Negara: Rusia

  • Trump Sebut Putin ‘Benar-benar Gila’, Kremlin Bilang Begini

    Trump Sebut Putin ‘Benar-benar Gila’, Kremlin Bilang Begini

    Moskow

    Kritikan terus dilontarkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin. Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia memberikan tanggapan santai, dengan menyebut rentetan kritikan Trump itu hanyalah “reaksi emosional”.

    Trump, pada akhir pekan, menyebut Putin “benar-benar menjadi GILA” setelah serangan besar-besaran Moskow terhadap Kyiv menewaskan sedikitnya 13 orang. Serangan ini dilancarkan saat upaya perdamaian antara kedua negara terus digencarkan oleh Trump, yang pernah berjanji akan mengakhiri perang dengan segera.

    Trump juga menyinggung soal “kejatuhan Rusia” jika Putin terus berambisi untuk menguasai seluruh wilayah Ukraina. Sang Presiden AS itu bahkan mengatakan dirinya “benar-benar” mempertimbangkan untuk menambah sanksi untuk Moskow.

    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, seperti dilansir Reuters dan Bloomberg, Rabu (28/5/2025), menanggapi kritikan-kritikan Trump untuk Putin dengan menyebutnya sebagai “reaksi emosional”. Peskov justru berterima kasih kepada Trump atas bantuannya dalam meluncurkan perundingan damai dengan Ukraina.

    “Awal dari proses negosiasi, yang telah diupayakan oleh pihak Amerika , merupakan pencapaian yang sangat penting, dan kami sangat berterima kasih kepada Amerika dan kepada Presiden Trump secara pribadi atas bantuan dalam mengorganisasi dan meluncurkan proses negosiasi ini,” kata Peskov.

    “Tentu saja, pada saat yang sama, ini merupakan momen yang sangat penting, yang tentu saja terkait dengan beban emosional yang sangat besar dari semua orang dan reaksi emosional,” ucap Peskov dalam pernyataan yang dikutip kantor berita TASS.

    Dalam pernyataan pada Minggu (25/5), Trump secara terang-terangan menyebut Putin “benar-benar menjadi gila” setelah rentetan serangan drone besar-besaran dan mematikan Moskow menghantam berbagai wilayah Ukraina hingga memakan sedikitnya 13 korban jiwa.

    “Saya selalu mengatakan bahwa dia menginginkan SELURUH Ukraina, bukan hanya sebagian saja, dan mungkin itu terbukti benar, tetapi jika dia melakukannya, itu akan menyebabkan kejatuhan Rusia!” ucapnya.

    Pernyataan Trump itu menjadi teguran langka terhadap Putin, yang seringkali dibahas oleh sang Presiden AS itu dengan penuh kekaguman. Namun, Trump mulai menunjukkan rasa frustrasi yang meningkat dengan posisi Rusia dalam negosiasi gencatan senjata yang menemui jalan buntu dengan Kyiv baru-baru ini.

    Trump sebelumnya juga mengatakan kepada wartawan bahwa dirinya “tidak senang” dengan serangan terbaru Rusia terhadap Ukraina, dan menegaskan bahwa dirinya “benar-benar” mempertimbangkan untuk menambah sanksi terhadap Moskow.

    Dalam kritikan terbarunya pada Selasa (27/5), Trump menyebut Putin sedang “bermain api” saat upaya perdamaian Ukraina terhenti dan Rusia terus melancarkan rentetan serangan terhadap negara tetangganya itu. Trump juga memperingatkan bahwa Rusia berisiko mendapatkan rentetan sanksi baru.

    “Yang tidak disadari Vladimir Putin adalah jika bukan karena saya, banyak hal yang sangat buruk akan terjadi pada Rusia, dan maksud saya SANGAT BURUK,” kata Trump dalam pernyataan terbaru via media sosial Truth Social.

    “Dia bermain api!” sebut Trump merujuk pada Putin.

    Selain mengkritik Putin, Trump juga melontarkan komentar keras terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang menyindir “bungkamnya Amerika” terhadap kebrutalan Rusia di negaranya.

    “Presiden Zelensky tidak membantu negaranya dengan berbicara seperti itu. Semua yang keluar dari mulutnya menimbulkan masalah, saya tidak menyukainya, dan sebaiknya itu dihentikan,” ujarnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Bilang Putin Bermain Api, Rusia Berisiko Dapat Sanksi Baru

    Trump Bilang Putin Bermain Api, Rusia Berisiko Dapat Sanksi Baru

    Washington DC

    Kritikan kembali dilontarkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin. Yang terbaru, Trump memperingatkan bahwa Putin sedang “bermain api” saat upaya perdamaian Ukraina terhenti.

    Kritikan terbaru Trump ini dilontarkan setelah dia menyebut Putin “benar-benar menjadi GILA” setelah rentetan serangan udara besar-besaran Moskow menghantam Kyiv, ibu kota Ukraina.

    Trump juga memperingatkan bahwa Rusia berisiko mendapatkan rentetan sanksi baru.

    “Yang tidak disadari Vladimir Putin adalah jika bukan karena saya, banyak hal yang sangat buruk sudah terjadi pada Rusia, dan maksud saya SANGAT BURUK,” kata Trump dalam pernyataan terbaru via media sosial Truth Social, seperti dilansir AFP, Rabu (28/5/2025).

    “Dia bermain api!” sebut Trump merujuk pada Putin.

    Trump tidak menyebutkan hal-hal “sangat buruk” seperti apa yang dimaksudnya, atau membuat ancaman khusus apa pun. Gedung Putih belum memberikan penjelasan atas maksud pernyataan terbaru Trump tersebut.

    Namun, media terkemuka Wall Street Journal (WSJ) dan CNN melaporkan bahwa Trump sekarang mempertimbangkan sanksi baru terhadap Rusia paling cepat minggu ini, sambil menekankan bahwa dia masih dapat berubah pikiran.

    Pendahulunya, mantan Presiden Joe Biden, memberlakukan sanksi besar-besaran setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Tetapi sejauh ini, Trump masih menghindari apa yang menurutnya dapat menjadi sanksi yang “menghancurkan” terhadap bank-bank Rusia.

    Kritikan terbaru Trump ini menandai perubahan besar dari sikap sebelumnya terhadap Putin, yang sering dia kagumi dan sebelumnya dia menahan diri untuk mengkritik.

    Beberapa waktu terakhir, Trump semakin menunjukkan rasa frustrasi yang meningkat terhadap posisi Rusia dalam perundingan gencatan senjata dengan Ukraina yang menemui jalan buntu. Rasa frustrasi itu memuncak pada akhir pekan ketika Moskow melancarkan serangan drone besar-besaran terhadap Kyiv, yang menewaskan 13 orang.

    “Saya selalu memiliki hubungan yang sangat baik dengan Vladimir Putin dari Rusia, tetapi sesuatu telah terjadi padanya. Dia benar-benar menjadi GILA!” kata Trump dalam postingan Truth Social pada Minggu (25/5) malam.

    Serangan Rusia terus berlanjut meskipun ada percakapan telepon antara Trump dan Putin sekitar delapan hari lalu, di mana sang Presiden AS mengatakan Presiden Rusia telah setuju untuk “segera” memulai perundingan gencatan senjata.

    Moskow, pada Selasa (27/5), menuduh Kyiv berupaya “mengganggu” upaya perdamaian dan mengklaim serangan udaranya terhadap Ukraina merupakan “respons” terhadap meningkatnya serangan drone terhadap warga sipil Rusia.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ukraina Bersama Sekutu Eropa Merusak Perundingan Perdamaian

    Ukraina Bersama Sekutu Eropa Merusak Perundingan Perdamaian

    JAKARTA – Kementerian Pertahanan Rusia menuding Ukraina yang didukung oleh beberapa negara Eropa, mengambil “langkah provokatif” yang bertujuan menggagalkan perundingan perdamaian langsung yang diprakarsai Moskow dengan Kyiv.

    Perundingan langsung pertama antara Rusia dan Ukraina dalam lebih dari tiga tahun berlangsung pada 16 Mei, tetapi gagal menghasilkan kesepakatan gencatan senjata.

    “Atas inisiatif Federasi Rusia, dialog langsung Rusia-Ukraina mengenai penyelesaian konflik secara damai di Ukraina telah dilanjutkan,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dilansir Reuters, Selasa, 27 Mei.

    “Pada saat yang sama, rezim Kyiv, yang didukung oleh sejumlah negara Eropa, telah mengambil sejumlah langkah provokatif yang bertujuan untuk mengganggu proses negosiasi,” sambung pernyataan itu.

    Menurut Kementerian Rusia, sejak 20 Mei, Ukraina telah meningkatkan serangan pesawat nirawak dan rudal secara signifikan di wilayah Rusia, menggunakan amunisi yang dipasok Barat dan menargetkan wilayah sipil.

    Antara 20 Mei malam dan  27 Mei pagi, sistem pertahanan udara Rusia mencegat dan menghancurkan 2.331 pesawat nirawak Ukraina, termasuk 1.465 di luar zona konflik langsung.

     

    Ukraina juga telah melaporkan peningkatan tajam dalam serangan Rusia di wilayahnya, termasuk rentetan serangan yang memecahkan rekor pada Minggu malam.

    Peningkatan tersebut mendorong Presiden AS Donald Trump berkomentar Presiden Rusia Vladimir Putin telah “benar-benar gila,” sembari mengancam sanksi baru.

    Kementerian pertahanan Rusia pada Selasa mengatakan serangannya bersifat pembalasan, tepat sasaran, dan hanya ditujukan pada fasilitas dan perusahaan militer di dalam kompleks industri militer Ukraina.

  • Vladimir Putin Ingin Batasi Layanan Microsoft dan Zoom di Rusia

    Vladimir Putin Ingin Batasi Layanan Microsoft dan Zoom di Rusia

    JAKARTA – Presiden Rusia Vladimir Putin ingin membatasi platform asing seperti Microsoft dan Zoom di negaranya. Pembatasan ini dilakukan karena perusahaan Barat dianggap terlalu menguasai pasar.

    Pernyataan ini disampaikan Putin setelah Stanislav Yodkovsky, pemilik perusahaan yang menawarkan layanan konferensi video, membahas tentang persaingan yang ketat di sektor bisnisnya. Pasalnya, masih ada pesaing seperti Microsoft dan Zoom yang menguasai pasar.

    “Anda harus mencekik (membatasi operasi) mereka. Saya sepenuhnya setuju (dengan ide tersebut),” kata Putin dalam sebuah pertemuan, dikutip dari Business Insider pada Selasa, 27 Mei. “Saya katakan ini tanpa rasa malu karena mereka mencoba mencekik kita juga.”

    Yodkovsky sepakat dengan pernyataan Putin. Ia meminta orang nomor satu di Rusia itu untuk membatasi aktivitas perusahaan asing, khususnya Microsoft dan Zoom, karena mereka telah meninggalkan Rusia.

    Berdasarkan hasil analisis lokal, Yodkovsky mengatakan bahwa persaingan internasional di pasar lokal tidak berjalan dengan mulus karena perusahaan asing masih mendapatkan pelanggan. Akibatnya, perusahaan Barat merugikan perusahaan Rusia hingga miliaran dolar.

    “Batasi layanan yang telah meninggalkan Rusia seperti Zoom dan Microsoft,” desak Yodkovsky. Putin pun kembali menanggapi dengan respons yang positif.

    Selain berencana membatasi layanan perusahaan Barat, Putin juga ingin membatasi kebiasaan masyarakatnya yang masih menggunakan layanan asing. Menurut Putin, menggunakan layanan Barat merupakan kebiasaan buruk yang harus dihentikan.

  • Putin Ngamuk di Ukraina, Jet tempur NATO Meluncur ke Perbatasan

    Putin Ngamuk di Ukraina, Jet tempur NATO Meluncur ke Perbatasan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan di wilayah timur Eropa kembali meningkat setelah Polandia mengerahkan jet tempur NATO pada Senin (26/5/2025), menyusul serangan besar-besaran Rusia ke Ukraina yang melibatkan ratusan rudal dan drone.

    Militer Polandia menyebut langkah tersebut sebagai respons terhadap “aktivitas baru penerbangan jarak jauh Federasi Rusia” yang meluncurkan serangan udara terhadap berbagai wilayah di Ukraina.

    “Semua prosedur yang diperlukan untuk menjamin keamanan wilayah udara Polandia telah diaktifkan,” demikian pernyataan militer Polandia melalui platform X.

    “Komando Operasi Angkatan Bersenjata Polandia sedang memantau situasi, dan seluruh pasukan serta sumber daya bawahan tetap dalam kesiapan penuh untuk merespons secara segera.”

    Langkah ini diambil setelah Rusia melakukan dua malam berturut-turut, yang kini berlanjut ke hari ketiga, serangan skala besar menggunakan rudal jelajah dan drone terhadap berbagai kota di Ukraina, termasuk Kyiv, Kharkiv, Odesa, dan Dnipropetrovsk.

    Menurut Angkatan Udara Ukraina, pada Senin pagi Rusia meluncurkan 355 drone serang dan sembilan rudal jelajah dalam gelombang terbaru serangan ke wilayah Ukraina. Sehari sebelumnya, Rusia juga melancarkan 300 drone serang dan 70 rudal, yang menyebabkan sedikitnya 13 orang tewas, seperti dilaporkan The Moscow Times.

    Target serangan Rusia meliputi Kyiv, Chernihiv, Dnipropetrovsk, Zhytomyr, Sumy, Kharkiv, Odesa, Mykolaiv, Khmelnytskyi, Ternopil, Cherkasy, dan Poltava, menunjukkan penyebaran serangan yang luas di seluruh Ukraina.

    Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan pihaknya berhasil menangkis serangan balik dari Ukraina yang juga melibatkan drone dan rudal jarak jauh. Dalam pernyataan resmi, Rusia menyebut telah menembak jatuh tujuh bom udara berpemandu JDAM, lima roket HIMARS buatan AS, serta 220 drone bersayap tetap yang 139 di antaranya di luar zona operasi militer khusus.

    Sebagai anggota NATO yang berbatasan langsung dengan Ukraina, Polandia telah meningkatkan kewaspadaan tinggi sejak pecahnya perang pada Februari 2022. Pemerintah di Warsawa secara rutin menuduh Rusia melakukan aksi provokatif di sepanjang perbatasan timur NATO, termasuk dugaan pelanggaran wilayah udara oleh rudal Rusia dalam beberapa insiden sebelumnya.

     

    (luc/luc)

  • Momen Ditoyor Istri Tuai Sorotan, Macron Bilang Cuma Candaan

    Momen Ditoyor Istri Tuai Sorotan, Macron Bilang Cuma Candaan

    Jakarta

    Presiden Prancis Emmanuel Macron disorot publik usai video ditoyor istrinya, Brigitte, dalam pesawat viral. Macron pun sudah buka suara terkait kejadian tersebut.

    Kejadian itu disebut terjadi pada saat Macron berada dalam pesawat ketika mendarat di Hanoi, Vietnam, pada Minggu (25/5) yang lalu. Macron merespons video yang memperlihatkan sang istri mendorong wajahnya menjauh.

    Dalam video beredar, terlihat Brigitte menjulurkan kedua tangannya dan mendorong wajah suaminya, menurut rekaman yang diambil oleh kantor berita Associated Press.

    Presiden Prancis itu tampak terkejut tetapi dengan cepat pulih dan berbalik untuk melambaikan tangan melalui pintu yang terbuka. Tetapi dengan sebagian besar tubuhnya tersembunyi di balik pesawat, mustahil untuk melihat ekspresi wajah atau bahasa tubuh istrinya.

    Istana Elysee berharap bahwa kunjungan ke Vietnam akan menunjukkan jangkauan Prancis ke Indo-Pasifik, tetapi hal itu telah dibayangi oleh insiden yang terjadi saat pintu pesawat kepresidenan terbuka setelah mendarat di Hanoi pada hari Minggu.

    Macron Sebut Cuma Bercanda

    Foto: Reuters

    Macron, dalam komentarnya, membantah secara tegas soal adanya “perselisihan rumah tangga” dengan istrinya. Dia menyebut dirinya dan sang istri hanya “bercanda seperti yang sering kami lakukan”.

    “Istri saya dan saya bertengkar kecil, kami sedikit bercanda, dan saya terkejut,” kata Macron dalam penjelasannya kepada wartawan di Hanoi.

    Macron mengaku heran lantaran insiden kecil tersebut dianggap seperti bencana. Selain itu, menurutnya, ada pihak-pihak yang juga menyampaikan teori yang tidak benar.

    “Sekarang ini telah menjadi semacam bencana planet, dan beberapa orang bahkan mengemukakan teori,” sebutnya dengan nada menyindir komentar negatif yang muncul.

    Rusia Olok-olok Macron

    Foto: Dok. Anadolu Agency

    Rusia memberikan komentar olok-olokan terhadap video viral yang menunjukkan insiden kecil antara Presiden Prancis Emmanuel Macron dan istrinya, Brigitte, di dalam pesawat usai mendarat di Vietnam. Moskow menyindir soal keterlibatan “tangan Kremlin” dalam insiden itu, apa maksudnya?

    Komentar bernada olok-olokan itu, seperti dilansir AFP, Selasa (27/5), dilontarkan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, dalam pernyataan via Telegram.

    Tidak diketahui secara pasti alasan Rusia ikut berkomentar, namun seorang anggota rombongan Macron, yang tidak disebut identitasnya, sebelumnya menyalahkan akun-akun pro-Rusia atas komentar negatif tentang insiden tersebut.

    Zakharova dalam komentarnya menyebut Macron menerima “pukulan hook kanan dari istrinya” saat pasangan itu tiba di Hanoi, Vietnam. Namun, menurut Zakharova, para penasihat Macron akan berupaya menjelaskan maksud dari perilaku Brigitte tersebut.

    “Apalah Ibu Negara memutuskan untuk menghibur suaminya dengan tepukan lembut di pipi dan keliru menghitung kekuatannya? Apakah dia memberinya tisu, tapi luput? Apakah dia ingin membetulkan kerah bajunya, tetapi malah mengenai wajah orang tersayang?” sebut Zakharova dalam olok-olokannya.

    “Ini petunjuknya: mungkin itu adalah ‘tangan Kremlin’?” sindir Zakharova, tanpa menjelaskan maksudnya.

    Halaman 2 dari 3

    (maa/maa)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Sosok Astronaut NASA Tertua, Masih Kuat Bolak-balik Antariksa

    Sosok Astronaut NASA Tertua, Masih Kuat Bolak-balik Antariksa

    Jakarta, CNBC Indonesia – Berusia tua bukan berarti tak produktif. Ambil contoh Don Pettit, seorang astronaut NASA berusia 70 tahun yang masih aktif menjalankan misi.

    Pettit baru saja merayakan ulang tahun ke-70 pada 20 April 2025. Bertepatan dengan momen spesial itu, Pettit kembali ke Bumi setelah menghabiskan 7 bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). 

    Pettit, bersama dua kosmonaut Rusia, Alexei Ovchinin dan Ivan Vagner, mendarat dengan kapsul Soyuz di Kazakhstan pada 20 April 2025. Selama 220 hari di orbit, mereka mengelilingi Bumi sebanyak 3.520 kali dan menempuh perjalanan sejauh 150 juta kilometer.

    Ini merupakan penerbangan luar angkasa keempat bagi Pettit, yang telah menghabiskan total lebih dari 18 bulan di orbit sepanjang karier 29 tahunnya di NASA.

    Kapsul kecil para astronaut mendarat di kawasan terpencil di tenggara Dzhezkazgan sekitar pukul 01.20 GMT, hanya beberapa jam setelah undocking dari ISS.

    Foto-foto yang dibagikan NASA menunjukkan kapsul tersebut mendarat dengan bantuan parasut, diiringi latar belakang matahari terbit yang dramatis.

    Setelah mendarat, ketiga astronaut terlihat memberikan isyarat jempol saat dievakuasi menuju tenda medis.

    Meski tampak kelelahan, NASA memastikan Pettit dalam kondisi baik untuk astronaut seusai misi luar angkasa, demikian dikutip dari Straits Times, Selasa (27/5/2025).

    Dari Kazakhstan, Pettit dijadwalkan terbang ke kota Karaganda sebelum melanjutkan perjalanan ke Johnson Space Center di Texas, AS.

    Selama di ISS, ketiganya menjalankan berbagai penelitian penting, termasuk teknologi penyaringan air, pertumbuhan tanaman di kondisi ekstrem, serta perilaku api di mikrogravitasi.

    Misi mereka hampir sepanjang misi terlama NASA baru-baru ini, di mana astronaut Butch Wilmore dan Suni Williams menghabiskan sembilan bulan di orbit akibat kegagalan teknis pesawat mereka.

    Kisah Pettit memberikan inspirasi kepada kita untuk terus berkarya sepanjang masih bisa hidup. Semoga informasi ini bermanfaat!

    (fab/fab)

  • Rusia Tuduh Ukraina Gencarkan Serangan untuk Gagalkan Perundingan Damai

    Rusia Tuduh Ukraina Gencarkan Serangan untuk Gagalkan Perundingan Damai

    Jakarta

    Pemerintah Rusia menuduh Ukraina meningkatkan serangan udara dengan tujuan menggagalkan perundingan damai. Moskow juga mengatakan bahwa serangan besar-besarannya terhadap Ukraina merupakan “respons” atas serangan drone Ukraina terhadap Rusia.

    Upaya yang dipimpin Amerika Serikat untuk memaksakan perundingan damai antara kedua negara tetangga tersebut, sejauh ini gagal mencapai terobosan. Ini membuat Presiden AS Donald Trump frustrasi dengan kedua belah pihak.

    Sebelumnya pada hari Senin (27/5) waktu setempat, Moskow melancarkan serangan udara terbesar terhadap Ukraina sejak dimulainya operasi militer skala penuh pada tahun 2022.

    “Kyiv, dengan dukungan beberapa negara Eropa, telah mengambil serangkaian langkah provokatif untuk menggagalkan perundingan yang diprakarsai oleh Rusia,” kata Kementerian Pertahanan Rusia, dilansir kantor berita AFP, Selasa (27/5/2025).

    Kementerian menambahkan bahwa pasukan Rusia menyerang Ukraina “sebagai respons terhadap serangan drone Ukraina secara massal di wilayah Rusia”.

    Moskow mengklaim bahwa mereka hanya menyerang “target militer” di Ukraina. Namun, militer Rusia melancarkan serangan pada hari Minggu lalu, yang menewaskan 13 warga sipil, termasuk tiga anak dari keluarga yang sama, di kota Zhytomyr di Ukraina bagian tengah.

    Moskow mengatakan telah melancarkan serangan-serangan setelah Ukraina mengirim 1.465 drone ke Rusia sejak 20 Mei lalu.

    Sebelumnya, setelah serangan besar-besaran di Ukraina, Trump mengatakan bahwa pemimpin Rusia Vladimir Putin telah menjadi “gila”.

    Komentar Trump tersebut merupakan kata-kata keras yang jarang terjadi terhadap Putin. Ini disampaikan Trump pada Minggu (25/5) waktu setempat setelah sejumlah serangan drone Rusia menewaskan sedikitnya 13 orang di Ukraina, meskipun ada pertukaran tahanan dan desakan AS untuk gencatan senjata.

    “Saya selalu memiliki hubungan yang sangat baik dengan Vladimir Putin dari Rusia, tetapi sesuatu telah terjadi padanya. Dia benar-benar menjadi GILA!” tulis Trump dalam sebuah posting di media sosial miliknya, Truth Social.

    Saya selalu mengatakan bahwa dia menginginkan SELURUH Ukraina, bukan hanya sebagian saja, dan mungkin itu terbukti benar, tetapi jika dia menginginkannya, itu akan menyebabkan kejatuhan Rusia!” tambahnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Apa yang Diincar Presiden Macron di Vietnam?

    Apa yang Diincar Presiden Macron di Vietnam?

    Jakarta

    Presiden Prancis Emmanuel Macron memulai tur Asia Tenggaranya dengan mengunjungi Vietnam, sebuah upaya memperkuat posisi strategis Uni Eropa di kawasan yang tengah berada di tengah persaingan AS dan Cina.

    Dalam pertemuan dengan pemimpin tertinggi Vietnam, To Lam, pada Senin (26/5), Macron memanfaatkan kekhawatiran yang muncul akibat perang dagang di era Donald Trump dan sikap agresif Cina dalam sengketa Laut Cina Selatan.

    “Bersama Prancis, Anda memiliki mitra yang sudah dikenal, aman, dan bisa diandalkan. Di masa seperti ini, hal itu sangat berharga,” ujar Macron kepada To Lam, Sekjen Partai Komunis Vietnam.

    Ini menjadi kunjungan pertama seorang presiden Prancis ke Vietnam dalam hampir satu dekade terakhir.

    Setelah dari Vietnam, Macron dijadwalkan mengunjungi Indonesia untuk bertemu Sekjen ASEAN Kao Kim Hourn dan diperkirakan akan ikut dalam pertemuan antara Presiden Indonesia Prabowo Subianto dengan Perdana Menteri Cina Li Qiang.

    Ia juga akan dijadwalkan akan melanjutkan perjalanan ke Singapura untuk menjadi pemimpin Eropa pertama yang menyampaikan pidato utama dalam forum keamanan bergengsi, Shangri-La Dialogue.

    Selain Macron, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga dijadwalkan akan mengunjungi kawasan Asia Tenggara dalam beberapa minggu ke depan.

    Prancis semakin mendekatkan diri ke Vietnam

    Namun, Vietnam juga menjalin kemitraan serupa dengan AS, Rusia, Cina, serta negara-negara lain seperti India, Australia, dan Singapura.

    “Vietnam lebih piawai dari negara mana pun di Asia Tenggara dalam mencari peluang dan memperluas mitra ekonomi maupun diplomatik. Prancis menjadi kunci strategi Vietnam di Eropa,” kata Zachary Abuza, dosen di National War College, Washington, kepada DW.

    Di sisi lain, banyak negara Barat kini mulai melihat Vietnam sebagai alternatif yang menjanjikan selain Cina, terutama dalam hal tenaga kerja murah dan akses ke pasar Asia.

    Vietnam saat ini menjadi mitra dagang ke-17 terbesar Uni Eropa secara global dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Menurut Komisi Eropa, perdagangan barang antara kedua pihak tumbuh 13% dan mencapai €67 miliar pada 2024.

    Pada hari Senin (26/05), Presiden Macron menyaksikan penandatanganan sejumlah kesepakatan ekonomi, termasuk pembelian 20 pesawat Airbus oleh maskapai berbiaya murah Vietnam, VietJet. Menurut firma analis Cirium, Airbus memasok sekitar 90% armada Vietnam.

    Langkah ini dilakukan di tengah tekanan dari AS agar Vietnam lebih memilih perusahaan Amerika, dibanding Eropa.

    Pada April lalu, AS mengumumkan tarif impor sebesar 46% terhadap produk-produk Vietnam, meski belakangan penerapannya ditunda hingga Juli. Di saat yang sama, Vietnam berjanji menurunkan tarif terhadap barang-barang AS dan menyetujui proyek-proyek yang terkait dengan bisnis keluarga Trump, termasuk percepatan proyek lapangan golf senilai $1,5 miliar di luar Hanoi.

    Selain itu, Vietnam juga berjanji membeli lebih banyak produk AS. Laporan terbaru menyebutkan Vietnam Airlines sedang mempertimbangkan pembelian lebih dari 200 pesawat dari Boeing. Namun, seperti dilaporkan Reuters, pejabat Eropa telah memperingatkan Vietnam bahwa berpaling dari Eropa ke AS bisa merusak hubungan Vietnam dengan Uni Eropa.

    Mampukah Prancis dan Jerman geser dominasi Rusia di bidang pertahanan?

    Khac Giang Nguyen, peneliti tamu di ISEAS–Yusof Ishak Institute, Singapura, mengatakan bahwa Vietnam memandang Prancis sebagai “penyeimbang terhadap Cina dan jembatan menuju pasar Eropa, hal yang makin penting di tengah ketidakpastian soal tarif AS.”

    “Perdagangan memang jadi fokus utama pembicaraan dengan Macron, tapi isu keamanan juga tak akan diabaikan,” tambahnya. “Yang menarik untuk diperhatikan adalah kemungkinan kerja sama energi nuklir dan pengadaan alat pertahanan, karena Vietnam ingin mengurangi ketergantungan pada senjata buatan Rusia.”

    Hingga tahun 2022, sekitar 90% persenjataan Vietnam berasal dari Rusia. Namun, sejak invasi penuh Rusia ke Ukraina, Hanoi mulai berupaya mendiversifikasi mitra pertahanannya.

    Negara-negara Asia Tenggara kini memang mulai mencari mitra keamanan baru di luar AS dan Rusia. Di sisi lain, Prancis dan Jerman makin aktif dalam menjalin diplomasi pertahanan.

    Prancis masih punya ‘taji’ di ASEAN

    Kunjungan Macron menjadi kesempatan untuk memperkuat hubungan pertahanan dengan Vietnam, yang telah lama bersitegang dengan Cina terkait wilayah di Laut China Selatan.

    Prancis secara rutin menggelar patroli kebebasan navigasi di wilayah tersebut, dan masih memiliki pangkalan militer di Indo-Pasifik melalui wilayah-wilayah seberang lautnya, seperti Reunion dan Mayotte.

    Dalam konferensi pers, Macron menyatakan bahwa kemitraan dengan Vietnam “mencakup kerja sama pertahanan yang diperkuat,” dengan berbagai proyek bersama di bidang pertahanan dan antariksa.

    Presiden Vietnam Luong Cuong, yang berdiri di samping Macron, menyebut kerja sama ini meliputi “berbagi informasi strategis” serta kolaborasi dalam bidang persenjataan, keamanan siber dan penanggulangan terorisme.

    Pengabaian isu HAM?

    Di tengah persaingan pengaruh antara Brussels, Beijing, dan Washington di Asia Tenggara, banyak yang khawatir isu hak asasi manusia dan demokrasi kini tak lagi jadi prioritas utama bagi mitra internasional kawasan ini.

    Menjelang kedatangan Macron, organisasi-organisasi HAM mendesaknya untuk menyoroti kondisi HAM di Vietnam yang makin memburuk sejak Perjanjian Perdagangan Bebas Uni Eropa-Vietnam disahkan pada 2021.

    “Penindasan besar-besaran terhadap kebebasan berbicara dan berkumpul di Vietnam bertolak belakang dengan janji yang dibuat pemerintah kepada Prancis dan Uni Eropa,” kata Benedicte Jeannerod dari Human Rights Watch.

    Ia menambahkan, “Otoritas Vietnam makin banyak memenjarakan pembela demokrasi dan menolak reformasi yang dibutuhkan untuk mematuhi komitmen HAM mereka,” tambahnya.

    Presiden Komite HAM Vietnam, Penelope Faulkner juga mengingatkan bahwa Macron “jangan sampai melupakan nilai-nilai dasar Prancis, termasuk hak asasi manusia.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Tezar Aditya

    Editor: Hendra Pasuhuk

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Jerman Izinkan Ukraina Gunakan Senjatanya untuk Serang Rusia

    Jerman Izinkan Ukraina Gunakan Senjatanya untuk Serang Rusia

    Jakarta

    Kanselir Friedrich Merz mengumumkan bahwa Jerman, bersama Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat, telah mencabut batasan jangkauan senjata yang dikirimkan ke Ukraina. Langkah ini memungkinkan Kyiv untuk menyerang target militer di wilayah Rusia.

    Ukraina sejatinya telah lama menuntut pencabutan larangan tersebut, namun selalu ditolak oleh negara-negara Barat dengan dalih tidak ingin dianggap terlibat perang.

    Kini “tidak ada lagi batasan jangkauan untuk senjata yang dikirim ke Ukraina — baik oleh Inggris, Prancis, kami, maupun Amerika Serikat,” kata Merz di konferensi digital re:publica di Berlin, Senin (27/5).

    “Dengan keputusan ini, Ukraina berarti diizinkan mempertahankan diri, misalnya, dengan menyerang posisi militer di Rusia… Sesuatu yang hingga kini nyaris tak dilakukan. Sekarang mereka bisa melakukannya,” lanjutnya.

    Merz menegaskan kembali komitmennya terhadap Ukraina lewat unggahan di platform X (dulu Twitter), dengan menulis, “kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk terus mendukung Ukraina.”

    Meski demikian, Merz tidak merinci negara mana yang terlebih dahulu membuat keputusan tersebut atau pada tahap mana keputusan itu diambil.

    Rusia: “Berbahaya” dan bertentangan dengan upaya perdamaian

    Kremlin mengecam keputusan tersebut sebagai langkah “berbahaya” dan bertentangan dengan tujuan penyelesaian damai.

    Rusia telah lama mengecam pengiriman senjata jarak jauh oleh negara-negara Barat ke Ukraina, dan secara khusus memperingatkan Jerman agar tidak mengirim sistem rudal Taurus kepada Ukraina, karena memiliki daya jelajah hingga 500 kilometer.

    Perubahan sikap Barat

    Pada awal invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada 2022, negara-negara Barat enggan mengirim senjata jarak jauh untuk mencegah eskalasi konflik. Namun, kebijakan itu mulai berubah. Inggris dan Prancis telah memasok rudal jelajah Storm Shadow/Scalp yang dapat menjangkau sekitar 250 kilometer.

    Pada November 2024, Presiden AS saat itu Joe Biden mengizinkan Ukraina menggunakan sistem rudal ATACMS untuk menyerang target di Rusia. Pada bulan yang sama, Ukraina dikabarkan menembakkan rudal Storm Shadow ke wilayah Rusia setelah mendapat persetujuan dari Inggris. Prancis juga menegaskan bahwa serangan terhadap target militer di Rusia adalah opsi yang sah.

    Di bawah bekas Kanselir Olaf Scholz, Jerman memilih tidak mengirim sistem rudal Taurus demi menghindari provokasi terhadap Moskow. Sebaliknya, meski Merz pernah menyatakan dukungannya secara terbuka, dia tidak menyebutkan Taurus secara spesifik dalam pernyataannya hari Senin.

    Pemerintah baru Jerman kini memilih untuk tidak mengumumkan secara terbuka jenis senjata yang dikirim ke Ukraina, dengan alasan strategi ambiguitas.

    Rusia memperingatkan bahwa jika Ukraina menggunakan rudal Taurus buatan Jerman untuk menyerang infrastruktur transportasi, hal itu akan dianggap sebagai “keterlibatan langsung” Berlin dalam konflik.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh: Rizki Nugraha
    Editor: Hendra Pasuhuk

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini