Negara: Rwanda

  • Militan M23 Umumkan Gencatan Senjata Sepihak di Kongo, Sebut demi Kemanusiaan – Halaman all

    Militan M23 Umumkan Gencatan Senjata Sepihak di Kongo, Sebut demi Kemanusiaan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Aliansi Fleuve Congo (AFC), sebuah aliansi kelompok pemberontak termasuk kelompok M23 di wilayah timur Republik Demokratik Kongo, mengumumkan gencatan senjata.

    Pengumuman ini muncul setelah berminggu-minggu pertempuran sengit dengan tentara nasional dan pasukan penjaga perdamaian.

    “Gencatan senjata dimulai pada hari ini, Selasa (4/2/2025), untuk memungkinkan akses kemanusiaan ke wilayah tersebut,” kata AFC, Senin (3/2/2025).

    “Kami mengutuk tindakan FARDC (Angkatan Bersenjata Republik Demokratik Kongo) yang terus menggunakan pesawat militer di Bandara Kavumu, tempat mereka memuat bom yang menewaskan rekan-rekan kami di wilayah yang telah dibebaskan,” lanjut AFC, seperti diberitakan France24.

    Keputusan sepihak itu muncul di tengah meningkatnya seruan untuk gencatan senjata segera saat pemberontak merebut sebagian besar wilayah di bagian timur Kongo, termasuk Goma, sebuah kota di perbatasan Rwanda dan ibu kota provinsi Kivu Utara.

    Sebelumnya pada Senin (3/2/2025), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan sedikitnya 900 mayat telah ditemukan di jalan-jalan, tidak termasuk yang sudah ada di kamar mayat hingga Jumat (31/1/2025) lalu, setelah pertempuran selama berhari-hari antara M23 dan tentara Kongo di Goma. 

    Selain itu, hampir 2.900 orang telah terluka dalam pertempuran tersebut.

    WHO juga memperingatkan risiko penyebaran mpox (cacar monyet), kolera, dan campak karena pengungsian penduduk yang tidak memiliki akses mudah ke perawatan medis.

    Serangan Kelompok Pemberontak Kongo

    Kongo telah dilanda kekerasan selama puluhan tahun dan puluhan kelompok bersenjata memerangi pemerintah setempat untuk memperebutkan mineral seperti emas dan berlian.

    Sejak awal tahun ini, kelompok pemberontak M23 telah melancarkan serangan terhadap pemerintah, menewaskan beberapa tentara penjaga perdamaian asing.

    Aktivitas kelompok militan tersebut semakin meningkat, terutama di wilayah sekitar Goma dalam beberapa minggu terakhir.

    Para militan dilaporkan berhasil menguasai wilayah lain dan maju menuju ibu kota provinsi lainnya, Bukavu, setelah merebut Goma minggu lalu.

    Namun mereka membantah berniat melakukan hal ini pada hari mereka mengumumkan gencatan senjata pada Senin kemarin dan berlaku mulai Selasa hari ini.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Serang ISIS di Somalia

    Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Serang ISIS di Somalia

    Selamat memulai bulan Februari!

    Anda sedang membaca Dunia Hari Ini edisi Senin, 3 Februari 2025, yang berisi rangkuman berita pilihan dari berbagai negara yang terjadi dalam 24 jam terakhir.

    Informasi yang pertama datang dari Somalia.

    Serangan udara Amerika Serikat

    Militer Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap anggota Islamic States (IS) di Somalia, menjadikannya serangan pertama dalam masa jabatan kedua Presiden Donald Trump.

    Menteri Pertahanan Pete Hegseth mengatakan serangan yang dilakukan Komando Afrika AS itu diarahkan oleh Presiden Trump, berkoordinasi dengan pemerintah Somalia.

    Penilaian awal oleh Pentagon mengindikasikan “banyak” anggota IS yang tewas.

    Pentagon mengatakan tidak ada warga sipil yang terluka dalam serangan tersebut.

    Mantan kepala program bantuan Australia di Gaza dibebaskan

    Mohammad al-Halabi, manajer program keamanan pangan yang didanai Australia di bawah organisasi World Vision, ditahan oleh dinas keamanan Israel pada tahun 2016, sebelum dihukum dengan tuduhan menyalurkan uang ke Hamas tahun 2022 lalu.

    Ia menolak menerima kesepakatan dan mengaku tidak bersalah selama persidangan.

    Al-Halabi adalah salah satu dari 72 tahanan keamanan Palestina yang dibebaskan dengan imbalan tiga sandera Israel.

    Saat dibebaskan di Gaza, ia kembali mengatakan hukuman penjaranya adalah sebuah kesalahan.

    Ratusan tewas dalam pertempuran di Kongo

    Otoritas Kongo menyebut setidaknya 773 orang tewas di dalam dan sekitar kota terbesar di Kongo timur, Goma, dalam seminggu terakhir selama pertempuran antara militer dan pemberontak M23 yang didukung Rwanda.

    Para pemberontak menyerbu Goma sebelum bergerak ke selatan menuju kota Bukavu, tetapi tampaknya tertahan sekitar 60 kilometer di utara kota pasukan Kongo yang didukung oleh tentara Burundi.

    Juru bicara pemerintah Kongo, Patrick Muyaya, mengatakan 773 jasad berada di kamar jenazah Goma akibat pertempuran tersebut, dan 2.880 orang telah dirawat di rumah sakit karena luka-luka.

    Namun, Muyaya mengatakan jumlah korban tewas terakhir akibat pertempuran minggu ini kemungkinan lebih tinggi dalam sebuah pengarahan di ibu kota, Kinshasa.

    Ratusan “Marilyn Monroe” berkumpul untuk amal

    Lebih dari 700 “Marilyn” mengabaikan suhu 39 derajat Celsius untuk mengumpulkan dana bagi Cancer Council di negara bagian Australia Selatan selama acara Marilyn Jetty Swim.

    Memasuki tahunnya yang ke-12, acara tahunan di Brighton, Adelaide ini diprediksi jadi yang terbesar sejauh ini karena meja pendaftaran diserbu 765 orang hanya beberapa saat setelah dibuka.

    Penggagas acara Sarah Tinney, yang baru-baru ini menerima Medal of the Order of Australia (OAM), mengatakan dia “terkesima.”

    Ia mengatakan mereka hanya kurang sedikit dari target pengumpulan dana sebesar A$400.000 (sekitar Rp4 miliar), tetapi memperkirakan jumlahnya akan terlampaui dalam semalam.

    Lihat juga Video ‘Bom Mobil Meledak di Somalia, 5 Orang Tewas’:

  • Nakes di Uganda Jadi Korban Wabah Ebola, Meninggal usai Alami Gagal Organ

    Nakes di Uganda Jadi Korban Wabah Ebola, Meninggal usai Alami Gagal Organ

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan Uganda telah mengonfirmasi wabah baru Ebola di ibu kota, Kampala. Seorang tenaga kesehatan meninggal usai terinfeksi penyakit tersebut.

    Dilaporkan BBC, perawat berusia 32 tahun meninggal karena kegagalan multi-organ pada hari Rabu di Rumah Sakit Nasional Mulango, yang terletak di distrik bisnis pusat kota.

    Ini menandai wabah Ebola kedelapan yang tercatat di Uganda sejak infeksi pertama didokumentasikan pada tahun 2000.

    Penyakit Virus Ebola Sudan (SUDV) adalah demam berdarah yang sangat menular yang ditularkan melalui kontak dengan cairan dan jaringan tubuh yang terinfeksi. Penyakit ini adalah salah satu dari beberapa jenis virus Ebola yang diketahui menyebabkan wabah.

    Pada hari-hari sebelum kematiannya, perawat tersebut pergi ke beberapa fasilitas kesehatan serta ke tabib tradisional, sebelum diagnosisnya dikonfirmasi. Ia juga pergi ke rumah sakit umum di Mbale, sebuah kota yang berbatasan dengan Kenya.

    Kementerian Kesehatan Uganda mengatakan 44 kontak dari pria yang meninggal tersebut, termasuk 30 petugas kesehatan, telah diidentifikasi untuk dilacak. Tim tanggap darurat telah dikerahkan untuk mencoba mengendalikan penyakit tersebut.

    Namun, pelacakan kontak mungkin sulit dilakukan karena Kampala, kota yang ramai dengan lebih dari empat juta penduduk, berfungsi sebagai pusat utama perjalanan ke Sudan Selatan, Republik Demokratik Kongo, Rwanda, dan negara-negara tetangga lainnya.

    Wabah Ebola terakhir di Uganda terjadi pada September 2022, yang juga disebabkan oleh SUDV. Berpusat di distrik Mubende, wabah tersebut dinyatakan berakhir setelah empat bulan.

    Ada enam jenis virus Ebola yang diketahui. Empat di antaranya, Zaire, Bundibugyo, Sudan, dan Hutan Taï, diketahui menyebabkan penyakit pada manusia.

    Strain Reston dan Bombali terutama menyerang primata nonmanusia.

    Tidak seperti virus Ebola Zaire yang lebih umum, tidak ada vaksin yang disetujui untuk strain Sudan.

    Gejala infeksi Ebola meliputi demam, kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, dan sakit tenggorokan, diikuti dengan muntah, diare, ruam, dan pendarahan internal dan eksternal.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa, rata-rata, Ebola membunuh lima dari setiap 10 orang yang terinfeksi.

    (kna/kna)

  • Peta Konflik Dunia di 2025: AS Awas, Rusia Untung, Perhatian Timur Tengah, Situasi Korea hingga Cina – Halaman all

    Peta Konflik Dunia di 2025: AS Awas, Rusia Untung, Perhatian Timur Tengah, Situasi Korea hingga Cina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Dewan Urusan Luar Negeri Amerika Serikat (AS) telah merilis jajak pendapat tahunan para ahli kebijakan luar negeri dengan pertimbangan konflik saat ini atau potensial yang dapat memengaruhi kepentingan Negeri Paman Sam.

    Laporan tersebut dirilis dengan latar belakang perang dan meningkatnya ketegangan di sejumlah kawasan dan saat Presiden AS Donald Trump memaparkan prioritas kebijakan luar negerinya untuk masa jabatan keduanya.

    Newsweek menghubungi Departemen Luar Negeri AS melalui email untuk meminta komentar.

    Laporan tersebut disusun dari informasi yang dikumpulkan pada bulan November dari 15.000 akademisi, pejabat pemerintah, dan pakar kebijakan luar negeri lainnya.

    Hasilnya menunjukkan bahwa tahun 2025 dapat menjadi tahun yang paling berbahaya sejak Dewan Urusan Luar Negeri mulai melakukan Survei Prioritas Pencegahan.

    Ada lebih banyak skenario yang lebih mungkin terjadi dan memiliki dampak potensial yang lebih tinggi terhadap kepentingan Washington daripada sebelumnya dalam 17 tahun jajak pendapat oleh lembaga pemikir yang berkantor pusat di Washington DC.

    Timur Tengah Masih Memanas

    Timur Tengah dianggap sebagai area yang memerlukan perhatian khusus.

    Menurut laporan tersebut, masih menjadi sorotan konflik Israel dan Hamas di Gaza, kemudian bentrokan dengan Hizbullah yang berpusat di Lebanon, dan meningkatnya permusuhan dengan pendukung kedua kelompok paramiliter—Iran.

    Tidak jelas bagaimana gencatan senjata minggu lalu antara Israel dan Hamas dan kembalinya ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi dari Gaza selatan ke utara akan memengaruhi hasil survei.

    Keuntungan Militer Rusia

    Lalu perang Rusia melawan Ukraina juga masuk dalam kategori konflik Tingkat I tertinggi. 

    Kini, perang yang telah memasuki tahun ketiga dinilai memiliki kemungkinan besar untuk terus berlanjut dan berdampak besar pada kepentingan AS.

    Laporan itu memprediksi berbagai  spekulasi yang bisa terjadi.

    “Keuntungan militer besar Rusia di Ukraina, termasuk penghancuran infrastruktur penting secara luas, dan berkurangnya bantuan asing ke Kyiv menyebabkan gencatan senjata yang menguntungkan Moskow.”

    Tekanan Militer Cina ke Taiwan

    Skenario Tingkat 1 yang dianggap cukup mungkin terjadi tetapi dengan dampak potensial yang tinggi adalah “peningkatan tekanan militer dan ekonomi oleh Tiongkok terhadap Taiwan ” yang dapat memicu krisis Selat Taiwan yang dapat menarik AS dan negara lain di kawasan Pasifik.

    Konflik Afghanistan

    Afghanistan masuk dalam kategori risiko rendah Tier II.

    Para ahli merasa penindasan Taliban dan kesulitan ekonomi yang sedang berlangsung di Afghanistan dapat memicu kekerasan sektarian, yang dapat memperburuk krisis kemanusiaannya.

    Skenario ini dianggap memiliki kemungkinan yang tinggi meskipun dampaknya rendah terhadap masalah kebijakan AS saat ini.

    Provokasi Perbatasan Korea

    Sementara itu, “uji coba senjata dan provokasi perbatasan” oleh Korea Utara tidak mungkin mengakibatkan konfrontasi penuh dengan Korea Selatan, menurut para ahli.

    Kontinjensi ini turun ke Tingkat II, turun dari Tingkat 1 tahun lalu, tetapi akan berdampak besar pada kawasan tersebut dan kemungkinan akan melibatkan AS, yang menempatkan sekitar 28.000 tentara di Korea Selatan yang bersekutu.

    Di antara potensi krisis dalam kategori Tingkat III adalah meningkatnya ketidakstabilan politik yang disebabkan oleh meningkatnya terorisme dan melemahnya kewenangan pemerintah di Nigeria timur laut.

    ALUTSISTA KOREA UTARA – Meriam howitzer M1989 Koksan Korea Utara dikabarkan telah dikirim ke Rusia. Uji coba senjata dan provokasi perbatasan” oleh Korea Utara disebut pakar tidak mungkin mengakibatkan konfrontasi penuh dengan Korea Selatan. (NK News)

    Kemungkinan ini dianggap sedang dan berdampak rendah pada kepentingan Washington.

    Direktur Pusat Aksi Pencegahan di Council on Foreign Relations, Paul Stares, memberikan analisis terkait peta konflik dunia di 2025.

    “Tingkat kecemasan yang dirasakan responden survei tentang risiko konflik kekerasan selama 12 bulan mendatang tidak pernah sebesar ini. Dari 30 kemungkinan yang disurvei, 28 dinilai sangat mungkin terjadi dalam 12 bulan mendatang. Delapan belas di antaranya akan berdampak tinggi atau sedang terhadap kepentingan AS.”

    Untuk menghindari berbagai krisis yang terjadi secara bersamaan dengan konsekuensi yang mengerikan bagi Amerika Serikat, Stares menyarankan pemerintahan Trump untuk berpikir jernih dan berupaya mengurangi risiko konflik.

    Indeks Perdamaian Dunia

    Pada Juni 2024 lalu, Indeks Perdamaian Global (GPI) 2024 merilis peta konflik terbanyak sejak Perang Dunia II.

    Terdapat 56 konflik, 92 negara terlibat dalam konflik di luar perbatasan, yang merupakan jumlah terbanyak sejak GPI didirikan.

    Laporan yang dihasilkan oleh lembaga pemikir internasional, Institute for Economics & Peace (IEP), yang mengungkap bahwa dunia berada di persimpangan jalan. Tanpa upaya bersama, ada risiko lonjakan konflik besar, seperti dikutip dari visionofhumanity.org.

    Adapun 97 negara mengalami penurunan tingkat kedamaian, lebih banyak dari tahun mana pun sejak dimulainya Indeks Perdamaian Global pada tahun 2008.

    Konflik di Gaza dan Ukraina merupakan pendorong utama penurunan tingkat kedamaian global, karena kematian akibat pertempuran mencapai 162.000 pada tahun 2023.

    92 negara saat ini terlibat dalam konflik di luar perbatasan mereka, lebih banyak daripada kapan pun sejak dimulainya GPI.

    Sistem penilaian militer pertama dari jenisnya menunjukkan bahwa kemampuan militer AS hingga tiga kali lebih tinggi daripada Tiongkok.

    Dampak ekonomi global dari kekerasan meningkat menjadi $19,1 triliun pada tahun 2023, mewakili 13,5 persen dari PDB global. Paparan terhadap konflik menimbulkan risiko rantai pasokan yang signifikan bagi pemerintah dan bisnis.

    Militerisasi mencatat penurunan tahunan terbesarnya sejak dimulainya GPI, dengan 108 negara menjadi lebih termiliterisasi.

    110 juta orang menjadi pengungsi atau mengungsi di dalam negeri karena konflik kekerasan, dengan 16 negara kini menampung lebih dari setengah juta pengungsi.

    Amerika Utara mengalami kemerosotan regional terbesar, yang disebabkan oleh peningkatan kejahatan kekerasan dan ketakutan akan kekerasan.

    Jumlah negara yang terlibat konflik tertinggi sejak Perang Dunia II

    PEMBEBASAN SANDERA ISRAEL – Foto ini diambil pada Jumat (31/1/2025) dari publikasi resmi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) pada Kamis (30/1/2025), menunjukkan warga Palestina dan anggota Brigade Al-Qassam menyaksikan pertukaran tahanan ketiga di Jalur Gaza pada Kamis (30/1/2025). Hamas menyerahkan 3 sandera Israel dan 5 warga Thailand kepada ICRC sebelum dibawa ke negara masing-masing. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Saat ini terdapat 56 konflik, yang terbanyak sejak Perang Dunia II.

    Konflik-konflik tersebut telah menjadi lebih internasional dengan 92 negara terlibat dalam konflik di luar perbatasan mereka, yang terbanyak sejak dimulainya GPI.

    Meningkatnya jumlah konflik kecil meningkatkan kemungkinan terjadinya lebih banyak konflik besar di masa mendatang.

    Misalnya, pada tahun 2019, Ethiopia, Ukraina, dan Gaza semuanya diidentifikasi sebagai konflik kecil.

    Tahun lalu tercatat 162.000 kematian terkait konflik. Ini adalah jumlah korban tertinggi kedua dalam 30 tahun terakhir, dengan konflik di Ukraina dan Gaza yang menyumbang hampir tiga perempat kematian.

    Ukraina mewakili lebih dari separuhnya, mencatat 83.000 kematian akibat konflik, dengan perkiraan sedikitnya 33.000 untuk Palestina hingga April 2024.

    Dalam empat bulan pertama tahun 2024, kematian terkait konflik secara global berjumlah 47.000.

    Jika angka yang sama berlanjut hingga akhir tahun ini, ini akan menjadi jumlah kematian konflik tertinggi sejak genosida Rwanda pada tahun 1994.

    Dampak ekonomi global akibat kekerasan pada tahun 2023 adalah $19,1 triliun atau $2.380 per orang.

    Ini merupakan peningkatan sebesar $158 miliar, yang sebagian besar disebabkan oleh peningkatan kerugian PDB akibat konflik sebesar 20 persen.

    Pengeluaran untuk pembangunan perdamaian dan pemeliharaan perdamaian berjumlah total $49,6 miliar, yang mewakili kurang dari 0,6?ri total pengeluaran militer.

    Islandia tetap menjadi negara paling damai, posisi yang telah dipegangnya sejak 2008, diikuti oleh Irlandia, Austria, Selandia Baru, dan Singapura – pendatang baru di lima besar.

    Yaman telah menggantikan Afghanistan sebagai negara paling tidak damai di dunia. Diikuti oleh Sudan, Sudan Selatan, Afghanistan, dan Ukraina.

    Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) tetap menjadi kawasan yang paling tidak damai.

    Kawasan ini merupakan rumah bagi empat dari sepuluh negara yang paling tidak damai di dunia dan dua negara yang paling tidak damai, Sudan dan Yaman.

    Meskipun demikian, UEA mencatat peningkatan kedamaian terbesar di kawasan ini – naik 31 peringkat ke peringkat 53 pada tahun 2024.

    Meskipun sebagian besar indikator kedamaian memburuk selama 18 tahun terakhir, ada peningkatan dalam angka pembunuhan yang turun di 112 negara, sementara persepsi kriminalitas membaik di 96 negara.

    Perubahan sifat konflik

    Seiring meluasnya konflik dan semakin mendunianya konflik, meningkatnya kompleksitas mengurangi kemungkinan tercapainya solusi yang langgeng. Ukraina dan Gaza adalah contoh dari keluhan historis yang terus berlanjut atau “perang abadi” tanpa resolusi yang jelas.

    Jumlah konflik yang menghasilkan kemenangan yang menentukan bagi kedua belah pihak telah turun dari 49 persen pada tahun 1970-an, menjadi kurang dari 9 persen pada tahun 2010-an.

    Selama periode yang sama, jumlah konflik yang berakhir melalui perjanjian damai turun dari 23 persen menjadi lebih dari 4%.

    Faktor kunci lain yang membentuk kembali konflik adalah dampak teknologi peperangan asimetris, yang memudahkan kelompok non-negara, serta negara yang lebih kecil atau kurang kuat, untuk bersaing dalam konflik dengan negara atau pemerintah yang lebih besar.

    Jumlah negara yang menggunakan pesawat nirawak meningkat dari 16 menjadi 40, peningkatan 150% antara tahun 2018 dan 2023.

    Selama periode yang sama, jumlah kelompok non-negara yang melakukan setidaknya satu serangan pesawat nirawak meningkat dari 6 menjadi 91, peningkatan lebih dari 1.400%.

    Kemampuan militer global

    Sejak dimulainya perang Ukraina, militerisasi telah meningkat di 91 negara, membalikkan tren 15 tahun sebelumnya.

    Mengingat komitmen ke depan banyak negara terhadap pengeluaran militer, hal itu tidak mungkin membaik dalam beberapa tahun mendatang.

    Perubahan dalam dinamika peperangan telah menyebabkan jumlah pasukan berkurang sementara kecanggihan teknologi meningkat.

    Selama dekade terakhir, 100 negara mengurangi personel angkatan bersenjata mereka, sementara kemampuan militer global meningkat lebih dari 10%.

    Penelitian pertama yang dilakukan oleh IEP menghitung kemampuan militer suatu negara dengan menggabungkan kecanggihan militer, teknologi, dan kesiapan tempur.

    Penelitian ini mengungkap bahwa AS memiliki kemampuan militer yang jauh lebih tinggi daripada China, yang diikuti oleh Rusia.

    Pendekatan tradisional untuk mengukur kemampuan militer umumnya hanya menghitung jumlah aset militer.

    Sorotan regional

    Eropa tetap menjadi kawasan paling damai, namun, kawasan ini mencatat peningkatan pengeluaran militer tahunan terbesar sejak dimulainya GPI.

    Amerika Utara mencatat penurunan perdamaian regional terbesar dengan penurunan hanya di bawah 5%.

    Baik AS maupun Kanada mengalami penurunan yang signifikan, terutama didorong oleh peningkatan kejahatan kekerasan dan ketakutan akan kekerasan.

    Afrika Sub-Sahara sekarang menjadi kawasan paling tidak damai kedua setelah MENA karena menghadapi beberapa krisis keamanan – terutama meningkatnya kerusuhan politik dan terorisme di Sahel Tengah.

    Asia-Pasifik tetap menjadi kawasan paling damai kedua dengan sedikit penurunan perdamaian.

    Papua Nugini mencatat penurunan terburuk di kawasan tersebut, yang disebabkan oleh meningkatnya kekerasan suku akibat perselisihan atas wilayah dan kepemilikan tanah.

    Amerika Tengah dan Karibia mengalami sedikit penurunan perdamaian, karena negara-negara seperti Haiti memerangi kejahatan terorganisasi tingkat tinggi dan kerusuhan sipil.

    Meskipun demikian, El Salvador mencatat peningkatan perdamaian paling signifikan di dunia.

    Amerika Selatan mengalami penurunan perdamaian terbesar kedua dengan penurunan sebesar 3,6%.

    Perubahan terbesar terjadi pada indikator Tingkat Pembunuhan, Skala Teror Politik, dan Intensitas Konflik Internal.

    (Tribunnews.com/ Chrysnha)

  • Perang Saudara di Kongo, Kelompok Pemberontak Kuasai Bandara

    Perang Saudara di Kongo, Kelompok Pemberontak Kuasai Bandara

    Jakarta

    Situasi di Republik Demokratik Kongo (DRC) tengah memanas usai perang saudara berkecamuk. Pasukan pemberontak M23 kini telah menguasai sebuah bandara di kota Goma, Kongo.

    Dilansir AFP, Rabu (29/1/2025), peristiwa itu terjadi pada Selasa (28/1) waktu setempat. Pasukan bersenjata M23 pimpinan Tutsi diketahui mendapatkan dukungan dari pasukan Rwanda. Kedua kelompok itu memasuki pusat Goma pada Minggu (26/1) malam setelah bergerak maju selama berminggu-minggu melalui wilayah tersebut.

    Saat ini belum diketahui bagian mana di kota Goma yang berada di bawah kendali pasukan Kongo atau pasukan M23. Kelompok pemberontak mengklaim telah menguasai kota itu sejak dua hari lalu.

    Sebuah sumber keamanan mengatakan kepada AFP bahwa pejuang M23 telah menguasai bandara pada hari Selasa. Sumber ini menambahkan bahwa lebih dari 1.200 tentara Kongo telah menyerah dan dikurung di pangkalan bandara misi PBB di Kongo.

    Serangan kilat ini menandai peningkatan besar di wilayah timur Kongo yang kaya akan mineral. Wilayah tersebut telah dilanda pertempuran antara kelompok bersenjata yang didukung oleh saingan regional sejak genosida di Rwanda tahun 1994.

    Hal ini juga telah memicu krisis kemanusiaan yang semakin parah, dengan peringatan PBB mengenai ratusan ribu orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka, kekurangan pangan yang serius, penjarahan bantuan, rumah sakit yang kewalahan, dan potensi penyebaran penyakit.

    Jalan-jalan di Goma, kota berpenduduk satu juta jiwa yang terletak di tepi Danau Kivu dan di perbatasan dengan Rwanda, hampir sepi pada hari Selasa (28/1) setelah pertempuran sengit sehari sebelumnya.

    “Bom berjatuhan dan menewaskan orang di mana-mana, kami melihat banyak mayat,” kata perempuan berusia 24 tahun itu.

    Selain di kota Goma, situasi mencekam juga terjadi di kota Kinshasa. Sejumlah pengunjuk rasa menyerang kedutaan besar dari sejumlah negara yang terdapat di kota tersebut.

    Rwanda, Prancis, Belgia, Amerika Serikat, Kenya, Uganda dan termasuk di antara mereka yang menjadi sasaran. Para demonstran membakar ban di luar beberapa lokasi.

    Kedutaan Besar AS telah memerintahkan warganya untuk meninggalkan negaranya menyusul serangan tersebut. Sementara kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Kaja Kallas menilai tindakan tersebut sebagai tindakan yang “tidak dapat diterima” dan “sangat meresahkan”.

    Setidaknya 17 orang tewas dan 367 luka-luka dalam dua hari pertempuran berdasarkan laporan dari rumah sakit setempat.

    “Situasi kemanusiaan di dalam dan sekitar Goma masih sangat mengkhawatirkan,” kata Jens Laerke, juru bicara badan kemanusiaan PBB, OCHA.

    (ygs/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • AS Hengkang dari WHO, Apa Imbasnya Bagi Dunia?

    AS Hengkang dari WHO, Apa Imbasnya Bagi Dunia?

    Jakarta

    Beberapa jam setelah memangku jabatan presiden AS, Donald Trump telah mengisyaratkan bahwa ia ingin menarik Amerika Serikat keluar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Langkah ini menurut banyak ahli dapat menghambat respons dunia terhadap pandemi di masa mendatang, demikian dilaporkan koresponden BBC, Stephanie Hegarty.

    Ini adalah kedua kalinya Presiden Trump mengumumkan penarikan mundur AS dari WHO. Pada 2020, di puncak pandemi Covid, Trump memberi tahu WHO bahwa ia akan menarik AS keluar dari organisasi tersebut. Namun keputusan itu dibatalkan oleh Presiden Joe Biden ketika ia menjabat tahun berikutnya.

    Trump mengkritik penanganan Covid oleh WHO dan “kegagalannya untuk mengadopsi reformasi yang sangat dibutuhkan”. Dia juga secara terbuka mengkritik pengaruh China dalam organisasi tersebut.

    AS adalah penyumbang terbesar WHO dan membayar sekitar seperlima dari anggaran tahunannya sebesar US$6,8 miliar.

    Banyak negara berpendapatan rendah bergantung pada badan tersebut untuk mendukung sistem kesehatan mereka yang rapuh dan mensponsori kampanye vaksinasi yang telah efektif dalam memberantas penyakit. Pemotongan anggaran badan tersebut dapat mempengaruhi program-program ini.

    BBC memantau bagaimana negara-negara di seluruh dunia bereaksi terhadap pengumuman Trump.

    Negara-negara miskin di Afrika bergantung pada WHO

    Dorcas Wangira, Koresponden Kesehatan BBC Afrika

    Sejumlah pakar kesehatan di Afrika memperingatkan keputusan Trump untuk menarik AS keluar dari WHO justru dapat memutarbalikkan kemajuan signifikan yang telah dicapai dalam memerangi penyakit seperti malaria, tuberkulosis, dan HIV di Afrika. Banyak negara-negara miskin di Afrika masih bergantung hampir sepenuhnya pada WHO untuk bantuan teknis dan vaksin.

    Sebagai kontributor keuangan terbesar WHO, keluarnya AS dari lembaga tersebut akan membuat pendanaan untuk program-program penting di seluruh Afrika berkurang drastis, termasuk kesiapsiagaan kesehatan, tanggap darurat, dan vaksinasi anak-anak.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    AS juga memainkan peran penting dalam merespons keadaan darurat kesehatan. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (Africa CDC) mencatat 214 keadaan darurat kesehatan di benua itu tahun lalunaik dari 166 pada tahun 2023. Di antara kondisi darurat adalah mpox.

    Tahun lalu, AS bermitra dengan Rwanda dan WHO untuk mengatasi wabah MVD di negara itu.

    Kolera, demam berdarah, dan campak juga telah muncul kembali di seluruh Afrika tahun lalu. Pada bulan Desember, WHO mencatat bahwa wabah kolera menjadi semakin kompleks dan sulit dikendalikan.

    Getty ImagesWHO dan badan internasional lainnya telah menyediakan dana dan sumber daya teknis untuk mendukung program vaksinasi polio di Pakistan.

    Hilang pengaruh atau peluang baru?

    Sylvia Chang, BBC News China

    Penarikan diri AS dari WHO dapat menciptakan kekosongan kepemimpinan, yang memungkinkan China memperluas pengaruhnya dalam tata kelola kesehatan global.

    Memperkuat peran Beijing dalam lembaga-lembaga internasional, termasuk WHO, telah menjadi prioritas utama bagi pemimpin China, Xi Jinping. China telah meningkatkan kontribusi keuangannya kepada WHO dan memposisikan dirinya sebagai suara utama dalam kesehatan global, khususnya selama pandemi Covid-19.

    Ketika kasus pertama Covid-19 muncul di Wuhan pada bulan Desember 2019, otoritas China awalnya membungkam para pelapor dan meremehkan tingkat keparahan wabah tersebut.

    Bahkan pada pertengahan Januari 2020, ketika virus tersebut menyebar secara internasional, pejabat China menyatakan tidak ada bukti yang jelas tentang penularan dari manusia ke manusia.

    Pada Selasa (21/01), juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, mengatakan peran WHO harus diperkuat, bukan dilemahkan. Dia menegaskan dukungan China yang berkelanjutan bagi organisasi tersebut dalam membina kerja sama kesehatan masyarakat internasional.

    Getty ImagesWHO membantu mengendalikan penyebaran demam berdarah di Sri Lanka.

    Imbas pendanaan berkurang

    Ishara Danasekara, BBC News Sinhala

    Di Sri Lanka, WHO memainkan peran penting dalam sistem perawatan kesehatan, menyediakan keahlian teknis penting, pendanaan, dan dukungan strategis untuk mengatasi tantangan kesehatan masyarakat utama.

    WHO berperan penting dalam meningkatkan hasil Kesehatankhususnya kesehatan ibu dan anak, kampanye vaksinasi, dan pengendalian penyakit menular seperti demam berdarah dan tuberkulosis.

    Jadi, jika pendanaan WHO dikurangi, Sri Lanka akan menghadapi kemunduran yang signifikan. Kampanye vaksinasi dapat tertunda, yang menyebabkan munculnya kembali penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.

    Upaya untuk memerangi penyakit tidak menular, seperti diabetes dan penyakit jantung, mungkin juga akan tersendat, yang akan semakin membebani sistem perawatan kesehatan. Bantuan WHO juga terbukti sangat penting bagi Sri Lanka selama krisis nasional, seperti tsunami 2004 dan pandemi Covid-19.

    Getty ImagesAnak-anak di bawah usia lima tahun di India divaksinasi untuk mencegah polio sebagai bagian dari kampanye nasional untuk menurunkan kasus polio.

    Imran Qureshi, BBC News Hindi

    “Kita mungkin harus menunggu dan melihat apakah Uni Eropa dan China akan turun tangan secara besar-besaran,” kata Prof. K. Srinath Reddy, mantan kepala Yayasan Kesehatan Masyarakat India.

    Penarikan mundur AS dari WHO dapat menghadirkan “peluang besar bagi China” dan UE untuk meningkatkan peran mereka di panggung global, katanya kepada BBC.

    Prof Reddy mengharapkan dampak yang lebih besar akan dirasakan dalam program kesehatan internasional seperti pengawasan patogen, tuberkulosis, dan resistensi antimikroba ketimbang pada program khusus India. Namun, ia juga yakin dukungan ekstra bilateral akan datang dari CDC, Institut Kesehatan Nasional, dan yayasan lain yang berbasis di AS.

    “Dalam dunia yang saling bergantung dan saling terhubung, [keluarnya AS dari WHO] akan berdampak buruk tidak hanya bagi negara lain, tetapi juga bagi AS,” katanya.

    Dia menambahkan bahwa pada era pasca-Covid-19, kerja sama multilateral akan terus menjadi krusial dalam menangani tantangan kesehatan global utama, mulai dari ancaman pandemi hingga perubahan iklim.

    Kehilangan kontributor keuangan nasional utama WHO berarti negara lain “perlu meningkatkan kontribusi mereka dan meningkatkan tingkat kolaborasi ilmiah di antara mereka sendiri”, tambahnya.

    “Baik kerja sama internasional maupun kemandirian sekarang akan memperoleh tujuan baru dan bentuk fungsi yang baru.”

    Tarhub Asghar, BBC News Urdu

    Bagi negara-negara seperti Pakistan dan Afghanistan, yang masih menghadapi tantangan signifikan dalam perang melawan polio, keputusan Trump menimbulkan ketidakpastian pada upaya pemberantasan polio di masa mendatang. Pakistan dan Afghanistan adalah dua negara terakhir di dunia yang masih bergulat dengan polio endemik.

    Meskipun telah berupaya keras selama bertahun-tahun, Pakistan telah menghadapi kemunduran signifikan. Akibatnya kasus polio terus meningkat. Pada 2023, lebih dari separuh anak-anak yang tertular polio di Pakistan belum menerima imunisasi rutin apa pun, menurut kementerian kesehatan.

    Strategi Pakistan saat ini untuk mengatasi penyakit yang melumpuhkan ini sangat bergantung pada pendanaan donor internasional ketimbang investasi dalam negeri.

    WHO dan lembaga internasional lainnya telah menyediakan sumber daya keuangan dan teknis yang signifikan untuk mendukung upaya vaksinasi dan kampanye kesehatan. Pada 2023, WHO memberikan salah satu kontribusi terbesarnya untuk program polio Pakistan.

    Namun, mantan menteri kesehatan Dr Zafar Mirza telah meremehkan dampak langsung keluarnya AS dari WHO. Alasan dia, WHO didukung oleh sejumlah besar negara dan pendanaan AS bukanlah satu-satunya jalur penyelamat untuk pemberantasan polio.

    Namun, “hal ini menggarisbawahi urgensi untuk mengurangi ketergantungan pada dukungan eksternal dan membangun sistem perawatan kesehatan Pakistan yang tangguh dan mandiri”, imbuhnya.

    Para pakar kesehatan telah memperingatkan bahwa meskipun penarikan AS mungkin tidak serta-merta menghentikan pendanaan, hal itu dapat mengganggu ekosistem kesehatan global secara signifikan memperlambat segala hal mulai dari produksi vaksin hingga peluncuran program. Dan bagi Pakistan, hal ini tentu saja berarti meningkatnya ketidakpastian dalam memerangi polio.

    Getty ImagesKelompok-kelompok kemanusiaan mengatakan virus polio muncul kembali di Gaza.

    Pemain kunci di Timur Tengah

    Hanan Razek, BBC News Arabic

    Perintah eksekutif Trump muncul di saat dunia Arab menghadapi konflik yang belum pernah terjadi sebelumnya, ketakutan akan penyebaran penyakit, dan kebutuhan mendesak akan bantuan kemanusiaan.

    Hampir setengah dari 2,1 juta orang yang tinggal di Jalur Gaza adalah anak-anak. Deteksi polio pada Juli 2024 memicu kekhawatiran akan wabah tersebut.

    Pakar kesehatan mengaitkan penyebaran penyakit baru-baru ini dengan dampak konflik yang menghancurkan sistem dan infrastruktur kesehatan Gaza sejak 2023. Meskipun blokade mencegah masuknya makanan dan pasokan medis, WHO memastikan lebih dari setengah juta anak di bawah 10 tahun mendapat vaksinasi polio, sebagian besar di Gaza tengah dan selatan.

    Kolera adalah masalah kesehatan lain yang berkembang, karena penyakit ini semakin menyebar di Timur Tengah.

    Di kamp pengungsi al-Hol, Suriahyang menampung lebih dari 40.000 orang terlantarkurangnya air bersih menyebabkan insiden kolera melonjak menjadi lebih dari 200 kasus bulan lalu. WHO memberikan dukungan dengan kampanye vaksinasi 10 hari untuk menghentikan penyebaran penyakit.

    BBC News Persian

    Dampak langsung penarikan mundur AS dari WHO bagi sektor kesehatan Iran tidak pasti. Namun, langkah itu dapat membawa perubahan dalam pendanaan, diplomasi kesehatan global, dan inisiatif kesehatan regional.

    Iran mempertahankan hubungan diplomatik formal dengan WHO sehingga organisasi tersebut mengoperasikan kantor di ibu kota, Teheran.

    Organisasi tersebut bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Pendidikan Kedokteran Iran untuk mengatasi tantangan kesehatan masyarakat serta meningkatkan layanan perawatan kesehatan di negara tersebut. Kemitraan ini berfokus pada pencegahan penyakit, penguatan sistem kesehatan, dan kesiapsiagaan darurat.

    WHO juga sering memfasilitasi program kesehatan regional yang memerlukan kolaborasi antara negara-negara tetangga. Tidak adanya dukungan AS dapat memengaruhi cakupan dan efektivitas inisiatif ini, secara tidak langsung memengaruhi partisipasi Iran dan manfaat yang diperolehnya dari inisiatif tersebut.

    Negara-negara lain, seperti China, mungkin akan memainkan peran yang lebih menonjol dalam kesehatan global yang dapat mengubah lanskap geopolitik tempat Iran beroperasi. Hal ini berpotensi membuka jalan baru bagi kolaborasi bagi Iran, atau tantangan, tergantung pada aliansi dan kepentingan yang berkembang dalam WHO.

    Lihat juga Video: Dampak Keluarnya AS dari WHO Terhadap Indonesia

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Korban Tewas Akibat Kasus Virus Marburg di Tanzania Jadi 9 Orang

    Korban Tewas Akibat Kasus Virus Marburg di Tanzania Jadi 9 Orang

    Jakarta

    Tanzania diserang wabah virus Marburg. Badan kesehatan Afrika melaporkan total sembilan orang tewas akibat virus ini.

    Dilansir kantor berita AFP, Jumat (24/1/2025), Negara Afrika Timur itu pada mengonfirmasi wabah kedua virus mematikan itu dalam sejarahnya, menyusul wabah tahun 2023 yang menewaskan enam orang.

    Dalam pengarahan mingguan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Uni Afrika (Africa CDC) mengatakan ada 10 kasus yang telah dilaporkan, sembilan di antaranya telah meninggal dunia.

    “Ada 10 kasus yang telah dilaporkan, sembilan di antaranya telah meninggal,” ujarnya.

    Ngashi Ngongo, kepala staf dan kepala kantor eksekutif CDC Afrika, mengatakan bahwa angka tersebut mencerminkan tingkat kematian kasus Marburg yang sangat tinggi. Dia menyebut pihaknya bersama organisasi kesehatan dunia akan melakukan segala cara untuk menangani virus ini.

    “Kami melakukan segala yang kami bisa bersama WHO dan semua mitra,” ujarnya.

    Peristiwa ini terjadi sebulan setelah WHO mengumumkan berakhirnya wabah Marburg selama tiga bulan di negara tetangga Rwanda yang menewaskan 15 orang.

    Virus ini menyebabkan demam berdarah yang sangat menular. Penyakit ini ditularkan dari kelelawar buah dan termasuk dalam famili virus yang sama dengan Ebola.

    (whn/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Di Sidang DK PBB, Wamenlu Paparkan Strategi Penanggulangan Terorisme di RI

    Di Sidang DK PBB, Wamenlu Paparkan Strategi Penanggulangan Terorisme di RI

    Jakarta

    Wamenlu RI Arrmanatha Ch. Nasir menyampaikan strategi penanggulangan terorisme saat menghadiri sidang debat terbuka DK PBB. Wamenlu juga memberikan dukungannya kepada Afrika dalam penanggulangan terorisme yang menjadi ancaman global.

    “Terorisme terus menjadi ancaman global yang berdampak pada situasi keamanan dan menghambat pembangunan, termasuk di Afrika”, ujar Wamenlu RI pada Sidang Terbuka di Dewan Keamanan PBB, dalan keterangannya, Kamis (23/1/2025).

    Sidang DK PBB digelar pada (21/1) yang membahas mengenai penanggulangan terorisme di Afrika. Wamenlu menyampaikan upaya pemerintah Indonesia menangani terorisme, seperti mengedepankan prinsip ‘national ownership’ dan strategi ‘soft approach’ yang sejalan dengan Piagam PBB dan hukum internasional.

    “Pengalaman Indonesia juga menunjukkan pentingnya mengatasi akar permasalahan terorisme dan ekstremisme berbasis kekerasan”, ujarnya.

    Selain itu, salah satu faktor yang mendorong berkembangnya terorisme di era modern adalah akibat tingginya kesadaran masyarakat terhadap ketidakadilan dan kemanusiaan. Wamenlu lalu menyampaikan upaya mengatasi akar permasalahan terorisme di berbagai tingkatan, dari mulai tingkat nasional hingga tingkat global.

    Di tingkat nasional, ia menyampaikan perlunya upaya mengedepankan dialog, toleransi, dan nilai-nilai moderasi. Ia juga menekankan pentingnya kebijakan terkait literasi digital, penyuluhan, serta kemampuan critical thinking untuk melindungi masyarakat dari ideologi berbahaya.

    Kemudian di tingkat kawasan, Wamenlu menegaskan perlunya mengedepankan mekanisme regional dalam upaya penanggulangan terorisme. Arrmanatha juga menyampaikan komitmen untuk mendukung inisiatif terkait di negara-negara Uni Afrika, diantaranya Nouackhott Process dan Accra Initiative.

    Dukungan Indonesia kepada negara-negara Afrika selama ini dilakukan melalui program pembangunan kapasitas dalam kerangka Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation (JCLEC). “Dukungan ini mencerminkan komitmen Indonesia sebagai mitra Afrika yang dapat diandalkan”, ujarnya.

    “Terorisme tidak mengenal batas. Oleh karena itu, kerja sama di tingkat global menjadi sangat penting,” ujar Wamenlu RI.

    Ia juga mengajak masyarakat internasional untuk mendukung Afrika dalam mengembangkan solusi untuk mengatasi masalah keamanannya sendiri, termasuk mencegah terorisme dan kejahatan terorganisir lintas negara.

    Mengakhiri pernyataannya, Wamenlu RI menekankan pentingnya implementasi efektif Agenda 2063 Uni Afrika untuk mendukung transformasi Afrika menjadi kekuatan global di masa depan.

    “Reformasi Dewan Keamanan PBB untuk memastikan representasi yang adil bagi Afrika merupakan langkah krusial dalam meningkatkan partisipasi Afrika di panggung global,” ujarnya.

    Diketahui, sidang debat terbuka DK PBB dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Aljazair, Ahmed Attaf. Selaku Presiden DK PBB bulan Januari, Aljazair menempatkan isu penanggulangan terorisme sebagai salah satu isu prioritasnya.

    Pertemuan kali ini turut dihadiri oleh 10 (sepuluh) negara pada tingkat Menteri dan Wakil Menteri, antara lain Sierra Leone, Somalia, Panama, Rwanda, Angola dan Sudan Selatan.

    Partisipasi Indonesia dalam Sidang Debat Terbuka DK PBB kali ini mencerminkan kesiapan Indonesia untuk berbagi pengalaman dalam bidang penanggulangan terorisme.

    (yld/isa)

  • WHO Laporkan Kasus Virus Marburg, Tewaskan 8 Orang di Negara Ini

    WHO Laporkan Kasus Virus Marburg, Tewaskan 8 Orang di Negara Ini

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan dugaan wabah baru virus Marburg di Tanzania barat laut. Diduga ada sembilan orang terinfeksi virus tersebut, dan delapan orang di antaranya meninggal dunia.

    Virus mematikan ini memiliki tingkat kematian hingga 88 persen, dan berasal dari keluarga virus yang sama dengan virus yang menyebabkan Ebola, ditularkan ke manusia dari kelelawar buah yang merupakan hewan endemik di wilayah Afrika Timur.

    WHO mengatakan pihaknya menerima laporan yang dapat dipercaya mengenai kasus yang diduga terjadi di wilayah Kagera Tanzania pada 10 Januari. Pasien mengalami gejala sakit kepala, demam tinggi, nyeri punggung, diare, muntah darah, kelemahan otot, dan kematian akibat kehilangan banyak darah.

    “Kami memperkirakan akan ada kasus lebih lanjut dalam beberapa hari mendatang seiring peningkatan pengawasan penyakit,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di X, dikutip BBC.

    Kontak pasien, termasuk petugas kesehatan, telah diidentifikasi dan sedang dipantau lebih lanjut. Tim respons cepat negara tersebut juga telah dikerahkan untuk membantu mengidentifikasi kasus-kasus yang diduga dan menahan wabah tersebut.

    WHO memperingatkan bahwa risiko penyebaran virus di wilayah tersebut tetap tinggi karena Kagera, Tanzania, merupakan pusat transit dengan banyak pergerakan lintas perbatasan ke Republik Demokratik Kongo, Uganda, Burundi, dan Rwanda.

    Meski begitu, WHO menyebut risiko global yang ditimbulkan oleh wabah ini rendah dan tak ada kekhawatiran terkait penyebaran penyakit secara internasional.

    Sebelumnya Tanzania mengalami wabah Marburg pertamanya pada bulan Maret 2023 di distrik Bukoba. Wabah ini menewaskan sekitar enam orang dan berlangsung selama hampir dua bulan. Sementara itu pihak berwenang Tanzania belum mengonfirmasi wabah terbaru saat ini.

    (suc/kna)

  • China Temukan Mutasi Baru Cacar Monyet ‘Mpox’, Begini Gejalanya

    China Temukan Mutasi Baru Cacar Monyet ‘Mpox’, Begini Gejalanya

    Jakarta

    Otoritas Kesehatan China mendeteksi strain Mpox clade Ib yang bermutasi baru saat infeksi virus tersebut menyebar ke lebih banyak negara.

    Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China mengatakan telah menemukan klaster subclade Ib, diawali dengan infeksi seorang warga negara asing yang memiliki riwayat perjalanan dan tinggal di Republik Demokratik Kongo.

    Empat kasus lebih lanjut telah ditemukan pada orang yang terinfeksi setelah kontak dekat dengan orang asing tersebut. Gejala yang dialami pasien bersifat ringan dan meliputi ruam kulit dan lepuh.

    Mpox menyebar melalui kontak dekat dan menyebabkan gejala mirip flu serta lesi berisi nanah pada tubuh. Meskipun biasanya ringan, penyakit ini dapat berakibat fatal dalam kasus yang jarang terjadi.

    Pada Agustus tahun lalu, WHO menyatakan Mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat global untuk kedua kalinya dalam dua tahun, menyusul wabah di Republik Demokratik Kongo yang menyebar ke negara-negara tetangga.

    Wabah di RD Kongo diawali dengan penyebaran strain endemik, yang dikenal sebagai clade I. Namun, strain clade Ib tampaknya menyebar lebih mudah melalui kontak dekat rutin, termasuk hubungan seksual.

    Varian tersebut telah menyebar dari RD Kongo ke negara-negara tetangga, termasuk Burundi, Kenya, Rwanda, dan Uganda, yang memicu deklarasi darurat dari WHO.

    China mengatakan pada Agustus tahun lalu pihaknya akan memantau orang dan barang yang memasuki negara itu untuk Mpox.

    Komisi Kesehatan Nasional negara itu mengatakan Mpox akan dikelola sebagai penyakit menular Kategori B, yang memungkinkan pejabat untuk mengambil tindakan darurat seperti membatasi pertemuan, menangguhkan pekerjaan dan sekolah, serta menutup area ketika terjadi wabah penyakit.

    (suc/kna)