Negara: Rusia

  • 4 Juta Orang Mengungsi, Krisis Sudan Jarang Mendapat Sorotan

    4 Juta Orang Mengungsi, Krisis Sudan Jarang Mendapat Sorotan

    Enggak mau ketinggalan berita-berita terkini? Kami sudah merangkumnya untuk Anda.

    Dunia Hari Ini, edisi Rabu, 4 Juni 2025 kita awali dari Sudan.

    ‘Krisis kemanusiaan’ di Sudan

    Lebih dari empat juta orang sudah meninggalkan Sudan sejak dimulainya perang saudara pada tahun 2023, kata pejabat badan pengungsi PBB.

    Kekerasan mulai melanda Sudan pada bulan April 2023, yang menewaskan puluhan ribu orang, sementara 13 juta orang mengungsi karena kelaparan yang terjadi di beberapa daerah.

    “Jika konflik berlanjut di Sudan, kami memperkirakan ribuan orang lagi akan terus mengungsi, yang membahayakan stabilitas regional dan global,” kata Eujin Byun, juru bicara badan pengungsi PBB atau UNHCR.

    Lebih dari 800.000 pengungsi sudah berada di Chad, dengan kondisi tempat tinggal sangat buruk karena kekurangan dana, menurut UNHCR.

    “Ini adalah krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya yang sedang kita hadapi. Ini adalah krisis kemanusiaan,” ujar Dossou Patrice Ahouansou dari UNHCR.

    Elon Musk menyerang Donald Trump

    Miliarder Elon Musk menyerang Presiden Donald Trump dengan kebijakannya yang ingin melakukan pemotongan pajak hingga $3 triliun.

    Hanya beberapa hari setelah meninggalkan perannya sebagai penasihat presiden Amerika Serikat, Elon yang juga donor Partai Republik menyebut rencana Presiden Trump “keterlaluan.”

    Kebijakan Presiden Trump nantinya akan membuat pemerintah Amerika Serikat memperpanjang keringanan pajak melalui pemotongan anggaran.

    Dampaknya akan menghilangkan layanan perawatan kesehatan bagi jutaan warga Amerika berpenghasilan rendah, yang bergantung pada Medicaid.

    Ukraina kembali menyerang Rusia

    Serangan Ukraina menghancurkan Jembatan Kerch, yang menghubungkan Rusia dan Semenanjung Krimea.

    Rusia melakukan serangan dengan bahan peledak bawah air.

    Ini sekaligus menjadi serangan susulan setelah pesawat nirawak Ukraina menargetkan pesawat pengebom jarak jauh Rusia dengan kemampuan nuklir, hari Minggu kemarin.

    Dalam pertemuan di Turki, Rusia mengatakan kepada Ukraina jika pihaknya hanya akan setuju untuk mengakhiri perang, jika Ukraina menyerahkan sebagian wilayahnya dan membatasi jumlah tentaranya.

    Tahanan penjara kabur setelah gempa

    Serangkaian gempa di Pakistan menurut laporan polisi setempat telah menyebabkan lebih dari 200 tahanan kabur dari penjara, setelah mereka sempat terlibat perkelahian dengan para penjaga penjara.

    Zia-ul-Hasan Lanjar, salah satu pejabat, mengatakan aksi kabur para napi dimulai Selasa (03/06) kemarin, saat ratusan tahanan diizinkan untuk meninggalkan sel mereka karena gempa.

    Polisi mengatakan para tahanan kemudian merampas senjata dari sipir, kemudian memaksa mereka membuka gerbang utama hingga terjadi kerusuhan.

    Setidaknya satu tahanan tewas dan tiga penjaga terluka, menurut Kepala Polisi Provinsi Ghulam Nabi Memon.

  • NATO Tak Punya ‘Masa Depan’

    NATO Tak Punya ‘Masa Depan’

    Jakarta

    Pertanyaan para peneliti seakan meramalkan kegelapan. “Siapa atau apa yang masih bisa menyelamatkan perdamaian di dunia?” demikian pertanyaan yang diajukan ilmuwan dari empat lembaga riset di Jerman dalam Friedensgutachten 2025. Sejak 1987, mereka telah menganalisis konflik internasional dan memberikan rekomendasi politik. Namun, pesimisme yang dituangkan dalam laporan tahun ini merupakan sesuatu yang langka.

    Perang di Ukraina, Gaza, Sudan, lebih dari 122 juta orang mengungsi, serta konflik kekerasan di berbagai belahan dunia, memperlihatkan betapa situasi global kian memburuk.

    Christopher Daase dari Leibniz-Institut fr Friedens- und Konfliktforschung menyatakan, “Dalam beberapa tahun terakhir, fokus analisis kami adalah serangan Rusia ke Ukraina dan penghancuran tatanan perdamaian serta keamanan Eropa oleh Rusia.” Kini, situasi keamanan semakin memburuk. “Amerika Serikat justru menambah ketidakpastian baru.”

    Kritik terhadap Trump

    Salah satu sorotan utama dalam laporan tahun ini adalah perubahan politik di Amerika Serikat. Presiden AS Donald Trump dan gerakan MAGA-nya, menurut para peneliti, “dalam waktu singkat dan nyaris tanpa perlawanan” telah berhasil mengubah demokrasi tertua di dunia menjadi semacam rezim otoriter.

    Di panggung global, pemerintahan baru AS juga dinilai telah meruntuhkan lembaga dan nilai-nilai liberal. “Para penguasa otoriter dan diktator dirangkul, sementara gerakan populis sayap kanan didukung di negara-negara demokratis.”

    Daase menyebutkan bahwa ada risiko “penularan ideologi otoriter” ke negara lain. Di Eropa, misalnya, sudah tampak gejala mengkhawatirkan, entah itu perlemahan lembaga hukum internasional, ancaman terhadap kebebasan akademik, serta intervensi terhadap otonomi lembaga masyarakat seperti gereja.

    Matinya NATO?

    Menurut laporan tersebut, persekutuan transatlantik antara Eropa dan AS “seperti yang kita kenal, sudah berakhir.” Hal serupa juga berlaku untuk kerja sama militer. “Janji solidaritas NATO telah kehilangan kredibilitasnya,” dan keakraban baru antara AS dan Rusia dikhawatirkan akan mengorbankan Ukraina dan kepentingan Eropa.

    Ketika ditanya apakah NATO sudah mati, dia enggan menyangkal. “Kita sedang mempersiapkan berakhirnya NATO,” ujarnya. Menurutnya, Eropa masih bekerja sama dengan NATO selama memungkinkan, sembari memperkuat kemampuan pertahanan sendiri.

    Eropa harus lebih kompak

    Para peneliti mendesak pemerintah Jerman untuk membuat rencana yang transparan dan bertahap guna memperkuat serta mengintegrasikan struktur pertahanan Eropa. Hanya masalahnya, Uni Eropa dinilai masih jauh dari tujuan tersebut.

    “Yang kita lihat sekarang bukan penguatan pertahanan bersama dalam kerangka politik UE, melainkan penguatan pertahanan nasional masing-masing negara anggota,” jelas Ursula Schrder dari Institut Penelitian Perdamaian dan Kebijakan Keamanan Universitas Hamburg (IFSH).

    Keamanan, lanjutnya, tidak boleh hanya dimaknai dalam pengertian militer. Menurut Conrad Schetter dari Bonn International Centre for Conflict Studies (BICC), arsitektur keamanan juga mencakup pengendalian senjata, upaya membangun kepercayaan, dan diplomasi. Kebijakan pembangunan yang efektif juga penting. Dia mengingatkan bahwa penguatan militer tidak boleh menjadi “blanko kosong” untuk mengekspor senjata ke seluruh dunia.

    Desakan untuk stop suplai senjata ke Israel

    Para peneliti juga mengaku prihatin terhadap melemahnya hukum internasional. Mereka mencatat meningkatnya “dehumanisasi dalam peperangan,” seperti pelanggaran berat terhadap perlindungan warga sipil, serangan langsung terhadap rumah sakit dan sekolah, serta penyalahgunaan bantuan kemanusiaan untuk kepentingan politik.

    Dampak paling brutal terlihat dalam perang Rusia di Ukraina dan konflik Israel-Hamas. Kritik terutama diarahkan terhadap perang di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 53.000 orang dan menghancurkan sebagian besar wilayah tersebut. Para peneliti menyerukan “dengan urgensi yang belum pernah ada sebelumnya” agar semua pengiriman senjata yang bisa digunakan di Gaza dan Tepi Barat dihentikan. Israel, menurut laporan itu, telah “melanggar hukum humaniter internasional secara mencolok” dan “melampaui batas hak pembelaan diri yang sah.”

    Antara Oktober 2023 dan Mei 2025, Jerman mengizinkan ekspor senjata senilai hampir 500 juta euro ke Israel. Hal ini diungkapkan pemerintah sebagai jawaban atas pertanyaan resmi dari fraksi Partai Kiri di Bundestag. Ekspor tersebut mencakup senjata api, amunisi, komponen senjata, peralatan khusus untuk angkatan darat dan laut, peralatan elektronik, serta kendaraan lapis baja khusus.

    Menolak Netanyahu di Jerman

    Laporan ini juga menyinggung pentingnya menghormati hukum internasional. Hal ini merespons pernyataan Kanselir Friedrich Merz, yang sebelumnya sempat menyatakan akan tetap mengundang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, meski ada surat perintah penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC).

    Merz bahkan menawarkan “cara dan jalur” khusus agar Netanyahu bisa datang dan pergi dari Jerman tanpa ditangkap. Laporan Friedensgutachten 2025 menegaskan, “hukum internasional harus diutamakan di atas alasan kenegaraan.” Oleh karena itu, “untuk saat ini, kunjungan resmi Netanyahu ke Jerman tidak dapat diterima.”

    Para peneliti juga mendesak Jerman agar dalam jangka menengah mendukung pengakuan negara Palestina. Menurut mereka, penyelesaian jangka panjang konflik Palestina “tidak mengurangi sedikit pun hak Israel atas keberadaan sebagai negara Yahudi dalam batas yang aman.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Jerman
    Diadaptasi Oleh: Rizki Nugraha
    Editor: Hendra Pasuhuk

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Menanti Trump Duduk Semeja dengan Putin dan Zelensky

    Menanti Trump Duduk Semeja dengan Putin dan Zelensky

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan siap duduk bersama dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pertemuan di Turki. Pertemuan itu demi mewujudkan gencatan senjata.

    Pertemuan trilateral ini sempat diusulkan Zelensky pada Mei 2025 kemarin. Usulan tersebut menjadi bagian dari upaya memaksa Moskow menghentikan invasi militernya yang telah berlangsung selama tiga tahun.

    “Jika Putin tidak merasa nyaman dengan pertemuan bilateral, atau jika semua orang menginginkannya menjadi pertemuan trilateral, saya tidak keberatan. Saya siap untuk format apa pun,” kata Zelensky saat berbicara kepada wartawan, seperti dilansir AFP, Rabu (28/5/2025).

    Zelensky siap untuk pertemuan trilateral itu dan mendesak Washington untuk menjatuhkan paket sanksi keras terhadap sektor perbankan dan energi Moskow.

    “Kami sedang menunggu sanksi dari Amerika Serikat (untuk Rusia)” ucapnya.

    “Trump menegaskan bahwa jika Rusia tidak berhenti, sanksi-sanksi akan dijatuhkan. Kami telah membahas dua aspek utama dengannya — energi dan sistem perbankan. Akankah AS mampu menjatuhkan sanksi terhadap kedua sektor ini? Saya sangat menyukainya,” ujar Zelensky dalam pernyataannya.

    Erdogan Ingin Pertemukan Putin-Zelensky-Trump di Turki

    Presiden Turki Erdogan. (Foto: DW (News)

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan lagi kesediaannya untuk menjadi tuan rumah pertemuan antara pemimpin Amerika Serikat, Rusia, dan Ukraina. Pertemuan itu sebagai upaya untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    “Keinginan terbesar saya untuk kedua belah pihak adalah mempertemukan Vladimir Putin (Rusia) dan Volodymyr Zelensky (Ukraina) di Istanbul atau Ankara, dan bahkan membawa (Presiden AS) (Donald) Trump ke pihak mereka, jika mereka menerima,” kata Erdogan dilansir AFP, Senin (2/6/2025).

    Erdogan menyebut Turki akan mengambil langkah-langkah untuk memfasilitasi pertemuan Putin, Zelensky hingga Trump. Menurutnya, pembicaraan hari Senin itu merupakan pencapaian besar.

    Pada pertemuan hari Senin, yang berlangsung lebih dari satu jam, Ukraina dan Rusia sepakat untuk menukar tawanan perang yang terluka parah serta mereka yang berusia di bawah 25 tahun, di samping sisa-sisa 6.000 tentara yang tewas dalam pertempuran.

    “Angka-angka yang diberikan oleh Rusia dan Ukraina… (sangat) sangat penting dalam hal menunjukkan betapa pentingnya pertemuan Istanbul ini. Dan kami bangga akan hal ini,” imbuh Erdogan.

    Trump Bersedia Duduk Semeja

    Foto: REUTERS/Anatolii Stepanov

    Trump terbuka diskusi dengan Putin dan Zelensky dalam pertemuan di Turki. Kesediaan Trump ini disampaikan setelah delegasi Moskow dan Kyiv, yang menggelar pertemuan di Istanbul pada Senin (2/6), gagal mencapai kemajuan menuju gencatan senjata.

    “Presiden mengatakan dirinya terbuka untuk hal itu jika memang hal itu harus terjadi, tetapi dia menginginkan kedua pemimpin ini dan kedua belah pihak untuk duduk bersama dalam satu meja,” ucap juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, saat berbicara kepada wartawan.

    Dalam pertemuan terbaru di Istanbul, delegasi Rusia dan Ukraina hanya menyepakati pertukaran tahanan skala besar lainnya. Istanbul juga menjadi tuan rumah pertemuan kedua negara saat pertemuan tatap muka pertama digelar pada pertengahan Mei lalu.

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sendiri akan ‘mengambil langkah-langkah’ untuk memfasilitasi pertemuan semacam itu. Putin sejauh ini menolak pertemuan langsung semacam itu. Namun Zelensky mengatakan dirinya bersedia, sembari menggarisbawahi bahwa masalah utama hanya dapat diselesaikan di level pemimpin.

    Namun, meskipun Trump bersedia untuk bertemu dengan Putin dan Zelensky, menurut Leavitt, tidak ada perwakilan AS yang ikut serta dalam pembicaraan yang dilakukan pada Senin (2/6) di Istanbul.

    Zelensky menanti langkah Amerika Serikat. Dia mendesak Trump untuk memperketat sanksi terhadap Rusia guna “mendorong” negara itu menyetujui gencatan senjata menyeluruh.

    Halaman 2 dari 3

    (idn/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Rusia dan China Bangun Pembangkit Listrik Nuklir di Bulan, Rampung 2036

    Rusia dan China Bangun Pembangkit Listrik Nuklir di Bulan, Rampung 2036

    Bisnis.com, JAKARTA — Rusia dan China akan membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Bulan, yang akan menjadi sumber energi utama bagi Stasiun Penelitian Bulan Internasional (International Lunar Research Station/ILRS). Proyek ambisius ini ditargetkan rampung pada tahun 2036, sebagaimana tertuang dalam memorandum kerja sama kedua negara.

    Reaktor nuklir ini akan digunakan untuk memasok energi ke ILRS, stasiun penelitian yang dipimpin bersama oleh China dan Rusia. 

    Direktur Jenderal Badan Antariksa Rusia Roscosmos Yury Borisov mengatakan pembangunan reaktor kemungkinan besar akan dilakukan secara otonom tanpa kehadiran manusia langsung di lokasi. “Langkah-langkah teknologinya hampir siap,” kata Borisov dilansir dari Livescience, Rabu (4/6/2025).

    Roscosmos menyatakan bahwa stasiun ini akan digunakan untuk riset luar angkasa mendasar serta pengujian teknologi operasi jangka panjang tanpa awak, dengan prospek kehadiran manusia di Bulan di masa mendatang.

    ILRS telah menarik minat 17 negara untuk bergabung, termasuk Mesir, Pakistan, Venezuela, Thailand, dan Afrika Selatan. Fondasi stasiun ini akan dimulai lewat misi Chang’e-8 milik China pada tahun 2028, yang juga akan menjadi misi pendaratan astronot China pertama di permukaan Bulan.

    Rencana pembangunan ILRS pertama kali diumumkan pada Juni 2021. China dan Rusia akan mengirimkan modul-modul robotik menggunakan lima peluncuran roket super berat antara 2030 hingga 2035. Setelah infrastruktur dasar terbentuk, China akan melanjutkan ekspansi dengan menghubungkan ILRS ke stasiun luar angkasa yang mengorbit Bulan, serta dua node di ekuator dan sisi jauh Bulan.

    Kepala perancang proyek eksplorasi dalam China Wu Yanhua mengungkapkan model ILRS yang diperluas ini akan menjadi fondasi pendaratan manusia di Mars dan ditargetkan selesai pada 2050. 

    “Stasiun ini akan didukung oleh generator tenaga surya, radioisotop, dan nuklir, serta dilengkapi jaringan komunikasi permukaan Bulan dan Bumi, kendaraan penjelajah, hingga rover berawak,” kata Wu.

    Persaingan Global Eksplorasi Bulan

    Kesepakatan ini muncul di tengah meningkatnya ambisi China dalam program luar angkasa.

    Sejak pendaratan Chang’e-3 pada 2013, China telah menorehkan sejumlah prestasi, mulai dari menempatkan rover di Bulan dan Mars, mengambil sampel dari dua sisi Bulan, hingga memetakan permukaan satelit alami Bumi tersebut.

    Di sisi lain, Amerika Serikat melalui program Artemis juga tengah berlomba membangun kehadiran di Bulan. Namun, program Artemis III yang akan mengirim astronot NASA ke Bulan untuk pertama kalinya dalam lebih dari 50 tahun, kini mengalami sejumlah penundaan dan diperkirakan baru akan diluncurkan pada 2027.

    Sementara itu, masa depan stasiun luar angkasa Bulan milik NASA, Gateway, juga tak pasti. Proposal anggaran 2026 yang diajukan pemerintahan Trump mengusulkan pembatalan proyek Gateway, meski pembangunan modul-modul stasiun telah berjalan signifikan.

    Dengan dimulainya pembangunan pembangkit listrik nuklir di Bulan, Rusia dan China menandai babak baru dalam eksplorasi luar angkasa. Proyek ILRS bukan hanya menjadi simbol kemitraan strategis kedua negara, tetapi juga membuka peluang kolaborasi global untuk riset dan pengembangan teknologi antariksa masa depan.

  • Rusia Tuduh Ukraina Jadi Dalang Ledakan Jembatan Tewaskan 7 Orang

    Rusia Tuduh Ukraina Jadi Dalang Ledakan Jembatan Tewaskan 7 Orang

    Moskow

    Ledakan yang mengakibatkan kereta api penumpang tergelincir di wilayah perbatasan Bryansk menyebabkan 7 orang tewas. Rusia menuduh Ukraina menjadi dalang ledakan itu.

    Ledakan mematikan di wilayah Bryansk, Rusia yang berbatasan dengan Ukraina menyebabkan jembatan jalan runtuh ke jalur kereta api Sabtu malam dan menyebabkan kereta penumpang tergelincir, kata pihak berwenang.

    “Para teroris, yang bertindak atas perintah rezim Kyiv, merencanakan segalanya dengan sangat presisi sehingga ratusan warga sipil yang tidak bersalah akan menjadi sasaran serangan mereka,” kata Komite Investigasi Rusia dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Telegram, seperti dilansir AFP, Selasa (3/6/2025).

    Moskow sebelumnya mengatakan ledakan itu adalah tindakan “terorisme” meskipun tidak secara langsung menyalahkan Kyiv.

    Para penyelidik mengatakan mereka telah mengambil beberapa bagian alat peledak dari lokasi kecelakaan. Penyelidik juga telah mengumpulkan kesaksian dari para saksi mata dan korban luka.

    Sebuah jembatan rel terpisah di wilayah Kursk yang berdekatan diledakkan beberapa jam kemudian pada Minggu dini hari, menyebabkan kereta barang tergelincir dan melukai masinisnya.

    Rusia telah dilanda puluhan serangan sabotase sejak Moskow melancarkan serangan militer terhadap tetangganya pada tahun 2022, banyak yang menargetkan jaringan rel kereta apinya yang luas.

    Kyiv mengatakan Rusia menggunakan rel kereta api untuk mengangkut pasukan dan persenjataan bagi pasukannya yang bertempur di Ukraina.

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Gunung Etna di Italia Meletus, Wisatawan Berlarian Amankan Diri

    Gunung Etna di Italia Meletus, Wisatawan Berlarian Amankan Diri

    Anda sedang membaca Dunia Hari Ini, rangkuman sejumlah informasi pilihan dari berbagai negara yang terjadi dalam 24 terakhir.

    Edisi Selasa, 3 Juni 2025 ini akan dibuka dengan berita dari Sisilia di Italia.

    Gunung Etna meletus

    Sebuah video yang dibagikan di X menunjukkan wisatawan berlari menuruni gunung berapi Etna di Sisilia timur, Italia, ketika mulai menyemburkan uap dan abu vulkanik.

    Institut Geofisika dan Vulkanologi Nasional (INGV) di Italia mengatakan aktivitas vulkanik gunung Etna mulai terdeteksi pada dini hari dan terus berlanjut.

    Letusan tersebut tidak mempengaruhi aktivitas di bandara Catania di dekatnya.

    Tapi Stefano Branca, seorang pejabat INGV, menyebut sejumlah area di sekeliling puncak Etna ditutup bagi turis sebagai tindakan pencegahan.

    Hukuman untuk tersangka ‘teroris’ Colorado

    Menurut dokumen pengadilan, Mohamed Sabry Soliman, yang berusia 45 tahun, menargetkan “kelompok Zionis” yang berkumpul di pusat perbelanjaan di kota Boulder, Minggu kemarin.

    Para saksi dan FBI awalnya mengatakan Mohamed meneriakkan “Free Palestine” dan menggunakan penyembur api darurat serta alat yang bisa membakar lainnya saat melakukan serangan.

    Senin kemarin, jaksa wilayah Boulder County, Michael Dougherty, mengatakan empat korban tambahan sudah diidentifikasi, sehingga total korban mencapai 12 orang.

    Ia juga mengatakan Mohamed menghadapi total 34 tuduhan, termasuk percobaan pembunuhan dan penggunaan alat pembakar, dan bila terbukti bersalah ia akan dipenjara di penjara Colorado selama 624 tahun.

    Rusia dan Ukraina menyetujui pertukaran tahanan

    Senin kemarin, pihak dari Rusia dan Ukraina mengadakan pertemuan hampir satu jam di kota Istanbul, Turki, sebagai upaya negosiasi kedua sejak Maret 2022.

    Presiden Turki Tayyip Erdogan menyebutnya sebagai pertemuan yang baik dan berharap ia dapat mempertemukan Vladimir Putin dari Rusia dan Volodymyr Zelenskyy dari Ukraina dalam pertemuan di Turki bersama dengan Presiden AS Donald Trump.

    Tetapi tidak ada terobosan pada gencatan senjata yang sudah diusulkan ke Rusia dan didesak Ukraina, negara sekutunya di Eropa, serta Amerika Serikat.

    Masing-masing pihak hanya sepakat untuk mengembalikan jenazah 6.000 tentara yang tewas ke negara masing-masing, serta melakukan pertukaran tawanan perang.

    Karol Nawrocki memenangkan pemilihan presiden Polandia

    Menurut hasil penghitungan suara akhir yang dirilis pada hari Senin (02/06), kandidat konservatif Karol Nawrocki memenangkan 50,89 persen suara melawan Wali Kota Warsawa Rafa Trzaskowski, yang beraliran liberal dan memperoleh 49,11 persen suara.

    Hasil ini diperkirakan akan membawa Polandia ke arah yang lebih populis dan nasionalis di bawah pemimpin barunya, yang juga mendapat dukungan dari Presiden AS Donald Trump.

    Karol akan menggantikan Andrzej Duda, seorang konservatif yang masa jabatan keduanya berakhir pada tanggal 6 Agustus.

    Berdasarkan konstitusi Polandia, presiden menjabat selama lima tahun dan dapat dipilih kembali satu kali.

    Lihat juga Video ‘Penampakan Gunung Etna di Italia Muntahkan Lava Merah’:

  • Rusia Tetapkan Sejumlah Syarat untuk Akhiri Perang, Ukraina Harapkan Ada Pembicaraan Lanjutan

    Rusia Tetapkan Sejumlah Syarat untuk Akhiri Perang, Ukraina Harapkan Ada Pembicaraan Lanjutan

    JAKARTA – Rusia menetapkan sejumlah syarat untuk mengakhiri perang, sementara Ukraina mengharapkan ada pembicaraan lanjutan bulan ini, usai delegasi kedua negara bertemu di Istanbul Hari Senin.

    Rusia dan Ukraina menggelar pembicaraan damai di Istana Ciragan, Istanbul Turki. Pertemuan yang dimoderatori Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan itu dilaporkan berlangsung selama satu jam.

    Dalam perundingan kemarin, Rusia mengajukan syarat untuk mengakhiri perang jika Ukraina menyerahkan sebagian besara wilayah baru dan menerima pembatasan jumlah tentaranya, menurut memorandum yang dilaporkan oleh media Rusia.

    Syarat-syarat tersebut, yang secara resmi disampaikan dalam perundingan di Istanbul, menyoroti penolakan Moskow untuk berkompromi pada tujuan perangnya yang sudah lama.

    Ukraina telah berulang kali menolak persyaratan Rusia karena dianggap sama saja dengan menyerah.

    Delegasi kedua negara bertemu selama satu jam, untuk putaran perundingan kedua tahun ini, setelah perundingan 16 Mei lalu di Istana Domabahce, juga di Istanbul. Sebelumnya, delegasi kedua negara berunding di Belarusia dan Turki pada awal-awal perang tahun 2022.

    Delegasi Rusia dalam perundingan di Istanbul. (Sumber: Alexander Ryumin/TASS)

    Namun, tidak ada terobosan pada usulan gencatan senjata yang Ukraina, sekutu-sekutunya di Eropa, dan Washington telah mendesak Rusia untuk menerimanya.

    Memorandum Rusia, yang diterbitkan oleh kantor berita Interfax, mengatakan penyelesaian perang akan memerlukan pengakuan internasional atas Krimea – semenanjung yang dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014 – dan empat wilayah Ukraina lainnya yang diklaim Moskow sebagai wilayahnya sendiri, seperti melansir Reuters 3 Juni.

    Rusia mencaplok Lugansk, Donetsk, Kherson dan Zaporizhzhia setelah menggelar referendum yang dikritik, menyusul invasi pada tahun 2022. Pengumuman pencaplokan itu dilakukan langsung oleh Presiden Vladimir Putin.

    Dalam memorandum Rusia kemarin, Ukraina harus menarik pasukannya dari semua wilayah tersebut.

    Memorandum juga tersebut menegaskan kembali tuntutan Moskow agar Ukraina menjadi negara netral – mengesampingkan keanggotaan NATO – dan agar Ukraina melindungi hak-hak penutur bahasa Rusia, menjadikan bahasa Rusia sebagai bahasa resmi, dan memberlakukan larangan hukum terhadap pemujaan terhadap Nazisme.

    Ukraina menolak tuduhan Nazi tersebut sebagai hal yang tidak masuk akal dan membantah melakukan diskriminasi terhadap penutur bahasa Rusia.

    Delegasi Ukraina dalam perundingan di Istanbul. (Twitter/@rustem_umerov)

    Rusia juga meresmikan persyaratannya untuk gencatan senjata apa pun dalam perjalanan menuju penyelesaian damai, dengan mengajukan dua opsi yang keduanya tampaknya tidak dapat diterima oleh Ukraina.

    Opsi pertama, menurut teks tersebut, adalah agar Ukraina memulai penarikan militer penuh dari wilayah Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson. Dari wilayah-wilayah tersebut, Rusia sepenuhnya mengendalikan wilayah pertama tetapi hanya menguasai sekitar 70 persen sisanya.

    Opsi kedua adalah paket yang mengharuskan Ukraina menghentikan penempatan kembali militer dan menerima penghentian penyediaan bantuan militer, komunikasi satelit, dan intelijen asing. Kyiv juga harus mencabut darurat militer dan menyelenggarakan pemilihan presiden dan parlemen dalam waktu 100 hari.

    Kepala delegasi Rusia Vladimir Medinsky mengatakan Moskow juga telah mengusulkan “gencatan senjata khusus selama dua hingga tiga hari di beberapa bagian garis depan” sehingga jenazah tentara yang tewas dapat dikumpulkan.

    Menurut peta jalan yang diusulkan yang disusun oleh Ukraina, yang salinannya telah dilihat oleh Reuters, Kyiv tidak menginginkan pembatasan kekuatan militernya setelah kesepakatan damai apa pun, tidak ada pengakuan internasional atas kedaulatan Rusia atas sebagian wilayah Ukraina yang diambil oleh pasukan Moskow, dan ganti rugi.

    Di sisi lain, Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov, yang memimpin delegasi Kyiv, mengatakan Kyiv – yang telah menyusun peta jalan perdamaiannya sendiri – akan meninjau dokumen Rusia, yang tidak segera ia komentari.

    Ukraina telah mengusulkan untuk mengadakan lebih banyak pembicaraan sebelum akhir Juni, tetapi percaya hanya pertemuan antara Presiden Volodymyr Zelensky dan Presiden Vladimir Putin yang dapat menyelesaikan banyak masalah yang diperdebatkan, kata Menhan Umerov.

    Dalam pertemuan kemarin kedua negara juga sepakat untuk menukar lebih banyak tawanan perang – dengan fokus pada yang termuda dan paling parah terluka – dan mengembalikan jenazah 12.000 tentara yang tewas.

    Terpisah, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menggambarkannya sebagai pertemuan yang hebat. Ia Berharap dapat mempertemukan Presiden Zelensky dan Presiden Putin dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Turki.

  • Kok Bisa Rusia Kecolongan Serangan Drone Murah Ukraina?

    Kok Bisa Rusia Kecolongan Serangan Drone Murah Ukraina?

    Jakarta

    Serangan 117 drone oleh Ukraina ke pangkalan udara Rusia memang mengejutkan dan cukup memalukan bagi Rusia. Empat puluh satu pesawat, termasuk pesawat pengebom jarak jauh supersonik Tu-22M dan Tu-95, kena serangan di empat lapangan udara, termasuk di Kutub Utara dan Siberia. Kok bisa Rusia kecolongan?

    Moskow mengonfirmasi lapangan udaranya terkena serangan dari pelaku yang mereka sebut ‘teroris Ukraina’. Analis yang menggunakan citra satelit mengonfirmasi 13 pesawat, yakni delapan Tu-95, empat Tu-22M, dan satu An-12, hancur atau rusak.

    “Sungguh keberhasilan luar biasa dalam operasi yang dilaksanakan dengan baik,” tulis Chris Biggers, analis militer di Washington yang dikutip detikINET dari Al Jazeera.

    Pesawat pengebom strategis itu dipakai meluncurkan rudal balistik dan jelajah dari wilayah udara Rusia untuk menyerang target di seluruh Ukraina, menyebabkan kerusakan dan korban skala besar.

    Menurut pengamat, serangan tersebut menghancurkan citra Rusia sebagai negara adikuasa nuklir dengan jangkauan global. “Serangan ini secara tidak sengaja membantu Barat karena menargetkan potensi nuklir Rusia,” kata Letnan Jenderal Ihor Romanenko, mantan wakil kepala staf militer Ukraina.

    Meski mengurangi potensi Rusia meluncurkan rudal, serangan Ukraina takkan memengaruhi ketegangan di darat. Rusia kemungkinan membalas dendam dengan serangan drone dan rudal yang lebih besar ke lokasi sipil di Ukraina.

    “Saya khawatir mereka akan menggunakan Oreshnik lagi,” kata Fesenko, merujuk pada rudal balistik tercanggih Rusia, yang dapat melaju 12.300 kilometer per jam atau 10 kali kecepatan suara, dan pernah digunakan menyerang pabrik di Ukraina timur.

    Rusia Kecolongan

    Operasi Spiderweb Ukraina itu mengejutkan ahli militer Rusia yang kecolongan. Mereka merancang pertahanan udara untuk menggagalkan serangan rudal atau drone serang jarak jauh yang lebih berat.

    Nah untuk mengelabuinya, Ukraina memakai 117 pesawat drone biasa yang cukup murah dan seperti mainan. Masing-masing harganya hanya ratusan dolar, disembunyikan dalam peti kayu yang dimuat ke truk.

    Pengemudi truk yang tak curiga membawanya di sebelah lapangan terbang dan terkejut melihat drone terbang keluar, menyebabkan kerusakan yang diestimasi mencapai USD 7 miliar. “Pengemudinya berlarian panik,” kata seorang pria Rusia yang merekam asap hitam mengepul dari pangkalan udara Olenegorsk di wilayah Arktik Rusia.

    Sistem pertahanan udara Rusia yang menjaga lapangan udara rupanya tak dirancang mendeteksi dan menyerang drone kecil. Sementara peralatan pengacau radio yang dapat menyebabkan drone menyimpang dari jalur tidak berfungsi.

    Pihak Ukraina menambahkan detail memalukan. Pusat komando operasi Spiderweb diklaim terletak di lokasi yang dirahasiakan di Rusia dekat kantor Federal Security Service (FSB), badan intelijen utama Moskow, yang pernah dipimpin Vladimir Putin. “Ini tamparan di wajah untuk Rusia, untuk FSB, untuk Putin,” kata Romanenko.

    “Hal paling menarik, dan kami sudah dapat mengatakannya secara terbuka adalah bahwa ‘kantor’ operasi kami di wilayah Rusia terletak tepat di sebelah FSB Rusia,” klaim Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy di Telegram.

    Tak hanya itu, Zelenskyy mengatakan Ukraina tidak hanya berhasil melaksanakan operasi tapi juga menarik orang-orang yang terlibat dengan aman. Menurutnya, mereka beroperasi di berbagai wilayah Rusia, dalam tiga zona waktu. “Orang-orang kami yang terlibat dalam persiapan operasi ditarik dari wilayah Rusia tepat waktu,” jelasnya.

    (fyk/fay)

  • Kenapa Harga Emas Ngamuk? Ini Peristiwa yang Jadi Pemicunya

    Kenapa Harga Emas Ngamuk? Ini Peristiwa yang Jadi Pemicunya

    Jakarta

    Harga emas keluaran Logam Mulia Antam hari ini, Selasa (3/6), naik sangat tinggi hingga Rp 35.000 per gram dan berada di level Rp 1.940.000 per gram. Ini merupakan salah satu kenaikan harga emas tertinggi, mengingat sangat jarang nilai logam mulia tersebut melonjak di atas Rp 30.000 per gram.

    Sebelumnya kenaikan harga emas tertinggi di atas Rp 30.000 per gram sempat terjadi pada Selasa (22/4) lalu saat harga logam mulia Antam naik Rp 36.000 per gram dan berada di level Rp 2.016.000 per gram. Sebelumnya lagi juga sempat terjadi pada Kamis (17/4) di harga emas sempat naik hingga Rp 32.000 per gram ke level Rp 1.975.000 per gram.

    Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, berpendapat kenaikan harga emas yang sangat tinggi ini dipicu oleh kombinasi berbagai faktor. Sebut saja faktor geopolitik, ketegangan dagang global, sinyal dovish alias menunda kenaikan suku bunga dari Federal Reserve, serta pelemahan dolar AS.

    Lebih lanjut untuk faktor geopolitik, ia menjelaskan harga emas melonjak tajam setelah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Di mana Ukraina dilaporkan meluncurkan serangan udara terhadap pangkalan militer Rusia, menghancurkan sejumlah pembom jarak jauh dan pesawat tempur.

    “Serangan ini meningkatkan ketidakpastian geopolitik global, mendorong investor beralih ke aset safe haven seperti emas,” kata Andy dalam keterangan resminya, Selasa (3/6/2025).

    Sementara dari faktor ketegangan dagang global, Presiden AS Donald Trump secara resmi menggandakan tarif impor baja dan aluminium menjadi 50% yang berlaku mulai besok, Rabu (4/6). Kabar ini menciptakan ketegangan baru dalam hubungan dagang antara AS dan China.

    “Retorika tajam terhadap Beijing dan ketidakpastian pertemuan Trump-Xi Jinping, yang belum dijadwalkan pasti, turut menekan pasar ekuitas AS dan memperkuat minat pada logam mulia,” jelas Andy.

    Kemudian untuk faktor sinyal dovish dari bank sentral AS, sebelumnya Gubernur The Fed Christopher Waller menyatakan pemangkasan suku bunga masih mungkin dilakukan tahun ini, meski inflasi tetap menjadi perhatian utama. Komentar tersebut dinilai langsung menekan Dolar AS, dengan Indeks Dolar (DXY) anjlok 0,72% ke 98,71 dan ikut memperkuat momentum kenaikan bagi emas.

    Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun naik hampir enam basis poin menjadi 4,458%, sementara yield riil juga naik ke 2,118%. Ini menunjukkan adanya tekanan dari sisi fiskal dan ekspektasi inflasi, namun pasar emas tampaknya masih mampu mempertahankan momentumnya berkat dominasi sentimen risiko global.

    Pada akhirnya secara keseluruhan Andy berpendapat prospek jangka pendek harga emas global, yang turut mempengaruhi harga emas di RI, masih cenderung bullish alias terus mengalami kenaikan.

    Di mana ia memprediksi jika tren dorongan untuk beli logam mulia ini terus berlanjut, harga emas global berpotensi menguji level resistance di US$ 3.392 dalam waktu dekat. Namun, jika terjadi tekanan jual mendadak atau reversal teknikal, maka harga bisa turun kembali ke level support terdekat di kisaran US$ 3.347.

    “Terutama jika sentimen risiko terus mendominasi pasar global. Investor/trader disarankan untuk tetap memperhatikan dinamika pertemuan antara Presiden Trump dan Xi Jinping, serta data Non-Farm Payrolls yang akan rilis pada akhir pekan ini, yang bisa menjadi penentu arah berikutnya,” paparnya.

    Lihat juga video: Harga Emas Sering Naik, Kapan Waktu Yang Tepat Untuk Beli?

    (igo/fdl)

  • 117 Drone Ukraina Hancurkan Bomber Rusia, Pakar: Luar Biasa

    117 Drone Ukraina Hancurkan Bomber Rusia, Pakar: Luar Biasa

    Jakarta

    Operation Spiderweb atau Operasi Jaring Laba-laba Ukraina, berhasil menyelundupkan 117 drone yang menyerang 4 pangkalan udara Ukraina. Banyak pesawat penting Rusia dilaporkan hancur dan kejadian ini menyoroti kelemahan pasukan Vladimir Putin.

    Menurut pernyataan awal Angkatan Bersenjata Ukraina, drone tersebut menyerang 41 pesawat. Andriy Kovalenko, pejabat di Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, mengklaim sedikitnya 13 pesawat Rusia hancur.

    Korbannya dilaporkan termasuk pembom supersonik jarak menengah Tu-22M3 Backfire-C, pembom turboprop jarak jauh Tu-95MS Bear-H, dan pesawat peringatan dini dan kontrol udara A-50 Mainstay. Yang masih belum dikonfirmasi adalah laporan hancurnya pembom supersonik jarak jauh Tu-160 Blackjack.

    Para analis Barat sepakat ini merupakan penghinaan bagi Putin. “Pada saat Putin tampaknya berpikir bahwa ia menang di medan perang, ini menunjukkan bahwa pasukannya sebenarnya sangat rentan,” kata Sven Biscop, direktur di Egmont Institute.

    “Ini mungkin tidak mengubah arah perang, tapi itu berarti bahwa setiap kemajuan yang diperoleh Rusia akan dibayar dengan harga mahal,” tambahnya yang dikutip detikINET dari NBC.

    Menurutnya, sangat mengherankan bahwa banyak pesawat pembom Rusia dihancurkan seperti itu oleh Ukraina. Ledakan karena serangan itu dilaporkan terjadi di beberapa zona waktu di seluruh Rusia termasuk Murmansk di atas Lingkaran Arktik dan di wilayah Amur, lebih dari 8.000 km dari Ukraina.

    Vasyl Maliuk, kepala Security Service of Ukraine (SBU), mengungkap drone diselundupkan ke Rusia dalam semacam peti kayu yang dipasang di belakang truk. Atap peti itu bisa dibuka dari jarak jauh. Truk diarahkan ke lokasi-lokasi dekat pangkalan udara Rusia oleh pengemudi yang tampaknya tak menyadari muatan mereka. Kemudian, drone diluncurkan dan diarahkan ke sasaran.

    Video yang beredar menunjukkan drone muncul dari atap salah satu kendaraan yang terlibat. Seorang pengemudi truk yang diwawancarai media pemerintah Rusia mengatakan bahwa ia dan pengemudi lainnya mencoba menjatuhkan drone yang terbang keluar dari truk dengan batu.

    Menurut laporan saluran Telegram Rusia Baza. pengemudi truk tempat drone lepas landas semuanya menceritakan kisah yang sama. Mereka mendapat pesanan pengusaha untuk mengirimkan kabin kayu di berbagai lokasi di seluruh Rusia.

    Beberapa dari mereka menerima instruksi lebih lanjut melalui telepon tentang tempat memarkir truk. Ketika melakukannya, mereka terkejut melihat pesawat drone mendadak keluar dari truk.

    Dalam unggahan di media sosial, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang secara langsung mengawasi operasi, mengatakan 117 drone telah digunakan dalam serangan berani itu yang memakan waktu setahun, enam bulan, dan sembilan hari untuk persiapan.

    Dr Steve Wright, pakar drone di Inggris, menyebut drone yang digunakan untuk menyerang pesawat Rusia adalah quadcopter sederhana dengan muatan bom relatif berat.

    Yang membuat serangan ini sangat luar biasa adalah kemampuan menyelundupkannya ke Rusia dan kemudian meluncurkan serta memerintahkannya dari jarak jauh. Zelensky mengatakan masing-masing dari 117 drone punya pilot sendiri

    Ukraina belum membagikan rincian asal drone tersebut, tapi sejak dimulainya perang, Ukraina agresif memproduksi drone. Mungkin drone yang digunakan dalam operasi ini diproduksi domestik.

    (fyk/afr)