Buka Layanan Edge Cloud di Jakarta – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Penyedia layanan edge cloud global yang berbasis di Singapura, EdgeNext, bekerja sama dengan operator pusat data lokal EDGE DC (PT Ekagrata Data Gemilang) dan anak perusahaan Indonet (PT Indointernet Tbk) untuk membuka layanannya di Indonesia.

    Melalui kemitraan ini EdgeNext meluncurkan layanan edge cloud di fasilitas EDGE2, pusat data carrier-neutral milik EDGE DC yang berlokasi di Jakarta. Kolaborasi ini menandai langkah EdgeNext untuk memasuki pasar Indonesia yang tengah berkembang pesat.

    Berdasarkan riset Statista, pasar pusat data nasional diproyeksikan mencapai pendapatan sebesar USD 3,54 miliar (sekitar Rp 74,5 triiun) pada 2025. Kontribusi terbesar datang dari infrastruktur jaringan yang diperkirakan mencapai USD 2,36 miliar (sekitar Rp 38,7 triliun).

    Sementara itu, pendapatan dari layanan kolokasi diproyeksikan menembus USD 675,1 juta (sekitar Rp 11 triliun) pada tahun yang sama, dengan pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) sebesar 22,84 persen hingga 2030.

    Lokasi strategis EDGE2 yang dekat dengan berbagai internet exchange dan operator utama menjadikannya pilihan ideal untuk peluncuran layanan edge cloud EdgeNext di kawasan ini.

     

  • 50 Tahun ASCOPE, Pertamina Perkuat Kolaborasi Energi di Asia Tenggara

    50 Tahun ASCOPE, Pertamina Perkuat Kolaborasi Energi di Asia Tenggara

    Jakarta

    Memasuki tahun ke-50 ASEAN Council on Petroleum (ASCOPE), PT Pertamina (Persero) memperkuat kolaborasi perusahaan energi di kawasan. Upaya ini dilakukan untuk mengelola potensi migas, membangun infrastruktur strategis, hingga memperkuat ketahanan energi kawasan dalam rangka memenuhi pasokan energi di wilayah Asia Tenggara.

    SVP Strategy & Investment Pertamina, Henricus Herwin menyampaikan Pertamina sebagai salah satu pendiri ASCOPE yang terbentuk sejak 1975, aktif membangun kerja sama migas antarnegara. Kini, Pertamina bersama anggota ASCOPE beradaptasi dengan dinamika global untuk memimpin transisi energi bersih ASEAN.

    “Saat ini, Pertamina berperan penting dan strategis dalam mengoordinasikan kegiatan ASCOPE dan diplomasi antarnegara pada tingkat kementerian energi di negara ASEAN,” ujar Henricus dalam keterangannya, Rabu (3/9/2025).

    Menurutnya, ASCOPE telah mencatat tonggak sejarah. ASCOPE hadir di era 1970-an, ketika negara-negara ASEAN tengah gencar mengeksplorasi sumber daya minyak dan gas untuk mendukung pembangunan ekonomi. Forum kerja sama lintas negara sangat diperlukan, terutama karena infrastruktur energi regional masih terfragmentasi.

    Dari sinilah lahir ASCOPE dengan mandat utama membangun jejaring kolaborasi energi ASEAN. Salah satunya pada Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP), proyek yang digawangi oleh Gas Advocacy Task Force. Hingga kini, sepanjang lebih dari 3.600 kilometer jaringan pipa gas telah terhubung lintas negara, menghubungkan Thailand, Malaysia, Singapura, hingga Indonesia.

    Selain itu, ASCOPE turut mendorong pembangunan fasilitas regasifikasi dengan kapasitas lebih dari 58 juta ton per tahun (Mtpa), yang memperluas mobilitas gas lintas negara. ASCOPE juga menginisiasi ASEAN Petroleum Security Agreement (APSA), perjanjian solidaritas energi untuk menghadapi potensi krisis pasokan serta meluncurkan standarisasi proses penonaktifan fasilitas migas secara aman dan andal serta memfasilitasi pertukaran pengalaman antar-BUMN energi, mulai dari eksplorasi migas lepas pantai, teknologi LNG dan regasifikasi, hingga advokasi gas.

    “Setengah abad perjalanan ASCOPE merupakan cermin perjalanan energi ASEAN, dari era eksplorasi minyak lepas pantai, pembangunan pipa gas lintas negara, hingga memasuki babak transisi energi,” imbuhnya.

    Henricus mengungkapkan pada usia 50 tahun ASCOPE, perlunya memperhatikan penguatan kelembagaan, perluasan fokus ke energi bersih, peningkatan daya tarik investasi serta penguatan riset dan inovasi.

    “Golden Jubilee ASCOPE merupakan momentum emas untuk mendefinisikan babak baru energi ASEAN dengan menegaskan komitmennya menjadi motor penggerak transisi menuju masa depan energi yang lebih hijau, tangguh, dan inklusif bagi Asia Tenggara,” katanya.

    Ia menambahkan bahwa Pertamina berkomitmen untuk mempererat kolaborasi perusahaan energi antarnegara ASEAN untuk memastikan pasokan energi di kawasan Asia Tenggara tetap aman.

    “Peran strategis ASCOPE sangat diperlukan dalam mempererat kolaborasi perusahaan energi antarnegara ASEAN untuk memastikan pasokan energi di kawasan Asia Tenggara tetap aman. Seiring dengan itu, strategi pertumbuhan ganda Pertamina, yakni penguatan bisnis migas eksisting dan akselerasi energi hijau rendah karbon, menjadi komitmen bahwa Pertamina turut andil dalam menjaga ketahanan energi di kawasan ASEAN,” pungkasnya.

    (akd/akd)

  • Potret Jadul Singapura Kala Masih ‘Melarat’, Bikin Kaget

    Potret Jadul Singapura Kala Masih ‘Melarat’, Bikin Kaget

    Potret Jadul Singapura Kala Masih ‘Melarat’, Bikin Kaget

  • Gandeng EDGE, Perusahaan Cloud Singapura EdgeNext Ekspansi ke Indonesia

    Gandeng EDGE, Perusahaan Cloud Singapura EdgeNext Ekspansi ke Indonesia

    Bisnis.com, JAKARTA — Penyedia layanan komputasi awan (cloud) asal Singapura, EdgeNext, memperluas bisnis ke Indonesia. Perusahaan itu meluncurkan layanan edge cloud di EDGE2, fasilitas carrier-neutral milik PT Ekagrata Data Gemilang.

    Sebagai informasi, dalam aksi korporasi ini EdgeNext bekerja sama dengan PT Ekagrata Data Gemilang atau EDGE DC, anak usaha PT Indointernet Tbk. (EDGE).

    CEO EdgeNext Terence Wang mengatakan kemitraan tersebut memungkinan perusahaan menawarkan layanan edge yang skalabel, aman, dan berkecepatan tinggi kepada ISP dan perusahaan lokal di pasar Indonesia.

    “Dengan kemampuan interkoneksi EDGE DC dan backbone serat optik Indonet, kami siap mendukung transformasi digital Indonesia dan menghadirkan pengalaman edge cloud yang lancar,” kata Wang dalam siaran pers, Selasa (2/9/2025).

    Sementara itu, CEO EDGE DC Stephanus Oscar menambahkan kerja sama ini memperkuat ekosistem perusahaan dengan mengintegrasikan layanan cloud edge EdgeNext, sehingga dapat menghadirkan konektivitas dengan performa tinggi dan latensi rendah untuk aplikasi-aplikasi generasi selanjutnya.

    “Kolaborasi ini memperkuat ekosistem kami dengan mengintegrasikan layanan cloud edge EdgeNext, yang didukung oleh layanan colocation dan Edge Peering Internet Exchange (EPIX),” kata Oscar. 

    Ketersediaan EdgeNext di fasilitas EDGE2 memungkinkan perusahaan untuk menghadirkan layanan solusi edge cloud lengkap, termasuk CDN, streaming yang lebih lancar, layanan keamanan, dan komputasi edge.

    Kemitraan menggabungkan infrastruktur edge global milik EdgeNext yang tersebar lebih dari 1.700 node di 300 kota-kota di dunia, dengan lingkungan pusat data EDGE DC yang memiliki performa tinggi dengan latensi rendah.

    EDGE DC menyediakan layanan colocation dan akses ke Edge Peering Internet Exchange (EPIX), yang memungkinkan EdgeNext terhubung dengan berbagai jaringan dan penyedia layanan.

    Selain itu, Indonet mendukung konektivitas serat optik guna memastikan akses yang cepat dan stabil di seluruh wilayah.

    Sekadar informasi, dalam keterangan resminya Edgenext menyebut pendapatan dari layanan colocation diproyeksikan mencapai US$675,1 juta atau setara dengan Rp 11,08 triliun (kurs Rp16.400 per dolar AS) pada 2025.

    Di samping itu, pasar pusat data nasional diperkirakan mencapai pendapatan sebesar US$3,54 miliar atau setara dengan Rp58,056 triliun pada 2025, dengan kontribusi dari infrastruktur jaringan senilai Rp38,7 triliun.