Negara: Rusia

  • Penampakan 4 Paus Mati Terdampar di Jepang seusai Gempa Rusia

    Penampakan 4 Paus Mati Terdampar di Jepang seusai Gempa Rusia

    Empat paus terdampar di sekitar pantai di Prefektur Chiba, Jepang, pada hari Selasa (29/7). Keempatnya ditemukan dalam keadaan mati.

    Kemunculan paus-paus ini terjadi setelah gempa besar yang mengguncang Rusia, di mana Jepang juga turut mengalami dampaknya.

    Simak berita lainnya seputar gempa Rusia di sini.

  • Pesawat Mata-Mata Rusia Mendekat, Sekutu AS Kerahkan Jet Tempur

    Pesawat Mata-Mata Rusia Mendekat, Sekutu AS Kerahkan Jet Tempur

    Jakarta, CNBC Indonesia – Militer Jepang mengerahkan jet tempur setelah pesawat pengintai Rusia terdeteksi mendekati wilayah udaranya pada Selasa (29/7/2025), memicu kekhawatiran baru atas aktivitas militer Moskow di sekitar negara sekutu utama Amerika Serikat di Asia Timur.

    Kementerian Pertahanan Jepang menyatakan pesawat patroli maritim Rusia jenis Ilyushin Il-38 terdeteksi melintasi Laut Jepang dalam pola penerbangan mencurigakan yang dianggap menimbulkan “risiko pelanggaran wilayah udara.” Jet tempur dari Komando Udara Pusat Pasukan Bela Diri Udara Jepang langsung dikerahkan untuk mengawal pesawat tersebut.

    Peta jalur penerbangan yang dirilis menunjukkan pesawat Rusia itu terbang memutar di sepanjang pantai barat Jepang di dalam zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ), sebuah wilayah di mana Jepang mewajibkan pesawat asing untuk mengidentifikasi diri.

    Il-38 merupakan pesawat era Perang Dingin yang setara dengan P-3 Orion milik AS. Meskipun dirancang untuk perang anti-kapal selam, pesawat ini juga kerap digunakan dalam misi intelijen, pencarian dan penyelamatan, serta penyebaran ranjau.

    Pada Rabu (30/7/2025), Staf Gabungan Jepang juga mengungkap keberadaan kapal penyelamat selam kelas Dakai milik Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China yang melintasi Selat Tsushima, sekitar 320 kilometer dari Kepulauan Goto di barat daya Jepang. Ini adalah kali pertama kapal sekelas itu terlihat di area tersebut.

    “Militer Rusia terus melanjutkan aktivitas militer aktif di sekitar Jepang dan wilayah sekitarnya, menunjukkan kecenderungannya untuk mengerahkan peralatan militer terbaru di Timur Jauh,” tulis Kementerian Pertahanan Jepang dalam Buku Putih Pertahanan 2025 yang dirilis awal bulan ini, seperti dikutip Newsweek.

    “Aktivitas militer Rusia di kawasan Indo-Pasifik, termasuk Jepang, ditambah dengan kemitraan strategisnya dengan China, menimbulkan kekhawatiran keamanan yang kuat,” lanjut dokumen tersebut.

    Sebagai bagian penting dari Rantai Pulau Pertama, strategi pertahanan AS yang mencakup Jepang, Taiwan, dan Filipina, Jepang menampung lebih dari 52.000 tentara AS di lebih dari 100 pangkalan. Pergerakan Rusia dan China di sekitar wilayah ini semakin menambah ketegangan di tengah rivalitas strategis mereka dengan aliansi yang dipimpin Washington.

    Staf Gabungan Jepang menegaskan komitmennya untuk terus menjaga kedaulatan negara. “Kami akan terus melakukan segala upaya untuk merespons 24 jam sehari, 365 hari setahun, guna melindungi wilayah Jepang dan kehidupan damai rakyatnya,” demikian pernyataan resmi mereka.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tentang Gunung Klyuchevskaya Sopka yang Meletus Usai Gempa Rusia

    Tentang Gunung Klyuchevskaya Sopka yang Meletus Usai Gempa Rusia

    Jakarta

    Klyuchevskaya Sopka, gunung berapi tertinggi di Semenanjung Kamchatka, Rusia, meletus tak lama setelah wilayah itu diguncang gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 8,8. Letusannya menghasilkan gumpalan abu hingga puluhan kilometer ke langit.

    “Gumpalan abu dari letusan itu meluas setidaknya 1,5 mil (2,5 kilometer) di atas dan 36 mil (58 km) timur gunung berapi,” kata Tim Tanggap Letusan Gunung Berapi Kamchatkan dalam unggahan di Telegram, seperti dilansir Live Science, Rabu (30/7/2025). Mereka juga memperingatkan bahwa ledakan abu setinggi 5 mil (8 km) dapat terjadi kapan saja.

    Letusan Klyuchevskaya juga menambah daftar panjang aktivitas vulkanik di kawasan Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Gunung ini merupakan salah satu yang paling aktif dan tertinggi di Eurasia, serta dikenal memiliki riwayat erupsi yang cukup intens. Berikut profil dan catatan sejarah letusannya.

    Gunung Api Tertinggi di Rusia yang Masih Aktif

    Klyuchevskaya Sopka adalah stratovolcano aktif yang terletak di bagian timur laut Semenanjung Kamchatka, Rusia. Dengan ketinggian sekitar 4.750 meter di atas permukaan laut, gunung ini tercatat sebagai gunung berapi tertinggi di Eurasia. Menurut Earth Observatory NASA, Klyuchevskaya terbentuk sekitar 7.000 tahun yang lalu dan merupakan bagian dari kompleks vulkanik besar di Kamchatka.

    Gunung ini berada dalam zona subduksi yang dikenal sebagai Cincin Api Pasifik, wilayah yang mencakup mayoritas gunung api aktif dunia. Aktivitas geologinya sangat intens karena terletak di pertemuan lempeng Pasifik dan Eurasia. NASA mencatat bahwa dari waktu ke waktu, kawah puncaknya maupun celah-celah samping di lerengnya kerap mengeluarkan abu, gas vulkanik, dan lava.

    Riwayat Letusan dan Aktivitas Terbaru

    Salah satu letusan signifikan terjadi pada Oktober 2020. Dalam laporan Earth Observatory NASA, aktivitas termal yang kuat terdeteksi dari satelit Terra dan Aqua. Gambar citra memperlihatkan aliran lava dari kawah utama ke lereng bagian timur gunung, disertai semburan abu yang membubung hingga ke atmosfer.

    Letusan terbaru pada 27 Juli 2025 terjadi beberapa jam setelah gempa berkekuatan M 8,8 mengguncang wilayah utara Kamchatka. Menurut laporan Live Science yang mengutip ahli vulkanologi, aktivitas seismik sebesar itu dapat memicu ketidakstabilan magma dan mempercepat terjadinya erupsi, terutama pada gunung yang sudah aktif secara geologis seperti Klyuchevskaya.

    Dampak Abu Vulkanik dan Sistem Pemantauan

    Dampak utama dari letusan ini adalah meluasnya abu vulkanik ke atmosfer bagian atas. Earth Observatory NASA menyatakan bahwa kolom abu dari letusan Klyuchevskaya pada Juli 2025 mencapai ketinggian lebih dari 12 kilometer. Awan abu yang terbentuk menyebar ke arah timur dan membentang puluhan kilometer dari lokasi kawah.

    Abu vulkanik sangat berbahaya bagi penerbangan, karena partikel halus dapat masuk ke dalam mesin dan menyebabkan kerusakan serius. Oleh sebab itu, Pusat Vulkanologi Rusia (KVERT) segera mengeluarkan peringatan penerbangan “kode merah” setelah erupsi terjadi.

    Menurut Live Science, pemantauan gunung ini dilakukan secara berkelanjutan menggunakan sistem seismik dan observasi satelit. Tim Tanggap Letusan Gunung Berapi Kamchatkan juga memperingatkan potensi ledakan lanjutan yang dapat terjadi sewaktu-waktu dalam beberapa hari setelah erupsi besar.

    (wia/imk)

  • Belajar dari Jepang yang Sudah Siap Saat Ada Ancaman Tsunami

    Belajar dari Jepang yang Sudah Siap Saat Ada Ancaman Tsunami

    Seiring berjalannya waktu, ombak yang semakin besar menghantam kawasan pesisir pantai di Jepang.

    Penduduk di pulau utara Hokkaido dan pulau utama Honshu tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu bahaya berlalu.

    Gempa bumi berkekuatan 8,8 skala Richter menghasilkan gelombang tsunami dahsyat setinggi lebih dari 3 meter, menghantam Semenanjung Kamchatka yang terpencil di Rusia.

    Bangunan-bangunan rusak dan sebuah taman kanak-kanak runtuh, tapi tak ada korban dengan luka parah.

    Di Jepang, pihak berwenang sudah mempersiapkan dengan baik saat ada ancaman tsunami.

    Gelombang dari ombak pertama jauh lebih kecil dari prediksi, hanya 30 sentimeter.

    Namun Jepang, yang sangat memahami ilmu tsunami, tahu kalau ombak tersebut bukan gambaran sebenarnya.

    Perintah evakuasi yang mencakup sekitar 2 juta penduduk tetap diberlakukan.

    Siang hari, gelombang tsunami sudah mencapai lebih dari satu meter.

    Fumihiko Imamura, pakar tsunami dari lembaga International Research Institute of Disaster Science, menjelaskan gelombang tsunami pertama sering kali bukan yang terbesar, sehingga situasi seperti yang terjadi pada hari Rabu menjadi sulit diprediksi.

    “Gelombang pertama diikuti oleh gelombang kedua,” ujarnya.

    “Gelombang-gelombang berikutnya menjadi lebih besar dan kuat. Ada beberapa kasus di mana gelombang terbesar tiba setengah hari kemudian.”

    Gelombang tsunami juga tidak seperti gelombang ombak biasa.

    Biasanya gelombang tsunami lebih besar, dengan kekuatan yang luar biasa, dan setiap siklusnya dapat berlangsung selama satu jam.

    ‘Evakuasi sekarang!’

    Gempa berkekuatan 8,8 skala Richter terjadi pada kedalaman yang relatif dangkal, di bawah 20 kilometer.

    Pelepasan energi yang sangat besar tiba-tiba menggerakkan air dan menghasilkan gelombang tsunami.

    Di Jepang, suara sirene tsunami yang begitu jelas memberikan peringatan pertama kepada penduduk akan adanya potensi bahaya.

    Kota-kota di Jepang sudah mempersiapkan diri dari ancaman gempa dan tsunami, dengan menerapkan langkah-langkah penanggulangan yang direncanakan dengan baik, dengan penuh keyakinan.

    Pabrik-pabrik, semua bandara, gedung-gedung perkantoran, dan bahkan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima yang terdampak langsung ditutup.

    Saat air pasang, warga menggunakan atap atau puncak bukit sebagai alat dan tempat berlindung.

    “Jangan terus-terusan menatap layar” seorang reporter dari kantor berita NHK di televisi.

    “Evakuasi sekarang!”

    Badan Meteorologi Jepang memperingatkan tsunami dapat terus melanda selama satu hari atau lebih.

    Masalahnya, gelombang tsunami memantul dari daratan dan bertabrakan dengan gelombang tsunami lainnya.

    Lautnya bergolak dan membesar.

    “Gelombang tsunami yang memantul dari berbagai tempat semuanya saling tumpang tindih,” jelas Profesor Fumihiko.

    “Gelombang-gelombang selanjutnya akan semakin kuat. Sayangnya, hal ini sulit diprediksi.”

    Gempa bumi di Semenanjung Kamchatka, Rusia, adalah gempa bumi terbesar keenam yang pernah tercatat.

    Pada tahun 1952, gempa bumi dengan kekuatan lebih besar pernah melanda wilayah yang sama.

    Tsunami terbesar membutuhkan waktu sembilan jam untuk mencapai Jepang.

    Lebih baik aman daripada menyesal

    Jepang terletak di atas empat lempeng tektonik, menjadikannya sebagai salah satu negara dengan aktivitas seismik tertinggi.

    Persiapan menghadapi gempa dan tsunami sudah dilakukan dengan baik.

    Bangunan dan gedung-gedung dirancang untuk bisa bertahan dari gempa bumi dahsyat, sementara benteng beton di sepanjang garis pantai melindungi kota-kota dari tsunami.

    Kemarin, warga di pusat-pusat evakuasi terlihat gelisah, tapi situasi relatif tenang.

    “Pendidikan pencegahan bencana sudah dilakukan di sekolah-sekolah, dan latihan evakuasi sering dilakukan di kalangan masyarakat,” kata Profesor Fumihiko.

    “Ini termasuk belajar ke mana harus mengungsi dan bagaimana bekerja sama dengan orang lain.”

    Upaya pemulihan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima, yang hancur akibat gempa bumi dan tsunami Tohoku 2011, segera ditunda.

    Operator pembangkit listrik, TEPCO, segera mengonfirmasi kalau tidak ada masalah keselamatan, tetapi mereka mengambil langkah-langkah pencegahan.

    Di Jepang, mereka memilih untuk mencegah ketimbang mengobati.

    Menjelang malam, status peringatan tsunami di beberapa wilayah di Pulau Honshu diturunkan ke status waspada, sementara peringatan tetap berlaku untuk wilayah lain yang menghadap Samudra Pasifik.

    Warga yang terluka atau kehilangan nyawa bukan disebabkan oleh tsunami, melainkan saat mencoba mengevakuasi.

    Seorang perempuan dilaporkan tewas setelah ia jatuh dari tebing saat mencoba mencapai zona evakuasi.

    Diproduksi oleh Erwin Renaldi dari laporan dalam bahasa Inggris

  • Kenapa Gempa Besar di Rusia Tidak Picu Tsunami Dahsyat?

    Kenapa Gempa Besar di Rusia Tidak Picu Tsunami Dahsyat?

    Jakarta

    Ketika gempa bumi dengan magnitudo 8,7 mengguncang perairan Semenanjung Kamchatka di Rusia, sekitar pukul 11.25 waktu setempat pada Rabu (30/07), jutaan penduduk pesisir di seluruh kawasan Samudra Pasifik dilanda kerisauan tsunami dahsyat akan menerjang.

    Kekhawatiran itu bukan tanpa alasan. Ingatan kolektif gempa besar yang memicu tsunami dahsyat di Aceh pada 26 Desember 2004 serta di Jepang pada 11 Maret 2011 begitu membekas.

    Namun, tsunami yang terjadi akibat gempa di Rusia tidak terlalu parah, meskipun menimbulkan beberapa kerusakan.

    Lalu, mengapa tsunami tersebut tidak seburuk seperti yang dikhawatirkan sebelumnya?

    Apa yang menyebabkan gempa bumi besar?

    Lapisan atas Bumi terbagi menjadi beberapa bagianatau disebut lempeng tektonik. Semua lempeng ini bergerak secara independen dan berinteraksi satu sama lain.

    “Cincin Api Pasifik”tempat Semenanjung Kamchatka beradaadalah lokasi lempeng-lempeng tektonik bertabrakan dan saling menimpa sehingga menyebabkan gempa bumi dan letusan gunung berapi.

    Bahkan, sebanyak 80% gempa bumi di dunia terjadi di sepanjang cincin tersebut, menurut British Geological Survey.

    Di sana, lempeng tektonik Pasifik bersentuhan dengan lempeng lain yang lebih kecilyang disebut lempeng mikro Okhotsk.

    Lempeng Pasifik merupakan lempeng samudra. Artinya, lempeng ini terdiri dari bebatuan yang padat dan ingin tenggelam di bawah lempeng mikro yang tidak terlalu padat.

    Saat lempeng Pasifik tenggelam ke arah pusat Bumi, lempeng tersebut memanas dan mulai meleleh sampai menghilang.

    Namun, proses ini tidak selalu mulus. Seringkali lempeng bisa tersangkut saat bergerak melewati satu sama lain. Lempeng yang berada di atas bisa juga terseret ke bawah.

    BBC

    Gesekan ini dapat berlangsung selama ribuan tahun, tetapi kemudian dapat tiba-tiba dilepaskan hanya dalam beberapa menit.

    Proses ini dikenal sebagai gempa bumi megathrust.

    “Ketika kita berpikir tentang gempa bumi, kita biasanya membayangkan pusat gempa sebagai sebuah titik kecil di peta. Namun, untuk gempa bumi yang begitu besar, patahannya akan pecah dalam jarak ratusan kilometer,” jelas Dr Stephen Hicks, dosen seismologi lingkungan di University College London.

    “Jumlah selip dan luas area patahan inilah yang menghasilkan gempa bumi dengan magnitudo tinggi,” tambahnya.

    Gempa bumi terbesar dan tercatat dalam sejarah, yang mencakup gempa di Chile, Alaska, dan Sumatra, semuanya merupakan gempa bumi megathrust.

    BBC

    Semenanjung Kamchatka rentan mengalami gempa besar.

    Faktanya, gempa berkekuatan 9,0 SR pada 1952 terjadi kurang dari 30 km dari gempa pada 30 Juli, demikian ungkap Lembaga Survei Geologi AS.

    Mengapa gempa 30 Juli tidak menimbulkan tsunami dahsyat?

    Pergerakan lempeng tektonik secara tiba-tiba dapat memindahkan air laut di atas lempeng. Air laut tersebut kemudian dapat bergerak ke garis pantai. Inilah yang disebut sebagai tsunami.

    Di lautan dalam, tsunami dapat bergerak dengan kecepatan lebih dari 800 km/jam, hampir sama dengan kecepatan pesawat penumpang.

    Di lautan dalam, jarak antar ombak sangat panjang dan ombaknya tidak terlalu tinggijarang yang tercatat lebih dari satu meter.

    Namun, ketika tsunami memasuki perairan dangkal di dekat daratan, kecepatannya melambat sekitar 32-48 km/jam.

    Jarak antara ombak kemudian memendek dan ombak bertambah tinggi sehingga dapat menciptakan tembok air di dekat pantai.

    Meski demikian, tidak ada jaminan bahwa gempa bumi yang sangat kuat akan menyebabkan tsunami sangat tinggi yang menjangkau jauh ke daratan.

    Gempa di Semenanjung Kamchatka pada 30 Juli memicu gelombang tsunami setinggi empat meter di beberapa bagian Rusia timur, menurut pihak berwenang Rusia.

    Namun, ombak tersebut tidak setinggi ombak di Aceh pada 2004 dan di Jepang pada 2011 yang mencapai puluhan meter.

    “Ketinggian gelombang tsunami juga dipengaruhi oleh bentuk dasar laut di dekat pantai dan [bentuk] daratan tempat gelombang tsunami tiba,” kata Prof Lisa McNeill, profesor bidang tektonik di University of Southampton.

    “Faktor-faktor ini, ditambah faktor kepadatan penduduk di pesisir pantai, mempengaruhi seberapa serius dampak yang ditimbulkan,” tambahnya.

    Philip FONG/AFP/Getty ImagesLebih dari 1,9 juta penduduk Jepang diperintahkan mengungsi ke tempat lebih tinggi setelah gempa terjadi.

    Laporan awal dari Lembaga Survei Geologi AS menyebutkan gempa berpusat pada kedalaman yang cukup sempit, sekitar 20,7 km di bawah permukaan bumi.

    Hal ini dapat menyebabkan pergeseran dasar laut yang lebih besar dan gelombang tsunami yang lebih besar. Namun, sulit untuk mengetahui dengan pasti begitu cepat setelah kejadian.

    “Salah satu kemungkinannya adalah bahwa permodelan tsunami [yang dibuat lembaga survei dan badan geofisika] mengambil perkiraan kedalaman gempa yang konservatif,” kata Dr Hicks kepada BBC News.

    Jika permodelan dibuat dengan menggeser gempa bumi 20 kilometer lebih dalam, sambungnya, kedahsyatan gelombang tsunami bisa berkurang secara signifikan.

    Sistem peringatan dini yang lebih baik

    Aspek penting lainnya adalah pengembangan sistem peringatan dini.

    Karena banyaknya kejadian gempa bumi di wilayah Pasifik, banyak negara memiliki pusat tsunami. Lembaga-lembaga tersebut mengirimkan peringatan agar penduduk mengungsi.

    Tidak ada sistem seperti itu ketika tsunami 2004 terjadi sehingga banyak orang tidak punya waktu yag cukup untuk mengungsi.

    Lebih dari 230.000 orang meninggal dunia di 14 negara di Samudra Hindia, termasuk di Aceh, Indonesia.

    Sistem peringatan dini sangat penting karena keterbatasan kemampuan para ilmuwan untuk memprediksi kapan gempa bumi akan terjadi.

    Lembaga Survei Geologi AS mencatat gempa berkekuatan 7,4 SR di wilayah yang sama 10 hari sebelumnya.

    Mungkin itu gempa awal, tapi itu bukan alat prediksi gempa bumi di masa depan, jelas Prof McNeill.

    “Meskipun kita dapat menggunakan GPS untuk mengetahui seberapa cepat lempeng bergerak, pergerakan lempeng saat ini, dan kapan gempa bumi sebelumnya terjadi, kita hanya dapat menggunakan informasi tersebut untuk membuat prakiraan kemungkinan terjadinya gempa bumi,” katanya.

    Lembaga Survei Geofisika di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia (GS RAS) akan terus memantau wilayah Kamchatka guna mengantisipasi gempa susulan yang mungkin akan terus berlanjut hingga satu bulan ke depan.

    (ita/ita)

  • Zelensky Desak Dunia Dorong Perubahan Rezim di Rusia

    Zelensky Desak Dunia Dorong Perubahan Rezim di Rusia

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa dunia harus mendorong “perubahan rezim” di Rusia. Menurutnya, jika itu tidak dilakukan, Presiden Vladimir Putin akan terus mengganggu stabilitas negara-negara tetangga Rusia.

    Pernyataan tersebut disampaikan dalam sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh Finlandia, bertepatan dengan peringatan 50 tahun penandatanganan “Undang-Undang Final Helsinki”, sebuah dokumen yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan antara musuh-musuh Perang Dingin.

    “Saya yakin Rusia dapat didorong untuk menghentikan perang ini. Rusia memulainya, dan Rusia dapat dipaksa untuk mengakhirinya,” ujar Zelensky dalam pidato daring di konferensi tersebut, dilansir kantor berita AFP, Kamis (31/7/2025).

    “Tetapi jika dunia tidak bertujuan untuk mengubah rezim di Rusia, itu berarti bahkan setelah perang berakhir, Moskow akan tetap mencoba mengganggu stabilitas negara-negara tetangga,” tambahnya.

    Kepala negara Ukraina itu juga mengatakan sudah waktunya untuk menggunakan aset-aset Rusia yang dibekukan untuk melawan Rusia.

    “Kita perlu sepenuhnya memblokir mesin perang Rusia … mengerahkan seluruh aset Rusia yang dibekukan, termasuk kekayaan hasil korupsi yang dicuri, untuk mempertahankan diri dari agresi Rusia,” kata Zelensky.

    “Sudah waktunya untuk menyita aset-aset Rusia, bukan hanya membekukannya, menyitanya, dan menggunakannya untuk perdamaian, bukan perang,” tambahnya.

    Zelensky telah diundang untuk menghadiri konferensi di Helsinki, ibu kota Finlandia tersebut secara langsung, tetapi dia menyampaikan pidatonya secara daring.

    Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan pekan lalu bahwa Rusia akan berpartisipasi dalam konferensi itu, tetapi tidak akan mengirimkan perwakilan tingkat tinggi ke pertemuan tersebut.

    Diketahui bahwa pada 1 Agustus 1975, blok Timur dan Barat menandatangani Undang-Undang Final Helsinki di ibu kota Finlandia tersebut.

    Perjanjian bersejarah antara 35 negara tersebut, termasuk Uni Soviet dan Amerika Serikat, menghasilkan pembentukan OSCE, yang saat ini beranggotakan 57 negara.

    Di antara prinsip-prinsip utama yang tercantum dalam perjanjian tersebut adalah kedaulatan negara, tidak menggunakan kekuatan, dan yang terpenting, kekebalan batas negara.

    “Negara-negara peserta menganggap semua batas negara satu sama lain serta batas negara-negara di Eropa tidak dapat diganggu gugat, dan oleh karena itu mereka akan menahan diri, baik sekarang maupun di masa mendatang, untuk tidak menyerang batas-batas ini,” demikian bunyi teks perjanjian tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Tsunami Pascagempa M8,7 Kamchatka Tidak Timbulkan Korban Jiwa di Indonesia

    Tsunami Pascagempa M8,7 Kamchatka Tidak Timbulkan Korban Jiwa di Indonesia

    JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan peringatan dini tsunami akibat gempa bumi bermagnitudo 8,7 yang terjadi di pesisir timur Kamchatka, Rusia, pada Rabu 30 Juli, telah berakhir pada pukul 22.42 WIB.

    Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kejadian tersebut tidak menimbulkan korban jiwa maupun luka-luka di wilayah Indonesia, meskipun gelombang tsunami minor terdeteksi di sembilan titik pesisir.

    Kondisi ini menegaskan bahwa sistem peringatan dini dan respons cepat masyarakat mampu mengurangi risiko jatuhnya korban.

    Sejumlah wilayah terdampak meliputi dua titik di Jayapura dan Papua Barat serta masing-masing satu titik di Halmahera Tengah, Papua, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Gorontalo. Sebagai tindakan preventif, sekitar 100 orang sempat mengungsi ke Pangkalan TNI Angkatan Laut di Gorontalo.

    Di titik lain, masyarakat melakukan evakuasi mandiri ke lokasi yang lebih aman tanpa insiden berarti.

    “Tidak adanya korban jiwa menjadi kabar baik, namun ini juga menjadi pengingat agar kewaspadaan tetap dijaga,” ujar Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB. Ia menambahkan, keberhasilan kali ini tidak boleh membuat lengah, karena ancaman serupa dapat terjadi kapan saja.

    BNPB mengimbau pemerintah daerah untuk terus meninjau kesiapan jalur evakuasi, fasilitas pengungsian, dan sistem peringatan dini, guna memastikan perlindungan maksimal bagi masyarakat saat terjadi bencana.

    Latihan kesiapsiagaan dan edukasi publik juga penting dilakukan untuk mempertahankan ketahanan masyarakat terhadap ancaman gempa dan tsunami.

  • AS Jatuhkan ‘Bom’ Terbesar ke Iran, Teheran Siap Melawan

    AS Jatuhkan ‘Bom’ Terbesar ke Iran, Teheran Siap Melawan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) kembali menjatuhkan sanksi besar terhadap Iran, kali ini menargetkan lebih dari 100 individu, perusahaan, dan kapal laut yang disebut sebagai bagian dari jaringan pengiriman minyak global yang dikendalikan keluarga dekat pemimpin tertinggi Iran.

    Departemen Keuangan AS pada Rabu (30/7/2025) mengumumkan sanksi terhadap 115 entitas dan individu yang disebut terlibat dalam penghindaran sanksi minyak Iran dan Rusia. Paket ini disebut sebagai “tindakan terbesar terkait Iran sejak 2018”.

    “Jaringan ini mengangkut minyak dan produk minyak bumi dari Iran dan Rusia ke pembeli di seluruh dunia, menghasilkan keuntungan puluhan miliar dolar,” kata Departemen Keuangan dalam pernyataan resmi, seperti dikutip Al Jazeera, Kamis (31/7/2025).

    Jaringan yang dimaksud dikendalikan oleh Mohammad Hossein Shamkhani, putra Ali Shamkhani, penasihat politik senior Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Hossein disebut memanfaatkan struktur perusahaan fronting yang kompleks untuk menjalankan operasionalnya tanpa terdeteksi.

    Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan bahwa sanksi ini menjadi bukti bagaimana elit Iran menggunakan kekuasaan mereka demi kepentingan pribadi.

    “Kekaisaran pelayaran keluarga Shamkhani menyoroti bagaimana elit rezim Iran memanfaatkan posisi mereka untuk mengumpulkan kekayaan besar dan mendanai perilaku berbahaya rezim tersebut,” ujar Bessent.

    Departemen Keuangan juga mengungkap bahwa keluarga Shamkhani menguasai sebagian besar ekspor minyak mentah Iran. Meskipun Ali Shamkhani sudah dikenai sanksi sejak 2020, mereka tetap leluasa menjalankan bisnis global berkat kepemilikan properti eksklusif dan paspor asing.

    “Lapisan perusahaan depan yang tampak tidak berbahaya dan tidak memiliki hubungan langsung dengan jaringan Shamkhani memungkinkan keuntungan besar mengalir tanpa pengawasan eksternal,” tulis lembaga tersebut.

    Sanksi ini mencakup 15 perusahaan pelayaran, 52 kapal, 12 individu, dan 53 entitas lain di 17 negara termasuk Panama, Italia, dan Hong Kong. Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa langkah ini akan membuat Iran “jauh lebih sulit” untuk menjual minyaknya, meski diperkirakan tidak mengganggu pasar minyak global secara signifikan.

    China diketahui sebagai pembeli utama minyak Iran saat ini, meskipun dalam pernyataan resmi, pemerintah AS tidak secara langsung menyebut negara tersebut sebagai target sanksi.

    Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menyebut sanksi ini sebagai “contoh nyata permusuhan Amerika terhadap bangsa Iran”, menurut laporan Iranian Student News Agency (ISNA).

    Menanggapi situasi yang memanas, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi memperingatkan bahwa setiap agresi baru terhadap Iran akan memicu balasan yang tegas.

    “Iran, negara dengan budaya 7.000 tahun, tidak akan pernah tunduk pada bahasa ancaman dan intimidasi. Jika agresi terulang, kami tidak akan ragu untuk bereaksi dengan cara yang lebih tegas dan TIDAK MUNGKIN untuk ditutup-tutupi,” tulis Araghchi melalui akun X.

    Ia juga memperingatkan bahwa Iran telah berinvestasi besar dalam pengembangan teknologi pertahanan dalam negeri yang tidak bisa diabaikan oleh pihak asing. “Tidak ada orang waras yang akan mengabaikan hasil investasi besar dalam teknologi damai yang menyelamatkan nyawa,” katanya.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Video: China-Rusia Gelar Latihan Militer Gabungan “Laut Bersama 2025”

    Video: China-Rusia Gelar Latihan Militer Gabungan “Laut Bersama 2025”

    Video

    Video: China-Rusia Gelar Latihan Militer Gabungan “Laut Bersama 2025”

    News

    48 menit yang lalu

  • Rusia Kembali Serang Ibu Kota Ukraina, 6 Orang Tewas-Puluhan Luka

    Rusia Kembali Serang Ibu Kota Ukraina, 6 Orang Tewas-Puluhan Luka

    Jakarta

    Rusia kembali melancarkan serangan rudal dan drone ke Kyiv, ibu kota Ukraina pada Kamis (31/7) dini hari waktu setempat. Sedikitnya enam orang tewas, termasuk seorang anak laki-laki berusia enam tahun, dalam serangan terbaru Rusia itu.

    “Sampai saat ini, pihak berwenang telah mengonfirmasi enam kematian,” ujar Tymur Tkachenko, kepala administrasi militer Kyiv, dalam sebuah unggahan di Telegram, dilansir kantor berita AFP, Kamis (31/7/2025).

    Pejabat pemerintah tersebut mengatakan bahwa puluhan orang lainnya luka-luka dalam serangan itu. Kerusakan dilaporkan terjadi pada bangsal anak-anak di sebuah rumah sakit serta sebuah sekolah.

    Serangan tersebut menargetkan setidaknya 10 lokasi di sekitar ibu kota Ukraina tersebut.

    “Malam ini, musuh menyerang ibu kota dengan rudal dan drone. Distrik Sviatoshynsky dan Solomyansky adalah yang paling menderita,” ujar Menteri Dalam Negeri Ukraina, Igor Klymenko, melalui Telegram.

    “Jumlah korban luka di Kyiv telah meningkat menjadi 43 orang. 26 orang di antaranya dirawat di rumah sakit di fasilitas medis ibu kota,” ujar Wali Kota Kyiv, Vitali Klitschko, dalam sebuah unggahan di media sosial.

    Jendela bangsal rumah sakit untuk anak-anak di distrik Shevchenkivsky pecah akibat gelombang kejut, kata Klitschko.

    Bangunan-bangunan juga rusak di distrik Golosiivsky, termasuk sebuah sekolah dan taman kanak-kanak, tambahnya.

    Salah satu institusi pendidikan tinggi di ibu kota juga terkena serangan tersebut, menurut layanan darurat negara.

    Serangan ini terjadi setelah serangan Rusia di sebuah kamp pelatihan militer, yang menewaskan sedikitnya tiga tentara Ukraina pada hari Selasa lalu.

    Kyiv telah berupaya menangkis serangan Rusia yang gencar, yang telah membuat kemajuan baru ke wilayah-wilayah yang sebagian besar terhindar sejak dimulainya invasi pada Februari 2022.

    Pemerintah Rusia saat ini berada di bawah tekanan kuat untuk mengakhiri perangnya di Ukraina, yang kini memasuki tahun keempat. Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahkan mengeluarkan ultimatum 10 hari kepada Rusia untuk bertindak atau akan menghadapi sanksi-sanksi baru.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)