Negara: Rusia

  • KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah

    KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah

    loading…

    Kelompok pemberontak Suriah menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad. Foto/X @MiddleEastEye

    JAKARTA – Sebanyak 37 Warga Negara Indonesia (WNI) dievakuasi dari Suriah . Evakuasi tersebut dilakukan sejak Selasa, 10 Desember 2024.

    “Sebagai bagian dari upaya perlindungan WNI dalam situasi Suriah saat ini, KBRI Damaskus melaksanakan evakuasi gelombang pertama sebanyak 37 orang WNI dari Suriah,” bunyi keterangan tertulis KBRI Damaskus melalui akun Instagram @indonesiadamascus dilihat Kamis (12/12/2024).

    Para WNI yang dilakukan evakuasi tersebut dijadwalkan tiba di Jakarta pada hari ini. “Rombongan akan singgah di Beirut sebelum melanjutkan penerbangan ke Indonesia pada Rabu 11 Desember 2024. Rombongan dijadwalkan tiba di Jakarta pada tanggal 12 Desember 2024,” ujar Dubes RI untuk Suriah, Wajid Fauzi saat proses evakuasi itu.

    Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menyoroti perang yang terjadi di Suriah. Dalam keterangannya, Kemlu meminta seluruh pihak yang terlibat perang untuk melindungi warga sipil.

    “Indonesia menyerukan kepada semua pihak untuk menjamin perlindungan warga sipil sesuai dengan hukum internasional, terutama Hukum Humaniter Internasional dan Hukum HAM Internasional,” demikian keterangan yang disampaikan Kementerian Luar Negeri melalui akun X-nya pada Senin, 9 Desember 2024.

    Kemlu menyebutkan Indonesia mengikuti secara seksama perkembangan di Suriah dan mengkhawatirkan pengaruhnya terhadap keamanan regional serta dampak kemanusiaan yang ditimbulkan.

    “Krisis di Suriah hanya dapat diselesaikan melalui suatu proses transisi yang inklusif, demokratis, dan damai yang mengedepankan kepentingan dan keselamatan rakyat Suriah yang tetap menjaga kedaulatan, kemerdekaan, dan keutuhan wilayah Suriah,” ujarnya.

    Terkait kondisi WNI di Suriah, Kemlu menuturkan KBRI Damaskus telah menyiapkan semua langkah yang dinilai perlu untuk memastikan keselamatan WNI.

    “KBRI Damaskus telah mengambil semua langkah yang dipandang perlu untuk memastikan keselamatan WNI, termasuk mempersiapkan kemungkinan evakuasi ke tempat yang lebih aman, jika situasi keamanan memburuk,” jelas dia.

    Sebelumnya, Oposisi atau pemberontak Suriah pada hari Minggu, 8 Desember 2024 mengumumkan rezim pemerintahan Presiden Bashar al-Assad sudah berakhir. Ini menandai kegagalan Rusia dan Iran dalam menyokong sekutu mereka.

    (cip)

  • Alasan Konflik Suriah Bisa Rugikan Iran dan Rusia, Penerus Bashar al-Assad Jadi Kunci – Halaman all

    Alasan Konflik Suriah Bisa Rugikan Iran dan Rusia, Penerus Bashar al-Assad Jadi Kunci – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Konflik di Suriah yang berhasil menggulingkan rezim Bashar al-Assad justru bisa menjadi kerugian Iran dan Rusia. Mengapa demikian?

    Pengamat dunia Internasional sekaligus Kepala Program Studi Magister Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Ahmad Sahide menyebut Iran dan Rusia menjadi dua pihak yang dirugikan atas berakhirnya rezim Bashar al-Assad.

    Ahmad mengatakan, sejak 1979 terdapat dua kubu yang membangun kekuatan politik di Suriah.

    “Satu kubu dipimpin oleh Iran, dan itu di sana ada Suriah dulu, ada Libya, Hamas, dan Hizbullah.”

    “Kemudian ada kubu yang dipimpin oleh Arab Saudi yang itu tentu pro dengan Amerika Serikat dan Israel,” ungkap Ahmad Sahide dalam talkshow Overview Tribunnews, Rabu (11/12/2024).

    Suriah, lanjut Ahmad, merupakan negara mayoritas Sunni yang dipimpin oleh kelompok Syiah.

    “Itulah yang membuat Suriah dengan Iran mudah untuk membangun aliansi politik karena di Iran kita tahu mayoritas Syiah kurang lebih 90 persen.”

    “Tetapi uniknya di Suriah Bashar al-Assad mampu membangun dan mempertahankan rezimnya sekian lama,” ujarnya.

    Setelah Bashar al-Assad jatuh, Ahmad menyebut yang menjadi pertanyaan adalah siapa yang akan akan menjadi pemimpin Suriah berikutnya?

    “Apakah kemudian dari kelompok Sunni? Nah kalau kemudian dari kelompok Sunni nantinya yang berkuasa memberi ruang itu tentu akan menjadi kerugian bagi Iran,” ungkapnya.

    Bagaimana dengan Rusia?

    Ahmad Sahide mengungkapkan, apabila kelompok Sunni yang menjadi pemimpin Suriah dan tidak pro dengan Rusia, maka itu akan merugikan kepentingan negara yang dipimpin Vladimir Putin itu.

    “Kita tahu bahwa dari Suriah ke Rusia itu kan ada pipa minyak di bawah laut, nah itu pasti akan terganggu kalau kemudian rezim yang berkuasa nantinya itu tidak pro dengan dengan Rusia.”

    “Maka kemarin kan Putin mengatakan ya, jangan sampai kemudian kepentingan Rusia itu diganggu dengan adanya dinamika politik yang terjadi di Suriah,” ungkapnya.

    “Nah ke depannya tentu pertanyaannya adalah siapa yang akan menjadi menjadi pemimpin Suriah berikutnya, apakah kelompok yang pro dengan Iran dan Rusia atau kemudian yang pro dengan Amerika Serikat,” ujar Ahmad Sahide.

    Diketahui sebelumnya, Pada 8 Desember 2024, rezim Bashar al-Assad runtuh setelah pasukan oposisi berhasil merebut ibu kota, Damaskus.

    Serangan kilat ini dimulai pada akhir November 2024, dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan didukung oleh kelompok pemberontak lainnya.

    Mereka berhasil menguasai kota-kota penting seperti Aleppo, Hama, dan Homs sebelum akhirnya mencapai Damaskus.

    Setelah itu, Bashar al-Assad meninggalkan Suriah menuju Rusia.

    (Tribunnews.com/Gilang Putranto)

  • PM Transisi Mohammed Al-Bashir Minta Pengungsi Suriah Balik Kampung: Negara Butuh Dukungan Kalian – Halaman all

    PM Transisi Mohammed Al-Bashir Minta Pengungsi Suriah Balik Kampung: Negara Butuh Dukungan Kalian – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri transisi Suriah, Mohammed Al-Bashir menyerukan kepada seluruh warganya yang berada di luar negeri untuk segera kembali ke tanah air.

    Menurutnya, setelah penggulingan presiden lama Bashar Al-Assad, para pengungsi tidak perlu takut untuk kembali ke Suriah.

    “Saya menyerukan kepada semua warga Suriah di luar negeri: Suriah sekarang adalah negara bebas yang telah mendapatkan harga diri dan martabatnya,” kata Al-Bashir, dikutip dari Al-Arabiya.

    Dengan kembalinya para pengungsi, diharapkan dapat membantu membangun kembali negara Suriah dengan masa depan yang lebih baik.

    “Kembalilah. Kita harus membangun kembali, dilahirkan kembali, dan kita membutuhkan bantuan semua orang,” jelasnya.

    Ia yakin bahwa para pengungsi ini memiliki pengalaman yang luar biasa untuk membangun kembali Suriah.

    “Modal manusia mereka, pengalaman mereka akan memungkinkan negara ini untuk berkembang,” tambahnya.

    Mohammed Al-Bashir ditunjuk oleh kelompok oposisi sebagai PM sementara untuk memimpin Suriah selama masa transisi.

    Pernyataan tersebut diumumkan melalui akun Telegram televisi pemerintah pada hari Selasa (10/12/2024).

    Mohammed al-Bashir akan mengemban tugas barunya selama tiga bulan ke depan.

    “Komando umum telah menugaskan kami untuk menjalankan pemerintahan transisi hingga 1 Maret,” kata sebuah pernyataan yang dikaitkan dengan al-Bashir di akun Telegram televisi pemerintah, dikutip dari The New Arab.

    Al-Bashar berharap dengan terpilihnya dia sebagai PM transisi, maka akan membuat negara mereka jauh lebih stabil dan tenang dari masa pemerintahan Bashar Al-Assad.

    Seperti diketahui, Assad telah berkuasa dengan ayahnya di Suriah sejak tahun 1971.

    Selama masa pemerintahannya, Bashar Al-Assad diduga telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan melakukan penyiksaan.

    Tidak hanya itu, perang saudara Suriah yang berlangsung hampir 14 tahun menewaskan telah menewaskan 500.0000 warga.

    Sementara Al-Assad telah digulingkan oleh kelompok oposisi dalam serangan besar-besaran yang berpuncak pada perebutan ibu kota Damaskus pada Minggu.

    Setelah digulingkan, Assad dilaporkan kabur dari Suriah dan berada di Moskow setelah mendapat tawaran suaka dari Rusia.

    Hal tersebut dilaporkan oleh kantor berita Rusia, Interfax pada hari Minggu (8/12/2024).

    Tak sendiri, Assad dikabarkan kabur dari Suriah bersama keluarganya.

    “Presiden al-Assad dari Suriah telah tiba di Moskow. Rusia telah memberi mereka (dia dan keluarganya) suaka atas dasar kemanusiaan,” tulis Interfax, dikutip dari Al-Arabiya.

    Kabar tersebut dikonfirmasi oleh Peskov.

    Peskov mengatakan Assad telah diberi suaka di Rusia, dan mengatakan keputusan itu dibuat oleh Presiden Vladimir Putin. 

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Konflik Suriah

  • 3 Skenario Masa Depan Suriah Usai Rezim Assad Tumbang

    3 Skenario Masa Depan Suriah Usai Rezim Assad Tumbang

    Damaskus

    Berakhirnya pemerintahan brutal keluarga Assad selama puluhan tahun di Suriah, menyusul operasi militer pimpinan Hayat Tahrir al-Sham (HTS), telah menimbulkan pertanyaan soal masa depan negara tersebut.

    Pemimpin HTS, Abu Mohammed al-Jolani, telah berjanji untuk menyatukan Suriah, tetapi masih belum pasti apakah ia dapat mencapai tujuan ini.

    Geir Pedersen, utusan khusus PBB untuk Suriah, menekankan perlunya kerja sama di antara semua kelompok di Suriah.

    “Secara umum, kami telah melihat pernyataan yang meyakinkan dari HTS dan kelompok bersenjata lainnya,” kata Pedersen, walau dirinya mengaku mencatat ada masalah “mengenai hukum dan ketertiban” di Suriah.

    Mengingat situasi yang berubah dengan cepat, sulit untuk memprediksi masa depan Suriah.

    Namun, para ahli yang diwawancarai oleh BBC menguraikan tiga skenario terkait masa depan Suriah.

    1. Suriah yang bersatu

    Abu Mohammed al-Jolani menjanjikan persatuan Suriah. Al-Jolani, berpidato di dalam Masjid Ummayad setelah merebut kekuasaan di Damaskus pada 8 Desember (Reuters)

    Dalam skenario terbaik, HTS akan bekerja sama dengan entitas-entitas politik sipil lainnya guna memerintah Suriah secara bertanggung jawab.

    Sejauh ini, Jolani telah menyerukan persatuan dan rasa saling menghormati di antara berbagai kelompok di Suriah.

    Namun, banyak kelompok di Suriah memiliki agenda berbeda.

    “Pada kenyataannya, saat ini Suriah berada dalam posisi yang tidak diketahui. HTS telah menempatkan diri mereka untuk membuka transisi damai di Suriah, tetapi situasinya sangat tidak stabil,” kata Christopher Phillips, seorang profesor hubungan internasional dan pakar Timur Tengah di Universitas Queen Mary, Inggris.

    Di bagian selatan Suriah, terdapat suku-suku yang tidak mengakui otoritas keluarga Assad dan kecil kemungkinan mereka tunduk pada pemerintahan baru di Damaskus.

    Di bagian timur, masih ada sisa-sisa kelompok ISIS yang terus menimbulkan ancaman dan memicu serangan udara AS.

    Di bagian timur laut Suriah, kelompok-kelompok pimpinan suku Kurdi yang didukung oleh Amerika Serikat menguasai sebagian wilayah tersebut.

    Faksi-faksi ini juga telah bertempur melawan kelompok pemberontak sokongan Turki di wilayah utara Suriah selama bertahun-tahun. Bahkan, pertempuran masih terjadi di wilayah-wilayah tersebut.

    Selain kelompok-kelompok di dalam negeri, ada pula sejumlah kelompok oposisi dan blok politik yang telah terbentuk di luar Suriah sejak 2011.

    Masih belum jelas apakah tokoh-tokoh dan kelompok-kelompok ini akan kembali ke Suriah dan menjadi bagian dari proses transisi politik.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Joseph Daher, seorang profesor di Universitas Lausanne di Swiss dan penulis buku berjudul Syria After the Uprisings, mengatakan prospek pemerintahan bersatu di Suriah masih belum pasti.

    “Dalam skenario terbaik, akan ada pemilihan umum yang bebas, pembagian kekuasaan dan desentralisasi, yang mengarah pada kekuasaan yang lebih bersatu. Namun, ini masih harus dilihat.”

    Baca juga:

    Daher, bersama dengan para ahli lainnya, menganggap skenario ini tidak mungkin. Dia justru menyoroti kontradiksi dalam pengumuman pertama Jolani untuk khalayak umum.

    “Jolani pertama-tama menyatakan bahwa perdana menteri rezim sebelumnya akan mengawasi transisi. Setelah itu, ia mencalonkan perdana menteri Pemerintahan Keselamatan Nasional (Mohammed al-Bashir)pemerintahan di Idlib yang tunduk di bawah otoritas HTS.”

    Namun, Daher yakin HTS akan kesulitan mengelola seluruh negara sendirian, meskipun punya “keinginan kuat untuk mengonsolidasikan kekuasaan”.

    “Saya tidak yakin ini akan terjadi, karena otoritas (HTS) sudah sangat direntangkan. Sangat sulit untuk mengelola [Suriah],” katanya.

    “Awalnya, mereka hanya mengelola Idlib. Sekarang mereka mengelola Aleppo, Hama, Homs, dan Damaskus. Jadi, akan ada kebutuhan untuk berbagi kekuasaan di area ini.”

    2. HTS berkuasa secara otoriter

    Para migran Suriah berdatangan kembali ke Suriah dari negara-negara tetangga seperti Turki, dengan harapan akan masa depan yang lebih baik (Reuters)

    Ada kekhawatiran bahwa HTS akan mengonsolidasikan kekuasaannya melalui cara-cara otoriter, dengan cara yang sama seperti rezim Assad.

    Jolani telah membangun basis kekuatan di Idlib yang pernah menjadi pusat kekuatan pemberontak terbesar di Suriah barat laut dan rumah bagi sekitar empat juta orang, banyak di antara mereka mengungsi dari provinsi-provinsi Suriah lainnya. Di sana, Pemerintah Keselamatan Nasional menjalankan fungsi-fungsi sipil sambil mempertahankan dewan agama yang mengikuti hukum syariat.

    Baca juga:

    Jolani telah berusaha menunjukkan bahwa HTS dapat memerintah secara efektif dengan memprioritaskan stabilitas dan layanan publik. Namun, ketika menguasai Idlib, HTS dinilai meminggirkan faksi-faksi lain dan menekan perbedaan pendapat.

    Menjelang serangan pimpinan HTS pada 27 November, protes meletus di Idlib. Sejumlah tokoh Islam dan aktivis Suriah menuduh HTS melakukan praktik-praktik otoriter.

    “Cara HTS mengonsolidasikan kekuasaannya utamanya adalah melalui tindakan represif, meskipun mereka juga mengonsolidasikan kekuasaan dengan mengikutsertakan semua kelompok bersenjata oposisi [di Idlib] dan menyediakan layanan. Namun, kekuasaannya ditandai pula dengan tindakan represif yang keras dan memenjarakan lawan politik,” kata Daher.

    BBC

    Menanggapi kritik-kritik ini, HTS telah melaksanakan reformasi, seperti membubarkan pasukan keamanan yang dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan membentuk departemen pengaduan untuk menangani pengaduan warga. Namun, para kritikus berpendapat reformasi ini hanyalah kedok untuk meredam perbedaan pendapat.

    HTS berkeras bahwa konsolidasi kekuasaan di Idlib diperlukan untuk kemajuan Suriah dan penggulingan rezim Assad.

    Namun, Daher berpendapat bahwa HTS menghadapi situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya saat ini.

    “Dengan memperluas kekuatannya hingga ke Damaskus, kelompok itu tidak memiliki sumber daya militer dan manusia untuk mengelola semua wilayah ini,” paparnya.

    3. Perang saudara

    Skenario terburuk adalah Suriah terjerumus ke dalam kekacauan, mirip seperti Arab Spring pada 2011 silam.

    Muammar Gaddafi dari Libya dan Saddam Hussein dari Irak disingkirkan dari tampuk kekuasaan tanpa pengganti yang siap. Ketika kekacauan terjadi, negara-negara lain melakukan intervensi yang malah berkontribusi pada rentetan bencana.

    Para kritikus mengatakan bahwa kevakuman yang ditinggalkan oleh para penguasa otoriter itu diisi oleh gelombang penjarahan, balas dendam, perebutan kekuasaan, dan perang saudara.

    Dalam skenario ini, persaingan antarkelompok bersenjata untuk mendapatkan kekuasaan di Suriah dapat menyebabkan kekerasan meluas. Ini tidak hanya akan mengganggu stabilitas Suriah, tetapi juga seluruh wilayah Timur Tengah.

    BBC

    Koresponden Khusus BBC Arabic, Feras Kilani, melaporkan dari lapangan bahwa pidato pertama Mohammed al-Bashir sebagai perdana menteri telah membuat banyak orang khawatir dan mengisyaratkan kemungkinan arah pemerintahan baru.

    “Perdana menteri baru itu berpidato dengan dua bendera di belakangnya ‘bendera revolusi’ dan bendera yang menyerupai bendera Taliban. Hal ini mengejutkan banyak orang karena menunjukkan bahwa pemerintahan baru mungkin akan mengikuti model Taliban, menciptakan negara Islam yang diatur oleh hukum syariat,” katanya.

    “Ini menimbulkan tantangan baru dan pertanyaan baru tentang masa depan kaum minoritas serta kelompok sipil di negara ini,” tambahnya.

    Keseimbangan antara kekuatan-kekuatan asing

    Ketiga skenario itu juga akan bergantung pada tindakan kekuatan-kekuatan asing.

    Selama beberapa dekade, Assad mengandalkan dukungan dari Iran dan Rusia. Sementara itu, Turki, negara-negara Barat, dan negara-negara Teluk mendukung berbagai kelompok oposisi.

    Selama beberapa hari terakhir, Israel telah menargetkan infrastruktur militer Suriah dan mengakui pasukannya beroperasi di luar zona penyangga demiliterisasi antara Suriah dan Dataran Tinggi Golan.

    Israel mengatakan telah melakukan ratusan serangan udara di Suriah sejak Assad meninggalkan negara itu. Aksi tersebut menghancurkan “sebagian besar persediaan senjata strategis Suriah.”

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga memperingatkan pasukan pemberontak Suriah agar tidak membiarkan Iran “membangun kembali” di Suriah.

    Rangkaian aksi Israel tersebut membuat Turki dan negara-negara Timur Tengah lainnya menuduh Israel mengeksploitasi kejatuhan Assad.

    Christopher Phillips, seorang profesor hubungan internasional dan pakar Timur Tengah di Universitas Queen Mary Inggris, memperingatkan bahwa tindakan Israel dapat “melemahkan pemerintah sementara atau membuat kelompok garis keras semakin berani” yang ujungnya membuat Suriah tidak stabil.

    Baik Phillips maupun Daher setuju bahwa sanksi internasional terhadap Suriah harus dicabut untuk mendukung pemulihan ekonomi. Adapun negara-negara lain harus memfasilitasi bantuan kemanusiaan ke Suriah.

    “Sekarang rezim Assad sudah lengser, sanksi harus dicabut. Saya pikir sangat penting bagi Uni Eropa dan AS untuk mempertahankan, dan bahkan mungkin meningkatkan, bantuan pemulihan ekonomi dan bantuan kemanusiaan,” kata Daher.

    Phillips menambahkan bahwa, sebagai imbalan atas keringanan sanksi, AS dan UE dapat mencari “konsesi, seperti konstitusi baru atau reformasi demokratis”.

    (nvc/nvc)

  • Rezim Jatuh, Makam Ayah Bashar Al-Assad Dibakar Habis

    Rezim Jatuh, Makam Ayah Bashar Al-Assad Dibakar Habis

    GELORA.CO – Milisi perlawanan Suriah telah menghancurkan makam mendiang presiden Hafez al-Assad, ayah dari presiden terguling Bashar, di kampung halaman keluarga tersebut.

    Video yang diverifikasi oleh BBC menunjukkan orang-orang bersenjata meneriakkan yel-yel saat mereka berjalan di sekitar mausoleum yang terbakar di Qardaha, di barat laut wilayah pesisir Latakia.

    Pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Islam Hayat Tahrir al-Sham (HTS) menyapu seluruh Suriah dalam serangan kilat yang menggulingkan kekuasaan 54 tahun dinasti Assad. Bashar al-Assad telah melarikan diri ke Rusia di mana dia dan keluarganya diberikan suaka.

    Patung-patung dan poster-poster mendiang presiden Hafez dan putranya Bashar telah dirobohkan di seluruh negeri untuk menyemangati warga Suriah yang merayakan berakhirnya kekuasaan mereka.

    Seperti dilaporkan BBC, pada 2011, Bashar al-Assad secara brutal menumpas pemberontakan pro-demokrasi yang damai, memicu perang saudara yang menghancurkan lebih dari setengah juta orang terbunuh dan 12 juta lainnya terpaksa meninggalkan rumah mereka.

    Sementara, Hafez al-Assad memerintah Suriah dengan kejam dari 1971 hingga kematiannya pada 2000, ketika kekuasaan diserahkan kepada putranya.

    Assad dilahirkan dan dibesarkan di keluarga Alawi, sebuah cabang dari Islam Syiah dan agama minoritas di Suriah, yang pusat populasi utamanya berada di provinsi Latakia dekat pantai Mediterania, tak jauh dari perbatasan dengan Turki.

    Banyak warga Alawi – yang jumlahnya sekitar 10% dari populasi negara tersebut – merupakan pendukung setia Assad selama mereka berkuasa dalam waktu lama.

    Beberapa dari mereka kini khawatir kalau-kalau mereka menjadi sasaran pemberontak yang menang.

    Pada Senin, delegasi pemberontak yang terdiri dari anggota HTS dan kelompok Muslim Sunni lainnya, Tentara Pembebasan Suriah, bertemu dengan para tetua Qardaha dan menerima dukungan mereka. Demikian menurut kantor berita Reuters.

    Delegasi pemberontak menandatangani sebuah dokumen, yang menurut laporan Reuters menekankan keragaman agama dan budaya di Suriah.

    HTS dan faksi pemberontak sekutunya menguasai ibu kota Suriah, Damaskus, pada hari Minggu setelah perang saudara selama bertahun-tahun.

    Pemimpin HTS Abu Mohammed al-Jolani, yang kini mulai menggunakan nama aslinya, Ahmed al-Sharaa, adalah mantan milisi yang memutuskan hubungan dengan Alqaidah pada 2016. Dia baru-baru ini berjanji memberikan toleransi terhadap kelompok dan komunitas agama yang berbeda.

    Utusan PBB untuk Suriah mengatakan para pemberontak harus mengubah ‘pesan baik’ mereka menjadi praktik di lapangan.

    Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS mengatakan Washington akan mengakui dan sepenuhnya mendukung pemerintahan Suriah di masa depan selama proses tersebut muncul melalui proses yang kredibel dan inklusif serta menghormati kelompok minoritas.

    HTS telah menunjuk pemerintahan transisi yang dipimpin oleh Mohammed al-Bashir, mantan kepala pemerintahan pemberontak di barat laut, hingga Maret 2025.

    Bashir memimpin pertemuan di Damaskus pada hari Selasa yang dihadiri oleh anggota pemerintahan barunya dan mantan kabinet Assad untuk membahas transfer portofolio dan institusi.

    Dia mengatakan sudah waktunya bagi masyarakat untuk “menikmati stabilitas dan ketenangan” setelah berakhirnya rezim Assad.

    Di Damaskus, koresponden BBC melihat tanda-tanda kehidupan mulai kembali normal, dengan orang-orang kembali bekerja dan toko-toko dibuka kembali.

    Joud Insani, yang bekerja di sebuah toko coklat di ibu kota Suriah, mengatakan kepada BBC bahwa dia bisa membukanya ‘tanpa rasa takut’, dan menambahkan bahwa dia melihat adanya perubahan yang disambut baik dalam jenis pelanggan yang berkunjung.

    “Kami membuka kembali tanpa rasa takut karena masyarakat yang kami layani sekarang tidak melakukan intimidasi sama sekali,” ujarnya.

    “Sebelumnya, setiap orang yang datang untuk membeli dari kami mewakili seorang jenderal atau menteri yang setia kepada rezim Assad. Sekarang, syukurlah, hal itu tidak lagi terjadi.”

    Di salah satu pasar makanan dan sayuran terkenal di Damaskus, seorang penjual mengatakan kepada BBC, “Sekarang kita punya oksigen di udara.” Sementara pria lain mencatat bahwa ada “perayaan yang berkelanjutan mulai sekarang”.

    Di lingkungan Joubar, reuni emosional telah terjadi di kubu oposisi lama, lebih dari 90% di antaranya telah hancur.

    Monawwar al Qahef dan suaminya Muhammad kembali untuk pertama kalinya dalam 12 tahun. Pasangan itu menangis saat melihat rumah dua lantai mereka, yang telah direduksi menjadi tumpukan batu beton di sekeliling satu dinding melengkung.

  • Enam rudal ATACMS Amerika Hancurkan Pangkalan Udara Rusia di Rostov, Kremlin Janjikan Pembalasan – Halaman all

    Enam rudal ATACMS Amerika Hancurkan Pangkalan Udara Rusia di Rostov, Kremlin Janjikan Pembalasan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Rusia telah mengkonfirmasi bahwa sebuah serangan rudal telah menghantam pangkalan udara militer mereka di Taganrog, wilayah Rostov, pada Rabu pagi (11/12/2024) waktu setempat.

    Enam rudal ATACMS yang disuplai oleh Amerika Serikat diluncurkan pasukan Ukraina dalam serangan yang sangat terarah ini.

    Meski otoritas Rusia menyatakan bahwa semua rudal tersebut berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara, puing-puing dari hulu ledak yang terintersepsi masih menyebabkan luka-luka di antara personel yang berada di lokasi.

    “Serangan ini menimbulkan kerusakan kecil pada dua bangunan di zona teknis pangkalan udara dan tiga kendaraan militer. Mobil sipil yang terparkir di dekat lokasi juga rusak akibat serpihan,” ungkap Kementerian Pertahanan Rusia.

    Laporan lokal menunjukkan bahwa serangan tersebut mengakibatkan korban, terutama di antara personel yang bertugas di barak yang diduga menjadi target utama.

    Ledakan yang terjadi sekitar pukul 04:00 waktu setempat, menurut Gubernur Rostov, Yuri Slyusar, mengguncang kawasan tersebut dan menyulut kekhawatiran baru tentang konflik yang berkepanjangan antara Moskow dan Kyiv.

    Setelah ledakan, walikota Taganrog, Svetlana Kambulova, memimpin upaya pemulihan dengan menetapkan zona evakuasi sepanjang satu kilometer di sekitar lokasi kejadian untuk melakukan pemeriksaan keamanan.

    Serangan ini menandai eskalasi ketegangan yang baru dalam konflik ini.

    Pejabat Rusia di Kremlin mengancam akan membalas dengan tindakan yang tepat atas provokasi yang dilakukan Ukraina.

    Keputusan ini akan menunjukkan komitmen Rusia untuk mempertahankan posisinya di tengah serangan yang semakin canggih.

    “Serangan ini tidak akan dibiarkan tanpa tanggapan. Kami akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan,” tegas Kementerian Pertahanan Rusia.

    Kerusakan Infrastruktur Sipil

    Walaupun tidak ada laporan mengenai korban jiwa di lokasi industri yang terkena dampak, serangan tersebut menyebabkan kerusakan yang signifikan pada infrastruktur.

    Sebuah fasilitas industri dilaporkan hancur, mengakibatkan 14 kendaraan rusak.

    Selain itu, ruang pemanas yang terletak di Jalan Tsiolkovsky membuat 27 bangunan perumahan kehilangan pemanasan selama beberapa jam.

    ATACMS: Senjata Mematikan dalam Konflik Modern

    Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) yang digunakan dalam serangan ini merupakan salah satu alat paling ampuh militer AS untuk serangan presisi jarak jauh.

    Dirancang untuk menyerang aset-aset bernilai tinggi di dalam wilayah musuh, kemampuan ATACMS untuk menyerang pada jarak yang jauh dengan akurasi tinggi menjadikannya ideal untuk menghantam target-target strategis.

    Dari pengenalan pertamanya pada awal 1990-an, ATACMS telah mengalami banyak perkembangan.

    Versi awalnya, MGM-140, memiliki jangkauan 165 mil dan dirancang untuk menargetkan sasaran dengan presisi.

    Namun, kebutuhan untuk menangani konsentrasi angkatan musuh yang lebih besar mendorong pengembangan lebih lanjut.

    Versi terbaru, ATACMS ER (Extended Range), memungkinkan serangan hingga 310 mil atau hampir 500 km.

    Dengan peningkatan kemampuan panduan yang lebih baik dan opsi muatan yang lebih fleksibel, ATACMS menjadi salah satu senjata yang paling adaptif dalam arsenal militer AS.

    Dari Perang Teluk hingga Perang Irak, ATACMS telah terbukti efektif dalam menghancurkan kekuatan musuh di awal konflik.

    Kemampuan untuk mengirimkan daya hancur yang mematikan dengan cepat sangat penting dalam pertempuran modern yang semakin kompleks.

    Ancaman rudal balistik

    Sementara itu, Rusia dapat kembali meluncurkan rudal balistik jarak menengahnya yang mematikan terhadap Ukraina dalam waktu dekat, kata Pentagon pada hari Rabu.

    Sabrina Singh, juru bicara Pentagon, mengatakan kepada wartawan dalam sebuah pengarahan bahwa serangan dapat dilakukan “dalam beberapa hari mendatang.”

    Ia menambahkan bahwa AS tidak menganggap rudal ini — yang disebut Oreshnik — sebagai pengubah permainan di medan perang, tetapi Rusia “berusaha menggunakan setiap senjata yang mereka miliki di gudang senjata mereka untuk mengintimidasi Ukraina.”

    Ia mengatakan AS mendasarkan peringatannya pada penilaian intelijen baru, tetapi ia tidak dapat memberikan rincian lainnya, termasuk di mana Rusia mungkin menyerang.

    Pejabat AS mengatakan sebelumnya pada hari Rabu bahwa AS melihat Rusia membuat persiapan untuk peluncuran rudal lainnya, yang digunakan untuk pertama kalinya bulan lalu.

    Para pejabat tersebut berbicara dengan syarat anonim untuk membahas informasi sensitif tersebut.

    Ancaman itu muncul saat Presiden terpilih Donald Trump telah berjanji untuk mengakhiri perang dan sekutu Barat menyarankan bahwa negosiasi untuk melakukannya dapat dimulai musim dingin ini.

    Singh mengatakan AS akan terus mendukung Ukraina, termasuk dengan sistem pertahanan udara tambahan yang dirancang untuk melindungi negara itu dari serangan udara.

    Beberapa hari yang lalu, AS menjanjikan bantuan keamanan baru senilai hampir $1 miliar untuk Ukraina, termasuk amunisi untuk pertahanan udara.

    Kementerian Pertahanan Rusia juga mengisyaratkan bahwa Moskow siap untuk membalas karena Ukraina menggunakan enam rudal ATACMS buatan AS untuk menyerang pangkalan udara militer di Taganrog di wilayah selatan Rostov pada hari Rabu, yang mengakibatkan cedera pada tentara.

     Dikatakan bahwa dua rudal ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara dan empat lainnya dibelokkan oleh aset peperangan elektronik.

    “Serangan dengan senjata jarak jauh Barat ini tidak akan dibiarkan begitu saja dan tindakan yang relevan akan diambil,” kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan.

    Ini bukan pertama kalinya pejabat AS memperingatkan tentang potensi tindakan atau langkah strategis Rusia, sebagian sebagai upaya diplomatik untuk mengirim pesan kepada Moskow dan mungkin memengaruhi keputusan.

    Menjelang invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, AS secara terbuka membahas intelijen bahwa Rusia sedang mempersiapkan pasukan untuk bergerak menuju Kyiv.

    Dan kemudian secara terbuka mengatakan bahwa Moskow menempatkan pasukannya di Ukraina timur untuk melakukan “operasi bendera palsu” yang akan menciptakan dalih bagi pasukannya untuk menyerang.

    Menurut pejabat AS, Rusia hanya memiliki beberapa rudal Oreshnik dan rudal tersebut membawa hulu ledak yang lebih kecil daripada rudal lain yang secara rutin diluncurkan Rusia ke Ukraina.

    Rusia pertama kali menembakkan rudal tersebut dalam serangan pada tanggal 21 November terhadap kota Dnipro di Ukraina.

    Rekaman video kamera pengawas dari serangan tersebut menunjukkan bola-bola api besar menembus kegelapan dan menghantam tanah dengan kecepatan yang mencengangkan.

    Itu adalah pertama kalinya senjata tersebut digunakan dalam pertempuran.

    Dalam beberapa jam setelah serangan terhadap fasilitas militer tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin mengambil langkah langka dengan berbicara di TV nasional untuk membanggakan rudal hipersonik baru tersebut.

    Ia memperingatkan Barat bahwa penggunaan berikutnya dapat ditujukan terhadap sekutu NATO Ukraina yang mengizinkan Kyiv menggunakan rudal jarak jauh mereka untuk menyerang wilayah Rusia.

    Serangan itu terjadi dua hari setelah Putin menandatangani versi revisi doktrin nuklir Rusia yang menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir.

    Doktrin tersebut memungkinkan respons nuklir potensial oleh Moskow bahkan terhadap serangan konvensional terhadap Rusia oleh negara mana pun yang didukung oleh kekuatan nuklir.

    Serangan itu juga terjadi segera setelah Presiden Joe Biden setuju untuk melonggarkan pembatasan penggunaan senjata jarak jauh buatan Amerika oleh Ukraina untuk menyerang lebih dalam ke wilayah Rusia, dan hanya satu hari setelah AS mengatakan akan memberikan ranjau antipersonel kepada Ukraina untuk membantu memperlambat kemajuan Rusia di medan perang.

    “Kami yakin bahwa kami memiliki hak untuk menggunakan senjata kami terhadap fasilitas militer negara-negara yang mengizinkan penggunaan senjata mereka terhadap fasilitas kami,” kata Putin saat itu.

  • Pemimpin HTS Sebut Suriah Belum Siap untuk Perang Lagi, Rakyatnya Sudah Lelah, Singgung Ketakutan – Halaman all

    Pemimpin HTS Sebut Suriah Belum Siap untuk Perang Lagi, Rakyatnya Sudah Lelah, Singgung Ketakutan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin Hayat Tahrir Al-Sham (HTS), Abu Mohammed Al-Golani, menyatakan Suriah tidak siap untuk terlibat dalam perang lagi.

    Abu Mohammed Al-Golani yang sekarang menggunakan nama aslinya, Ahmed Al-Sharaa, itu menyebut rakyat Suriah telah kelelahan akibat konflik selama bertahun-tahun.

    “Orang-orang sudah lelah dengan perang, dan itulah sebabnya negara ini belum siap memasuki perang baru,” lapor saluran TV Al Jazeera yang berbasis di Qatar mengutip pernyataan Ahmed Al-Shara, Rabu (11/12/2024).

    Dilansir TASS, ia menyatakan bahwa ada “ketakutan di Suriah yang disebabkan oleh kehadiran rezim (Bashar) Assad.”

    “Sekarang setelah jatuh, negara ini bergerak menuju pembangunan, rekonstruksi, dan stabilitas,” lanjutnya.

    Kronologi Jatuhnya Rezim Assad

    Dikutip dari Al Jazeera, pasukan oposisi merebut Damaskus pada Minggu (8/12/2024) pagi, mengakhiri 50 tahun kekuasaan keluarga al-Assad dalam serangan mendadak yang mencapai ibu kota hanya dalam 12 hari.

    Serangan dimulai pada 27 November, ketika pasukan oposisi yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), melancarkan serangan dari pangkalan mereka di provinsi Idlib di Suriah barat laut dan kemudian bergerak ke selatan untuk menggulingkan Bashar al-Assad.

    Pada Sabtu (7/12/2024), pasukan oposisi merebut sebagian besar wilayah Deraa di selatan Suriah – tempat lahirnya pemberontakan tahun 2011.

    Masyarakat juga mengambil tindakan sendiri dan bergabung dalam pertempuran, lalu berbaris ke utara bersama para pejuang, menurut analis politik dan aktivis Nour Adeh.

    Kelompok selatan bergerak ke utara sementara pejuang barat laut mendekati Homs, kota berikutnya di jalan raya menuju Damaskus.

    Rezim merasa tertekan saat menyaksikan pejuang oposisi mendekat dari semua sisi.

    Pasukannya mengalami keruntuhan organisasi, menurut Sanad, badan investigasi digital Al Jazeera, dengan gambar-gambar yang muncul menunjukkan para prajurit meninggalkan senjata dan seragam mereka sementara banyak yang melarikan diri dengan berjalan kaki dari posisi militer mereka.

    Runtuhnya moral ini memicu demonstrasi luas di daerah pedesaan sekitar Damaskus, di mana para pengunjuk rasa merobek poster al-Assad dan menyerang posisi militer.

    Karena putus asa ingin menghentikan oposisi, rezim mengebom Jembatan Rastan, namun pasukan oposisi tetap merebut Homs, pada Minggu dini hari.

    Dengan itu, mereka telah memisahkan al-Assad dari benteng pertahanannya di pesisir pantai, tempat dua pangkalan militer Rusia berada.

    Perebutan Homs merupakan “lonceng kematian bagi kemungkinan yang tersisa bagi tentara Suriah untuk mengkonsolidasikan kekuatannya dan mengambil tindakan,” kata profesor Universitas Oklahoma Joshua Landis kepada Al Jazeera.

    Dengan kelompok oposisi bersenjata mendekati Damaskus dari segala arah, kota itu terjerumus ke dalam kekacauan.

    Ruang operasi militer mengerahkan divisi “Bulan Sabit Merah”, yang dilatih khusus untuk serangan perkotaan, sementara banyak pasukan pemerintah diperintahkan untuk mundur ke Bandara Internasional Damaskus dan pusat keamanan di pusat kota Damaskus, tetapi tidak ada hasil.

    Para pejuang oposisi mengatakan mereka telah menguasai Pangkalan Udara Mezzeh di Damaskus, sebuah kemenangan strategis dan simbolis karena pangkalan tersebut digunakan oleh pemerintah untuk serangan roket dan serangan udara terhadap wilayah yang dikuasai oposisi sepanjang perang.

    Dalam waktu dua jam, rekaman baru muncul dari Lapangan Umayyah di jantung kota Damaskus, menunjukkan warga merayakan saat pasukan oposisi memasuki ibu kota tanpa perlawanan, dengan tembakan perayaan dan nyanyian yang menandakan jatuhnya al-Assad.

    Pada pukul 6 pagi tanggal 8 Desember, para pejuang menyatakan Damaskus telah dibebaskan, yang mengonfirmasi bahwa Bashar al-Assad telah meninggalkan negara tersebut.

    Orang-orang dengan cepat membongkar simbol-simbol pemerintahan keluarga al-Assad.

    Kemenangan para militan Suriah dalam menggulingkan rezim Bashar Assad di Suriah diwarnai dengan ucapan empati kepada warga Gaza yang masih tertindas. (Tangkapan layar X/ @officialxkathir)

    Perkembangan Terkini Konflik Suriah

    Perdana Menteri transisi baru Suriah, Mohammed al-Bashir, mengatakan salah satu tujuan pertamanya adalah “memulangkan jutaan pengungsi Suriah yang berada di luar negeri”.

    Militer Israel mengatakan telah melakukan 480 serangan terhadap Suriah dalam 48 jam terakhir, menghancurkan 15 kapal angkatan laut , baterai anti-pesawat dan lokasi produksi senjata di beberapa kota.

    Al-Bashir mengatakan warga Suriah membutuhkan “stabilitas dan ketenangan” dan bahwa dia bekerja sama dengan pejabat rezim Bashar al-Assad untuk mengatur ulang layanan dan lembaga publik.

    Pejuang oposisi Suriah mengatakan mereka telah mengambil alih kota timur laut Deir Az Zor dari pasukan pimpinan Kurdi.

    Ahmed al-Sharaa, juga dikenal sebagai Abu Mohammed al-Julani, pemimpin Hayat Tahrir al-Sham, telah berjanji untuk membangun kembali Suriah, dengan mengatakan bahwa warga Suriah “kelelahan” setelah 14 tahun perang.

    Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan bahwa AS dan Israel berada di balik jatuhnya Bashar al-Assad dan mengatakan “poros perlawanan” yang dipimpin Teheran akan “mencakup” seluruh kawasan.

    Badan kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan mitranya di Suriah telah mengidentifikasi 52 ladang ranjau di seluruh negara itu sejak awal Desember.

    Bank dan toko telah dibuka kembali saat pasukan oposisi mencoba memulai kembali kehidupan normal, tetapi terjadi kekurangan pangan di kota-kota besar, dan harga-harga melonjak.

    Seorang komandan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) telah mengumumkan gencatan senjata dengan Tentara Nasional Suriah yang didukung Turki setelah berhari-hari pertempuran di sekitar kota utara Manbij.

    Pasukan oposisi yang dipimpin HTS juga maju di Deir Az Zor di timur yang dikuasai Kurdi, setelah menguasai kota dan bandara militernya.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Suriah

  • Kremlin: Tindakan Israel Tidak Membantu Upaya Stabilitas Suriah – Halaman all

    Kremlin: Tindakan Israel Tidak Membantu Upaya Stabilitas Suriah – Halaman all

    Kremlin: Tindakan Israel Tidak Membantu Upaya Stabilitas Suriah

    TRIBUNNEWS.COM- Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan bahwa “tindakan Israel” di Suriah tidak mungkin menstabilkan situasi, menegaskan kembali dialog Rusia yang sedang berlangsung dengan semua negara Timur Tengah

    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan pada hari Rabu bahwa “tindakan Israel di Suriah” tidak mungkin membantu menstabilkan situasi yang sudah tidak stabil, dengan menjelaskan, “Tentu saja, serangan, tindakan di daerah Dataran Tinggi Golan, di daerah zona penyangga, katakanlah, tidak mungkin membantu menstabilkan situasi di Suriah yang sudah tidak stabil. Ini jelas dapat dikatakan.”

    Peskov juga menekankan bahwa Rusia tetap berkomitmen untuk memelihara dialog dengan semua negara di kawasan Timur Tengah, dengan mengatakan, “Rusia memelihara dialog dengan semua negara di kawasan ini, dan kami bermaksud untuk terus melakukannya.”

    Terkait laporan tentang dugaan eksekusi sepupu Presiden terguling Suriah Bashar al-Assad , Peskov berkomentar, “Kami tidak memiliki informasi apa pun. Tentu saja, kami sekarang memantau dengan saksama segala sesuatu yang terjadi di Suriah… Kami akan terus mengamati dengan sangat saksama, tentu saja, dan keluar dari kenyataan yang terjadi di lapangan.”

    Peskov lebih lanjut menyatakan bahwa Rusia telah memenuhi misinya dalam membantu Suriah, dan mengupayakan stabilitas di negara tersebut.

    Rusia pertanyakan klaim teritorial ‘Israel’ di Dataran Tinggi Golan.

    Rusia telah mengamati pernyataan yang saling bertentangan dari “Israel” mengenai status Dataran Tinggi Golan dan tidak jelas tentang bagian wilayah mana yang “Israel” anggap sebagai miliknya, menurut Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa , Vassily Nebenzia, yang berbicara awal minggu ini.

    “Kami mendengar pesan yang saling bertentangan yang datang dari Israel,” kata Nebenzia kepada wartawan.

    Ia mencatat bahwa duta besar Israel telah mengirim surat yang menjelaskan keputusan baru-baru ini sebagai tindakan sementara karena “kekosongan” di wilayah tersebut. Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemudian menyebut Dataran Tinggi Golan sebagai “bagian integral Israel” dalam sebuah konferensi pers.

    Nebenzia menambahkan, “Namun sekarang kita tidak tahu bagian mana dari Dataran Tinggi Golan yang dianggapnya sebagai bagian integral Israel, karena mereka melanggar zona penyangga.”

    Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menunjukkan kesepakatan umum tentang pentingnya menjaga integritas wilayah Suriah, melindungi warga sipil, dan memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan, menurut Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia.

    “Dan dewan, menurut saya, kurang lebih bersatu dalam hal kebutuhan untuk menjaga integritas wilayah dan persatuan Suriah, untuk memastikan perlindungan warga sipil, untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan sampai ke populasi yang membutuhkan,” kata Nebenzia kepada wartawan, menggambarkan konsultasi Dewan Keamanan PBB tentang Suriah sebagai hal yang positif.

    Di bagian lain sambutannya, pejabat tinggi Rusia itu mencatat bahwa peristiwa terkini di Suriah telah mengejutkan semua orang, termasuk anggota Dewan Keamanan PBB. Ia menekankan perlunya kesabaran, pengamatan, dan evaluasi yang cermat seiring perkembangan situasi.

    Nebenzia juga menyebutkan bahwa Dewan Keamanan PBB membahas penyusunan dokumen yang membahas perkembangan di Suriah, dengan potensi penerbitannya diharapkan dalam beberapa hari mendatang.

    “Kami sedang membicarakan perlunya menyusun dokumen oleh Dewan, bukan hari ini. Maksud saya, tidak ada yang siap untuk itu hari ini, tetapi saya kira dalam beberapa hari mendatang, mudah-mudahan lebih cepat daripada lambat, kita akan melihatnya,” ungkapnya.

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • Ukraina Serang Lapangan Militer Rusia Pakai Rudal Jarak Jauh Buatan AS

    Ukraina Serang Lapangan Militer Rusia Pakai Rudal Jarak Jauh Buatan AS

    Moskow

    Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan Ukraina menyerang sebuah lapangan udara militer di Rusia selatan dengan rudal jarak jauh yang dipasok Amerika Serikat (AS). Militer Rusia berjanji akan membalas serangan tersebut.

    Dilansir AFP dan Reuters, Rabu (11/12/2024), serangan ini terjadi pada Rabu dini hari waktu Rusia. Rusia mengatakan dua rudal berhasil ditembak jatuh oleh pertahanan rudal Pantsir.

    “Enam rudal balistik ATACMS buatan Amerika digunakan. Dua rudal ditembak jatuh oleh kru tempur sistem pertahanan udara Pantsir, sementara yang lainnya dibelokkan oleh peralatan perang elektronik,” kata kementerian pertahanan Rusia.

    Rusia bersumpah akan membalas serangan Ukraina itu. Rusia mengatakan serangan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja.

    “Serangan oleh senjata jarak jauh Barat ini tidak akan dibiarkan begitu saja dan tindakan yang tepat akan diambil,” katanya.

    Seorang pejabat AS mengatakan bahwa Rusia dapat meluncurkan rudal balistik hipersonik lainnya ke Ukraina dalam beberapa hari mendatang, tetapi Washington tidak menganggap senjata Oreshnik sebagai pengubah permainan dalam perang tersebut.

    Setelah mendapat persetujuan dari pemerintahan Presiden Joe Biden, Ukraina menyerang Rusia dengan enam ATACMS buatan AS pada tanggal 19 November dan dengan rudal Storm Shadow buatan Inggris dan HIMARS buatan AS pada tanggal 21 November.

    Rusia kemudian menembakkan rudal balistik hipersonik jarak menengah baru yang dikenal sebagai ‘Oreshnik’, atau Pohon Hazel, ke Ukraina pada tanggal 21 November. Putin mengatakan itu sebagai tanggapan langsung terhadap serangan terhadap Rusia oleh pasukan Ukraina dengan rudal AS dan Inggris.

    (lir/eva)

  • Zelenskyy Kehilangan Legitimasi, Rusia Hampir Mencapai Tujuan di Perang Ukraina

    Zelenskyy Kehilangan Legitimasi, Rusia Hampir Mencapai Tujuan di Perang Ukraina

    GELORA.CO – Kepala intelijen luar negeri Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia hampir mencapai tujuannya di Ukraina dengan Moskow memegang apa yang disebutnya inisiatif strategis di semua area dalam perang tersebut. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy juga dianggap telah kehilangan legitimasinya.

    Invasi Rusia ke Ukraina sejak 2022 telah menewaskan puluhan ribu orang, membuat jutaan orang mengungsi, dan memicu krisis terbesar dalam hubungan antara Moskow dan Barat sejak Krisis Rudal Kuba pada 1962. “Situasi di garis depan tidak menguntungkan Kyiv,” kata Sergei Naryshkin, Kepala Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR), kepada Razvedchik, publikasi resmi badan intelijen asing.

    “Inisiatif strategis di semua bidang adalah milik kita, kita hampir mencapai tujuan kita, sementara angkatan bersenjata Ukraina berada di ambang kehancuran,” kata Naryshkin. Ia menambahkan bahwa bagi Rusia, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah kehilangan legitimasi dan kemampuan untuk bernegosiasi.

    Naryshkin, yang mengepalai organisasi penerus utama Direktorat Kepala Pertama KGB era Soviet, adalah salah satu dari sedikit pejabat senior Rusia yang memiliki kontak relatif rutin dengan pejabat senior AS dan Barat.

    Pandangannya memberikan wawasan tentang pemikiran di tingkat atas Kremlin – yang memandang dukungan Barat terhadap Ukraina sebagai bukti bahwa Amerika Serikat sedang melancarkan perang proksi melawan Rusia dengan tujuan menggulingkan penguasa Moskow.

    Presiden terpilih AS Donald Trump pada Minggu (8/12/2024) menyerukan gencatan senjata dan negosiasi segera antara Ukraina dan Rusia untuk mengakhiri ‘kegilaan’ perang.

    Zelenskyy pada Senin (9/12/2024) menyampaikan gagasan untuk penyelesaian diplomatik bagi perang dan mengemukakan gagasan pengerahan pasukan asing di Ukraina hingga negara itu dapat bergabung dengan aliansi militer NATO.

    Trump, yang telah berjanji untuk segera mengakhiri konflik, kembali ke Gedung Putih di saat Rusia sedang berkuasa. Moskow menguasai sebagian wilayah Ukraina yang luasnya hampir sama dengan negara bagian Virginia di Amerika dan maju dengan kecepatan tercepat sejak awal invasi tahun 2022.

    Peta sumber terbuka menunjukkan pasukan Rusia maju di sepanjang garis depan, dengan pertempuran sengit di kota Kurakhove dan Toretsk di timur Ukraina. 

    Reuters melaporkan bulan lalu bahwa Putin terbuka untuk membahas kesepakatan gencatan senjata Ukraina dengan Trump tetapi mengesampingkan membuat konsesi teritorial besar dan menegaskan Kyiv meninggalkan ambisi untuk bergabung dengan NATO.

    Putin mengatakan Rusia harus dibiarkan sepenuhnya mengendalikan empat wilayah Ukraina yang saat ini sebagian dikuasai pasukannya agar kesepakatan damai dapat tercapai.

    Barat dan Ukraina mengatakan perang itu adalah perampasan tanah brutal ala kekaisaran oleh Moskow – dan telah memperingatkan bahwa jika Putin menang, maka musuh-musuh Barat di seluruh dunia akan semakin berani.

    Konflik di Ukraina timur dimulai pada 2014 setelah presiden pro-Rusia digulingkan dalam Revolusi Maidan Ukraina dan Rusia mencaplok Krimea, dengan pasukan separatis yang didukung Rusia memerangi angkatan bersenjata Ukraina.