Negara: Rusia

  • Selamat Ginting Ungkap Dalang di Balik Kerusuhan Demo

    Selamat Ginting Ungkap Dalang di Balik Kerusuhan Demo

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Analis Politik & Militer Universitas Nasional, Selamat Ginting merespons kerusuhan demo sejak 25 Agustus 2025 lalu.

    Hal itu kata dia tak terlepas dari adanya pertarungan elit di dalamnya. Baik elit lokal maupun elit global. Olehnya itu akan sulit mengungkap siapa pelaku di balik kerusuhan yang terjadi. 

    Menurutnya, harus dibedakan antara massa aksi dengan massa perusuh. Melihat para pihak yang tertangkap rata-rata berumur 19-25 tahun. Rata-rata para pencari kerja. Banyak yang sedang mencari kerja. 

    “Bisa jadi orang-orang ini yang pernah punya catatan hukum di polsek-polsek, kemudian mereka beredar lagi. Patut diduga massa telah diatur setelah demo 25 Agustus itu,” ujarnya dikutip Forum Keadilan TV, Kamis, (4/9/2025).

    Dia juga menghubungkan dengan elit pemerintah yang terancam di reshuffle menjelang satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. 

    Lalu ada elit global. “Kita sekarang masuk dalam pertarungan global. Dimana tiga negara adidaya yakni Amerika, Tiongkok dan Rusia tengah berebut pengaruh,” jelasnya.

    “Kemudian oligarki lama yang sudah lama selama sepuluh tahun Jokowi, sekarang mereka terancam. Kemudian bersatu dengan orang-orang yang frustasi dengan kondisi ekonomi. Jadi semuanya menyatu,” tambahnya.

  • Spekulasi Mencuat Kala Putri Kim Jong Un Dampingi Ayahnya ke China

    Spekulasi Mencuat Kala Putri Kim Jong Un Dampingi Ayahnya ke China

    Jakarta

    Putri pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un, Ju Ae, menuai sorotan karena untuk pertama kalinya mendampingi sang ayah dalam kunjungan ke luar negeri. Kehadiran Ju Ae pun memunculkan spekulasi baru.

    Dirangkum detikcom dilansir kantor berita CNN, Kamis (4/9/2025), Kim Jong Un mengajak anak perempuannya ke China menjadi sorotan tersendiri. Ini menjadi momen pertama kali Ju Ae terlihat mendampingi Kim Jong Un dalam kunjungan ke luar negeri.

    Ketika Kim Jong Un disambut oleh para pejabat China ketika tiba di Beijing pekan ini, tampak seorang bocah perempuan berjalan di belakangnya, tersenyum sopan, mengenakan gaun hitam dengan rambut diikat dan dihiasi pita.

    Ju Ae atau Kim Ju Ae, telah tampil dalam berbagai acara publik di Korut selama beberapa tahun terakhir, sebagian besar dalam acara berkaitan dengan militer. Kehadirannya di Beijing memicu spekulasi terbaru, terutama mengenai apakah Kim Jong Un sedang mempersiapkannya sebagai penerus di masa depan.

    Kunjungan publik ke luar negeri pertama Ju Ae merupakan salah satu hal penting, terutama kehadiran para pemimpin negara yang menjadi mitra dekat Korut seperti Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang kemitraannya mungkin sangat dia butuhkan suatu hari nanti.

    Ketika parade militer besar-besaran China digelar pada Rabu (3/9), Ju Ae tidak terlihat berada di dekat Kim Jong Un yang berjalan di atas karpet merah.

    Terlepas dari itu, sejauh ini hanya sedikit yang diketahui tentang Ju Ae, yang pertama kali tampil ke publik pada tahun 2022 lalu setelah bertahun-tahun spekulasi.

    Bintang basket Amerika, Dennis Rodman, menjadi sosok yang pertama mengungkapkan bahwa Kim Jong Un memiliki seorang bayi perempuan bernama Ju Ae. Hal itu dia ungkapkan saat berkunjung ke Pyongyang pada tahun 2013. Kepada media The Guardian, Rodman pada saat itu mengatakan: “Saya menggendong bayi mereka, Ju Ae, dan berbicara dengan istrinya juga.”

    Ada beragam laporan tentang usia dan tahun kelahirannya, dengan Ju Ae diperkirakan kini berusia pra-remaja atau awal remaja.

    Ju Ae diperkenalkan ke dunia dengan gaya khas Kim Jong Un pada tahun 2022, ketika dia tampak mendampingi ayahnya saat memantau peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) Korut. Pada saat itu, Ju Ae tampil menggandeng tangan kim Jong Un di depan sebuah rudal ICBM yang berukuran raksasa.

    Beberapa penampilan publik lainnya terjadi tahun 2023, sebagian besar di acara militer seperti parade militer di ibu kota Pyongyang. Tahun 2024 lalu, media pemerintah Korut menampilkan Ju Ae berdiri di depan dan di tengah, dengan Kim Jong Un di belakangnya. Itu menjadi penampilan publik yang langka dari dinasti Kim, mengingat sistem pemerintahan Korut yang unit biasanya menempatkan sang pemimpin sebagai pusat perhatian.

    Pada tahun yang sama, seperti dikutip Yonhap, Ju Ae pernah terlihat diantar oleh bibinya, Kim Yo Jong, dalam sebuah seremoni kenegaraan. Sosok Kim Yo Jong dianggap sebagai salah satu tokoh paling berkuasa di Korut setelah kakaknya, Kim Jong Un.

    Bulan Mei tahun ini, Ju Ae ikut hadir bersama ayahnya saat mengunjungi Kedutaan Besar Rusia di Pyongyang dalam sebuah acara peringatan untuk menyoroti hubungan yang semakin erat dengan Moskow.

    Mengingat pentingnya dinasti keluarga di Korut, kemunculan Ju Ae di depan publik memicu perdebatan tentang apakah dia dapat dipersiapkan sebagai penerus.

    Beberapa pihak menyebut cara Ju Ae diliput oleh media pemerintah Korut — disebut sebagai “dicintai” dan “dihormati — menjadi pertanda bahwa dia mungkin memiliki status istimewa.

    Membawanya ke acara militer sejak usia dini dinilai, oleh para pakar, sebagai cara untuk mempersiapkannya menghadapi kenyataan memimpin 1,3 juta tentara, serta menumbuhkan kepercayaan dan rasa hormat dari pasukan militer Korut.

    Namun beberapa pihak lainnya skeptis, dan meyakini bahwa dua anak Kim Jong Un lainnya yang akan dipilih sebagai penerus. Sejumlah pakar bahkan mengingatkan bahwa Korut secara historis meresmikan sukses melalui sistem partai, dan adanya budaya patriarki yang kuat di negara tersebut.

    Halaman 2 dari 4

    (whn/maa)

  • Kedatangan Pemimpin Asing ke China Jadi Tanda Pergeseran Geopolitik?

    Kedatangan Pemimpin Asing ke China Jadi Tanda Pergeseran Geopolitik?

    Beijing

    Presiden Prabowo Subianto, beserta pimpinan negara dan perwakilan asing lainnya menghadiri parade militer skala besar di Beijing, China. Acara perayaan yang memperingati 80 tahun kekalahan Jepang di akhir Perang Dunia II (PD II) ini cenderung dihindari oleh para pemimpin Barat.

    Prabowo bertolak ke Beijing pada Selasa (02/09), di tengah dinamika situasi politik Indonesia setelah unjuk rasa berhari-hari yang menyebabkan ribuan orang ditangkap dan 10 orang tewas. Setibanya di Tianamen, Prabowo disambut oleh Presiden China Xi Jinping.

    Beberapa media nasional di Indonesia menyebut bahwa Prabowo hanya hadir selama 8 jam dalam parade tersebut. Berdasarkan keterangan pers Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Prabowo mendarat di tanah air pada Rabu (03/09) malam.

    Pertemuan singkat dengan Xi Jinping dan Putin

    Dalam kunjungan yang terbilang singkat tersebut, Prabowo sempat melakukan pertemuan bilateral dengan Xi Jinping di Great Hall of the People pada Rabu (03/09). Dalam pertemuan itu, Prabowo kembali menegaskan komitmen Indonesia untuk memperdalam kemitraan strategis dengan China.

    Prabowo membahas proyek Giant Sew Wall yang direncanakan akan membentang di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa dengan pemerintahan Xi Jinping.

    Selain itu, Prabowo juga menghadiri pertemuan khusus dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela lawatan tersebut. Obrolan Prabowo dan Putin disebut menjadi salah satu agenda penting karena membahas soal kerja sama strategis, khususnya di bidang ekonomi dan investasi.

    “Selain menghadiri acara tersebut, Presiden Prabowo juga mengadakan pertemuan khusus dengan Presiden Xi Jinping dan Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin, masing-masing untuk menindaklanjuti dan memastikan jalannya berbagai investasi ekonomi yang sudah terjalin di antara kedua negara,” papar Menteri Sekretaris Kabinet (Seskab) Mayor Teddy Indra Wijaya.

    Parade di China tanda “pergeseran geopolitik”?

    Dalam parade militer tersebut, selain Presiden Prabowo Subianto, turut hadir sejumlah pemimpin negara lainnya. Sebut saja, Perdana Menteri India Narendra Modi, Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un.

    Rangkaian ini dapat dibaca sebagai sebuah pesan mencolok, atau bahkan menantang, kepada Amerika Serikat (AS) dan sekutunya. Ini sedikit banyaknya menjadi bukti tambahan dari pergeseran menuju tatanan dunia baru yang tak lagi sepenuhnya didominasi AS dan Barat.

    Pertemuan ini mencerminkan tradisi panjang manuver diplomatik yang penuh dengan kepentingan masing-masing dalam kekuatan politik regional.

    Singkatnya, masing-masing pemimpin negara yang hadir punya kepentingannya sendiri. Misalnya, China, yang membutuhkan energi murah dari Rusia hingga persoalan kestabilan perbatasan dengan Korea Utara.

    Sementara, Putin ingin keluar dari sanksi Barat dan isolasi akibat perang Ukraina. Kemudian, jika ditelaah, Kim membutuhkan uang, legitimasi hingga cara untuk mengungguli Korea Selatan. Kemudian, Narendra Modi tengah berusaha menjaga hubungan baik dengan Rusia dan China di tengah keretakan hubungannya dengan AS.

    Pamor China naik?

    Saat ini, China dilanda banyak masalah domestik, misalnya ketidaksetaraan ekonomi dan gender, hingga ketegangan dengan Taiwan. Namun, Xi Jinping berusaha memosisikan China sebagai pemimpin bagi negara-negara yang merasa dirugikan oleh tatanan dunia pascaPerang Dunia II.

    “Parade ini menunjukkan kenaikan pamor China, didorong oleh diplomasi Trump yang buruk dan kelihaian strategi Presiden Xi,” kata Jeff Kingston, seorang profesor studi Asia di Temple University, Jepang. “Konsensus Washington telah runtuh dan Xi menggalang dukungan untuk alternatifnya.”

    Beberapa pakar mengingatkan agar tidak berlebihan membaca hubungan Rusia, China, dan Korea Utara. China tetap waspada terhadap program nuklir Korea Utara yang kian berkembang dan kerap mendukung sanksi internasional untuk menekan Pyongyang.

    “Meski ikatan Rusia, Korea Utara kembali seperti aliansi militer, China tidak berniat kembali ke tahun 1950,” kata Zhu Feng, dekan Fakultas Hubungan Internasional Universitas Nanjing.

    “Salah jika percaya China, Rusia, dan Korea Utara sedang membangun blok kekuatan baru.”

    Rusia cari bantuan China demi kurangi isolasi

    Sementara bagi Kremlin, kehadiran Putin di Beijing bersama para pemimpin dunia adalah cara menepis isolasi yang dikenakan Barat, setelah invasi skala besar Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.

    Putin dapat kembali tampil di panggung dunia sebagai sosok negarawan, bertemu berbagai pemimpin termasuk Modi, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian. Sambutan Xi Jinping juga menegaskan bahwa Rusia masih punya mitra dagang besar, meski pasar Barat banyak yang tertutup akibat sanksi.

    Namun, di saat bersamaan, Rusia tak ingin membuat Trump marah, karena Trump lebih terbuka dibanding pendahulunya untuk mendengar syarat Moskow terkait perang Ukraina.

    “Rusia sangat diuntungkan dari kemampuan China menyediakan barang dual-use dan teknologi untuk mengakali sanksi serta menjaga mesin militernya tetap hidup. China juga menjadi sumber utama pemasukan ekspor Rusia yang mengisi kas perang Putin,” kata Alexander Gabuev, Direktur Carnegie Russia Eurasia Center. “Bagi China, perang Rusia di Ukraina justru menjadi distraksi bagi AS.”

    Nasib Korea Utara

    Kunjungan Kim Jong Un memperdalam ikatan baru dengan Rusia, sekaligus menegaskan hubungan rapuh dengan sekutu terpentingnya sekaligus penopang ekonominya, China.

    Kim Jong Un telah mengirim ribuan pasukan dan banyak perlengkapan militer untuk membantu Rusia menahan serangan Ukraina.

    Tanpa menyebut perang Ukraina secara eksplisit, Kim Jong Un berkata kepada Putin: “Jika ada hal yang bisa saya lakukan untuk Anda dan rakyat Rusia, jika ada yang lebih perlu dilakukan, saya akan menganggapnya sebagai kewajiban persaudaraan yang memang harus kami jalani.”

    Lembaga Institute for National Security Strategy, yang terafiliasi dengan badan intelijen Korea Selatan menyebut kunjungan Kim Jong Un, yang merupakan penampilan pertamanya di forum multilateral sejak berkuasa 2011, ditujukan untuk memperkuat hubungan dengan negara sahabat sebelum kemungkinan dimulainya kembali perundingan nuklir dengan Trump. Diplomasi nuklir kedua pemimpin itu runtuh pada 2019.

    “Kim juga bisa mengklaim kemenangan diplomatik, karena Korea Utara kini beralih dari negara yang sebelumnya secara bulat disanksi oleh Dewan Keamanan PBB (DK PBB) atas program nuklir dan misil ilegalnya, menjadi negara yang justru dirangkul oleh anggota tetap DK PBB, yakni Rusia dan China,” kata Leif-Eric Easley, profesor studi internasional di Universitas Ewha Womans, Seoul.

    Peran Narendra Modi

    Kehadiran Narendra Modi dalam perayaan tersebut merupakan kunjungan pertamanya ke China sejak hubungan kedua negara memburuk setelah bentrokan mematikan di perbatasan India-China pada 2020.

    Namun, pemulihan ini masih terbatas. Namun, menurut Praveen Donthi, seorang pakar senior di International Crisis Group, Modi tidak ikut parade militer Beijing karena “rasa saling curiga dengan China masih ada.”

    “India berjalan hati-hati di antara Barat dan negara-negara lain, terutama terkait AS, Rusia, dan China,” kata Donthi. “Karena India tidak percaya pada aliansi formal, pendekatannya adalah memperkuat hubungan dengan AS, mempertahankannya dengan Rusia, dan mengelolanya dengan China.”

    Meski begitu, Amerika Serikat tetap ada dalam perhitungan Modi.

    India dan Washington sebelumnya merundingkan perjanjian perdagangan bebas, hingga pemerintahan Trump memberlakukan tarif 25% untuk impor minyak Rusia oleh India, membuat total tarif naik jadi 50%.

    Perundingan pun terhenti dan hubungan merosot tajam. Pemerintah Modi berjanji tidak akan tunduk pada tekanan AS, bahkan memberi sinyal siap mendekat ke China dan Rusia.

    Namun, kata Donthi, India tetap ingin menjaga celah terbuka bagi Washington.

    “Jika Modi bisa berjabat tangan dengan Xi lima tahun setelah bentrokan perbatasan India-China, maka akan jauh lebih mudah baginya untuk berjabat tangan dengan Trump dan kembali memperkuat hubungan, karena keduanya memang sekutu alami,” ujarnya.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris.

    Diadaptasi oleh: Muhammad Hanafi

    Editor: Rahka Susanto

    (nvc/nvc)

  • Pelat Nomor yang Dipakai Kim Jong Un di China Jadi Sorotan

    Pelat Nomor yang Dipakai Kim Jong Un di China Jadi Sorotan

    Jakarta

    Presiden Korea Utara, Kim Jong Un menggunakan mobil mewah Mercedes-Benz Maybach saat berkunjung ke China. Satu hal yang menjadi sorotan, Kim memakai pelat nomor yang spesial.

    Dikutip dari media Korea Selatan, The Chosun dan Korea JoongAng Daily, Kim Jong Un tertangkap kamera menggunakan mobil dengan plat nomor ‘7·271953’.

    Sekilas, angka itu mungkin terlihat nomor acak. Namun menilik sejarahnya punya arti yang menarik sebagai simbol.

    Bagi para pengamat, angka ini bukan sembarang kode. Rangkaian nomor tersebut merujuk tanggal 27 Juli 1953, hari ditandatanganinya gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea. Di Korea Utara, tanggal ini diperingati sebagai “Hari Kemenangan dalam Perang Pembebasan Tanah Air”.

    Para pengamat politik langsung membaca gestur ini sebagai pesan simbolis yang kuat. Plihan plat nomor Kim Jong Un adalah deklarasi politik yang sarat makna. Ini seolah-olah Kim ingin menegaskan bahwa Korea Utara melihat perang tersebut sebagai kemenangan mutlak atas Amerika Serikat. Penggunaan plat nomor ini juga jadi penegasan bahwa Pyongyang tidak akan tunduk pada tekanan AS. Di sisi lain sebagai bentuk solidaritas bersama Tiongkok pesan anti-Amerika.

    Mobil Kim Jong Un di China Foto: Dok. Viory

    Perlu diketahui, pelat nomor yang sama juga muncul saat Kim menerima Aurus, dijuluki “Rolls-Royce versi Rusia,” sebagai hadiah dari Presiden Rusia Vladimir Putin selama kunjungan Putin ke Korea Utara tahun lalu.

    Satu hal yang menarik lainnya, iring-iringan Kim kali ini terdiri dari 28 kendaraan, termasuk mobil pengawal, ambulans, dan iring-iringan polisi China.

    Menariknya, berbeda dengan kunjungan keempatnya pada 2019 lalu, kali ini tidak ada pengawalan menggunakan sepeda motor. Biasanya, iring-iringan pemimpin Korea Utara kerap menampilkan barisan motor besar di sisi kiri dan kanan mobil utama sebagai simbol kekuatan sekaligus keamanan tambahan.

    Belum ada keterangan resmi dari pihak Korea Utara maupun otoritas China mengenai alasan ditiadakannya pengawalan motor tersebut.

    Namun, sejumlah pengamat menilai langkah ini bisa terkait dengan protokol keamanan yang lebih ringkas atau penyesuaian dengan kebijakan tuan rumah.

    (riar/dry)

  • China Bantah Tuduhan Trump Soal Konspirasi Lawan AS

    China Bantah Tuduhan Trump Soal Konspirasi Lawan AS

    Beijing

    China membantah tuduhan yang dilontarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump soal Presiden Xi Jinping bersama Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un sedang berkonspirasi melawan AS.

    Beijing membela keputusannya mengundang Putin dan Kim Jong Un untuk menghadiri parade militer memperingati 80 tahun kemenangan China atas Jepang dalam Perang Dunia II.

    Tuduhan Trump itu disampaikan via media sosial Truth Social, dengan sang Presiden AS menitipkan kepada Xi untuk menyampaikan salam hangat bagi Putin dan Kim Jong Un. Namun Trump kemudian menyebut ketiga pemimpin itu “berkonspirasi melawan Amerika Serikat”.

    Ketika ditanya tentang tuduhan Trump itu, seperti dilansir AFP, Kamis (4/9/2025), Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa “tamu-tamu asing” diundang untuk memperingati berakhirnya Perang Dunia II.

    “Tujuannya adalah bekerja sama dengan negara-negara dan masyarakat yang cintai damai untuk mengenang sejarah, mengenang para martir, menghargai perdamaian, dan menciptakan masa depan,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, kepada wartawan.

    “Pembangunan hubungan diplomatik China dengan negara mana pun tidak pernah dimaksudkan untuk melawan pihak ketiga mana pun,” tegasnya.

    Bantahan juga disampaikan oleh Kremlin yang menyebut tuduhan Trump itu sebagai sindiran.

    Tuduhan itu disampaikan Trump pernyataannya via media sosial Truth Social pada Rabu (3/9), saat China menggelar parade militer besar-besaran. Xi tampil akrab bersama Putin dan Kim Jong Un pada momen yang diabadikan oleh media massa.

    “Tolong (Presiden Xi) sampaikan salam hangat saya kepada Vladimir Putin, dan Kim Jong Un, saat kalian berkonspirasi melawan Amerika Serikat,” tulis Trump.

    Trump, dalam pernyataannya, juga menekankan peran AS dalam mendukung China selama Perang Dunia II melawan invasi Jepang. Dia menyesalkan Xi tidak menyebut besarnya dukungan dan peran AS dalam membantu China meraih kemenangan dalam perang.

    Tonton juga video “‘Monster Nuklir’ DF-5C yang Dipamerkan China Bisa Jangkau AS-Eropa” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Spekulasi Mencuat Kala Putri Kim Jong Un Dampingi Ayahnya ke China

    Sosok Putri Kim Jong Un yang Pertama Kali Dampingi Ayahnya ke Luar Negeri

    Pyongyang

    Kehadiran Ju Ae, anak perempuan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un, mendampingi ayahnya dalam kunjungan ke China menjadi sorotan tersendiri. Ini menjadi momen pertama kali ketika Ju Ae terlihat mendampingi Kim Jong Un dalam kunjungan ke luar negeri.

    Ketika Kim Jong Un disambut oleh para pejabat China ketika tiba di Beijing pekan ini, tampak seorang bocah perempuan berjalan di belakangnya, tersenyum sopan, mengenakan gaun hitam dengan rambut diikat dan dihiasi pita.

    Ju Ae atau Kim Ju Ae, seperti dilansir CNN, Kamis (4/9/2025), telah tampil dalam berbagai acara publik di Korut selama beberapa tahun terakhir, sebagian besar dalam acara berkaitan dengan militer. Kehadirannya di Beijing memicu spekulasi terbaru, terutama mengenai apakah Kim Jong Un sedang mempersiapkannya sebagai penerus di masa depan.

    Kunjungan publik ke luar negeri pertama Ju Ae merupakan salah satu hal penting, terutama kehadiran para pemimpin negara yang menjadi mitra dekat Korut seperti Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang kemitraannya mungkin sangat dia butuhkan suatu hari nanti.

    Ketika parade militer besar-besaran China digelar pada Rabu (3/9), Ju Ae tidak terlihat berada di dekat Kim Jong Un yang berjalan di atas karpet merah.

    Terlepas dari itu, sejauh ini hanya sedikit yang diketahui tentang Ju Ae, yang pertama kali tampil ke publik pada tahun 2022 lalu setelah bertahun-tahun spekulasi.

    Bintang basket Amerika, Dennis Rodman, menjadi sosok yang pertama mengungkapkan bahwa Kim Jong Un memiliki seorang bayi perempuan bernama Ju Ae. Hal itu dia ungkapkan saat berkunjung ke Pyongyang pada tahun 2013. Kepada media The Guardian, Rodman pada saat itu mengatakan: “Saya menggendong bayi mereka, Ju Ae, dan berbicara dengan istrinya juga.”

    Ada beragam laporan tentang usia dan tahun kelahirannya, dengan Ju Ae diperkirakan kini berusia pra-remaja atau awal remaja.

    Ju Ae diperkenalkan ke dunia dengan gaya khas Kim Jong Un pada tahun 2022, ketika dia tampak mendampingi ayahnya saat memantau peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) Korut. Pada saat itu, Ju Ae tampil menggandeng tangan kim Jong Un di depan sebuah rudal ICBM yang berukuran raksasa.

    Beberapa penampilan publik lainnya terjadi tahun 2023, sebagian besar di acara militer seperti parade militer di ibu kota Pyongyang. Tahun 2024 lalu, media pemerintah Korut menampilkan Ju Ae berdiri di depan dan di tengah, dengan Kim Jong Un di belakangnya. Itu menjadi penampilan publik yang langka dari dinasti Kim, mengingat sistem pemerintahan Korut yang unit biasanya menempatkan sang pemimpin sebagai pusat perhatian.

    Pada tahun yang sama, seperti dikutip Yonhap, Ju Ae pernah terlihat diantar oleh bibinya, Kim Yo Jong, dalam sebuah seremoni kenegaraan. Sosok Kim Yo Jong dianggap sebagai salah satu tokoh paling berkuasa di Korut setelah kakaknya, Kim Jong Un.

    Bulan Mei tahun ini, Ju Ae ikut hadir bersama ayahnya saat mengunjungi Kedutaan Besar Rusia di Pyongyang dalam sebuah acara peringatan untuk menyoroti hubungan yang semakin erat dengan Moskow.

    Mengingat pentingnya dinasti keluarga di Korut, kemunculan Ju Ae di depan publik memicu perdebatan tentang apakah dia dapat dipersiapkan sebagai penerus.

    Beberapa pihak menyebut cara Ju Ae diliput oleh media pemerintah Korut — disebut sebagai “dicintai” dan “dihormati — menjadi pertanda bahwa dia mungkin memiliki status istimewa.

    Membawanya ke acara militer sejak usia dini dinilai, oleh para pakar, sebagai cara untuk mempersiapkannya menghadapi kenyataan memimpin 1,3 juta tentara, serta menumbuhkan kepercayaan dan rasa hormat dari pasukan militer Korut.

    Namun beberapa pihak lainnya skeptis, dan meyakini bahwa dua anak Kim Jong Un lainnya yang akan dipilih sebagai penerus. Sejumlah pakar bahkan mengingatkan bahwa Korut secara historis meresmikan sukses melalui sistem partai, dan adanya budaya patriarki yang kuat di negara tersebut.

    Tonton juga video “Kenapa Kim Jong Un Lebih Suka Naik Kereta Api Dibandingkan Pesawat?” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Inggris Sanksi Organisasi Rusia yang Terlibat Indoktrinasi Paksa Anak-anak Ukraina

    Inggris Sanksi Organisasi Rusia yang Terlibat Indoktrinasi Paksa Anak-anak Ukraina

    JAKARTA – Inggris menjatuhkan sanksi kepada 11 individu dan entitas baru yang berafiliasi dengan negara Rusia. Inggris menargetkan pihak yang terlibat dalam upaya Moskow untuk mendeportasi dan mengindoktrinasi anak-anak Ukraina secara paksa.

    Ukraina mengatakan lebih dari 19.500 anak telah dibawa ke Rusia atau wilayah yang diduduki Rusia selama perang tanpa persetujuan keluarga atau wali, menyebut penculikan tersebut sebagai kejahatan perang yang memenuhi definisi genosida dalam perjanjian PBB.

    Moskow mengatakan mereka melindungi anak-anak yang rentan dari zona perang.

    “Kebijakan Kremlin yang mendeportasi paksa, indoktrinasi, dan militerisasi anak-anak Ukraina sungguh tercela,” ujar Menteri Luar Negeri David Lammy dalam pernyataan, yang menguraikan putaran sanksi terbaru Inggris terhadap Rusia atas perang di Ukraina pada Rabu, 3 September dilansir Reuters.

    Organisasi-organisasi seperti Yayasan Akhmat Kadyrov yang menjalankan program pendidikan ulang untuk anak-anak dan remaja Ukraina, dengan pelatihan militeristik yang mereka jalankan ikut disanksi.

    Presiden organisasi tersebut Aymani Nesievna Kadyrova, termasuk di antara mereka yang menjadi sasaran sanksi.

    Sanksi tersebut mencakup pembekuan aset, larangan bepergian, dan sanksi lainnya.

    Pada Maret, laporan dari kantoor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan Rusia telah menimbulkan penderitaan yang tak terbayangkan pada jutaan anak Ukraina dan melanggar hak-hak mereka sejak invasi skala penuh ke Ukraina dimulai pada tahun 2022.

    Pada Maret 2023, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan Presiden Rusia Vladimir Putin dan komisioner hak-hak anak, Maria Lvova-Belova, terkait penculikan anak-anak Ukraina.

    Rusia mengecam surat perintah tersebut sebagai “keterlaluan dan tidak dapat diterima.

  • Petugas Korut Lap Kursi Kim Jong Un Usai Bertemu Putin Biar DNA Tak Dicuri

    Petugas Korut Lap Kursi Kim Jong Un Usai Bertemu Putin Biar DNA Tak Dicuri

    Jakarta

    Belum lama ini, terekam sebuah momen dua pejabat Korea Utara terlihat sibuk mengelap kursi yang baru saja diduduki Kim Jong-un. Sebelumnya, Kim Jong-un mengadakan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di sebuah ruangan konferensi di Beijing, China.

    Keduanya memang tengah berada di China untuk menyaksikan parade militer besar-besar China yang menandai 80 tahun kemenangan Perang China-Jepang di akhir Perang Dunia II tahun 1945.

    Dikutip dari Daily Telegraph, setelah pertemuan itu selesai, dua orang pejabat Korea Utara tampak menghapus semua jejak keberadaan Kim. Kursi yang diduduki dibersihkan, bahkan meja di sampingnya juga.

    Seorang staf lalu mengambil gelas yang digunakan Kim dan diduga gelas tersebut akan dibawa pulang ke Korea Utara. Semua permukaan yang disentuh oleh Kim dibersihkan.

    Seorang jurnalis Rusia yang merekam momen tersebut lalu mengunggahnya ke media sosial Telegram dan menjelaskan apa yang terjadi.

    Viral rekaman staf Korut mengelap kursi Kim Jong-un setelah diduduki. Foto: Telegram Alexander Yunashev

    “Setelah perundingan, staf yang mendampingi kepala negara (Korea Utara) dengan hati-hati menghancurkan semua jejak keberadaan Kim. Mereka mengambil gelas yang digunakan, mengelap kain pelapis kursi dan bagian furnitur yang disentuh pemimpin Korea Utara tersebut,” cerita Alexander Yunashev.

    Ada dugaan, beberapa pemimpin negara dunia yang sangat mewaspadai potensi serangan musuh, khawatir DNA mereka digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan atau bahkan untuk upaya pembunuhan.

    Kim datang ke Beijing dari Korea Utara menggunakan kereta. Dilaporkan kereta itu memiliki toilet khusus yang dirancang untuk menjaga agar DNA-nya tidak bisa diperiksa.

    “Kondisi fisik pemimpin tertinggi sangat berpengaruh pada rezim Korea Utara. Korea Utara berusaha keras menutup rapat semua hal terkait itu, termasuk rambut dan kotoran,” ucap salah seorang pejabat intelijen Korea Selatan.

    (avk/kna)

  • Pelat Nomor yang Dipakai Kim Jong Un di China Jadi Sorotan

    Korut Bersihkan Kursi Kim Jong Un Usai Bertemu Putin, Takut DNA Dicuri?

    Beijing

    Para staf Korea Utara (Korut) secara teliti membersihkan barang-barang yang disentuh oleh pemimpin tertinggi mereka, Kim Jong Un, sesaat setelah pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin digelar di Beijing, China, pada Rabu (3/9) waktu setempat.

    Momen tersebut, seperti dilansir Reuters dan NDTV, Kamis (4/9/2025), terlihat dalam sebuah video yang dibagikan seorang reporter Kremlin bernama Alexander Yunashev via Telegram. Video itu tampaknya direkam setelah Kim Jong Un dan Putin mengakhiri pertemuan yang berlangsung lebih dari dua jam di Beijing.

    Video tersebut mengungkapkan bahwa setelah pertemuan selesai digelar, seorang staf perempuan Korut, yang membawa nampan, dengan cepat menyingkirkan gelas yang diduga digunakan oleh Kim Jong Un.

    Sedangkan seorang staf laki-laki Korut, seperti terlihat dalam video, langsung mengelap kursi bekas tempat duduk Kim Jong Un dengan kain, mulai dari sandaran punggung hingga sandaran tangan. Bagian sisi meja yang mungkin disentuh Kim Jong Un saat berbicara dengan Putin juga ikut dibersihkan.

    Staf laki-laki Korut itu menghabiskan waktu sekitar satu menit untuk mengelap semua bagian kursi yang diduduki Kim Jong Un. Dekorasi interior dan furnitur di sekitarnya juga tidak luput dari pembersihan.

    “Setelah negosiasi selesai, staf yang mendampingi pemimpin DPRK dengan hati-hati menghancurkan semua jejak kehadiran Kim,” kata Yunashev dalam siaran live via Telegram, merujuk pada nama resmi Korut, Republik Rakyat Demokratik Korea.

    “Mereka mengambil gelas tempat dia minum, mengelap bantalan kursi, dan bagian-bagian furnitur yang disentuh pemimpin Korea,” sebutnya.

    Yunashev menambahkan bahwa terlepas dari aksi pembersihan yang aneh itu, pertemuan tersebut berakhir secara positif, dengan Kim Jong Un dan Putin meninggalkan ruangan “dengan sangat puas” sebelum menikmati teh bersama.

    Alasan pasti untuk pembersihan ruangan dan furnitur oleh para staf Korut itu masih dirahasiakan. Namun media terkemuka Amerika, CNN, berspekulasi bahwa pembersihan semacam itu mungkin dimaksudkan untuk mencegah kebocoran informasi DNA milik Kim Jong Un.

    Tonton juga video “Spesifikasi Kereta Api yang Bawa Kim Jong Un ke China” di sini:

    Hal tersebut juga menunjukkan langkah-langkah luar biasa yang diambil Korut untuk menyembunyikan petunjuk apa pun tentang kesehatan Kim Jong Un.

    Dalam kunjungan ke luar negeri sebelumnya, menurut laporan Nikkei yang mengutip badan intelijen Korea Selatan (Korsel) dan Jepang, Kim Jong Un bahkan membawa toiletnya sendiri di dalam kereta warna hijau yang khas yang membawanya ke Beijing untuk menyembunyikan petunjuk kesehatan.

    Pakar kepemimpinan Korut dari Stimson Center yang berkantor di Amerika Serikat (AS), Michael Madden, mengatakan bahwa langkah semacam itu merupakan protokol standar sejak era pendahulu Kim Jong Un, ayahnya Kim Jong Il.

    “Toilet khusus dan kantong sampah berisi kotoran, limbah, dan puntung rokok yang diwajibkan agar badan intelijen asing, bahkan yang bersahabat sekalipun, tidak bisa mengambil sampel dan mengujinya,” sebut Madden.

    “Itu akan memberikan wawasan tentang kondisi medis apa pun yang mempengaruhi Kim Jong Un. Ini bisa mencakup hair tag dan skin tag,” katanya.

    Dalam pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump di Hanoi tahun 2019, para pengawal Kim Jong Un terlihat memblokir satu lantai kamar hotelnya untuk membersihkan kamar selama berjam-jam dan mengeluarkan barang-barang termasuk kasur.

    Tim pengawal Kim Jong Un juga membersihkan barang-barang dengan teliti sebelum digunakan sang pemimpin. Dalam pertemuan tahun 2018 dengan Presiden Korsel saat itu Moon Jae In, para pengawal Korut menyemprot kursi dan meja dengan sanitizer dan mengelapnya sebelum Kim Jong Un duduk.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Putin Semobil Bareng Kim Jong Un di China, Naik Limosin Mewah Ini

    Putin Semobil Bareng Kim Jong Un di China, Naik Limosin Mewah Ini

    Jakarta

    Vladimir Putin dan Kim Jong Un sempat semobil saat di China. Keduanya terlihat naik limosin mewah buatan Rusia bernama Aurus Senat.

    Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Petinggi Korea Utara Kim Jong Un usai menghadiri parade militer di China. Disela-sela pertemuan itu, keduanya sempat berada dalam satu mobil. Dalam video yang beredar di media sosial, baik Putin maupun Kim Jong Un saling mempersilakan untuk naik mobil lebih dahulu.

    Pada akhirnya Putin masuk ke mobil lebih dulu dari pintu kanan belakang. Kim Jong Un menyusul setelahnya, naik dari pintu belakang kiri. Terlihat mobil yang ditumpangi itu adalah Aurus Senat. Sebagaimana terlihat jelas emblem di bagian tengah bertuliskan ‘Aurus’ dan di sisi kanan bodi belakang mobil ada tulisan ‘Senat’.

    Bagi yang belum tahu, Aurus Senat merupakan mobil kepresidenan Rusia. Mobil ini kerap menemani Putin saat berdinas di dalam negeri ataupun di luar negeri. Kim Jong Un pun tampaknya sudah tak asing lagi dengan limosin mewah Rusia. Sebab, Kim Jong Un memiliki satu unit Aurus Senat hadiah dari Putin pada tahun 2024.

    Aurus, yang berkantor pusat di Moskow, telah memasok limosin lapis baja kepada Putin sejak 2018. Senat Aurus adalah proyek prestise bagi Kremlin, di tengah upaya untuk mengurangi ketergantungan impor barang produksi dan teknologi pada Barat setelah Rusia dikenai sanksi pada tahun 2014.

    Aurus Senat merupakan mobil yang digarap Rusia terinspirasi dari produsen mobil mewah asal Inggris Rolls-Royce. Bisa dilihat dari fascia depannya sangat identik dengan Rolls-Royce.

    Spesifikasi Aurus Senat

    Mobil ini juga biasa dijuluki ‘benteng berjalan’ berkat bobotnya yang diperkirakan mencapai tujuh ton dan panjang hampir tujuh meter. Beberapa fitur ‘benteng berjalan’ untuk melindungi Putin di antaranya dapat menahan ledakan, tembakan, dan serangan gas kimia. Senat Aurus juga dibekali komunikasi canggih, yang menjadikannya pusat komando di dalam mobil.

    Di balik bonetnya, Aurus Senat mengusung mesin 4.4 liter V8 twin-turbo hybrid yang dikembangkan bekerja sama dengan Porsche, menghasilkan 590 HP dan torsi 649 lb-ft (880 Nm) yang disalurkan ke seluruh rodanya.

    Mesin itu dipasangkan dengan transmisi otomatis sembilan percepatan. Berkat mesin itu, akselerasi 0-100 km/jam bisa ditempuh dalam waktu 6 detik dan puncak kecepatan mencapai 250 km/jam.

    Adapun soal fitur, dipercaya mobil ini dapat menahan ledakan, tembakan, dan serangan gas kimia. Aurus Senat juga dibekali komunikasi canggih, yang menjadikannya pusat komando di dalam mobil.

    Akses keluar masuk juga lebih mudah karena ukuran pintu yang besar. Aurus Senat itu juga disebut memiliki pintu darurat di bagian belakang dan bisa digunakan penumpang keluar saat situasi genting.

    (dry/din)