Negara: Rusia

  • Video: Ukraina Hantam Rusia, Target Serangan: Nuklir & Terminal

    Video: Ukraina Hantam Rusia, Target Serangan: Nuklir & Terminal

    Jakarta, CNBC Indonesia – Serangan drone Ukraina kembali mengguncang Rusia. Pada Minggu (24/8/2025), serangan itu memaksa salah satu reaktor di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Kursk menurunkan kapasitas hingga 50% dan memicu kebakaran besar di terminal ekspor bahan bakar Ust-Luga milik raksasa energi Novatek.

    Simak informasi selengkapnya dalam program Profit CNBC Indonesia (Senin 25/08/2025) berikut ini.

  • Adu Rudal Hipersonik, Punya Rusia Bisa Ubah Target Jadi Debu

    Adu Rudal Hipersonik, Punya Rusia Bisa Ubah Target Jadi Debu

    Jakarta

    Berkilauan di bawah sinar matahari yang menerpa sebuah lapangan parade di Beijing, rudal milik Tentara Pembebasan Rakyat China yang dibawa menggunakan truk bergerak perlahan melewati khalayak.

    Rudal itu berbentuk seperti jarum dengan panjang 11 meter dan berat 15 ton. Di setiap rudal, terlihat tulisan: “DF-17”.

    China baru saja memperkenalkan rudal hipersonik mereka yang diberi nama Dongfeng.

    Momen itu terjadi pada 1 Oktober 2019 dalam parade Hari Nasional China. Amerika Serikat sudah menyadari China sedang mengembangkan senjata itu.

    Namun, sejak saat itu, China terus meningkatkan kinerja rudal tersebut.

    Rudal itu dapat menjelajah lima kali lebih cepat dari kecepatan cahaya. Berkat kecepatan dan kemampuannya untuk bermanuver, rudal itu menjadi senjata yang hebat, sampai-sampai bisa mengubah cara berperang.

    Inilah yang membuat persaingan global untuk mengembangkan rudal itu makin panas.

    “[Persaingan seperti ini] tak pernah terlihat lagi setelah Perang Dingin.”

    AFP via Getty ImagesChina memperkenalkan rudal hipersonik DF-17 di parade militer pada 2019.

    Perlombaan rudal hipersonik Rusia, China, dan Amerika Serikat

    Upacara di Beijing itu memicu spekulasi mengenai kemungkinan peningkatan ancaman dari pengembangan teknologi hipersonik oleh China. Saat ini, China memimpin di bidang rudal hipersonik, diikuti Rusia.

    Amerika Serikat mulai menyusul, sementara Kerajaan Bersatu belum punya sama sekali rudal hipersonik.

    Freer dari Council on Geostrategy, yang mendapatkan sebagian dananya dari perusahaan-perusahaan pertahanan dan Kementerian Pertahanan, berpendapat bahwa alasan China dan Rusia bisa memimpin sebenarnya relatif sederhana.

    “Mereka memutuskan untuk mengivestasikan banyak uang untuk program-program ini sejak beberapa tahun lalu,” katanya.

    ReutersPengunjung berpose di depan kendaraan militer yang membawa senjata, termasuk rudal hipersonik DF-17 di pertunjukan di Beijing.

    Sementara itu, kebanyakan negara Barat menghabiskan sebagian besar waktu dalam dua dekade pertama di abad ini untuk memerangi terorisme yang terinspirasi dari jihadi di dalam negeri mereka, dan perang-perang melawan pemberontakan di mancanegara.

    Saat itu, kemungkinan bertempur melawan musuh dengan persenjataan modern masih tampak jauh.

    “Akibatnya, kita gagal menyadari kebangkitan masif China sebagai kekuatan militer,” ucap Sir Alex Younger, tak lama setelah pensiun sebagai kepala Badan Intelijen Inggris pada 2020.

    Negara-negara lain juga sudah berpacu lebih maju. Israel punya rudal hipersonik Arrow 3 yang didesain untuk menjadi pencegat.

    KCNA/EPA-EFE/REX/ShutterstockUji coba rudal balistik jarak menengah berisi hulu ledak hipersonik di Korea Utara.

    Iran juga mengklaim memiliki senjata hipersonik. Mereka menyatakan bakal meluncurkan rudal hipersonik ke arah Israel saat perang 12 hari pada Juni lalu.

    (Senjata itu benar-benar menjelajah di kecepatan sangat tinggi, tapi manuvernya diyakini tidak terlalu hebat hingga bisa masuk klasifikasi hipersonik).

    Sementara itu, Korea Utara sudah menggarap senjata hipersonik versi mereka sendiri sejak 2021. Mereka mengklaim sudah memiliki senjata yang layak dan berfungsi (seperti terlihat di gambar).

    Kini, AS dan Kerajaan Bersatu juga mulai berinvestasi pada teknologi rudal hipersonik, begitu pula negara-negara lain, termasuk Prancis dan Jepang.

    Morteza Nikoubazl/NurPhoto via Getty ImagesIran mengklaim sudah meluncurkan rudal hipersonik ke arah Israel dalam perang 12 hari pada Juni lalu.

    AS tampak meningkatkan kekuatan pencegahan mereka, dan sudah memulai debut senjata hipersonik yang diberi nama “Dark Eagle”.

    Menurut Kementerian Pertahanan AS, Dark Eagle “mengingatkan pada kekuatan dan tekad negara kami dan tentaranya karena senjata Dark Eagle melambangkan semangat dan daya mematikan dari senjata hipersonik Angkatan Darat dan Angkatan Laut.”

    Namun, China dan Rusia saat ini sudah jauh di depan. Menurut beberapa pakar, ini bisa berpotensi menjadi kekhawatiran.

    Sangat cepat dan sangat tidak menentu

    Hipersonik berarti sesuatu yang bergerak di kecepatan Mach5 atau lebih cepat. Itu berarti lima kali lebih cepat dari kecepatan suara atau sekitar 6.208,8 kilometer per jam.

    Ini menempatkan rudal hipersonik ke level yang bukan cuma supersonik, yang berarti bergerak di atas kecepatan suara (1.234,37 km per jam).

    Kecepatan ini menjadi salah satu alasan rudal hipersonik dianggap sebagai ancaman.

    Rudal hipersonik tercepat saat ini adalah Avangard milik Rusia, yang kecepatannya diklaim bisa mencapai Mach 27 (33.313,42 km per jam), walau kecepatannya lebih sering tercatat di angka sekitar Mach 12 (14.805 km per jam), atau 3,2 km per detik.

    Namun, kalau masalah kekuatan menghancurkan, rudal hipersonik tak jauh berbeda dari rudal supersonik atau subsonik, menurut Freer.

    “Yang membedakan mereka adalah kesulitannya untuk dideteksi, dipantau, dan dicegat,” ucapnya.

    BBC

    Secara umum, ada dua jenis rudal hipersonik. Pertama, rudal “boost-glide” yang mengandalkan roket (seperti DF-17 milik China) untuk meluncurkan rudal ke arah yang ditentukan, terkadang tepat di atas atmosfer Bumi.

    Dari sana, rudal itu akan meluncur turun dengan kecepatan luar biasa.

    Tak seperti rudal-rudal balistik pada umumnya, yang meluncur dengan arah yang bisa diprediksi, kendaraan yang membawa rudal hipersonik dapat bergerak lebih tak menentu, lalu bermanuver saat sudah mengarah ke target.

    Kedua, ada rudal jelajah hipersonik yang meluncur mendekati medan, tapi tetap berada di bawah radar supaya tidak terdeteksi.

    Kedua rudal itu sama-sama diluncurkan menggunakan roket.

    Saat sudah mencapai kecepatan hipersonik, sistem yang dikenal sebagai “mesin scramjet” kemudian aktif. Mesin itu menyedot udara saat terbang, mendorong rudal itu ke arah targetnya.

    Rudal-rudal ini dikenal sebagai “senjata berfungsi ganda”. Artinya, hulu ledaknya dapat berupa nuklir atau peledak tingkat tinggi konvensional.

    Namun, rudal ini bukan hanya soal kecepatan.

    Untuk dapat diklasifikasikan sebagai “hipersonik”, rudal itu harus bisa bermanuver. Dengan kata lain, tentara yang menembakkan rudal itu harus bisa mengubah arahnya secara tiba-tiba ke arah yang tidak tertebak, sementara rudal itu sedang bergerak di kecepatan ekstrem.

    Rudal itu pun akan sangat susah dicegat. Kebanyakan rudal berbasis darat tidak bisa mendeteksi rudal hipersonik hingga senjata itu sudah di detik-detik akhir penerbangan.

    “Dengan terbang di bawah radar, rudal itu bisa menghindari deteksi awal dan baru muncul di sensor di akhir fase terbang, membuat kesempatan untuk mencegat rudal ini sangat terbatas,” tutur Patrycja Bazylczyk, peneliti di Missile Defence Project di Centre for Strategic and International Studies di Washington DC, yang mendapatkan pendanaan dari pemerintahan AS dan perusahaan pertahanan.

    Jawaban dari tantangan ini, kata dia, adalah memperkuat sensor-sensor luar angkasa negara-negara Barat, yang bisa mengatasi keterbatasan radar di darat.

    Masyarakat melihat sisa-sisa rudal hipersonik Zircon milik Rusia yang menghantam bangunan di Kyiv pada November 2024. (AFP via Getty Images)

    Dalam skenario perang sesungguhnya, muncul pula pertanyaan mengkhawatirkan dari negara-negara yang menjadi target: apakah serangan itu menggunakan nuklir atau senjata konvensional?

    “Hipersonik tidak banyak mengubah sifat perang, tapi mengubah kerangka waktu kapan kalian beroperasi,” kata Tom Sharpe, seorang mantan Komandan Angkatan Laut Kerajaan Bersatu yang merupakan spesialis perang anti-udara.

    “Kepentingan dasar untuk mendeteksi musuh, dan menembak mereka, lalu bermanuver agar bisa menembak target bergerak seperti ini sebenarnya tidak berbeda dari rudal-rudal sebelumnya, baik itu balistik, supersonik, atau subsonik.”

    “Langkah-langkah yang harus dilakukan target serangan untuk melacak atau menghancurkan rudal hipersonik juga sama seperti sebelumnya, tapi waktunya saja lebih sedikit.”

    Ada tanda-tanda teknologi ini meresahkan AS. Pada Februari lalu, Badan Riset Kongres AS merilis sebuah laporan yang salah satunya berisi peringatan.

    “Pejabat-pejabat pertahanan AS menyatakan bahwa arsitektur sensor darat dan luar angkasa tidak cukup untuk mendeteksi dan melacak senjata-senjata hipersonik,” demikian bunyi peringatan itu.

    Namun, sejumlah pakar meyakini sebagian kehebohan soal hipersonik ini terlalu berlebihan.

    Apakah kehebohan ini berlebihan?

    Sidharth Kaushal dari lembaga kajian pertahanan Royal United Services Institute merupakan salah satu ahli yang menganggap rudal hipersonik bukan terobosan yang bisa mengubah peperangan.

    “Kecepatan dan kemampuannya untuk bermanuver membuat rudal itu menarik jika melawan target-target berharga,” kata Sharpe.

    “Energi kinetiknya yang berpengaruh pada dampak serangan juga membuat senjata hipersonik berguna dalam menguburkan target, yang mungkin sulit dihancurkan dengan senjata konvensional sebelumnya.”

    Namun, kata Kaushal, walau senjata itu bisa meluncur lima kali lebih cepat dari kecepatan suara, ada beberapa cara untuk bertahan dari serangan hipersonik. Beberapa cara itu, ucapnya, “efektif”.

    Cara pertama yaitu membuat pihak yang meluncurkan rudal hipersonik lebih sulit melacak atau mengikuti target.

    “Kapal-kapal dapat melakukan segala cara untuk melindungi diri,” tuturnya.

    “Citra satelit yang kabur dari satelit komersial juga hanya bertahan beberapa menit, kemudian tak bisa lagi dijadikan acuan untuk menentukan lokasi target.”

    “Mendapatkan satelit yang terkini dan akurat untuk mencapai target saat ini sangat sulit dan mahal.”

    Namun, ia memperingatkan bahwa kecerdasan buatan dan teknologi-teknologi lainnya mungkin bisa mengubah keadaan ini seiring waktu berjalan.

    Waspada ancaman Rusia

    Bagaimanapun, faktanya Rusia dan China sudah “curi start” mengembangkan senjata hipersonik.

    “Saya pikir program hipersonik China sangat menakjubkan dan mengkhawatirkan,” ujar Freer.

    Namun, ia juga berkata, “Jika bicara soal Rusia, kita mungkin harus lebih waspada terhadap klaim mereka.”

    Pada November 2024, Rusia meluncurkan rudal balistik jarak menengah eksperimental di salah satu situs industri di Dnipro, Ukraina, yang dipakai sebagai lokasi uji coba.

    Ukraina menyatakan rudal itu meluncur dengan kecepatan hipersonik, yaitu Mach 11 atau sekitar 13.581 km per jam.

    Presiden Vladimir Putin mengklaim rudal bernama Oreshnik atau “pohon hazel” dalam bahasa Rusia itu bergerak dengan kecepatan Mach 10.

    BBC

    Hulu ledaknya dilaporkan sengaja dipecah menjadi beberapa proyektil lemah yang punya target masing-masing, sebuah metode yang sudah ada sejak Perang Dingin.

    Seseorang yang mendegar rudal itu mendarat berkata kepada saya bahwa suaranya tak begitu kencang, tapi ada beberapa dampak yang terlihat.

    Enam hulu ledak mendarat di target berbeda, tapi karena daya luncurnya lemah, kerusakan yang ditimbulkan tidak lebih signifikan dari pengeboman yang dilakukan Rusia di kota-kota Ukraina.

    Bagi Eropa, bahaya laten bagi negara-negara NATO datang dari rudal-rudal Rusia, yang beberapa di antaranya sudah ditempatkan di pesisir Baltik, tepatnya di Kaliningrad.

    Bagaimana jika Putin memerintahkan serangan di Kyiv menggunakan Oreshnik yang berisi peledak tingkat tinggi?

    BBC

    Putin mengklaim Oreshnik bakal diproduksi secara massal dan senjata itu, katanya, bisa mengubah target “menjadi debu”.

    Rusia juga punya rudal-rudal lainnya yang bisa meluncur dengan kecepatan hipersonik.

    Putin terus memuji rudal Kinzhal milik angkatan udara Rusia, dengan klaim rudal itu meluncur sangat cepat sampai tak bisa dicegat.

    Sejak saat itu, dia sudah menembakkan banyak rudal Kinzhal ke arah Ukraina. Namun ternyata, rudal Kinzhal bukan benar-benar hipersonik dan banyak di antaranya berhasil dicegat.

    China dan Rusia “curi start” pengembangan rudal hipersonik. (Getty Images)

    Salah satu senjata Rusia yang dikhawatirkan Barat adalah rudal Avangard yang sangat cepat dan bermanuver tinggi. Dalam upacara peluncurannya pada 2018, Putin mendeklarasikan Avangard tak terhentikan.

    Sidharth Kaushal menduga tugas utama rudal itu adalah “menghadapi pertahanan rudal AS”.

    “Program persenjataan Rusia juga mengindikasikan kapasitas mereka untuk memproduksi sistem seperti Avangard sebenarnya terbatas,” katanya.

    Di sisi lain, adu kekuatan pengaruh di Pasifik Barat antara China dan AS terus memanas.

    Perkembangan senjata rudal balistik China menimbulkan potensi ancaman serius bagi keberadaan angkatan laut AS di Laut China Selatan dan sekitarnya.

    China saat ini memiliki kekuatan persenjataan hipersonik paling kuat di dunia. Pada akhir 2024, China mengungkap kendaraan hipersonik terbaru mereka, GDF-600.

    Dengan muatan 1.200 kilogram, kendaraan itu bisa membawa sub-munisi dengan kecepatan mencapai Mach 7 (8.642 km per jam).

    ‘Momen penting’ dalam upaya Kerajaan Bersatu untuk mengejar ketertinggalan

    Kerajaan Bersatu tertinggal dalam perlombaan senjata ini, terutama jika melihat negara ini sebagai salah satu dari lima negara pemilik senjata nuklir yang menjadi anggota permanen Dewan Keamanan PBB.

    Namun belakangan, Kerajaan Bersatu berupaya mengejar ketertinggalan, atau setidaknya ikut serta dalam perlombaan senjata itu.

    Pada April, Kementerian Pertahanan dan Kementerian Sains dan Laboratorium Teknologi mengumumkan bahwa para ilmuwan Kerajaan Bersatu sudah mencapai “momen penting” setelah mereka berhasil merampungkan satu program uji coba besar.

    Uji coba daya penggerak atau propulsi itu merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah Kerajaan Bersatu, industri, dan pemerintah AS.

    Dalam periode enam pekan, total 233 “uji coba statis yang sukses” berlangsung di Pusat Riset Langley NASA di Virginia, AS.

    Menteri Pertahanan Kerajaan Bersatu, John Healey, menyebutnya sebagai “momen penting”.

    Namun, Kerajaan Bersatu masih membutuhkan bertahun-tahun sampai senjatanya siap.

    Rudal Kinzhal diduga bukan hipersonik dan sudah beberapa kali berhasil dicegat. (REUTERS/Valentyn Ogirenko)

    Selain menciptakan rudal hipersonik, negara-negara Barat juga harus fokus menciptakan pertahanan yang kuat, kata Freer.

    “Ketika bicara soal perang rudal, sama seperti dua sisi mata koin. Kalian harus bisa membatasi kerusakan sembari memiliki kemampuan untuk menyerang sistem peluncuran musuh,” ucap Freer.

    “Jika kalian mampu, dan kalian bisa mempertahankan diri sendiri dan juga menyerang balik, maka musuh cenderung tidak akan mencoba untuk memulai konflik.”

    Namun, Tom Sharpe masih berhati-hati untuk menyatakan sejauh mana kita harus khawatir sekarang ini.

    “Poin kunci dari hipersonik adalah kedua belah pihak masih sama-sama kesulitan dan belum ada yang sempurna,” katanya.

    Lihat juga Video ‘Korut Pamer Aksi Militer saat Bantu Rusia Lawan Ukraina’:

    (ita/ita)

  • Rusia dan Ukraina Bertukar Tawanan Perang, Termasuk Jurnalis-Eks Wali Kota

    Rusia dan Ukraina Bertukar Tawanan Perang, Termasuk Jurnalis-Eks Wali Kota

    Jakarta

    Rusia dan Ukraina masing-masing memulangkan lebih banyak tawanan perang. Pertukaran terbaru dari serangkaian yang telah menghasilkan ratusan tawanan perang yang dibebaskan tahun ini kata kedua belah pihak.

    Dilansir AFP, Senin (25/8/2025), pertukaran tawanan perang skala besar merupakan satu-satunya hasil nyata dari tiga putaran perundingan antara Rusia dan Ukraina di Istanbul antara bulan Mei dan Juli.

    Pertukaran tawanan perang ini tetap menjadi salah satu dari sedikit bidang kerja sama antara kedua negara sejak serangan Rusia dimulai pada tahun 2022.

    “Pada 24 Agustus, 146 prajurit Rusia dipulangkan dari wilayah yang dikuasai” oleh Kyiv, kata Kementerian Pertahanan Rusia melalui Telegram.

    “Sebagai imbalannya, 146 tawanan perang Angkatan Bersenjata Ukraina dipindahkan” ke Ukraina, tambahnya. Ukraina tidak mengonfirmasi angka pembebasan tersebut.

    Rusia juga mengatakan bahwa “delapan warga negara Federasi Rusia–penduduk wilayah Kursk, yang ditahan secara ilegal” oleh Kyiv juga dipulangkan.

    Pasukan Ukraina melancarkan serangan mendadak ke wilayah Kursk Rusia pada Agustus tahun lalu, merebut ratusan kilometer persegi wilayah, sebuah kemunduran bagi Kremlin.

    Rusia mengerahkan ribuan pasukan dari sekutunya, Korea Utara, sebagai bagian dari serangan balasan, tetapi baru sepenuhnya merebut kembali wilayah tersebut pada bulan April.

    Di antara warga Ukraina yang dibebaskan terdapat “dua jurnalis Ukraina, Dmytro Khyliuk dan Mark Kaliush,” demikian pernyataan Markas Besar Koordinasi Ukraina untuk Penanganan Tawanan Perang dalam sebuah pernyataan di Telegram.

    “Mereka ditahan secara ilegal oleh penjajah pada tahun 2022 dan 2023,” tambah pernyataan tersebut.

    Kelompok kebebasan pers Reporters Without Borders (RSF) menyambut baik pembebasan mereka, dengan mengatakan bahwa mereka telah “ditargetkan karena pekerjaan jurnalistik mereka”.

    “RSF menyerukan agar semua yang bertanggung jawab atas penculikan dan pelecehan yang mereka alami dalam penahanan diidentifikasi dan diadili,” kata RSF kepada AFP, seraya menambahkan: “26 pekerja media Ukraina yang masih ditahan oleh Kremlin harus dibebaskan”.

    Mantan Wali Kota Kherson, Volodymyr Mykolayenko, juga dibebaskan, “yang menghabiskan lebih dari tiga tahun dalam tahanan,” tulis ajudan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Andriy Yermak, di X.

    “Pada tahun 2022, ia masuk dalam daftar orang yang akan dipulangkan, tetapi Volodymyr secara sukarela menolak untuk ditukar dengan seorang tahanan yang sakit parah yang berbagi sel dengannya di penjara Rusia,” kata Yermak.

    Halaman 2 dari 2

    (rfs/rfs)

  • Perang Rusia Vs Ukraina Masih Membara

    Perang Rusia Vs Ukraina Masih Membara

    Jakarta

    Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Kursk di Rusia kebakaran setelah militer negara tersebut menembak jatuh sebuah pesawat nirawak Ukraina. Saat ini kobaran api di PLTN tersebut telah berhasil dipadamkan.

    “Perangkat itu meledak saat menghantam PLTN Kursk di Rusia barat”, ujar pihak PLTN Kursk, dilansir AFP, Minggu (24/8/2025).

    Usai jatuh menghantam PLTN, drone tersebut memicu kobaran api yang menurut pihak PLTN “telah dipadamkan oleh petugas pemadam kebakaran”.

    Berdasarkan laporan, tidak ada korban jiwa atas jatuhnya pesawat nirawak di lokasi tersebut.

    “Latar belakang radiasi di lokasi industri PLTN Kursk dan sekitarnya tidak berubah dan masih berada dalam batas alami,” tulis pihak PLTN di Telegram.

    Respons Rusia

    Penjabat Gubernur Kursk, Alexander Khinshtein, angkat bicara terkait serangan Ukraina yang mengakibatkan terbakarnya PLTN Kursk saat pesawat drone tersebut jatuh. Ia mengatakan, serangan Ukraina tersebut menciptakan ancaman bagi keselamatan nuklir.

    “Serangan ini merupakan ancaman bagi keselamatan nuklir dan pelanggaran semua konvensi internasional,” tulis Khinshtein di aplikasi perpesanan Telegram, dilansir AFP, Minggu (24/8).

    Sementara itu, PLTN Kursk dalam sebuah pernyataan mengatakan serangan pesawat nirawak Ukraina terhadap PLTN itu merusak sebuah transformator tambahan dan menyebabkan penurunan kapasitas operasi sebesar 50% di unit tiga PLTN tersebut.

    Ukraina Rayakan Kemerdekaan

    Ukraina melancarkan serangan pesawat nirawak ke Rusia yang memicu kebakaran di sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir saat merayakan hari kemerdekaannya. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengatakan serangan Ukraina tersebut dilakukan usai seruan perdamaiannya diabaikan.

    Diketahui, setelah serangkaian diplomasi dan desakan Presiden AS Donald Trump untuk menengahi pertemuan puncak antara rekan-rekannya dari Rusia dan Ukraina, prospek perdamaian tampaknya mandek ketika Rusia mengesampingkan kemungkinan pertemuan langsung antara Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky.

    Saling balas antara Ukraina dan Rusia masih terus terjadi dalam perang yang telah berlangsung selama tiga setengah tahun. Hari ini, Ukraina membalasnya dengan serangan pesawat nirawak yang ditembak jatuh oleh Rusia dan mengakibatkan terbakarnya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kursk di Rusia barat.

    Ukraina juga mengirim sepuluh pesawat tanpa awak yang akhirnya juga ditembak jatuh di atas pelabuhan Ust-Luga di Teluk Finlandia. Jatuhnya pesawat drone tersebut memicu kebakaran di terminal bahan bakar milik perusahaan energi Rusia Novatek.

    Sementara itu, Ukraina mengatakan Rusia telah menyerangnya semalam dengan rudal balistik dan 72 pesawat tanpa awak Shahed buatan Iran, 48 di antaranya menurut angkatan udara telah ditembak jatuh. Serangan pesawat nirawak Rusia menewaskan seorang perempuan berusia 47 tahun di wilayah timur Dnipropetrovsk.

    Pertempuran terbaru terjadi saat Ukraina memperingati hari kemerdekaannya pada tahun 1991 setelah pecahnya Uni Soviet. Zelensky menyebut Ukraina menyerang saat seruan perdamaiannya diabaikan.

    “Beginilah Ukraina menyerang ketika seruannya untuk perdamaian diabaikan,” kata Zelensky dalam pidato hari kemerdekaannya, dilansir AFP, Minggu (24/8).

    “Hari ini, baik AS maupun Eropa sepakat: Ukraina belum sepenuhnya menang, tetapi pasti tidak akan kalah. Ukraina telah mengamankan kemerdekaannya. Ukraina bukanlah korban; ia adalah pejuang,” kata Zelensky.

    Dalam peringatan kemerdekaan Ukraina tersebut, hadir Perdana Menteri Kanada Mark Carney di Kyiv. Carney menyebut “perdamaian yang adil dan abadi bagi Ukraina”.

    Zelensky berterima kasih kepada para pemimpin dunia lainnya termasuk Presiden AS Donald Trump, Presiden Tiongkok Xi Jinping, Raja Charles, dan Paus Fransiskus atas pesan yang dikirimkan untuk memperingati peristiwa tersebut.

    Rusia kini menguasai sekitar seperlima wilayah Ukraina, termasuk Semenanjung Krimea, yang dianeksasinya pada tahun 2014. Pertempuran telah memaksa jutaan orang mengungsi dari rumah mereka dan menghancurkan kota-kota serta desa-desa di wilayah timur dan selatan Ukraina.

    Putin telah berulang kali menolak seruan dari Ukraina dan Barat untuk gencatan senjata tanpa syarat dan segera.

    Pada Jumat, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan “tidak ada pertemuan” antara Putin dan Zelensky yang direncanakan karena upaya mediasi Trump tampaknya terhenti, sementara Zelensky menuduh Rusia mencoba memperpanjang serangan.

    Halaman 2 dari 2

    (yld/rfs)

  • Usai Temui Trump, Putin Diam-diam Kunjungi Pusat Nuklir di Sarov, Ada Apa?

    Usai Temui Trump, Putin Diam-diam Kunjungi Pusat Nuklir di Sarov, Ada Apa?

    GELORA.CO –  Presiden Rusia Vladimir Putin diam-diam mengunjungi Pusat Nuklir Federal Rusia pada Jumat, 22 Agustus 2025.

    Melansir The Kyiv Independent, kunjungan tersebut dilakukan Putin sehari setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan Ukraina “tidak memiliki peluang untuk menang” jika tak diizinkan menyerang Rusia.

    Pernyataan Trump itu merupakan kritikan atas perintah Presiden AS sebelumnya, Joe Biden, yang membatasi pergerakan militer Kiev atas Rusia.

    Adapun aktivitas Putin di Sarov mendapat sorotan serius media internasional. Demikian laporan kantor berita pemerintahan Rusia, RIA Novosti.

    Saat tiba, Putin disambut oleh perwakilan dari fasilitas penelitian senjata nuklir utama negara itu.

    Selama di sana, Putin terpantau didampingi oleh Jenderal Tertinggi Rusia, Valery Gerasimov, Wakil Perdana Menteri Rusia Denis Manturov, Kepala Rosatom Alexey Likhachev, Wakil Kepala Staf Sergei Kiriyenko dan Gubernur Nizhny Novgorod Gleb Nikitin.

    RIA Novosti mengklaim, kunjungin Putin melibatkan pertemuan dengan seluruh pegawai industri nuklir dan meletakkan bunga di Monumen untuk kepala perancang bom atom pertama Soviet.

    Sarov diketahui merupakan kota tertutup di Oblast Nizhny Vovgorod, Rusia.

    Kawasan ini juga menjadi rumah bagi Pusat Nuklir Rusia dan Museum Bom Atom Soviet.

    Tak bisa seorang pun masuk ke kota ini karena aksesnya sangat dibatasi. Bahkan untuk warga Rusia sekalipun.

    Kota ini dikelilingi pagar dan dijaga ketat oleh Militer Moskow.

    Pusat Nuklir Rusia ini juga dikenal sebagai Institut Penelitian Ilmiah Fisika Eksperimental Seluruh Rusia (VNIIEF).

    Di sanalah pusatnya keputusan-keputusan penting terkait pengembangan, produksi penyimpanan dan penggunaan senjata nuklir Rusia.

    Kemudian pusat ini dikelola oleh perusahaan energi nuklir negara, Rosatom.

    Akankah Rusia dan Ukraina Berdamai?

    RIA Novosti menyebut kunjungan ini dilakukan oleh Putin seminggu pasca-pertemuan Putin dan Trump terjadi untuk pertama kali sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina.

    Pertemuan itu dilakukan di lokasi nan jauh di sana, ya, Anchorage, Alaska pada 15 Agustus 2025 lalu.

    Usai pertemuan itu Trump pun mengumumkan serangkaian rencana perundungan damai tingkat tinggi antara Rusia dan Ukraina.

    Tak lama beberapa hari KTT Alaska, Trump menyambut Presiden Kiev, Volodymyr Zelensky dan beberapa pemimpin tertinggi eropa di Gedung Putih, AS.

    Trump menyebut langkah selanjutnya adalah mempertemukan Putin dengan Zelensky untuk upaya perdamaian kedua negara.

    Pada 21 Agustus, Trump sempat mengklaim upaya perdamaian ini akan terlihat jelas dalam dua pekan, apakah Rusia serius ingin berdamai.

    Trump juga menyalahkan Biden dalam masalah ini karena dinilai telah melemahkan posisi Ukraina untuk melawan Rusia.

    “Sangat sulit, bahkan mustahil, untuk memenangkan perang tanpa menyerang negara penjajah. Ibarat tim olahraga hebat yang pertahanannya fanstastis, tetapi tidak diizinkan bermain menyerang,” tulis Trump di Truth Social.

    “Tidak ada peluang untuk menang (bagi Ukraina)! Begitu pula dengan Ukraina dan Rusia. Biden yang korup dan sangat tidak kompeten tidak membiarkan Ukraina berperang, hanya bertahan. Bagaimana hasilnya? Masa depan yang menarik!” tambahnya.

    Hanya saja, Kremlin sejak pertemuan itu menunjukkan minimnya minat terhadap proses perdamaian dengan Ukraina.

    Pada Jumat, 22 Agustus 2025, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan tidak ada pertemuan yang direncanakan antara Putin dan Zelensky.

    Bertepatan dengan pernyataan itu, Rusia tak berhenti melancarkan serangan udara berskala besar terhadap Ukraina.

    Rusia bahkan menolak gencatan senjata selama negosiasi perdamaian berlangsung.

  • Prediksi Harga Emas Dapat Tembus USD 3.450, Apa Faktor Pendorongnya? – Page 3

    Prediksi Harga Emas Dapat Tembus USD 3.450, Apa Faktor Pendorongnya? – Page 3

    Di Eropa, tensi antara Rusia dan Ukraina juga belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Rusia menegaskan syarat perdamaian dengan tetap menguasai wilayah yang sudah dicaplok, sekaligus menolak keanggotaan Ukraina di NATO. Hal ini membuat stabilitas Eropa masih dalam bayang-bayang ketegangan.

    Kombinasi Perang Dagang dan Data Ekonomi AS

    Faktor lain yang turut menopang proyeksi penguatan emas adalah perkembangan perang dagang. Meski sejumlah negara telah mencapai kesepakatan dengan Amerika, tensi perdagangan masih bisa meningkat sewaktu-waktu. Hal ini menciptakan volatilitas tambahan di pasar keuangan global.

    Di sisi lain, pekan depan juga akan diramaikan dengan rilis sejumlah data ekonomi Amerika Serikat. Data ini akan menjadi acuan pasar dalam memprediksi langkah The Fed ke depan. Jika data menunjukkan pelemahan, maka peluang penurunan suku bunga semakin besar, sehingga mendukung penguatan emas.

    “Kita juga melihat bahwa di minggu depan pun juga akan ada satu pertemuan, terutama adalah bank sentral, kemudian data ekonomi di Amerika, kemudian masalah perang dagang, ini pun juga bisa membuat tensi perang dagang juga kembali memanas,” pungkasnya.

       

  • Ukraina Rayakan Kemerdekaan dengan Serangan Drone ke Rusia

    Ukraina Rayakan Kemerdekaan dengan Serangan Drone ke Rusia

    Jakarta

    Ukraina melancarkan serangan pesawat nirawak ke Rusia yang memicu kebakaran di sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir saat merayakan hari kemerdekaannya. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengatakan serangan Ukraina tersebut dilakukan usai seruan perdamaiannya diabaikan.

    Diketahui, setelah serangkaian diplomasi dan desakan Presiden AS Donald Trump untuk menengahi pertemuan puncak antara rekan-rekannya dari Rusia dan Ukraina, prospek perdamaian tampaknya mandek ketika Rusia mengesampingkan kemungkinan pertemuan langsung antara Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky.

    Saling balas antara Ukraina dan Rusia masih terus terjadi dalam perang yang telah berlangsung selama tiga setengah tahun. Hari ini, Ukraina membalasnya dengan serangan pesawat nirawak yang ditembak jatuh oleh Rusia dan mengakibatkan terbakarnya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kursk di Rusia barat.

    Ukraina juga mengirim sepuluh pesawat tanpa awak yang akhirnya juga ditembak jatuh di atas pelabuhan Ust-Luga di Teluk Finlandia. Jatuhnya pesawat drone tersebut memicu kebakaran di terminal bahan bakar milik perusahaan energi Rusia Novatek.

    Sementara itu, Ukraina mengatakan Rusia telah menyerangnya semalam dengan rudal balistik dan 72 pesawat tanpa awak Shahed buatan Iran, 48 di antaranya menurut angkatan udara telah ditembak jatuh. Serangan pesawat nirawak Rusia menewaskan seorang perempuan berusia 47 tahun di wilayah timur Dnipropetrovsk.

    Zelensky sebut Ukraina adalah Pejuang

    Pertempuran terbaru terjadi saat Ukraina memperingati hari kemerdekaannya pada tahun 1991 setelah pecahnya Uni Soviet. Zelensky menyebut Ukraina menyerang saat seruan perdamaiannya diabaikan.

    “Beginilah Ukraina menyerang ketika seruannya untuk perdamaian diabaikan,” kata Zelensky dalam pidato hari kemerdekaannya, dilansir AFP, Minggu (24/8/2025).

    “Hari ini, baik AS maupun Eropa sepakat: Ukraina belum sepenuhnya menang, tetapi pasti tidak akan kalah. Ukraina telah mengamankan kemerdekaannya. Ukraina bukanlah korban; ia adalah pejuang,” kata Zelensky.

    Dalam peringatan kemerdekaan Ukraina tersebut, hadir Perdana Menteri Kanada Mark Carney di Kyiv. Carney menyebut “perdamaian yang adil dan abadi bagi Ukraina”.

    Zelensky berterima kasih kepada para pemimpin dunia lainnya termasuk Presiden AS Donald Trump, Presiden Tiongkok Xi Jinping, Raja Charles, dan Paus Fransiskus atas pesan yang dikirimkan untuk memperingati peristiwa tersebut.

    Rusia kini menguasai sekitar seperlima wilayah Ukraina, termasuk Semenanjung Krimea, yang dianeksasinya pada tahun 2014.

    Pertempuran telah memaksa jutaan orang mengungsi dari rumah mereka dan menghancurkan kota-kota serta desa-desa di wilayah timur dan selatan Ukraina.

    Putin telah berulang kali menolak seruan dari Ukraina dan Barat untuk gencatan senjata tanpa syarat dan segera.

    Pada Jumat, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan “tidak ada pertemuan” antara Putin dan Zelensky yang direncanakan karena upaya mediasi Trump tampaknya terhenti, sementara Zelensky menuduh Rusia mencoba memperpanjang serangan.

    Lihat juga Video Ukraina Peringati Kemerdekaan, Zelensky: Kini Kita Lebih Kuat

    Halaman 2 dari 2

    (yld/gbr)

  • Kim Jong Un Tiba-Tiba Uji Coba Rudal Baru, Sinyal Keras ke Seoul & AS

    Kim Jong Un Tiba-Tiba Uji Coba Rudal Baru, Sinyal Keras ke Seoul & AS

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengawasi uji coba penembakan dua jenis rudal baru, menurut laporan Media Pemerintah Korea Utara. Uji coba rudal baru ini dilakukan saat militer Korea Selatan dan AS sedang melakukan latihan gabungan.

    Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara mengatakan uji coba pada Sabtu membuktikan rudal tersebut efektif dalam melawan ancaman udara seperti pesawat tak berawak dan rudal jelajah. Badan tersebut juga mengatakan bahwa Kim memberikan tugas penting kepada para ahli pertahanan menjelang konferensi politik besar yang diperkirakan akan diadakan awal tahun depan.

    Laporan itu tidak menyebutkan rudal apa yang diuji atau di mana kejadiannya. Tidak disebutkan pernyataan apa pun dari Kim yang ditujukan kepada Washington atau Seoul.

    Uji coba tersebut bertepatan dengan perjalanan Presiden baru Korea Selatan Lee Jae Myung ke Tokyo untuk menghadiri pertemuan puncak dengan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba, keduanya berjanji untuk memperkuat kerja sama bilateral dan kemitraan trilateral mereka dengan Amerika Serikat untuk mengatasi tantangan bersama, termasuk ambisi nuklir Korea Utara.

    Korea Utara sendiri telah berulang kali menolak seruan Seoul dan Washington untuk memulai kembali perundingan yang telah lama terhenti yang bertujuan untuk menghentikan program senjata nuklir dan misilnya. Korea Utara terus memprioritaskan Rusia sebagai bagian dari kebijakan luar negeri yang bertujuan untuk memperluas hubungan dengan negara-negara yang menentang AS.

    Minggu lalu, Kim Jong Un menggelar upacara di Pyongyang untuk menghormati tentara Korea Utara yang bertempur di Ukraina. Ia menganugerahkan gelar “pahlawan negara” kepada mereka yang kembali dan menempatkan medali di samping 101 potret para pahlawan yang gugur, memuji mereka sebagai “orang-orang hebat, pahlawan besar, dan patriot hebat,” demikian dilaporkan media pemerintah.

    Menurut penilaian Korea Selatan, Korea Utara telah mengirim sekitar 15.000 tentara ke Rusia, dan sekitar 600 orang tewas dalam pertempuran.

    Kim Jong Un juga setuju untuk mengirim ribuan pekerja konstruksi militer dan penjinak ranjau ke wilayah Kursk Rusia, sebuah pengerahan yang diyakini intelijen Korea Selatan dapat segera terjadi.

     

    (hsy/hsy)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Respons Rusia soal Serangan Ukraina Bikin Pembangkit Nuklir Terbakar

    Respons Rusia soal Serangan Ukraina Bikin Pembangkit Nuklir Terbakar

    Jakarta

    Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Kursk di Rusia kebakaran setelah militer negara tersebut menembak jatuh sebuah pesawat nirawak Ukraina. Penjabat Gubernur Kursk, Alexander Khinshtein, mengatakan, serangan Ukraina tersebut menciptakan ancaman bagi keselamatan nuklir.

    “Serangan ini merupakan ancaman bagi keselamatan nuklir dan pelanggaran semua konvensi internasional,” tulis Khinshtein di aplikasi perpesanan Telegram, dilansir AFP, Minggu (24/8/2025).

    Sementara itu, PLTN Kursk dalam sebuah pernyataan mengatakan serangan pesawat nirawak Ukraina terhadap PLTN itu merusak sebuah transformator tambahan dan menyebabkan penurunan kapasitas operasi sebesar 50% di unit tiga PLTN tersebut.

    Pembangkit Nuklir Terbakar

    Sebelumnya, Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Kursk di Rusia kebakaran setelah militer negara tersebut menembak jatuh sebuah pesawat nirawak Ukraina. Saat ini kobaran api di PLTN tersebut telah berhasil dipadamkan.

    “Perangkat itu meledak saat menghantam PLTN Kursk di Rusia barat”, ujar pihak PLTN Kursk, dilansir AFP, Minggu (24/8/2025).

    Usai jatuh menghantam PLTN, drone tersebut memicu kobaran api yang menurut pihak PLTN “telah dipadamkan oleh petugas pemadam kebakaran”.

    Berdasarkan laporan, tidak ada korban jiwa atas jatuhnya pesawat nirawak di lokasi tersebut.

    Lihat juga Video Zelensky Klaim Serangan Rusia Hancurkan Pabrik Asal AS

    (yld/gbr)

  • Hati-Hati Isi ‘Saya Bukan Robot’, Rekening Bisa Terkuras

    Hati-Hati Isi ‘Saya Bukan Robot’, Rekening Bisa Terkuras

    Jakarta, CNBC Indonesia – Modus penipuan siber kian canggih. Kini, tombol Captcha “saya bukan robot” yang biasanya muncul di situs web justru dimanfaatkan untuk mencuri data hingga menguras rekening pengguna.

    Peneliti keamanan Kaspersky mengungkap serangan terbaru yang menyasar pengguna PC Windows melalui iklan berbahaya. Saat browsing, korban tanpa sadar mengeklik iklan yang menutupi layar. Klik tersebut mengarahkan pengguna ke halaman Captcha palsu disertai pesan error Chrome palsu. Dari sana, korban diperdaya untuk mengunduh malware pencuri data (stealer).

    “Para penjahat membeli slot iklan, dan jika pengguna mengeklik, mereka diarahkan ke website berbahaya. Modus ini melibatkan jaringan distribusi yang lebih luas serta skenario serangan baru yang menjangkau lebih banyak korban,” jelas Vasily Kolesnikov, Pakar Keamanan Kaspersky, dalam keterangan resmi.

    Malware yang digunakan adalah Lumma stealer, program berbahaya yang mampu mencuri aset kripto, cookie, kredensial akun, hingga data pengelola kata sandi. Malware ini juga bisa mengambil tangkapan layar, memperoleh akses jarak jauh, bahkan mengendalikan perangkat korban.

    Kaspersky mencatat lebih dari 140.000 insiden iklan berbahaya sepanjang September-Oktober 2024, dengan lebih dari 20.000 pengguna dialihkan ke halaman palsu berisi skrip berbahaya. Negara yang paling terdampak adalah Brasil, Spanyol, Italia, dan Rusia.

    “Pengguna kini bisa ditipu melalui perintah Captcha palsu atau pesan error Chrome. Baik individu maupun perusahaan harus lebih kritis sebelum mengikuti instruksi mencurigakan di internet,” tegas Kolesnikov.

    Pakar keamanan menyarankan pengguna berhati-hati saat menjelajah dunia maya, terutama ketika menemukan iklan atau perintah yang tidak wajar di browser.

     

    (hsy/hsy)

    [Gambas:Video CNBC]