Negara: Rusia

  • Biden Nyatakan Siap Terlibat di Suriah Usai Pemberontak Gulingkan Assad

    Biden Nyatakan Siap Terlibat di Suriah Usai Pemberontak Gulingkan Assad

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meminta Presiden Suriah Bashar al-Assad bertanggung jawab atas pemberontakan yang terjadi di Suriah. Biden mengatakan jatuhnya rezim Assad adalah keadilan bagi rakyat Suriah.

    “Jatuhnya rezim adalah tindakan keadilan yang mendasar. Ini adalah momen bersejarah bagi rakyat Suriah yang telah lama menderita,” ujar Biden dilansir AFP, Senin (9/12/2024).

    Biden juga merespons mengenai kaburnya Assad ke Moskow, Rusia. Biden mengatakan “Assad harus bertanggung jawab”.

    Dia menyebut AS akan terlibat dengan semua kelompok di Suriah. Dia mengklaim tujuan negaranya untuk membuat Suriah merdeka dengan konstitusi baru.

    “Kami akan terlibat dengan semua kelompok di Suriah, termasuk dalam proses yang dipimpin oleh PBB, untuk melakukan transisi dari pemerintahan Assad menuju “Suriah” yang merdeka dan berdaulat dengan konstitusi baru,” katanya.

    Lebih lanjut, Biden menyoroti sejumlah kelompok dalam pemberontakan di Suriah. Dia menyebut AS akan mengawasi ketat sebagian pemberontak itu.

    “Beberapa kelompok pemberontak yang menjatuhkan Assad memiliki catatan buruk mengenai terorisme dan pelanggaran hak asasi manusia,” kata Biden.

    Biden mengatakan Washington berpandangan bahwa kelompok ekstremis ISIS “akan mencoba memanfaatkan kekosongan apa pun untuk membangun kembali” dirinya di Suriah.

    “Kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi,” katanya, seraya menambahkan bahwa pasukan AS pada hari Minggu melakukan serangan terhadap ISIS di Suriah.

    Diketahui, rezim kekuasaan di Suriah di ambang pergantian. Kepemimpinan Presiden Bashar Al Assad yang telah berlangsung selama 24 tahun di ujung tanduk.

    Presiden Al Assad dikabarkan telah menaiki pesawat dan meninggalkan ibu kota Suriah, Damaskus. Kini dia berada di Moskow, Rusia.

    Assad telah memimpin Suriah sejak 2000. Dia menjadi presiden setelah ayahnya, Hafez al-Assad, yang menjadi Presiden Suriah sejak 1971, meninggal pada 2000.

    (zap/haf)

  • Terpopuler, Rezim Baath tumbang hingga KPU sahkan Pram-Rano unggul

    Terpopuler, Rezim Baath tumbang hingga KPU sahkan Pram-Rano unggul

    Jakarta (ANTARA) – Sejumlah berita terpopuler yang menarik untuk disimak pada Senin pagi, mulai dari tumbangnya Rezim Baath di Suriah setelah 61 tahun berkuasa hingga KPU menetapkan pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno atau Si Doel meraih suara terbanyak dalam Pilkada Jakarta 2024.

    Berikut rangkuman berita selengkapnya :

    1. Rusia: Bashar Al-Assad mengundurkan diri, putuskan keluar dari Suriah

    Bashar Al-Assad, pemimpin rezim Baath Suriah yang digulingkan, memutuskan mundur dari jabatannya dan melarikan diri dari Suriah, demikian menurut Kementerian Luar Negeri Rusia pada Minggu. Selengkapnya di sini.

    2.Pakar Mikro Ekspresi ungkap perasaan terpendam Prabowo pada Gus Miftah

    Psikolog jebolan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia sekaligus Pakar Gestur dan Mikroekspresi, Monica Kumalasari membahas komentar Presiden Prabowo terkait pengunduran diri Miftah Maulana Habiburrahman dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden untuk bidang Kerukunan Umat Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Selengkapnya di sini.

    3.Polres Pemalang sebar edaran DPO Harun Masiku dari KPK

    Kepolisan Resor Pemalang, Jawa Tengah, menyebarkan surat edaran daftar pencarian orang (DPO) perkara tindak pidana suap Harun Masiku yang diterbitkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Selengkapnya di sini.

    4.Rezim Baath Suriah yang telah berkuasa selama 61 tahun tumbang

    Kekuasaan 61 tahun Partai Baath di Suriah tumbang pada Minggu (8/12) setelah ibu kota Damaskus lepas dari kendali rezim Assad.Partai Sosialis Arab Baath pertama kali berkuasa di Suriah pada 1963 melalui kudeta militer. Selengkapnya di sini.

    5.KPU DKI sahkan pasangan Pram-Rano unggul di Pilkada Jakarta

    Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta menetapkan pasangan calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno atau Si Doel meraih suara terbanyak dalam Pilkada Jakarta 2024 yakni 2.183.239 suara. Selengkapnya di sini.

    Pewarta: Indriani
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2024

  • Rezim 24 Tahun Tumbang, Presiden Menghilang

    Rezim 24 Tahun Tumbang, Presiden Menghilang

    Trump Sebut Ada Faktor Rusia di Balik Tumbangnya Rezim Assad

    Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan Presiden Suriah Bashar al-Assad meninggalkan Suriah usai tak lagi mendapat dukungan dari Rusia. Trump menyebut Assad selama ini bertahan karena didukung Presiden Rusia Vladimir Putin.

    “Assad is gone (Assad telah pergi),” tulis Trump di akun Truth Social seperti dilansir Al Jazeera, Minggu (8/12/2024).

    Dia mengatakan Rusia tak lagi tertarik melindungi Assad. Hal itu dianggapnya membuat pemberontak berhasil masuk ke ibu kota Suriah, Damaskus, dan mendeklarasikan berakhirnya rezim Assad yang telah berlangsung 24 tahun.

    “Pelindungnya, Rusia, Rusia, Rusia, yang dipimpin oleh Vladimir Putin, tidak tertarik lagi untuk melindunginya,” tulis Trump.

    Trump sebelumnya telah menyatakan tidak akan ikut campur dalam urusan Suriah. Dia mengatakan pertempuran yang terjadi di Suriah bukan urusan AS.

    “Tidak pernah ada banyak manfaat di Suriah bagi Rusia, selain membuat Obama terlihat sangat bodoh. Bagaimanapun, Suriah memang kacau, tetapi bukanlah teman kita, dan Amerika Serikat tidak harus terlibat dengan ini. Ini bukan perjuangan kita. iarkan saja terjadi. Jangan terlibat,” ujar Trump lewat akun X-nya pada Sabtu (7/12).

    Kedubes Iran di Suriah Diserang

    Kedutaan Besar (Kedubes) Iran di Damaskus, Suriah, dikabarkan diserang orang-orang bersenjata. Sejumlah ruangan rusak akibat peristiwa itu.

    Rekaman yang beredar menunjukkan ruangan-ruangan yang hancur di dalam kedutaan dan foto-foto yang dirobek dari para pemimpin yang dibunuh. Foto-foto itu termasuk foto Qassem Soleimani dari Iran dan Hassan Nasrallah dari Hizbullah.

    Serangan itu terjadi setelah pemberontak mendeklarasikan jatuhnya Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang merupakan sekutu Iran. Namun, belum ada informasi siapa yang menyerang Kedubes Iran tersebut.

    “Orang-orang tak dikenal telah menyerang kedutaan besar Iran, seperti yang dapat Anda lihat dalam gambar-gambar ini, yang dibagikan oleh berbagai jaringan,” kata seorang penyiar TV pemerintah, yang menunjukkan rekaman yang dikatakan berasal dari dalam kompleks diplomatik.

    Warga Penuhi Perbatasan untuk Kembali Pulang ke Suriah

    Pemberontak menyatakan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad telah berakhir. Warga Suriah yang sebelumnya kabur ke Lebanon untuk menghindari kekerasan rezim Assad pun mengantre di perbatasan untuk pulang kampung.

    Dilansir Al Jazeera dan BBC, Minggu (8/12/2024), 10 hari terakhir telah menjadi sejarah yang terus berkembang dengan cepat di Suriah. Para pemberontak keluar dari benteng mereka di Idlib barat laut dan bergerak maju dengan cepat, merebut Aleppo, Hama, dan Homs.

    Sekarang, mereka berada di dalam Damaskus, pusat kekuasaan Assad selama 24 tahun. Orang-orang terkejut dan tidak percaya dengan kecepatan pemberontak, tetapi juga gembira.

    Foto: Antrean warga Suriah yang hendak pulang kampung usai Assad tumbang (AFP/HASSAN JARRAH)

    Kegembiraan juga terlihat bagi ratusan ribu warga Suriah yang meninggalkan Suriah. Mereka melarikan diri untuk menghindari penganiayaan atau mencari kehidupan yang lebih baik, karena meskipun pemerintah Assad mengklaim kemenangan beberapa tahun lalu, mereka tidak dapat meningkatkan kondisi kehidupan warga Suriah.

    Sekitar 90 persen orang di Suriah hidup di bawah garis kemiskinan dan ada krisis kemanusiaan di negara itu. Orang-orang di sana membutuhkan bantuan internasional.

    Perbatasan Lebanon-Suriah di Masnaa telah dipenuhi orang-orang yang menunggu untuk menyeberang. Orang-orang Suriah yang berada di Lebanon telah lama menunggu momen ini untuk pulang dengan bebas.

    Beberapa pemuda telah berkumpul di persimpangan dan meneriakkan lagu-lagu revolusioner dan kebebasan sambil memegang bendera hijau milik oposisi. Warga Suriah yang hendak pulang dikabarkan tidak perlu melewati bea cukai hingga tidak ada stempel di paspor.

    Sementara, Yordania telah membuka kembali perbatasannya dengan Suriah yang sempat ditutup 2 hari terakhir. Pembukaan kembali perbatasan ini dilakukan agar warga Suriah bisa pulang.

    Otoritas Yordania telah mengizinkan warga negara Suriah dan mobil kembali ke negara asal mereka karena mereka tahu bahwa rezim Assad telah jatuh. Kedutaan Besar Suriah di Qatar juga merilis pernyataan yang mengatakan ‘fajar kebebasan telah muncul dan Suriah telah terbebas dari cengkeraman tirani’.

    “Rakyat kami menanggung ketidakadilan yang tak terlukiskan selama beberapa dekade, menolak untuk tunduk kepada para pelaku kejahatan paling parah yang merusak martabat manusia dan sumber daya bangsa,” demikian isi pernyataan itu seraya menambahkan rakyat sekarang akan membangun kembali negara itu sebagai tanah air bagi semua warga Suriah.

    Runtuhnya rezim Assad ini juga menjadi kabar baik bagi warga Suriah di Turki dan Pemerintah Turki. Selama ini, Turki telah menampung sekitar 3,5 juta pengungsi Suriah.

    Turki ingin Suriah yang stabil agar para pengungsi itu bisa pulang dan ekonomi mereka bisa tumbuh. Para pengungsi Suriah di Turki dan negara lain di Eropa kini telah mempertimbangkan untuk pulang usai rezim Assad runtuh.

    Keberadaan Presiden Assad Masih Misterius

    Presiden Suriah Bashar al-Assad telah kabur setelah pemberontak memasuki ibu kota Damaskus. Kini, keberadaannya misterius setelah pesawat terakhir yang terbang dari Bandara Damaskus menghilang dari radar.

    Dilansir Reuters, CNN dan Al Jazeera, Minggu (8/12/2024), pasukan pemberontak awalnya menyatakan Assad telah meninggalkan Suriah. Beberapa saat sebelum pemberontak menguasai bandara, pelacak penerbangan sumber terbuka Flightradar24 mencatat satu pesawat di wilayah udara Suriah.

    Sebuah pesawat Ilyushin76 dengan nomor penerbangan Syrian Air 9218 menjadi penerbangan terakhir yang lepas landas dari Damaskus. Pertama, pesawat itu terbang ke timur, lalu berbelok ke utara.

    Beberapa menit kemudian, sinyalnya menghilang saat berputar di atas Homs. Kini, pencarian aktif terhadap Bashar al-Assad dilakukan.

    Pemberontak melakukan interogasi terhadap perwira militer Suriah dan pejabat intelijen yang mungkin mengetahui pergerakannya. Pasukan pemberontak sendiri telah menyatakan Damaskus ‘bebas’.

    Rumah Mewah Assad di Suriah Dibajak Warga

    Puluhan warga Suriah menjelajahi rumah mewah Presiden Bashar al-Assad di Damaskus usai jatuhnya ibu kota ke tangan pasukan pemberontak. Assad kini menghilang dan meninggalkan Suriah.

    Dilansir AFP, Minggu (8/12/2024), sejumlah perempuan, anak-anak, dan laki-laki terlihat berkeliling rumah dan tamannya yang luas, dengan kamar-kamar yang benar-benar kosong. Terlihat beberapa perabotan dan foto Assad dilempar ke lantai.

    “Saya datang untuk membalas dendam; mereka menindas kami dengan cara yang luar biasa,” kata Abu Omar, 44 tahun, kepada AFP.

    “Saya mengambil gambar karena saya sangat senang berada di tengah-tengah rumahnya,” tambahnya, sambil menunjukkan foto-foto di telepon genggamnya.

    Warga Suriah terbangun dengan suasana negara yang berubah pada hari Minggu, saat pemberontak menyerbu Damaskus setelah 11 hari melancarkan serangan kilat. Mereka menyatakan bahwa mereka telah menggulingkan tirani Assad, yang keberadaannya saat ini tidak diketahui setelah ia dilaporkan meninggalkan negara itu.

    Hunian di lingkungan kelas atas al-Maliki terdiri dari tiga bangunan enam lantai. Seorang koresponden AFP juga melihat aula resepsi yang hangus di istana presiden Damaskus yang berjarak beberapa kilometer.

    Hingga pemerintahan Assad jatuh, kediamannya dan istana presiden tidak boleh dimasuki oleh warga biasa.

    Saat berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain, Abu Omar mengatakan bahwa ia merasa sangat gembira.

    “Saya tidak lagi merasa takut. Satu-satunya kekhawatiran saya adalah kita bersatu (sebagai warga Suriah) dan membangun negara ini bersama-sama,” katanya dengan nada penuh emosi.

    (ygs/ygs)

  • 910 Orang Tewas dalam 11 Hari Pemberontakan di Suriah

    910 Orang Tewas dalam 11 Hari Pemberontakan di Suriah

    Jakarta, CNN Indonesia

    Lebih dari 900 orang, termasuk 138 warga sipil, telah tewas sejak pemberontak Suriah melancarkan serangan besar sekitar 11 hari lalu. Pemberontakan itu berujung pada penggulingan Presiden Bashar Al Assad pada Minggu (8/12).

    Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris, seperti diberitakan AFP pada Minggu (8/12), mengatakan bahwa “tercatat, sejak peluncuran operasi (pemberontak) pada 27 November, 910 orang tewas.”

    Mereka kemudian mendetailkan jumlah korban itu termasuk 138 warga sipil, 380 tentara Suriah dan pejuang sekutu, dan 392 pemberontak.

    Sebuah aliansi pemberontak menggulingkan Assad dalam serangan besar-besaran yang berpuncak pada perebutan ibu kota Damaskus dan Bashar Al Assad kabur dari Suriah.

    Sekutu utama Assad, Rusia, awalnya mengatakan bahwa ia telah mengundurkan diri sebagai presiden dan meninggalkan negara itu, tanpa menyebutkan ke mana ia akan pergi.

    Namun, media Rusia belakangan mengungkapkan Assad bersama keluarganya sudah tiba di Moskow.

    Rezim Bashar Al Assad di Suriah dipastikan jatuh pada Minggu (8/12) setelah pasukan militer rezimnya kehilangan kendali atas Kota Damaskus yang diserbu pasukan oposisi bersenjata sejak Sabtu (7/12).

    Pertempuran di Damaskus menjadi babak akhir dari perang saudara Suriah yang berlangsung sejak 2011.

    Eskalasi pertempuran antara pasukan rezim dengan kelompok oposisi pecah pada 27 November lalu dari kawasan pedesaan di barat Aleppo di Suriah utara.

    Cepatnya pergerakan kelompok oposisi mengejutkan pasukan militer Suriah, dan rezim Al-Assad pun kehilangan kendali terhadap satu per satu wilayah di negara itu, dimulai dari Idlib, Aleppo pada 30 November, dan Hama pada 5 Desember.

    Sementara itu, Amnesty International menuntut para pelaku pelanggaran hak asasi manusia di Suriah diadili setelah Bashar al-Assad tumbang dari kekuasaan pada Minggu (8/12).

    Kepala Amnesty International Agnes Callamard menyerukan hal tersebut karena menilai situasi di Suriah saat ini “kesempatan bersejarah” untuk mengakhiri pelanggaran selama puluhan tahun.

    “Terduga pelaku kejahatan berdasarkan hukum internasional dan pelanggaran hak asasi manusia serius lainnya harus diselidiki, dan jika diperlukan, dituntut atas kejahatan mereka,” kata Agnes Callamard, seperti diberitakan AFP.

    Ia menambahkan bahwa semua penuntutan harus dilakukan dalam “pengadilan yang adil dan tanpa kemungkinan hukuman mati.”

    “Langkah yang paling penting adalah keadilan, dan bukan pembalasan,” tambah Callamard, mendesak “pasukan oposisi untuk melepaskan diri dari kekerasan di masa lalu.”

    (AFP/chri)

  • Gedung Putih Dorong Ukraina Turunkan Usia Wajib Militer jadi 18 Tahun – Halaman all

    Gedung Putih Dorong Ukraina Turunkan Usia Wajib Militer jadi 18 Tahun – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada Kamis (3/12/2024), seorang pejabat senior Gedung Putih mendorong pemerintah Ukraina untuk mempertimbangkan penurunan usia wajib militer menjadi 18 tahun.

    Usulan ini ditujukan untuk mengatasi kehilangan tenaga kerja di wilayah Donbas, di mana pasukan Rusia telah menunjukkan kemajuan signifikan.

    “Yang dibutuhkan saat ini adalah tenaga kerja,” ujar pejabat yang tidak disebutkan namanya tersebut kepada wartawan di Washington, dikutip dari Al Jazeera.

    Ini mencerminkan situasi mendesak di lapangan, di mana tambahan personel dinilai dapat memberikan dampak signifikan.

    Namun, di tengah seruan tersebut, para petinggi Ukraina belum menunjukkan ketertarikan untuk membahas masalah ini.

    Seorang sumber dari Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina menyatakan, “Tidak ada pertemuan yang diadakan untuk membahas masalah ini. Tidak ada usulan untuk menurunkan usia wajib militer.”

    Kyiv secara resmi merespon dengan penolakan.

    Ukraina beralasan bahwa peralatan militer dari Barat yang dijanjikan belum tiba dengan tepat waktu.

    Di tengah kritik tersebut, penting untuk melihat kondisi demografi Ukraina.

    Sebelum runtuhnya Soviet pada tahun 1991, populasi Ukraina mencapai 50 juta jiwa.

    Saat ini, angka kelahiran di kalangan wanita Ukraina berada di salah satu tingkat terendah di Eropa.

    Lebih dari 6 juta warga Ukraina kini hidup di Krimea yang dianeksasi, sementara jutaan lainnya telah melarikan diri ke Eropa dan tempat lainnya.

    Dengan lebih dari 81 persen wilayah Ukraina dikuasai Kyiv sebelum perang, situasi ini menunjukkan tantangan besar dalam mencukupi kebutuhan sumber daya manusia di medan perang.

    Di tengah hiruk-pikuk ini, suara seorang ibu, Serhiy Neela, menggugah emosi.

    Ia menyatakan keberatan terhadap penurunan usia wajib militer, mengungkapkan rasa khawatirnya: “Orang yang lebih muda belum berkembang secara mental. Mereka akan menyerang senjata musuh tanpa berpikir.”

    Ucapan ini mencerminkan kecemasan mendalam banyak orangtua di Ukraina yang takut akan keselamatan anak-anak mereka di medan perang yang keras.

    Tidak hanya ibu, seorang pakar militer juga menyoroti aspek lain dari desakan Gedung Putih.

    Ivan Tymochko, kepala Dewan Cadangan Angkatan Darat, menyatakan bahwa ini seperti pemerasan.

    “Jika Anda tidak menurunkan usia wajib militer kami, kami akan membahas pasokan senjata tertentu,” ujarnya, menunjukkan tekanan yang dirasakan Ukraina di tengah ketegangan internasional.

    Pendapat Pemuda Ukraina

    Vladislav, seorang pemuda berusia 20 tahun yang pernah mengajukan diri untuk bergabung dengan tentara, memberikan pandangan yang berbeda.

    Ia menganggap penurunan usia wajib militer dari 25 menjadi 18 tahun sebagai ide yang buruk.

    Dengan pengalaman traumatis dari pengalaman tempurnya, ia berkata, “Itu menakutkan. Saya sudah melihat banyak hal. Saya punya masalah dengan kepala saya.”

    Sementara ia memahami kemungkinan mendaftar sebagai sukarelawan di usia 18 tahun, ia tetap skeptis terhadap pendaftaran wajib.

    Desakan untuk menurunkan usia wajib militer di Ukraina menciptakan dilema moral dan strategis yang kompleks.

    Sementara di satu sisi ada kebutuhan mendesak akan tenaga kerja di medan perang, di sisi lain terdapat pertimbangan yang lebih dalam tentang kesiapan mental dan emosional para pemuda.

    Di saat-saat yang sulit ini, suara-suara dari keluarga, tentara, dan para ahli militer membentuk gambaran nyata tentang tantangan yang dihadapi Ukraina di tengah konflik yang berkepanjangan.

    Usia Wajib Militer Era Perang

    Selama perang, usia wajib militer di Ukraina telah mengalami beberapa perubahan tergantung pada situasi dan kebijakan pemerintah.

    Namun, pada umumnya, usia wajib militer di Ukraina adalah antara 18 hingga 60 tahun.

    Berikut adalah beberapa rincian terkait usia wajib militer selama perang:

    1. Usia 18 hingga 27 tahun

    Ini adalah kelompok usia utama yang diwajibkan untuk menjalani dinas militer.

    Pria dalam rentang usia ini diwajibkan untuk mendaftar dan mengikuti wajib militer, kecuali jika mereka memenuhi syarat untuk pembebasan seperti masalah kesehatan atau pendidikan.

    2. Usia 28 hingga 60 tahun

    Pada masa perang, pemerintah Ukraina juga memperluas kewajiban militer kepada pria berusia hingga 60 tahun.

    Ini terjadi terutama setelah dimulainya invasi Rusia pada 2022, ketika kebutuhan untuk memperkuat kekuatan militer meningkat.

    Dalam situasi darurat atau jika diperlukan, orang-orang dalam rentang usia ini dapat dipanggil untuk mobilisasi.

    3. Pengecualian

    Beberapa orang dapat dibebaskan dari wajib militer.

    Contohnya mereka yang memiliki masalah kesehatan serius, mereka yang memiliki tanggungan keluarga, atau mereka yang bekerja di sektor-sektor yang dianggap penting bagi negara (seperti tenaga medis atau industri vital lainnya).

    Pemerintah Ukraina menerapkan kebijakan wajib militer ini sebagai bagian dari upaya mereka untuk mempertahankan negara selama perang dengan Rusia, dengan fokus pada mobilisasi massal untuk memperkuat angkatan bersenjata.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • 8 Peristiwa Kunci Perang Saudara Suriah, 13 Tahun Pertumpahan Darah – Halaman all

    8 Peristiwa Kunci Perang Saudara Suriah, 13 Tahun Pertumpahan Darah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang Saudara di Suriah, yang berlangsung selama 13 tahun.

    Konflik yang berlangsung begitu lama ini telah menciptakan dampak yang mendalam.

    Ratusan ribu nyawa melayang, jutaan orang jadi pengungsi, dan perpecahan besar di dalam negara.

    Dalam artikel ini, kita akan melihat beberapa peristiwa kunci yang telah menjadi titik balik dalam konflik yang berkepanjangan ini.

    1. Maret 2011: Aksi Protes Damai yang Berubah Menjadi Pemberontakan

    Perang ini bermula pada Maret 2011, ketika aksi protes damai meletus di Damaskus dan Deraa.

    Masyarakat menginginkan reformasi, tetapi pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Bashar al-Assad merespons dengan tindakan keras.

    Tindakan ini akhirnya memicu pemberontakan bersenjata, menandai awal dari konflik yang brutal ini.

    2. Juli 2012: Pertempuran Aleppo dan Eskalasi Konflik

    Konflik semakin memanas pada Juli 2012 dengan Pertempuran Aleppo, di mana pasukan oposisi berhasil merebut sebagian besar kota tersebut.

    Meskipun tentara Suriah mampu merebut kembali Aleppo empat tahun kemudian, pertarungan ini menunjukkan intensitas konflik yang semakin meningkat.

    3. Agustus 2013: Serangan Senjata Kimia yang Menciptakan Kecaman Internasional

    Satu peristiwa yang sangat mencolok terjadi pada Agustus 2013, ketika serangan senjata kimia di Ghouta Timur menewaskan ratusan warga sipil.

    Tragedi ini memicu kecaman internasional yang meluas dan memaksa Suriah untuk setuju menghancurkan persediaan senjata kimianya, meskipun banyak pihak skeptis akan kepatuhan tersebut.

    4. Juni 2014: Kebangkitan ISIS di Suriah

    Krisis semakin rumit dengan munculnya ISIS pada Juni 2014, ketika kelompok ini mendeklarasikan kekhalifahan di Suriah dan Irak setelah menguasai sebagian besar wilayah Raqqa.

    Raqqa kemudian menjadi ibu kota de facto ISIS di Suriah, dan kekuasaan mereka bertahan hingga 2019.

    5. September 2015: Intervensi Rusia yang Mengubah Arah Konflik

    Intervensi Rusia yang dimulai pada September 2015 menjadi momen penting dalam konflik ini.

    Rusia melancarkan operasi militer untuk mendukung pemerintahan al-Assad, dan serangan udara mereka membantu mengubah arah pertempuran mendukung pasukan pemerintah.

    6. April 2017: Serangan Militer AS terhadap Suriah

    Keterlibatan internasional semakin mendalam pada April 2017, ketika Amerika Serikat meluncurkan serangan rudal terhadap target pemerintah Suriah sebagai respons terhadap serangan senjata kimia di Khan Sheikhoun.

    Ini merupakan aksi militer langsung pertama AS terhadap pasukan al-Assad, yang menambah ketegangan dalam konflik ini.

    7. November 2021: Kebekuan Konflik

    Setelah bertahun-tahun pertempuran yang intens, konflik di Suriah sebagian besar menjadi beku selama empat tahun terakhir.

    Namun, kelompok bersenjata kembali melancarkan operasi dari Idlib pada 27 November 2021, menandakan bahwa meskipun ada penurunan intensitas, konflik belum sepenuhnya berakhir.

    Perang Saudara di Suriah bukan hanya sekadar catatan sejarah, melainkan juga pelajaran penting tentang dampak dari konflik berkepanjangan terhadap masyarakat dan dunia.

    Dengan ratusan ribu jiwa yang hilang dan jutaan pengungsi, penting bagi komunitas internasional untuk terus memperhatikan perkembangan di kawasan ini.

    8. Desember 2024: Jatuhnya Rezim Assad

    Pemberontak Suriah mengumumkan rezim Presiden Bashar Al Assad yang telah berkuasa selama 24 tahun berakhir usai menduduki ibu kota Damaskus pada Minggu (8/12/2024) pagi.

    “Setelah 50 tahun penindasan di bawah pemerintahan Baath dan 13 tahun kejahatan, tirani, serta pengungsian, dan setelah perjuangan panjang melawan segala bentuk kekuatan pendudukan, kami mengumumkan hari ini, 8 Desember 2024, berakhirnya era kelam itu dan dimulainya era baru bagi Suriah,” kata para pemberontak dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Al Jazeera.

    Pemberontak mengumumkan bahwa mereka berhasil “merebut” dan menduduki ibu kota Damaskus, dan Presiden Assad telah keluar dari Suriah.

    “Kami mengumumkan akhir dari era kegelapan dan dimulainya era baru Suriah. Di era baru Suriah, semua orang berdampingan dengan damai, keadilan ditegakkan, dan kebenaran ditetapkan,” bunyi pernyataan pemberontak.

    Dikutip dari CNN, pemberontak juga mengeklaim berhasil “membebaskan ibu kota Damaskus dari Bashar Al Assad.”

    “Kami mendeklarasikan Kota Damaskus bebas dari tirani Bashar Al Assad. Untuk orang-orang yang terusir di dunia, sebuah Suriah yang bebas menunggu kalian semua,” bunyi pernyataan pemberontak di saluran Telegram mereka.

    Pengumuman ini muncul setelah pemberontak berhasil merangsek masuk menduduki ibu kota Damaskus dalam 24 jam terakhir.

    Sejumlah video yang beredar di media social memperlihatkan ribuan warga turun ke jalan bersuka cita.

    Salah satu video memperlihatkan ribuan orang berkumpul di Ummayad Square, berdiri di tank-tank militer pasukan Assad yang ditinggalkan sambil bernyanyi.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Assad Tumbang, Amnesty International Tuntut Pelanggar HAM Diadili

    Assad Tumbang, Amnesty International Tuntut Pelanggar HAM Diadili

    Jakarta, CNN Indonesia

    Amnesty International menuntut para pelaku pelanggaran hak asasi manusia di Suriah diadili setelah Bashar Al Assad tumbang dari kekuasaan pada Minggu (8/12).

    Kepala Amnesty International Agnes Callamard menyerukan hal tersebut karena menilai situasi di Suriah saat ini “kesempatan bersejarah” untuk mengakhiri pelanggaran selama puluhan tahun.

    “Terduga pelaku kejahatan berdasarkan hukum internasional dan pelanggaran hak asasi manusia serius lainnya harus diselidiki, dan jika diperlukan, dituntut atas kejahatan mereka,” kata Agnes Callamard, seperti diberitakan AFP.

    Ia menambahkan bahwa semua penuntutan harus dilakukan dalam “pengadilan yang adil dan tanpa kemungkinan hukuman mati.”

    “Langkah yang paling penting adalah keadilan, dan bukan pembalasan,” tambah Callamard, mendesak “pasukan oposisi untuk melepaskan diri dari kekerasan di masa lalu.”

    Sebuah aliansi pemberontak menggulingkan Assad dalam serangan besar-besaran yang berpuncak pada perebutan ibu kota Damaskus.

    Sekutu utama Assad, Rusia, mengatakan bahwa ia telah mengundurkan diri sebagai presiden dan meninggalkan negara itu, tanpa menyebutkan ke mana ia akan pergi.

    Dalam pernyataan tersebut, Callamard menuduh Assad dan ayahnya, Hafez al-Assad, telah menjadikan warga Suriah sebagai sasaran berbagai “kejahatan perang” dan “kejahatan terhadap kemanusiaan” selama lima dekade kekuasaan mereka.

    Sekretaris jenderal Amnesty International juga menyerukan pengumpulan dan pelestarian “bukti kejahatan apa pun yang dilakukan, baik di masa lalu maupun saat ini, untuk memastikan akuntabilitas”.

    “Informasi tersebut dapat memberikan bukti penting tentang nasib orang-orang yang hilang dan dapat digunakan dalam penuntutan dan pengadilan di masa mendatang atas kejahatan berdasarkan hukum internasional,” tambah Callamard.

    “Bagi keluarga dari puluhan ribu orang Suriah yang hilang secara paksa, pembebasan tahanan dari banyak penjara di seluruh negeri… meningkatkan prospek bahwa mereka akhirnya dapat mengetahui nasib orang-orang terkasih mereka yang hilang,” kata Callamard.

    Ia mendesak masyarakat internasional untuk “mendukung para korban kekejaman pemerintah Assad untuk mendapatkan keadilan dan ganti rugi atas kejahatan berdasarkan hukum internasional di Suriah.”

    (AFP/chri)

  • 8 Peristiwa Kunci Perang Saudara Suriah, 13 Tahun Pertumpahan Darah – Halaman all

    Dapat Suaka Politik, Presiden Suriah Bashar Al-Assad dan Keluarganya Kabur ke Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Presiden Suriah Bashar Al-Assad dan keluarganya mendapatkan suaka politik dari Rusia.

    Dikutip dari Aljazeera, Senin (9/12/2024), Al-Assad dan keluarganya sudah tiba di Moskow dengan alasan kemanusiaan.

    Ketika pemberontakan dimulai pada akhir November, ada laporan bahwa Al-Assad dan keluarganya terbang ke Rusia, dan bahwa al-Assad meminta Moskow untuk membantunya secara militer.

    Namun saat itu Moskow tidak membenarkan atau membantah laporan tersebut.

    “Saat ini kita melihat bahwa sejumlah sumber, termasuk layanan BBC Rusia, misalnya, telah melaporkan bahwa al-Assad kemungkinan telah dievakuasi oleh pesawat Rusia dari pangkalan udara Rusia di Latakia yang lepas landas beberapa jam lalu dengan transpondernya dimatikan,” tulis laporan yang dikutip Tribun.

    Kini para pejabat Rusia sedang berhubungan dengan perwakilan oposisi bersenjata Suriah.

    Menurut sumber Kremlin, oposisi telah menjamin keamanan pangkalan Rusia di Latakia dan Tartus, serta misi diplomatik Rusia di Suriah.

    Dan ada juga laporan bahwa otoritas Rusia menganggap perlu untuk melanjutkan negosiasi penyelesaian di Suriah di bawah pengawasan PBB.

    Diberitakan sebelumnya, hari Minggu PM Mohammed al-Jalali menyatakan dirinya siap untuk “bekerja sama” dengan kepemimpinan mana pun yang kelak akan dipilih oleh rakyat Suriah, setelah pemimpin oposisi Suriah mengumumkan ‘jatuhnya’ pemerintahan Presiden Suriah al-Assad.

    Pemimpin “Hayat Tahrir al-Sham,” Abu Mohammed al-Jolani, memerintahkan pasukannya untuk tidak mendekati institusi resmi di Damaskus, dengan mengatakan bahwa mereka akan tetap berada di bawah perdana menteri sampai mereka “resmi” menyerahkan kekuasaan.

    Untuk semua berita utama terkini, ikuti saluran Google Berita kami secara online atau melalui aplikasi.

    Administrasi Operasi Militer telah melancarkan serangan kilat sejak 27 November, menyapu sebagian besar wilayah negara tersebut dari kendali pemerintah, termasuk kota-kota besar Aleppo, Hama dan Homs.

    Provinsi-provinsi di selatan dan timur negara itu juga telah jatuh dari tangan pemerintah setelah pejuang lokal mengambil alih kekuasaan dan pasukan al-Assad mundur.

    Kelompok oposisi bersenjata mengatakan pada Minggu pagi bahwa “tiran Bashar al-Assad telah melarikan diri” dan menyatakan “kota Damaskus bebas.”

    “Setelah 50 tahun penindasan di bawah pemerintahan Baath, dan 13 tahun kejahatan dan tirani serta pemindahan paksa… hari ini kami mengumumkan akhir dari periode kelam ini dan dimulainya era baru bagi Suriah,” kata pasukan oposisi bersenjata. di Telegram.

    Dalam pidato yang disiarkan di akun Facebook-nya, Perdana Menteri al-Jalali mengatakan “negara ini bisa menjadi negara normal yang membangun hubungan baik dengan tetangganya dan dunia.”

    Warga kota Damaskus, ibu kota Suriah melambaikan tangan ke pasukan oposisi yang memasuki kota sejak Sabtu, 7 Desember 2024. Oposisi Suriah merayakan kemenangannya atas tergulingnya rezim Presiden Bashar Al-Assad dan langsung mendeklarasikan kota Damaskus, ibu kota Suriah, kini bebas dari tiran Bashar al-Assad. (Aljazeera)

    “Tetapi masalah ini bergantung pada kepemimpinan mana pun yang dipilih oleh rakyat Suriah. Kami siap bekerja sama dengannya [kepemimpinan itu] dan menawarkan segala fasilitas yang memungkinkan,” tambahnya.

    Al-Jalali mengatakan dia “siap untuk prosedur serah terima apa pun.”

    Al-Jolani mengatakan dalam sebuah pernyataan di Telegram: “Bagi semua pasukan militer di kota Damaskus, dilarang keras mendekati lembaga-lembaga publik, yang akan tetap berada di bawah pengawasan mantan perdana menteri sampai mereka secara resmi diserahkan.”

    “Dilarang menembak ke udara,” tambah Jolani, yang mulai menggunakan nama aslinya Ahmed al-Sharaa alih-alih nama samarannya.

    Rami Abdel Rahman, kepala Observatorium Suriah untuk pemantau perang Hak Asasi Manusia, mengatakan “al-Assad meninggalkan Suriah melalui bandara internasional Damaskus sebelum pasukan keamanan militer meninggalkan” fasilitas tersebut.

    Pasukan oposisi memasuki Kota Damaskus, ibu kota Suriah, Sabtu, 7 Desember 2024. Oposisi Suriah merayakan kemenangannya atas tergulingnya rezim Presiden Bashar Al-Assad dan langsung mendeklarasikan kota Damaskus, ibu kota Suriah, kini bebas dari tiran Bashar al-Assad. (Al Jazeera)

    Kepala Koalisi Nasional Revolusi Suriah dan Pasukan Oposisi, Hadi al-Bahra, pada hari Minggu mengumumkan kepada Al Arabiya jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad. Berbicara kepada rakyat Suriah melalui Al Arabiya, al-Bahra menyatakan, “Saya mengumumkan kepada Anda jatuhnya rezim Bashar al-Assad.”

    Untuk semua berita utama terkini, ikuti saluran Google Berita kami secara online atau melalui aplikasi.

    Dia menambahkan, “Situasinya aman, dan tidak ada ruang untuk balas dendam atau pembalasan,” seraya menekankan, “Babak kelam dalam sejarah Suriah telah berakhir.” Al-Bahra juga mengatakan tentara akan direstrukturisasi.

    Sementara itu, perdana menteri Suriah telah mengumumkan kesiapannya untuk menyerahkan pemerintahan kepada kekuatan oposisi dalam transisi damai.

    Abu Mohammed al-Jolani, pemimpin Administrasi Operasi Militer Oposisi Suriah.

    Pemimpin Koalisi Nasional Suriah mencatat bahwa “institusi pemerintah akan melanjutkan operasinya dalam dua hari” dan “perpindahan kekuasaan akan dilakukan melalui kerja sama dengan PBB.”

    Abu Mohammed al-Jolani, pemimpin Administrasi Operasi Militer, memerintahkan pasukannya untuk tidak mendekati institusi resmi di Damaskus.

    Al-Jolani menekankan bahwa lembaga-lembaga ini akan tetap berada di bawah wewenang perdana menteri sampai mereka “secara resmi” diserahkan, AFP melaporkan.

  • Pemberontakan di Suriah Tewaskan 910 Orang: Sipil hingga Tentara

    Pemberontakan di Suriah Tewaskan 910 Orang: Sipil hingga Tentara

    Jakarta

    Pemberontak di Suriah melancarkan serangan besar sejak 11 hari lalu hingga kini pemerintahan Presiden Bashar al-Assad digulingkan. Aksi pemberontakan itu tercatat menewaskan 910 orang.

    Dilansir AFP, Senin (9/12/2024), jumlah itu termasuk 138 warga sipil, 380 tentara Suriah dan pejuang sekutu, dan 392 pemberontak.

    Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris mengatakan bahwa “terdokumentasi, sejak peluncuran… operasi (pemberontak) pada tanggal 27 November, 910 orang tewas”.

    Sebelumnya, Bashar al-Assad dan keluarganya ternyata telah dikabarkan berada di Moskow. Hal itu usai pemberontak telah menggulingkan pemerintahannya dan mendeklarasikan era baru.

    Dilansir AFP, Senin (9/12), kabar ini didapat dari kantor berita Rusia yang Minggu malam mengutip sumber Kremlin.

    “Assad dan anggota keluarganya telah tiba di Moskow,” ujar sumber itu mengatakan kepada kantor berita TASS dan Ria Novosti.

    “Rusia memberi mereka suaka atas dasar kemanusiaan,” tambahnya.

    (azh/azh)

  • Kabur dari Suriah, Assad Dikabarkan Tiba di Moskow Bareng Keluarga

    Kabur dari Suriah, Assad Dikabarkan Tiba di Moskow Bareng Keluarga

    Jakarta, CNN Indonesia

    Bashar Al Assad dikabarkan kini berada di Moskow usai digulingkan kelompok pemberontak yang mendorongnya memilih melarikan diri pada Minggu (8/12).

    Kantor berita Rusia, berdasarkan sumber Kremlin, melaporkan Bashar Al Assad di Rusia bersama keluarganya beberapa jam setelah ia meninggalkan negara itu saat pemberontak memasuki Damaskus.

    “Assad dan anggota keluarganya telah tiba di Moskow,” sumber itu mengatakan kepada kantor berita TASS dan Ria Novosti.

    “Rusia memberi mereka suaka atas dasar kemanusiaan,” tambahnya seperti diberitakan AFP.

    Rusia selaku sekutu utama Assad sebelumnya mengatakan bahwa ia telah mengundurkan diri sebagai Presiden Suriah dan meninggalkan negara itu, tanpa menyebutkan ke mana ia akan pergi.

    Hingga kini, media Rusia sudah memberitakan bahwa Assad tiba di negara tersebut.

    Rezim Bashar Al-Assad di Suriah dipastikan jatuh pada Minggu (8/12) setelah pasukan militer rezimnya kehilangan kendali atas Kota Damaskus yang diserbu pasukan oposisi bersenjata sejak Sabtu (7/12).

    Pertempuran di Damaskus menjadi babak akhir dari perang saudara Suriah yang berlangsung sejak 2011.

    Eskalasi pertempuran antara pasukan rezim dengan kelompok oposisi pecah pada 27 November lalu dari kawasan pedesaan di barat Aleppo di Suriah utara.

    Cepatnya pergerakan kelompok oposisi mengejutkan pasukan militer Suriah, dan rezim Al-Assad pun kehilangan kendali terhadap satu per satu wilayah di negara itu, dimulai dari Idlib, Aleppo pada 30 November, dan Hama pada 5 Desember.

    (AFP/chri)