Negara: Selandia Baru

  • 2 Pria Australia Dituduh Terlibat Penyelundupan Senjata ke Kelompok Papua Barat

    2 Pria Australia Dituduh Terlibat Penyelundupan Senjata ke Kelompok Papua Barat

    Baca beritanya dalam bahasa Inggris

    Dua warga Australia dikenai dituduh terlibat dalam perdagangan senjata dan peralatan militer ke kelompok bersenjata di Indonesia, menurut penyelidikan anti-terorisme yang sudah dilakukan selama dua tahun.

    Kedua pria tersebut, satu dari Queensland dan satu dari New South Wales, diduga berkonspirasi untuk memasok senjata dan amunisi kepada Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), kelompok di balik penculikan pilot Selandia Baru Phillip Mehrtens.

    Phillip, yang ditangkap pada Februari 2023 setelah mendaratkan pesawat kecil di Bandara Paro, Papua Barat, disandera selama 592 hari sebelum dibebaskan pada September tahun lalu.

    Australia dan Selandia Baru melakukan penyelidikan gabungan atas penculikan Phillip, yang menemukan bukti dugaan aktivitas perdagangan senjata yang menghubungkan seorang pria berusia 44 tahun dari Logan, selatan Brisbane, dan seorang pria berusia 64 tahun dari Urunga di pesisir utara New South Wales.

    Kedua menghadapi berbagai tuduhan, termasuk konspirasi untuk mengekspor senjata dan suku cadang senjata api, pasokan senjata ilegal, dan konspirasi untuk mengekspor barang-barang Tier 2, yang dapat dikenakan hukuman maksimal 10 tahun penjara.

    Akan mulai diadili di Brisbane

    Penyelidikan dipimpin oleh Tim Gabungan Anti-terorisme Queensland, yang terdiri dari Kepolisian Federal Australia (AFP), Kepolisian Queensland (QPS), dan Organisasi Intelijen Keamanan Australia, bekerja sama dengan Kepolisian Selandia Baru.

    Kedua pria ditangkap setelah surat perintah penggeledahan dikeluarkan di rumah mereka pada November 2024.

    Dalam penggeledahan, pihak berwenang menyita beberapa barang, termasuk 13,6 kilogram logam merkuri, zat yang dikendalikan, dari properti di kawasan Urunga.

    Pria yang berasal dari Queensland juga didakwa memiliki bahan peledak tanpa izin.

    Sementara pria dari New South Wales akan menghadapi tuduhan berkonspirasi untuk mengekspor senjata dan suku cadang senjata api, pasokan senjata ilegal, dan memiliki zat yang dikendalikan.

    Kedua peria sudah dibebaskan dengan jaminan dan dijadwalkan hadir di Pengadilan Magistrat Brisbane pada 17 Oktober.

    Bantahan kelompok Papua Barat

    Sebby Sambom, juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, mengatakan tuduhan perdagangan senjata dari Australia “tidak berdasar”.

    “TPNPB tidak pernah secara resmi menerima senjata dari warga negara Australia,” ujarnya.

    “Dan juga, TPNPB memiliki protokol di Komando Nasional, jadi kami di Markas Pusat Pengendalian Manajemen tidak pernah menerima senjata apa pun dari warga negara Australia, jadi kami menganggap tuduhan ini tidak berdasar.

    “Kami tidak memiliki informasi resmi tentang bantuan senjata apa pun dari warga negara Australia.”

    TPNPB adalah kelompok bersenjata bagian dari Gerakan Papua Merdeka, sebuah gerakan separatis yang berusaha memisahkan Papua Barat dari Indonesia.

    Sebby mengatakan kelompoknya menginginkan “dukungan advokasi internasional” untuk menyerukan “pembebasan segera” bagi kedua pria Australia tersebut.

    Peringatan polisi soal perdagangan senjata

    Asisten Komisaris AFP Stephen Nutt mengatakan mereka dan mitranya “tidak menoleransi segala bentuk kekerasan atau kejahatan senjata”.

    “Siapa pun yang terlibat dalam perdagangan senjata ilegal dari Australia dengan tujuan memberikannya ke tangan kelompok internasional harus diperingatkan, AFP dan mitra kami berdedikasi untuk mencegah perdagangan senjata ilegal,” katanya.

    “Penggunaan senjata mematikan dan ilegal dapat memiliki konsekuensi yang luas jika sampai ke pihak yang salah.”

    Pejabat sementara Asisten Komisaris kepolisian Queensland, Heath Hutchings, mengatakan penyelidikan yang dilakukan menyoroti kekuatan kemitraan lokal, nasional, dan internasional.

    “Operasi ini mengirimkan pesan yang jelas: mereka yang mencari keuntungan dari perdagangan senjata api ilegal akan diidentifikasi dan dituntut,” ujarnya.

    Sementara pejabat sementara Wakil Komisaris Kepolisian Selandia Baru, Mike Pannett, mengakui investigasi lintas batas bersifat kompleks, sehingga pentingnya bekerja sama.

    “Meskipun kami senang Phillip dibebaskan dan dapat kembali ke keluarganya, bekerja sama dengan kepolisian Australia merupakan bagian penting dalam melindungi komunitas kami di Selandia Baru,” ujarnya.

    Pihak berwenang di Australia mengimbau siapa pun yang memiliki informasi tentang aktivitas ekstremis atau potensi ancaman untuk menghubungi Hotline Keamanan Nasional di 1800 123 400.

  • Indonesia Jadi Pusat Antariksa Dunia

    Indonesia Jadi Pusat Antariksa Dunia

    Jakarta

    Adi Rahman Adiwoso, CEO PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) dan Ketua Asosiasi Antariksa Indonesia, punya mimpi besar: menjadikan Indonesia penguasa low-earth orbit di garis khatulistiwa.

    Dengan rencana membangun bandar antariksa di Biak dan mendorong anak muda terjun ke industri satelit, ia ingin menciptakan ekosistem antariksa yang kuat.

    Bisakah Indonesia mewujudkan ambisi ini di tengah tantangan birokrasi dan minimnya minat STEM?

    Kedaulatan Antariksa: Mengapa Penting?

    Adi yakin, menguasai antariksa adalah kunci strategis bagi Indonesia. “Kalau kita bergantung pada asing seperti Elon Musk, saat darurat, kita puyeng,” tegasnya.

    Ia menyebut low-earth orbit di ekuator, yang meliputi 1,5 miliar penduduk dari Asia hingga Brasil, sebagai aset berharga. “Siapa yang kontrol orbit ini, kontrol masa depan,” katanya mengutip dokumenter Wild Wild Space.

    Satelit bukan hanya soal komunikasi, tapi juga logistik pangan. Dengan teknologi multispektral, satelit dapat memprediksi panen dan mengelola distribusi pangan. “Kalau Bali banjir, padi rusak. Tapi Sumatera Selatan panen tiga bulan lagi. Data satelit bantu trading beras,” jelas Adi

    Ia mencontohkan bagaimana satelit bisa memetakan kapan padi atau jagung siap panen, mendeteksi gagal panen di wilayah tertentu, atau memprediksi kebutuhan beras nasional. Misalnya, jika Kalimantan kekurangan beras, satelit bisa menunjukkan surplus di Sulawesi untuk distribusi cepat.

    “Ini soal logistik cerdas. Satelit lihat pola cuaca, banjir, atau kekeringan, lalu kita atur pasokan pangan supaya stabil,” tambahnya. Teknologi ini juga memungkinkan prediksi pasar global, seperti gagal panen di Amerika Selatan, untuk peluang ekspor yang menguntungkan.

    Adi Rahman Adiwoso, CEO PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    Spaceport Biak: Langkah Menuju Dunia

    Kunci visi Adi adalah pembangunan bandar antariksa di Biak, Papua. Lokasinya di khatulistiwa memungkinkan peluncuran roket lebih efisien, menghemat energi hingga USD 3,6 juta per peluncuran.

    “Di Biak, roket bisa bawa 900 kg dengan mesin sama, dan puingnya jatuh di perairan internasional,” ujarnya.

    Tapi mimpi bapak dua anak ini tak hanya membuat spaceport di Biak. Lebih dari itu, dia ingin menjadikan Papua sebagai pusat keunggulan antariksa, termasuk sumber daya manusianya.

    “Saya bilang ke teman-teman di Papua, jangan cuma jadi satpam di spaceport. Sini, saya sekolahin anak-anak Papua jadi engineer roket,” katanya dengan semangat.

    Ia membayangkan generasi muda Papua terlibat langsung dalam merancang, membangun, dan mengoperasikan teknologi antariksa.

    “Papua punya potensi luar biasa. Anak-anak di sana cerdas, tapi kurang akses. Kalau kita kasih pelatihan dan pendidikan, mereka bisa jadi tulang punggung industri antariksa Indonesia,” tambahnya.

    Penerus Ekosistem Antariksa

    Satelit Nusantara Lima. Foto: PSN

    Adi mengungkap keprihatinnya pada minimnya minat anak muda Indonesia di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). “Beasiswa (STEM) BRIN dan LPDP ada ribuan, tapi yang daftar sedikit,” keluhnya.

    Namun, ia tak menyerah. Pria kelahiran Yogyakarta ini berbagai upaya agar minat anak muda pada antariksa semakin bertambah.

    Salah satunya dia pernah mendukung siswa SMK Pontianak membuat roket dari pupuk NPK dan gula dengan modal Rp 32 juta. Hasilnya? Roket mereka mencapai ketinggian 1,1 km.

    “Kalau dikasih kesempatan, anak muda bisa. Yang kurang cuma keberanian,” tegasnya.

    Selain SDM, birokrasi turut menjadi perhatian Adi. “Regulasi harus cepat dan simpel, tapi birokrasi kita lambat,” kritiknya.

    Ia mencontohkan Selandia Baru, yang dengan 5 juta penduduk punya Menteri Antariksa, sementara Indonesia masih terjebak aturan rumit.

    “Pemerintah sudah mulai perhatian, tapi eksekusinya harus dipercepat,” ujarnya.

    Selain itu, Adiwoso menyoroti mentalitas ‘champion of mediocrity’ di kalangan masyarakat Tanah Air. Menurutnya, kegagalan adalah bagian dari proses, bukan akhir.

    “Kita (sukanya) cari jalan mudah, cukup segini. Padahal, kalau mau nomor satu, harus kerja keras dan berani gagal,” katanya.

    CEO PSN Adi Rahman Adiwoso Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    Bukan Sekadar Uang

    Bagi Adi, antariksa bukan sekadar ladang keuntungan finansial. Dengan semangat yang membara, ia menegaskan bahwa motivasinya jauh melampaui urusan materi.

    “Kalau cuma cari duit, cetek. Saya mau bikin sesuatu yang bermanfaat,” ujarnya

    Adi ingin teknologi antariksa mengatasi masalah nyata, seperti ketimpangan akses di pulau kecil.

    “Pulau kecil pun berhak dapat listrik dan internet cepat. Satelit bisa bikin itu terjadi,” katanya.

    Dengan PSN yang kini punya kapasitas satelit terbesar di Asia Pasifik dan rencana spaceport Biak, ia berharap Indonesia tak lagi jadi penonton di panggung antariksa global.

    “Kalau gue mati duluan, gue jadi hantu penasaran kalau Biak belum jadi spaceport,” pungkas Adi dengan canda.

    Semoga visi Adi mengubah Indonesia jadi pusat antariksa dunia dapat terwujud.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Tindak Lanjut UGM soal Dosen FKH Tersangka Praktik Stem Cell Ilegal”
    [Gambas:Video 20detik]
    (afr/afr)

  • Strategi Satelit RI Digempur Teknologi Global

    Strategi Satelit RI Digempur Teknologi Global

    Orlando

    Di era disrupsi teknologi satelit, PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) tak tinggal diam. Di bawah kepemimpinan Adi Rahman Adiwoso, PSN berhasil menjadikan Indonesia pemilik kapasitas satelit terbesar di Asia Pasifik dengan Satelit Nusantara 5. Dengan teknologi canggih dan strategi berani, PSN siap bersaing dengan raksasa global seperti Starlink. Apa rahasia mereka?

    Nusantara 5: Satelit Termurah di Asia

    PSN mencuri perhatian dengan satelit Nusantara 5, yang memiliki kapasitas hampir 400 Gbps, jauh melampaui Cina (62,5 Gbps) dan Jepang (20-30 Gbps).

    “Kami rancang satelit termurah di Asia,” ujar Adiwoso saat berbincang dengan detikINET.

    Rahasianya? Teknologi Very High Throughput (HTS) yang dioptimalkan untuk efisiensi biaya. Adiwoso menjelaskan, PSN merancang satelit dengan komponen hemat, seperti antena seharga USD 100-200, bukan USD 1000 seperti kompetitor.

    “Kami bilang ke tim, pakai kunyit, pakai ini, pakai itu, supaya murah tapi canggih,” candanya.

    Hasilnya, satelit PSN menawarkan kapasitas besar dengan harga per Megahertz yang jauh lebih rendah, ideal untuk melayani daerah terpencil Indonesia.

    CEO PSN Adi Rahman Adiwoso Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

    Biak: Kunci Strategis di Khatulistiwa

    PSN juga punya kartu as: posisi geografis Indonesia di garis khatulistiwa. Adiwoso mendorong pembangunan bandar antariksa (spaceport) di Biak, Papua, yang menawarkan efisiensi peluncuran roket.

    “Di Biak, roket bisa bawa 900 kg dengan mesin sama, hemat energi dibandingkan peluncuran dari tempat lain,” katanya.

    Keunggulan lain Biak adalah lokasi peluncuran yang aman. “Tahap roket jatuh di perairan internasional, jadi tak perlu izin tetangga,” jelas Adiwoso.

    Ia menargetkan spaceport selesai pada 2027 dengan investasi USD 50 juta atau Rp 820 miliar. Jika berhasil, Biak bisa menyaingi Rocket Lab di Selandia Baru.

    Jurus Melawan Starlink: Kedaulatan Teknologi

    Satelit Nusantara Lima. Foto: dok PT PSN

    Persaingan dengan pemain global seperti Starlink menjadi tantangan besar. Adiwoso khawatir ketergantungan pada asing berisiko, terutama dalam keadaan darurat.

    “Kalau Elon Musk matikan satelit, kita puyeng semua,” tegasnya.

    Oleh karena itu, PSN fokus pada kedaulatan teknologi untuk mendukung navigasi udara, laut, dan komunikasi di pulau-pulau kecil Indonesia yang tak terjangkau fiber optik. Strategi PSN adalah ‘highest technology with the cheapest cost’.

    Mereka menargetkan daerah dengan ekonomi lemah dengan menyediakan internet berkecepatan tinggi via satelit.

    “Pulau kecil juga berhak dapat high-speed internet, nggak boleh dibatasi,” ujar Adiwoso.

    Meski ambisius, PSN menghadapi rintangan. Birokrasi di Indonesia sering menghambat inovasi.

    “Pemerintah mulai perhatian, tapi regulasi harus cepat dan sederhana,” kata Adiwoso.

    Ia juga menyoroti minimnya minat anak muda di bidang STEM. “Beasiswa BRIN dan LPDP banyak, tapi yang daftar sedikit. Kita harus bikin anak muda excited,” tambahnya.

    Untuk mengatasi ini, PSN melatih SDM lokal melalui Balai Latihan Kerja (BLK) di sejumlah daerah.

    “Kami ajari mereka pasang dan pelihara stasiun Bumi, biar dapat kerjaan,” jelasnya.

    Adiwoso tak hanya ingin PSN bertahan, tapi juga memimpin. Ia bermimpi menjadikan Indonesia pusat antariksa dunia dengan sistem satelit ekuatorial yang menjangkau 1,5 miliar orang.

    “Mimpi nggak bayar, kenapa nggak berani?” tanyanya, menantang generasi muda.

    Dengan Nusantara 5 dan rencana spaceport Biak, PSN membuktikan Indonesia bisa bersaing di panggung global. Akankah strategi ini menjadikan Indonesia penguasa antariksa di Asia? Waktu yang akan menjawab.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Satelit Nusantara Lima Milik Indonesia Siap Meluncur 9 September”
    [Gambas:Video 20detik]
    (afr/fay)

  • Nasib Proyek Kilang Minyak RI saat Tren Global Berguguran

    Nasib Proyek Kilang Minyak RI saat Tren Global Berguguran

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah memastikan pengembangan kilang minyak di dalam negeri akan terus dilakukan meski bisnis kilang secara global tengah tertekan.

    Bisnis kilang dari perusahaan migas dunia saat ini kesulitan mendapatkan margin lantaran rendahnya harga minyak serta kondisi kelebihan pasok (oversupply) minyak mentah dan produk kilang.

    Berdasarkan data yang dicatat PT Pertamina (Persero), oversupply minyak dunia saat ini mencapai sekitar 2 juta barel per hari. Kelebihan ini disebabkan oleh tambahan suplai dari kilang baru yang beroperasi atau onstream.

    Kondisi tersebut menyebabkan profitabilitas atau spread produk kilang rendah. Rerata spread (selisih antara harga produk kilang dan harga minyak mentah), khususnya gasoline, berada di bawah biaya operasi (processing cost).

    Imbasnya sebanyak 26 kilang di berbagai dunia diperkirakan akan tutup menjelang 2030. Lebih terperinci, pada 2027, diperkirakan akan ada sembilan kilang yang tutup di AS, Eropa, Asia, Australia, dan Selandia Baru. Lalu, sebanyak 17 kilang di Afrika, Uni Eropa, dan Asia diperkirakan tutup pada 2030.

    Sementara itu, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menuturkan bahwa Indonesia masih perlu menambah kapasitas kilang minyak seiring masih terus meningkatnya konsumsi BBM dalam negeri.

    Menurutnya, tutupnya kilang minyak di sejumlah negara maju disebabkan transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan.

    “Ini kan ada yang diolah di dalam kilang dalam negeri, ada yang berasal dari impor. Jadi ini kita lihat, ini bagaimana optimalisasi kilang yang ada dalam negeri,” kata Yuliot di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (12/9/2025).

    Dia mencontohkan, transisi energi di China yang masif dilakukan lewat shifting kendaraan listrik, termasuk kendaraan pribadi, angkutan umum, hingga angkutan berat yang menggunakan baterai.

    Kondisi shifting penggunaan energi di sektor transportasi China saat ini disebut telah mencapai 50% menggunakan baterai listrik. Bahkan, Yuliot menyebut SPBU BBM di China telah tutup lebih dari 60% dari kondisi awal.

    “Jadi kan kita melihat ini karena ada perubahan penggunaan energi juga, ya ini mungkin itu dampaknya adalah terhadap ini kilang-kilang secara global,” tuturnya,

    Namun, jika dibandingkan dengan Indonesia, konsumsi BBM atau bahan bakar dari fosil masih tinggi mengikuti daya beli masyarakat saat ini. Adapun, kebutuhan BBM nasional saat ini mencapai 1,5 juta barel per hari.

    Bahkan, kebutuhan tersebut belum sejalan dengan kemampuan produksi dari kilang dalam negeri. Alhasil, pemerintah masih perlu mengimpor minyak dari negara dengan tetap mempertimbangkan neraca perdagangan.

    “Kalau tidak tercukupi dari kilang dalam negeri, berarti kita harus melakukan impor dari luar negeri, tapi ini dalam neraca trade balance, ya kita juga harus mengulangi komitmen kita,” tuturnya.

    Adapun, saat ini terdapat 18 proyek kilang modular dengan nilai investasi sekitar Rp160 triliun. Proyek prioritas hilirisasi dan ketahanan energi ini diserahkan oleh Satgas Hilirisasi kepada BPI Danantara.

    Selain itu, terdapat sejumlah proyek kilang yang menjadi proyek strategis nasional (PSN), antara lain Kilang Bontang, Kilang Minyak Tuban (ekspansi), Refinery Development Master Plan (RDMP) Refinery Unit (RU) VI Balongan, dan RDMP RU IV Cilacap (rescoping).

    Terkait tantangan bisnis kilang, Pjs. Corporate Secretary PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Milla Suciyani mengatakan bahwa pihaknya masih terus fokus dalam pengembangan operasional kilang, baik dari sisi kapasitas maupun pengembangan produk melalui inovasi-inovasi.

    “KPI juga terus menjaga komitmen untuk mendukung ketahanan energi untuk Indonesia,” ujar Milla kepada Bisnis, Jumat (12/9/2025).

    Tantangan Keekonomian

    Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan, prospek bisnis kilang minyak di Indonesia bisa sangat menarik jika dikembangkan dengan tepat.

    “Ini butuh peran pemerintah juga dan tadi saya bilang, keekonomian kilang di Indonesia kan enggak terlalu bagus. Jadi harus ada yang bisa ditawarkan sebagai tambahan, seperti petrokimia atau enggak jaminan dari pemerintah, misalkan untuk investor di kilang minyak,” kata Moshe kepada Bisnis.

    Dia pun menyoroti rencana investasi Danantara Indonesia untuk membangun 17 kilang minyak modular senilai US$8 miliar bersama perusahaan asal Amerika Serikat (AS).

    Menurut Moshe, kilang modular tidak berisiko dari segi kapasitas yang terbilang kecil yakni di kisaran 100.000 barel ke bawah. Meskipun risikonya rendah, dari segi nilai keekonomian tetap dinilai rentan.

    “Jadi, risiko harus berbagi jangan semua risiko itu diserap oleh Danantara itu sendiri. Jadi kita harus cari partner sama-sama untuk mengurangi risiko, dari sisi keekonomian itu juga sangat rentan,” ujarnya.

    Dalam hal ini, dia menegaskan bahwa investasi di kilang berisiko dari segi keekonomian karena cost over run atau biaya tidak terduga yang bisa membengkak.

    “Misalkan US$100 juta, tiba-tiba membengkak jadi US$200 juta, pembengkakan biaya itu yang menjadi risiko. Pengembangan kilang itu sendiri apalagi kalau keekonomiannya tipis,” jelasnya.

    Apalagi daya beli masyarakat di Indonesia terbilang rendah sehingga kilang di dalam negeri harus menyesuaikan harga agar tidak terlalu tinggi. Untuk itu, dia mendorong untuk menambah manfaat kilang untuk produksi petrokimia.

    “Jadi saya pikir bukan karena itu yang jadi masalah di Indonesia, kilang ini kan memang dari awal memang sudah dibilang proyek yang risiko tinggi dengan keekonomian yang tidak begitu besar,” tuturnya.

    Di sisi lain, dia juga menerangkan bahwa tren kilang global yang diperkirakan akan tutup tidak akan berpengaruh ke sentimen di Indonesia. Pasalnya, kebutuhan dalam negeri masih terus tumbuh tinggi.

    Senada, Founder & Advisor Research Institute for Mining and Energy Economics (ReforMiner Institute) Pri Agung Rakhmanto menilai penambahan kapasitas kilang minyak dalam negeri menjadi keniscayaan untuk mendukung ketahanan energi nasional.

    Dia mengatakan, bagi negara-negara berkembang di wilayah Asia Pasifik, kebutuhan kapasitas kilang terus meningkat, utamanya negara yang tidak masuk dalam The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). 

    “Indonesia, sebagaimana tergolong non-OECD yang masih memerlukan fosil untuk pertumbuhan ekonomi, jelas memerlukan penambahan kapasitas kilang,” kata Pri.

    Sementara itu, dia menilai negara Uni Eropa dan AS belakangan ini tidak menambah kapasitas kilang karena telah menerapkan energi baru terbarukan yang dapat diandalkan.

    “Sementara di Middle East [Timur Tengah] juga karena memang overcapacity, dan juga karena akan pembaruan, untuk dibangun kilang-kilang baru yang juga sekaligus kilang petrokimia, untuk menghasilkan nilai tambah lebih tinggi. Beda konteks dengan keadaan dan kebutuhan Indonesia,” tuturnya. 

    Bahkan, negara-negara OECD cenderung mempertahankan bahkan mengurangi kapasitas kilang dalam beberapa dekade terakhir. Sementara itu, negara non-OECD terus mengembangkan industri kilang hingga saat ini. 

    Dalam catatannya yang dikutip dari berbagai sumber, terdapat 25 rencana penambahan kilang hingga tahun 2028. Adapun, 5 kilang di antaranya akan dibangun China, 11 kilang di India, 2 kilang Iran, Bahrain, Iraq, Jordan, Oman, Arab Saudi, Nigeria, dan Meksiko. 

    Pada 2000, hampir separuh kapasitas kilang dunia 45% tercatat berada di Amerika Serikat, Eropa Barat, dan Jepang. Namun, beberapa tahun terakhir, kapasitas kilang di Timur Tengah, China dan India tumbuh hampir setiap tahun dan lebih dari 34% kapasitas kilang dunia pada 2024. 

    Kondisi inilah yang juga terjadi di Indonesia. Pri menilai RI justru harus lebih ekspansif membangun kilang, pasalnya dia justru melihat Indonesia masih stagnan dalam pengembangan ekosistem di hulu migas ini. 

    “Jadi, membangun kilang, untuk Indonesia, saya melihatnya positif dan itu memang kebutuhan ya. Dari perspektif kebijakan energi, itu memang bagian dari hilirisasi migas untuk ketahanan energi yang kita perlukan. Bukan hanya untuk ketahanan energi, tapi juga ketahanan ekonomi,” tuturnya. 

    Sebab, kemandirian energi lewat produksi minyak dalam negeri dapat mengurangi devisa impor migas dan membuat Indonesia terlepas dari kondisi pasar migas global. 

    Dia menegaskan bahwa pengembangan kilang menjadi keharusan bagi Indonesia. Sebab, selama ini pembangunan kilang dalam negeri stagnan dan tersendat aspek politik, pendanaan, serta prioritas pilihan investasi. 

    “Bagaimanapun, impor crude [minyak mentah] tetap lebih baik daripada dibandingkan impor hasil olahannya [bahan bakar]. Ada tahapan dan proses peningkatan nilai tambah ekonomi yang didapat dari keberadaan kilang yang mengolah itu,” pungkasnya. 

  • Aspermigas Buka-bukaan Tantangan Investasi Kilang Minyak di Indonesia

    Aspermigas Buka-bukaan Tantangan Investasi Kilang Minyak di Indonesia

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) mengungkap sejumlah tantangan keekonomian dalam pembangunan kilang minyak di Indonesia. Untuk itu, iklim investasi kilang harus diiringi inovasi pengembangan dan dukungan pemerintah.

    Ketua Komite Investasi Aspermigas Moshe Rizal mengatakan, prospek bisnis kilang minyak di Indonesia bisa sangat menarik jika dikembangkan dengan tepat. 

    “Ini butuh peran pemerintah juga dan tadi saya bilang, keekonomian kilang di Indonesia kan enggak terlalu bagus. Jadi harus ada yang bisa ditawarkan sebagai tambahan, seperti petrokimia atau enggak jaminan dari pemerintah, misalkan untuk investor di kilang minyak,” kata Moshe kepada Bisnis, Jumat (12/9/2025).

    Dia pun menyoroti rencana investasi Danantara Indonesia untuk membangun 17 kilang minyak modular senilai US$8 miliar bersama perusahaan asal Amerika Serikat (AS). 

    Menurut Moshe, kilang modular tidak berisiko dari segi kapasitas yang terbilang kecil yakni di kisaran 100.000 barel ke bawah. Meskipun risikonya rendah, dari segi nilai keekonomian tetap dinilai rentan.  

    “Jadi, risiko harus berbagi jangan semua risiko itu diserap oleh Danantara itu sendiri. Jadi kita harus cari partner sama-sama untuk mengurangi risiko, dari sisi keekonomian itu juga sangat rentan,” ujarnya. 

    Dalam hal ini, dia menegaskan bahwa investasi di kilang berisiko dari segi keekonomian karena cost over run atau biaya tidak terduga yang bisa membengkak. 

    “Misalkan US$100 juta, tiba-tiba membengkak jadi US$200 juta, pembengkakan biaya itu yang menjadi risiko. Pengembangan kilang itu sendiri apalagi kalau keekonomiannya tipis,” jelasnya. 

    Apalagi daya beli masyarakat di Indonesia terbilang rendah sehingga kilang di dalam negeri harus menyesuaikan harga agar tidak terlalu tinggi. Untuk itu, dia mendorong untuk menambah manfaat kilang untuk produksi petrokimia. 

    “Jadi saya pikir bukan karena itu yang jadi masalah di Indonesia, kilang ini kan memang dari awal memang sudah dibilang proyek yang risiko tinggi dengan keekonomian yang tidak begitu besar,” tuturnya.

    Di sisi lain, dia juga menerangkan bahwa tren kilang global yang diperkirakan akan tutup tidak akan berpengaruh ke sentimen di Indonesia. Pasalnya, kebutuhan dalam negeri masih terus tumbuh tinggi. 

    Kabar penutupan kilang minyak global seperti di Eropa dan Amerika Serikat (AS) disebabkan isu lingkungan dan transisi energi. Dia melihat dua kawasan tersebut tak lagi mau mengelola kilang minyak karena isu lingkungan. 

    “Tapi bukan berarti mereka enggak beli BBM lagi karena permintaan BBM tetap naik, mau itu di Eropa, di Amerika maupun di Asia,” imbuhnya. 

    Tak hanya AS dan Eropa, China juga mengurangi konsumsi BBM karena beralih ke energi baru terbarukan lewat masifnya penggunaan kendaraan listrik. Namun, dia melihat investasi kilang kini masif di negara-negara berkembang. 

    “Jadi kalau dibilang 26 tutup, banyak juga yang buka, misalkan kita lihat, kalau enggak salah Nigeria kemarin baru meresmikan petroleum, kilang terbesar di benua Afrika. Kalau enggak hampir setengah juta barel per hari,” tuturnya. 

    Sebelumnya, Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Oki Muraza mengungkapkan 26 kilang minyak dan gas bumi (migas) di dunia bakal tutup menjelang 2030. Hal ini tak lepas dari kondisi kelebihan pasok (oversupply) dan rendahnya profitabilitas atau spread produk yang menekan bisnis kilang.

    Oki menuturkan, beberapa perusahaan migas dunia tengah menghadapi tantangan dalam mendapatkan keuntungan dari bisnis kilang. Menurutnya, perusahaan kelas dunia seperti BP, TotalEnergies, hingga Chevron mengalami tantangan serupa.

    “Ada banyak kilang dunia yang ditutup di Eropa, di Amerika, di Australia dan diperkirakan ada 17 kilang yang akan tutup menjelang tahun 2030,” ucap Oki dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (11/9/2025).

    Berdasarkan bahan paparan Pertamina, pada 2027, diperkirakan akan ada sembilan kilang yang tutup di AS, Eropa, Asia, Australia, dan Selandia Baru. 

    Lalu, sebanyak 17 kilang di Afrika, Uni Eropa, dan Asia diperkirakan tutup pada 2030.

  • ESDM Pastikan Bisnis Kilang di RI Prospektif saat Tren Global Berguguran

    ESDM Pastikan Bisnis Kilang di RI Prospektif saat Tren Global Berguguran

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan kebutuhan kilang minyak di Indonesia masih tinggi di tengah tekanan bisnis kilang secara global.

    Kebutuhan tambahan kilang baru dalam negeri itu seiring dengan konsumsi bahan bakar yang terus meningkat. 

    Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan, penyebab tutupnya kilang minyak di sejumlah negara maju disebabkan transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan.  

    “Ini kan ada yang diolah di dalam kilang dalam negeri, ada yang berasal dari impor. Jadi ini kita lihat, ini bagaimana optimalisasi kilang yang ada dalam negeri,” kata Yuliot di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (12/9/2025). 

    Dia mencontohkan, transisi energi di China yang masif dilakukan lewat shifting kendaraan listrik, termasuk kendaraan pribadi, angkutan umum, hingga angkutan berat yang menggunakan baterai. 

    Kondisi shifting penggunaan energi di sektor transportasi China saat ini disebut telah mencapai 50% menggunakan baterai listrik. Bahkan, Yuliot menyebut SPBU BBM di China telah tutup lebih dari 60% dari kondisi awal. 

    “Jadi kan kita melihat ini karena ada perubahan penggunaan energi juga, ya ini mungkin itu dampaknya adalah terhadap ini kilang-kilang secara global,” tuturnya, 

    Namun, jika dibandingkan dengan Indonesia, konsumsi BBM atau bahan bakar dari fosil masih tinggi mengikuti daya beli masyarakat saat ini. Adapun, kebutuhan BBM nasional saat ini mencapai 1,5 juta barel per hari. 

    Bahkan, kebutuhan tersebut belum sejalan dengan kemampuan produksi dari kilang dalam negeri. Alhasil, pemerintah masih perlu mengimpor minyak dari negara dengan tetap mempertimbangkan neraca perdagangan. 

    “Kalau tidak tercukupi dari kilang dalam negeri, berarti kita harus melakukan impor dari luar negeri, tapi ini dalam neraca trade balance, ya kita juga harus mengulangi komitmen kita,” tuturnya. 

    Diberitakan Bisnis sebelumnya, Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Oki Muraza mengungkapkan 26 kilang minyak dan gas bumi (migas) di dunia bakal tutup menjelang 2030. Hal ini tak lepas dari kondisi kelebihan pasok (oversupply) dan rendahnya spread produk (selisih antara harga produk kilang dan harga minyak mentah) yang menekan bisnis kilang. 

    Oki menuturkan, beberapa perusahaan migas dunia tengah menghadapi tantangan dalam mendapatkan keuntungan dari bisnis kilang. Menurutnya, perusahaan kelas dunia seperti BP, TotalEnergies, hingga Chevron mengalami tantangan serupa. 

    “Ada banyak kilang dunia yang ditutup di Eropa, di Amerika, di Australia dan diperkirakan ada 17 kilang yang akan tutup menjelang tahun 2030,” ucap Oki dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (11/9/2025). 

    Berdasarkan bahan paparan Pertamina, pada 2027, diperkirakan akan ada sembilan kilang yang tutup di AS, Eropa, Asia, Australia, dan Selandia Baru.

    Lalu, sebanyak 17 kilang di Afrika, Uni Eropa, dan Asia diperkirakan tutup pada 2030.

  • 26 Kilang Minyak Dunia Bakal Tutup Jelang 2030, Pertamina Waswas

    26 Kilang Minyak Dunia Bakal Tutup Jelang 2030, Pertamina Waswas

    Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Oki Muraza mengungkapkan 26 kilang minyak dan gas bumi (migas) di dunia bakal tutup menjelang 2030. Hal ini tak lepas dari kondisi kelebihan pasok (oversupply) dan  rendahnya spread produk yang menekan bisnis kilang.

    Oki menuturkan, beberapa perusahaan migas dunia tengah menghadapi tantangan dalam mendapatkan keuntungan dari bisnis kilang. Menurutnya, perusahaan kelas dunia seperti BP, TotalEnergies, hingga Chevron mengalami tantangan serupa.

    “Ada banyak kilang dunia yang ditutup di Eropa, di Amerika, di Australia dan diperkirakan ada 17 kilang yang akan tutup menjelang tahun 2030,” ucap Oki dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (11/9/2025).

    Berdasarkan bahan paparan Pertamina, pada 2027, diperkirakan akan ada sembilan kilang yang tutup di AS, Eropa, Asia, Australia, dan Selandia Baru. 

    Lalu, sebanyak 17 kilang di Afrika, Uni Eropa, dan Asia diperkirakan tutup pada 2030.

    Oki menjelaskan, oversupply ini tidak hanya terjadi pada minyak mentah (crude), tetapi juga pada produk-produk kilang. Menurutnya, hal ini menyebabkan profitabilitas atau spread produk kilang rendah. 

    Rerata spread (selisih antara harga produk kilang dan harga minyak mentah), khususnya gasoline berada di bawah biaya operasi (processing cost).

    “Nah, dengan ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Pertamina dan perusahaan energi lainnya, baik itu national oil company maupun international oil company,” imbuh Oki.

    Dia menambahkan bahwa kondisi oversupply minyak dunia juga disebabkan oleh tambahan stok dari kilang baru onstream.

    Adapun, berdasarkan bahan paparan Pertamina, saat ini perusahaan pelat merah itu mengoperasikan enam kilang dengan kapasitas desain sekitar 1,1 juta barel per hari (bph).

    Kilang itu pun mampu memenuhi sekitar 60% hingga 70% untuk suplai BBM nasional. Secara performa, rata-rata intake kilang Pertamina mencapai 330 juta barel per tahun.

  • Indonesia-Selandia Baru siap tingkatkan kerja sama berantas narkotika

    Indonesia-Selandia Baru siap tingkatkan kerja sama berantas narkotika

    “Saya berharap kerja sama antara BNN RI dan pemerintah Selandia Baru ke depan dapat semakin meningkat, khususnya dalam bidang pemberantasan narkotika, baik berupa pelatihan maupun pertukaran informasi,”

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Indonesia dengan pemerintah Selandia Baru siap meningkatkan kerja sama dalam pemberantasan narkotika, dalam pertemuan di Jakarta, Senin (8/9).

    Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI Inspektur Jenderal Polisi Suyudi Ario Seto mengungkapkan BNN RI dan pemerintah Selandia Baru sebelumnya pernah memiliki beberapa program kerja sama, di antaranya pertukaran polisi wanita pada tahun 2007 dan pelatihan anggota BNN di New Zealand Police Dog Training School pada tahun 2017.

    “Saya berharap kerja sama antara BNN RI dan pemerintah Selandia Baru ke depan dapat semakin meningkat, khususnya dalam bidang pemberantasan narkotika, baik berupa pelatihan maupun pertukaran informasi,” ungkap Irjen Pol. Suyudi, seperti dikutip dari keterangan tertulis yang dikonfirmasi di Jakarta, Selasa.

    Oleh karena itu dengan adanya kunjungan Duta Besar (Dubes) Selandia Baru Phillip Taula ke Kantor BNN RI, Suyudi berharap kerja sama yang baik dengan pemerintah Selandia Baru dapat terus terjalin dan terealisasi dalam berbagai program nyata.

    Dikatakan bahwa hal tersebut mengingat BNN RI sangat memerlukan pelatihan dalam memperdalam investigasi, mata uang kripto (cryptocurrency), maupun web gelap (dark web).

    Dia pun turut berharap dengan adanya audiensi tersebut hubungan baik BNN RI dengan pemerintah Selandia Baru yang telah lama terjalin semakin erat.

    Sementara itu, Dubes Selandia Baru Phillip Taula yang baru saja dilantik pada Februari 2025, pada kesempatan tersebut menyampaikan ucapan selamat kepada Suyudi atas pelantikannya sebagai Kepala BNN RI.

    “Saya ingin mengenal BNN lebih dekat dan meningkatkan kerja sama khususnya dalam bidang penanganan narkotika,” ujar Philip.

    Dalam kunjungan kerja itu, Dubes Selandia Baru didampingi oleh Atase Kepolisian Selandia Baru Paul Borrell serta Penasihat Kepolisian, Politik, dan Keamanan Kedubes Selandia Baru Awan Poesoro, diterima secara langsung oleh Kepala BNN RI

    Adapun Kepala BNN RI didampingi Deputi Hukum dan Kerja Sama BNN RI Agus Irianto, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Pemberantasan BNN RI Budi Wibowo, dan Direktur Interdiksi BNN RI Tery Zakiar Muslim.

    Pewarta: Agatha Olivia Victoria
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Mengungkap Dampak Letak Geografis Indonesia, Kenapa Negeri Ini Begitu Istimewa?

    Mengungkap Dampak Letak Geografis Indonesia, Kenapa Negeri Ini Begitu Istimewa?

    YOGYAKARTA – Dampak letak geografis Indonesia sangat besar terhadap kehidupan masyarakat. Posisi strategis di antara dua benua dan dua samudera membuat Indonesia diuntungkan dalam beberapa hal.

    Meskipun membawa banyak keuntungan, letak geografi ini juga menghadirkan tantangan. Lantaran berbagai tantangan yang ada, maka diharuskan untuk membentuk karakter bangsa yang tangguh dalam menghadapinya.

    Dampak Letak Geografis Indonesia

    Dilansir dari laman ETD (Electronic Theses and Dissertations) UMY, karena berada di jalur persilangan dunia, Indonesia menjadi titik lalu lintas perdagangan internasional, baik jalur laut maupun udara.

    Lantaran letaknya strategis, kapal dagang dari Jepang, Korea, hingga Tiongkok yang menuju Eropa atau Timur Tengah kerap melewati perairan Indonesia. Begitu pula jalur perdagangan dari Asia menuju Australia dan Selandia Baru.

    Selain itu, kekayaan alam berupa flora, fauna, serta sumber mineral semakin memperkuat posisi Indonesia dalam perekonomian global.

    Baca juga artikel yang membahas 10 Konsep Geografi: Lokasi, Jarak, Pola, hingga Keterkaitan Ruang

    Dengan kondisi tersebut, Indonesia berperan sebagai penghubung utama antara negara-negara industri dan negara berkembang di berbagai belahan dunia. Secara lebih rinci, berikut ini beberapa keuntungan yang bisa didapat Indonesia:

    Jalur Perdagangan Internasional

    Posisi Indonesia menjadikannya sebagai jalur penting perdagangan global. Hal tersebut membuat banyak kapal dagang dari Asia Timur menuju Eropa, Timur Tengah, hingga Australia yang melintas di wilayah ini.

    Potensi Ekonomi yang Tinggi

    Dengan banyaknya aktivitas perdagangan dan pelayaran, Indonesia mendapat keuntungan berupa devisa negara, lapangan kerja, dan peningkatan sektor transportasi maupun logistik.

    Kekayaan Sumber Daya Alam

    Letak di wilayah tropis membuat Indonesia kaya flora, fauna, serta sumber daya mineral yang bernilai tinggi untuk perdagangan dunia.

    Posisi silang Indonesia membuatnya menjadi tempat pertemuan berbagai bangsa. Hal ini menciptakan keragaman budaya, tradisi, hingga kuliner yang unik.

    Pengaruh Strategis Global

    Indonesia menjadi bagian dari jalur pelayaran utama dunia yang menghubungkan Asia Pasifik, Eropa, hingga Amerika melalui Selat Malaka, Terusan Suez, dan Terusan Panama.

    Tantangan Letak Geografis Indonesia

    Meski posisi geografis Indonesia membawa banyak keuntungan, ada pula tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah persoalan perbatasan laut di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

    Perlu Anda ketahui, Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas, dan menurut aturan internasional UNCLOS 1982, setiap negara berhak atas ZEE sejauh 200 mil laut dari garis pangkal pantai. Di zona ini, Indonesia memiliki hak untuk mengelola sumber daya alam, baik hayati maupun non-hayati.

    Namun, pada kenyataannya semuanya tidak selalu berjalan mulus. Indonesia kerap berhadapan dengan sengketa perbatasan laut dengan negara tetangga seperti Vietnam dan Filipina.

    Bahkan, klaim sepihak Tiongkok di Laut Natuna Utara juga memicu ketegangan. Padahal, kawasan ini sangat penting secara ekonomi karena berada dekat Laut Cina Selatan, salah satu jalur perdagangan tersibuk di dunia.

    Nilai perdagangan di Laut Natuna Utara mencapai ribuan miliar dolar, terutama melalui kerja sama besar seperti TPP dan RCEP yang melibatkan banyak negara.

    Tantangan ini menuntut Indonesia untuk terus memperkuat diplomasi internasional sekaligus menjaga kedaulatan maritimnya. Dengan demikian, Indonesia bisa tetap memanfaatkan posisi strategisnya tanpa kehilangan hak atas wilayah laut dan sumber daya yang terkandung di dalamnya.

    Selain pembahasan mengenai dampak letak geografis indonesia dampak letak geografis indonesia, ikuti artikel-artikel menarik lainnya di  VOI, untuk mendapatkan kabar terupdate jangan lupa follow dan pantau terus semua akun sosial media kami! 

  • Daftar 17 Negara Lolos ke Piala Dunia 2026

    Daftar 17 Negara Lolos ke Piala Dunia 2026

    JAKARTA – Sebanyak 17 negara sudah memastikan diri tampil di Piala Dunia 2026 yang akan berlangsung di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Berikut daftar negara yang lolos Piala Dunia 2026.

    Setelah pertandingan yang digelar Sabtu, 6 September dini hari WIB, Maroko menjadi negara terbaru yang memastikan tiket ke Piala Dunia 2026. Hal itu diraih setelah Maroko menang meyakinkan 5-0 atas Niger dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Afrika.

    Dengan hasil itu, Maroko tercatat berhasil menuntaskan enam laga dengan kemenangan sempurna di Grup G tanpa sekalipun menelan kekalahan. Kepastian ini menambah daftar peserta resmi Piala Dunia 2026 dari berbagai konfederasi.

    Sebelumnya, zona CONMEBOL juga melahirkan tiga wakil baru, yakni Paraguay, Kolombia, dan Uruguay.

    Hasil imbang Paraguay melawan Ekuador, kemenangan 3-0 Kolombia atas Bolivia, dan kemenangan Uruguay 3-0 atas Peru memastikan jatah enam tim dari Amerika Selatan sudah terpenuhi. Tiga tim itu menyusul Argentina, Brasil, dan Ekuador yang lebih dulu lolos.

    Dari Asia (AFC), hingga saat ini sudah ada enam negara yang memastikan diri melaju, yaitu Australia, Iran, Jepang, Yordania, Korea Selatan, dan Uzbekistan. Menariknya, Yordania dan Uzbekistan akan mencatatkan debut mereka di ajang Piala Dunia.

    Sementara itu, dari Oseania (OFC), Selandia Baru memastikan diri sebagai satu-satunya wakil langsung. Zona CONCACAF juga sudah memiliki tiga wakil otomatis, yaitu Kanada, Meksiko, dan Amerika Serikat sebagai tuan rumah bersama.

    Hingga kini, zona UEFA (Eropa) masih belum memiliki perwakilan karena kualifikasi yang masih berjalan. Nantinya akan ada total 48 tim yang tampil di Piala Dunia 2026.

    Berikut Daftar 17 Negara yang Lolos Piala Dunia 2026:

    AFC (6):

    Australia

    Iran

    Jepang

    Yordania (debut)

    Korea Selatan

    Uzbekistan (debut)

    CONCACAF (3):

    Kanada (co-host)

    Meksiko (co-host)

    Amerika Serikat (co-host)

    CONMEBOL (6):

    Argentina

    Brasil

    Kolombia

    Ekuador

    Paraguay

    Uruguay

    OFC (1):

    Selandia Baru

    CAF (1):

    Maroko.