Negara: Singapura

  • Harga iPhone 17 di Malaysia dan Singapura, Masuk RI Jadi Segini

    Harga iPhone 17 di Malaysia dan Singapura, Masuk RI Jadi Segini

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Seri iPhone 17 akan segera hadir di Indonesia pada Oktober 2025 mendatang. Keempat model yang hadir di Tanah Air sudah mengantongi sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada Kamis (11/9) kemarin.

    Adapun 4 model tersebut adalah iPhone A3517 (iPhone Air), iPhone A3520 (iPhone 17), iPhone A3523 (iPhone 17 Pro), dan iPhone A3526 (iPhone 17 Pro Max).

    Dalam sertifikat tersebut, setiap produk mendapatkan nilai TKDN sebesar 40%. Setelah sertifikat TKDN selesai, Apple tinggal mengajukan izin edar penjualan HP dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) melalui sertifikasi Postel.

    Proses tersebut memakan waktu sekitar 2 minggu, sehingga kemungkinan besar seri iPhone 17 sudah mulai tersedia pada awal Oktober mendatang.

    Setelah diluncurkan secara global pada 9 September, iPhone 17 sudah bisa dipesan (pre-order) mulai 12 September ini di beberapa negara, termasuk tetangga RI (Singapura dan Malaysia).

    Pantauan CNBC Indonesia dari situs resmi Apple di masing-masing negara, Jumat (12/9/2025), berikut harga jualnya di Singapura dan Malaysia:

    Harga iPhone 17 di Malaysia:

    iPhone Air

    256GB – RM 4.999 (Rp 19,4 jutaan)

    512GB – RM 5.999 (Rp 23,3 jutaan)

    1TB – RM 6.999 (Rp 27 jutaan)

    iPhone 17

    256GB – RM 3.999 (Rp 15,5 jutaan)

    512GB – RM 4.999 (Rp 19,4 jutaan)

    iPhone 17 Pro

    256GB – RM 5.499 (Rp 21,4 jutaan)

    512GB – RM 6.499 (Rp 25,2 jutaan)

    1TB – RM 7.499 (Rp 29,1 jutaan)

    iPhone 17 Pro Max

    256GB – RM 5.999 (Rp 23,3 jutaan)

    512GB – RM 6.999 (Rp 27,2 jutaan)

    1TB – RM 7.999 (Rp 31,1 jutaan)

    Harga iPhone 17 di Singapura:

    iPhone Air

    256GB – S$ 1.599 (Rp 20,4 jutaan)

    512GB – S$ 1.899 (Rp 24,2 jutaan)

    1TB – S$ 2.199 (Rp 28,1 jutaan)

    iPhone 17

    256GB – S$ 1.299 (Rp 16,6 jutaan)

    512GB – S$ 1.599 (Rp 20,4 jutaan)

    iPhone 17 Pro

    256GB – S$ 1.749 (Rp 22,3 jutaan)

    512GB – S$ 2.049 (Rp 26 jutaan)

    1TB – S$ 2.349 (Rp 30 jutaan)

    iPhone 17 Pro Max

    256GB – S$ 1.899 (Rp 24,2 jutaan)

    512GB – S$ 2.199 (Rp 28,1 jutaan)

    1TB – S$ 2.499 (Rp 31,9 jutaan)

    2TB – S$ 3.099 (Rp 39,6 jutaan)

    Hitungan Bea Masuk Indonesia

    Jika membeli iPhone 17 di Singapura dan dibawa masuk ke Indonesia, catatan CNBC Indonesia pada November 22 lalu dengan hitungan pajak untuk varian termurah S$ 1.299 (iPhone 17 256GB) adalah sebagai berikut

    Nilai Pabean (NP) = (Cost+Insurance+Freight) x kurs

    NP = (1.299+5+11) x 12.787 = 16.814.905 (dibulatkan menjadi 16.815.000

    Bea Masuk (BM) = 7,5% x NP

    BM = 7,5% x 16.815.000 = 1.261.125, dibulatkan ribuan ke atas menjadi 1.262.000

    Nilai Impor (NI) = NP + BM

    NI = 16.815.000 + 1.262.000 = 18.077.000

    Pajak Pertambahan Nilai (PPN) = 11% x NI

    BM 11% x 18.077.000 = 1.988.470, dibulatkan ribuan ke atas menjadi 1.989.000

    Total tagihan menjadi BM + PPN= 1.262.000 + 1.989.000 = 3.251.000

    Artinya, harga iPhone 17 termurah yang dibanderol S$ 1.299 (Rp 16,6 jutaan), bea dan pajaknya mencapai Rp 3.251.000, sehingga totalnya ketika dibawa ke Indonesia menjadi Rp 19.851.000.

    Kemungkinan harga jual di Indonesia pada Oktober nanti akan lebih murah, sebab tak melalui pembelian di Singapura, sehingga hitungan bea masuknya langsung antara pabrikan Apple dengan ketentuan tertentu. Belum jelas berapa harga jualnya, tetapi jika merujuk ke harga yang sama (dengan kapasitas lebih besar), kemungkinan harga iPhone 17 di Indonesia serupa dengan iPhone 16 ketika dirilis pertama. Kita tunggu saja!

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tidur Lampu Nyala Vs Lampu Mati, Mana yang Lebih ‘Sehat’? Ini Kata Ahli

    Tidur Lampu Nyala Vs Lampu Mati, Mana yang Lebih ‘Sehat’? Ini Kata Ahli

    Singapura

    Banyak orang memiliki kebiasaan untuk tidur dengan lampu menyala, namun sebagian lainnya justru tak bisa terlelap jika tidak dalam kondisi gelap. Tapi, di antara kedua pilihan ini, mana yang lebih dianjurkan?

    Praktisi kesehatan tidur dr Andreas Arman Prasadja, RPSGT mengatakan tidur dalam keadaan lampu dimatikan lebih disarankan agar mendapatkan tidur yang berkualitas.

    “Bagus lampu mati,” kata dr Andreas di sela-sela acara World Sleep Congress 2025 di Singapura, Rabu (10/9/2025).

    Ini karena hormon melatonin mulai diproduksi tubuh sekitar pukul 7 malam. Menurut dr Andreas, melatonin akan mencapai puncaknya saat lingkungan menjadi gelap.

    Untuk diketahui, hormon melatonin adalah hormon alami yang diproduksi oleh kelenjar pineal di otak untuk mengatur siklus tidur-bangun tubuh.

    “Tapi bukan artinya harus gelap gulita, nggak juga lah. Ada lampu-lampu sedikit tidak apa-apa,” tuturnya.

    Jumlah Jam Tidur Juga Penting

    dr Andreas menambahkan bahwa untuk mendapatkan tubuh yang sehat, menambah jumlah jam tidur sesuai dengan rekomendasi juga diperlukan. Pasalnya, Indonesia termasuk salah satu negara yang masyarakatnya kurang tidur.

    “Untuk Asia, Indonesia paling buruk (rata-rata jam tidur). Ada beberapa penelitian yang menyebutkan (rata-rata WNI hanya tidur) 6 jam 36 menit, ada yang 6 jam 39 menit. Sementara Asia rata-rata di 7 jam,” katanya.

    “Minim memang Asia ya. Berbeda dengan Australia yang 8 jam, Eropa 8 jam,” sambungnya.

    Apa yang Membedakan?

    Menurut dr Andreas, perbedaan infrastruktur sedikit banyak memengaruhi jam tidur masyarakat Indonesia dengan negara-negara lain, salah satunya Singapura. Menurutnya, pekerja Indonesia membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sampai ke tempat kerja, sehingga butuh bangun lebih pagi.

    “Ya kalau di Jakarta, mana bisa bangun jam 7, mana bisa bangun jam 6. Jam masuk sama kan Singapura dan Indonesia, kira-kira jam 8,” katanya.

    “Kalau di sini (Singapura) bisa bangun jam 7, sikat gigi, sarapan, mandi, jam 8 sudah bisa di kantor. Lah kita (bangun jam 7) bisa nggak dapet KRL,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Mitos atau Fakta: Tidur Nyenyak Meski Lampu Menyala”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/up)

  • iPhone 17, iPhone Air, iPhone 17 Pro dan iPhone 17 Pro Max Lolos TKDN! Siap Dijual di Indonesia Oktober 2025 – Page 3

    iPhone 17, iPhone Air, iPhone 17 Pro dan iPhone 17 Pro Max Lolos TKDN! Siap Dijual di Indonesia Oktober 2025 – Page 3

    Bersamaan dengan preorder iPhone 17 tersebut di Amerika Serikat (AS), Apple fanboy di lebih dari 63 negara dan wilayah, termasuk Inggris, Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Malaysia, sudah bisa ikutan pre-order iPhone 17 Pro series.

    Disebutkan, masing-masing toko retail di lebih dari 63 negara tersebut bakal mulai mengirim pesanan dan menjual secara bebas iPhone 17 series pada 19 September.

    Sementara itu, 22 negara dan wilayah lainnya baru bisa mendapatkan dan membeli HP baru Apple ini pada 26 September mendatang, sebagaimana dikutip dari situs Apple, Kamis (11/9/2025).

    Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Walau negara Singapura dan Malaysia sudah membuka pre-order iPhone 17, Indonesia belum termasuk dalam daftar gelombang pertama atau kedua peluncuran iPhone baru itu.

    Ambil contoh iPhone 14, di mana Apple Authorized Reseller seperti iBox, eraspace, Blibli, dan Digimap membuka pre-order iPhone 14 series pada 28 Oktober 2022, setelah diumumkan pada 7 September 2022.

  • Ridwan Kamil Tolak Permintaan Lisa Mariana Tes DNA Ulang di Singapura, Beri Alasan Ini – Page 3

    Ridwan Kamil Tolak Permintaan Lisa Mariana Tes DNA Ulang di Singapura, Beri Alasan Ini – Page 3

    Selebgram Lisa Mariana selesai menjalani pemeriksaan terkait kasus dugaan pencemaran nama baik yang dilaporkan mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Dia mengaku dicecar 15 pertanyaan.

    “Tadi ada sekitar 15 pertanyaan seputar hasil tes DNA,” kata Kuasa Hukum Lisa, Jhony Nababan kepada wartawan di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Kamis (11/9/2025).

    Dalam pemeriksaan tadi juga sempat disinggung keinginan Lisa untuk melakukan tes DNA ulang di Singapura.

    “Jadi seputar hasil tes DNA sama permohonan kita untuk permasalahan second opinion untuk tes DNA di luar (negeri),” sambungnya.

    Dalam pemeriksaan tadi juga sempat disinggung keinginan Lisa untuk melakukan tes DNA ulang di Singapura.

    “Jadi seputar hasil tes DNA sama permohonan kita untuk permasalahan second opinion untuk tes DNA di luar (negeri),” sambungnya.

     

     

    Reporter: Nur Habibie/Merdeka.com

  • Tes DNA Tak Identik, Lisa Mariana Masih Kekeuh RK Orang Tua Biologis Anaknya

    Tes DNA Tak Identik, Lisa Mariana Masih Kekeuh RK Orang Tua Biologis Anaknya

    Bisnis.com, JAKARTA — Selebgram Lisa Mariana masih meyakini 1.000% anaknya CA (3) merupakan anak dari eks Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

    Hal tersebut disampaikan Lisa usai diperiksa oleh penyidik Dittipidsiber Bareskrim Polri, Kamis (11/9/2025).

    “Saya juga 1.000 persen yakin itu anaknya. Anaknya bapak Ridwan Kamil. Karena saya shock tadi lihat di atas hasilnya sampai saya sudah tidak bisa ngomong,” tutur Lisa.

    Lisa menjelaskan bahwa dalam hasil tes DNA dari kepolisian telah memuat adanya kecocokan DNA anaknya dengan Ridwan Kamil sekian persen.

    Di samping itu, Pengacara Lisa, Bertua Diana Hutapea menyatakan hasil tes DNA Ridwan Kamil identik setengahnya dengan anak Lisa Mariana.

    Dengan demikian, Lisa menyatakan keberatan terhadap hasil tes DNA yang dikemukakan kepolisian. Alhasil, Lisa Mariana telah mengajukan untuk melakukan tes DNA pembanding di RS Singapura atau RS swasta lainnya.

    “Itu bahwa setengah dari hasil tes Pak Ridwan Kamil mirip dengan baby Azura [Anak Lisa]. Maka setengah lagi itu identik, setengah tidak identik. Sehingga dengan demikian tadi di BAP itu Lisa Mariana sudah menyatakan keberatan terhadap hasil tes DNA tersebut,” tutur Bertua.

    Pengacara Lisa lainnya yakni, Jhon Boy Nababan mengungkap bahwa dalam pemeriksaan kali ini kliennya telah diperiksa 15 pertanyaan seputar hasil tes DNA sebelumnya.

    “Jadi 15 pertanyaan itu lebih menjelaskan hasil tes DNA yang kemarin dengan permohonan kita yang second opini hanya itu aja,” kata Jhon.

  • Kapan iPhone 17 Series Hadir di Indonesia? Ini Kata Erajaya (ERAA)

    Kapan iPhone 17 Series Hadir di Indonesia? Ini Kata Erajaya (ERAA)

    Bisnis.com, JAKARTA — Apple resmi memperkenalkan iPhone 17 Series pada 9 September kemarin. Lantas kapan smartphone tersebut muncul di Indonesia? 

    Dalam laman resminya, Apple menyebut pelanggan di lebih dari 63 negara dan wilayah termasuk Australia, Kanada, China, Prancis, Jerman, India, Jepang, Malaysia, Meksiko, Singapura, Korea Selatan, Thailand, Turki, Uni Emirat Arab, Inggris, Amerika Serikat, hingga Vietnam sudah bisa melakukan pre-order mulai Jumat, 12 September 2025 pukul 05.00 PDT. 

    Produk ini akan tersedia di pasaran mulai Jumat, 19 September 2025.Selanjutnya, iPhone 17 baru akan meluncur di 22 negara dan wilayah lain pada 26 September 2025. Indonesia belum tercantum dalam daftar tersebut.

    “Akan tersedia di 22 negara dan wilayah lainnya mulai Jumat, 26 September,” tulis Apple dikutip pada Kamis (11/9/2025). 

    Divisi Corporate Communications Erajaya Group, salah satu distributor resmi Apple di Indonesia yang menjual iPhone melalui jaringan ritel iBox, Erafone, dan Urban Republic, mengungkapkan mereka belum bisa memastikan jadwal ketersediaan iPhone 17 di Indonesia.

    “Terkait ketersediaan iPhone 17 di Indonesia kami belum dapat memberikan informasi lebih lanjut terkait hal tersebut,” kata Divisi Corporate Communications Erajaya Group saat dihubungi Bisnis pada Kamis (11/9/2025). 

    Menilik pengalaman tahun lalu, peluncuran iPhone 16 Series di Indonesia mengalami jeda waktu cukup panjang dibanding negara tetangga. iPhone 16 Series, yang meluncur secara global pada September 2024, baru resmi tersedia di Indonesia pada 11 April 2025. 

    Kala itu, salah satu faktor yang membuat perilisannya mundur adalah persoalan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), yang menjadi syarat bagi perangkat 4G dan 5G agar bisa dijual resmi di Indonesia. 

    iPhone 17 hadir dengan sejumlah peningkatan signifikan. Smartphone ini dibekali kamera depan Center Stage terbaru untuk pengalaman swafoto yang lebih baik, kamera utama 48MP Fusion dengan kualitas telefoto optik 2x, serta kamera 48MP Fusion Ultra Wide yang mampu menangkap detail lebih luas dan makro dengan presisi.

    Perangkat ini membawa layar Super Retina XDR berukuran 6,3 inci dengan teknologi ProMotion, yang diklaim lebih besar, lebih terang, serta mendukung pengalaman bermain gim dan menggulir layar lebih mulus. 

    Apple juga memperkenalkan Ceramic Shield 2 pada bagian depan, yang disebut tiga kali lebih tahan gores dibanding generasi sebelumnya, serta mampu mengurangi pantulan cahaya.

    Semua fitur tersebut ditenagai oleh chip A19 generasi terbaru untuk performa tinggi dan efisiensi daya. iPhone 17 tersedia mulai dari kapasitas penyimpanan 256GB dua kali lipat dari model entry generasi sebelumnya hingga 512GB, dengan pilihan lima warna: hitam, lavender, mist blue, sage, dan putih.

    Vice President of Worldwide iPhone Product Marketing Apple, Kaiann Drance, menyebut iPhone 17 sebagai lompatan besar yang menghadirkan berbagai fitur bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

    “iPhone 17 adalah peningkatan besar dengan fitur-fitur canggih yang membuat iPhone semakin berguna dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari layar ProMotion yang lebih besar dan lebih terang dengan ketahanan gores 3x lebih baik, baterai tahan seharian dengan pengisian lebih cepat, chip A19 yang bertenaga, sistem kamera 48MP Dual Fusion, hingga kamera depan Center Stage inovatif kamera depan terbaik kami sejauh ini,” kata Drance.

  • Mencoba Fitur Bedtime Guidance di Galaxy Watch 8, Secanggih Apa?

    Mencoba Fitur Bedtime Guidance di Galaxy Watch 8, Secanggih Apa?

    Singapura

    Salah satu inovasi terbaru Samsung Galaxy Watch 8 Series adalah rangkaian fitur canggih yang dirancang untuk meningkatkan efektivitas pemantauan dan pendampingan tidur.

    detikINET berkesempatan untuk menjajal Galaxy Watch 8 selama beberapa hari untuk mencoba fitur bedtime guidance. Fitur ini menawarkan rekomendasi tidur yang dipersonalisasi berdasarkan Two-Process Model of Sleep Regulation yang dapat menjelaskan interaksi antara dorongan tidur homeostatis dan ritme sirkadian.

    Data-data yang Disajikan

    Galaxy Watch 8 melalui aplikasi Samsung Health akan memberikan beberapa data yang didapat selama tahap tidur. Dengan data-data yang disajikan Galaxy Watch 8 akan memberikan saran agar pengguna bisa mendapatkan tidur yang berkualitas.

    1. Skor Tidur

    Setelah menggunakan Galaxy Watch 8 selama tidur hingga bangun, pengguna nantinya akan mendapatkan data-data terkait kualitas tidur mereka. Pertama adalah skor tidur yang disesuaikan dengan berapa jam pengguna terlelap.

    Skor tidur dibagi menjadi empat bagian, yakni butuh perhatian (0-59), sedang (60-74), baik (75-84), dan sangat baik (85-100). Skor tidur ini juga bisa dikomparasi dengan poin tidur dari ‘kelompok yang seusia’ dan ‘rata-rata tidur semua orang’.

    Pengguna juga akan mendapatkan informasi yang lebih detail terkait beberapa faktor skor tidur seperti waktu tidur aktual, tidur lelap, tidur REM (Rapid Eye Movement), ketenangan tidur, dan latensi tidur. Faktor-faktor ini juga akan dijelaskan apakah pengguna sudah masuk ke dalam kategori sangat baik atau butuh perhatian.

    2. Tahap Tidur

    Masuk ke dalam tahap tidur, Galaxy Watch 8 juga akan menjelaskan terkait tahap tidur. Ini karena saat seseorang tidur, otak dan badan akan melalui tahapan tidur yang berbeda. Persentase waktu yang dihabiskan dalam setiap tahap tidur akan membantu pengguna memahami kesehatan tidurnya.

    3. Oksigen Darah

    Pengguna Galaxy Watch 8 juga akan mendapatkan informasi terkait tingkat oksigen dalam darah setiap menit selama tidur. Oksigen darah berbeda-beda secara alami, namun biasanya beberapa poin persentase lebih rendah selama tidur.

    4. Dengkuran

    Pengguna Galaxy Watch 8 juga bisa mendeteksi apakah ada dengkuran yang terjadi selama tahap tidur. Wearable ini juga dilengkapi fitur sleep apnea yang memungkinkan pengguna berusia di atas 22 tahun dan belum pernah didiagnosis mengidap sleep apnea untuk mendeteksi tanda-tanda sleep apnea obstruktif (OSA) tingkat sedang hingga berat dengan periode pemantauan dua malam.

    5. Suhu Kulit

    Galaxy Watch 8 juga dilengkapi fitur untuk mengukur suhu kulit pengguna selama tahap tidur. Ini karena perubahan suhu kulit merupakan indikator kualitas tidur. Jika suhu kulit tidak berubah sebagaimana mestinya (meningkat untuk melepaskan panas tubuh) ini dapat berdampak negatif kepada kualitas tidur.

    6. Denyut Jantung

    Denyut jantung juga menjadi salah satu faktor yang diukur selama tidur. Ini untuk mengetahui apakah pengguna benar-benar ‘masuk’ ke dalam mode tidur nyenyak. Secara umum, denyut jantung akan melambat saat seseorang memasuki tidur nyenyak.

    7. Laju Pernapasan

    Laju napas saat tidur dapat memberikan gambaran terkait kesehatan tubuh. Laju pernapasan malam hari pada orang dewasa sehat adalah 12 hingga 20 napas per menit.

    (fyk/fay)

  • Pre-order iPhone 17 dan iPhone Air Dibuka Pekan Ini di Malaysia dan Singapura, Indonesia Termasuk? – Page 3

    Pre-order iPhone 17 dan iPhone Air Dibuka Pekan Ini di Malaysia dan Singapura, Indonesia Termasuk? – Page 3

    Berbeda dari generasi sebelumnya, iPhone 17 series tak lagi menawarkan opsi memori 128GB. Kini, raksasa teknologi berbasis di Cupertino tersebut hanya menyediakan varian terendah mulai dari 256GB.

    Lantas, berapa harga iPhone 17 untuk setiap varian yang ditawarkan? Perlu diingat, banderol ini masih untuk pasar di AS. Jadi ada kemungkinan harga ini akan mengalami perubahan ketika iPhone 17 series rilis di Indonesia.

    Harga iPhone 17

    256GB – USD 799
    512GB – USD 999

    iPhone 17 tersedia dalam lima pilihan warna, mulai dari Lavender, Sage, Mist Blue, White, dan Black.

    Sesuai janji, Apple akhirnya mengumumkan lini smartphone terbaru mereka. iPhone 17 resmi diumumkan dalam Apple Event di Apple Park, Selasa (9/9/2025) jam 10 pagi waktu setempat.

    Dalam ajang Apple Event di Apple Park, Selasa (9/9/2025),  CEO Apple, Tim Cook, menyebut peluncuran hari ini sebagai langkah besar untuk masa depan perangkat mereka.

  • iPhone 17 Pro dan Pro Max Bisa Main Game AAA Frame Rate Tinggi

    iPhone 17 Pro dan Pro Max Bisa Main Game AAA Frame Rate Tinggi

    Jakarta

    Apple telah resmi meluncurkan produk terbarunya iPhone 17 Pro dan iPhone 17 Pro Max. Dua varian ini bisa dipakai untuk main game AAA dengan frame rate yang tinggi.

    Mereka memperkenalkan generasi terbaru dari iPhone ini pada Rabu dini hari, 10 September 2025 pukul 00.00 WIB. Datang dengan chip A19 Pro, kedua ponsel pintar tersebut menjanjikan performa luar biasa, hingga fitur Apple Intelligence terbaru.

    “iPhone 17 Pro sejauh ini merupakan iPhone tercanggih yang pernah ada, menampilkan desain baru yang mencolok dan kemampuan yang mumpuni,” ujar CEO Apple, Tim Cook.

    SVP Worldwide Marketing, Greg Joswiak alias Joz, mengatakan kalau iPhone 17 Pro bukan cuma menawarkan tampilan yang baru. Menurutnya, desain yang diusung HP ini memiliki performa yang sangat kuat di antara para pendahulunya.

    “Dan ini dimulai dengan pendekatan baru yang sangat penting untuk manajemen termal, yang sangat penting bagi performa sistem. Kami mengelola daya dan suhu permukaan secara cermat untuk memastikan iPhone 17 Pro dan iPhone 17 Pro Max selalu memberikan performa yang luar biasa, sekaligus tetap nyaman digenggam,” kata Joz.

    Lebih lanjut, Joz menjelaskan, setiap aspek dari desain ponsel ini dirancang untuk memaksimalkan kinerja dan membuka potensi penuh dari A19 Pro. Disampaikannya kalau HP ini dilengkapi CPU 6-inti yang bertenaga dan GPU 6-inti berkinerja tinggi, dengan Neural Accelerator yang terpasang di setiap inti GPU.

    Joz menambahkan, chipset ini memiliki cache lebih besar dibandingkan A18 Pro. Jadi ketika A19 Pro dipasangkan dengan desain termalnya, iPhone 17 Pro bisa memberikan kinerja berkelanjutan hingga 40% lebih baik daripada iPhone 16 Pro.

    “Menjadikannya ideal untuk tugas-tugas intensif seperti bermain game, mengedit foto dan video, menggunakan fitur-fitur Apple Intelligence terbaru, dan menjalankan model bahasa lokal yang besar. Jadi, Anda dapat memainkan game yang menuntut visual seperti Arknights: Endfield dengan ray tracing yang dipercepat perangkat keras pada frame rate yang lebih tinggi, berjam-jam lamanya,” tegas Joz, dikutip detikINET dari kanal YouTube Apple, Rabu (10/9/2025).

    SpesifikasiLayar: Super Retina XDR 6,3 inci (Pro) dan 6,9 inci (Pro Max), ProMotion 120Hz, kecerahan puncak 3000 nits.Chip: A19 Pro dengan CPU 6-core, GPU 6-core, dan Neural Engine 16-core.Penyimpanan: 256GB, 512GB, 1TB (Pro); tambahan 2TB (Pro Max).Kamera Belakang: Tiga kamera Fusion 48MP (Main, Ultra Wide, Telephoto), zoom optik 4x (100mm) dan 8x (200mm), zoom digital hingga 40x.Kamera Depan: Center Stage 18MP dengan sensor persegi, Dual Capture, video 4K HDR.Fitur Video: ProRes RAW, Apple Log 2, genlock, Dolby Vision HDR, 4K120 fps.Baterai: Daya tahan terbaik di iPhone, pengisian 50% dalam 20 menit dengan adaptor 40W.Desain: Aluminium unibody seri 7000, Ceramic Shield 2 (depan dan belakang), vapor chamber.Konektivitas: Chip N1 (Wi-Fi 7, Bluetooth 6, Thread), eSIM-only di beberapa negara.Sistem Operasi: iOS 26 dengan Apple Intelligence.Warna: Deep blue, cosmic orange, silver.Harga iPhone 17 Pro dan iPhone 17 Pro Max

    iPhone 17 Pro akan tersedia dengan kapasitas penyimpanan 256 GB, 512 GB, dan 1 TB, dengan harga mulai dari USD 1.099 (AS) atau kisaran Rp 17 juta. Sementara itu, iPhone 17 Pro Max akan tersedia dalam pilihan 256 GB, 512 GB, 1 TB, dan untuk pertama kalinya, 2 TB, dengan harga mulai dari USD 1.199 (AS) atau kisaran Rp 18,5 juta.

    Pemesanan akan dibuka mulai Jumat, 12 September, di 63 negara dan wilayah termasuk Australia, Kanada, Tiongkok, Jerman, India, Jepang, Malaysia, Meksiko, Singapura, Korea Selatan, Thailand, Turki, Inggris, dan Amerika Serikat. Perangkat ini akan tersedia di toko mulai Jumat, 19 September.

    (hps/fay)

  • 7
                    
                        Waspadalah Ketika Gen Z Mulai Naik Darah
                        Nasional

    7 Waspadalah Ketika Gen Z Mulai Naik Darah Nasional

    Waspadalah Ketika Gen Z Mulai Naik Darah
    Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.
    PERISTIWA
    mengejutkan yang terjadi di Nepal tentu disebabkan oleh banyak faktor, tak berbeda dengan demonstrasi besar-besaran di Indonesia tempo hari.
    Namun, biasanya faktor-faktor tersebut membutuhkan pemicu. Dan di Nepal pemicunya adalah kebijakan pemerintahnya yang memberlakukan larangan terhadap sekitar 26 platform media sosial besar, termasuk Facebook, X (Twitter), YouTube, Instagram, WhatsApp, dan lainnya, pada awal September 2025.
    Media sosial adalah separuh dari kehidupan dari Gen Z. Sehingga cukup bisa dipahami mengapa kebijakan tersebut mendadak menjadi pemicu pecahnya amarah “Gen Z” di Nepal, lalu membuat mereka turun ke jalan, dan berakhir dengan pertunjukan kemarahan atau amuk massa yang jauh lebih masif dibanding Indonesia.
    Sebenarnya, kebijakan pelarangan sebagian besar platform media sosial di Nepal bukan karena pemerintahannya benar-benar ingin melarang.
    Jika kita dalami, penyebab utamanya adalah kegagalan, boleh jadi disengaja atau hanya kebetulan, dari platform-platform tersebut untuk mendaftarkan diri pada pemerintahan Nepal, sebagaimana telah diminta sebelumnya.
    Pemerintah Nepal terpantau telah memberikan tenggat selama tujuh hari sejak 28 Agustus 2025, bagi perusahaan media sosial untuk mendaftar kepada pemerintah dan telah menetapkan kantor di mana pendaftaran harus dilakukan beserta pejabat pengaduan yang bisa dihubungi.
    Namun platform-platform besar itu gagal mematuhi tenggat waktu tersebut, sehingga membuat pemerintah Nepal terpaksa harus memutuskan untuk memblokir akses terhadap platform-platform tersebut pada 4 September 2025.
    Di satu sisi, pemerintah Nepal memang gagal memberikan narasi yang memuaskan atas kebijakan pelarangan tersebut.
    Di sisi lain, pemerintah Nepal justru menyampaikan bahwa tujuan larangan adalah untuk menangani penyebaran misinformasi,
    hate speech,
    dan kehadiran platform-platform tanpa ikatan regulasi yang jelas.
    Walhasil, banyak pengamat dan kelompok hak asasi manusia akhirnya melihat narasi tersebut sebagai bentuk sensor dan upaya pembungkaman atas kebebasan berekspresi (
    freedom of speech
    ).
    Menanggapi itu, pada 8 September 2025, aksi unjuk rasa besar terjadi di Kathmandu, khususnya di sekitar Gedung Parlemen dan area Maitighar Mandala.
    Ribuan pemuda yang tergabung dalam gerakan “Protes Gen Z” turun ke jalan, menuntut pencabutan larangan terhadap media sosial sambil menyoroti isu korupsi dan pengangguran.
    Demonstrasi yang semula damai kemudian berubah menjadi perlawanan yang diiringi oleh kekerasan.
    Di sisi lain, Kepolisian mulai menggunakan gas air mata, peluru karet, dan bahkan peluru tajam. Sehingga 19 orang setidaknya tercatat tewas dalam bentrokan tersebut, yang membuat perlawanan justru semakin menjadi-jadi.
    Larangan media sosial bukan hanya penyebab langsung demonstrasi, tetapi juga simbol atau semacam pemicu dari ketegangan, terutama antara generasi muda dan pemerintahan setempat.
    Ketegangan tersebut khususnya terkait masalah korupsi, kebebasan berpendapat, dan frustrasi terhadap masa depan para generasi muda, sebagaimana analisis saya terhadap perlawanan sosial di Indonesia tempo hari.
    Selama ini, platform-platform media sosial sudah lazim menjadi sarana utama bagi generasi muda Nepal untuk menyuarakan kritik, menyebarkan informasi, dan mengorganisir aksi.
    Ketika akses itu dicabut secara tiba-tiba, tidak pelak dianggap sebagai serangan langsung terhadap ruang digital yang mereka anggap milik bersama. Ekspresipun akhirnya berpindah ke dunia nyata.
    Dengan kata lain, demonstrasi yang berujung kerusuhan di Nepal mencerminkan akumulasi ketidakpuasan sosial-ekonomi yang sudah cukup dalam dan lama di satu sisi dan bersifat multidimensi di sisi lain.
    Krisis harga kebutuhan pokok, terutama bahan makanan dan energi, menjadi salah satu faktor utama yang mendorong masyarakat bak air bah berbondong-bondong turun ke jalan.
    Lonjakan inflasi yang tidak seimbang dengan pertumbuhan pendapatan rumah tangga membuat kelompok kelas menengah ke bawah dan masyarakat miskin semakin terdesak secara sosial dan ekonomi.
    Selain faktor ekonomi, ada dimensi struktural di dalam masyarakat Nepal yang memperburuk situasi.
    Sistem politik yang masih rapuh pasca-transformasi republik sering kali gagal memberikan respons cepat terhadap kebutuhan rakyat.
    Elite politik kerap terjebak dalam persaingan kekuasaan yang dangkal, sementara kebijakan publik yang pro-rakyat gagal dihadirkan.
    Ketidakpuasan publik terhadap korupsi, birokrasi yang lamban, dan kesenjangan pembangunan antara wilayah perkotaan dan pedesaan turut menambah rasa frustrasi generasi muda.
    Kombinasi ini melahirkan persepsi bahwa negara tidak hadir untuk melindungi dan bekerja demi rakyatnya di dalam masa krisis.
    Kerusuhan yang terjadi juga mengindikasikan adanya ketegangan antara generasi muda dengan struktur sosial lama.
    Anak muda Nepal yang sudah lama berhadapan dengan tingkat pengangguran tinggi merasa tidak memiliki masa depan yang pasti di dalam negeri mereka sendiri.
    Banyak dari generasi muda Nepal ini, terutama Gen Z, bermigrasi ke luar negeri, terutama ke Timur Tengah atau India, untuk mencari penghidupan.
    Ketika peluang domestik semakin sempit dari hari ke hari, frustrasi mereka menjadi semakin mudah bertransformasi menjadi aksi-aksi massif yang frontal.
    Demonstrasi pun akhirnya menjadi wadah ekspresi politik sekaligus pelarian emosional atas kekecewaan yang sudah menumpuk bertahun-tahun.
    Masalah-masalah yang dirasakan oleh masyarakat Nepal tersebut berpadu dengan lemahnya kapasitas negara dalam mengelola demonstrasi.
    Aparat keamanan sering kali bertindak represif, mirip dengan di Indonesia, yang justru memperburuk ketegangan dan memicu eskalasi kerusuhan.
    Bukannya menjadi sarana mediasi, intervensi aparat malah memperlihatkan wajah negara yang cenderung mengutamakan kekerasan terhadap rakyatnya sendiri.
    Hal tersebut tak pelak memperkuat narasi oposisi bahwa pemerintah tidak berpihak pada rakyat, melainkan hanya menjaga status quo bagi elite politik dan ekonomi yang sudah sedari dulu hidup dalam kemewahan.
    Pun tak berbeda dengan yang terjadi di Indonesia, sebagaimana sempat saya bahas dalam beberapa tulisan terdahulu, dari perspektif sosial-ekonomi, demonstrasi masif di Nepal merepresentasikan jurang ketidaksetaraan yang makin menganga.
    Pertumbuhan ekonomi Nepal memang lebih banyak dinikmati oleh kalangan terbatas di perkotaan. Sementara sebagian besar masyarakat kelas bawah dan pedesaan justru masih hidup dengan keterbatasan infrastruktur, layanan kesehatan, akses pendidikan bahkan pangan.
    Ketimpangan ini menciptakan persepsi dan rasa ketidakadilan sosial di tengah-tengah generasi muda Nepal, yang hanya membutuhkan satu trigger untuk berubah menjadi ledakan sosial berupa protes masal.
    Walhasil, kerusuhan pada akhirnya bukan lagi tentang harga barang atau kebijakan jangka pendek, tetapi berubah menjadi isu kegagalan sistemik dalam mendistribusikan kesejahteraan secara adil kepada masyarakat Nepal.
    Tak pula bisa dipungkiri ada
    effect domino
    dari gerakan demonstrasi masif yang terjadi di Indonesia jelang akhir Agustus lalu.
    Jika diperhatikan secara komparatif di media-media sosial, terutama di Asia dan Asia Tenggara,
    effect domino
    dari Indonesia memang terjadi, terutama di negara-negara seperti Filipina, Thailand, dan tentunya Nepal ini.
    Effect domino
    terjadi di negara-negara yang pemerintahannya dianggap cenderung korup, oligarkinya kuat, atau politik dinastinya menonjol, pun negara yang masih mempertahankan sistem tradisional seperti di Nepal, tapi kinerja penguasanya cenderung dianggap sangat tidak memuaskan.
    Namun, negara-negara yang memiliki sistem pemerintahan yang kuat, tingkat konsolidasi elitenya juga sangat tinggi, sekalipun tidak terlalu demokratis, tapi berkinerja baik, seperti Singapura, banyak sedikitnya juga Malaysia,
    effect domino-
    nya sangat mudah ternetralisasi oleh publik negara itu sendiri.
    Sementara negara-negara yang memang sudah didominasi oleh elite politik dan militer, hampir bisa dipastikan sulit untuk terimbas efek domino, karena ruang publiknya cenderung dikontrol secara ketat.
    Salah satu indikasi
    effect domino
    tersebut di Nepal adalah bendera
    One Piece
    yang juga digunakan di Nepal dan cukup masif beredar di media sosial Filipina dan Thailand.
    Di Nepal, memang banyak demonstran muda mengibarkan bendera hitam bergambar tengkorak dengan topi jerami alias ikon Straw Hat Pirates dari manga/anime
    One Piece
    yang digadang-gadang sebagai simbol perlawanan terhadap sensor dan korupsi pemerintah.
    Lantas pertanyaannya, mengapa Gen Z?
    Tentu tidak berbeda dengan Indonesia tempo hari. Gen Z di Nepal jumlahnya juga sangat besar. Di Indonesia, Gen Z menjadi generasi terbesar, sekitar 26 persen dari total penduduk berdasarkan data Pemilu 2024 lalu.
    Apalagi jika memakai kacamata sosiolog Hungaria Karl Mannheim, misalnya, generasi bukan hanya soal usia biologis, melainkan juga kesadaran kolektif yang terbentuk melalui pengalaman historis bersama.
    Gen Z dan Gen Milenial sudah sulit dipisahkan jika keduanya berada pada isu yang sama.
    Gen Z di Nepal tak berbeda dengan Gen Z di belahan dunia lainnya. Mereka tumbuh di era digitalisasi global, keterhubungan yang intens melalui media sosial, serta ekspektasi pada mobilitas sosial yang lebih baik.
    Namun, ketika harapan tersebut berbenturan dengan realitas struktural berupa pengangguran, ketimpangan, dan yang aktual kini sensor digital, misalnya, maka otomatis terbentuklah kesadaran kolektif untuk melawan.
    Demonstrasi pun menjadi ekspresi politis dari “unit generasional” yang merasa hak-hak fundamental mereka telah diabaikan. Dan ekspresi tersebut ternyata merepresentasikan perasaan publik secara umum. Klop sudah.
    Dari perspektif teori ruang publik Jürgen Habermas, misalnya, media sosial berfungsi sebagai arena deliberasi dan artikulasi kepentingan publik.
    Bagi Gen Z, tak terkecuali di Nepal, platform digital seperti Facebook, Instagram, dan X bukan sekadar alat komunikasi, tetapi ruang politik yang memungkinkan mereka membangun identitas, solidaritas, dan narasi tandingan terhadap negara.
    Sehingga larangan media sosial yang diberlakukan pemerintah akan serta-merta dilihat sebagai upaya menutup ruang publik digital, yang justru mempercepat mobilisasi berpindah ke jalanan.
    Dengan kata lain, ketika ruang komunikasi formal dibatasi, generasi muda akan mencari kanal ekspresi alternatif melalui aksi kolektif, yang berpotensi berujung kerusuhan jika keresahan sudah mencapai titik “kemuakan kelas dewa”.
    Laurie Rice dan Kenneth Moffett di dalam buku mereka, “The Political Voices of Generation Z”(2021), mengafirmasi mengapa Gen Z cenderung tidak sama dengan generasi sebelumnya di dalam berekspresi, karena mereka lebih progresif dan berani.
    Gen Z, kata Rice dan Moffett, memiliki orientasi politik yang cenderung lebih progresif dibandingkan generasi Milenial maupun generasi X.
    Dari sisi pandangan, gen Z lebih terbuka terhadap keberagaman, lebih peduli pada inklusivitas, dan lebih getol menuntut transparansi dari institusi politik.
    Bahkan kedua penulis ini menemukan bahwa tingkat kepercayaan Gen Z terhadap institusi tradisional, seperti partai politik dan lembaga pemerintah, cenderung rendah.
    Hal ini menimbulkan pola partisipasi yang lebih banyak bergerak di luar sistem formal, misalnya melalui gerakan sosial atau kampanye digital.
    Kendati demikian, dalam hemat saya, pola tersebut berlangsung dalam kondisi normal. Jika titik didihnya sudah tercapai, pemicunya tepat, maka pembakaran dan perlawanan masif akan menjadi model partisipasi yang masuk akal.
    Dengan kata lain, toh Gen Z memang sudah kurang percaya pada institusi elite dan pemerintahan.
    Lalu, saat institusi-institusi ini melakukan hal-hal di luar etika dan kewajaran, bahkan terkesan meremehkan masyarakat banyak, termasuk generasi muda, apalagi sampai membatasi ruang gerak generasi muda, maka hal-hal di luar nalar dan perkiraan pun akhirnya bisa masuk akal di mata para Gen Z.
    Singkat kata, sebelum mengakhiri tulisan ini, saya ingin berpesan kepada pemerintah bahwa diakui atau tidak, pemerintahan hari ini di sini dimenangkan oleh Generasi Z. Bahkan suara generasi yang satu ini menjadi penentu pemilihan tempo hari.
    Di permukaan, Gen Z memang mudah terpukau populisme, bahkan hanya dengan tarian dan jogetan ala kadarnya.
    Namun, dalam hemat saya, hal itu baru sekedar gambaran preferensi dan kesukaan politik semata, belum menjadi gambaran kepercayaan penuh.
    Maka raihlah kepercayaan penuh dari generasi ini, dengan perbaikan yang berarti di segala lini sekaligus benar-benar menyentuh akar persoalan, jika tak ingin “grievances” dari Gen Z kita berubah menjadi “Revenge”.
    Gen Z memang mudah terpukau, tapi tidak berarti mereka tak kritis dan tak bernyali seperti yang terjadi di Nepal itu. Mohon dicatat!
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.