Negara: Rusia

  • Jabatan Tinggal Dua Pekan, Joe Biden Ngebut Beri Bantuan Rp 97 Triliun ke Ukraina Sebelum Lengser – Halaman all

    Jabatan Tinggal Dua Pekan, Joe Biden Ngebut Beri Bantuan Rp 97 Triliun ke Ukraina Sebelum Lengser – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM — Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, ngebut memberikan bantuan militernya untuk Ukraina menjelang lengsernya tanggal 20 Januari 2025.

    Bantuan yang akan diberikan adalah senjata dan anggaran tambahan senilai 6 miliar dolar AS atau setara Rp 97,2 triliun.

    Ini bakan menjadi bantuan terakhir yang digelontorkan Biden sebelum ia digantikan oleh Donald Trump. 

    Reuters mengabarkan dana sebesar itu terdiri dari 2,5 miliar dolar AS atau Rp 40,5 triliun untuk bantuan keamanan tambahan serta 3,4 miliar dolarAS atau setara Rp 55 triliun untuk anggaran tambahan bagi pemerintah Ukraina.

    “Atas arahan saya, Amerika Serikat akan terus bekerja tanpa henti untuk memperkuat posisi Ukraina dalam perang ini selama sisa masa jabatan saya,” kata Biden dalam sebuah pernyataan. 

    Pengumuman Biden mencakup 1,25 miliar dolar AS dalam bantuan militer yang diambil dari persediaan AS dan paket Inisiatif Bantuan Keamanan Ukraina (USAI) senilai 1,22 miliar dolar AS, paket USAI terakhir selama masa jabatan Biden. 

    Di bawah USAI, peralatan militer diperoleh dari industri pertahanan atau mitra, bukan diambil dari persediaan Amerika, yang berarti butuh waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk tiba di medan perang. 

    Biden mengatakan Departemen Pertahanan sedang dalam proses pengiriman ratusan ribu peluru artileri, ribuan roket, dan ratusan kendaraan lapis baja “yang akan memperkuat posisi Ukraina saat memasuki musim dingin.

    Menteri Keuangan AS,Janet Yellen mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa bantuan anggaran langsung, yang diberikan dalam koordinasi dengan Badan Pembangunan Internasional AS dan Departemen Luar Negeri, menandai pencairan terakhir berdasarkan Undang-Undang Alokasi Tambahan Keamanan Ukraina 2024.

    Kongres AS telah menyetujui total bantuan sebesar 175 miliar dolar AS atau Rp 2.835 triliun untuk Ukraina sejak invasi Rusia ke Ukraina hampir tiga tahun lalu, menurut Komite Anggaran Federal yang Bertanggung Jawab yang nonpartisan. 

    Biden mengatakan bantuan baru itu akan memberi Ukraina “masuknya kemampuan segera yang terus digunakannya untuk memberikan dampak besar di medan perang dan pasokan pertahanan udara, artileri, dan sistem persenjataan penting lainnya dalam jangka panjang.” 

    Hampir tiga tahun dalam perang, Washington telah berkomitmen memberikan bantuan miliaran dolar untuk Ukraina, tetapi tidak pasti apakah bantuan tersebut akan terus berlanjut dengan kecepatan itu di bawah Trump, yang akan menggantikan Biden pada 20 Januari.

    Washington berjanji untuk memasok Ukraina dengan senjata sebanyak mungkin sebelum seorang Republikan memasuki Ruang Oval (berkuasanya Donald Trump).

    “Presiden Biden telah menugaskan saya untuk mengawasi pengiriman besar-besaran peralatan militer yang kami kirim ke Ukraina untuk memastikan bahwa kami menghabiskan setiap dolar yang diberikan Kongres kepada kami pada saat Presiden Biden meninggalkan jabatannya,” kata Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan.

    Bantuan jor-joran tersebut diperkirakan tidak akan dilakukan lagi pada era Donald Trump.

    Trump mengatakan bahwa ia ingin mengakhiri perang dengan cepat.

    Selama kampanye presiden, Trump mempertanyakan tingkat keterlibatan AS dalam konflik tersebut, dengan menyarankan sekutu Eropa harus menanggung lebih banyak beban keuangan.

    Beberapa rekan Republiknya – yang akan mengendalikan DPR dan Senat mulai bulan depan – juga telah mendinginkan niat untuk mengirim lebih banyak bantuan ke Kyiv.

  • Zelensky Akui Situasi Makin Sulit di Donetsk, Prajurit: Pokrovsk Terancam Runtuh – Halaman all

    Zelensky Akui Situasi Makin Sulit di Donetsk, Prajurit: Pokrovsk Terancam Runtuh – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM — Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengakui sitasi di wilayah Donetsk, Ukraina timur, khususnya di kota barat daya yaitu Pokrovsk dan Kurakhovo semakin sulit.

    Rusia melakukan penyerangan tanpa jeda di wilayah Donetsk bahkan pada Natal 25 Desember 2024, akhir tahun dan tahun baru 2025.

    “Sebagian besar serangan terjadi selama sehari terakhir di poros Pokrovsk, poros Kurakhove, pertempuran sengit di arah Lyman dan Vremivka,” kata Zelensky dikutip dari Ukrinform.

    Presiden Ukraina mengakui bahwa situasi paling sulit adalah di wilayah Porkovsk dan Kurakhovo di mana Rusia terus melakukan serangan.

    Sementara media lainnya, Strana mengungkapkan, bahwa posisi pasukan Rusia telah sangat dekat dengan desa Kotlino, masih ada sekitar setengah kilometer lagi ke sana. 

    Jika wilayah ini ditaklukkan, mereka bisa mendapatkan jembatan untuk serangan di sebelah barat Pokrovsk, serta lebih jauh ke selatan, ke Udachnoye dan menuju wilayah Dnepropetrovsk.

    Di sebelah selatan Pokrovsk, pasukan Rusia mendekati stasiun kereta api Chunishino. Dan di sebelah barat daya, pertempuran untuk Zverovoe dimulai.

    Di sebelah timur Pokrovsk dan Mirnograd, pasukan Rusia “dengan cepat” bergerak dari Vozdvizhenka yang direbut ke jalan raya menuju Konstantinovka, lapor seorang pejuang Ukraina dengan tanda panggilan “Muchnoy”. 

    “Kami sangat membutuhkan brigade tempur di sini, lebih baik lebih dari satu, karena jika kami tidak melakukan ini, daerah ini bisa runtuh,” tulis prajurit itu.

    Rusia menghancurkan sejumlah posisi Angkatan Bersenjata Ukraina di Chasovy Yar dan Toretsk, lapor Komando Pasukan Gabungan Khortitsa.

    “Di arah Kramatorsk dan Toretsk, musuh menyerbu benteng kami di Chasovoy Yar dan Toretsk dan melakukan tindakan ofensif ke arah Stupochki dan Leonidovka. Akibat tembakan musuh, beberapa posisi hancur, tindakan sedang diambil untuk mencegah situasi taktis memburuk,” kata pernyataan itu. (Tribunnews.com/Strana/Ukrinform)

  • Brigade ‘Anna Kyiv’, Pasukan Mobilisasi Didikan Prancis yang Ditinggal Kabur Ribuan Prajuritnya – Halaman all

    Brigade ‘Anna Kyiv’, Pasukan Mobilisasi Didikan Prancis yang Ditinggal Kabur Ribuan Prajuritnya – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM — Sebuah kasus memalukan terjadi di angkatan bersenjata Ukraina, ribuan prajuritnya yang ditugaskan di wilayah Donetsk, timur Ukraina kabur.

    Dikutip dari Strana, belakangan informasi yang didapatkan, sebanyak 1.700 pasukan dari mobilisasi dan dididik di Prancis kabur saat ditugaskan di kota incaran Rusia, Kurakhovo dan Pokrovsk.

    Mereka tergabung dalam Brigade Infanteri ke-155 dengan julukan “Anna Kyiv”. Nama tersebut diambil dari nama putri yang menikahi Raja Prancis Henri I di katedral Reims dan menjadi Ratu Prancis dari tahun 1051-1060.

    Putri tersebut adalah wanita cantik yang berasal dari wilayah Uni Soviet tempo dulu.

    Dikutip dari Wikipedia, Brigade Infanteri ke-155 dibentuk pada tahun 2024 sebagai bagian dari inisiatif untuk memperluas Angkatan Darat Ukraina dengan pembentukan sembilan brigade tambahan. 

    Upaya ini, yang diumumkan oleh Komandan Oleksandr Pavliuk, merupakan respons langsung terhadap perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung.

    Pembentukan brigade dimulai pada bulan Maret 2024.

    Brigade ini dibentuk berdasarkan ketentuan undang-undang mobilisasi Ukraina, yang menurunkan usia wajib militer dari 27 menjadi 25 tahun dan memperkenalkan hukuman bagi penghindaran wajib militer.Undang-undang tersebut juga mengizinkan narapidana untuk bergabung dengan angkatan bersenjata.

    Pada tanggal 8 Mei 2024, k

    eberadaan Brigade Infanteri ke-155 secara resmi diakui, menjadikannya sebagai brigade pertama yang baru diumumkan dan mulai terbentuk. 

    Dewan Kota Rivne mendukung brigade tersebut dengan menyumbangkan peralatan untuk memenuhi kebutuhan para prajurit selama tahap awal pembentukannya.

    Pada bulan November 2024, gelombang pertama yang terdiri dari 2.000 prajurit telah menjalani pelatihan di Prancis timur, dengan rencana agar brigade tersebut pada akhirnya tumbuh hingga mencapai kekuatan 4.500 prajurit.

    Pelatihan dan perlengkapan brigade tersebut dilakukan di bawah program yang didanai Uni Eropa yang telah melatih 60.000 prajurit Ukraina. Prancis memainkan peran penting, menyediakan pelatihan, peralatan, dan persenjataan yang ekstensif.

    Ini termasuk 18 howitzer gerak sendiri CAESAR, 18 kendaraan tempur lapis baja AMX-10RC, dan 128 pengangkut personel lapis baja VAB.

    Pada tanggal 27 Juni, brigade tersebut tampil pertama kali di media sosial, dan memperkenalkan lambangnya pada hari berikutnya.

    Pada bulan Oktober, brigade tersebut dikunjungi dan diperiksa oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron.

    Brigade tersebut kembali ke Ukraina pada bulan November, bersama dengan batalion tank Leopard 2A4 yang dilatih di Polandia.

    Namun jurnalis Ukraina Yuri Butusov, menyebut bahwa brigade “Anna Kyiv” tersebut sebagai sebuah skandal dalam peperangan.

    Bahkan masalah organisasi yang serius dialami sejak didirikan. 

    Komando Operasional Barat, yang bertanggung jawab atas pembentukan brigade tersebut, kekurangan sumber daya, tenaga kerja, dan staf komando yang dibutuhkan untuk membentuk unit baru. 

    Pengerahan personel brigade baru dimulai pada bulan Juni, tetapi pada bulan Juli dan Agustus lebih dari 2.550 tentara dibawa pergi untuk mengisi unit lain, yang secara efektif meniadakan kerja selama empat bulan.

    Pada saat brigade tersebut dikirim ke Prancis untuk pelatihan pada bulan Oktober, 935 tentara telah kabur dan 50 lainnya telah membelot di Prancis. 

    Hal tersebut menimbulkan pertanyaan di antara para pemimpin Prancis, yang mendorong Stavka Ukraina untuk meluncurkan penyelidikan oleh SBI Ukraina untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab atas pembelotan tersebut. 

    Akibatnya, komandan brigade, Kolonel Dmytro Ryumshin, dicopot dari jabatannya beberapa hari setelah kembali dari Prancis pada tanggal 30 November. Saat komando brigade berada di Prancis, 700 orang yang baru direkrut yang ditempatkan di Ukraina menghilang tanpa pernah bertemu komandan mereka. 

    Setelah komandan dicopot, panglima tertinggi Ukraina Syrskyi mengirim komisi yang terdiri dari komandan OC Barat Volodymyr Shvediuk [uk] dan kepala staf Oleksandr Seletsky [uk] untuk meningkatkan efektivitas tempur brigade. Pada tanggal 30 Desember Seletsky meninggal karena serangan jantung.

    Pada bulan Desember 2024, brigade tersebut dilaporkan dikerahkan di selatan Pokrovsk. 

    Namun, brigade tersebut menderita kerugian besar selama beberapa hari pertama pertempuran dan orang-orang serta peralatan yang selamat telah dipindahkan ke unit lain.

    Selain itu, 198 orang menghilang selama minggu pertama bulan Desember.

    Butusov pertama kali menarik perhatian pada masalah ini dalam sebuah laporan di saluran YouTube-nya pada tanggal 14 Desember, di mana ia menyatakan bahwa lebih dari seribu prajurit brigade tersebut kabur setelah dimobilisasi secara paksa dari jalan, yang menyebabkan penggantian komandan brigade dengan Kolonel Taras Maksymov, yang terjadi pada tanggal 12 Desember.

    Akibat kaburnya para prajurit ‘Anna Kyiv’, Pokrovsk dan Kurakhovo diserang habis-habisan oleh Rusia. Mereka tak mampu membendung datangnya pasukan Moskow yang mengincar pusat logistik militer Donetsk tersebut.

    Akibatnya, militer Ukraina pun mengganti Komandan Gugus Tugas Gabungan Donetsk, Brigadir Jenderal Oleksandr Lutsenko dengan Brigadir Jenderal Oleksandr Tarnavskyi. 

    Sumber Financial Times mengatakan penggantian tersebut dilakukan akibat militer Ukraina gagal membendung serangan besar-besaran prajurit Moskow ke Pokrovsk dan Kurakhovo.

  • Armada Laut Hitam Rusia Dijebol Drone Laut Ukraina, Moskow Disarankan Hancurkan Kawasan Pesisir – Halaman all

    Armada Laut Hitam Rusia Dijebol Drone Laut Ukraina, Moskow Disarankan Hancurkan Kawasan Pesisir – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Pada tanggal 31 Desember 2024, pasukan Ukraina berhasil menembak jatuh helikopter Mi-8 Rusia menggunakan drone angkatan laut Magura V5 yang dilengkapi dengan rudal R73 SeeDragon.

    Insiden ini terjadi di dekat Tanjung Tarkhankut, Krimea, yang saat ini diduduki oleh Rusia.

    Operasi ini dilakukan oleh Grup 13, unit elite dari Direktorat Intelijen Utama Ukraina.

    Ini menandai kejadian pertama yang tercatat di mana kapal permukaan tak berawak (USV) menyerang dan menghancurkan target udara.

    Drone Magura V5 berhasil meluncurkan rudal yang mengenai helikopter saat sedang terbang, sementara helikopter lain mengalami kerusakan namun berhasil kembali ke pangkalan di Armada Laut Hitam Rusia.

    Inovasi dalam Peperangan Modern

    Penggunaan inovatif pesawat nirawak angkatan laut oleh Ukraina menunjukkan kemampuan adaptasi mereka dalam peperangan modern.

    Magura V5, yang merupakan kendaraan permukaan nirawak multiguna, dirancang untuk berbagai operasi angkatan laut, termasuk pengawasan, pengintaian, dan misi tempur.

    Spesifikasi Magura V5

    Magura V5 memiliki panjang 5,5 meter dan lebar 1,5 meter, serta berada 500 mm di atas permukaan air.

    Drone ini memiliki jangkauan hingga 800 kilometer dan kecepatan sekitar 75-80 km/jam, memungkinkan penyebaran cepat dan manuver taktis.

    Dengan kemampuan membawa muatan hingga 320 kg, Magura V5 dapat dilengkapi dengan bahan peledak untuk misi kamikaze atau peralatan khusus.

    Dilengkapi dengan sistem autopilot dan subsistem video dengan kemampuan penglihatan malam, drone ini memberikan intelijen waktu nyata kepada operator.

    Karena kecepatan dan kemampuan manuvernya, Magura V5 sulit untuk ditargetkan oleh platform udara yang dilengkapi senjata.

    Walaupun senjata berpemandu lebih efektif, penggunaan drone ini menghadirkan tantangan tersendiri.

    Analis militer yang merupakan pensiunan pilot AU India, Vijainder K Thakur, mengatakan, Magura V5 memiliki target kontras termal yang rendah, sehingga mengurangi efektivitas sistem pelacak inframerah (IR) dan gangguan gelombang laut yang menurunkan efisiensi pelacak radar.

    “Dengan insiden ini, Ukraina menunjukkan bahwa mereka mampu menggunakan teknologi modern untuk menghadapi ancaman dari Rusia di wilayah Laut Hitam, sekaligus mempermalukan Armada Laut Hitam Rusia yang selama ini dianggap perkasa,” katanya.

    Rusia sendiri telah mengerahkan helikopter serang seperti Ka-27/29 dan Mi-8, bersama dengan pesawat tempur seperti Su-27/30/35 dan MiG-29, untuk melawan Magura V5.

    Namun, pesawat tempur harus terbang rendah dan lambat untuk menyerang USV, sehingga meningkatkan paparan mereka terhadap senjata pertahanan udara (Air Defense).

    Karena sistem persenjataan mereka dioptimalkan untuk serangan jarak jauh terhadap target statis, mereka sering menggunakan tembakan untuk menyerang USV.

    Rudal udara-ke-permukaan yang diluncurkan dari helikopter dan dipandu secara manual melalui pencari optik telah terbukti paling efektif dalam melawan USV.

    Balasan Ukraina

    Ukraina secara bertahap telah meningkatkan Magura V5 untuk menggagalkan tindakan balasan Rusia.

    Dengan melengkapi drone dengan rudal udara-ke-udara R-73, Ukraina telah memungkinkannya untuk menghadapi ancaman udara, seperti yang ditunjukkan dalam insiden baru-baru ini.

    Berbagai upaya sedang dilakukan untuk mengurangi radar dan tanda elektromagnetik drone, mungkin dengan menggabungkan kemampuan menyelam atau menyelam singkat untuk meningkatkan kemampuan siluman terhadap sistem deteksi Rusia.

    Magura V5 dioperasikan dari jarak jauh menggunakan jaringan satelit Starlink.

    Sementara pasukan Rusia menggunakan sistem peperangan elektronik (EW) yang canggih untuk mengganggu komunikasi, navigasi, dan penargetan pesawat nirawak, mereka kesulitan untuk mengganggu Starlink secara efektif.

    Keunggulan Ukraina

    Keberhasilan pasukan Ukraina dalam menjatuhkan helikopter Rusia yang menyerang USV telah mengubah keseimbangan kekuatan angkatan laut di Laut Hitam secara signifikan demi kepentingan Ukraina.

    Pasukan Rusia kini terpaksa mengerahkan aset pesawat tempur yang mahal untuk melawan operasi USV Ukraina.

    Hal ini mengurangi jumlah pesawat tempur Rusia yang tersedia untuk misi superioritas udara.

    Menurut Thakur, operasi pesawat tempur juga menghadapi keterbatasan dalam cuaca buruk dan kondisi malam hari, sehingga kurang efektif.

    “Armada permukaan Angkatan Laut Rusia tetap rentan terhadap serangan USV, yang hanya mampu melindungi dirinya sendiri di dalam teluk dan pangkalan.”

    Akibatnya, armada Rusia tidak dapat memastikan jalur yang aman bagi pengiriman komersialnya di Laut Hitam.

    Opsi Rusia

    Thakur menilai, pesawat nirawak kamikaze jarak jauh, seperti Geran-2, yang menggunakan AI untuk pengenalan target secara otonom, tidak efektif terhadap USV karena kecepatan dan kemampuan manuvernya yang tinggi.

    “Salah satu pilihan potensial bagi pasukan Rusia adalah mengintensifkan serangan terhadap pangkalan pesisir Ukraina yang digunakan untuk meluncurkan USV.”

    Namun, sambungnya, pendekatan ini memiliki hasil yang terbatas karena mengidentifikasi semua titik peluncuran merupakan tantangan.

    Lebih jauh lagi, USV dapat diluncurkan dari kapal, termasuk kapal dagang.

    Sementara Rusia secara teoritis dapat menargetkan kapal-kapal ini dengan kapal selam atau rudal antikapal jarak jauh, mengidentifikasi mereka akan membutuhkan kecerdasan manusia tingkat lanjut (HUMINT) dan kemampuan intelijen, pengawasan, dan pengintaian (ISR)—area yang tampaknya kurang dimiliki Rusia.

    Solusi teknis yang inovatif mencakup pengembangan dan penyebaran ranjau yang dipicu oleh kapal yang melampaui ambang batas kecepatan tertentu.

    Namun, ranjau tersebut akan membutuhkan waktu dan sumber daya yang signifikan untuk dikembangkan dan disebarkan.

    USV Ukraina kemungkinan menggunakan sensor optik darurat untuk memperoleh target udara seperti helikopter dan meluncurkan rudal jarak pendek yang mengarah menggunakan pencari IR/optik.

    Drone ini terlalu kecil untuk menggunakan sistem radar. Pasukan Rusia dapat memanfaatkan kelemahan ini dengan menggunakan drone bersenjata untuk menyerang USV dari jarak yang aman.

    Drone Orion MALE Rusia memiliki sensor dan senjata berpemandu yang secara teoritis mampu menyerang USV Ukraina.

    Namun, ketidakhadiran mereka dalam jumlah yang signifikan menunjukkan bahwa sistem persenjataan mereka tidak dioptimalkan untuk target maritim atau Rusia tidak memiliki jumlah yang cukup untuk berpatroli di Laut Hitam secara efektif.

  • Rusia Kembangkan Konsol Game Domestik, Strategi Capai Kemandirian Teknologi – Page 3

    Rusia Kembangkan Konsol Game Domestik, Strategi Capai Kemandirian Teknologi – Page 3

    Di sisi lain, Pengadilan Rusia menjatuhkan sanksi denda sebesar 3 juta Rubel atau USD 28.929 (setara Rp 467 juta) kepada TikTok.

    Mengutip Reuters, Senin (30/12/2024), sanksi denda ini dijatuhkan karena TikTok dinilai bersalah, atas kegagalannya mematuhi peraturan hukum di Rusia.

    Menurut putusan pengadilan kota Moscow, aturan yang dilanggar adalah tentang pendistribusian informasi tertentu milik anak-anak. Tidak diungkapkan lebih detail mengenai pelanggaran seperti apa yang dilakukan oleh TikTok.

    Sementara itu sumber lainnya dari The Daily Star mengungkap, langkah hukum berupa penerapan denda TikTok dari Rusia ini menambah deretan panjang tantangan legal yang dihadapi oleh TikTok di berbagai negara.

    Platform media sosial yang dimiliki oleh perusahaan teknologi Tiongkok ByteDance ini sedang menghadapi masalah di berbagai negara.

    Misalnya di Amerika Serikat, TikTok mendapat ancaman pelarangan operasional, akibat adanya ketakutan tentang pelanggaran privasi dan keamanan data pengguna di negara tersebut.

    Sebelumnya, pada Desember ini, TikTok juga menghadapi pelarangan selama setahun di Albania.

    Belum lagi, pemerintah Kanada pada November lalu juga ingin menghentikan aplikasi TikTok di negara itu, alasannya karena ada risiko keamanan nasional.

  • Harga Emas Tergelincir dari Posisi Tertinggi Imbas Penguatan Dolar AS – Page 3

    Harga Emas Tergelincir dari Posisi Tertinggi Imbas Penguatan Dolar AS – Page 3

    Sebelumnya, harga emas mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua minggu pada Kamis, 2 Januari 2025. Kenaikan harga emas didorong pembelian aset safe haven. Selain itu, pasar juga mengambil posisi menjelang keputusan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).

    Tak hanya itu, tarif perdagangan Presiden Terpilih AS Donald Trump yang akan segera berlaku juga bayangi harga emas. Seiring sentimen itu, harga emas di pasar spot naik 1,2 persen menjadi USD 2.654,94 per ounce, mencapai titik tertinggi sejak 16 Desember 2024. Harga emas berjangka AS menguat 1 persen menjadi USD 2.668,1. Demikian mengutip CNBC, Jumat (3/1/2025).

    “Saya tidak melihat ada yang menggerakkan pasar dalam berita, tetapi kekuatan geopolitik (ketegangan internasional serta ketidakpastian keuangan, apalagi menjelang pelantikan Presiden Terpilih Trump) mendukung,” ujar Analis StoneX Rhona O’Connel lewat email.

    Adapun emas batangan tumbuh di lingkungan suku bunga rendah dan bertindak sebagai lindung nilai terhadap risiko ekonomi dan geopolitik.

    Rusia melancarkan serangan pesawat nirawak di Kyiv pada Rabu pagi, menyebabkan kerusakan di sedikitnya dua distrik, sementara militer Israel menyerang pinggiran Kota Gaza.

    Pelaku pasar menunggu data lowongan kerja AS minggu depan, laporan ketenagakerjaan ADP, notulen rapat FOMC Desember dari the Fed, dan laporan ketenagakerjaan AS untuk mengukur prospek suku bunga untuk 2025.

    Pada 2024, pemangkasan suku bunga, pembelian oleh bank sentral, dan ketegangan geopolitik mendorong emas ke rekor tertinggi dengan kenaikan tahunan lebih dari 27%, kenaikan terbesar sejak 2010.

     “Koreksi atau konsolidasi di awal tahun dapat menjadi panggung bagi reli baru,” ujar Analis Forex.com, Fawad Razaqzada.

     

  • Cincin Raksasa Misterius Jatuh dari Langit, Diduga Puing Roket

    Cincin Raksasa Misterius Jatuh dari Langit, Diduga Puing Roket

    Jakarta

    Sebuah cincin logam raksasa jatuh dari langit dan menghantam sebuah desa di Kenya. Objek misterius ini diduga sampah antariksa berupa puing dari roket.

    Badan antariksa Kenya (KSA) melaporkan insiden ini melibatkan puing logam yang jatuh di Mukuku Village di Makueni County pada 30 Desember sekitar 15.00 waktu setempat. KSA langsung mengamankan lokasi kejadian dan menyelidiki asal puing tersebut.

    “Kami ingin meyakinkan masyarakat bahwa objek tersebut tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap keselamatan mereka,” kata KSA dalam keterangan resminya, seperti dikutip dari Gizmodo, Sabtu (4/1/2025).

    “Para ahli kami akan menganalisis objek, menggunakan framework yang ada untuk mengidentifikasi pemiliknya, dan terus memberi tahu masyarakat tentang langkah dan hasil selanjutnya,” sambungnya.

    Cincin logam itu memiliki diameter sekitar 2,5 meter dan bobot sekitar 500 kg. Objek ini diyakini sebagai cincin pemisah, komponen yang dipakai untuk menghubungkan muatan kargo dengan roket saat peluncuran.

    Cincin pemisah biasanya dirancang untuk terbakar saat reentry melalui atmosfer Bumi. Namun dalam kasus ini, cincin tersebut mampu bertahan dari panas di atmosfer.

    Namun, sejumlah pakar belum bisa mengaitkan puing ini dengan roket yang terbang dalam beberapa tahun terakhir. Pakar astrofisika Jonathan McDowell mengatakan tidak ada kandidat luar angkasa yang jelas karena ia tidak bisa melihat bukti objek yang terbakar saat reentry.

    Di sisi lain, pakar sampah antariksa Darren McKnight mengatakan kadang sampah antariksa ditutupi oleh ‘massa yang dikorbankan’ yang terbakar saat reentry dan menyisakan perangkat keras mentah untuk kembali ke Bumi.

    Peninjauan awal yang dilakukan oleh Center for Orbital and Reentry Debris Studies (CORDS) mengindikasikan kemungkinan adanya hubungan antara sampah antariksa ini dengan sisa roket Atlas Centaur yang diluncurkan pada tahun 2004.

    Puing roket tersebut, yang ditandai sebagai objek 28385, diprediksi akan kembali ke Bumi pada 30 Desember dengan jalur yang membawanya melewati Afrika. Namun, data U.S. Space Force menunjukkan komponen roket 28385 kembali ke Bumi di atas Danau Baikal di Rusia.

    Semua informasi ini baru sekedar spekulasi dan masih menunggu informasi resmi dari otoritas Kenya. Namun insiden ini menyoroti kasus jatuhnya sampah antariksa yang makin sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

    (vmp/rns)

  • Serangan Rusia Tewaskan 1 Orang di Kyiv, Ukraina Tembak Jatuh 60 Drone

    Serangan Rusia Tewaskan 1 Orang di Kyiv, Ukraina Tembak Jatuh 60 Drone

    JAKARTA – Serangan drone Rusia di Kyiv Ukraina menewaskan satu warga dan melukai empat orang lainnya.

    Pertahanan udara Ukraina menembak jatuh 60 dari 93 drone Rusia. Disebut ada 26 drone “hilang”, mengacu pada penggunaan peperangan elektronik oleh Ukraina untuk mengarahkan drone Rusia.

    Dilansir Reuters, Jumat, 3 Januari, Mykola Kalashnyk, penjabat gubernur wilayah Kyiv, mengatakan seorang pengemudi truk tewas akibat puing-puing drone.

    Puing-puing tersebut juga merusak beberapa rumah pribadi, melukai empat orang, termasuk seorang anak laki-laki berusia 16 tahun.

    Angkatan udara mengatakan drone Rusia menargetkan sembilan wilayah Ukraina.

    Rumah-rumah tempat tinggal dan bangunan komersial rusak di wilayah Donetsk di timur dan wilayah Chernihiv di utara, kata militer.

  • Moskow Tuding AS Jadi Dalang yang Kompori Ukraina Setop Aliran Gas Transit Ke Eropa – Halaman all

    Moskow Tuding AS Jadi Dalang yang Kompori Ukraina Setop Aliran Gas Transit Ke Eropa – Halaman all

    TRIBUNNEWS.C0M – Pemerintah Rusia menuduh Barat, khususnya AS sebagai sosok yang bertanggung jawab atas keputusan Ukraina untuk menghentikan pasokan gas Rusia ke Eropa melalui Kyiv.

    Tudiangan itu dilontarkan pejabat Rusia menanggapi berakhirnya kesepakatan lima tahunan antara Moskow dan Kyiv terkait transit gas Rusia melalui Ukraina.

    Pada awal pekan kemarin, tepatnya 1 Januari 2025 pemerintah Ukraina resmi memutus aliran gas transit Rusia, ditengah perang panas dengan yang telah terjadi sejak Februari 2022.

    Adapun langkah ini menandai akhir dari salah satu jalur pasokan energi utama Rusia ke Eropa, yang telah berlangsung selama lima dekade terakhir, dimana Ukraina telah menjadi jalur utama pasokan gas ke Eropa.

    Hal tersebut juga dikonfirmasi langsung oleh Perusahaan Rusia Gazprom,.

    Dalam keterangan resminya, mereka mengatakan bahwa ekspor gas melalui Ukraina ke Eropa dihentikan mulai pukul 08:00 waktu setempat (05:00 GMT) pada hari Rabu (1/1/20025).

    “Karena penolakan berulang dan eksplisit dari pihak Ukraina untuk memperpanjang perjanjian lima tahun, Gazprom PJSC dihilangkan dari kesempatan teknis dan hukum untuk memasok gas untuk transit melalui wilayah Ukraina mulai 1 Januari 2025,” kata raksasa gas Rusia.

    Mengutip dari Anadolu, presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa negaranya tidak akan membiarkan Rusia meraup miliaran dolar melalui pipa-pipa gas yang melintas di bawah tanah Ukraina.

    Alasan tersebut yang mendorong Ukraina menghentikan ekspor gas Rusia melalui wilayahnya, dengan dalih untuk menjaga keamanan nasional wilayahnya, meskipun negara itu harus kehilangan pendapatan transit tahunan sebesar 800 juta dollar AS.

    Eropa Terancam Krisis Energi

    Imbas pemutusan aliran itu Uni Eropa terancam mengalami krisis energi.

    Lantaran segelintir negara Eropa tengah yang bergantung pada aliran tersebut dipaksa untuk mendapatkan gas di tempat lain dengan harga jauh lebih mahal untuk memenuhi kebutuhan listriknya.

    Hal ini menambah tekanan pada pasokan pada saat wilayah tersebut telah menghabiskan penyimpanan musim dinginnya dengan kecepatan tercepat dalam beberapa tahun.

    “Langkah untuk menghentikan pasokan sumber energi Rusia yang kompetitif dan ramah lingkungan ini mengurangi potensi ekonomi Eropa dan sangat mempengaruhi kualitas hidup warga Eropa,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova.

    Ia juga berpendapat bahwa Jerman menjadi negara pertama yang terkena dampak hal ini, karena Berlin membeli gas alam dengan “harga yang jauh lebih tinggi” menyusul ledakan pipa Nord Stream pada bulan September 2022.

    “Jerman juga harus mulai menutup sejumlah fasilitas produksi legendaris utamanya. Kini negara-negara lain yang pernah menjadi bagian dari Uni Eropa yang berkembang pesat secara ekonomi dan independen juga akan menanggung konsekuensi dari sponsor AS,” katanya.

    Sementara itu, Perdana Menteri Slovakia Robert Fico memperkirakan efek dari pemutusan gas membuat konsumen Eropa menghadapi kenaikan harga gas hingga 50 miliar euro atau 52 miliar dollar AS  per tahun serta kenaikan biaya listrik sebesar 70 miliar euro.

    Putin Rugi Miliaran Dolar

    Selain memicu masalah bagi negaraUni eropa, pemutusan aliran gas transit juga diprediksi bakal membuat Rusia merugi

    Lantaran Gazprom raksasa energi Rusia berpotensi kehilangan pelanggannya di Uni Eropa, memicu kerugian hingga 5,2 miliar dollar AS akibat pengurangan jalur distribusi ke Eropa.

    Penurunan ini mengakhiri dominasi Rusia, yang sebelumnya menguasai sekitar 35 persen pasar gas Eropa.

    “Rusia telah kehilangan pasar yang penting, sehingga Rusia memperoleh kerugian sekitar 5 miliar euro atau 5,2 miliar dollar AS per tahun,” jelas laporan BBC International.

    (Tribunnews.com / Namira Yunia)

  • dari Teman Reformis Berbalik Jadi Musuh Eropa

    dari Teman Reformis Berbalik Jadi Musuh Eropa

    Jakarta

    Pada bulan Agustus 1999, Vladimir Putin diangkat sebagai Perdana Menteri Federasi Rusia. Beberapa bulan kemudian, ketika dunia bersiap menyambut tahun 2000, ia menggantikan presiden Rusia yang sedang sakit, Boris Yeltsin.

    Di Eropa dan Amerika Serikat, ia ketika itu dipandang sebagai seseorang yang akan memulihkan ketertiban di Rusia dan keluar dari kekacauan tahun 1990-an.

    “Saya menatap matanya,” kata Presiden Amerika Serikat (AS) George W. Bush setelah pertemuan puncak dengan Putin Juni 2001 di Slovenia.

    “Saya melihat dia adalah orang yang sangat lugas dan dapat dipercaya. Kami melakukan dialog yang sangat baik. Saya bisa memahami jiwanya: seorang pria yang sangat berkomitmen terhadap negaranya dan demi kepentingan terbaik negaranya.”

    Ketika berpidato di parlemen Jerman, Bundestag, pada September 2001, Putin menawarkan kepada negara-negara Uni Eropa (UE) untuk menjalin kemitraan keamanan dengan Rusia dan tidak menutup kemungkinan Rusia pada akhirnya akan menjadi anggota aliansi NATO dan Uni Eropa.

    Sejak itu, UE dan Rusia menyepakati sejumlah program dan inisiatif kerja sama, dengan tujuan membangun “kemitraan strategis.” NATO juga membuka kantor di Moskow, dan Rusia membentuk misi permanen untuk NATO di Brussel.

    Kanselir Schrder: Vladimir Putin ‘Demokrat Sejati’

    Pada tahun 2004, Kanselir Jerman Gerhard Schrder menggambarkan Putin sebagai “demokrat sejati” meskipun ada bukti bahwa ia menekan oposisi dalam negeri dan pers. Setelah ia meninggalkan jabatannya, Gerhard Schrder diberi posisi yang menguntungkan di perusahaan energi negara Rusia, Gazprom.

    Namun pada Konferensi Keamanan Mnchen tahun 2006, nada bicara Putin berubah. Dia mengatakan AS dan UE belum menerima Rusia sebagai kekuatan besar, dan menggambarkan perluasan NATO yang mencakup negara-negara Eropa tengah dan timur sebagai pelanggaran terhadap jaminan bahwa aliansi tersebut tidak akan mendekatkan perbatasannya ke Rusia. Sekalipun Rusia telah menyetujui perluasan NATO itu pada tahun 1997, dengan ditandatanganinya Undang-Undang Pendirian NATO-Rusia.

    Agustus 2008, Rusia melakukan intervensi dalam konflik di Georgia, dan, setelah perang singkat, menjadikan wilayah Ossetia Selatan dan Abkhazia di bawah kendali Kremlin.

    Tahun 2013, Komisi Eropa masih membahas visi jangka panjangnya untuk membangun “ruang ekonomi dan kemanusiaan bersama” dengan Rusia di bawah kepemimpinan Putin, yang membentang “dari Lisabon hingga Vladivostok.”

    Perang agresif Rusia di bawah Putin

    Setelah Revolusi Maidan yang demokratis di Kyiv dan tergulingnya Presiden pro-Rusia Viktor Yanukovych pada awal 2014, Putin lalu menyerang Ukraina, mencaplok Semenanjung Krimea dan menduduki sebagian wilayah timur Ukraina dengan bantuan kelompok separatis pro-Kremlin.

    AS dan UE lalu menjatuhkan sanksi terhadap Rusia dan berusaha melakukan mediasi. Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Francois Hollande menjadi perantara Perjanjian Minsk, yang seharusnya mengarah pada perdamaian. Namun hal ini tidak pernah terjadi.

    Di mata para pejabat Uni Eropa, Putin telah menjadi penguasa yang semakin otokratis. Pada 2021, Komisi Eropa mencatat adanya “spiral negatif” dalam hubungan UE-Rusia, namun UE masih mengimpor energi dari Rusia dalam jumlah besar.

    Pada bulan Maret 2022, tak lama setelah invasi besar-besaran ke Ukraina oleh Rusia, Presiden AS Joe Biden menyebut Putin sebagai “penjahat perang” dan “seorang diktator pembunuh.” Sejak saat itu, NATO menganggap Rusia di bawah pimpinan Putin, sebagai “ancaman paling signifikan dan langsung terhadap keamanan Sekutu serta perdamaian dan stabilitas di kawasan Euro-Atlantik.”

    Uni Eropa juga memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia, dan berupaya mempercepat berakhirnya ketergantungan kawasan itu terhadap minyak dan gas dari Rusia. Hampir tiga tahun setelah dimulainya perang di Ukraina, Uni Eropa belum sepenuhnya mencapai tujuan itu.

    Dua puluh lima tahun setelah Putin menjabat, NATO kini bersiap menghadapi perlombaan senjata baru. Misi utamanya saat ini adalah mempertahankan diri dari agresi Rusia.

    Diadaptasi dari artikel DW bahasa Jerman.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    (haf/haf)