Negara: Rusia

  • Heboh Paspampres Korut Semprot Kursi Kim Jong Un Saat Ketemu Putin

    Heboh Paspampres Korut Semprot Kursi Kim Jong Un Saat Ketemu Putin

    Moskow

    Pengawal keamanan atau paspampres untuk pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un tampak menyemprotkan cairan pada kursi yang akan diduduki pemimpin Pyongyang itu dalam pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pekan ini. Kenapa?

    Seperti dilansir Reuters, Jumat (15/9/2023), rekaman video yang dipublikasikan oleh surat kabar Rusia, Kommersant, pada Kamis (14/9), menunjukkan seorang pengawal keamanan Korut yang mengenakan sarung tangan warna putih dengan hati-hati menyeka kursi warna hitam yang akan diduduki Kim Jong Un.

    Pengawal keamanan itu juga menyemprotkan zat tak teridentifikasi, yang diduga disinfektan, ke sekeliling kursi tersebut. Momen itu disebut berlangsung selama beberapa menit sebelum pertemuan Kim Jong Un dan Putin digelar.

    Laporan Kommersant menyebut bahwa pengawal keamanan Korut itu menyemprot dan menyeka bagian bantalan kursi, pegangan tangan dan kaki kursi, bahkan area di sekitar kursi dengan disaksikan oleh pengawal keamanan Kremlin yang tampak sedikit bingung dengan pemandangan itu.

    Seorang pengawal keamanan Korut lainnya kemudian memberikan semacam perintah kepada pengawal yang sedang menyeka kursi Kim Jong Un untuk melakukan disinfeksi. Sifat perintahnya tidak diketahui secara jelas.

    “Kursi tersebut ternyata menjadi perhatian terbesar pihak Korea Utara,” tulis koresponden surat kabar Kommersant, Andrei Kolesnikov.

    Tampaknya, menurut laporan Kommersant, para pengawal keamanan Kim Jong Un — yang jumlahnya mencapai 100 orang lebih — tidak senang dengan kursi pertama dan kursi berikutnya yang disediakan oleh pihak Rusia. Disebutkan Kommersant bahwa bentuk kedua kursi itu persis sama.

    Saksikan juga ‘Momen Kim Jong Un Naik Limosin Antiledak Milik Putin’:

  • 20.000 Orang Diprediksi Tewas, Banjir Libya Diperparah Sengketa Politik

    20.000 Orang Diprediksi Tewas, Banjir Libya Diperparah Sengketa Politik

    Jakarta

    Sebanyak 20.000 orang diperkirakan tewas setelah banjir bandang menyapu Libia timur.

    Wali Kota Derna mendasarkan estimasi ini pada jumlah distrik yang hancur ketika dua bendungan jebol pada Minggu (10/09). Adapun angka kematian yang telah dikonfirmasi adalah 5.300 orang.

    Negara Afrika Utara itu tengah mengalami “bencana luar biasa”, kata PBB, tetapi haruskah dampaknya separah ini?

    Pernah menjadi negara paling makmur di Afrika, bertahun-tahun kekacauan politik telah membuat Libia menjadi negara rapuh dan terpecah-belah sehingga sangat tidak siap mengatasi kekuatan bencana alam.

    Sebagian besar kematian akibat banjir terjadi di Derna sebuah kota yang paling menggambarkan kehancuran Libia.

    Sudah puluhan tahun tidak ada yang berinvestasi di sana dan seorang menteri pemerintah di wilayah itu mengakui bahwa salah satu bendungan yang jebol – dan berkontribusi signifikan pada kehancuran – “sudah cukup lama” tidak dirawat.

    Satu negara, dua pemerintahan

    Libia telah dilanda kekacauan sejak pasukan yang didukung oleh NATO menggulingkan penguasa lama negeri itu, Kolonel Muammar Gaddafi, pada Oktober 2011.

    Sejak jatuhnya Gaddafi, Libia terpecah menjadi dua pemerintahan yang saling bersaing dan terperosok ke dalam konflik antara berbagai milisi.

    Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibah memimpin Pemerintah Persatuan Nasional yang didukung PBB di Tripoli, ibu kota barat Libia.

    Dbeibah menjabat pada 2021 sebagai bagian dari kesepakatan yang dimediasi PBB, yang seharusnya berujung pada pemilihan umum dalam beberapa bulan. Namun, pemilu belum terlaksana imbas pertengkaran antara para politikus.

    BBC

    Pemerintahan saingan, yang dikenal sebagai Dewan Perwakilan Rakyat, memimpin Libia timur, yang mencakup daerah-daerah yang paling parah terkena dampak banjir. Mereka juga mengontrol banyak daerah di selatan, yang sebagian besar merupakan gurun tak berpenghuni.

    Osama Hamad adalah perdana menteri di kawasan timur, yang berbasis di kota pelabuhan Tobruk, 1.000 km dari Tripoli.

    Namun, banyak yang merasa kekuasaan di sana sebenarnya dipegang oleh sosok militer bertangan besi Jenderal Khalifa Haftar, yang memimpin milisi Tentara Nasional Libia serta bersekutu dengan Mesir, UEA, dan Rusia.

    Apa dampak kekacauan ini?

    Hingga 2020, terjadi perang habis-habisan antara kedua pemerintahan; pasukan Jenderal Haftar berusaha merebut Tripoli sebelum digagalkan dengan bantuan Turki.

    Konflik telah mengacak-ngacak Libia sejak Gaddafi dijatuhkan pada 2011. (Reuters)

    Kelompok-kelompok bersenjata yang mendukung masing-masing pemerintahan membangun basis kekuatan lokal dan menyita aset ekonomi negara. Meskipun ada gencatan senjata tiga tahun lalu, masih sering terjadi pertempuran di antara faksi-faksi ini.

    Ketegangan ini berdampak pada warga sipil sekitar 135.000 warga Libia telah dipaksa meninggalkan rumah mereka dan lebih dari 800.000 membutuhkan bantuan kemanusiaan, menurut data PBB dari tahun 2021.

    Selain itu, mereka menderita dengan biaya hidup yang tinggi, kekurangan suplai obat-obatan, dan infrastruktur yang hancur.

    Baca juga:

    Seorang pejabat di kawasan timur mengakui bahwa salah satu bendungan yang jebol di Derna pada hari Minggu (10/09) sudah lama tidak terurus.

    “Kami menangani situasi ini, tetapi dengan kapasitas terbatas,” kata Hisham Chkiouat, menteri penerbangan dan anggota komite darurat untuk pemerintah Tobruk, kepada BBC Newshour.

    “Bendungan yang runtuh sudah cukup lama tidak dirawat.”

    Kekacauan politik membuat Libia rentan terhadap bencana alam

    Dengan keberadaan dua pemerintahan yang berseteru, Libia kesulitan untuk menanggapi bencana dengan cara yang cepat dan terkoordinasi.

    Pada awal pandemi Covid-19, dua pemerintah Libia membuat rencana mereka masing-masing sebelum departemen kesehatan nasional turun tangan dan mengambil pendekatan yang lebih kohesif.

    Dan ketika Badai Daniel yang menyebabkan banjir baru-baru ini, menghantam di Libia, masing-masing pemerintah mengumumkan tindakan pencegahan yang terpisah.

    Kerumitan tidak berhenti di situ negara-negara yang ingin mengirimkan bantuan ke Libia setelah banjir menemui masalah ketika bernegosiasi dengan kedua pemerintahan.

    Namun meskipun terpecah, pemerintah di Tripoli telah mengirim pesawat bermuatan 14 ton pasokan medis, kantong mayat, dan lebih dari 80 dokter serta paramedis ke timur.

    Kalangan optimistis pun bertanya-tanya apakah pertanda kerja sama ini dapat mendorong para politisi untuk pada akhirnya mengesampingkan perbedaan mereka dan membentuk pemerintahan tunggal sekali lagi.

    Upaya bersama jarang terjadi, tetapi bukan berarti tidak pernah sama sekali.

    Pada bulan Juli, kedua pemerintahan setuju untuk membentuk komite untuk mengawasi pembagian pendapatan dari minyak. Sektor minyak Libia adalah pusat perekonomian, tetapi telah terganggu oleh kekerasan sejak jatuhnya Gaddafi.

    Derna – kota yang terabaikan

    Ketika Badai Daniel menyapu kota Derma di timur, hujan lebat menghancurkan dua bendungan dan mengakibatkan banjir bandang yang menghancurkan rumah-rumah.

    Lebih dari 5.300 orang di Derna tewas dan seorang menteri untuk pemerintah timur memperingatkan bahwa jumlahnya bisa jadi dua kali lipat karena ribuan penduduk kota masih belum ditemukan.

    Puluhan tahun pengabaian telah berkontribusi pada kehancuran ini, Dr Hani Shennib, presiden Dewan Nasional hubungan Libia AS mengatakan kepada program Newsday BBC.

    “Derna adalah salah satu kota yang terus-menerus menentang Gaddafi sehingga dia menghukumnya dengan sangat buruk,” kata Dr Shennib, yang salah satu kerabatnya hilang di Derna.

    “Kota ini terus-menerus terkikis – tidak ada sekolah, dan banyak rumah sakit berada dalam kondisi yang sangat buruk, banyak infrastruktur tidak terurus… Sayangnya itu berlanjut setelah revolusi.”

    Ketika Badai Daniel mendarat, Derna, kota berpenduduk puluhan ribu jiwa, tidak memiliki satu pun rumah sakit resmi, kata Dr Shennib. Alih-alih, sebuah vila dengan lima kamar tidur telah berfungsi sebagai rumah sakit darurat.

    “Apa yang kita lihat sungguh menyedihkan karena ya, kita tahu ada bencana alam, tetapi ada komponen besar kelalaian manusia … ada penghancuran diri yang luar biasa yang sedang terjadi di Libia,” katanya.

    (ita/ita)

  • Menhan China Hilang Misterius, Berminggu-minggu Tak Muncul ke Publik

    Menhan China Hilang Misterius, Berminggu-minggu Tak Muncul ke Publik

    Terlebih diketahui bahwa Qin naik jabatan dengan cepat dalam jajaran Partai Komunis akibat kedekatannya dengan Presiden Xi Jinping, sehingga pemecatannya setelah hanya tujuh bulan menjabat menjadi hal yang tidak terduga. Para pejabat China pada saat itu juga menyebut hilangnya Qin dari pandangan publik dikarenakan alasan kesehatan.

    Sementara itu, Li ditunjuk menjabat Menhan China pada Maret lalu. Dengan jabatannya itu, Li dipantau secara saksama oleh para diplomat dan pengamat asing karena, sama seperti Qin, dia merupakan salah satu dari lima anggota Dewan Negara China — posisi kabinet yang kedudukannya lebih tinggi dari menteri biasa.

    Li terakhir kali terlihat di Beijing pada 29 Agustus lalu saat menyampaikan pidato penting dalam forum keamanan dengan negara-negara Afrika. Sebelum itu, Li menggelar pertemuan tingkat tinggi saat melakukan kunjungan ke ke Rusia dan Belarusia.

    Seorang Menhan China utamanya bertanggung jawab atas diplomasi pertahanan dan tidak memimpin pasukan tempur. Profil publiknya kurang jika dibandingkan dengan seorang Menlu China yang kerap muncul di media pemerintah.

    Absennya Li di depan publik dalam jangka waktu lama telah menuai sejumlah komentar. Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Jepang, Rahm Emanuel, membahas hal itu dalam postingan media sosial X pada 8 September lalu.

    “Pertama, Menteri Luar Negeri Qin Gang menghilang, kemudian komandan Pasukan Roket menghilang, dan sekarang Menteri Pertahanan Li Shangfu sudah dua minggu tidak terlihat di depan publik. Siapa yang akan memenangkan perlombaan pengangguran ini? Pemuda China atau kabinet Xi?” tulis Emanuel.

    Saat ditanya soal postingan Emanuel itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan kepada wartawan bahwa dirinya ‘tidak mengetahui situasinya’.

    (nvc/nvc)

  • Rusia Usir Dua Staf Kedutaan AS yang Dituduh Lakukan Aktivitas Ilegal

    Rusia Usir Dua Staf Kedutaan AS yang Dituduh Lakukan Aktivitas Ilegal

    Jakarta

    Rusia mengatakan pihaknya mengusir dua diplomat AS. Diplomat AS tersebut dituduh bekerja dengan warga negara Rusia yang juga bekerja sama dengan negara asing.

    Dilansir Reuters, Jumat (15/9/2023) dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri mengatakan mereka telah memanggil utusan AS Lynne Tracy dan mengatakan kepadanya bahwa Menteri Pertama Kedutaan Jeffrey Sillin dan Menteri Kedua David Bernstein harus meninggalkan Rusia dalam waktu tujuh hari.

    Kedutaan Besar Amerika membenarkan pengusiran tersebut. Belum ada komentar langsung dari Departemen Luar Negeri di Washington.

    Pihak Rusia mengatakan kedua diplomat AS tersebut telah melakukan aktivitas ilegal.

    “Orang-orang yang disebutkan namanya melakukan aktivitas ilegal, mempertahankan kontak dengan warga negara Rusia R. Shonov, yang dituduh melakukan ‘kerja sama rahasia’ dengan negara asing,” kata pernyataan Rusia.

    Robert Shonov bekerja di Konsulat Jenderal AS di kota Vladivostok, Rusia timur, selama lebih dari 25 tahun hingga Rusia pada tahun 2021 memerintahkan pemecatan staf lokal misi AS.

    Dinas keamanan FSB Rusia menerbitkan sebuah video pada bulan Agustus yang menunjukkan pengakuan Shonov di mana ia mengatakan Sillin dan Bernstein telah memintanya untuk mengumpulkan informasi tentang upaya perang Rusia di Ukraina, aneksasi “wilayah baru”, mobilisasi militernya, dan pemilihan presiden tahun 2024. pemilihan.

    Amerika Serikat menuduh Moskow berusaha mengintimidasi dan melecehkan pegawai AS setelah media pemerintah Rusia melaporkan tuduhan terhadap Shonov dan mengatakan FSB berencana untuk menanyai pegawai kedutaan yang pernah berhubungan dengannya.

    Ketika dia ditangkap pada bulan Mei, Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa kasus tersebut menyoroti “penggunaan undang-undang yang semakin represif” oleh Rusia terhadap warga negaranya sendiri. Dikatakan bahwa tuduhan terhadap Shonov “sepenuhnya tidak berdasar”.

    Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan Shonov dibayar untuk menyelesaikan tugas yang bertujuan merusak keamanan nasional Rusia.

    (dwia/dwia)

  • Inggris-Belanda Bantu Ukraina Dapatkan Jet Tempur F-16

    Inggris-Belanda Bantu Ukraina Dapatkan Jet Tempur F-16

    London

    Inggris dan Belanda sedang mengupayakan ‘koalisi internasional’ untuk membantu Ukraina mendapatkan pasokan jet tempur F-16. Pemerintah Ukraina menganggap jet tempur canggih buatan Amerika Serikat (AS) itu sangat vital untuk pertahanan dalam melawan serangan udara Rusia yang semakin intens.

    Seperti dilansir CNN, Rabu (17/5/2023), upaya yang dilakukan London dan Amsterdam itu diungkapkan oleh juru bicara Perdana Menteri (PM) Rishi Sunak dalam pernyataannya kepada wartawan pada Selasa (16/5) waktu setempat.

    Menurut dokumen Downing Street yang dirilis usai pertemuan Sunak dengan PM Belanda Mark Rutte dalam KTT Dewan Eropa di Islandia, dua negara sekutu NATO itu tengah berupaya mendapatkan pasokan jet tempur F-16 untuk Ukraina, juga memastikan pelatihan para pilot Kiev untuk menerbangkan jet tempur itu.

    Ukraina yang sebelumnya mengatakan jet tempur canggih itu sangat esensial untuk bertahan dalam melawan serangan rudal dan drone Rusia, menyambut baik pengumuman yang disampaikan pemimpin Inggris dan Belanda itu.

    “Kami membutuhkan jet F-16, dan saya berterima kasih kepada sekutu-sekutu kami atas keputusan mereka untuk mengupayakan ke arah ini, termasuk melatih pilot-pilot kami,” ucap kepala kantor kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak.

    Disebutkan Yermak bahwa Belgia, yang juga sekutu NATO, telah ‘mengonfirmasi kesiapan untuk melatih’ para pilot Ukraina.

    Inggris tidak memiliki jet tempur F-16 dalam Angkatan Udaranya, namun Belanda dan Belgia memiliki armada jet tempur canggih itu. Angkatan Udara AS sendiri memiliki nyaris 800 jet tempur F-16 dalam armadanya.

    Lihat Video: Kyiv Dihujani Serangan Udara Rusia

  • Sistem Rudal Patriot AS di Ukraina Rusak Akibat Serangan Rudal Rusia!

    Sistem Rudal Patriot AS di Ukraina Rusak Akibat Serangan Rudal Rusia!

    Ukraina saat ini memiliki dua sistem pertahanan udara Patriot di wilayahnya, dengan satu sistem disumbangkan oleh AS dan satu sistem lainnya disumbangkan secara bersama-sama oleh Jerman dan Belanda. Tidak diketahui secara jelas sistem rudal Patriot yang mana yang diduga mengalami kerusakan.

    Namun hilangnya salah satu sistem pertahanan udara itu, bahkan untuk periode singkat, bisa mempengaruhi kemampuan Ukraina dalam Kiev di tengah gempuran rudal Rusia yang semakin meningkat.

    Rusia pernah beberapa kali menargetkan sistem rudal Patriot di Ukraina dengan rudal hipersonik sebelumnya, termasuk pada 4 Mei lalu. Namun menurut sejumlah pejabat AS kepada CNN pekan lalu, serangan itu gagal dan Kiev berhasil menembak jatuh rudal-rudal Moskow sebelum mengenai sistem rudal Patriot.

    Seorang pejabat AS lainnya, yang juga enggan disebut namanya, menuturkan kemungkinan rentetan rudal Rusia mengenai salah satu komponen baterai sistem rudal Patriot.

    Sebuah sistem rudal Patriot terdiri atas enam komponen utama, yakni generator, satu set radar, pusat kendali, antena, pusat peluncuran dan rudal-rudal pencegat. Komponen-komponen itu beroperasi secara bersama-sama untuk menembakkan sebuah rudal Patriot dan secara sukses memandunya kepada target.

    Namun kerusakan parah pada salah satu atau lebih dari satu komponen akan memaksa Ukraina untuk mematikan sistem rudal Patriot, dan mungkin membawanya ke luar negeri untuk menjalani perbaikan secara ekstensif.

    Sistem rudal Patriot memiliki radar yang kuat untuk mendeteksi target yang datang dari jarak jauh, menjadikannya platform pertahanan udara yang kuat yang mampu mencegat rudal balistik dan banyak lagi. Namun emisi radar yang diperlukan untuk mendeteksi ancaman dari kejauhan juga memungkinkan musuh untuk mendeteksi baterai rudal Patriot dan menemukan lokasinya.

    Tidak seperti pertahanan udara jarak dekat yang bersifat mobile dan sulit ditargetkan, baterai sistem rudal Patriot yang berukuran besar dan bersifat stasioner, memungkinkan pasukan Rusia untuk membidik lokasinya dari waktu ke waktu.

    (nvc/ita)

  • CIA Bujuk Warga Rusia Bocorkan Rahasia Negara, Kremlin Memantau

    CIA Bujuk Warga Rusia Bocorkan Rahasia Negara, Kremlin Memantau

    Moskow

    Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia menyatakan tengah memantau aktivitas mata-mata Barat setelah Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (AS) atau CIA merilis video emosional yang isinya membujuk warga Moskow untuk membocorkan rahasia negara kepada mereka.

    Seperti dilansir Reuters, Rabu (17/5/2023), video berdurasi singkat dalam bahasa Rusia itu disertai sebuah teks yang menyatakan CIA ingin mendengar komunikasi dari para pejabat militer, spesialis intelijen, diplomat, ilmuwan dan orang-orang dengan informasi soal ekonomi dan kepemimpinan Rusia.

    Warga Rusia itu dibujuk untuk melakukan kontak dengan CIA melalui saluran internet yang aman.

    “Hubungi kami. Mungkin orang-orang di sekitar Anda tidak ingin mendengar kebenaran. Kami menginginkan itu,” demikian bunyi teks dalam video CIA itu.

    Video CIA yang dirilis nyaris 15 bulan setelah Rusia menginvasi Ukraina itu mengajak warga Moskow untuk mengambil risiko yang sangat besar.

    Presiden Vladimir Putin telah memperingatkan warga Rusia untuk mewaspadai para pengkhianat, dan parlemen Moskow pada bulan lalu memperberat hukuman untuk pengkhianatan negara dari 20 tahun penjara menjadi penjara seumur hidup.

    Saat ditanya soal video CIA itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan dirinya tidak memperhatikannya secara khusus.

  • Ukraina Klaim Tangkal Rudal Hipersonik Kebanggaan Putin, Rusia Membantah

    Ukraina Klaim Tangkal Rudal Hipersonik Kebanggaan Putin, Rusia Membantah

    Moscow

    Pihak Ukraina mengklaim berhasil mencegah 100 persen rudal yang diluncurkan Rusia, termasuk rudal hipersonik yang jadi kebanggaan Presiden Rusia Vladimir Putin lantaran tidak terkalahkan. Namun klaim tersebut dibantah Rusia mentah-mentah.

    “Kesuksesan luar biasa lainnya untuk angkatan udara Ukraina,” kata Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksiy Reznikov, seperti dilansir AFP, Rabu (17/5/2023).

    Tak hanya Oleksiy Reznikov, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga mengatakan kepada Dewan Eropa melalui konferensi video bahwa 100 persen rudal Rusia yang ditembakkan ke wilayah Ukraina pada Senin (15/5) malam hingga Selasa (16/5) telah dicegat.

    Sebelumnya, Ukraina juga mengklaim telah menembak jatuh enam rudal, senjata utama Rusia yang telah mengintensifkan serangan jarak jauhnya.

    Klaim Ukraina tersebut pun dibantah oleh Rusia. Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan rudal yang diluncurkan Rusia, termasuk rudal hipersonik bernama Kinzhal tidak ditembak jatuh.

    “Rusia belum meluncurkan Kinzhal sebanyak yang dikatakan (Ukraina) telah ditembak jatuh,” kata Sergei Shoigu kepada kantor berita negara Ria Novosti.

    Rudal Kinzhal (Belati) adalah salah satu senjata yang disebut-sebut tak terkalahkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Rudal tersebut tidak terkalahkan karena kecepatannya memungkinkan untuk menentang sebagian besar sistem pertahanan udara.

    Lihat juga Video ‘Kyiv Dihujani Serangan Udara Rusia’:

    (maa/maa)

  • Rusia Lancarkan Rentetan Serangan Terbaru ke Ibu Kota Ukraina

    Rusia Lancarkan Rentetan Serangan Terbaru ke Ibu Kota Ukraina

    Kiev

    Rusia meluncurkan rentetan serangan udara terbaru yang menargetkan ibu kota Kiev di Ukraina pada Selasa (16/5) dini hari waktu setempat. Otoritas Kiev menyatakan sistem pertahanan udara mereka berhasil menembak jatuh sejumlah objek terbang di beberapa distrik setempat.

    Seperti dilansir Reuters, Selasa (16/5/2023), tidak diketahui secara jelas jumlah objek yang berhasil ditembak jatuh di langit Kiev. Tidak diketahui juga apakah ada objek yang berhasil mengenai target.

    Otoritas Ukraina tidak menyebutkan secara detail soal objek yang ditembak jatuh, apakah itu rudal atau drone.

    Sejumlah saksi mata Reuters melaporkan rentetan suara ledakan sangat keras terdengar di ibu kota Ukraina itu.

    Wali Kota Kiev Vitali Klitschko menyebut puing-puing yang berjatuhan menyebabkan sejumlah mobil terbakar dan memicu kerusakan pada sebuah gedung di distrik Solomyanskyi yang terletak di Kiev bagian barat.

    Sedikitnya tiga orang dilaporkan mengalami luka-luka.

    Dituturkan juga oleh Klitschko bahwa dua mobil terbakar di distrik Darnytskyi. Puing-puing juga berjatuhan di kebun binatang yang ada di distrik Shevchenkivskyi.

    Lihat juga Video ‘Zelensky: Serangan Terbaru dari Rusia Hancurkan Museum dan Gereja’:

  • Serangan Rudal Rusia Hantam Rumah Sakit Ukraina, 4 Orang Tewas

    Serangan Rudal Rusia Hantam Rumah Sakit Ukraina, 4 Orang Tewas

    Kiev

    Serangan rudal terbaru Rusia menghantam sebuah rumah sakit di kota Avdiivka, Donetsk, Ukraina bagian timur. Sedikitnya empat orang tewas akibat serangan itu.

    Seperti dilansir Reuters dan CNN, Senin (15/5/2023), gubernur wilayah setempat Pavlo Kyrylenko melaporkan bahwa sejumlah serangan rudal Rusia melanda wilayah kota Avdiivka pada Senin (15/5) pagi waktu setempat, dengan salah satu rudal menghantam sebuah rumah sakit.

    “Rusia menyerang kota itu dengan sejumlah rudal pagi ini, rudal itu mengenai sebuah rumah sakit,” sebut Kyrylenko dalam pernyataan via Telegram.

    Dia memposting sejumlah foto yang menunjukkan sebuah gedung tiga lantai mengalami kerusakan parah, dengan sebagian besar sisinya hancur dan puing-puing berserakan di atas tanah di sekitar gedung itu.

    Lebih lanjut, Kyrylenko menyerukan penduduk kota kecil yang ada di kawasan industri Donbas itu untuk mengungsi secepat mungkin.

    “Setiap hari baru yang dihabiskan di wilayah Donetsk meningkatkan risiko menjadi korban agresi Rusia,” ujarnya.

    Avdiivka merupakan salah satu target utama serangan Rusia saat musim dingin lalu, yang dimaksudkan untuk menghidupkan kembali invasi skala penuh mereka yang diluncurkan Februari tahun lalu. Namun sejauh ini, pasukan Moskow hanya mendapatkan sedikit kemajuan teritorial di wilayah Ukraina bagian timur.