Negara: Rusia

  • Rusia Bicara soal Keberadaan Presiden Assad dan Kabar Pemberian Suaka

    Rusia Bicara soal Keberadaan Presiden Assad dan Kabar Pemberian Suaka

    Jakarta, CNN Indonesia

    Rusia buka suara soal keberadaan Presiden Suriah Bashar Al-Assad hingga kemungkinan pemberian status suaka terhadap sang presiden.

    Rusia menjadi sorotan usai Assad melarikan diri ke Moskow setelah digulingkan kelompok milisi Suriah pada Minggu (8/12), mengakhiri 24 tahun rezim otoriternya di negara Timur Tengah tersebut. Pemerintahan Presiden Vladimir Putin bahkan disebut bakal memberikan suaka politik terhadap Assad dan keluarganya.

    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menolak mengonfirmasi atau membantah laporan terkait pemberian suaka terhadap Assad. Ia juga tak menjelaskan secara gamblang jika Assad tengah berlindung di Moskow.

    “Kami tidak memiliki informasi untuk disampaikan mengenai keberadaan Tuan Assad saat ini,” ujar Peskov kepada wartawan di Moskow pada Senin (9/12).

    Ketika ditanya apakah keputusan pemberian suaka diputuskan oleh Putin, Peskov menjawab: “tentu saja, keputusan seperti itu tidak bisa diambil tanpa kepala negara. Itu adalah keputusan beliau. Namun, saya tidak memiliki informasi lebih lanjut untuk Anda.”

    Sebuah sumber resmi di Rusia mengatakan kepada CNN pada Minggu malam bahwa Assad dan keluarganya telah tiba di Moskow setelah diberikan suaka di Rusia dengan alasan “kemanusiaan”.

    Ketika ditanya tentang kemungkinan pertemuan tatap muka antara Putin dan Assad, Peskov mengatakan bahwa “tidak ada pertemuan semacam itu dalam jadwal resmi presiden” dan menolak menyebutkan kapan terakhir kali kedua presiden itu bertemu.

    Sementara itu, Kremlin mengakui tantangan terkait pangkalan militernya di Suriah. Moskow menyatakan bahwa “segala upaya sedang dilakukan untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang dapat memastikan keamanan.”

    Mengenai apakah Rusia berharap mempertahankan pangkalan militernya di Suriah, Peskov menyebut bahwa “terlalu dini untuk membicarakan hal ini.”

    Ia menambahkan bahwa “dibutuhkan diskusi serius dengan mereka yang nantinya akan memiliki kewenangan.”

    “Apa yang terjadi mungkin mengejutkan seluruh dunia, dan kami juga,” ujarnya merujuk pada hilangnya dukungan dengan cepat terhadap Assad di kalangan militer dan pasukan keamanan Suriah.

    (rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Ribuan Tentara Rusia Dilaporkan Masih Terjebak di Suriah, Pangkalan Militer Terancam – Halaman all

    Ribuan Tentara Rusia Dilaporkan Masih Terjebak di Suriah, Pangkalan Militer Terancam – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, SURIAH –  Personel militer Rusia dilaporkan terjebak di Suriah, menyusul tergulingnya Presiden Bashar al-Assad.

    Presiden Suriah yang digulingkan itu telah melarikan diri ke Rusia.

    Presiden yang berkuasa 24 tahun itu menerima suaka dari sekutu lamanya, menurut media Rusia.

    Dia melarikan diri setelah seluruh negeri dikuasai pemberontak kelompok Islam Hayat Tahrir al Sham (HTS).

    Rusia tidak mampu atau tidak mau memberikan dukungan militer untuk mempertahankan kekuasaan Assad seperti yang dilakukannya pada tahun 2016.

    Aset-aset  militer Rusia di Suriah juga kini terancam seperti pangkalan angkatan laut di kota pelabuhan Tartus.

    Saluran media sosial Rusia melaporkan bahwa pasukan Rusia terjebak di negara itu.

    “Sekelompok personel militer Rusia dilaporkan dikepung di Suriah,” lapor media berita pro-Ukraina UAWire.org, mengutip para blogger militer Rusia.

    Salah satu dari mereka, Fighterbomber, mengatakan bahwa masih ada “beberapa ribu” personel militer Rusia dan puluhan peralatan militer di negara tersebut.

    “Ada banyak unit berbeda dengan senjata mereka sendiri, dibagi menjadi beberapa kelompok,” imbuh postingan tersebut, yang mencatat kehadiran Rusia di pangkalan angkatan laut Tartus dan pangkalan udara di Khmeimim, tenggara Latakia, tanpa memberikan lokasi spesifik keberadaan mereka.

    “Beberapa hari yang lalu, mereka semua pindah ke balik pegunungan, lebih dekat ke laut, di mana mereka sekarang menunggu penempatan kembali,” kata postingan tersebut dilansir Newsweek, Senin (9/12/2024). 

    “Beberapa personel militer sekarang dikepung dalam pertahanan melingkar dan menunggu bantuan atau koridor menuju pintu keluar.”

    Postingan lain, oleh saluran RAG&E, menuliskan setidaknya satu kelompok prajurit Rusia masih terputus dari pangkalan utama di wilayah tersebut.

    “Mereka tidak punya peluang untuk menerobos sendiri. Tidak ada bantuan yang bisa diharapkan dari mana pun,” imbuhnya.

    Pemimpin oposisi Suriah yang tidak disebutkan namanya telah menjamin keamanan lokasi militer dan diplomatik Rusia di negara itu, menurut kantor berita negara Rusia TASS.

    Namun  tidak menjelaskan apakah hal itu hanya berlaku untuk pangkalan di Khmeimim dan Tartus, atau pos terdepan lainnya seperti Bandara Qamishli di timur laut.

    Perdana Menteri Suriah Mohammad Ghazi al Jalali mengatakan bahwa otoritas Suriah yang baru akan membuat keputusan tentang masa depan pangkalan militer Rusia di Suriah, menurut media milik Saudi, Al Arabiya.

    Situasi yang Tidak Stabil

    Institut Studi Perang ( ISW ) mengatakan pada hari Minggu bahwa rincian pengaturan ini “masih belum jelas mengingat situasi politik yang tidak stabil dan berkembang pesat.”

    Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pangkalan militernya di Suriah “dalam keadaan siaga tinggi.

    Saat ini, tidak ada ancaman serius terhadap keselamatan mereka.”

    Citra satelit dari hari Sabtu menunjukkan tiga pesawat Rusia, sebuah Ilyushin Il-76 dan sebuah pesawat angkut militer Antonov An-124 di Pangkalan Udara Khmeimim, mungkin untuk mengevakuasi aset militer dari negara tersebut.

    Moskow akan membutuhkan “sejumlah besar” serangan udara untuk mengevakuasi Suriah dengan baik, kata ISW.

    Lembaga pemikir di Washington, DC, itu juga mengatakan bahwa jatuhnya rezim Assad “merupakan kekalahan politik strategis bagi Moskow dan telah melemparkan Kremlin ke dalam krisis karena berupaya mempertahankan pangkalan militer strategisnya.”

     

  • Pemimpin Milisi yang Gulingkan Assad Bakal Bubarkan Kelompok Sendiri

    Pemimpin Milisi yang Gulingkan Assad Bakal Bubarkan Kelompok Sendiri

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Abu Mohammed Al Julani membuka peluang untuk membubarkan kelompoknya jika tujuan HTS telah tercapai usai menggulingkan rezim Presiden Bashar Al Assad.

    Tujuan itu yakni memperbaiki Suriah pasca kejatuhan rezim Assad yang sudah berkuasa sejak 24 tahun terakhir.

    Dalam wawancara eksklusif dengan CNN, al-Julani mengatakan HTS merupakan faksi di Suriah yang sama seperti faksi-faksi lain di negara itu. Oleh sebab itu, HTS bisa bubar kapan saja apabila tujuan kelompok sudah tercapai.

    “Saat ini kita bicara tentang proyek yang lebih besar. Kita bicara tentang membangun Suriah. Hayat Tahrir al-Sham hanyalah salah satu bagian dari dialog ini, dan bisa bubar kapan saja. Ini bukan tujuan akhir,” kata al-Julani.

    Al-Julani menuturkan HTS merupakan sarana faksi-faksi dan oposisi untuk menghadapi rezim al-Assad. Jika Presiden telah digulingkan, HTS “akan bertransisi menjadi sebuah pemerintahan, institusi, dan lainnya.”

    Dalam kesempatan itu, al-Julani juga bicara mengenai masa depan Suriah jika rezim al-Assad telah digulingkan.

    Ia menegaskan pemerintah baru bakal merangkul semua aliran di Suriah tanpa ada satu pun yang dikucilkan apalagi dihapuskan.

    “Aliran-aliran ini telah hidup berdampingan di wilayah ini selama ratusan tahun, dan tidak ada yang berhak menghapusnya. Harus ada kerangka hukum yang melindungi dan menjamin hak-hak semua orang, bukan sistem yang hanya melayani satu aliran saja seperti yang dilakukan rezim al-Assad,” ucapnya.

    Presiden Suriah Bashar al-Assad digulingkan oleh kelompok milisi pada Minggu (8/12). Pasukan yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham itu merebut ibu kota Damaskus dalam serangan kilat hingga al-Assad melarikan diri ke Rusia.

    Penggulingan ini begitu mengejutkan karena terjadi sangat cepat dalam waktu kurang dari dua pekan. Kelompok pejuang berhasil merebut wilayah-wilayah yang diduduki rezim al-Assad selama sekitar 10 hari.

    Upaya penggulingan ini sebetulnya telah terjadi sejak lebih dari satu dekade lalu. Suriah dilanda perang saudara selama 13 tahun buntut dominasi kekuasaan al-Assad.

    Kini, pemerintahan Suriah akan dipegang sementara oleh mantan Perdana Menteri Mohammad Ghazi al-Jalali. Al-Jalali telah ditunjuk oleh HTS untuk mengawasi jalannya kementerian dan lembaga hingga pemerintahan baru menyelesaikan masa transisi.

    (blq/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Milisi Suriah HTS Pastikan Tak Terkait Al Qaeda: Kami Benci Kekerasan

    Milisi Suriah HTS Pastikan Tak Terkait Al Qaeda: Kami Benci Kekerasan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Abu Mohammed al-Julani memastikan kelompoknya tak terkait dengan Al Qaeda dan ISIS meski pernah menjalin hubungan dengan kedua kelompok ekstremis tersebut.

    HTS merupakan milisi Suriah yang memimpin pemberontakan dan berhasil menggulingkan rezim Presiden Bashar Al-Assad dalam 11 hari pertempuran. Dalam wawancara eksklusif dengan CNN, al-Julani mengatakan HTS merupakan kelompok yang menjunjung tinggi persatuan dan antikekerasan.

    Ia menuturkan meski dirinya sempat terlibat dengan Al Qaeda dan ISIS selama berada di Irak dahulu, namun hal itu semata-mata karena ingin membantu rakyat Irak bukan karena ingin melakukan kekerasan.

    “Situasi ini harus dipahami dalam konteks sejarahnya. Terjadi perang besar di Irak yang sangat menggugah emosi masyarakat, mendorong banyak orang untuk pergi ke sana,” ucapnya.

    “Keadaan perang itu membawa orang ke berbagai tempat, dan jalan yang saya tempuh membawa saya ke salah satu lokasi tersebut. Mengingat tingkat kesadaran dan usia saya yang masih muda saat itu, tindakan saya berkembang hingga ke tempat saya saat ini,” lanjut al-Julani.

    Al-Julani berujar dirinya tak pergi ke Irak dengan niat melakukan peperangan. Ia hanya ingin membela rakyat Irak, dan ketika kembali ke Suriah, negara asalnya, ia tak mau membawa apa yang terjadi di sana ke negaranya.

    “Itulah sebabnya terjadi perselisihan antara kami dan ISIS,” ujarnya seperti dikutip CNN.

    Saat ditanya mengenai kekhawatiran masyarakat mengenai cap teroris yang disematkan negara-negara Barat kepada al-Julani, ia meminta agar masyarakat tak menilai hanya dari kata-kata.

    “Jangan menilai dari kata-kata, tapi nilailah dari tindakan. Klasifikasi ini terutama bersifat politis dan pada saat yang sama salah,” ujarnya.

    Ia berujar definisi teroris yakni orang yang dengan sengaja membunuh warga sipil, melukai orang yang tak bersalah, hingga menggusur orang.

    Definisi ini, kata dia, tak sesuai dengan dirinya dan HTS tetapi justru negara-negara Arab yang terlibat perang dan pembunuhan terhadap ribuan orang.

    Al-Julani merupakan mantan anggota Al Qaeda. Ia bergabung dengan milisi di Irak setelah invasi Amerika Serikat pada 2003 dan dipenjarakan di Kamp Bucca pada 2005.

    Dilansir dari BBC, selama di penjara, al-Julani meningkatkan afiliasi jihadisnya dan akhirnya diperkenalkan kepada Abu Bakr al-Baghdadi, ulama pendiam yang kemudian menjadi pemimpin ISIS.

    Pada 2011, Baghdadi mengirim al-Julani ke Suriah dengan dana untuk mendirikan Front al-Nusra, sebuah faksi rahasia yang terkait Negara Islam Irak (ISI).

    Pada 2012, front tersebut berubah menjadi pasukan tempur Suriah, sambil menyembunyikan hubungannya dengan ISI dan Al Qaeda.

    Ketegangan kemudian muncul pada 2013 ketika kelompok Baghdadi di Irak secara sepihak mendeklarasikan penggabungan ISI dan Front al-Nusra serta mendeklarasikan pembentukan negara Islam Irak dan Syam (ISIS).

    Al-Julani menolak bergabung karena tak sepakat dengan taktik kekerasan ISIS.

    Ia pun mencoba keluar dengan berjanji setia kepada Al Qaeda pada 2013 untuk menjadikan Front al-Nusra sebagai cabangnya di Suriah.

    Hubungan Front al-Nusra dengan Al Qaeda telah membuat hubungannya dengan ISIS menjauh. Selama berada di Suriah, al-Julani juga terus menjauhkan diri dari kebrutalan ISIS dan menekankan pendekatan jihad yang lebih pragmatis.

    Namun, hubungannya dengan Al Qaeda juga tak berlangsung lama. Al-Julani memutuskan hubungan dengan Al Qaeda pada 2016 karena merasa afiliasi tersebut tak berdampak pada upayanya yang ingin mendapat dukungan dari masyarakat lokal Suriah.

    Pada Minggu (8/12), Presiden Suriah Bashar al-Assad digulingkan usai HTS memimpin upaya pemberontakan selama kurang dari dua pekan.

    Pasukan milisi yang dipimpin oleh HTS merebut ibu kota Damaskus dalam serangan kilat hingga al-Assad melarikan diri ke Rusia.

    Upaya penggulingan ini sebetulnya telah terjadi sejak lebih dari satu dekade lalu. Suriah dilanda perang saudara selama 13 tahun buntut dominasi kekuasaan al-Assad.

    Kini, pemerintahan Suriah akan dipegang sementara oleh mantan Perdana Menteri Mohammad Ghazi al-Jalali. Al-Jalali telah ditunjuk oleh HTS untuk mengawasi jalannya kementerian dan lembaga hingga pemerintahan baru menyelesaikan masa transisi.

    (blq/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Rupiah Ambles Usai Presiden Suriah Bashar al-Assad Lengser – Page 3

    Rupiah Ambles Usai Presiden Suriah Bashar al-Assad Lengser – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Rupiah mengalami pelemahan di pekan kedua bulan Desember pada Senin, 9 Desember 2024. Rupiah ditutup melemah 21 point terhadap Dolar AS (USD), setelag sebelumnya sempat melemah 35 point di evel Rp.15.866 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15,845.

    Sedangkan untuk besok, kurs Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp. 15.850 – Rp.15.920,” kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Senin (9/12/2024).

    Rupiah melemah setelah ketegangan geopolitik meningkat di Timur Tengah, di mana pasukan pemberontak mengambil alih ibu kota Suriah, Damaskus, dan melengserkan Presiden Bashar al-Assad, yang melarikan diri ke Rusia.

    Kondisi tersebut diperburuk oleh ketidakpastian yang meningkat atas suku bunga Federal Resrve, membuat para pedagang lebih memilih dolar dan obligasi pemerintah. “Pasar menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi setelah perubahan rezim setelah perang saudara yang berkepanjangan,” ungkap Ibrahim. Di Korea Selatan, pasar juga masih memantau perkembangan terkait keputusan jaksa penuntut terhadap Presiden Yoon Suk Yeol. Ia dalam penyelidikan kriminal atas upaya yang gagal untuk memberlakukan darurat militer pekan lalu.

    Yoon Suk Yeol selamat dari pemungutan suara pemakzulan selama akhir pekan. Namun pemimpin partainya sendiri mengatakan presiden akan dikesampingkan dan dipaksa untuk mengundurkan diri. “Pasar sebagian besar mempertahankan taruhan bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin minggu depan,” papar Ibrahim.

    “Namun prospek jangka panjang bank sentral terhadap suku bunga berubah tidak pasti, dengan inflasi yang tinggi dan ketahanan ekonomi yang kemungkinan akan memicu pelonggaran yang lebih lambat pada tahun 2025,” bebernya.

     

  • Bagaimana Pemberontak Suriah HTS Gulingkan Assad Hanya dalam 11 Hari?

    Bagaimana Pemberontak Suriah HTS Gulingkan Assad Hanya dalam 11 Hari?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pemerintahan panjang Presiden Suriah Bashar Al Assad resmi berakhir pada Minggu (8/12) usai kelompok pemberontak melancarkan serangan signifikan dalam waktu 11 hari atau kurang dari dua pekan.

    Pemberontakan itu dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), sebuah organisasi yang dikepalai Abu Mohammed al-Julani. Ia merupakan mantan anggota kelompok ekstremis Al Qaeda yang pernah membawa kelompoknya menjalin kerja sama dengan Al Qaeda dan ISIS.

    Bagaimana kelompok HTS memimpin pemberontakan hingga menggulingkan rezim Al Assad dalam waktu cepat?

    Hayat Tahrir Al Sham (HTS) telah memimpin pemberontakan terhadap rezim al-Assad sejak 27 November lalu. Serangan itu dimulai di Idlib, yang tiga hari kemudian dilanjutkan di Aleppo.

    HTS terus merebut wilayah-wilayah yang dikuasai rezim al-Assad dalam kurun waktu itu hingga mereka berhasil merebut Damaskus pada 8 Desember. Damaskus merupakan wilayah yang menjadi tempat tinggal Presiden Bashar al-Assad.

    Al Assad melarikan diri dari Damaskus ketika pasukan pemberontak memasuki kota itu dan membuat para pemberontak tak perlu repot-repot bertempur.

    Menurut para analis, kaburnya al-Assad dari Suriah ini bukan tanpa sebab. Pasalnya, Suriah tengah menghadapi masalah ekonomi parah, ditambah Rusia dan Iran tak lagi memberikan pasokan pertahanan bagi rezim Assad sebanyak dulu.

    Rusia dan Iran merupakan negara-negara yang sangat mendukung pemerintahan Bashar al-Assad. Kendati begitu, Rusia belakangan terjebak dalam invasinya di Ukraina, serta Iran dan milisi Hizbullah Lebanon mulai goyah gegara serangan Israel.

    Mereka tak bisa lagi fokus membantu pertahanan rezim Al Assad.

    Di tengah situasi ini, Hayat Tahrir al-Sham membuat keputusan. Mereka memimpin pemberontakan setelah selama ini menyatukan nyaris seluruh kelompok oposisi, milisi, dan warga sipil di Suriah untuk melawan bersama sang Presiden.

    Suriah telah dilanda perang saudara selama 13 tahun sejak protes damai 2011. Saat itu, warga dan oposisi ingin pemerintah diganti namun justru menghadapi kekerasan dari rezim Al Assad.

    Perang saudara Suriah telah menewaskan ratusan ribu orang dan membuat jutaan orang mengungsi. Negara-negara lain bahkan ikut mengintervensi seperti Iran, Rusia, Amerika Serikat, Arab Saudi, serta Turki.

    Kondisi ini membuat perang saudara Suriah semakin runyam hingga akhirnya Hayat Tahrir al-Sham memutuskan untuk menyatukan seluruh elemen penentang Al Assad demi menyudahi perang sia-sia tersebut.

    Dilansir dari Al Jazeera, HTS telah bersekutu dengan sejumlah faksi antara lain Front Nasional untuk Pembebasan, Ahrar al-Sham, Jaish al-Izza, Gerakan Nour al-Din Al Zenki, serta faksi-faksi yang didukung Turki yang berada di bawah payung Tentara Nasional Suriah.

    Persekutuan ini dibangun bukan dalam waktu sebentar. HTS telah menjalin hubungan dengan mereka selama lebih dari satu tahun terakhir.

    Bersambung ke halaman berikutnya…

    Dilansir dari BBC, HTS memulai beberapa reformasi usai menghadapi kritik karena dianggap menghindari pertempuran melawan pasukan pemerintah.

    HTS merupakan kekuatan dominan di Idlib. Namun kelompok ini disebut-sebut bersikap otoriter layaknya rezim al-Assad dengan menekan perbedaan pendapat serta membungkam para kritikus. Banyak yang akhirnya menyebut HTS sebagai pengikut setia Al Assad.

    Merespons kritik ini, HTS pun memulai reformasi. Mereka membubarkan atau mengganti nama pasukan keamanan kontroversial yang dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan mendirikan “Departemen Pengaduan” untuk memungkinkan warga mengajukan aduan terhadap mereka.

    HTS dan sayap sipilnya, Pemerintah Keselamatan Suriah (SG), kemudian berusaha keras menampilkan citra modern dan moderat untuk memenangkan hati masyarakat dan komunitas internasional.

    Mereka mengusung persatuan di bawah kepemimpinan tunggal dan pada saat yang sama, mempertahankan identitas Islamis guna memuaskan kelompok garis keras di wilayah yang dikuasai pemberontak dan jajaran HTS.

    Pemimpin HTS, Abu Mohammed Al Julani, dalam wawancaranya dengan The New York Times mengatakan bahwa tujuan utama HTS yakni “membebaskan Suriah dari rezim yang menindas ini.”

    Kepemimpinan HTS di bawah Al Julani sedikit banyak telah berhasil memikat masyarakat dan oposisi rezim karena ia secara tak langsung mengubah gerakan ekstremis seperti Al Qaeda dan ISIS menjadi tak lagi efektif.

    Al Julani sendiri merupakan mantan anggota Al Qaeda. Menurut laporan media Arab dan pejabat AS, ia sempat menghabiskan beberapa tahun di penjara Amerika di Irak.

    Pada 2011, ia membentuk Front Al Nusra, sebuah faksi rahasia yang terkait dengan Negara Islam Irak (ISI). Pada 2012, faksi itu berubah menjadi pasukan tempur Suriah yang menonjol, yang menyembunyikan hubungannya dengan ISI dan Al Qaeda.

    Ketegangan kemudian terjadi pada 2013 kala ISI secara sepihak mendeklarasikan penggabungan dengan Front Nusra dan mendeklarasikan pembentukan ISIS.

    Al-Julani tak ingin terlibat kekerasan seperti ideologi ISI sehingga berpura-pura berjanji kepada Al Qaeda untuk menjadikan Front Nusra sebagai cabangnya di Suriah.

    Ia kemudian membawa Front Nusra ke Suriah sekitar awal perang saudara. Kelompok ini akhirnya berkembang menjadi Hayat Tahrir al-Sham yang menekankan pendekatan jihad yang lebih pragmatis.

  • Jepang Bakal Bangun Perumahan di IKN, Kapan Mulai? – Page 3

    Jepang Bakal Bangun Perumahan di IKN, Kapan Mulai? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) Basuki Hadimuljono mengatakan, saat ini ada 5 proyek baru di IKN yang siap dilakukan peletakan batu pertama, alias groundbreaking oleh Presiden Prabowo Subianto.

    “Kalau yang untuk groundbreaking, kami sudah akan sedang mengusulkan kepada Pak Presiden untuk ada 5 groundbreaking. Sama-sama dengan PU kan sudah mengusulkan untuk peresmian,” ujar Basuki di Jakarta, Senin (9/12/2024).

    Namun, ia menambahkan, kepastian groundbreaking 5 proyek baru IKN oleh Prabowo ini masih menunggu respons dari Sekretariat Kabinet (Setkab).

    Basuki menyampaikan, 5 proyek baru itu seluruhnya milik swasta. Meliputi gedung perkantoran, hotel, perumahan, penghijauan, dan rumah makan. Salah satunya adalah Sojitz, perusahaan asal Jepang yang bakal membangun perumahan di proyek ibu kota baru.

    “Itu swasta semua yang dalam negeri. Yang satunya, Sojitz baru kita upayakan. Dari Jepang itu,” ungkap Basuki.

    Adapun groundbreaking terakhir di IKN dilaksanakan oleh Presiden RI ke-7, Joko Widodo alias Jokowi pada 25 September 2024. Total estimasi keseluruhan nilai investasi yang masuk mencapai Rp 1,57 trilliun.

    Perusahaan China

    Tak hanya dari investor lokal, groundbreaking tahap 8 ini juga diikuti oleh perusahaan China yang menjadi investor perdana di IKN, diikuti oleh Australia dan Rusia. Nilai investasi asing yang masuk ke proyek ibu kota baru tersebut mencapai Rp 1,15 triliun.

    Adapun Delonix Group, perusahaan pengelola hotel dan properti asal China jadi investor asing perdana di IKN. Dengan membangun kompleks komersial Delonix Nusantara di atas lahan seluas 24.200 meter persegi, lewat investasi senilai Rp 500 miliar.

    Kompleks tersebut memiliki konsep pembangunan kawasan mixed-use yang mencakup Model J Hotel, serviced apartment, pusat perbelanjaan, perkantoran, fasilitas olahraga dan kebugaran, serta ruang terbuka hijau. Model J Hotel direncanakan akan memiliki 200 kamar dilengkapi dengan berbagai fasilitas ramah lingkungan.

     

  • AS-Israel Syok Lihat Milisi Suriah Bisa Gulingkan Assad dalam 11 Hari

    AS-Israel Syok Lihat Milisi Suriah Bisa Gulingkan Assad dalam 11 Hari

    Jakarta, CNN Indonesia

    Amerika Serikat dan Israel disebut terkejut melihat milisi Suriah berhasil menggulingkan rezim otoriter Bashar Al Assad pada Minggu (8/12) lalu hanya dalam 11 hari pemberontakan.

    AS terkejut karena tidak menyangka kelompok pemberontak Suriah berhasil menjatuhkan rezim Assad tidak lama usai mereka merebut Kota Aleppo dan memperluas pemberontakan sejak akhir November lalu.

    “Saya pikir semua yang terjadi mengejutkan mereka (AS). Banyak dari kami, para analis dan pengamat Suriah, bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya,” kata Qutaiba Idlbi, seorang peneliti senior di Atlantic Council yang berpusat di Washington DC kepada Al Jazeera.

    “Saya merasa kejadian di lapangan berjalan terlalu cepat sehingga mereka tidak dapat mengejarnya, terutama dalam masa sidang yang tidak menentukan ini,” lanjutnya.

    Senada, Komunitas Intelijen Israel juga tidak menyangka kelompok pemberontak Suriah berhasil menggulingkan rezim Assad yang sudah berkuasa 50 tahun dalam waktu singkat.

    Meski begitu, Israel juga khawatir akan keberadaan kelompok pemberontak Suriah yang telah berhasil menggulingkan Assad. Israel khawatir mereka bakal melakukan tindakan yang lebih parah di kemudian hari.

    Sebelumnya, kelompok pemberontak Suriah berhasil menguasai ibu kota Damaskus dan menggulingkan rezim otoriter Presiden Bashar Al Assad pada Minggu (8/12).

    Usai digulingkan oleh warga Suriah, Assad kini melarikan diri ke Rusia. Ia terbang ke Moskow guna meminta suaka politik kepada Presiden Vladimir Putin.

    Saat ini, Rusia dilaporkan juga sudah memberi suaka politik kepada Assad. Suaka ini diberikan sebagai bentuk solidaritas mereka terhadap Suriah yang sudah terjalin sejak lama.

    (gas/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Milisi Suriah HTS Pastikan Tak Terkait Al Qaeda: Kami Benci Kekerasan

    Kenapa Milisi Suriah Minta Eks PM Pegang Pemerintahan Sementara?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pemimpin pejuang Suriah menunjuk mantan Perdana Menteri Mohammed Ghazi Al Jalali sebagai pemimpin sementara negara tersebut usai Presiden Bashar Al Assad digulingkan.

    Pemimpin milisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Abu Mohammed Al Julani, mengatakan Al Jalali akan menjadi pemimpin sementara Suriah di kala kekosongan pemimpin usai Assad digulingkan.

    Ia berujar langkah ini diambil sembari pihak berwenang mempersiapkan pemilihan umum dan membentuk pemerintahan baru.

    Al Julani mengatakan Al Jalali bakal bertugas mengawasi operasional kementerian dan lembaga negara hingga badan-badan tersebut sepenuhnya diserahkan ke pemerintahan baru. Selama waktu itu, pasukan militer di Damaskus tidak boleh mendekati lembaga-lembaga negara dan tak boleh melepaskan tembakan di udara.

    Dalam keterangan terpisah, Al Jalali menyatakan bahwa pemerintahannya siap untuk menyerahkan kekuasaan kepada kepemimpinan mana pun yang dipilih rakyat.

    “Saya tidak akan pergi dan tidak berniat untuk pergi. Saya berharap agar kelangsungan penyelenggaraan negara, lembaga negara, dan aparatur negara dapat terjamin secara damai, dan keselamatan serta keamanan seluruh warga negara juga dapat terjamin,” kata al-Jalali dalam sebuah pernyataan video, seperti dikutip Al Jazeera, Minggu (8/12).

    Al-Jalali berujar pemerintahannya terbuka dengan pihak mana pun, termasuk oposisi. Asalkan, oposisi menjamin bahwa mereka tak akan membahayakan warga Suriah serta warga negara lain di Suriah.

    Dalam wawancara dengan Al Arabiya, al-Jalali mengatakan dirinya telah berkomunikasi dengan pemimpin HTS untuk membahas pengelolaan masa transisi saat ini. Ia juga menuturkan Suriah harus mengadakan pemilihan umum secara bebas.

    Al-Jalali turut menyampaikan soal keberadaan Presiden Bashar al-Assad menteri pertahanan yang tak ia ketahui. Ia mengaku sudah putus kontak dengan sang Presiden sejak Sabtu (7/12) malam.

    Al-Jalali ditunjuk sebagai Perdana Menteri Suriah oleh Presiden Bashar al-Assad pada September lalu. Namun, pemerintahan al-Assad digulingkan pemberontak pada Minggu sehingga masa pemerintahan dia dan al-Assad berakhir.

    Al-Assad melarikan diri ke Rusia saat digulingkan. Setelah al-Assad kabur, al-Jalali dikawal oleh para milisi menuju sebuah hotel untuk membahas soal transisi pemerintahan.

    (blq/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Usai Assad Lengser, Netanyahu Perintahkan Militer Israel Siaga di Perbatasan

    Usai Assad Lengser, Netanyahu Perintahkan Militer Israel Siaga di Perbatasan

    ERA.id – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan militer untuk merebut zona penyangga demiliterisasi di perbatasan dengan Suriah. Perintah ini dikeluarkan usai penggulingan Bashar al-Assad di Damaskus.

    Dalam perintahnya, Netanyahu menyinggung soal perjanjian pelepasan 50 tahun lalu yang ia sebut sudah tidak berlaku lagi setelah Assad lengser. Hal ini menyebabkan pasukan militer Suriah meninggalkan posisi mereka.

    “Saya memerintahkan IDF (militer) kemarin untuk merebut zona penyangga dan posisi komando di dekatnya. Kami tidak akan membiarkan kekuatan musuh mana pun membangun diri di perbatasan kami,” katanya, dikutip AFP, Senin (9/12/2024).

    Pengumuman tersebut dibuat oleh Netanyahu saat ia mengunjungi Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel yang berbatasan dengan zona penyangga.

    Sebelum aksi pemberontakan terjadi di Suriah, tentara Israel mengumumkan pengerahan pasukan di zona penyangga yang dipatroli oleh PBB untuk membantu pasukan penjaga perdamaian dalam menangkis serangan. Hal ini dilakukan dengan alasan kemungkinan adanya kelompok bersenjata ke zona penyangga.

    “Menyusul peristiwa baru-baru ini di Suriah, IDF telah mengerahkan pasukan di zona penyangga dan di beberapa tempat lain yang diperlikan untuk pertahanannya, guna memastikan keselamatan masyarakat Dataran Tinggi Golan dan warga Israel,” kata pernyataan IDF.

    Pernyataan itu juga menyebutkan bahwa IDF akan tetap patroli untuk menjaga zona penyangga dan membela Israel.

    Selain itu, militer Israel juga mengatakan pada hari Minggu (11/12) bahwa mereka memberlakukan jam malam bagi penduduk lima kota Suriah di zona penyangga demiliterisasi Dataran Tinggi Golan.

    “Demi keamanan Anda, Anda harus tinggal di rumah dan tidak keluar rumah sampai ada pemberitahuan lebih lanjut,” kata Letnan Kolonel Avichay Adraee, juru bicara militer Israel.

    Sejak koalisi pemberontak, yang dipimpin oleh kelompok Islamis Hayat Tahrir al-Sham, memulai serangan barunya terhadap pasukan pemerintah pada 27 November, pasukan pemerintah Suriah telah meninggalkan posisi di dekat Golan yang dikuasai Israel.

    Presiden Suriah Bashar al-Assad melarikan diri ke Rusia setelah kelompok anti-rezim menguasai ibu kota Damaskus pada Minggu (11/12) pagi, menandai runtuhnya rezim Partai Baath yang telah berkuasa di Suriah sejak 1963. Peristiwa ini terjadi lebih dari sepekan setelah kelompok anti-rezim merebut kendali atas Aleppo, sebuah kota besar di wilayah utara Suriah.