Negara: Rusia

  • MPR: Stabilitas ASEAN tak terganggu dengan dinamika geopolitik global

    MPR: Stabilitas ASEAN tak terganggu dengan dinamika geopolitik global

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Ketua MPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono menekankan bahwa stabilitas ASEAN tidak terganggu dengan dinamika geopolitik global yang terjadi saat ini dengan menjunjung nilai-nilai dasar netralitas dan persatuan.

    “Komitmen ASEAN terhadap multilateralisme dan penyelesaian konflik secara damai telah berkontribusi pada stabilitas di Asia Tenggara. Dengan tetap netral dan bersatu, kami memastikan bahwa geopolitik global tidak mengganggu stabilitas Asia Tenggara,” kata Ibas, sapaan karibnya, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.

    Hal tersebut disampaikannya ketika menjadi Guest Lecture dengan Topik “Navigating a Changing World: ASEAN’s Path to Stability and Prosperity” di Auditorium Faculty of Business & Economics Universiti Malaya, beberapa waktu lalu.

    Menurut dia, kondisi geopolitik saat ini mengalami perubahan besar dan mempengaruhi semua masyarakat dunia. Misalnya, konflik Rusia-Ukraina yang mempengaruhi kenaikan harga minyak dan pangan.

    Selain itu, dia menyoroti soal ketegangan Amerika Serikat dan China sebagai elemen dunia multipolar yang memaksa banyak negara berkembang berada dalam tekanan untuk memilih pihak atau blok tertentu.

    “Sekarang dengan beberapa negara adikuasa, bukan hanya satu atau dua. Karena persaingan ini, negara seperti Malaysia, Indonesia, terkadang merasa tertekan untuk memilih satu pihak,” ucapnya.

    Namun, dia menekankan dengan prinsip netralitas dan persatuan yang menjadi nilai dasar maka ASEAN secara konsisten menolak tekanan untuk berpihak dalam konflik adikuasa.

    “Jawaban ASEAN pada dasarnya adalah tidak. Tidak, terima kasih. Kami tidak ingin memihak di antara negara-negara besar. Keamanan kami berasal dari persatuan dan netralitas. Kami mengingat nilai-nilai dasar ASEAN, yaitu netralitas, persatuan, dan saling menghormati,” tuturnya.

    Dia menyebut ketika negara-negara adikuasa dunia bersaing maka tujuan ASEAN adalah untuk tetap stabil dan damai, serta menjaga keamanan kesejahteraan kawasan.

    “Kami ingin berteman dengan semua orang dan tidak bermusuhan dengan siapa pun. Di Indonesia, kami sering mengatakan sejuta teman dan nol musuh, ‘a million friends and zero enemies’. Artinya, kami lebih memilih dialog dan kerja sama daripada konflik,” katanya.

    Dia pun menekankan bahwa ASEAN berkomitmen untuk tetap netral dan menjalin hubungan baik dengan semua negara.

    “ASEAN paling kuat jika berdiri bersama. Persatuan adalah jalan kita menuju keamanan, kemajuan dan kesejahteraan. Kami ingin ASEAN menjadi platform untuk kerja sama, bukan arena persaingan negara-negara besar,” paparnya.

    Sebab, menurut dia, kekuatan ASEAN terletak pada kemampuannya untuk bersatu dan bertindak sebagai jembatan antarkekuatan global yang mendorong dialog serta kerja sama demi menjaga stabilitas dan kemakmuran bersama.

    “Ketika negara-negara ASEAN berbicara dengan satu suara, kita bisa menjadi pemain di meja, bukan hanya pion dalam permainan orang lain,” kata dia.

    Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

  • Zelensky Puji Kesepakatan Mineral dengan AS: Benar-benar Setara – Halaman all

    Zelensky Puji Kesepakatan Mineral dengan AS: Benar-benar Setara – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memuji kesepakatan mineral yang baru saja ditandatangani antara Kyiv dan Washington.

    Zelensky menyebutnya sebagai perjanjian yang setara dan membuka peluang investasi besar bagi Ukraina.

    “Sekarang ini adalah perjanjian yang benar-benar setara yang menciptakan peluang bagi investasi yang cukup signifikan di Ukraina”, kata Zelensky, dikutip dari Al-Arabiya.

    Kesepakatan ini ditandatangani pada Rabu (30/4/2025) di Washington, DC, setelah berminggu-minggu negosiasi intens yang sempat memanas hingga menit-menit terakhir.

    Perjanjian tersebut memungkinkan Amerika Serikat dan Ukraina untuk bersama-sama mengembangkan sumber daya mineral penting yang dimiliki Ukraina. 

    Awalnya, Presiden AS Donald Trump menggambarkan kesepakatan ini sebagai semacam ‘pengembalian uang’ atas bantuan masa perang dari pemerintahan sebelumnya di bawah Joe Biden.

    Namun, Kyiv menegaskan bahwa perjanjian yang direvisi ini tidak ada hubungannya dengan utang masa lalu.

    “Sekarang ini adalah perjanjian yang benar-benar setara yang menciptakan peluang bagi investasi yang cukup signifikan di Ukraina,” ujar Zelenskyy dalam pidato hariannya pada Kamis (1/5/2025). 

    “Tidak ada utang dalam kesepakatan ini, dan akan dibuat sebuah dana-dana pemulihan yang akan diinvestasikan di Ukraina dan menghasilkan uang di sini,” imbuhnya.

    Penandatanganan kesepakatan dilakukan oleh Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri Ukraina Yulia Svyrydenko.

    Bessent menyebut kemitraan ekonomi ini sebagai langkah ‘bersejarah’ yang sekaligus mengirimkan pesan kuat kepada Rusia tentang komitmen AS terhadap perdamaian di kawasan.

    Perjanjian Kesepakatan Mineral AS-Ukraina

    Di bawah kesepakatan ini, Dana Investasi Ulang Amerika Serikat-Ukraina akan dibentuk dan dikelola bersama secara setara.

    Ukraina tetap memegang kendali penuh atas sumber daya alamnya dan akan menentukan mineral apa yang akan dieksplorasi dan di mana lokasinya, dikutip dari Al Jazeera.

    AS akan berkontribusi melalui dana langsung atau bantuan militer baru, sementara Ukraina akan menyumbang 50 persen dari pendapatan eksploitasi sumber daya melalui lisensi baru di sektor mineral penting, minyak, dan gas.

    Svyrydenko menegaskan di media sosial bahwa perusahaan milik negara seperti Ukrnafta dan Energoatom tidak akan mengalami perubahan kepemilikan, dan pendapatan dari dana akan diperoleh murni dari proyek-proyek baru, bukan yang sudah berjalan. 

    Sebagai tambahan, baik AS maupun Ukraina sepakat bahwa kontribusi dan pendapatan dari dana ini tidak akan dikenakan pajak di kedua negara untuk memaksimalkan efisiensi investasi.

    Potensi Sumber Daya Ukraina

    Menurut Kementerian Ekonomi Ukraina, negara ini memiliki cadangan dari 22 dari 34 mineral kritis yang diklasifikasikan Uni Eropa.

    Termasuk titanium, zirkonium, grafit, litium, serta unsur tanah jarang (REE) seperti lantanum, serium, dan neodimium yang sangat penting untuk industri teknologi tinggi, pertahanan, kedirgantaraan, dan energi terbarukan. 

    Ukraina juga menyumbang sekitar 7 persen dari produksi titanium global dan memiliki cadangan litium yang sebagian besar belum dimanfaatkan, yang diperkirakan mencapai 500.000 ton, menjadikannya salah satu yang terbesar di Eropa.

    Kesepakatan ini bukan datang tanpa tantangan.

    Pertemuan antara Trump dan Zelenskyy di Gedung Putih pada Februari lalu bahkan sempat disebut-sebut sebagai “kacau”. 

    Ukraina kemudian menyewa firma hukum AS, Hogan Lovells, untuk membantu penyusunan kesepakatan.

    Namun akhirnya, kedua pihak berhasil mencapai kesepahaman yang disebut menguntungkan Ukraina dan AS.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Volodymyr Zelensky dan Amerika Serikat

  • 5 Populer Internasional: Citra Satelit Pangkalan Militer Baru Rusia – Kebakaran Hutan di Israel – Halaman all

    5 Populer Internasional: Citra Satelit Pangkalan Militer Baru Rusia – Kebakaran Hutan di Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kompilasi berita populer internasional dimulai dari pengungkapan pangkalan militer baru Rusia di dekat Finlandia, berdasarkan gambar citra satelit terbaru.

    Sementara itu, wilayah dekat Yerusalem yang dikuasi Israel, dilanda kebakaran hebat.

    Pemerintah Israel meminta bantuan internasional.

    Selengkapnya, berikut berita internasional terpopuler dalam 24 jam terakhir.

    1. Citra Satelit Ungkap Pangkalan Militer Baru Rusia Dekat Finlandia, NATO dalam Status Siaga

    Gambar satelit terbaru mengungkap aktivitas mencolok Rusia di dekat perbatasan Finlandia, memicu kekhawatiran di antara anggota NATO.

    Foto-foto udara tersebut memperlihatkan pembangunan pangkalan militer baru di wilayah Alakurtti, sebuah lokasi strategis hanya beberapa kilometer dari Lapland, Finlandia.

    Menurut laporan investigatif dari Yle News, media nasional Finlandia, gambar-gambar ini menunjukkan munculnya bangunan-bangunan baru dalam hitungan hari.

    Bangunan tersebut tampaknya dibuat menggunakan kerangka logam ringan dan atap plastik industri, memungkinkan proses pembangunan supercepat.

    Data satelit mengungkapkan tiga bangunan besar berdiri di lokasi yang sebelumnya kosong, tepat di area yang menjadi markas Brigade Senapan Motor Arktik ke-80 Rusia.

    Perubahan yang terekam dari angkasa ini menandai eskalasi yang tidak biasa di kawasan utara Rusia, dan menunjukkan bahwa Moskow tak lagi menyembunyikan penguatan militernya.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    2. Dilanda Kebakaran Hebat, Israel Minta Bantuan Internasional, Otoritas Palestina Ulurkan Tangan

    Kebakaran hutan melanda wilayah tengah Israel sejak Rabu (30/4/2025), memaksa pihak berwenang menutup jalan raya utama.

    Pemerintah Israel meminta bantuan internasional untuk memadamkan api.

    Dilansir ABC News, kondisi kering dan angin kencang memperparah penyebaran api yang mengancam permukiman Israel sekitar 25 kilometer di sebelah barat Yerusalem.

    Sebagian besar wilayah tengah Israel kini diselimuti asap tebal.

    Video yang dibagikan di media sosial memperlihatkan api berkobar di sepanjang tepi Jalan Raya 1, yang menghubungkan Tel Aviv dan Yerusalem.

    Para pengendara tak punya pilihan selain meninggalkan kendaraan mereka dan berlari menyelamatkan diri.

    Beberapa orang terlihat menumpang di belakang truk derek yang melintasi daerah tersebut.

    Warga setempat telah dievakuasi dari sejumlah permukiman di Perbukitan Yerusalem, termasuk kota Neve Shalom, Mevo Horon, dan Eshtaol.

    Mengutip The Times of Israel, Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa’ar, telah menghubungi belasan negara untuk meminta bantuan internasional dalam upaya pemadaman.

    Dalam pernyataan dari kantor Sa’ar disebutkan bahwa ia telah berbicara dengan menteri luar negeri dari Inggris, Prancis, Republik Ceko, Swedia, Argentina, Spanyol, Makedonia Utara, dan Azerbaijan.

    Sa’ar juga dilaporkan terus menghubungi lebih banyak negara seiring berjalannya malam.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    3. Rusia Ejek Ukraina setelah Tandatangani Kesepakatan Mineral: Kehilangan Kekayaan demi Bantuan

    Ukraina dan Amerika Serikat (AS) resmi menandatangani kesepakatan mineral pada Rabu (30/4/2025).

    Penandatanganan ini terjadi berbulan-bulan setelah Ukraina dan AS sempat bersitegang.

    Kesepakatan tersebut merupakan inti dari upaya Kyiv untuk memperbaiki hubungan dengan Presiden AS Donald Trump dan Gedung Putih.

    Para pejabat Ukraina berharap bahwa kesepakatan tersebut akan memastikan dukungan AS yang berkelanjutan untuk pertahanan Ukraina terhadap Rusia.

    Menanggapi hal tersebut, pejabat keamanan senior Rusia Dmitry Medvedev memberikan ejekan terhadap Ukraina.

    Medvedev mengatakan Ukraina seperti “ngemis” bantuan hingga menjual kekayaan negara kepada AS.

    “Sekarang, negara yang akan segera menghilang itu harus menggunakan kekayaan nasionalnya untuk membayar perlengkapan militer,” kata Medvedev, dikutip dari TASS.

    Kesepakatan mineral dicapai pada saat AS mengatakan semakin frustrasi dengan kegagalan Moskow dan Kyiv untuk datang ke meja perundingan damai.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    4. Gelar Pesta 1 Bulan Kelahiran Anjingnya, Pria di China Ditegur karena Dinilai Ganggu Ketertiban

    Seorang pria di Hebei, China, menuai kritik setelah menggelar tradisi Man Yue atau perayaan satu bulan kelahiran, bukan untuk bayi, melainkan untuk anjing peliharaannya.

    Pria bermarga Ren tersebut dianggap telah mengganggu ketertiban umum dan norma moral.

    Mengutip South China Morning Post (SCMP), perayaan itu digelar pada 16 April lalu untuk menyambut satu bulan kelahiran tujuh anak anjing jenis husky miliknya.

    Ren mengundang sekitar 100 orang ke acara tersebut dan bahkan meminta bibinya untuk mengadakan pertunjukan hiburan agar suasana pesta semakin meriah.

    Ia mengatakan hanya menghabiskan beberapa ratus yuan untuk membuat banyak makanan yang kemudian dibagikan kepada para tamu.

    Sebagai imbalan, beberapa tamu memberikan hadiah berupa tulang dan sosis untuk anak-anak anjing itu.

    Ren menyebut bahwa ia menganggap anjing-anjing tersebut sebagai anaknya sendiri.

    Ia mengadakan jamuan Man Yue sebagai doa agar mereka diberi keberuntungan.

    Secara tradisional, Man Yue adalah upacara yang dilakukan untuk merayakan bayi manusia yang berhasil melewati usia satu bulan, yang pada zaman dahulu dianggap sebagai pencapaian besar karena tingginya angka kematian bayi.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    5. Putra Netanyahu Hapus Postingan yang Sebut Kebakaran Yerusalem Terjadi akibat Ulah Aktivis Israel

    Yair Netanyahu, putra Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan, aktivis sayap kiri Israel mungkin berada di balik kebakaran besar yang melanda perbukitan Yerusalem.

    “Ada sesuatu yang mencurigakan di sini,” tulis Yair di platform X pada Rabu (30/4/2025), dilansir The Times of Israel.

    “Kaum kiri Kaplanis telah berusaha keras dalam beberapa minggu terakhir untuk membatalkan perayaan Hari Kemerdekaan dan upacara penyalaan obor.”

    Istilah Kaplanis yang digunakan Yair kemungkinan merujuk pada kelompok protes antipemerintah yang kerap menggelar demonstrasi besar di Jalan Kaplan, Tel Aviv.

    “Saya sangat berharap bahwa pembakaran ini hanya dilakukan oleh orang Arab, tanpa keterlibatan dari rakyat kita sendiri,” tambahnya.

    Pihak berwenang menyatakan pada Rabu malam bahwa mereka tengah menyelidiki penyebab kebakaran tersebut.

    Menurut pantauan Tribunnews, cuitan tersebut kini telah dihapus.

    Ynet News menyebut setelah Yair menghapus postingannya, ia mengunggah tulisan lain, mengatakan “orang-orang harus kembali ke kamus untuk mencari kata hasutan.”

    Yair Netanyahu dikenal dengan pernyataan-pernyataan provokatif di media sosial.

    Ia kerap melontarkan serangan terhadap berbagai elemen masyarakat Israel, termasuk aktivis sayap kiri, dinas keamanan, dan sistem peradilan.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    (Tribunnews.com)

  • Bikin Ngeri Negara Barat, Kapal Fregat 5 Ribu Ton Korea Utara Bersenjata Canggih Teknologi Rusia – Halaman all

    Bikin Ngeri Negara Barat, Kapal Fregat 5 Ribu Ton Korea Utara Bersenjata Canggih Teknologi Rusia – Halaman all

    Bikin Ngeri Negara Barat, Kapal Fregat 5 Ribu Ton Korea Utara Bersenjata Canggih Teknologi Rusia

     

    TRIBUNNEWS.COM – Dalam sebuah upacara di pelabuhan Nampo, Korea Utara (Korut) pada Jumat pekan lalu, Pemimpin Tertinggi Negara tersebut, Kim Jong Un meresmikan Kapal Perang Choe Hyon.

    Kapal berjenis fregat ini memiliki berat 5.000 ton dan tampak dilengkapi dengan serangkaian sistem persenjataan canggih, seperti peluncur rudal vertikal.

    Jika itu adalah hal kebanggaan bagi Korut, maka analisis militer menyebut peluncuran fregat ini adalah hal yang sangat mengkhawatirkannya bagi negara-negara Barat.

    Mengutip ulasan BI, Kamis (1/5/2025), analis militer mengatakan kalau kemampuan kapal perang terbaru Korut tersebut menunjukkan keterlibatan Rusia, atau setidaknya ide dan inspirasi Rusia, saat rezim Kim membangun kapal perang modern.

     “Waktu pembangunan kapal dan tanda tanya seputar hakikat dukungan Rusia terhadap DPRK menunjukkan bahwa kapal itu mungkin lebih dari sekadar tiruan,” kata Jacob Parakilas, pemimpin penelitian untuk Strategi Pertahanan, Kebijakan, dan Kemampuan di RAND Eropa, dilansir BI.

    Sebagai catatan, Parakilas menyebut Korea Utara dengan akronim nama resminya, Republik Rakyat Demokratik Korea, DPRK atau Democratic People’s Republic of Korea.

    “Kapal perang itu dapat menunjukkan bukti lebih lanjut mengenai hubungan militer yang semakin dalam antara Moskow dan Pyong Yang, dan muncul pada saat kedua negara mengatakan secara resmi untuk pertama kalinya bahwa pasukan Korea Utara bertempur bersama Rusia melawan Ukraina,” tulis ulasan tersebut menyoroti potensi keterlibatan Rusia dalam pengembangan Kapal Fregat Choe Hyon.

    KAPAL PERANG TOTAL – Kapal perusak serbaguna kelas Choe Hyon Korea Utara, dalam perincian sistem oleh Dimitris Mitsopoulos untuk Naval News. Korea Utara menyebut kapal ini sebagai kapal perang total yang memiliki banyak fungsi strategis pertempuran.

    Sistem Rudal Kapal Perang Anyar Korut

    Fregat Choe Hyon dilengkapi dengan sistem persenjataan, dengan gambar yang menunjukkan sistem peluncuran vertikal yang dapat digunakan untuk menembakkan rudal jelajah atau balistik, meriam dek, senjata pertahanan udara jarak dekat, dan radar untuk mendeteksi ancaman dan target.

    Gambar yang beredar menunjukkan kalau Choe Hyon dilengkapi dengan sistem pertahanan rudal yang sangat mirip dengan Pantsir S-1 Rusia, yang menembakkan rudal berpemandu jarak menengah ke ancaman udara.

    Parakilas merujuk sistem pertahanan udara yang terpasang di kapal tersebut sebagai bukti paling jelas keterlibatan Rusia.

    Sementara itu, Kim Duk-ki, pensiunan laksamana Korea Selatan, mengatakan kepada CNN awal bulan ini kalau Rusia mungkin telah menyediakan teknologi untuk sistem misilnya.

    Ia juga mengatakan bahwa “jika Korea Utara melengkapi fregat baru tersebut dengan rudal balistik hipersonik yang diklaim telah berhasil diuji pada bulan Januari, hal itu akan menyebabkan dampak yang mengubah permainan dalam keamanan regional.”

    Kapal untuk Perang Total

    Bukti yang muncul menunjukkan bahwa Rusia dapat membantu Korea Utara menghindari sanksi internasional dengan menyediakan teknologi untuk memperkuat dan memodernisasi militernya.

    Pada bulan Maret, James Patton Rogers, direktur eksekutif Cornell Brooks Tech Policy Institute, mengatakan kepada BBC bahwa Rusia kemungkinan membantu Korea Utara merancang pesawat tak berawak baru yang dilengkapi artificial intelligence alias AI.

    Parakilas mengatakan banyaknya senjata di atas kapal Choe Hyon menunjukkan kemungkinan pengaruh Rusia, karena Rusia juga lebih menyukai kapal-kapal yang lebih kecil dan bersenjata lengkap.

    “Hal ini juga mencerminkan filosofi bahwa tujuan kapal perang adalah untuk melancarkan perang total, dan bukan untuk mampu melakukan berbagai operasi hingga dan termasuk perang,” katanya.

    Namun Joseph Bermudez Jr., ketua Korea di Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington, DC, memperingatkan bahwa tidak ada bukti “bantuan langsung Rusia” dalam pembangunannya.

    Ia mengatakan bahwa “perancang personel angkatan laut Korea Utara telah melihat semakin banyak kapal Rusia” dan mungkin meniru desain mereka.

    Meski begitu, ia mengatakan bahwa sistem persenjataan kapal tersebut memiliki “kemampuan yang sangat hebat.”

    Pilihan untuk ‘Serangan Pembuka’

    Menurut laporan pada Januari lalu oleh lembaga pemikir Institut Studi Strategis Internasional, kapal fregat Korut tersebut tampaknya memiliki panjang sekitar 120 meter, menjadikannya “yang terbesar yang pernah dibangun Korea Utara dengan selisih tertentu.”

    Korea Utara memiliki sekitar 374 kapal patroli dan pesisir yang lebih kecil, kata IISS, serta dua fregat yang lebih tua.

    Pada acara peluncuran, Kim mengatakan bahwa Korea Utara akan siap untuk mengerahkan kapal tersebut sepenuhnya dalam waktu sekitar satu tahun, sembari menyebutnya sebagai pertahanan terhadap apa yang ia gambarkan sebagai agresi regional Amerika Serikat (AS).

    Parakilas mengatakan kapal perang baru ini menawarkan Korea Utara lebih banyak opsi untuk serangan pertama rudal balistik potensial, dengan kapasitas untuk menjangkau wilayah-wilayah yang mungkin memiliki lebih sedikit sistem pertahanan udara.

    Namun, ia mengatakan bahwa “fakta bahwa itu adalah kapal permukaan dan bukan kapal selam berarti bahwa kapal itu dapat dilacak dan diserang dengan relatif mudah.”

    Dalam laporannya, IISS mengatakan bahwa kemampuan riil kapal hanya dapat diamati saat kapal mulai beroperasi.

    “Meskipun aktivitas di sekitar kapal baru di Nampo akan dipantau secara ketat,” katanya, “mungkin perlu waktu beberapa saat setelah peluncuran hingga tujuan penggunaannya menjadi lebih jelas.”

    Bermudez Jr. sependapat dengan hal ini, dengan mengatakan bahwa “begitu kapal itu dipatroli dan kita melihat kelayakannya untuk melaut, itu akan membuat perbedaan yang luar biasa.”

     
     
     
     
     
     

    (oln/bi/yn/*)

  • Dikerjai, Pasukan Ukraina di Garis Depan Perang Dapat Ratusan Ribu Peluru Mortir ‘Ampas’ – Halaman all

    Dikerjai, Pasukan Ukraina di Garis Depan Perang Dapat Ratusan Ribu Peluru Mortir ‘Ampas’ – Halaman all

    Dikerjai Demi Cuan, Pasukan Ukraina di Garis Depan Perang Dapat Ratusan Ribu Peluru Mortir ‘Ampas’

    TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Ukraina dikerjai.

    Amunisi perang yang mereka terima di garis depan pertempuran melawan Rusia banyak yang ‘ampas’ alias gagal berfungsi.

    Hal itu terungkap saat Biro keamanan dalam negeri Ukraina mengatakan kalau mereka telah menahan empat orang atas sabotase ini.

    Penahanan dilakukan setelah badan keamanan Ukraina tersebut menyelidiki pasokan 120.000 peluru mortir cacat yang diterima pasukan Kiev di garis depan medan perang.

    Dinas Keamanan Ukraina, juga dikenal sebagai SBU, menulis di saluran Telegramnya kalau orang-orang yang ditangkap termasuk seorang pejabat militer, seorang pejabat kontrol kualitas, dan dua kepala bisnis manufaktur pertahanan.

    “Pengumuman SBU itu muncul enam bulan setelah media Ukraina melaporkan keluhan dari beberapa unit garis depan bahwa peluru mortir 120 mm mereka tidak menembak atau gagal meledak,” tulis laporan BI, dikutip Kamis (1/5/2025).

    TENTARA UKRAINA – Foto ini diambil dari Facebook Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina pada Senin (17/3/2025), memperlihatkan tentara Ukraina dari brigade infanteri ke-58 melakukan pelatihan di lokasi yang dirahasiakan, terlihat dalam postingan yang diunggah pada 7 Maret 2025. (Facebook Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina)

    Sabotase dengan Motif Keuntungan

    Dalam sebuah video yang viral pada November tahun lalu, seorang tentara Ukraina mengatakan hanya sekitar satu dari 10 peluru yang akan berhasil keluar dari peluncurnya dan meledak secara efektif.

    Saat itu, wartawan Ukraina melaporkan bahwa hingga 100.000 peluru akan ditarik.

    SBU mengatakan pihaknya menyelidiki sebuah pabrik industri pertahanan di wilayah Dnipropetrovsk, tempat kota utama Dnipro berada , dan menemukan bahwa keempat orang yang ditangkap telah berkonspirasi untuk “memasok peluru mortir yang rusak ke garis depan.”

    “Untuk produksi massal, para tersangka menggunakan bahan-bahan di bawah standar dan melakukan pengerjaan yang salah, yang mengakibatkan primer muatan utama rusak dan mengakibatkan kinerja seluruh muatan propelan tidak stabil,” kata pernyataan SBU.

    Badan keamanan Ukraina tersebut tidak menyebutkan nama orang-orang yang ditangkap, tetapi menuduh keempatnya berkonspirasi untuk “mengurangi biaya produksi guna meningkatkan keuntungan mereka.”

    SBU mengatakan pejabat militer dan pengawas mutu terduga pelaku sabotase tersebut “sengaja mengabaikan” amunisi yang cacat dan memalsukan catatan untuk menutupi skema tersebut.

    Ilustrasi – Pasukan Ukraina di Donbass. (Sumber: Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina)

    “Akibatnya, 120.000 peluru yang tidak dapat digunakan mencapai garis depan,” tambahnya. Jika terbukti bersalah, keempat tahanan tersebut terancam hukuman penjara hingga 15 tahun, kata SBU.

    Amunisi artileri menjadi kunci utama pertahanan Ukraina karena perang telah berlarut-larut menjadi pertempuran yang menguras banyak korban.

    Salah satu masalah yang paling mendesak di Kiev adalah tekanan perang terhadap jumlah tentara yang dapat dikerahkannya pada suatu waktu, dan Kiev menghadapi dilema apakah akan menurunkan persyaratan wajib militernya untuk mencakup pria berusia 18 tahun ke atas.

    Namun Ukraina juga berupaya mencegah kekurangan amunisi, yang telah diupayakan secara maksimal oleh Eropa dan AS.

    Di tengah serbuan tersebut, Kyiv telah berupaya meningkatkan produksi pertahanan lokalnya , yang telah memproduksi jutaan pesawat nirawak dengan pandangan orang pertama.

     

     

    (oln/bi/*)

  • Trump Yakin AS Bisa Untung Lebih dari 350 Miliar Dolar dengan Keruk Mineral Ukraina – Halaman all

    Trump Yakin AS Bisa Untung Lebih dari 350 Miliar Dolar dengan Keruk Mineral Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yakin pemerintah AS akan mendapatkan untung lebih dari 350 miliar dolar dari kerja sama dengan Ukraina untuk mengelola sumber daya mineral mereka.

    Trump berulang kali mengklaim AS telah memberikan bantuan militer senilai 350 miliar dolar untuk Ukraina guna mendukungnya dalam perang melawan Rusia.

    Setelah kembali ke Gedung Putih pada Januari lalu, Trump mengusulkan agar Ukraina memberikan sumber daya mineralnya kepada AS untuk mengganti bantuan militer yang mereka terima selama ini.

    Presiden AS mencatat bahwa negara-negara Eropa telah menghabiskan 100 miliar dolar untuk mendukung Ukraina, dan dana mereka aman karena ada uang Rusia di bank mereka.

    “(Mantan Presiden AS Joe) Biden memberi mereka 350 miliar dolar dalam bentuk uang tunai dan peralatan militer… dan kami tidak mendapat apa pun,” kata Trump kepada wartawan seperti diberitakan NewsNation, Kamis (1/5/2025).

    Trump mengatakan ia merasa AS tidak seharusnya memberikan bantuan secara cuma-cuma dan kemudian menyoroti sumber daya mineral yang sangat kaya di Ukraina.

    “Dan kami membuat kesepakatan hari ini di mana kami mendapatkan lebih banyak, secara teori, daripada 350 miliar dolar,” kata Trump, seperti diberitakan Pravda. 

    Ia juga menyatakan keinginannya untuk membantu mencapai kesepakatan perdamaian abadi dengan cepat guna mengakhiri kematian tentara di kedua belah pihak dan warga sipil.

    Trump terakhir kali bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada 26 April 2025 ketika keduanya menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan.

    Saat ditanya tentang isi pembicaraannya dengan Zelenskyy di Vatikan, Trump mengatakan dia menyampaikan kepada Zelensky bahwa akan sangat bagus jika mereka dapat membuat kesepakatan dan dia menandatanganinya.

    Sebelumnya, AS dan Ukraina menandatangani perjanjian mineral pada hari Rabu, 30 April 2025.

    Pada hari berikutnya, pemerintah Ukraina menerbitkan teks perjanjian tersebut.

    Teks tersebut menyebutkan setidaknya ada 57 jenis mineral yang akan ditambang di Ukraina bersama AS.

    Sebagai imbalannya, AS akan memberikan bantuan militer kepada Ukraina.

    Menurut dokumen tersebut, Ukraina akan menyumbangkan 50 persen dari semua pendapatan yang dihasilkan oleh lisensi baru untuk mengekstraksi mineral di area baru ke dalam dana tersebut, seperti diberitakan TASS. 

    AS dan Ukraina akan memiliki hak suara yang sama dalam mengelola dana tersebut.

    Selain itu, perjanjian tersebut tidak mempertimbangkan kewajiban langsung Ukraina kepada AS.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Sukses Kuasai ‘Harta Karun’ Langka Ukraina, Trump Janjikan Ini

    Sukses Kuasai ‘Harta Karun’ Langka Ukraina, Trump Janjikan Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat dan Ukraina resmi menandatangani kesepakatan penting pada Rabu (30/4/2025) yang memberikan Amerika Serikat akses istimewa terhadap mineral-mineral kritis di Ukraina, termasuk logam tanah jarang.

    Sebagai imbal balik, kesepakatan ini juga mencakup pendanaan AS untuk investasi rekonstruksi Ukraina pasca perang.

    Mengutip dari Reuters, Kamis (1/5/2025), Ukraina sendiri dikenal memiliki cadangan logam tanah jarang cukup signifikan, yang sangat penting untuk industri teknologi tinggi dan pertahanan. Adapun, logam ini digunakan untuk membuat magnet khusus dalam kendaraan listrik, ponsel, sistem rudal, dan peralatan elektronik lainnya.

    Berdasarkan survei Geologi AS (U.S. Geological Survey), setidaknya ada 50 mineral yang dikategorikan sebagai “kritis”, termasuk nikel dan litium. Mineral kritis ini dianggap vital untuk industri pertahanan, peralatan teknologi tinggi, kedirgantaraan, dan energi hijau.

    Sementara itu, Ukraina juga memiliki cadangan 22 dari 34 mineral kritis yang diidentifikasi Uni Eropa. Ini termasuk material industri dan konstruksi, ferro alloy, logam mulia dan non-ferrous, serta beberapa unsur tanah jarang.

    Menurut Institut Geologi Ukraina, negara ini memiliki logam tanah jarang seperti lantanum dan serium yang digunakan dalam TV dan lampu, kemudian neodimium yang digunakan dalam turbin angin dan baterai kendaraan listrik, serta erbium dan yttrium, yang aplikasinya mencakup tenaga nuklir hingga laser.

    Forum Ekonomi Dunia menyatakan bahwa Ukraina juga merupakan pemasok potensial utama untuk litium, berilium, mangan, galium, zirkonium, grafit, apatit, fluorit, dan nikel.

    Layanan Geologi Negara menyampaikan bahwa Ukraina memiliki salah satu cadangan lithium terbesar di Eropa, yang dikonfirmasi mencapai 500.000 ton metrik, cukup penting untuk baterai, keramik, dan kaca.

    Negara ini memiliki cadangan titanium, sebagian besar berada di wilayah barat laut dan tengah, sementara litium ditemukan di bagian tengah, timur, dan tenggara.

    Lantas, apa isi rincian kesepakatan antara AS dengan Ukraina? Apa yang akan diperoleh Ukraina dari penguasaan AS atas logam tanah jarangnya tersebut?

    Kedua negara menandatangani perjanjian tersebut di Washington setelah negosiasi selama berbulan-bulan yang penuh dinamika, dan sempat terhambat di menit-menit terakhir.

    Perjanjian ini membentuk dana investasi bersama untuk membantu rekonstruksi Ukraina. Selain itu, kesepakatan ini juga menandai komitmen Trump dalam mencari penyelesaian damai atas perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung selama tiga tahun.

    Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri Pertama Ukraina Yulia Svyrydenko terlihat menandatangani kesepakatan dalam sebuah foto yang diunggah oleh Departemen Keuangan di X (Twitter), yang menyebut perjanjian ini “jelas menunjukkan komitmen Pemerintahan Trump terhadap Ukraina yang bebas, berdaulat, dan makmur.”

    Svyrydenko menulis di X bahwa perjanjian ini membuat Washington akan berkontribusi pada dana tersebut. Ia juga menyebut perjanjian ini mencakup bantuan baru, misalnya sistem pertahanan udara untuk Ukraina.

    (wia)

  • Rusia Ejek Ukraina setelah Tandatangani Kesepakatan Mineral: Kehilangan Kekayaan demi Bantuan – Halaman all

    Rusia Ejek Ukraina setelah Tandatangani Kesepakatan Mineral: Kehilangan Kekayaan demi Bantuan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ukraina dan Amerika Serikat (AS) resmi menandatangani kesepakatan mineral pada Rabu (30/4/2025).

    Penandatanganan ini terjadi berbulan-bulan setelah Ukraina dan AS sempat bersitegang.

    Kesepakatan tersebut merupakan inti dari upaya Kyiv untuk memperbaiki hubungan dengan Presiden AS Donald Trump dan Gedung Putih.

    Para pejabat Ukraina berharap bahwa kesepakatan tersebut akan memastikan dukungan AS yang berkelanjutan untuk pertahanan Ukraina terhadap Rusia.

    Menanggapi hal tersebut, pejabat keamanan senior Rusia Dmitry Medvedev memberikan ejekan terhadap Ukraina.

    Medvedev mengatakan Ukraina seperti “ngemis” bantuan hingga menjual kekayaan negara kepada AS.

    “Sekarang, negara yang akan segera menghilang itu harus menggunakan kekayaan nasionalnya untuk membayar perlengkapan militer,” kata Medvedev, dikutip dari TASS.

    Kesepakatan mineral dicapai pada saat AS mengatakan semakin frustrasi dengan kegagalan Moskow dan Kyiv untuk datang ke meja perundingan damai.

    Moskow mengatakan pihaknya siap untuk melakukan perundingan langsung dengan Ukraina dan terbuka terhadap penyelesaian damai jangka panjang.

    Tetapi masalah yang dipertaruhkan sangat kompleks sehingga prosesnya tidak dapat terburu-buru.

    Kyiv menyatakan pihaknya menganjurkan gencatan senjata tanpa syarat segera selama sedikitnya 30 hari.

    Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan ia setuju pada prinsipnya, tetapi masih banyak masalah yang perlu diklarifikasi sebelum hal itu dapat terjadi.

    Putin telah mengumumkan gencatan senjata selama tiga hari pada 8-10 Mei 2025, ketika Rusia akan mengadakan perayaan untuk menandai peringatan 80 tahun kemenangan atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia Kedua.

    Kremlin mengatakan bahwa Rusia sendiri memiliki kekayaan mineral yang sangat besar dan telah menawarkan prospek kesepakatan kerja sama potensial dengan AS di wilayah Arktik dan tempat lainnya.

    Sergei Markov, mantan penasihat Kremlin, mengatakan bahwa menurutnya kesepakatan antara Washington dan Kyiv akan mempersulit Rusia untuk mencapai tujuannya di Ukraina melalui perundingan damai.

    Hal itu dikarenakan Trump telah menyiapkan mekanisme untuk “membenarkan” pengeluaran baru untuk perang.

    “AS mulai melihat dirinya sebagai semacam pemilik bersama Ukraina. Oleh karena itu, AS akan mengambil posisi yang dianggapnya pro-Ukraina,” ramal Markov, dikutip dari Reuters.

    Wakil Perdana Menteri Pertama Ukraina, Yulia Svyrydenko mengatakan kesepakatan itu memungkinkan Ukraina untuk “menentukan apa dan di mana akan mengekstraksi” dan bahwa lapisan tanah di bawahnya tetap dimiliki oleh Ukraina.

    Ukraina kaya akan sumber daya alam termasuk logam tanah jarang yang digunakan dalam elektronik konsumen, kendaraan listrik, dan aplikasi militer, antara lain.

    Penambangan tanah jarang global saat ini didominasi oleh China, yang terkunci dalam perang dagang dengan AS setelah kenaikan tarif yang tajam oleh Trump.

    Ukraina juga tercatat memiliki cadangan besar besi, uranium, dan gas alam.

    Svyrydenko mengatakan Ukraina tidak memiliki kewajiban utang kepada Amerika Serikat berdasarkan perjanjian tersebut, poin penting dalam negosiasi panjang antara kedua negara.

    Kesepakatan itu juga, katanya, mematuhi konstitusi Ukraina dan kampanye Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa, elemen kunci dalam posisi negosiasi Ukraina.

    Kesepakatan mineral dan upaya perdamaian AS telah dinegosiasikan secara terpisah tetapi mencerminkan pendekatan Washington terhadap Ukraina dan Rusia.

    Trump telah mengubah kebijakan AS dengan melunakkan sikap Washington terhadap Rusia dan terkadang secara keliru menyalahkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky atas perang tersebut.

    Proposal perdamaian AS menyerukan pengakuan klaim Rusia atas Krimea, yang direbutnya dari Ukraina pada tahun 2014, dan kemungkinan empat wilayah Ukraina lainnya.

    Zelensky mengatakan Kyiv tidak akan pernah melakukannya karena akan melanggar konstitusi Ukraina.

    “Yang penting, Perjanjian ini mengirimkan sinyal kepada mitra global bahwa kerja sama jangka panjang dengan Ukraina – selama beberapa dekade – tidak hanya mungkin tetapi juga dapat diandalkan,” kata Svyrydenko, dikutip dari Reuters.

    Draf perjanjian AS-Ukraina yang dilihat Reuters pada hari Rabu sebelumnya menunjukkan Ukraina berhasil menghapus persyaratan apa pun untuk membayar kembali bantuan militer AS di masa lalu, sesuatu yang ditentang keras oleh Kyiv.

    Draf tersebut tidak memberikan jaminan keamanan konkret AS bagi Ukraina, salah satu tujuan awalnya.

    Secara terpisah, Ukraina telah berdiskusi dengan sekutu Eropa mengenai pembentukan pasukan internasional untuk membantu memastikan keamanan Ukraina jika perjanjian damai dicapai dengan Rusia.

    (*)

  • Zelensky Puji Kesepakatan Mineral dengan AS: Benar-benar Setara – Halaman all

    Isi Perjanjian Mineral: Ukraina Beri 57 Mineral, Kyiv Dapat Aliran Bantuan Militer AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintahan Presiden Ukraina Volodymyrz Zelensky melalui Kabinet Menteri Ukraina merilis teks perjanjian mineral antara Ukraina dan Amerika Serikat (AS).

    Teks berbahasa Ukraina dan Inggris itu diresmikan oleh Wakil Perdana Menteri Pertama Ukraina sekaligus Menteri Ekonomi Ukraina, Yuliia Svyrydenko, dan Menteri Keuangan AS Scott K.H. Bessent.

    Sebelumnya, perjanjian tersebut ditandatangani pada hari Rabu, 30 April 2025.

    Teks yang terdiri dari 11 halaman itu menyebutkan sejumlah poin, termasuk pembentukan Dana Investasi Rekonstruksi AS-Ukraina yang mencakup 57 mineral.

    Di antara 57 mineral yang akan ditambang di Ukraina yaitu aluminium, antimon, arsenik, barit, berilium, bismut, cerium, sesium, kromium, kobalt, tembaga, disprosium, erbium, europium, fluor, fluorspar, gadolinium, galium, germanium, emas, hingga gas alam.

    Selain itu, teks yang dirilis pada hari Kamis (1/5/2025) jauh lebih sedikit daripada rancangan awal setebal 90 halaman yang diserahkan AS kepada Ukraina pada bulan Maret lalu.

    Dalam teks terbaru yang diresmikan kemarin, mencakup jaminan yang memastikan perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan komitmen Ukraina terhadap upayanya bergabung dengan Uni Eropa (UE).

    Jika terjadi pertentangan dengan proses aksesi UE, ketentuan perjanjian AS-Ukraina akan direvisi.

    “Yang terpenting, perjanjian tersebut tidak menempatkan Ukraina di bawah yurisdiksi AS,” lapor Pravda.

    Dokumen tersebut mengatakan perusahaan AS tidak dapat menolak untuk mendapatkan lisensi untuk mengekstraksi sumber daya mineral di Ukraina.

    Selain itu, dokumen tersebut juga menjamin perusahaan AS akan memiliki akses ke lelang atau negosiasi untuk sumber daya tersebut dengan persyaratan yang menguntungkan.

    Perjanjian tersebut tidak mengatur produksi atau pendapatan dari ekstraksi mineral lainnya, serta mengecualikan pendapatan dari infrastruktur Ukraina, seperti yang awalnya diusulkan oleh AS.

    Ukraina akan memberikan kontribusi pada dana bersama tersebut dengan menggunakan pendapatan dari penjualan lisensi dan royalti dari ekstraksi mineral tersebut.

    Selain itu, Ukraina tetap memiliki hak untuk melakukan transfer tambahan ke dana tersebut.

    AS Janjikan Bantuan Militer untuk Ukraina

    Perjanjian itu menetapkan kerangka politik untuk kerja sama antara Ukraina dan AS mengenai pengembangan mineral penting, penjualan mineral tersebut dan bantuan masa depan AS untuk Ukraina termasuk bantuan militer.

    Setidaknya, perjanjian itu memastikan aliran bantuan militer AS untuk Ukraina meski beberapa isu masih belum dijelaskan.

    Kontribusi AS terkait bantuan militer akan mencakup, antara lain, pasokan senjata baru untuk Angkatan Bersenjata Ukraina.

    Perjanjian tersebut menyatakan jika pemerintah AS memberikan Ukraina bantuan militer baru dalam bentuk apa pun, termasuk transfer sistem persenjataan, amunisi, teknologi atau pelatihan, maka kontribusi modal AS akan dianggap meningkat sebesar perkiraan nilai bantuan tersebut.

    Sebelumnya, Presiden AS Trump bersikeras agar Ukraina dan AS menandatangani kesepakatan semacam itu sebagai bentuk balas budi Ukraina atas bantuan militer yang selama ini diberikan untuk mendukungnya dalam perang melawan Rusia.

     (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • AS Sebut Ukraina Siap Serahkan 5 Wilayah kepada Rusia, Salah Satunya Krimea – Halaman all

    AS Sebut Ukraina Siap Serahkan 5 Wilayah kepada Rusia, Salah Satunya Krimea – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Keith Kellogg, utusan khusus Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, mengklaim Ukraina bersedia menyerahkan lima wilayah, termasuk Krimea, kepada Rusia.

    Meski demikian, Kellogg mengatakan Ukraina hanya akan mengakui kontrol Rusia atas kelima wilayah itu, tetapi tidak secara resmi mengakui kedaulatan Rusia atas kelimanya.

    Dalam wawancara dengan Fox News hari Rabu kemarin, Kellog ditanya apakah AS bakal menerima permintaan Rusia. Sebelumnya, Rusia meminta Ukraina agar mencabut klaimnya atas wilayah yang berada di bawah pendudukan Rusia.

    “Ya, sebagian. Lihatlah, Ukraina sudah berkata bahwa mereka bersedia menyerahkan wilayah itu, tidak secara de jure, selamanya, tetapi secara de facto karena Rusia pada kenyataannya telah mendudukinya. Mereka sudah menyetujuinya,” ucap Kellog dikutip dari Russia Today.

    Kata Kellog, Ukraina menginginkan gencatan senjata yang berarti bahwa “seseorang duduk di wilayah yang sekarang dipegangnya”.

    Lalu, dia mengaku telah menemui beberapa pejabat Ukraina di London sekitar seminggu yang lalu. Kellogg menyebut mereka menyejujui 22 syarat yang disodorkan AS, salah satunya adalah gencatan senjata penuh selama 30 hari.

    BRIGADE KHARTIA – Foto tak bertanggal yang dirilis Brigade Khartia Ukraina menunjukkan personel brigade dalam sebuah pertempuran. Jubir Khatia mengatakan Rusia memanfaatkan jeda Paskah untuk mempersiapkan serangan baru. (khartiia.org)

    Dia mengaku sudah mendesak Rusia agar menyetujui juga syarat dari AS. Namun, Rusia menegaskan bahwa agar gencatan secara penuh bisa diterapkan, Ukraina harus menghentikan mobilisasinya dan berhenti menerima bantuan militer dari luar negeri.

    Di samping itu, Presiden Rusia Vladimir Putin juga meminta Ukraina menarik diri dari wilayah Rusia yang masih diklaimnya.

    Media Barat: Putin rela cabut klaim atas wilayah Ukraina

    Beberapa hari lalu Putin diklaim sudah menyodorkan usul agar perang di Ukraina diakhiri.

    Klaim itu disampaikan oleh Financial Times yang mengutip beberapa narasumber yang disebut mengetahui perundingan untuk mengakhiri perang.

    Di St. Petersburg awal bulan ini, Putin dilaporkan telah berbincang dengan Steve Witkoff, utusan khusus Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Putin disebut berkata Rusia bisa mencabut klaimnya atas sebagian dari empat wilayah Ukraina yang masih dikontrol Kyiv.

    Di sisi lain, AS juga sudah menyodorkan proposal untuk mengakhiri perang.

    Dikutip dari Moscow Times, proposal itu termasuk mengakui pencaplokan Krimea oleh Rusia tahun 2014 dan mengakui penguasaan atas beberapa area yang diduduki di Ukraina bagian timur dan selatan.

    Narasumber Financial Times mengatakan Putin barangkali bersedia menarik kembali permintaannya mengenai penguasaan penuh atas empat wilayah yang diperebutkan apabila AS bersedia memberikan konsesi yang jauh lebih besar.

    Konsesi itu termasuk pengakuan resmi mengenai penguasaan Rusia atas Krimea dan jaminan bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

    Di sisi lain, Dmitry Peskov selaku juru bicara Kremlin membantah klaim yang disampaikan Financial Times.

    “Ada banyak kepalsuan yang kini dirilis, termasuk oleh media terpercaya, jadi kalian sebaiknya hanya mendengar dari sumber orisinil,” ujar Peskov kepada RIA Novosti, kantor berita Rusia.

    RIA Novosti mengatakan pertemuan antara Putin dan Witkoff terjadi tanggal 11 April lalu di St. Petersburg. Durasi pertemuan itu mencapai sekitar 4,5 jam.

    Menurut Yuri Ushakov, ajudan Putin, pertemuan itu terutama membahas persoalan Ukraina. Meski demikian, persoalan politik dan ekonomi turut diperbincangkan.

    Ushakov berujar AS sudah membahas sinyal-sinyal dari Rusia mengenai penyelesaian konflik di Ukraina.